Pasal 281 Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah:
1. barang siapa dengan sengaja dan terbuka melanggar kesusilaan;
2. barang siapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada di situ
bertentangan dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan.
Penjelasan
a. sengaja merusak kesopanan di muka umum, artinya perbuatan merusak
kesopanan itu harus sengaja dilakukan di tempat yang dapat dilihat atau
didatangi orang banyak, misalnya di pinggir jalan, di gedung bioskop, di pasar,
dan sebagainya, atau
b. sengaja merusak kesopanan di muka orang lain (seorang sudah cukup) yang
hadir di situ tidak dengan kemauannya sendiri, maksudnya tidak perlu di muka
umum, di muka seorang lain sudah cukup, asal orang ini tidak menghendaki
perbuatan itu.
Dalam hal ini, perlu pula diketahui apa yang dimaksud dengan kesopanan dalam
Pasal 281 KUHP. R. Soesilo, sebagaimana kami sarikan, menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan kesopanan yaitu dalam arti kata kesusilaan, perasaan
malu yang berhubungan nafsu kelamin misalnya bersetubuh, meraba buah dada
perempuan, meraba tempat kemaluan wanita, memperlihatkan anggota kemaluan
wanita atau pria, mencium, dan sebagainya. Pengrusakan kesopanan ini
semuanya dilakukan dengan perbuatan. Sifat merusak kesusilaan perbuatan-
perbuatan tersebut kadang-kadang amat tergantung pada pendapat umum pada
waktu dan tempat itu. Jadi, pada dasarnya “tempat terbuka” atau “terbuka” atau
“di muka umum” adalah suatu tempat di mana orang lain dapat melihat,
mendengar, atau menyaksikan hal tersebut.
Pasal 282
(1) Barangsiapa menyiarkan, mempertontonkan atau menempelkan dengan
berterang-terangan suatu tulisan yang diketahui isi nya, atau suatu gambar atau
barang yang dikenalnya yang melanggar perasaan kesopanan, maupun membuat,
membawa masuk, mengirim kan langsung, membawa keluar atau menyediakan
tulisan, gambar atau barang itu untuk disiarkan, dipertontonkan atau
ditempelkan sehingga kelihatan oleh orang banyak, ataupun dengan berterang-
terangan atau dengan menyiarkan sesuatu surat, ataupun dengan berterang-
terangan diminta atau menunjukkan bahwa tulisan, gambar atau barang itu boleh
didapat, dihukum penjara selama-lamanya satu tahun empat bulan atau denda
sebanyak-banyaknya Rp 45.000,-.
(2) Barangsiapa menyiarkan, mempertontonkan atau menempelkan dengan
berterang-terangan suatu tulisan, gambar atau barang yang melanggar perasaan
kesopanan, maupun membawa masuk, mengirimkan terus, membawa keluar atau
menyediakan surat, gambar atau barang itu untuk disiarkan, dipertontonkan atau
ditempelkan, sehingga kelihatan oleh orang banyak ataupun dengan berterang-
terangan atau dengan menyiarkan sesuatu tulisan menawarkan dengan tidak
diminta atau menunjukkan, bahwa tulisan, gambar atau barang itu boleh di-
dapat, dihukum penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-
banyaknya Rp 45.000,- jika ia ada alasan yang sungguh- sungguh untuk
menduga, bahwa tulisan, gambar atau barang itu melanggar perasaan kesopanan.
(3) Jika melakukan kejahatan yang diterangkan dalam ayat pertama dijadikan
suatu pencaharian atau kebiasaan, oleh tersangka, dapat dijatuhkan hukuman
penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-
banyaknya Rp 75.000,-.
Penjelasan
Dalam ayat pasal 282 ayat 1 ini yang dapat dihukum dengan pasal ini yaitu:
Barangsiapa menyiarkan, arti menyiarkan disini ialah memberitahukan kepada
umum baik melalui radio, surat kabar, dan sebagainya. Dalam pasal ini orang
yang memberitahukan kepada umum terkait kesusilaan yang dibuatnya atau yang
dibuat orang lain.
Barangsiapa mempertunjukan , arti mempertunjukan disini yaitu
memperilahatkan sesuatu untuk dipertontonkan. Dalam pasal ini orang yang
mempertunjukan sesuatu yang berarti bermakna kesusilaan, seperti gambar
tulisan atau benda.
Barang siapa menempel , arti nemepelkan yaitu melekatkan sesuatu. Sesuatu
yang dimaksud ini adalah gambar tulisan yang isinya melanggar kesusilaan
Pasal 283
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana
denda paling banyak sembilan ribu rupiah, barang siapa menawarkan,
memberikan untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan atau
memperlihatkan tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan,
maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan kepada seorang
yang belum dewasa, dan yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa
umumya belum tujuh belas tahun, jika isi tulisan, gambaran, benda atau alat itu
telah diketahuinya.
(2) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa membacakan isi tulisan
yang melanggar kesusilaan di muka oranng yang belum dewasa sebagaimana
dimaksud dalam ayat yang lalu, jika isi tadi telah diketahuinya.
(3) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidana
kurungan paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu
rupiah, barang siapa menawarkan, memberikan untuk terus maupun untuk
sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan, tulisan, gambaran atau
benda yang melanggar kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau
menggugurkan kehamilan kepada seorang yang belum dewasa sebagaimana
dimaksud dalam ayat pertama, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga,
bahwa tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan atau alat itu
adalah alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan.
Pasal 283 bis
Jika yang bersalah melakukan salah satu kejahatan tersebut dalam pasal 282 dan
283 dalam menjalankan pencariannya dan ketika itu belum lampau dua tahun
sejak adanya pemidanaan yang menjadi pasti karena kejahatan semacam itu juga,
maka dapat di cabut haknya untuk menjalankan pencarian tersebut.
Penjelasan
1. tindakan menyerahkan, memperlihatkan tulisan, gambaran atau benda yang
melanggar kesusilaan kepada orang yang belum dewasa.
2. tindakan membacakan isi tulisan yang melanggar kesusilaan di muka orang
belum dewasa padahal diketahui isinya melanggar kesusilaan.
3. tindakan mempermudah atau memberikan untuk terus atau sementara waktu
tulisan, gambaran, atau benda melanggar kesusilaan pada orang belum dewasa.
4. Menjadikan perbuatan publikasi materi asusila sebagai mata pencaharian.
Pasal 284
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:
l. a. seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel), padahal
diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya,
b. seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak, padahal diketahui
bahwa pasal 27 BW berlaku baginya;
2. a. seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal
diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin;
b. seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu,
padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal 27
BW berlaku baginya.
(2) Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/istri yang
tercemar, dan bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang waktu
tiga bulan diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah-meja dan ranjang
karena alasan itu juga.
(3) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.
(4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang
pengadilan belum dimulai.
(5) Jika bagi suami-istri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan
selama perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan
yang menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap.
Penjelasan
1. Pasal ini mengatur tentang perzinahan, atau yang biasa disebut mukah
(overspel). Perzinahan adalah persetubuhan yang dilakukan oleh laki-laki
dengan perempuan dimana salah satu atau dua-duanya sudah menikah dengan
orang lain. Agar bisa dijerat dengan pasal ini, perzinahan tersebut dilakukan
dengan suka sama suka. Tidak boleh ada paksaan dari salah satu pihak.
Dalam pasal ini dibedakan antara mereka yang tunduk pada Pasal 27 BW (orang
Eropa dan yang dipersamakan) dengan mereka yang tidak tunduk (orang yang
beragama Islam). Pasal 27 BW mengatakan, seorang laki-laki hanya boleh
menikah bersama seorang perempuan atau sebaliknya. Mereka yang tunduk pada
pasal ini tidak boleh berzina dengan orang lain. Bukan berarti kasus mukah yang
diatur pasal 284 KUHP harus bergulir sepenuhnya ke meja hijau. Tindak pidana
yang diatur pasal ini adalah delik aduan yang absolut. Artinya, pelaku tidak
dapat dituntut apabila tidak ada pengaduan dari pihak suami atau isteri yang
dirugikan.
Sifat lain yang perlu dicatat dari pasal 284 KUHP adalah perkara tidak boleh
dibelah. Maksudnya, apabila A (suami) mengadukan B (isteri) telah berzina
dengan pria lain (C), maka A tidak boleh hanya mengadukan C dengan alasan
masih sayang kepada isterinya. Pelaku permukahan, dalam kasus ini B dan C,
harus sama-sama diproses hukum. Bahwa kemudian jaksa tidak menuntut B ke
muka persidangan, itu merupakan hak oportunitas jaksa untuk mengesampingkan
perkara.
Pasal 285
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang
wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan
perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Penjelasan
Unsur-unsur dari Pasal 285 ini adalah :
1. Perbuatannya : memaksa bersetubuh
2. Caranya : dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
3. Objek : perempuan bukan istrinya.
Menurut R. Seosilo (1994 : 209), dalam Pasal 285, memaksa disini bertujuan
agar perempuan yang menjadi korban bersedia menerima apa yang akan
diperbuat terhadap dirinya yaitu bersedia disetubuhi.