Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi waa barakaatuh!!

Salam Kemanusiaan!

Segala puji bagi Allah, kami haturkan syukur karena hanya dengan rahmat dan
Inayah-Nya sehingga diktat ini dapat selesai kami susun.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah keharibaan junjungan kita, penunjuk
jalan bagi setiap langkah kita, Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa kita menuju
jalan-Nya, menuju cahaya-Nya.

Dengan adanya pradiksar ini, mempermudah bagi para peserta dalam mengikuti Pra
Didikan Dasar (PRADIKSAR) ke-XXVIII. Serta dalam kegiatan tersebut nantinya akan
adanya perkenalan dari para pengurus KSR-PMI UNIT UIN Antasari Banjarmasin. Karena
perkenalan merupakan salah satu langkah awal yang tentu dapat memberikan pengaruh pada
langkah-langkah kita selanjutnya.

Akhirnya, terima kasih kami titipkan untuk kawanan semua yang telah membantu
baik dari moril maupum materil dalam proses penyusunan diktat ini. Dan tak lupa pula, kami
ucapkan selamat datang kepada para peserta PRADIKSAR ke-XXVIII yang telah
mempunyai jiwa kemanusiaannya untuk bergabung nantinya di KSR-PMI UNIT UIN
Antasari Banjarmasin. Kebersamaan kita adalah cahaya, tangis dan tawa kita adalah sejarah
yang takkan terlupakan.

Billahittaufiq wal Hidayah


Wassalamu’alaikum waa rahmatullahi waa barakatuh!!

Salam Kemanusiaan!

i
SAMBUTAN KETUA PELAKSANA

Assalamu’alaikum W.W
Salam kemanusiaan!
Alhamdulillah kita ucapakan segala puji dan dan syukur kepada Allah SWT. atas
segala nikmat, taufik, dan hidayah-Nya yang diberikan kepada kita semua sehingga kita
masih di berikan kesehatan untuk dapat beraktivitas seperti biasanya.
Shalawat serta salam tak lupa selalu kita curahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat, dan pengikut beliau setia hingga akhir zaman.
Dalam kegiatan Pra Didikan Dasar (PRADIKSAR) ke-XXVIII, saya selaku ketua
pelaksana berharap kepada kawan-kawan peserta PRADIKSAR di tahun 2022 ini agar tetap
semangat dalam menjalani proses berorganisasi. Karena ini nantinya hanya merupakan satu
tahap dari beberapa tahap yang akan kalian jalani untuk menjadi anggota di KSR-PMI UNIT
UIN Antasari Banjarmasin. Ikuti setiap kegiatan yang ada, ikuti proses, nikmati proses dan
teruslah berproses. Sampai pada akhirnya nanti kalian akan merasakan sendiri betapa
nikmatnya hasil dari proses tersebut.
Tentunya saya tak lupa mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada saudara-
saudara KSR-PMI UNIT UIN Antasari Banjarmasin yang telah banyak membantu baik
berupa moral maupun materi demi terlaksananya acara PRADIKSAR ke-XXVIII ini.
Akhirnya saya mewakili seluruh unsur kepanitiaan mohon maaf apabila kegiatan ini
terdapat kekurangan baik yang disengaja maupun tidak disengaja, terus semangat untuk
seuruh peserta kami tunggu kalian di markas kami tercinta.
Billahitaufik wal hidayah
Wassalamu’alaikum W. W
Salam Kemanusiaan!
Ketua Pelaksana

MOCH. YUNUS ALFITRAH


NIA:AD.24/16.1.0733/21

ii
SUSUNAN KEPANITIAAN PRA DIDIKAN DASAR

(PRADIKSAR) ke-XXVIII

KSR-PMI UNIT UIN ANTASARI BANJARMASIN

PELINDUNG

REKTOR UIN ANTASARI BANJARMASIN

PEMBINA

WAKIL REKOR III UIN ANTASARI BANJARMASIN

PENANGGUNG JAWAB

KOMANDAN KSR PMI UNIT UIN ANTASARI BANJARMASIN

KETUA PELAKSANA

MOCH. YUNUS ALFITRAH

SEKRETARIS

ADHA ASY-SYIFA

BENDAHARA

AYU MAGHFIRAH

iii
DIVISI-DIVISI

ACARA & KESEKRETARIATAN HUMAS & PUBDEKDOK

Koordinator : Nurul Amalia Sholehah Koordinator : Laila Madina

Anggota : 1. Muhammad Faiz Aufa Anggota : 1. Muhammad Afif Ilhami

2. Muhammad Faisal Albar 2. Nanie Azmiyati

3. Hidayatul Hafizah 3. Firman Hidayat

4. Ellin Putri Amalia 4. Jubaini

5. Dwi Wulandari 5. Siti Bahrah

6. Nurul Faizah 6. Siti Hasnah

7. Bainah

8. Deryyan Maulana

9. Muhammad Rifqi Aghnaita

KONSUMSI & PERLENGKAPAN


Koordinator : Ridha Rahma Luthfiani
Anggota : 1. Yahana Almajudha
2. Abdillah Agung Himayanta
3. Dewi Puspita Sari
4. Aspiannor
5. Linda Puteri
6. Nor Aida Aulia
7. Muhammad Ihsan
8. Muhammad Ilham Fikri
9. Hilya Tuttoyyibah
10. Meysitahsyare
11. Nur Safitri

iv
SEJARAH PALANG MERAH INTERNASIONAL

ARTI PALANG MERAH: Suatu perhimpunan yang anggotanya memberikan pertolongan


secara sukarela kepada setiap manusia yang sedang menderita tanpa membeda – bedakan
bangsa, golongan, agama dan politik.

SEJARAH: Pada tanggal 8 Mei 1828 di negara Swiss lahir seorang anak yang diberi nama
Jean Henry Dunant. Pada tanggal 24 Juni 1859 dalam perjalanan ke beberapa daerah di
Solferino (wilayah bagian utara Italia), Henry Dunant menyaksikan terjadinya pertempuran
antara Austria dan Italia serta Sardinia, dimana korban jatuh kurang lebih 40.000 orang.
Dengan rasa iba ia melihat kejadian tersebut, Henry Dunant turun tangan memberikan
bantuan terhadap para korban perang tersebut.Pengalaman tersebut dituangkan dalam sebuah
bukuyang berjudul “A Memory of Solferino” (Kenangan Solferino), tahun 1962, buku
tersebut menceritakan tentang kondisi yang diakibatkan oleh peperangan dan mengusulkan
agar segera dibentuk satuan tenaga sukarela yang bernaung di bawah suatu lembaga yang
memberikan pertolongan kepada orang-orang terluka di medan perang. Buku tersebut
menarik perhatian empat orang penduduk jenawa, yaitu: General Dufour, Dr. Louis Appia,
Dr. Theodore Maounoir dan Gustave Moynier.
Empat orang tersebut bersama Henry Dunant membentuk panitia Internasional
(Komite Lima) yang kemudian melahirkan International Committee of The Red Cross
(ICRC) atau Komite Internasional Palang merah (KIPM). Pada tanggal 22 Agustus 1864, atas
prakasa ICRC, pemerintah Swiss menyelenggarakan suatu konfrensi yang diikuti oleh 12
orang wakil dari 12 negara yang menandatangani Perjanjian Internasional yang dikenal
dengan Konfrensi Jenawa. Konfrensi tersebut berisi:

1. Tentara yang terluka harus diobati


2. Sebagai penghargaan terhadap Negara Swiss, maka lambang perlindungan menggunakan
tanda Palang Merah diatas dasar putih yang terjadi mempertukarkan warna-warna federal.
Lambang ini hendaknya dipakai untuk rumah sakit, ambulans, dan para petugas penolong
di medan perang/konflik bersenjata.
Karena Palang Merah diasumsikan mempunyai arti khusus, maka pada tahun 1876 simbol
Bulan Sabit Merah disyahkan untuk negara-negara Islam. Kedua simbul tersebut memiliki
arti dan nilai yang sama.

1
Dengan berakhirnya Perang Dunia I, berbagai epidemi penyakit berjangkit dan
bencana kelaparan menjalar. Melihat kenyataan itu, Mr. Henry P. Davidson, seorang Bankir
warga Amerika dan ketua Komite yang menengani akibat perang dari Palang Merah
Amerika, merasa perlu mendirikan suatu organisasi yang menangani masalah bantuan
tersebut, yang saat ini dikenal sebagai Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah,
yang didirikan pada tanggal 5 Mei 1919 dalam suatu Konfrensi Kesehatan Internasional di
Cannes Perancis, dan baru pada tahun 1936 kembali ke Jenawa hingga sekarang. Bersama
dengan lahirnya ICRC tahun 1883, maka dihasilkan pula Prinsip-Prinsip Dasar Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah.

PRINSIP – PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT


MERAH INTERNASIONAL
Semua kegiatan kemanusiaan dilandasi oleh 7 prinsip dasar Gerakan Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah Internasional.Ketujuh prinsip ini disahkan dalam Konferensi
Internasional Palang Merah ke XX di Wina tahun 1965. Ketujuh prinsip ini juga disahkan
dalam Munas XIV Palang Merah Indonesia di Jakarta pada tahun 1986.

1. KEMANUSIAAN (Humanity)

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan
memberikan pertolongan tanpa membedakan korban terluka di dalam pertempuran, berupaya
dalam kemampuan bangsa dan antar bangsa, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama
manusia. Palang Merah menumbuhkan saling pengertian, kerjasama dan perdamaian abadi
bagi sesama manusia.

2. KESAMAAN (Impartiality)

Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama/kepercayaan
tingkatan atau pandangan politik. Tujuannya semata–mata mengurangi penderitaan manusia
sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling parah.

3. KENETRALAN (Neutrality)

Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak
atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau idiologi.

2
4. KEMANDIRIAN (Independence)

Gerakan ini bersifat mandiri Perhimpunan Nasional disamping membantu Pemerintahannya


dalam bidang kemanusiaan, juga harus mentaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga
otonominya sehingga dapat bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip gerakan ini.

5. KESUKARELAAN (Voluntary Service)

Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan
untuk mencari keuntungan apapun.

6. KESATUAN (Unity)

Di dalam suatu negara hanya ada satu Perhimpunan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah
yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.

7. KESEMESTAAN (Universality)

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap
perhimpunan mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama
manusia.

INTERNATIONAL COMMITTEE OF RED CROSS (ICRC)

KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH (KIPM)

Tujuan
Menjadi perantara netral mengenai hak kemanusiaan dalam pertikaian politik, perang
saudara, dan kerusuhan dalam negeri.

Tugas
1. Memberikan perlindungan kepada korban mitier maupun sipil sebagai akibat konflik
bersenjata, gangguan dan ketegangan dalam negeri.
2. Memberikan bantuan (sandang, pangan medis dan sanitasi) kepada konflik bersenjata
tersebut.
3. Melakukan pencarian pada saat terjadi konflik maupun sesudahnya, mencari berita
sampai mempersatukan keluarga yang terpisah peran.

3
4. Melakukan penyebarluasan HPI dan Prinsip-prinsip dasar gerakan palang merah dan
bulan sabit merah dengan tujuan menganjurkan penghormatan bagi kelompok non
kombatan (tentang yang luka, sakit dan tawanan serta warga sipil). Di samping
membatasi kekejaman, pengrusakan dan mempermudah bantuan segera, netral serta
tidak memihak kepada korban konflik bersenjata.

FEDERASI INTERNASIONAL
PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH

TUJUAN
Mencegah dan meringankan penderitaan manusia melalui kegiatan palang merah dan bulan
sabit merah internasional yang merupakan sumbangan untuk perdamaian.

TUGAS
1. Meningkatkan pembentukan dan pengembangan Perhimpunan Nasional di seluruh
dunia, federasi juga bertindak sebagai perantara koordinator antara Perhimpunan Palang
Merah Nasional.
2. Memberikan saran dan bantuan Perhimpunan Nasional dalam meningkatkan dan
mengkoordinasi bantuan Internasional untuk korban bencana alam dan para pengungsi di
luar daerah pertikaian, seringkali dengan melancarkan permintaan bantuan keseluruh
dunia.
3. Mengembangkan penbentukan rencana kesiapsiagaan Nasional terhadap bencana alam,
menggiatkan dan mengkoordinasi pertukaran gagasan kemanusiaan bagi pendidikan
anak dan remaja diantara perhimpunan Nasional dan membina hubungan baik antara
remaja diseluruh dunia.
4. Membentuk ICRC menyebarluaskan dan mengembangkan HPI dan prinsip-prinsip Dasar
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

PERHIMPUNAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT INTERNASIONAL


Pada tahun 1992 anggota federasi berjumlah 153 negara, termasuk Palang Merah Indonesia
(anggota yang ke 69 pada tahun 1950).

Tugas dari perhimpunan ini beraneka ragam tergantung kebutuhan negara yang bersangkutan,
tugas-tugas tersebut antara lain:

4
1. Memberi bantuan darurat
2. Pelayanan kesehatan
3. Bantuan sosial bagi perseorangan maupun kelompok
4. Latihan PP (Pertolongan Pertama)
5. Melatih tenaga perawat
6. Transfusi darah
7. Pembina remaja
8. Dimasa perang membantu tawanan, pengungsi dan kaum internir.

FLORENCE NIGHTINGALE
Florence Nightingale dilahirkan di Amostand Inggris pada tanggal 12 Mei 1820, ia
adalah seorang bangsawan yang serba berkecukupan. Ia mempunyai kemauan yang keras
untuk memberikan bantuan kepada yang miskin, orang yang sakit dan menderita. Pada tahun
1840 ia bekerjasama dengan Ny. Ely Zabeth untuk mendirikan suatu perkumpulan untuk
mendidik juru rawat wanita yang bertugas mengunjungi orang sakit di rumah sakit. Atas jasa-
jasanya itulah ia mendapatkan julukan “The Lady with The Lamp” (Putri Pembawa Lampu).

Pada tanggal 7 Agustus 1856 atas anjuran Mr. Sindey Herbert rakyat Inggris
mengumpulkan uang untuk 45.000 Pounsterling untuk mendirikan sekolah perawat yang
dicita-citakan oleh Florence Nightingale yang disebut “Nightingale Found”. Tahun 1883, ia
mendapat anugerah “The Royal Red Cross” kemudian pada tahun 1907, ia mendapat “oerde
of men”. Florence Nightingale meninggal dunia pada tanggal 13 Agustus 1910 di Inggris.

5
HUKUM PERIKEMANUSIAAN INTERNASIONAL (HPI)
(Internasional Humaniterian Law)

A. Definisi:

HPI adalah bagian dari hukum internasional yang memberikan perlindungan terhadap
anggota angkatan perang yang luka, sakit, dan tidak dapat lagi ikut dalam peperangan serta
penduduk sipil yang tidak ikut berperang. Selain itu juga mengatur metode perang.

B. Sejarah HPI

Sejarah HPI tidak lepas dari keberadaan gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Internasional. Berlanjut dari pengalaman Henry Dunant yang dituliskan dalam buku ‘A
Memory of solferino’ dimana dia menyebutkan dua hal, yaitu:

• Perlunya suatu organisasi kemanusiaan untuk membantu mengurusi korban perang.


• Perlunya suatu ketentuan internasional yang mengatur tentang cara bagaimana
meningkatkan bantuan pertolongan kepada korban perang.
Melalui konferensi diplomatik tahun 1864 di Jenewa, komite internasional palang
merah yang telah terbentuk pada tahun 1863 memprakarsai adanya perjanjian internasional
yang telah di tandatangani oleh 12 wakil negara, perjanjian ini kelak berkembang dan
mengalami penyempurnaan pada tahun 1906, 1929 dan 1949. Konvensi–konvensi Jenewa
(1949) atau bisa juga disebut Konvensi Palang Merah ini, terdiri dari empat konvensi yang
merinci ketentuan pertolongan untuk korban perang di medan darat, laut serta kapal
tenggelam, tawanan perang dan korban sipil.

C. Komponen HPI
Sebelum ada HPI sudah terdapat beberapa hukum perang, namun perataran tersebut hanya
dipatuhi berdasarkan persetujuan khusus antara pemimpin militer serta untuk jangka waktu
tertentu.HPI baru diakui secara internasional dan permanen setelah konvensi jenewa yang di
sepakati secara internasional pada tanggal 12 Agustus 1949.
Pada dasarnya instrumen hukum perikemanusiaan terdiri atas konvensi–konvensi Jenewa
1949 (dan protokol-protokol tambahannya 1977) dan konvensi Deen Haag (The Haque
Convension).

6
1) Konvensi-Konvensi Jenewa 1949
Konvensi sudah ditandatangani lebih dari 88 negara, Indonesia sendiri telah
menandatangani Konvensi Jenewa 1949 pada tahun 1958 yang diratifikasikan melalui UU
No. 59 tahun 1958.
a. Konvensi Jenewa untuk perbaikan kondisi tentara yang cidera dan sakit di medan
perang.
b. Konvensi Jenewa untuk perbaikan kondisi tentara yang cidera dan sakit serta korban
kapal karam dalam peperangan
c. Konvensi Jenewa tentang perlakuan terhadap tawanan perang
d. Konvensi Jenewa tentang perlindungan terhadap rakyat sipil dalam peperangan
2) Protokol-protokol tambahannya tahun 1977
Protokol ini merupakan perluasan dari Konvensi Jenewa 1949 yang ada mengingat
banyak kekurangan dari system yang di atur dalam konvensi tersebut. Protokol tambahan
yang terdiri atas dua protokol ini melengkapi empat konvensi jenewa tanpa bermaksud
menggantinya.
➢ Protokol Tambahan I
Diterapkak dalam pertikaian bersenjata yang bersifat internasional dan berlaku juga
dalam perang Kemerdekaan Nasional dimana suatu bangsa memperjuangkan haknya
untuk menetukan nasib sendiri Protokol ini menegaskan kembali prinsip-prinsip
perlindungan kepada penduduk asli secara operasional. Yang masih dirasakan kurang,
sebagaimana yang disebut dalam konvensi jenewa IV Diantaranya menyebutkan
Larangan penyerangan terhadap masyarakat sipil (persediaan bahan makanan, medis,
instansi air minum dan irigasi harus dijamin).
➢ Protokol Tambahan II
Ketentuan ini diterapkan dalam pertikaian bersenjata yang bersifat non-internasional
(internal), meskipun banyak negara selalu menunjukkan keengganan untuk
menyetujui hukum internasional ini yang dianggap untuk mengatur situasi yang
dianggap sebagai masalah internal.
3) Konvensi Den Haag
Secara umum konvensi yang di cetuskan pada tahun 1889 ini mengatur tentang
penggunaan senjata dan cara berperang. Konvensi Deen Hag juga dianggap sebagai
hukum kebiasaan perang yang mengikat juga negara-negara yang bukan pihak peserta.
Kemudian konvensi ini juga di sempurnakan pada tahun 1907 berdasarkan referensi
pengalaman perang dunia II. Misalnya: cara memulai perang, status kapal yang menjadi

7
kapal perang, penempatan ranjau di laut, pemboman oleh kapal laut, mahkamah barang-
barang sitaan perang, hak dan kewajiban negara netral di medan perang darat dan laut.
Selain konvensi-konvensi seperti yang dilelaskan di atas sesuai dengan perkembangan
zaman terdapat juga beberapa perjanjian internasional yang merupakan sumber HPI yang
mengatur pembatasan perang, penggunaan senjata tertentu dan taktik militer, yaitu:
a. Konvensi Deen Hag untuk perlindungan benda-benda budaya selama konflik
bersenjata, tahun 1947
b. Konvensi senjata biologi.
c. Konvensi senjata konvensional.
d. Konvensi pelarangan senjata kimia.
e. Konvensi pelarangan ranjau anti personel.

D. Ruang Lingkup HPI


Secara mendasar HPI mencakup dua hal penting, yaitu:
a. Perlindungan terhadap mereka yang tidak terlibat lagi dalam pertikaian.
b. Pembatasan cara-cara peperangan, penggunaan senjata dan metode peperangan
termasuk taktik militer.

E. Prinsip-Prinsip HPI
Dengan adanya Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tersebut maka HPI mengandung
prinsip-prinsip dasar, yaitu:
a. Prajurit yang sudah tidak dapat berperang lagi (Hors de Combat) dan keutuhan
fisiknya. Mereka harus dilindungi dan diperlakukan secara manusiawi tanpa ada
pembedaan.
b. Dilarang membunuh atau melukai Hors de Combat (musuh yang sudah menyerah).
c. Mereka yang luka dan sakit harus dikumpulkan dan dirawat oleh peserta pertikaian
dimana mereka dalam wilayah kekuasaannya.
d. Perlindungan juga diberikan juga kepada personel kesehatan angkatan bersenjata,
petugas perhimpunan nasional atau badan kemanusiaan lainnya yang diberi kuasa.
Alat kesehatan dan angkutan juga dijamin penjagaannya. Lambang palang merah
yang digunakan mereka sebagai perlindungan harus dihormati dan dilindungi.
e. Kelompok yang ikut berperang secara langsung (kombatan) dan penduduk sipil yang
tertangkap di bawah kekuasaan lawan harus dihormati jiwanya, harga dirinya, hak-
hak dan keyakinannya. Mereka harus dilindungi terhadap setiap perbuatan kejahatan

8
ataupun pembalasan dendam. Mereka berhak untuk korespondensi dengan
keluarganya dan berhak menerima bantuan.
f. Setiap orang berhak menerima jaminan hukum dasar tidak seorangpun
bertanggungjawab atas perbuatan yang tidak dilakukannya.
g. Tak seorang pun dapat dijadikan sasaran penganiayaan fisik maupun mental, hukum
jasmani, kekejaman dan penghinaan.
h. Peserta pertikaian dan angkatan perangnya tidak di benarkan secara bebas memilih
metode dan cara berperang, semuanya dilarang menggunakan senjata dan berperang
yang dapat menyebabkan kerusakan yang tidak perlu dan menimbulkan penderitaan
yang hebat.
i. Peserta pertikaian setiap waktu harus dapat membedakan antara penduduk sipil dan
kombatan.
j. Agar dapat menyelamatkan penduduk sipil dan harta miliknya dari serangan, baik
penduduk maupun objek-objek sipil tidak boleh dijadikan sasaran, penyerangan
semata-mata harus ditujukan terhadap objek militer.

F. Penegakan HPI
Dalam penegakan HPI, negara-negara dapat mencari serta menghukum setiap orang
yang melakukan pelanggaran berat tanpa memandang kebangsaannya atau dimana terjadinya
pelanggaran tersebut.Prinsip yuridiksi ini adalah jaminan tersebut.Prinsip yuridiksi ini adalah
jaminan utama bahwa pelanggaran berat HPI secara efektif dapat ditekan.Penuntun atau
pengadilan tersebut dapat baik oleh pengadilan nasional dari negara yang berbeda atau suatu
kekuasaan kriminal internasional oleh dewan keamanan PBB bagi penjahat perang dalam
kasus bekas negara Yugoslavia dan Rwanda pada tahun 1993 dan 1994.
Dewasa ini penegakan HPI lebih di perkuat dengan disepakatinya Status Roma yang
diadopsi pada tanggal 12 Juli 1998.Status ini merupakan dasar hukum pendirian International
Criminal Court (Pengadilan Agama Kriminal Internasional) yang berkedudukan di Deen Hag
(Belanda). Pengadilan ini mempunyai yuridiksi untuk mengadili kasus-kasus kejahatan,
seperti: Kejahatan Genosida, Kejahatan terhadap manusia, kejahatan perang dan kejahatan
agresi.

9
G. Mengapa Perlu Mengetahui HPI
Sebagai warga sipil yang meskipun tidak terlihat dalam peperangan, namun sewaktu-
waktu secara tidak langsung biasa terbawa akibat-akibat yang ditimbulkan oleh pertikaian
bersenjata. Sesuai dengan ini HPI (Konvensi Jenewa dan Protokol tambahannya)
menyebutkan bahwa warga sipil juga berhak atas perlindungan dan bantuan karena konflik.
Dengan mengetahui tentang isu ini, diharapkan masyarakat umum juga paham akan hak-hak
dan kewajibannya.

PALANG MERAH INDONESIA (PMI)

A. SEJARAH PALANG MERAH INDONESIA


Terbentuknya Palang Merah di berbagai negara pada hakikatnya terdorong oleh
karena tersentuhnya hati nurani manusia yang berbudi luhur untuk menolong sesamanya yang
sedang menderita. Dari pengalaman Jean Henry Dunant melalui buku karangannya pada
tahun 1962 yang berjudul “A Memory Of Solferino” (Kenang-kenangan dari Solferino)
menggugah para budayawan di seluruh dunia untuk turut memberikan bantuan terhadap suatu
pekerjaan yang luhur mulia.
Latar Belakang Berdirinya PMI
a. Masa Penjajahan Belanda
1) 21 Oktober 1873 berdiri Nederlanndsch Roode Kruise Afdeling Indonesian (NERKAI).
2) Tahun 1939, dua orang Indonesia, yaitu: DR. RCL. Sanduk dan DR. Sahder Djohan
hendak membentuk PMI, namun ditolak Belanda.
3) Tahun 1940, kembali beliau mengemukakan dalam konferensi Palang Merah Hindia-
Belanda, namun kembali ditolak.
b. Masa penjajahan Jepang
Tahun 1942 – 1944, gagasan mendirikan Palang Merah Indonesia kembali dirintis,
namun kembali ditolak, bahkan ruang geraknya semakin sempit.
c. Setelah Kemerdekaan Indonesia
1) Tanggal 3 September 1945 Presiden RI, Ir. Soekarno memerintahkan kepada DR.
Boentaran Martoatjoyo (Menteri kesehatan) untuk menjajaki terbentuknya PMI.
2) Tanggal 5 September 1945 terbentuk Panitia Lima yang terdiri atas DR. R Mochtar
(ketua), DR. Bahdar Djohan (penulis/sekretaris), DR. Djuhana, DR Marzuki dan DR.
Sitanala (anggota).

10
3) Tanggal 17 September 1945 terbentuk pengurus besar palang merah Indonesia, dengan
susunan:
a. Drs. Moh. Hatta (ketua)
b. DR. R. Boentaran Martoatmodjo (wakil ketua)
c. DR. R. Mochtar, DR. Bahdar Djohan, dan Mr. Santoso (penulis/sekretaris)
d. Mr. Saubari (bendahara) dan
e. KH. Raden Adenan (penasehat)
4) Kantor pertama bertempat di Depertemen Kesehatan (sekarang Kementerian Dalam
Negri). Jl. Suryo No.1 Jakarta. Pada saat itu hanya ada satu kamar, satu mesin tik dan
satu kursi.
d. Beberapa Peristiwa Penting
1) Tanggal 16 Januari 1950 Keputusan Pemerintah RI No.25/1950 Tentang pengesahan
PMI.
2) Tanggal 15 Juni 1950 PMI diakui ICRC (International Committee Red Cross) dengan
Surat Keputusan No. 392.
3) Tanggal 16 Oktober 1969 PMI di terima menjadi liga Internasional Palang Merah
dengan Keanggotaan No. 68.
4) F Tanggal 20 Mei 1950 NERKAI menyerahkan rumah sakit Kedung Halang ke Palang
Merah Indonesia yang sekarang dikenal dengan rumah sakit PMI Bogor.
e. Nama-nama Ketua Umum Palang Merah Indonesia Pusat (1945-sekarang)
1. Ketua Umum PMI ke 1 (1945–1946): Drs. Moch. Hatta.
2. Ketua Umum PMI ke 2 (1946–1948): Soetarjo Kartohadikoesoemo.
3. Ketua Umum PMI ke 3 (1948 – 1952): BPH Bintar.
4. Ketua Umum PMI ke 4 (1952–1954): Prof. Dr. Bahder Djohan.
5. Ketua Umum PMI ke 5 (1954–1966): P. A. A. Paku Alam VIII.
6. Ketua Umum PMI ke 6 (1966–1968): Letjen Basuki Rachmat.
7. Ketua Umum PMI ke 7 (1970–1982): Prof. Dr. Satrio.
8. Ketua Umum PMI ke 8 (1982–1986): Dr. H. Soeyoso Soemodimedjo.
9. Ketua Umum PMI ke 9 (1986–1994): Dr. Ha. Ibnu Sutowo.
10. Ketua Umum PMI ke 10 (1994–1999): Hj. Siti Hardianti Rukmana.
11. Ketua Umum PMI ke 11 (1999–2004): Dr. H. Mar’I Muhammad.
12. Ketua Umum PMI ke 12 (2004–2009): Drs. H. Mar’I Muhammad.
13. Ketua Umum PMI ke 13 (2009-sekarang): Drs. H. Jusuf Kalla

11
B. ORGANISASI
Perhimpunan Palang Merah Indonesia berstatus badan hukum yang berkedudukan di Ibukota
Negara RI, PMI merupakan satu-satunya perhimpunan yang dibentuk masyarakat bersifat
otonom dan bekerjasama dengan pemerintah organisasi sosial lainnya. Dalam kegiatannya
berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Maksud dan tujuan didirikannya Palang Merah Indonesia adalah:
“Berupaya untuk dapat membantu meringankan penderitaan sesama maupun sebabnya
dengan tidak membeda-bedakan golongan, bangsa, wana kulit, jenis kelamin, bahasa, agama
dan kepercayaan”.

1) Susunan Organisasi Palang Merah Indonesia

PMI Pusat

PMI Daerah TK.I

PMI Daerah Tk. I


Tk.I

PMI Cabang Tk. II


Tk.II

PMI Ranting (kecamatan)

PMI Anak Ranting(Desa/


kelurahan)

2) Kelengkapan Organisasi

SARANA
PERSONIL/KESATUAN PMI

PMR KSR TSR


(Palang Merah (Korp Suka Rela) (Tenaga Suka Rela)
Remaja)
Anggota Remaja Anggota Biasa Anggota Kehormatan

12
3). Tenaga Pelaksana
TENAGA PELAKSANA PMI
Tenaga Staf Tenaga Sukarela Tenaga Pembina dan Pelatih
Karyawan/tenaga Orang-orang yang memberikan Anggota PMI yang sudah ter
profsional yang bantuan tanpa pamrih, baik latih dan memiliki pengetahuan
bekerja di markas tenaga maupun pikiran yang dalam tentang
kepalangmerahan.

C. KEGIATAN-KEGIATAN PMI
PMI mempunyai kegiatan pokok, antara lain:
1) Siap siaga dalam pemberian pertolongan bantuan bagi korban kecelakaan dan
bencana.
2) Upaya tranfusi darah.
3) Penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan pembinaan generasi muda melalui PMI ,
KSR, dan TSR .
4) Ikut serta dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat.
5) Penyebaran prinsip-prisip Palang Merah dan Hukum Perikemanusiaan Internasional.

KE-KSR-AN DAN MEKANISME KERJANYA


Korps sukarela Palang Merah Indonesia (KSR –PMI) adalah kesatuan atau inti didalam
perhimpunan PMI yang merupakan wadah kegiatan bagi anggota biasa perhimpunan PMI
dan pribadi-pribadi yang menyatakan diri dan menjadi anggota KSR-PMI serta memenuhi
syarat-syarat menjadi anggota KSR-PMI.

1) Latar Belakang
Palang Merah Indonesia sebagai organisasi masyarakat yang bertujuan penderitaan
sesama manusia dengan sebab apapun, dengan tidak membedakan golongan bangsa, suku,
warna kulilt, jenis kelamin, bahasa, agama dan kepercayaan untuk mencapai tujuan tersebut.
PMI mengembangkan dan menyiapkan Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR-PMI)
untuk menjadi ujung tombak PMI dalam melaksanakan berbagai tugas kemanusiaan tersebut.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Palang Merah Indonesia mengembangkan berbagai kegiatan
diantaranya:

13
a. Penanggulangan bencana
b. Pertolongan pertama pada kecelakaan
c. Trannfusi darah
d. Pelayanan sosial
e. Perawatan dan sebagainya.
Dalam melaksanakan kegiatan, PMI sangat tergantung kepada petugas Palang Merah itu
sendiri, terutama cabang dimana diperlukan sebanyak mungkin anggota yang tersedia
menyumbangkan tenaga, pikiran, dengan sukarela, bertindak tanpa pamrih dan dapat
ditugaskan setiap saat serta bertanggung jawab, yang tergabung dalam Korps Sukarela.
2) Fungsi KSR-PMI
a. Sebagai tenaga pelaksana perhimpuanan PMI dalam melaksanakan tugas
kemanusiaan.
b. Dalam menjalankan fungsinya KSR-PMI berstatus sebagai sukarelawan.
c. Sebagai pribadi maupun sebagai sukarelawan KSR-PMI wajib mengikuti tata aturan
dan ketentuan yang diterapkan.
3) Tugas Operasional
Tugas KSR-PMI adalah melaksanakan pertolongan /bantuan atau unit yang terorganisasi.
4) Kewajiban
a. Setiap unit KSR-PMI wajib menjaga kesatuan
b. Setiap anggota KSR-PMI wajib menjaga kesiagaan dengan mengikuti.
c. Kegiatan pembinaan dan perhimpunan.
d. Kegiatan pendidikan dan latihan.
e. Kesiagaan operasional.
5) Hak
a. Setiap anggota KSR-PMI berhak mendapatkan, menembangkan pengabdiannya
didalam perhimpunan PMI, baik didalam kepengurusan maupun didalam kegiatan
operasional.
b. Setiap anggota KSR-PMI berhak memperoleh kesempatan mengikuti pendidikan dan
latihan.
c. Setiap anggota KSR-PMI berhak menggunakan atribut-atribut PMI sesuai dengan
ketentuannya.
d. Setiap anggota KSR-PMI berhak memperoleh tanda-tanda kehormatan dan
perhimpunan PMI, dan pemerintah Indonesia maupun dari lembaga Internasional
sesuai dengan ketentuan yang ada.

14
6) Struktur Organisasi
a. Kesatuan terkecil KSR-PMI terdiri dari lima orang anggota dan satu satu kepala regu.
b. Tiga regu bergabung disebut kelompok plus 1 orang kepala kelompok (18+1).
c. Dua atau lebih kelompok bergabung disebut unit yang dipimppin kepala unit dengan
sebutan Komandan Unit (36-54 orang +1 orang). Regu, kelompok atau unit dapat
terbentuk pada lingkungan perguruan tinggi/lembaga pendidikan, lingkungan satuan
kerja, (kantor, pabrik, dan lain-lain), lingkungan kampung dan lingkungan markas
cabang. Organisasi unit memiliki otonomi dalam pembinaan dam pengembangan
kemampuan unitnya. KSR-PMI dapat diorganisasikan dengan dasar tingkat
kemahiran dalam bidang pertolongan dan bantuan.

SELAYANGPANDANG
KSR-PMI UNIT UIN ANTASARI BANJARMASIN

Pada bulan Juli tahun 1992, M. Irfan (Mahasiswa Fakultas Dakwah) tergabung dalam
PMI cabang Banjarmasin. Dia terlibat dalam kontingen cabang Banjarmasin untuk mengikuti
Temu Karya Nasional 1 di Narmada Nusa tenggara barat (NTB). Beliau melihat langsung
perkembangan KSR-PMI, khususnya di pulau Jawa.Maka setelah kembali ke Banjarmasin
dan juga melihat realita dunia kampus IAIN yang menuntut adanya organisasi yang bergerak
di bidang kesehatan-pertolongan seperti pada kegiatan PBAK (sekarang REFORM kampus).
Dia berkeinginan mendirikan sebuah ORGANISASI yang bergerak dalam bidang
kemanusiaan (kesehatan/pertolongan) di lingkungan kampus IAIN Antasari Banjarmasin.
Namun keinginan tidak bias terwujud, karena dia sendiri pada saat itu tidak berhubungan
langsung dengan dunia kemahasiswaan. Namun degan usaha yang dipimpin dan niat yang
tulus dia berusaha merangkul teman-teman yang pada saat itu tergabung di senat mahasiswa
fakultas, seperti:
1. Yasir Arafat (Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Syari’ah).
2. Muhammad Husaini (Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Tarbiyah).
3. A. Jazuli (Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Dahwah) serta didukung oleh
Ahmad Noor (Badan Perwakilan Mahasiswa).
Setelah mereka mengadakan diskusi panjang, akhirnya mereka mencoba latihan baik
teori maupun praktik. Setelah mengadakan beberapa kali latihan, akhirnya keberadaan
mereka mendapat respon yang cukup baik di kalangan sebagian mahasiswa. Akhirnya mereka
mengadakan penerimaan anggota baru untuk mahasiswa yang ingin bergabung. Maka saat

15
itu, di peroleh anggota sebanyak 24 orang. Mereka ini terus mengadakan diskusi kecil karena
keberadaan sudah cukup banyak diminati oleh sebagian kalangan mahasiswa. Untuk itu
mereka ingin keberadaan merka diakui di lingkungan kampus sebagai Organisasi Intra
Kampus. Maka diadakan pertemuan dengan Rektor IAIN Antasari Banjarmasin yang saat itu
dijabat oleh Bapak Dr. Alfani Daud.
Pada malam harinya dirumah Bapak Rektor dibicarakan tentang organisasi tersebut.
Setelah mendapat pemaparan yang panjang oleh mereka, maka Bapak Rektor memberikan
respon yang baik. Kerana beliau sendiri selagi muda juga pernah bergabung dalam organisasi
Palang Merah. Setelah mendapat respon yang positif dari Rektor, maka di ajukan lah
permohonan secara tertulis kepada pihak rektorat untuk disyahkan sebagai salah satu
organisasi Intra Kampus yang bergerak di bidang kemanusiaan.
Maka ada tanggal 17 April 1993 keluar lah SK KSR-PMI Unit IAIN Antasari
Banjarmasin tersebut dengan menunjuk saudara M. Irfan sebagai ketua Umum. Untuk
mengabadikan tanggal tersebut maka dijadikanlah tanggal tersebut sebagai hari ulang tahun
SK KSR-PMI Unit IAIN Antasari Banjarmasin. Dan untuk mengenang jasa Rektor yang
sangat berperan pada saat itu, dan juga untuk mengenang jerih payah anggota yang
jumlahnya 24 orang, maka diabadikanlah nama Bapak Rektor Alfani Daud (yang disingkat
AD) dan jumlah anggota 24 di dalam Nomor Induk Anggota (NIA) yang tertulis dengan NIA
AD 24/16.
Adapun nama-nama yang 24 itu yaitu: M. Irfan, M. Surur El Nata, Muhammad HS,
A.Jazuli, Usthuri, M.Yunus, Syarifuddin Arjan, Rahmad Ridha, Kasran, H.Akhwan, Nuryana
Al kadri, Ahmad Sunubi, Rusmiyanti Masiani, Ahmad Nabhan, M. Halidi, M. Sadad,
Fakhuddin, St.Salma, M. Wahyudi, Aminatun Zakiah, Eliyansyah, Maimanah, Nurhidayah,
dan Yasir Arafat.
Setelah mereka mengadakan didikan dan latihan dasar (DIKLATDAS) pada saat itu mereka
mengadakan perbaikan-perbaikan organisasi agar dapat berjalan dengan baik dan juga
mereka terus mengkader penerus–penerus mereka.
Sejak lahirnya hingga saat ini usia KSR–PMI Unit UIN Antasari Banjarmasin resmi
menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai organisasi yang bergerak di bidang kemanusiaan
dengan berbagai liku-liku dan tantangan–tantangannya.

16
Dan seiring dengan itu pula KSR- PMI Unit UIN Antasari Banjarmasin sudah memiliki 24
orang pemimpin (2 ketua dan 22 komandan).
1. M. Irfan (Ketua periode1993-1995)
2. M. Surur El-Nata (Ketua periode1995-1997)
3. H. Ikhwan (Komandan periode 1998)
4. Husaini (Komandan periode 1999)
5. Sutarwi AH (Komandan Periode 2000)
6. M. Zulfikar Rahman (Komandan periode 2001)
7. A. Royani (Komandan periode 2002)
8. Kartini (Komandan periode 2003-2004)
9. Akhmad Nisfuwani (Komandan periode 2005)
10. Aditya Noerrachman Halim (Komandan periode 2006-2007)
11. Mizwar Ilhamy (Komandan periode 2008)
12. A’an Nor Abdi (Komandan periode 2009)
13. Indra Setiawan (Komandan periode 2010)
14. Rusminah (Komandan periode 2011)
15. Muhammad Sabri (Komandan periode 2012)
16. Muhammad Febriyanto (Komandan periode 2013-2014)
17. Nor Adha (Komandan Periode 2015)
18. Muhammad Suhaimi (Komandan Periode 2016)
19. Arizal Yusuf (Komandan Periode 2017)
20. Tri Yuliani (Komandan Periode 2018)
21. Muhammad Fakhri (Komandan Periode 2019)
22. Muhammad Hilman (Komandan Periode 2020)
23. Veriandi (Komandan Periode 2021)
24. Muhammad Helmi (Komandan Periode 2022-sekarang)

Sedangkan kondisi fisik KSR-PMI Unit UIN Antasari Banjarmasin waktu diresmikan
belum mempunyai Markas, sehingga para pengurus tidak dapat bekerja secara maksimal
tugas-tugas organisasi. Tetapi dengan niat dan suci mereka tidak pernah menyerah untuk
mengembangkan organisasi yang sangat mereka cintai dan sayangi. KSR-PMI Unit UIN
Antasari Banjarmasin baru mendapatkan markas pada tahun 1998 disamping Senat
Mahasiswa Institut (SMI) dan sekarang sudahmendapatkan tempat baru di gedung Student
Center.

17
Demikian selayang pandang tentang KSR-PMI Unit UIN Antasari Banjarmasin yang berdiri
melalui proses yang sangat panjang dan merupakan suatu perjuangan serta usaha-usaha yang
gigih sampai titik darah terakhir tanpa henti dan cita-cita yang tak pernah padam dengan
selalu mengharapkan ridha dari-Nya.
Selanjutnya kita akan masuk pada kondisi objektif KSR-PMI Unit UIN Antasari
Banjarmasin.
1. Nama Organisasi
Organisasi ini bernama Korps Sukarela Palang Merah Indonesia, yang disingkat dengan
KSR-PMI Unit UIN Antasari Banjarmasin.
2. Tujuan
KSR-PMI Unit UIN Antasari Banjarmasin bertujuan membantu meringankan sesame
manusia apapun sebabnya dengan tidak membedakan golongan, bangsa, warna kulit, bahasa,
agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam mencapai Tri Darma
Perguruan Tinggi.
3. Keanggotaan
Anggota KSR-PMI unit UIN Antasari Banjarmasin terdiri dari anggota biasa, anggota luar
biasa, dan anggota kehormatan.
a. Anggota biasa adalah mahasiswa yang sedang menempati studi di UIN Antasari
Banjarmasin dan terdaftar di KSR-PMI Unit UIN Antasari Banjarmasin.
b. Anggota luar biasa ialah anggota KSR-PMI Unit UIN Antasari Banjarmasin
menyelesaikan studinya di UIN Antasari Banjarmasin yang tetap setia dengan tujuan
organisasi.
c. Anggota kehormatan ialah mereka yang telah berjasa menggagas organisasi.
4. Kewajiban Anggota
a. Mempelajari dan mengamalkan asas dan prinsip-prinsip dasar Gerakan Internasional
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
b. Aktif dalam pendidikan dan latihan serta kegiatan yang diselenggarakan oleh pengurus
organisasi.
c. Turut melaksanakan dan menbdukung usaha-usaha organisasi.
d. Menjaga nama baik ORGANISASI.
e. Memenuhi dan mentaati apa yang telah ditetapkan dalam GBHO, PO, dan AD/ART.
5. Hak Anggota
a. Mengajukan saran dan kritik yang membangun baik secara lisan maupun tulisan.
b. Memilih dan dipilih.

18
6. Gugurnya Keanggotaan
a. Meninggal dunia
b. Permintaan sendiri
c. Putusan pimpinan atas hasil mufakat, yang hanya berlaku apabila:
• Dilakukan peringatan secara lisan terlebih dahulu.
• Dilakukan secara tertulis.
• Diberhentikan secara hormat.
7. Struktur Organisasi
a. Pelindung adalah Rektor UIN Antasari Banjarmasin.
b. Pembina I adalah Wakil Rektor bidang kemahasiswaan UIN Antasari Banjarmasin.
c. Pembina II adalah anggota luar biasa KSR-PMI Unit UIN Antasari Banjarmasin yang
dianggap mampu untuk membantu kinerja organisasi serta mampu berkordinasi dengan
pembina I dan pimpinan organisasi.
d. Dewan penasehat ialah mereka yang tetap setia pada tujuan organisasi yang dipilih oleh
formatur dibantu mide formatur.
e. Dewan pertimbangan pengurus ialah mereka yang pernah menjadi pengurus dan dipilih
formatur dibantu mide formatur.
f. Pengurus adalah anggota yang dipilih dan ditetapkan oleh formatur dibantu mide
formatur.
g. Anggota.

19
STRUKTUR ORGANISASI
KSR-PMI UNIT UIN ANTASARI BANJARMASIN
PERIODE 2022

PELINDUNG
Prof. Dr. H. Mujiburrahman, MA

PEMBINA I
Dr. Irfan Noor, M. Hum

PEMBINA II
Gt. Muhammad Irhamna Husin, M.Pd.I

DEWAN PENASEHAT
Muhammad Fakhri
Veriandi

DEWAN PERTIMBANGAN PENGURUS


Adhe Riska Herawati
Ahmad Yahya
Akhmad Fikri
Muhammad Fuad
Muslimah
Normilasari

KOMANDAN
Muhammad Helmi

WAKIL KOMANDAN
Nor Hamida

SEKRETARIS JENDERAL
Noorlian

BENDAHARA
Sonia Arianti

20
DIVISI-DIVISI:

A. ADMINISTRASI DAN ORGANISASI (ADMOR)


KEPALA DIVISI : LINDA PUTERI
SEKRETARIS DIVISI : AYU MAGFIRAH
STAFF : HIDAYATUL HAFIZAH
RIDHA LUTHFIANI
B. INFORMASI DAN KOMUNIKASI (INFOKOM)
KEPALA DIVISI : YAHANA ALMAJUDHA
SEKRETARIS DIVISI : NURSAFITRI
STAFF : DWI WULANDARI
MUHAMMAD AFIF ILHAMI
FIRMAT HIDAYAT
C. LOGISTIK
KEPALA DIVISI : BAINAH
SEKRETARIS DIVISI : NURUL FAIZAH
STAFF : JUBAINI
MUHAMMAD IHSAN
NANIE AZMIYATI
D. PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN KADER (PPK)
KEPALA DIVISI : ELLIN PUTRI AMALIA
SEKRETARIS DIVISI : HILYA TUTTOYYIBAH
STAFF : MUHAMMAD FAISAL ALBAR
MOCH. YUNUS ALFITRAH
NURUL AMALIA SHOLEHAH
E. SOSIAL DAN AGAMA (SOS’AG)
KEPALA DIVISI : MUHAMMAD FAIZ AUFA
SEKRETARIS DIVISI : DERYYAN MAULANA
STAFF : ASPIANNOR
MESYITAHSYARE
NOR AIDA AULIA

21
8. Kesimpulan
Ditinjau dari sifatnya, maka organisasi adalah wadah dan bukan tujuan, lebih tepat
lagi organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan. Dan agar tujuan dapat diwujudkan maka
diperlukan suatu pendorong atau penggerak. Penggerak itu berupa tenaga,sarana
pendukung,perencanaan yang matang,mekanisme kerja,pengawasan yang baik sampai kepada
penyempurnaan dan pengembangan organisasi. Selain itu, organisasi pada dasarnya
digunakan sebagai tempat atau wadah di mana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara
rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam
memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-prasarana,
data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
organisasi.
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti
penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok
orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang
dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi
seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-
anggotanya.Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan
yang terus menerus.Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup.Akan
tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan
mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi
berpartisipasi secara relatif teratur.

22

Anda mungkin juga menyukai