Anda di halaman 1dari 7

F1

Penyuluhan Siswa/i SMP tentang NAPZA di SMP 1 Sukra Indramayu

LB

NAPZA ( Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat jika masuk kedalam
tubuh manusia akan memengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan,
ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Masalah penyalahgunaan
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat
sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan/Obat Berbahaya) merupakan masalah yang sangat
kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan
kerjasama multidisipliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan
secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten.

Tingginya penggunaan NAPZA dikalangan remaja semakin mengkhawatirkan, khususnya di


Kabupaten Indramayu. Kabupaten Indramayu sebagai salah satu kota di Indonesia menjadi sasaran
yang empuk bagi oknum yang tidak bertanggung jawab untuk memasarkan NAPZA di kalangan
remaja sehingga masa depan para generasi penerus bangsa terancam. Beberapa peserta penyuluhan
ada yang sama sekali tidak mengerti tentang NAPZA, padahal permasalahan ini sangat dekat sekali
dengan dunia mereka. Bahkan beberapa diantaranya sudah mulai memasuki pintu masuk
penggunaan NAPZA yaitu merokok.

Melakukan penyuluhan menggunakan presentasi powerpoint kepada siswa/i SMP di SMP 1 Sukra
Indramayu mengenai penggolongan, jenis-jenis, dan risiko penggunaan NAPZA. Penyuluhan
dilakukan secara interaktif, dimana terdapat proses tanya jawab dengan narasumber setelah
presentasi selesai.

Kegiatan penyuluhan tentang NAPZA di SMP 1 Sukra Indramayu telah selesai dan sesuai dengan yang
direncanakan. Setelah penyuluhan selesai, diberi kesempatan kepada siswa/i SMP untuk bertanya
seputar NAPZA dan setelah itu untuk menilai sejauh mana pemahaman peserta dilakukan posttest
mengenai NAPZA.
F2

Penyuluhan Dokter Remaja mengenai Kesehatan Lingkungan (PHBS) di SMP 2 Sukra Indramayu

LB

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk
memperhatikan kebersihan, kesehatan dan berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan
sejak tahun 1996 oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat yang saat ini disebut Pusat Promosi
Kesehatan. Program PHBS dilaksanakan dalam berbagai tatanan, seperti tatanan rumah tangga,
tatanan pasar dan sebagainya. Upaya peningkatan perilaku sehat di masyarakat belum menunjukkan
hasil optimal. Data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2014 menunjukkan bahwa
di Indonesia sebanyak 38,5% masyarakat masih merokok di dalam rumah ketika bersama anggota
keluarga yang lain. Perokok laki-laki lebih tinggi dari perempuan (72% dibanding 28%). Selanjutnya
77,3% penduduk usia 15 tahun ke atas kurang melakukan aktivitas fisik, dengan kategori (82%)
kurang bergerak dan (11%) tidak terbiasa melakukan aktivitas fisik. Berdasarkan hasil pendataan
untuk PHBS tatanan rumah tangga provinsi Jawa Tengah sebanyak 68% keluarga belum menjadi
peserta dana sehat dan sebesar 72% keluarga belum bebas asap rokok. Menurut hasil Riskesdas
tahun 2014, di Indonesia memang telah terjadi penurunan angka period prevalence diare dari 9,0%
tahun 2007 menjadi 3,4% tahun 2014. Kelompok umur balita merupakan kelompok yang paling
tinggi menderita diare. Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan
(7,4%) laki-laki (5,4%), tinggal di daerah pedesaan (5,8%), dan kelompok kuintil indeks kepemilikan
akses terhadap air bersih dan jamban sehat terbawah (6,4%). Selanjutnya insiden malaria penduduk
Indonesia tahun 2007 sebesar 3,1% dan tahun 2014 menjadi 1,8%.

Berdasarkan data di Puskesmas Sukra Indramayu, penyakit ISPA merupakan peringkat 1 dari 10
penyakit terbanyak di puskesmas pada tahun 2016. Selain itu pernyakit infeksi kulit dan infeksi
lainnya juga memiliki insidensi yang tinggi. Hal ini juga terjadi di puskesmas-puskesmas lainnya di
Indonesia karena salah satunya adalah buruknya perilaku higiene perorangan dan sanitasi
masyarakat yang dipengaruhi oleh rendahnya tingkat sosial ekonomi dan pendidikan. Salah satu
permasalahan besarnya adalah tindakan merokok dalam rumah, ventilasi rumah yang tidak baik, dan
kebersihan alat-alat makanan.

Melakukan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan (PHBS) pada siswa SMP (dokter remaja) di
SMP 2 Sukra Indramayu.

ME

Setelah penyuluhan selesai, dilakukan sesi tanya jawab dengan narasumber dan dilakukan evaluasi
ulang melalui posttest dan responsi pada siswa/i peserta penyuluhan tersebut.
F3

Melaksanakan Kegiatan Screening HIV dan IMS (Sifilis) pada Ibu Hamil di Puskesmas Sukra

LB

HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan Sifilis adalah infeksi menular seksual. Penyakit ini akan
semakin berisiko bila terjadi pada ibu hamil dan dapat menyebabkan kematian pada janin yang
dikandung ibu hamil. Dampak yang timbul akibat infeksi dalam kehamilan ini tidak dapat diabaikan
begitu saja. Masalah tersebut merupakan masalah besar yang memerlukan penanganan khusus
dengan biaya yang mahal tapi hasilnya tidak begitu memuaskan. IMS dapat menimbulkan morbiditas
dan mortalitas terhadap ibu dan bayi yang dikandung. Oleh sebab itu penting dilakukan upaya
preventif, promotif, kuratif, dan rehabitilatif.

Wanita termasuk yang sedang hamil merupakan kelompok risiko tinggi terhadap IMS. Penelitian di
Indramayu menyebutkan angka kejadian IMS pada ibu hamil adalah 19,2%. Infeksi menular seksual
adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak
seksual. Menurut Centers for Disease Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus IMS dilaporkan
tiap tahun. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki
risiko paling tinggi untuk tertular IMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini.

Melakukan pemeriksaan screening HIV dan IMS (sifilis) pada ibu-ibu hamil di Puskesmas Sukra.

1. Pendaftaran pasien ibu hamil dan menjelaskan tindakan yang dilakukan.


2. Mempersiapkan alat screening Rapid Diagnostic Test HIV dan Sifilis dibantu perawat dan
analis.
3. Pengambilan sampel darah dan langsung pembacaan hasil Rapid Test.
4. Menjelaskan hasil pemeriksaan Rapid Test pasien lalu memberikan konseling tentang HIV
dan IMS kepada ibu hamil.
5. Memberikan tablet Fe dan Kalsium kepada ibu hamil.
F4

Memberikan Pelayanan Pemeriksaan Status Gizi (BB, TB, Kadar Lemak) dan Edukasi Gizi pada
Kelompok Berisiko Setiap Hari Kamis di Puskesmas Sukra Indramayu

LB

Masalah penyakit yang berhubungan dengan status gizi (DM dan hipertensi) tidak lagi hanya
masalah di negara maju. Di negara berkembangpun, kondisi ini termasuk dalam kelompok 5
penyebab utama kematian. Indonesia sudah semakin dipengaruhi budaya asing termasuk jenis
makanan misalnya junkfood. Pada pasien dengan sindrom metabolik, ditemukan adanya
ketidakseimbangan zat gizi. Oleh karena itu perlu dilakukan perencanaan makanan dan
hendaknya dengan kandungan zat gizi yang cukup dan disertai pengurangan total lemak
terutama lemak jenuh. Pengetahuan porsi makanan juga menjadi masalah yang tidak boleh
diabaikan karena perencanaan diet yang baik agar asupan zat gizi tersebar dapat memberikan
keuntungan pada psien khusunya pasien dengan sindrom metabolik.

Hipertensi merupakan penyakit terbanyak ke-2 di Puskesma Sukra. Masyarakat di Kabupaten


Indramayu umumnya memakan makanan yang tinggi akan karbohidrat dan lemak sehingga
cenderung menderita diabetes, hiperkolesterolemia dan hipertensi. Makanan pokok seperti nasi
diknsumsi berlebihan sehingga melupakan esensi protein yang berguna sebagai zat pembangun.
Tipe makanan di Kabupaten Indramayu yang cenderung berminyak meningkatkan resiko
hiperkolesterolemia, sehingga konsumsi ikan yang diasinkan dan makanan tinggi garam masih
tampak pada beberapa penderita hipertensi karena lidah pasien yang tidak terbiasa dengan
kadar garam yang rendah sehingga mereka cenderung mengabaikan dampak kesehatan dan
hanya menuruti keingin dari organ perasa tersebut. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemantauan
terhadap status gizi, dan diharapkan penurunan berat badan pada pasien yang berisiko tinggi.
Penurunan berat badan ringan atau sedang (5-10 kg), sudah terbukti dapat meningkatkan
kontrol diabetes, walaupun berat badan idaman belum tercapat. Penurunan berat badan dapat
diusahakan dicapai dengan baik dengan penurunan asupan energi yang moderat dan
peningkatan pengeluaran energi. Dianjurkan pembatasan kalori sedang yaitu 250-500 Kkal lebih
rendah dari asupan rata-rata sehari. Pada penderita hipertensi kontrol gizi dilakukan dengan
restriksi garam dengan mengkonsumsi makanan rendah garam dan rendah lemak pada
penderita hiperkolesterolemia dengan asupan kalori normal sesuai indeks masa tubuh dengan
total kalori 30 kkal/kg berat badan.

Menjaring pasien-pasien yang berisiko (misal: BB berlebih, TD tinggi), mendeteksi adanya


penyakit metabolik pada pasien, memberikan penatalaksanaan farmakologis, dan edukasi.

1. Kegiatan senam lansia setiap hari Kamis di Puskesmas Sukra


2. Melaksanakan penyuluhan pada pasien.
3. Anamnesis dan pemeriksaan fisik: BB, TB, TD, Komposisi Tubuh, dll
4. Pemeriksaan Penunjuang (bila perlu): KGD, asam urat, kolesterol
5. Menjelaskan hasil dari pemeriksaan dan penyakit apabila ditemukan adanya kelainan
6. Memberikan terapi farmakologis sesuai dengan diagnosis
7. Edukasi tentang pola hidup sehat, olahraga dan diet yang sesuai
8. Memantau hasil terapi pada kunjungan pasien berikutnya
F5

Melakukan Penyuluhan mengenai Penyakit Tidak Menular (Diabetes Mellitus dan Hipertensi) di
Puskesmas Sukra Indramayu

LB

Pada tahun 2012, prevalensi angka kejadian DM di dunia adalah sebanyak 371 juta jiwa, dimana
proporsi kejadian DM tipe II adalah 95% dari populasi dunia yang menderita DM. Pada tahun
2013, terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di Asi Tenggara. Internasional
Diabetes Federation (IDF) memperikarakan bahwa sebanyak 183 juta orang tidak menyadari
bahwa mereka mengidap DM. Indonesia menempati urutan keempat terbesar DM di dunia dan
posisi urutan diatasnnya, yaitu India, China dan Ameriksa Serikat. Ketua Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia (PERKENI) cabang Jawa Barat mengatakan pasien penderita DM di Jawa
Barat meningkat setiap tahunnya dan dibeberapa rumah sakit pemerintah, penyakit DM berada
di peringkat pertama dengan kejadian terbanyak.

Hipertensi merupakan penyakit terbanyak ke-3 di Puskesmas Sukra Indramayu. Masyarakat di


Kabupaten Indramayu umunya mengkonsumsi makanan yang tinggi akan karbohidrat dan lemak
sehingga cenderung menderita diabetes, hiperkolesterolemia dan hipertensi.

Tingginya prevalensi DM, yang sebagian besar adalah tergolong dalam DM Tipe II disebabkan
oleh interaksi antara faktor-faktor kerentanan genetis dan paparan terhadap lingkungan.
Tingginya prevalensi hipertensi disebabkan gaya hidup yang tidak sehat dan juga faktor genetis.
Faktor lingkungan yang diperkirakan dapat meningkatkan faktor risiko DM tipe II dan hipertensi
adalah perubahan gaya hidup seseorang (kebiasaan makan yang tidak seimbang dan kurangnya
aktifitas fisik). Faktor risiko DM, antara lain obesitas umum sebesar 10,3%, obesitas sentar
18,8%, dislipidemia 10,2%, kebiasaan merokok 23,7%, konsumsi buah dan sayur yang kurang
93,6%, kebiasaan minum alkohol 4,6% serta aktivitas fisik seperti olahraga yang kurang 48,2%.

Melakukan penyuluhan tentan Diabetes Mellitus dan Hipertensi di Puskesmas Sukra Indramayu
dengan komunikasi dua arah dengan masyarakat yang datang berobat.

Kegiatan penyuluhan dilaksanakan saat pasien menunggu di ruang tunggu apotik. Setelah
penyuluhan selesai, diberi kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya seputar DM dan
hipertensi, serta dilakukan pemeriksaan kadar gula darah pada masyarakat menderita DM
ataupun diduga menderita DM dan pemeriksaan tekanan darah.

Anda mungkin juga menyukai