DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN KELUARGA
Diajukan kepada:
Oleh:
Desember 2012
Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat-Nya maka kami telah
menyelesaikan draf yang pertama Naskah Akademik Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia untuk
diajukan kepada Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI). Naskah Akedemik ini kami tulis
dengan penuh rasa terima kasih berkat kerjasama dan kolaborasi yang baik antar institusi perguruan
tinggi – fakultas kedokteran se Indonesia, yang telah menyelanggarakan pertemuan nasional dengan
fasilitasi dari Health Professional Education Quality project (HPEQ) – Primary Health Care (PHC) di
diselenggarakan oleh Konsorsium Kedokteran Indonesia bekerja sama dengan Kolegium Dokter
Indonesia untuk menggagas pentingnya meningkatkan kualitas Dokter Umum (Dokter Layanan
Primer Dasar) yang telah ada di Indonesia; sejumlah kurang lebih 80.000 orang, menjadi setara
kualitasnya dengan Spesialis Kedokteran Keluarga (Dokter Layanan Primer Paripurna) atas
Spesialis Kedokteran Keluarga merupakan ujung tombak layanan primer yang seharusnya mampu
menyelesaikan target-target Millenium Development Goals (MDGs) untuk Indonesia, bekerja sama
dengan berbagai dokter layanan sekunder, tersier, maupun berbagai profesi kesehatan yang lain.
Usulan kami dalam naskah akademik ini telah sesuai dengan perkembangan Profesi Dokter Umum
menjadi Spesialis Umum atau Spesialis Kedokteran Keluarga yang juga telah terjadi evolusi selama
beberapa dekade di Negara Inggris Raya maupun Di Amerika Serikat sejak tahun 1950 sampai
dengan berdirinya spesialisasi umum di tahun 1970 an. Saat ini perkembangan Kedokteran Keluarga
Indonesia sendiri sebenarnya telah terjadi sejak tahun 1980 an, namun baru saat ini kami mampu
menyusun sebuah naskah akademik Spesialis Kedokteran Keluarga berkat kerja sama yang baik antar
berbagai pihak.
Harapan kami, dengan adanya Spesialis Kedokteran Keluarga, Indonesia akan mendapat manfaat
sebesar-besarnya, terutama demi tercapainya target MDGs di daerah-daerah urban maupun rural di
Indonesia tercinta. Dokter Keluarga yang sebenar-benarnya adalah Spesialis Kedokteran Keluarga
yang berkualitas, yang telah mendapat pendidikan formal setara dengan dokter-dokter spesialis yang
lain. Upaya Komprehensif dan Kontinuitas oleh Dokter Keluarga, merupakan ujung tombak layanan
Besar harapan kami untuk dapat segera dimulainya pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga
di Fakultas Kedokteran di Indonesia, demi segera terpenuhinya akses Layanan Primer Paripurna bagi
seluruh rakyat Indonesia. Dengan adanya Sistem Jaminan Sosial Semesta 2014, maka jelas bahwa
Prof. Dr. dr. Adi Heru Sutomo, MSc, DSLHTMNutr Prof. Dr. dr. Irawan Yusuf
Seluruh Dokter Layanan Primer yang berada di garis depan pelayanan kesehatan primer di
kota-kota besar, di daerah terpencil, di perbatasan Republik Indonesia yang tetap setia
melayanani masyarakat Indonesia dalam keadaan sehat maupun sakit dan mendampingi
mereka di setiap saat memerlukan konsultasi kesehatan dan terus berupaya menekan indeks
4. Ketua dan Sekretaris Eksekutif HPEQ DIKTI – Kemnedikbud Jakarta 2012-2014: Dr.
Eropa dan WONCA Dunia: Prof. Zorayda Leopando, Prof. Mark Alan Graber, Prof.
11. Konsorsium Kedokteran Keluarga Indonesia: Prof. Adi Heru Sutomo, Dr Armyn
Nurdin, Dr. Gatot Lawrence, Dr. Oryzati Hilma Agrimon, Dr Dhanasari Vidiawati,
Dr. Isti Ilmiati Fujiati, Dr. Nita Arisanti, Dr Putu Surasa, Dr. Jack Roebiyoso, Dr.
Fitriana Murriya Ekawati, Dr. Wahyudi Istiono, Prof. Anies, Dr. Mora Claramita
Yang telah membantu memberikan umpan balik yang membangun dan ikut menyusun
bermanfaat, sementara memberi amal pada orang banyak akan kurang bermanfaat
kalau tanpa ilmu. Kiranya moto tersebut menggambarkan semangat kami dalam
Seringkali tidak disadari, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang luas dan
beragam. Keadaan geografis yang terdiri dari lebih 13 ribu pulau, keberagaman keadaan,
infrastruktur baik kesehatan maupun non-kesehatan, distribusi dokter yang tidak merata, serta
bervariasi kualitas pelayanan dokternya, maka pelayanan kesehatan primer (primary health
care) memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap derajat kesehatan nasional. Dokter yang
bekerja pada pelayanan kesehatan primer haruslah seorang primary care health provider
Gagasan mengenai Dokter Keluarga di Indonesia mulai muncul sesudah staf pengajar dari
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Pencegahan (yang saat ini disebut
tahun 1978, Tahun 1979 dibentuklah “Kelompok Studi Dokter Keluarga Indonesia” dan
terbitlah buku Bunga Rampai Dokter Keluarga Indonesia dan pembelajaran mengenai
kedokteran keluarga mulai dilaksanakan di FKUI. Sejak peristiwa tersebut diatas, maka
tahun 1997 setelah diakui oleh Ikatan Dokter Indonesia pada Muktamar ke ….
PDKI cabang dan Dinas Kesehatan setempat, dengan narasumber bervariasi dari
Universitas nasional 11 Maret, pada saat ini 500 lulusan telah bekerja tersebar
diseluruh Indonesia
e. Pada tahun 2001 diselenggarakan lokakarya nasional yang dihadiri oleh Dekan
dan Ketua Bagian IKK atau IKM-IKP seluruh Indonesia, pada saat itu berjumlah
tahun 2001 dengan hasil kesepakatan materi kedokteran keluarga pada tahap
Dokter Keluarga, Standar Pelayanan Dokter Keluarga oleh PDKI atas pembiayaan
buku standara, sama dengan karakteristik dokter keluarga yang terdapat pada buku
l. Pada tahun 2007 KIKK bergabung dengan Kolegium Dokter Indonesia (KDI)
menjadi Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI) atas arahan
Keluarga yang dikelola oleh PDKI, dan pada saat dihentikan oleh PB IDI pada
tahun 2011, telah dikonversi 1734 dokter praktik umum menjadi dokter keluarga.
n. Pada tahun 2012, FKUI dan FKUNHAS memulai program diploma post graduate
o. Pada tahun 2012, Konsorsium Dokter Keluarga Indonesia yang didukung project
memperkuat kualitas dan kuantitas staf pengajar Kedokteran Keluarga baik dalam
Mengapa dokter yang telah lulus dari fakultas kedokteran dan bekerja di lahan pelayanan
Pendidikan dokter yang berlangsung selama 5-7 tahun, baik kurikulum berbasis konten
maupun kurikulum berbasis kompetensi, tidak memiliki cukup waktu untuk melatih
Dokter yang bekerja sebagai dokter praktik umum dengan benar selama beberapa tahun
dilayanan kesehatan primer, dan ditambah dengan penyegaran pengetahuan terkini serta
menyeluruh, paripurna, bersinambung, tidak memilih jenis pasien, dapat diaudit dan
dipertanggungjawabkan, serupa dengan gambaran seorang dokter keluarga. Oleh karena itu,
pada tahun 2008, setelah Standar Profesi, Standar Kompetensi dan Standar Pelayanan Dokter
umum di Indonesia yang selama ini sebetulnya berpraktik sebagai Dokter Keluarga.
Program konversi Dokter Keluarga yang dikelola oleh PDKI dan peserta konversi yang lulus
dilantik oleh Ketua Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga sejak 2008 hingga akhir 2011
adalah 1734 orang dokter. Walaupun sedianya program konversi diselenggarakan hingga
akhir tahun 2012, namun program dihentikan oleh PB IDI pada tahun 2011dengan alasan
menyalahi undang-undang.
Menyadari bahwa program studi dokter yang singkat, baik kurikulum berbasis konten
telah mahir untuk menjadi dokter layanan primer yang berkualitas, maka Kolegium Ilmu
Namun dengan adanya beberapa pertemuan nasional dari berbagai instittusi pendidikan
dokter bersama-sama dengan PDKI, maka diperlukan adanya Konsorsium Dokter Keluarga
dengan Pembina dan ketua PB PDKI yang dihadiri juga oleh Prof. Job Metsemakers, dari
sebagai pengamat. Pertemuan nasional pertama pada tanggal 14-15 Juli 2012 di hotel
menghasilkan pendirian Konsorsium dan pembacaan deklarasi yang disaksikan juga oleh
penasihat. Serta pertemuan nasional ketiga pada tanggal …… untuk membicarakan langkah
Indonesia
1.1 Akses ke layanan kesehatan primer yang kurang merata bagi seluruh rakyat
1.2 Banyaknya rujukan untuk kasus-kasus layanan primer yang sebenarnya tidak
1.3 Kemampuan tenaga medis di area pre-service layanan primer yang kurang
2.1 Kekurangan informasi ilmiah dan publikasi ilmiah di bidang layanan primer
2.2 Kekurangan pendidikan dokter tingkat lanjut – formal - di area layanan primer di
2.3 Belum adanya unit/ bagian/ department “Layanan Primer” atau “Kedokteran
Indonesia
2.4 Uji Kompetensi Dokter menggunakan cara Computer Based Test dan OSCE.
dengan variasi kasus yang luas dan penanganan secara mandiri (MAHIR)(Figur
2b)
Figur 2a. Puzzle yang hilang dari pendidikan lanjutan formal dokter layanan primer dibanding
pendidikan lanjutan formal dokter spesialis di rumah sakit
• Level DOES pada Piramida Miller belum ada untuk area Pelayanan Kesehatan
• Level DOES pada Piramida Miller sudah ada untuk Spesialis Rumah Sakit (untuk <
20 % kasus)
3.1 Angka kelahiran yang tinggi dan tendensi untuk menjadi tidak terkontrol
3.3 Agenda Indeks MDGs yang belum terselesaikan misanya penyakit infeksi TB/ HIV
dan malaria
3.4 Penyakit infeksi baru misalnya DBD, HIV AIDS, Avian Flu, dsb.
3.5 Penyakit kronik degenerasi seperti DM dan Hipertensi yang memiliki tendensi
3.6 Angka kematian Ibu akibat persalinan yang seharusnya dapat dicegah seandainya
Dokter Layanan Primer mendapat tugas untuk melakukan ANC yg baik dan
3.7 Angka kematian anak yang tetap tinggi pun antara lain disebabkan terbengkalainya
neonatal dan balita jika hanya menggantungkan kepsda layanan canggih RS. Yang
4.1 Service-cost di tingkat pelayanan primer yang masih dirasakan mahal oleh
Rehabilitasi) dan masih menitikberatkan pada ketika sesudah sakit / kurasi saja,
sehingga biaya kesehatan terhitung mahal karena selalu mengobati pada saat sudah
sakit.
Keluarga
Adapun hasil dari lima kali pertemuan nasional dengan dukungan fasilitas dari HPEQ-
Kebutuhan Masyarakat
Primer
Brunei 76 6 37
Singapore 81 2 16
Malaysia 72 5 42
Thailand 70 9 47
Philippines 71 21 84
Indonesia 68 30 229
Vietnam 72 11 64
Laos 61 49 339
Cambodia 61 50 266
Myanmar 56 42 219
Sumber: Chongsuvivatwong et al 2011. Health and health-care`systems in South East Asia: Diversity and transitions.
The Lancet,377,429-37
• Membahas mengenai persiapan jenjang akademik dan jenjang profesi bagi Dokter
Layanan Primer:
Figur 4a dan 4b: Jalur Akademik dan Profesi bagi Dokter Layanan Primer di Indonesia dan
Penguatan Koass dan Internship
Pendidikan Dokter S1
SPICES dari Ronald Harden, 1984 bahwa sebaiknya bagi mahasiswa kedokteran
sebagai GP/ FP atau ke layanan sekunder sebagai Spesialis Rumah Sakit. Dengan
untuk memilih salah satu dari jenjang peminatan yang ada (Layanan Primer atau
keluarga.
Figur 5. Rencana Penguatan Internship dan Pendidikan Formal Lanjutan bagi Dokter Layanan Primer
tahun→ 3 tahun)
Education
(Sp 2)
▪ Peningkatan knowledge:
Indonesia
• Peningkatan knowledge:
• Pengalaman praktik selama 5-10 tahun (Bukti: SIP & STR) dihargai
Indonesia
Untuk menuju the Cost Effective Doctors, perlu dilakukan langkah-langkah sbb:
• Who 2003 Srilanka: Dokter Umum di Indonesia sebaiknya ditingkatkan dari BASIC
• Who 2012 Margareth Chan (Direktur WHO): ADVANCE primary care doctors
terbukti:
MDGs)
(Depkes-RI, 2006) disebutkan bahwa untuk program Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
1. meningkatkan akses
2. meningkatkan keterjangkauan
2. jumlah rumah sakit yang melaksanakan pelayanan gawat darurat sebesar 90%
sebesar 100%
Terkait dengan Renstra Depkes RI tersebut diatas, maka kegiatan pokok dan kegiatan
b. pembangunan sarana dan prasarana rumah sakit di daerah tertinggal secara selektif
Depkes RI di Surabaya tahun 2011 (Depkes-RI, 2011) disebutkan bahwa terhitung sejak
tahun 2013 akan diperlukan 11.500 Dokter Keluarga, yang mana pada saat itu PT ASKES
Panacea dan Higiea adalah kedua putra Aesculapius. Mereka berbeda sifat. Salah satunya
Difinisi tentang GP/dokter keluarga menurut WONCA Eropa (2002) adalah sebagai
berikut :
Difinisi tentang GP/dokter keluarga menurut American Board of Family Practice (2009)
• Family medicine (FM), formerly Family Practice (FP), is a medical specialty devoted
to comprehensive health care for people of all ages
Ilmu Kedokteran Keluarga berada dalam ranah ILMU KEDOKTERAN, yaitu sesuai dengan
Sebenarnya Ilmu Kedokteran Keluarga itu amat luas, sehingga kurikulum S-1 Fakultas
S-2 (Master) dan S-3 (DOKTOR) Ilmu Kedokteran Keluarga diselenggarakan untuk
MEDICINE SERTIFICATE”
Keluarga.
telah diselenggarakan di :
e. Spesialisasi :
Akan diselenggarakan di :
UGM 2011
pada manajemen kontak pertama dengan pasien, Dokter dengan pendekatan Kedokteran
Keluarga ini diharapkan untuk menguasai kondisi kesehatan pasien dan keluarganya
Pada prinsip ini Ilmu Kedokteran Keluarga harus dapat mengembangkan pendekatan
yang berorientasi pasien, dapat memberikan prioritas dalam hubungan dua arah dokter
3. Penanganan Komprehensif
komprehensif baik yang bersifat akut maupun kronis, pada aspek prevensi, promosi,
kurasi dan rehabilitasi. Pada prinsip ini, pesertadiharapkan memahami fungsi yang
berbeda pada berbagai sistem pelayanan kesehatan lain sekaligus dapat mengaplikasikan
4. Pelayanan Holistik
Pelayanan primer sebagai ranah Kedokteran Keluarga adalah pelayanan yang holistik,
kultural internal dan eksistensial. Pendekatan ini didasarkan bahwa pasien sebagai
seorang individu tidak hanya terdiri dari satu sisi fisik saja, tetapi juga sisi rohaniah,
kebutuhan individu dan masyarakat secara seimbang dengan memanfaatkan sumber daya
yang diampunya. Dokter juga harus dapat memahami struktur masyarakat dan mampu
pendekatan permasalahan kesehatan dan pemecahannya juga dilakukan secara spesifik sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Pendekatan ini juga berlaku pada saat proses diagnosis
dan terapi kepada pasien, termasuk pemilihan alat bantu yang efektif dan ditunjang oleh
Family
Medicin
e Basic
Principle
s
Dengan demikian, kedokteran keluarga adalah “bidang ilmu” dan kedokteran keluarga
memerlukan suatu formulasi untuk mengembangkan keilmuan dan kombinasi dengan
praktek sehari hari.
Tujuan Kurikulum
Tujuan dari kurikulum ini harus jelas menjelaskan secara baik mengenai dokter keluarga
dan kualitasnya pada dokter, dirinya, pasien dan keluarganya serta masalah pada umumnya.
The WONCA 2002 mendefinisikan bahwa praktek umum terus untuk menentukan inti
kompetensi yang penting untuk dokter keluarga, terlepas dari sistem kesehatan negaranya.
Kompleks karakteristik kompetensi ini meliputi :
A. Kompetensi Inti
1. Perawatan utama manajemen pelayanan primer :
Termasuk kemampuan:
• Pengelolaan kontak utama dengan pasien yang mempunyai bermacam kondisi
kesehatan
• Untuk mengkoordinasikan perawatan dengan para profesional lain dalam perawatan
primer dan dengan lainnya spesialis
• Untuk menguasai penyediaan pelayanan yang efektif dan pelayanan kesehatan yang
tepat guna
• Untuk bertindak sebagai advokat bagi pasien
2. Pelayanan Kesehatan berbasis Pasien
Termasuk kemampuan:
• Untuk mengadopsi pelayanan berpusat pasien dan berbagai permasalahannya
37 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia – Ditulis oleh
Konsorsium Kedokteran Keluarga Indonesia dan Kolegium Dokter Indonesia
• Untuk menggunakan konsultasi dokter praktik umum untuk membawa hubungan
dokter-pasien yang efektif
• Dapat berkomunikasi untuk menetapkan prioritas dan bertindak dalam kemitraan
dokter - pasien
• Untuk memberikan perawatan jangka panjang yang sesuai kebutuhan pasien
3. Keterampilan Memecahkan masalah dengan spesific
Termasuk kemampuan:
• Untuk berhubungan spesifik proses pengambilan keputusan medis sesuai dengan
prevalensi dan kejadian penyakit di masyarakat
• Selektif dalam mengumpulkan dan menginterpretasikan informasi dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan rencana pengelolaan masalah yang tepat bekerjasama
dengan pasien.
• Menerapkan prinsip-prinsip kerja yang sesuai (misalnya tambahan penyelidikan,
menggunakan waktu sebagai alat) untuk mentoleransi ketidakpastian
• Untuk kepentingan intervensi segera bila diperlukan
• Penggunaan intervensi medis yang tepat guna dan efisien
4. Pendekatan komprehensif
Termasuk kemampuan:
• Untuk mengelola keluhan pasien secara simultan baik akut dan kronis
• Untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan dengan menerapkan prinsip
promosi kesehatan dan strategi pencegahan penyakit dengan tepat
• Untuk mengelola dan mengkoordinasikan berbagai tindak pelayanan kesehatan:
promosi kesehatan, pencegahan, penyembuhan, perawatan, rehabilitasi dan paliatif
5. Komunitas Orientasi
Termasuk kemampuan:
• Untuk menjembatani kebutuhan kesehatan pasien individu dan kebutuhan kesehatan
dari masyarakat di mana mereka tinggal, menyeimbangkanya dengan ketersediaan
sumber daya
6. Holistik pemodelan
Termasuk kemampuan:
Waktu waktu tersebut, secara akademis, tentu saja telah dibagi menjadi tiga tahap,
masing-masing berlangsung satu tahun. :
• Tahap 1: Aklimatisasi untuk Kedokteran Keluarga, Prinsip Teoritis dan Keselamatan
Pasien
• Tahap 2: Aplikasi Praktis dan Pemantapan
• Tahap 3: Pemecahan masalah dan Praktek Paripurna
Selain itu, berbagai 'Modul Klinis' (misalnya kardiovaskular, geriatri) harus menyebar ke
seluruh tiga tahapan program. Untuk mencapai hasil pendidikan yang optimal bagi setiap
peserta pelatihan, Modul klinis harus sesuai dengan setting tempat pembelajaran sehingga
pendidikan dapat berjalan efektif. Adapun jenis modul klinis antara lain:
• Terapan Genetika • Mental Masalah Kesehatan dan
• Pediatri dan Remaja Kesehatan Ketergantungan
• Kesehatan Pria • THT dan Masalah wajah
• Kesehatan Wanita • Eye Masalah
• Geriatric Kesehatan • Masalah Kulit
• Kardiovaskular Masalah
• Masalah Pernapasan
• Pencernaan Tract Masalah
• Neurologis Masalah
• Endokrin dan metabolik Masalah
• Pra, Musculoskeletal &
Pengobatan Trauma
• Ginjal dan Urologi Masalah
• Penyakit Infeksi
• Hematologi dan Imunologi
• Darurat
• Kesehatan Seksual
40 Naskah Akademik Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Indonesia – Ditulis oleh
Konsorsium Kedokteran Keluarga Indonesia dan Kolegium Dokter Indonesia
Strategi Pendidikan
Dalam Program Pelatihan Spesialis, peserta pelatihan mengikuti pelatihan pada tempat
praktek dokter dan mendapatkan bimbingan dari dokter yang telah mempunyai
sertifikat pelatih. Strategi pembelajaran menggunakan SPICES.
Adapun syarat untuk menjadi trainer dan tempat pendidikan adalah sebagai hal berikut:
Konsultasi
Konsultasi ini adalah jantung dari praktek umum. Komunikasi adalah pusat
pengaturan di mana perawatan primer diberikan, dan di mana hasil kurikulum
diimplementasikan dan kesuksesan pelayanan dapat tercapai. Mendasari hasil di
bawah ini adalah komitmen pelayan untuk 'berpusat pada pasien'. Untuk tujuan
kurikulum, dokter berpusat pada pasien dapat dikatakan memiliki atribut sebagai
berikut:
1. Pemahaman tentang konteks yang lebih luas dari konsultasi. Sebuah persepsi
pasien sebagai pribadi: keyakinan bahwa pasien yang sakitbukanlah sebuah
mesin, dan bahwa "kesehatan" dan "penyakit" terdiri lebih dari kehadiran atau
tidak adanya tanda-tanda dan gejala. skills.4-8 Namun, harapan dan preferensi
pasien bervariasi, seperti gaya bahasa yang digunakan dalam berkonsultasi
juga sangat bervariasi.
2. Sebuah komitmen untuk etika, sikap reflektif yang memungkinkan dokter
untuk memahami dan memantau / nya prakteknya, dan mengembangkannya
untuk kepentingan pasien.
Patient Safety
Primum – non nocere merupakan salah satu prinsip dasar dalam pengobatan.
Keselamatan pasien adalah pusat masalah bagi semua petugas kesehatan, termasuk
dokter dan keluarga, di mana pun mereka bekerja. Dokter Keluarga yang praktek
secara simultan akan menerapkan prinsip keselamatan pasien.
Manajemen Praktek
Sebagai seorang dokter keluarga yang berpraktek dalam seting pelayanan kesehatan
primer, dokter keluarga perlu mengembangkan manajerial dasar, antara lain
keterampilan untuk mengatasi kebutuhan berikut:
• akuisisi transportasi pribadi dan pemeliharaan
• menggunakan / sewa / akuisisi aset
• pembersihan dan pemeliharaan aset
KesehatanKerja
Dokter keluarga harus mempunyai pemahaman yang cukup terhadap bidang
kesehatan keluarga karena kapitasi masyarakat yang dimiliki tentunya juga bekerja,
yang memilliki sisi fisik, sosial dan psikologis individu. Sebaliknya, pekerjaan juga
mempunyai efek pada kesehatan individu, misal: kecemasan, cedera regangan
berulang, asma, dan gangguan pendengaran.
Transcultural Kedokteran
Masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia adalah masyarakat yang multi
etnis, mempunyai budaya, dan sikap tertentu terhadap satu isu permasalahan
kesehatan yang ada di sekitarnya. Melihat hal ini, maka Terapanpengetahuan budaya
muncul sebagai tujuan dan media utama dari klinis dan kesehatan masyarakat dalam
praktek dokter keluarga. Pemahaman terhadap budaya dalam praktek dokter ini adalah
satu peluang untuk memunculkan harmonisasi hubungan dokter – pasien. Adapun
beberapa poin keterlibatan pemahaman transkultural kedokteran antara lain:
• konsep penyakit dan perilaku penyakit
• penilaian, wawancara, kemunculan gejala
• rawat inap, obat-obatan, keterlibatan keluarga, masalah persetujuan
Pengobatan Alternatif
Pengobatan alternative adalah bagian dari pengobatan holistic. Kemper menyebutkan
bahwa model pelayanan model pelayanan holistic terdiri dari beberapa aspek yakni :
biokimia menggunakan obat obatan maupun herbal, intervensi nutrisi, terapi
lingkungan dan keterlibatan keseluruhan aspek diri pasien, keterlibatan aspek ini tidak
hanya dari segi aspek spiritual, tapi juga bagaimana mengelola pola hidup pasien,
meditasi dan konseling. Di Indonesia sendiri, masyarakat tidak hanya terpapar dengan
obat obatan dan perhatian dokter, namun banyak juga diantara masyarakat tersebut
yang menggunakan pengobatan herbal dan terapi lain seperti Reiki, dan pijat
(massage). Diantara terapi tersebut ada yang sudah mempunyai evidence dan banyak
juga yang masih berupa testimoni. Dokter keluarga dalah dokter utama yang terpapar
dengan pasien dan segaka segi hidupnya, dokter keluarga diharapkan mampu
menjembatani kebutuhan medis pasien dan usaha lain yang diyakininya.
Perawatan Paliatif
World Health Organisation mendefinisan perawatan paliatif sebagai :
“an approach that improves the quality of life of patients and their families facingthe
problems associated with life-threatening illness, through the prevention andrelief of
suffering by means of early identification and impeccable assessmentand treatment of
pain and other problems, physical, psychosocial and spiritual.”
Pemaparan tersebut didasari adanya kebutuhan akan pasien tertentu pada saat
menghadapi hal hal tertentu: ketika pengobatan tidak terjangkau, pengobatan yang ada
belum efektif, dsb. Adapun menurut definisi Curriculum of Family Medicine Training
di Malta menyebutkan bahwa perawatan paliatif meliputi :
• pemberikan bantuan dari rasa sakit dan gejala tidak nyaman yang
lainnya;
Genetika Terapan
Sebuah penelitian di tahun 2004 menyebutkan bahwa minimal 1/10 dari pasien yang
dihadapi dokter keluarga mempunyai penyakit yang berhubungan dengan genetika dalam
dirinya. Penyakit ini antara lain : thalasemia, kanker payudara, down syndrome, asma,
dan hipertensi. Pembelajaran mengenai genetika ini juga semakin dibutuhkan seiring
dengan kemajuan teknologi dalam pemeriksaan kesehatan. Pada materi genetika ini
dokter diharapkan dapat menjadi konselor dan memberikan pemeriksaan terkait pola
penyakit genetika tersebut. Secara lebih detail, mendeteksian permasalahan genetika ini
didasarkan pada hal berikut :
• sebagai usaha untuk menilai perkembangan penyakit dalam individu, missal :
pemeriksaan payudara sendiri untuk mendeteksi ca payudara
• mendeteksi individu carier
• mencegah terjadinya transmisi progeny pada individu yang beresiko.
Kesehatan Pria
Dokter keluarga menghadapi pasien baik laki laki dan wanita, Tujuan pembelajaran
berikut berhubungan khusus untuk peran dokter keluarga dalamperawatan pria. Hasil
menggambarkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari selama
training residensi spesialisasi dokter keluarga. Pada akhir pelatihan khusus, peserta
pelatihan diharapkan dapat:
1. Mengatur kontak palayanan primer dengan pasien laki-laki.
2. Menghargai pentingnya dampak sosial dan psikologis dari penyakit pada
pasien, keluarga, teman, dan tanggungan pekerjaannya.
Kesehatan Wanita
Tujuan pembelajaran berikut akan dibahas selama periode pelatihan dokter keluarga
seputar kesehatan wanita, khususnya tentang penguasaan peserta pelatihan
kompetensi dalam menangani isu-isu yang berkaitan dengan masalah kesehatan
perempuan.Pada akhir pelatihan khusus, peserta pelatihan residensi diharapkan dapat:
1. Menunjukkan pengetahuan tentang masalah kesehatan wanita, kondisi dan
penyakitnya.
Masalah kardiovaskular
Tujuan pembelajaran berikut berhubungan khusus untuk peran dokter keluarga dalam
pencegahan, diagnosis dan penatalaksanaan penyakit kardiovaskular. Selama
pembelajaran, diharapkan dokter dapat mempelajari pengetahuan, keterampilan dan
sikap bahwa peserta pelatihan harus mengenai system kardiovaskuler dan gangguan
yang bisa disebabkannya. Pada akhir pendidikan spesialisasi, peserta pelatihan
diharapkan dapat:
1. Membuat dan mengatur kontak perawatan primer dengan pasien manapun yang
mempunyai kelainan kardiovaskuler.
2. Menghargai pentingnya dampak sosial dan psikologis gangguan kardiovaskular
masalah pada pasien, / keluarganya, teman-teman, tanggungan perusahaan dan
lingkungannya.
3. Mendemonstrasikan keterampilan konsultasi yang memadai untuk meminta
riwayat pasien dankerabatnya, dan menunjukkan empati dan kasih sayang
dalamranak pendekatan terhadap pasien dengan penyakit kronis.
4. Menghargai tingginya prevalensi faktor risiko kardiovaskular di Indonesia dan
proyeksi memburuknya situasi akibatpenuaan dan populasi yang semakin
gemuk.
5. Menyadari bahwa Penyakit ini sebenarnya dapat dicegah dengan menanyakan
kepada semua pasien tentang status merokok, konsumsi alkohol, kebiasaan
dietdan kebiasaan berolahraga.
6. Menawarkan non-menghakimi sarandan membantu pasien untuk mengubah /
nya gaya hidupnya. Ketika ditunjukkan, tawarkanobat atau rujukan ke
profesional kesehatan lainnya atau sesi kelompok.
7. Melakukan pemeriksaan lengkap dari sistem kardiovaskular. Antara lain
pemeriksaan tekanan darah pada semua orang dewasa, pemeriksaan lipid pada
Masalah Pernapasan
Tujuan pembelajaran berikut berhubungan khusus untuk peran dokter keluarga dalam
diagnosis dan manajemen pasien dengan gejala dan tanda-tandayang mengarah ke
penyakit pada sistem pernapasan. Diharapkan padda akhir pendidikan spesialisasi akan
tergambarkanpengetahuan, keterampilan dan sikap yang perlu dilakukan mengenai
penyakit saluran pernafasan. Pada akhir pelatihan khusus, peserta pelatihan diharapkan
dapat :
1. Dapat mengatur kontak perawatan primer dengan pasien manapun yang
mempunyai masalah pada saluran pernapasan.
2. Menghargai pentingnya dampak sosial dan psikologismasalah pernapasan pada
pasien, / keluarganya, teman-teman, tanggungandan pengusaha.
Tujuan pembelajaran berikut berhubungan khusus untuk peran dokter keluarga dalam
diagnosis dan manajemen pasien dengan gejala dan tanda-tandayang mengarah ke
penyakit pada saluran pencernaan. Pada akhir pelatihanspesialis, peserta pelatihan
diharapkan dapat:
1. Mengatur kontak perawatan primer dengan pasien manapun yang mempunyai
gangguan pencernaan
2. Mendemonstrasikan keterampilan konsultasi yang memadai untuk
menganamnesis pasien dan / nya kerabat, mengklarifikasi istilah yang
digunakan oleh pasien untuk menggambarkanpenyakit yang berhubungan
dengan saluran pencernaan (misalnya diare, sembelit dandispepsia)
3. Menunjukkan empati dan kasih sayang dalam pendekatan terhadap pasien
dengan kronis atau terminal.
4. Mengakui bahwa beberapa pasien mungkin menemukan masalah pencernaan,
khususnya dan mempunyai kesadaran tentang gangguan saluran gastrointestinal
yang rendah, Dengan demikian, dokter keluarga harusmenunjukkan gaya non-
menghakimi, gaya konsultasi peduli dan profesional untukmeminimalkan rasa
malu pasien dengan masalah pencernaan. Dia juga harusmengakui keengganan
beberapa pasien untuk menjalani pemeriksaan dubur danmenghormati otonomi
pasien
5. Menghargai dampak keanekaragaman sosial dan budaya, dan peran penting
darikeyakinan kesehatan yang berkaitan dengan diet, nutrisi dan fungsi
pencernaan.
6. Mengakui bahwa stres psikologis sering mempengaruhi pencernaanberfungsi
dan dapat memperburuk penyakit sistem ini.
7. Menyarankan intervensi gaya hidup yang tepat untuk pasien yang
memilikidampak pada kesehatan pencernaan, seperti rekomendasi untuk diet
sehat, penghentian merokokdan pengurangan stres.
8. Menunjukkan pemeriksaan abdomen lengkap, termasuk pemeriksaan dubur.
Masalah Neurologis
Tujuan pembelajaran berikut berhubungan khusus untuk peran dokter keluarga dalam
diagnosis dan manajemen pasien dengan gejala dan tanda-tanda
yang mengarah ke penyakit pada sistem saraf. Pada akhir pelatihan khusus, peserta
pelatihan diharapkan dapat:
1. Mengatur kontak perawatan primer dengan pasien manapun yang menyajikan
dengan masalah neurologis
Penyakit menular
Tujuan pembelajaran berikut berhubungan khusus untuk peran dokter keluarga dalam
diagnosis dan penatalaksanaan penyakit menular. Pada akhir pelatihan khusus, peserta
pelatihan diharapkan dapat:
1. Mengelola konsultasi perawatan primer dengan pasien manapun yang
mengalamigejala dan tanda-tanda penyakit menular.
2. Mengakui bahwa sektor-sektor tertentu dari populasi mungkin pada peningkatan
risiko terkena penyakit menular berasal dari usia, lingkungan, kondisi hidup,
pola makan,perilaku, pekerjaan, dll
3. Mengambil anamnesis yang cermat terhadap gejala yang dialami oleh pasien,
dan mengakomodasi idenya, ketakutan, kekhawatiran dan harapan yang
berkaitan dengan penyakitnya dan pengobatannya
4. Lakukan pemeriksaan fisik secara umum untuk memperoleh tanda-tanda
infeksi.Mendiagnosa dan menangani pasien dengan penyakit menular,
menyediakan pengobatan cepat untuk kondisi mudah ditangani dan merujuk
pada kasus yang lebih kompleks / berat.
5. Jelaskan bagaimana untuk menyelidiki penyakit menular melalui penggunaan
spesimen untuk diperiksa menggunakan mikroskop budaya, mikrobiologi dan
tes serologi. Jelaskan bagaimanamenginterpretasikan hasil dari penyelidikan
tersebut. Intervensi mendesak dalam kasus septikemia, syok septik atau infeksi
yang serius.
6. Mengetahui sejarah alami penyakit menular sehingga memberikan saran
kesehatan yang sesuaidan sertifikasi untuk ketidakhadiran dari sekolah atau
bekerja. Jangan lupa juga berikan saran yang tepat tentang bagaimana untuk
mencegah penyebaran penyakit menular seperti kebersihan tangan, menutup
mulut saat bersin, karantina, danmengobati hewan peliharaan yang sakit.
Kesehatan Seksual
Tujuan pembelajaran berikut berhubungan khusus untuk peran dokter keluarga
dalamperawatan masalah kesehatan seksual. Hasil menggambarkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap bahwa peserta pelatihan harus belajar selama nya /
pelatihannya. Pada akhir pelatihan khusus, peserta pelatihan diharapkan:
1. Atur kontak perawatan primer dengan pasien dengan masalah kesehatan seksual
danmengadopsi pendekatan berpusat pada pasien.Menunjukkan pendekatan
sensitif dan tidak menghakimi terhadap hal tersebut.
2. Mendemonstrasikan keterampilan konsultasi yang memadai untuk meminta
riwayat seksual yang baik.
3. Menghargai pentingnya dampak sosial dan psikologis seksualmasalah kesehatan
pada pasien dan / nya pasangannya.
4. Menghargai kontribusi penting dari tekanan sosial (misalnya nilai-nilai
keluarga;tekanan teman sebaya, agama, media komunikasi) pada keyakinan
seksual danperilaku pasien.
5. Melakukan pemeriksaan lengkap dari alat kelamin.
11. Jelaskan tanda-tanda dan gejala dari alkohol dan penyalahgunaan zat.
12. Mempromosikan gaya hidup bebas narkoba yang sehat. Dengan menawarkan
konseling yang non-menghakimi nasihat dan membantu pasien untukmengubah
nya / gaya hidupnya.
13. Menjelaskan faktor pasien yang melekat yang meningkatkan risiko. Perlakukan
risikobunuh diri secara serius dan mengambil tindakan yang tepat untuk
mengurangi itu.
14. Menerapkan kriteria berbasis bukti untuk menilai keparahan penyakit mentaldan
alkohol dan obat-masalah yang berhubungan, untuk memutuskan kapan harus
merujuk pasienuntuk perawatan sekunder dan apakah rujukan harus sebagai
keadaan darurat,mendesak atau janji rutin.
15. Intervensi mendesak ketika pasien hadir dengan darurat psikiatri, dokter harus
dapat menilai bahaya, mengelola situasi dengan tenang dan memanggil awal
untuk bantuandari polisi dan ahli kejiwaan yang lain bila diperlukan.
Masalah THT
Tujuan pembelajaran berikut berhubungan khusus untuk peran dokter keluarga dalam
diagnosis dan manajemen pasien dengan masalah THT. Pada akhir pelatihan khusus,
peserta pelatihan diharapkan dapat:
1. Atur kontak dengan pasien perawatan primer setiap orang yang hadir dengan
masalah THT dan mengelola secara bersamaan masalah akut dan kronis
dipasien.
Masalah kulit
Tujuan pembelajaran berikut berhubungan khusus untuk peran dokter keluarga
dalamdiagnosis dan manajemen pasien dengan gejala dan tanda-tandayang mengarah
ke penyakit pada kulit. Pada akhir pelatihan khusus, peserta pelatihan diharapkan:
1. Mendidik masyarakat tentang perlindungan kulit dari sinar matahari, tentang
perawatan kulit dan kebersihan diri.
2. Identifikasi kesehatan pasien keyakinan mengenai masalah kulitdan baik
memperkuat, memodifikasi atau menantang keyakinan-keyakinanyang tidak
sesuai.
2. Atur kontak perawatan primer dengan pasien manapun yang menyajikan
dengan masalah kulit
3. Menghargai pentingnya dampak sosial dan psikologis dari masalah kulitpasien,
/ keluarganya, teman-teman, dan tanggungapengusaha.