Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ira Nanda

NIM : 1905036008
Kelas : Reguler A

TUGAS
1. Rangkumlah hasil PISA 2018 dari dokumen yang telah dibagikan.
Jawab:
PISA (Program Penilaian Pelajar Internasional) merupakan survey selama tiga
tahun terhadap siswa untuk menilai sejauh mana mereka memperoleh
pengetahuan dan keterampilan untuk diterapkan ditengah masyarakat. Penilaian
tersebut terfokus terhadap kemahiran membaca, MIPA dan domain inovatif serta
kesejahteraan para siswa. Menurut PISA, siswa di Indonesia memiliki nilai yang
lebih rendah dari OECD dan beberapa negara lain, terutama dalam membaca,
matematika dan MIPA.
Di Indonesia, sebanyak 30% siswa mencapai tingkat kedua dari kemahiran
membaca. Siswa tersebut dapat mengetahui gagasan utama dalam teks dan
menemukan informasi dari teks yang dibaca. Namun, terdapat sebagian kecil
persentase di Indonesia merupakan siswa terbaik dalam membaca dan mencapai
tingkat kelima atau keenam dalam tes membaca oleh PISA. Pada matematika
sebanyak 28% siswa di Indonesia mencapai tingkat kedua. Dimana, siswa dapat
mengenali serta mengartikan tanpa instruksi dan dapat mempresentasikan secara
matematis. Namun hanya sebanyak 1% siswa saja yang dapat mencapai tingkat
tertinggi dalam matematika. Sedangkan dalam sains, sebanyak 40% siswa di
Indonesia mencapai tingkat kedua dan dapat memahami penjelasan terhadap
fenomena ilmiah serta siswa yang mencapai tingkat tertinggi hanya beberapa
persen saja.
Menurut PISA, tren kerja dalam membaca, matematika dan sains di Indonesia
dalam membaca pada tahun 2000 hingga 2018 terjadi peningkatan di tahun 2009
dan kembali terjadi penurunan di tahun 2018. Sedangkan dalam matematika pada
tahun 2003 terjadi peningkatan setiap 3 tahun dan kembali menurun pada tahun
2018. Dalam sains, pada tahun 2006 terjadi peningkatan pada tahun 2015 dan
kembali menurun pada tahun 2018.
Indonesia bergabung pada PISA sejak 2001, dimana sejak saat itu prestasi di
bidang sains secara keseluruhan tetap datar sedangkan kinerja dalam membaca
dan matematika terjadi peningkatan dan penurunan sehingga membentuk bungkuk
dalam diagram. Tren ini disesuaikan dengan pendaftaran untuk menunjukkan hasil
lebih jelas. Dari sampel PISA memiliki kinerja dibawah 75% dari semua anak
dengan usia 15 tahun. Di semua negarayang berpartisipasi dengan PISA 2018,
anak perempuan secara signifikan lebih unggul disbanding anak laki-laki dalam
membaca. Kesenjangan gender dalam membaca tidak berbeda jauh dari rata-rata.
Kesenjangan tersebut bahkan lebih rendah dari yang diamati pada tahun 2009,
namun kinerja anak laki-laki dan perempuan tetap stabil. Di Indonesia, anak
perempuan mendapat nilai yang lebih tinggi dibanding anak laki-laki. Namun di
seluruh negara OECD, anak laki-laki mendapat nilai lebih tinggi di banding anak
perempuan. Sedangkan pada sains, anak perempuan justru lebih unggul daripada
anak laki-laki di seluruh negara OECD, dan di Indonesia anak perempuan lebih
unggul dari anak laki-laki.
Tingkat bullying di Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara OECD dan
sekitar 25% siswa melaporkan bahwa guru mereka harus menunggu para siswa
tenang pada saat proses pembelajaran. Mayoritas siswa di seluruh negara OECD
memiliki mindset berkembang, sedangkan di Indonesia hanya 29% siswa yang
memiliki mindset yang berkembang.

2. Tuliskan pendapat kalian mengenai hasil PISA tersebut


Jawab:
Menurut saya hasil PISA tersebut sangat mendukung mengenai adanya perubahan di
beberapa negara yang bergabung di dalamnya, Terkhusus pada perkembangan
membaca, matematika, sains dan kesejahteraan seluruh siswanya. Dimana setiap
negara akan memiliki hasil dari survey selama tiga tahun untuk mengetahui sejauh
mana mereka mampu menerima pengetahuan untuk diterapkan pada kehidupan
sehari-hari.
3. Pendidikan di Finlandia dikenal sebagai sistem pendidikan terbaik di seluruh dunia.
Buatlah rangkuman tentang sistem pendidikan di Finlandia dan bandingkan dengan
sistem pendidikan di Indonesia
Jawab:
Pendidikan di Finlandia dikenal sebagai sistem pendidikan terbaik dari seluruh
dunia. Pada hasil ujian internasional PISA tahun 2000 dimana remaja Finlandia
berhasil di posisi pertama dengan Korea Selatan dan Jepang. Pada hasil tersebut,
Finlandia mendapat posisi pertama pada literasi membaca, keempat di matematika
dan ketiga di sains. Pendidikan berkualitas tersebut bergantung pada kualitas
pendidiknya yang diberikan kebebasan untuk merancang kurikulum dan menentukan
metode yang kan digunakan dalam mengajar. Sistem pendidikan di Finlandia tidak
memberlakukan pemeringkatan institusi pendidikan dimana semua siswa dianggap
sama untuk mendapatkan pendidikan. Pemerintah Finlandia memastikan bahwa
semua negara mendapatkan untuk menempuh pendidikan yang sama. Kementrian
Finlandia bertanggung jawab atas merancang kerangka kebijakan sistem dan
implementasi kependidikannya, sedangkan untuk implementasinya merupakan
tanggung jawab dari Agensi Kependidikan Nasional Finlandia. Pemerintah daerah
diperbolehkan untuk mendelegasikan tanggung jawab tersebut ke sekolah. Pendidikan
formal di Finlandia sepenuhnya dipegang oleh pemerintah dan secara gratis untuk
seluruh warga segala usia dan tingkat pendidikan. Fasilitas gratis tersebut meliputi
sarana dan prasarana belajar, makan harian di sekolah. Finlandia berfokus pada
optimalisasi kemampuan individu setiap pelajar. Pemerintah memastikan melalaui
kerangka pembinaan dan konseling dengan tujuan untuk mendukung, membantu dan
membina murid agar dapat mencapai kemampuan terbaiknya secara akademis
maupun keterampilan hidup, seperti kemampuan untuk berpikir kritis, serta membuat
keputusan. Setiap penagajar dan pendidik bertanggung jawab untuk memperlakukan
anak secara individu buakn penggolongan. Setiap institusi pendidikan mendapat
keleluasaan dalam menjalankan proses belajar-mengajarnya, selama memenuhi
kerangka regulasi kependidikan yang ditentukan oleh Kementerian Pendidikan yang
memiliki definisi umum tentang kualitas dan efektivitas pendidikan. Guru
mendapatkan kebebasan penuh dalam menentukan metode pengajaran serta pemilihan
buku dan materi yang digunakan. Universitas bahkan mendapatkan kebebasan yang
lebih luas lagi; mereka diperbolehkan untuk menentukan sendiri kerangka dan isi dari
setiap program studi dan risetnya masing-masing. Evaluasi utama siswa adalah
evaluasi berkelanjutan oleh guru terkait selama tahun ajaran berlangsung. Setiap
siswa mendapatkan laporan hasil belajar setidaknya sekali dalam satu tahun akademis.
Tidak ada ujian bernilai atau ujian nasional bagi siswa pendidikan dasar. Ujian
nasional baru diadakan bagi siswa menengah atas pada akhir tingkat pendidikan.
Dengan demikian, kualitas program pendidikan di Finlandia bergantung banyak pada
kecakapan tim pengajar dan staf di setiap institusi pendidikan. Setiap institusi
pendidikan bertanggung jawab untuk melakukan evaluasi sendiri-sendiri diluar
evaluasi nasional yang dilakukan melalui ujian nasional berkala di bidang studi yang
berbeda-beda setiap saatnya tergantung keputusan dari hasil evaluasi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Finlandia.
84% penduduk Finlandia usia 25-64 tahun lulus dari pendidikan menengah
atas. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata tingkat kelulusan menengah atas di negara-
negara OECD (75%). Sedangkan sebanyak 39% penduduk Finlandia memiliki
gelar sarjana, lebih tinggi daripada rata-rata OECD yang berada di tingkat 32%. 46%
wanita Finlandia memiliki gelar sarjana, sedangkan hanya 33% pria Finlandia yang
memiliki gelar serupa. Menurut penelitian tahun 2011 yang dilakukan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Finlandia bersama Agensi Kependidikan
Nasional Finlandia, 96% penduduk usia muda pada tahun tersebut diperkirakan lulus
pendidikan menengah atas, namun hanya 47% yang diperkirakan akan memiliki
gelar sarjana pada masa hidupnya.
Anak-anak di Finlandia tidak diizinkan untuk masuk ke sekolah dasar jika
belum berumur 7 tahun, sedangkan di Indonesia sekolah memperbolehkan anak
belum berumur 7 tahun untuk masuk ke sekolah dasar. Dimana pada usia ini sulit
untuk anak menempuh pendidikan di sekolah dasar karena anak akan jenuh dan tidak
optimal dalam menempuh pendidikan. Guru-guru di Finlandia mempunyai sistem lain
untuk menilai siswa hingga mereka menginjak remeja, di Indonesia dimana 6 tahun
pertama anak bersekolah yakni sekolah dasar, mereka telah dinilai dan nilai mereka
dianggap mempengaruhi prestasi. Di Finlandia hanya ada satu tes standar wajib yaitu
pada saat siswa berusia 16 tahun. Namun di Indonesia, sejak siswa kelas 1 SD telah
dibebani oleh ujian akhir semester. Di Finlandia semua anak disama ratakan tanpa ada
perbedaan, di Indonesia anak dibedakan ke dalam beberapa kelas untuk mengetahui
tingkat siswa sehingga kelas menjadi seperti jurang. Di Finlandia tak ada jurang yang
terlalu lebar untuk membedakan siswa yang pandai dan tetinggal di kelas. Di
Indonesia yang pintar dan tertinggal kelas akan sangat tampak. Guru hanya
menghabiskan selama 4 jam di kelas, sementara itu seminggu guru akan memperoleh
pendidikan pengembangan profesi, namun di Indonesua guru menghabiskan sebanyak
48 jam di kelas.

4. Apakah sistem pendidikan di Finlandia dapat diterapkan di Indonesia? Mengapa?


Jawab:
Tidak akan bisa, karena kita membenci sosialisme, dimana sistem sosialis kita
memiliki basis pandangan yang diambil dari pemikiran tokoh komunisme. Untuk
mendukung banyaknya pengeluaran negara yang besar untuk membiayai program
gratis maka pemerintah Finlandia menarik pajak yang sangat banyak dan tinggi,
sedangkan di Indonesua masyarakat kemungkinan besar tidak suka dengan sistem
pajak yang tinggi. Lalu, di Indonesia tidak mudah untuk mendapatkan guru dengan
skill mengajar yang tinggi sedangkan di Finlandia, dapat dipastikan bahwa guru-guru
disana memiliki skill yang tinggi untuk mengajar. Skill mengajar yang tinggi dimiliki
oleh semua guru di Finlandia adalah hal yang sangat sulit ditiru oleh Indonesia karena
membutuhkan proses yang panjang untuk mendapatkan guru seperti itu.

5. Tuliskan pandangan Anda tentang kualitas pendidikan di Indonesia saat ini? Faktor
apa saja yang mempengaruhi hal-hal tersebut? Adakah hubungannya dengan kualitas
guru?
Jawab:
Menurut pandangan saya, kualitas pendidikan di Indonesia saat ini masih tergolong
bermutu rendah akibat dari efektivitas, efisiensi, dan standirasasi dalam proses
mengajar. Selain itu diakibatkan pula oleh kurang kreatifnya para pendidik dalam
membimbing siswa dan kurikulum yang semakin membuat pendidikan menjadi lebih
mundur karena kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa
memperhatikan kebutuhan dari masyarakat. Hal tersebut juga ada hubungannya
dengan kualitas guru dimana para guru hanya memaksakan para siswa untuk
menguasai seluruh materi yang telah di kurikulumkan. Hal ini banyak yang saling
mempengaruhi karena melibatkan guru, pengolah sekolah, masyarakat dan peserta
didik.

Anda mungkin juga menyukai