Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT

LAPORAN EVAPRO

Pemberian ASI Eksklusif

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menempuh

Program Dokter Internsip di Puskesmas Sukra Kabupaten Indramayu

Disusun Oleh :

dr. Ruri Rizqiah Setiadi


Dokter Internsip Periode II Tahun
2021

PROGRAM DOKTER INTERNSIP INDONESIA


PUSKESMAS SUKRA
KABUPATEN INDRAMAYU
2021
DAFTAR ISI

Daftar Isi..........................................................................................................................2
Daftar Tabel.....................................................................................................................3
Daftar Gambar..................................................................................................................5
Bab I Pendahuluan.........................................................................................................5
A. Latar Belakang.........................................................................................................5
B. Rumusan Masalah....................................................................................................8
C. Tujuan........................................................................................................................8
D. Manfaat....................................................................................................................8
Bab II Tinjauan Pustaka...............................................................................................9
A. Landasan Teori........................................................................................................9
1. Air Susu Ibu.......................................................................................................9
2. Peran Program Kelas Ibu Hamil........................................................................16
3. ASI Eksklusif......................................................................................................17
Bab III Data Umum dan Data Khusus Puskesmas Sukra............................................18
A. Keadaan Geografi................................................................................................19
B. Keadaan Demografi.............................................................................................19
C. Visi, Misi Program dan Target Puskesmas Sukra.................................................20
D. Pencapaian Program-Program Puskesmas Sukra..................................................24
Bab IV Evaluasi Program.............................................................................................28
A. Alur Pemecahan Masalah.......................................................................................28
B. Identifikasi Masalah...............................................................................................30
C. Penentuan Prioritas Masalah..................................................................................32
D. Penilaian Prioritas Masalah...................................................................................32
E. Kerangka Pikir Masalah.........................................................................................35
F. Urutan Prioritas Masalah........................................................................................37
G. Penentuan Prioritas Masalah...................................................................................37
H. Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah.........................................................38
I. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah...............................................................39
J. Penentuan Prioritas Masalah Kriteria Matriks.........................................................39
K. Daftar Alternatif Pemecahan Masalah.....................................................................40
Bab V Kesimpulan dan Saran......................................................................................40
A. Kesimpulan...............................................................................................................40
B. Saran.........................................................................................................................40
Daftar Pustaka...............................................................................................................41
LEMBAR PENGESAHAN EVAPRO
“Pemberian ASI Eksklusif Puskesmas Sukra”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Program Dokter
Internsip di Puskesmas Sukra Kabupaten Indramayu

Disusun Oleh:
dr. Ruri Rizqiah Setiadi

Mengetahui
Indramayu, September
2020

Kepala UPTD Puskesmas Sukra Pembimbing Puskesmas Sukra

dr. Barlian Ahmad Anwar dr. Warnadi


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi merupakan masalah yang terjadi dalam setiap siklus
kehidupan, mulai sejak dalam kandungan, bayi, anak, dewasa dan usia
lanjut. Pertumbuhan dan perkembangan sangat dipengaruhi oleh asupan
gizi terutama pada periode dua tahun pertama bayi lahir. Air Susu Ibu
(ASI) eksklusif merupakan salah satu strategi pemerintah untuk
memperbaiki pola gizi masyarakat. ASI eksklusif merupakan bagian
penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bayi baru lahir. ASI juga
merupakan satu satunya zat gizi yang memiliki nilai praktis dan ekonomis
tinggi baik bagi ibu maupun bayi dibandingkan dengan sumber gizi yang
lain (Mustofa dan Prabandari, 2010).
Kandungan gizi yang lengkap dalam ASI, sangat dianjurkan untuk
diberikan pada bayi baru lahir. Sehingga pemerintah mencanangkan
pemberian ASI eksklusif. ASI eksklusif merupakan pemberian ASI pada
bayi baru lahir sampai usia 6 bulan, dengan tidak menambah makanan lain
seperti sari jus buah, air putih, air susu formula, pisang, pepaya dan lain
sebagainya baik yang bersifat lunak ataupun yang keras (Rumangun,
2013). WHO (World Health Organization) dan UNICEF (United Nations
Children’s Fund) menyatakan bahwa kekurangan gizi pada bayi baru lahir
dapat menyebabkan terjadinya penurunan daya tahan tubuh terhadap
penyakit infeksi. Kekurangan gizi yang mungkin terjadi dapat disebabkan
oleh banyak faktor, salah satu faktornya adalah kemauan ibu bayi untuk
memberikan nutrisi yang dibutuhkan (Giri et al., 2013). WHO
menganjurkan setiap negara untuk mempromosikan pemberian ASI
eksklusif, termasuk Indonesia (Firmansyah dan Mahmudah, 2012).
Berdasarkan WHO jumlah capaian ASI eksklusif di Indonesia tahun 2019
sudah mencapai 6,74% dari target sebesar 50% (Pusdatin Kemkes, 2019).
Sedangkan, pemberian ASI eksklusif untuk Provinsi Jawa Barat sendiri
baru mencapai angka 63,53%. Lalu untuk Kabupaten Indramayu tahun
2019 cakupan ASI eksklusif hanya mencapai 35% (Pusdatin Kemkes,
2019; Dinkes Indramayu, 2019).
Puskesmas Sukra merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan
primer di wilayah Kabupaten Indramyu yang harus melaporkan setiap
temuan kasus kepada dinas kesehatan kabupaten. Berdasarkan laporan
program gizi pada tahun 2019 jumlah bayi yang terdapat di wilayah kerja
Puskemas Sukra sebanyak 161 bayi, namun hanya 36 bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif atau setara dengan 22,24% dari total jumlah
bayi yang ada. Bahkan salah satu desa di wilayah Puskesmas Sukra,
cakupan ASI Eksklusif 0%. Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif
ini dapat menyebabkan hambatan tumbuh kembang pada masa balita,
meskipun status gizi pada masa balita dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, namun pemberian ASI eksklusif dapat menjadi salah satu
penyebabnya. Hal ini merupakan salah satu masalah bagi status gizi bayi
dan balita yang dapat mempengaruhi angka kesakitan bayi dan balita di
wilayah kerja Puskesmas Sukra (Rekapitulasi Indikator PHBS, 2019).
Berdasarkan data tersebut, dan dengan mempertimbangkan pentingnya
ASI eksklusif untuk bayi usia 0 – 6 bulan, maka pembahasan mengenai
evaluasi program ASI eksklusif menarik untuk dibahas lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dengan demikian perumusan
masalah pada evaluasi program ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah program monitoring dan evaluasi pada program pemberian
ASI eksklusif sudah berjalan dengan baik?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan terkendalanya monitoring dan
evaluasi program pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Sukra?
3. Bagaimana prioritas pemecahan masalah sesuai dengan penyebab
masalah yang ada?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui masalah-masalah kesehatan yang terjadi di Puskesmas
Sukra terkait pelaksanaan program pokok puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui secara umum program dan cakupan program ASI
eksklusif di Puskesmas Sukra.
b. Mengetahui pelaksaan dan keberhasilan program ASI eksklusif di
Puskesmas Sukra.
c. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program ASI
eksklusif di Puskesmas Sukra.

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
a. Mengetahui pentingnya peran puskesmas dalam monitoring dan
evaluasi program pemberian ASI eksklusif.
b. Melatih kemampuan dalam memahami program yang ada di
puskesmas terkait monitoring dan evaluasi program pemberian
ASI eksklusif.
c. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah
yang ditemukan di dalam program puskesmas.
d. Meningkatkan pemahaman pentingnya data untuk meningkatkan
opelayanan kesehatan bagi masyarakat.

2. Bagi Puskesmas
a. Puskesmas mengetahui tingkat rendahnya cakupan keberhasilan
program pemberian ASI eksklusif.
b. Puskesmas dapat melakukan identifikasi dan analisis masalah,
mencari penyebab dan latar belakang serta hambatan kesehatan di
wilayah tersebut.
c. Membantu Puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian
terhadap masalah yang didapat dalam meningkatkan derajat
kesehatan.
d. Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat
menetapkan tingkat urgensi suatu kegiatan untuk dilaksanakan
segara pada tahun yang akan datang berdasarkan prioritasnya.
e. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menepatkan dan
mendukung kebutuhan sumber daya Puskesmas dan urgensi
pembinaan Puskesmas.
3. Bagi Masyarakat
a. Manfaat evaluasi ini bagi masyarakat adalah meningkatkan
pengetahuan akan pentingnya pemberian ASI eksklusif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Air Susu Ibu (ASI)
a. Pengertian
Air Susu Ibu adalah suatu emulsi dalam larutan protein,
laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kalenjar
mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayi yang
mengandung nutrisi-nutrisi dasar dan elemen dengan jumlah yang
sesuai, untuk pertumbuhan bayi yang sehat. ASI tidak
memberatkan fungsi traktus digestivus dan ginjal yang belum
berfungsi baik pada bayi yang baru lahir. Karena ASI sangat
mudah dicerna sistem pencernaan bayi yang masih rentan, bayi
mengeluarkan lebih sedikit energi dalam mencerna ASI, sehingga
ia dapat menggunakan energi selebihnya untuk kegiatan tubuh
lainnya, pertumbuhan dan perkembahan organ sehingga dapat
menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum (Pudjiadi, 2005).

b. Volume ASI
Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar
pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan,
pada 4 hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 100-
300 ml ASI dalam sehari, dari jumlah ini akan terus bertambah
sehingga mencapai sekitar 300-450 ml/hari pada waktu bayi
mencapai usia minggu kedua. Pada hari ke 10 sampai seterusnya
volume bervariasi yaitu 300–850 ml/hari tergantung pada besarnya
stimulasi saat  laktasi. Volume ASI pada tahun pertama adalah
400–850 ml/hari, tahun kedua  200–400 ml/hari, dan sesudahnya
200 ml/hari (Manajemen laktasi, 2004).

c. Komposisi ASI
Komposisi ASI berubah menurut stadium penyesuaian
sesuai dengan kebutuhan bayi pada saat itu. ASI yang dihasilkan
sampai minggu pertama (kolostrum) komposisinya berbeda dengan
ASI yang dihasilkan kemudian (ASI peralihan dan ASI matur).
ASI yang dihasilkan ibu yang melahirkan kurang bulan
komposisinya berbeda dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu
melahirkan cukup bulan. Demikian pula komposisi ASI yang
dihasilkan saat bayi mulai menyusui dan akhir fase menyusui.
Menurut stadium laktasinya, terdapat tiga bentuk ASI dengan
karakteristik dan komposisi berbeda  yaitu:
1) Stadium Kolostrum
Di sekresi pada 4 hari pertama setelah persalinan
yang diproduksi sebesar 150–300  ml/hari. Komposisi
kolostrum ASI lebih banyak mengandung protein
dibandingkan ASI matur, tetapi berlainan dengan ASI
matur dimana protein yang utama adalah casein, pada
kolostrum protein yang utama adalah globulin,
khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA),
yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan
dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga
mencegah alergi makanan. Kolostrum juga berfungsi
sebagai pencahar (pembersih usus bayi) yang
membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi
yang baru lahir segera bersih dan siap menerima
makanan selanjutnya. Jumlah energi dalam kolostrum
hanya 58 kalori/100 ml.
2) ASI transisi / peralihan
ASI yang diproduksi pada hari ke 5 sampai pada
hari ke 10. Jumlah volume ASI semakin meningkat
tetapi komposisi protein semakin rendah, sedangkan
lemak dan hidrat arang semakin tinggi, hal ini untuk
memenuhi kebutuhan bayi karena aktivitas bayi yang
mulai aktif dan bayi sudah mulai beradaptasi dengan
lingkungan. Pada masa ini pengeluaran ASI mulai
stabil.
3) ASI matang / matur
Adalah ASI yang dikeluarkan pada hari ke 10
sampai seterusnya dengan  volume bervariasi yaitu
300–850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi
saat  laktasi. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang
terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi
sampai 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan
dengan makanan pendamping selain ASI.
Tabel 1 Ringkasan perbedaan antara ASI, Susu Sapi, Susu Formula.
Properti ASI Susu Sapi Susu Formula
Kontaminasi Tidak ada Mungkin ada Ada bila
bakteri dicampurkan
Anti Infeksi Ada Tidak ada Tidak ada
Faktor Ada Tidak ada Tidak ada
pertumbuhan
Protein Jumlah sesuai dan Terlalu banyak dan Sebagian diperbaiki
mudah dicerna sukar dicerna
Kasein:whey 40:60 Kasin:whey 80:20 Disesuaikan dengan
ASI
Whey : alfa Whey:
betalactoglobulin
Lemak -Cukup asam lemak - Kurang ALE -Kurang ALE
esensial (ALE), - Tidak ada lipase -Tidak ada DHA dan
DHA / AA AA
-Mengandung lipase - Tidak ada lipase
Zat besi Jumlah kecil tapi Banyak tidak dapat Ditambahkan ekstra
mudah dicerna diserap dengan baik tidak diserap dengan
baik
Vitamin Cukup Tidak cukup vitamin Vitamin
A,C ditambahkan
Air Cukup Perlu tambahan Mungkin perlu
tambahan

Dari beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa komposisi ASI yang


diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi kurang bulan (ASI prematur) berbeda
dengan ASI yang diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi cukup bulan (ASI matur).
Pada bayi yang lahir sebelum waktunya (preterm) ASI yang dihasilkan ibu memiliki
kuantitas IgA, laktoferin dan lysozym yang lebih banyak dibandingkan ASI dari ibu
yang melahirkan tepat waktu karena kondisi bayi masih belum dalam keadaan
optimal untuk beradaptasi dan lebih rentan terhadap permasalahan kesehatan
(Neonatal division AIIMS, 2005).
Selanjutnya komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai menyusui dan
akhir fase menyusui. Pada awal fase menyusui ASI (5 menit pertama) yang
dikeluarkan disebut foremilk, air susu encer dan bening yang hanya mengandung 
sekitar 1 – 2g/dl lemak, susu ini berasal dari payudara yang berisi, air susu yang encer
ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu
berikutnya disebut  hindmilk yang merupakan ASI yang dihasilkan pada saat akhir
menyusui (setelah 15-20 menit), air susu yang kental dan putih ini berasal dari
payudara yang keriput/mulai kosong, mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali
lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan
oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini
(Mizuno, K. et al., 2008).

d. Zat Gizi dalam ASI


1) Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI yang utama adalah laktosa, yang
jumlahnya berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh
kembang bayi. Misalnya hidrat arang dalam kolustrum untuk tiap
100 ml ASI adalah 5,3 gram, dan dalam ASI peralihan 6,42 gram,
ASI hari ke 9 adalah 6,72 gram; ASI hari ke 30 adalah 7 gram.
Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4 yang berarti
ASI terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI, kondisi ini
yang menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik
cenderung tidak mau minum PASI.
Produk dari laktosa adalah galaktosa dan glukosamin.
Galaktosa merupakan nutrisi vital untuk pertumbuhan jaringan
otak dan juga merupakan nutrisi medula spinalis, yaitu untuk
pembentukan myelin (pembungkus sel saraf). Laktosa
meningkatkan penyerapan kalsium dan magnesium yang sangat
penting untuk pertumbuhan tulang, terutama pada masa bayi untuk
proses pertumbuhan gigi dan perkembangan tulang. Hasil
pengamatan yang dilakukan terhadap bayi yang mendapat ASI
ekslusif menunjukkan rata-rata pertumbuhan gigi sudah terlihat
pada bayi berumur 5 atau 6 bulan, dan gerakan motorik kasarnya
lebih cepat.
Laktosa oleh fermentasi di dalam usus akan diubah menjadi
asam laktat. Asam laktat ini membuat suasana di usus menjadi
lebih asam. Kondisi ini sangat menguntungkan karena akan
menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan
tempat yang subur bagi bakteri usus yang baik yaitu lactobacillus
bifidus karena proses pertumbuhan dibantu oleh glukosamin
(Pudjiadi, 2004)
2) Protein
Protein dalam ASI merupakan bahan baku pada pertumbuhan
dan pekembangan bayi. Protein ASI sangat cocok karena unsur
protein didalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem
pencernaan bayi. Hal ini disebabkan karena protein ASI
merupakan kelompok protein Whey, protein yang sangat halus,
lembut, dan mudah dicerna sedangkan komposisi protein yang ada
di dalam susu sapi adalah kasein yang kasar bergumpal dan sangat
sukar dicerna oleh bayi.
3) Lemak
Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai
panjang yang merupakan lemak kebutuhan sel jaringan otak dan
sangat mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang cukup tinggi.
Docosahexaenoic acid  (DHA) dan Arachidonic acid (AA)
merupakan asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated
fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak
(myelinasi) yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat
mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak.
Selain itu DHA dan AA dalam tubuh dapat disintesa dari substansi
prekusornya yaitu asam linolenat (Omega 3) dan asam linoleat
(Omega 6).
Sumber utama kalori dalam ASI adalah lemak. Walaupun
kadar lemak dalam ASI tinggi tetapi mudah diserap oleh bayi
karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam
lemak dan gliserol oleh enzim lipase dalam ASI. (Dadhich, J.P.,
Dr. 2007).
4) Mineral
Zat besi dan kalsium didalam ASI merupakan mineral yang
sangat stabil dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu.
Walaupun jumlah kecil tidak sebesar susu sapi tetapi dapat diserap
secara keseluruhan dalam usus bayi. Berbeda dengan susu sapi
yang jumlahnya tinggi namun sebagia besar harus dibuang melalui
sistem urinaria maupun pencernaan karena tidak dapat dicerna.
Kadar mineral yang tidak dapat diserap akan memperberat kerja
usus bayi untuk mengeluarkan, menganggu keseimbangan dalam
usus bayi, dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan
yang akan mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal
sehingga bayi kembung, gelisah karena konstipasi atau gangguan
metabolisme.
5) Vitamin
Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses
pembekuan darah terdapat dalam ASI dalam jumlah yang cukup.
Namun pada minggu pertama usus bayi belum mampu membentuk
vitamin K, sedangkan bayi setelah persalinan mengalami
pendarahan perifer yang perlu dibantu dengan pemberian vitamin
K untuk proses pembekua darah. Dalam ASI vitamin A, D, C ada
dalam jumlah yang cukup, sedangkan golongan vitamin B kecuali
riboflavin dan pantotenik sangat kurang. Tetapi tidak perlu
ditambahkan karena bisa diperoleh dari menu yang dikonsumsi
ibu.

e. Kandungan Antibodi dalam ASI


ASI mengandung macam-macam substansi anti infeksi yang
melindungi bayi terhadap infeksi terutama bilamana kebersihan
lingkungan tidak baik. Faktor-faktor proteksi dalam ASI tersebut
dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 2 Komponen unggul yang terkandung dalam ASI yang dapat melindungi bayi
dari berbagai penyakit
No Komposisi Peranan

1. Faktor bifidus Mendukung proses perkembangan


bakteri yang menguntungkan dalam usus
bayi untuk mencegah pertumbuhan
bakteri yang merugikan seperti E. Coli
patogen

2. Laktoferin & Transferin Mengikat zat besi sehingga zat besi tidak
digunakan oleh bakteri patogen untuk
pertumbuhannya.

3. Laktoperoksidase Bersama dengan peroksidase hidrogen


dan ion tiosianat membantu membunuh
Streptococcus

4. Faktor Antistaphilococcus Menghambat pertumbuhan


Staphilococcus patogen.

5. Sel limfosit dan makrofag Mengeluarkan zat anti bodi untuk


meningkatkan imunitas terhadap
penyakit.
6. Komplemen Memperkuat Fagosit

7. Imunoglobulin Memberikan kekebalan terhadap infeksi


8. Lizosim Memiliki fungsi bakteriostatik terhadap
enterobakteri dan bakteri gram negatif

9. Interferon Menghambat pertumbuhan virus


10. Faktor pertumbuhan epidermis Membantu pertumbuhan selaput usus
bayi sebagai perisai untuk menghindari
zat-zat merugikan yang masuk ke
peredaran darah.

f. Manfaaat ASI
ASI sebagai makanan utama bayi mempunyai manfaat
terhadap bayi, antara lain sebagai berikut:
1) ASI sebagai makanan alamiah yang baik untuk bayi, mudah
dicerna dan memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
2) ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan
susu buatan. Didalam usus laktosa akan di fermentasi menjadi
asam laktat yang bermanfaat untuk :
a) Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
b) Merangsang pertumbuhan organisme mikroorganisme yang
dapat menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa
jenis vitamin.
c) Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral seperti
calsium, magnesium.
3) ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi
bayi selama 0-6 bulan pertama.
4) ASI tidak mengandung beta–lactoglobulin yang dapat
menyebabkan alergi pada bayi.
5) ASI eksklusif sampai enam bulan menurunkan resiko sakit jantung
anak pada masa dewasa. 
Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui bayi juga
memberikan manfaat pada ibu, yaitu :
1) Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat
kembalinya rahim ke bentuk semula.
2) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil.
3) Menunda kesuburan. Pemberian ASI dapat digunakan sebagai cara
mencegah kehamilan. Namun, ada tiga syarat yang harus dipenuhi,
yaitu: bayi belum diberi makanan lain; bayi belum berusia enam
bulan; dan ibu belum haid.
4) Menimbulkan perasaan dibutuhkan dan memperkuat hubungan
batin antara ibu dan bayi.
5) Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan
datang.
Manfaat lain dari pemberian ASI pada bayi untuk keluarga, antara lain
adalah sebagai berikut:
1) Aspek ekonomi, ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang
seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat
digunakan untuk keperluan lain.
2) ASI sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan
saja.
3) Mengurangi biaya pengobatan. Bayi yang mendapat ASI jarang
sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat.

2. Laktasi
a. Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui yaitu proses produksi, sekresi, dan
pengeluaran ASI. Proses laktasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
salah satunya adalah faktor hormonal. Mulai dari bulan ketiga
kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi
munculnya ASI dalam sistem payudara progesteron, estrogen,
prolaktin, oksitosin, human placental lactogen (HPL).
Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap
memproduksi ASI. Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita
memasuki fase Laktogenesis I. Saat itu payudara memproduksi
kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu,
tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya.
Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya
tingkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba,
namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi
ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis II. Apabila
payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat,
memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level
sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin
menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan
hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian
mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila
produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi,
namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh. Proses
laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi
biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam
(2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI
sebenarnya tidak langsung setelah melahirkan.
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI
selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan.
Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai.
Fase ini dinamakan Laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI
banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak
pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan
secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI.
Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering
dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara
dikosongkan. Terdapat dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam
proses laktasi yaitu :
1) Refleks prolaktin
Dalam puting susu terdapat banyak ujung saraf
sensoris. Bila ini dirangsang, maka timbal impuls yang
menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar hipofisis
anterior sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon
prolaktin, hormon inilah yang berperan pada produksi ASI.
Prolaktin dibentuk lebih banyak pada malam hari.
2) Refleks Aliran (let down reflex)
Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai
ke kelenjar hipofisis anterior, tetapi juga ke kelenjar
hipofisis posterior, yang mengeluarkan hormon oksitosin.
Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang
ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI
dipompa keluar. Oksitosin juga memacu kontraksi otot
rahim sehingga involusi makin cepat dan baik. Tidak
jarang perut ibu terasa mulas pada hari-hari pertama
meyusui dan ini adalah mekanisme alamiah untuk
kembalinya rahim ke bentuk semula (Guyton, 2003).

Gambar 1 Fisiologi Menyusui.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi ASI


1) Makanan Ibu
Makanan yang dikonsumsi ibu dalam masa menyusui tidak
secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang
dihasilkan. Namun jika makanan ibu terus-menerus tidak
mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya
kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam payudara ibu tidak akan
dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh
terhadap produksi ASI.
2) Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri dan
rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin
akan gagal dalam menyusui bayinya.
3) Penggunaa Alat Kontrasepsi yang mengandung estrogen dan
progesteron
Bagi ibu yang dalam menyusui tidak dianjurkan menggunakan
kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini
dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat
menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu
alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. Karena
AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak
langsung dapat meningkatkan hormon oksitosin yang dapat
merangsang produksi ASI.
4) Kurang sering menyusui atau memerah payudara
Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara
lain akibat:
a) Struktur mulut dan rahang yang kurang baik
b) Teknik perlekatan yang salah
c) Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
d) Jaringan payudara hipoplastik

3. ASI Eksklusif
Yaitu memberikan ASI saja selama bayi berumur 0-6 bulan. ASI
tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan
sampai usia sekitar enam bulan, setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai
sumber protein, vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat
makanan tambahan yang tertumpu pada beras. Pengenalan makanan
tambahan dimulai pada usia enam bulan dan bukan empat bulan, karena
pertama dari hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih cukup untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat
dan benar sampai bayi berumur enam bulan.
Dari segi kebutuhan cairan dan energi, bayi usia 6 bulan dengan berat
badan ideal 7,5 kg membutuhkan intake cairan sebesar 750 ml/hari,
dengan kebutuhan kalori 750 kkal/hari, serta protein 18,75 gr/hari. Ibu
dengan bayi usia 6 bulan ASI yang diproduksi 300-850 ml/hari dengan
kandungan kalori sebesar 70 kkal dan protein sebesar 1,3gram tiap 100ml
ASI. Karena itu selama kurun waktu 6 bulan ASI mampu memenuhi
kebutuhan gizi bayi. Setelah 6 bulan volume pengeluaran ASI menjadi
menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi
oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.
Pada saat bayi berumur enam bulan sistem pencernaannya mulai
matur. Setelah berumur enam bulan usus bayi mampu menolak faktor
alergi ataupun kuman yang masuk. Hal ini dikarenakan pori-pori jaringan
usus bayi yang pada awalnya berongga seperti saringan pasir yang
memungkinkan bentuk protein ataupun kuman akan langsung masuk
dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi, akan
tertutup rapat setelah bayi berumur enam bulan (Manajemen laktasi,
2004).

Tabel 3 Kebutuhan cairan, kalori dan protein bayi menurut U/BB


Kebutuhan per hari
Umur Cairan (ml) Kalori (kkal) Protein (gr)
1 bulan ± 500 ± 350 8,75
3 bulan ± 600 ± 600 15
4 bulan ± 650 ± 650 16,25
5 bulan ± 700 ± 700 17,5
6 bulan ± 750 ± 750 18,75
7 bulan ± 800 ± 800 20
8 bulan ± 850 ± 850 21,25
9 bulan ± 900 ± 900 22,5
10 bulan ± 950 ± 950 23,75
11 bulan ± 1000 ± 1000 25
12 bulan ± 1050 ± 1050 26,25
2 tahun ± 1600 ± 1600 32
BAB III
DATA UMUM DAN DATA KHUSUS PUSKESMAS SUKRA

A. KEADAAN GEOGRAFI
Peta Wilayah Kerja Puskesmas Sukra

Gambar 2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Sukra.


Puskesmas Sukra berada di wilayah kecamatan Sukra
Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat, yang memiliki luas
wilayah 4.604,46 hektar dengan kondisi daratan rendah dan
cenderung rata dengan ketinggian antara 0-20 meter diatas
permukaan laut, berada di daerah aliran kali sewo serta memiliki
system pengairan teknis yang baik sehingga cocok untuk lahan
pertanian terutama padi.
Secara administratif Puskesmas Sukra sebagai berikut :
- Jumlah Desa : 8 Desa yaitu, Tegal Taman, Ujung gebang, Sukra,
Sukra Wetan, Bogor, Sumuradem, Sumuradem Timur, dan
Karang Layung.
- Jumlah RW : 35 RW
- Jumlah RT : 134 RT
Batas wilayah kerja Puskesmas Sukra yaitu:
- Sebelah Barat : Kabupaten Subang
- Sebelah Timur : Wilayah kerja Puskesmas Patrol Baru
- Sebelah Utara : Laut Jawa
- Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Anjatan

B. KEADAAN DEMOGRAFI
Berdasarkan data statistik dari kecamatan Sukra pada tahun 2018 jumlah
penduduk dari 8 desa adalah jumlah laki-laki 23.038 jiwa dan perempuan
sejumlah 22.632 jiwa jadi jumlah keseluruhan 45.670 jiwa.
Tabel 4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2020.
0-4 5-9 10-14 15-19 20-24
DESA L P L P L P L P L P
SUKRA 10 11 38 40 34 34 39 39 39 40
4 6 1 1 3 4 9 8 9 1
SUKRA WETAN 10 11 39 39 35 35 40 39 41 40
1 4 8 9 1 0 1 9 4 8
BOGOR 44 54 23 24 22 22 26 25 26 26
4 1 3 4 1 9 1 0
U. GEBANG 71 88 24 23 23 23 25 25 25 25
4 9 0 2 9 7 3 5
T. TAMAN 96 10 26 26 26 26 26 26 25 25
4 1 9 1 6 9 8 6 7
SUMURADEM 66 81 13 13 24 24 25 25 23 23
5 2 5 6 2 3 6 7
SUMURADEM 10 11 28 29 26 26 27 27 29 30
TIMUR 1 4 9 9 6 7 7 8 9 1
KR. LAYUNG 43 44 25 25 23 22 23 23 25 24
4 1 0 9 6 8 6 9
JUMLAH 62 71 21 22 21 21 23 23 23 23
6 5 96 31 49 58 54 50 74 64

Lanjutan tabel
25-29 30-34 35-39 40-44 45-49
DESA L P L P L P L P L P
SUKRA 40 40 37 37 401 397 39 4 37 37
1 2 7 8 9 0 7 9
1
SUKRA WETAN 31 31 39 39 399 398 38 3 38 38
4 2 1 9 9 8 1 0
9
BOGOR 26 26 23 23 217 229 23 2 21 21
6 1 3 1 4 2 7 8
9
U. GEBANG 25 25 22 23 229 228 23 2 22 22
9 3 9 1 0 3 0 9
0
T. TAMAN 26 26 26 26 231 244 24 2 23 23
8 9 1 9 6 5 0 4
1
SUMURADEM 23 23 23 22 229 228 23 2 21 21
5 4 3 9 6 3 6 8
6
SUMURADEM 30 30 26 26 261 289 29 3 27 27
TIMUR 2 1 7 6 8 0 1 8
2
KR. LAYUNG 23 23 23 22 229 229 23 2 23 21
6 7 1 8 4 4 8 8
4
JUMLAH 20 22 22 22 219 224 22 2 21 21
46 69 22 31 6 2 66 2 50 54
8
2
Lanjutan tabel
50-54 55-59 60-64 > 65 JUMLA
DESA H
L P L P L P L P L P
SUKRA 20 21 17 17 178 178 101 114 423 430
1 9 7 8 8 6
SUKRA WETAN 12 18 19 18 189 189 189 191 422 430
0 9 1 9 8 3
BOGOR 71 72 17 17 3 34 81 84 239 241
4 3 3
U. GEBANG 69 71 46 48 124 126 118 120 258 260
1 7
T. TAMAN 14 14 13 13 134 137 170 180 295 302
0 7 0 1 3 6
SUMURADEM 24 24 24 23 134 136 140 146 274 309
4 9 0 9 1 2
SUMURADEM 27 27 27 29 268 278 250 267 369 381
TIMUR 1 9 8 1 8 0
KR. LAYUNG 13 13 13 13 140 139 115 113 271 268
4 0 4 6 0 5
JUMLAH 12 13 12 12 120 121 116 122 25. 26.
50 56 13 29 1 7 4 5 542 242

Tabel 5 Distribusi Penduduk Usia Sekolah Tahun 2020


JUMLAH
DESA BELU T SD SLT SLT PT TIDA
M K P A K
SEKOL SEKOL
AH AH
SUKRA 104 8 960 160 80 7 1
0
SUKRA WETAN 99 12 945 145 73 3 -
0
BOGOR 63 8 864 80 53 17 -
0
U. GEBANG 72 8 960 96 43 4 1
0
T.TAMAN 102 9 960 145 46 4 -
0
SUMURADEM 89 8 960 99 34 6 2
0
SUMURADEMTI 114 8 114 114 45 3 1
MUR 0 0
KR. LAYUNG 88 4 940 69 30 2 -
0
JUMLAH 731 65 775 908 404 46 5
0 3
Tabel 6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Tahun 2019
TN PE WIR INDU
DESA P I/ NS A STRI PEDAG NELA
N PO I SWA KECI ANG YAN
S LR U STA L
I N
A
N
SUKRA 6 2 3 360 6 180 10
SUKRA 2 2 3 401 3 164 17
WETAN
BOGOR 9 3 4 202 4 54 9
U. GEBANG 7 1 4 180 6 96 112
T. TAMAN 7 3 1 195 3 113 96
SUMURADE 6 2 2 501 4 112 4
M
SUM.TIMUR 6 1 4 618 4 116 4
KR. 4 1 2 511 2 89 3
LAYUNG
JUMLAH 49 15 21 296 32 924 255
8

Lanjutan tabel
MA BELUM
DESA PET BUR PELAJ HA LAIN- BEKER
ANI UH AR SIS LAIN JA
WA
SUKRA 224 119 116 8 43 17
SUKRA 424 220 96 6 19 16
WETAN
BOGOR 311 91 44 6 16 15
U. GEBANG 389 201 89 6 86 18
T. TAMAN 464 393 69 2 79 18
SUMURADE 264 414 74 4 61 19
M
SUM.TIMUR 413 394 87 4 89 21
KR. 213 443 37 5 77 16
LAYUNG
JUMLAH 2698 2275 612 41 470 40
1. Data demografi tahun 2020 sebagai berikut :
- Jumlah Keluarga Miskin Jiwa 13.587
- Jumlah Bayi 325

- Jumlah Balita 1487

- Jumlah Ibu hamil 359

- Jumlah Bulin 335

- Jumlah Bufas 335


C. VISI, MISI, PROGRAM DAN TARGET PUSKESMAS SUKRA
1. VISI
Mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan di
kecamatan Sukra.

2. MISI
a. Menjalankan Manajemen Mutu di Puskesmas.
b. Mengembangkan Mutu Pelayanan yang berorientasi kepada
kebutuhan masyarakat menyeluruh.
c. Mengembangkan sistem manajemen puskesmas secara terpadu.
d. Mengembangkan SDM secara kualitas dan kuantitas.
e. Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan.

3. TUJUAN
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan
capaian Indeks Kesehatan IPM Kecamatan Sukra

4. SASARAN
Uraian: seluruh penduduk Kecamatan Sukra terutama pada kelompok
rentan terhadap masalah kesehatan, yaitu : neonatal, bayi, balita, WUS,
bumil, bufas dan lansia serta seluruh penduduk miskin.
Indikator:
a. AKI (Angka Kematian Ibu)
b. AKB (Angka Kematian Bayi)
c. AKABA (Angka Kematian Balita)
d. Angka Kematian Kasar

5. CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN


Kebijakan :
a. Pelaksanaan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).
b. Peningkatan profesionalisme tenaga kesehatan.
c. Pengembangan sumber daya kesehatan.
d. Penggalangan kemitraan lintas sektor.
e. Pemberdayaan masyarakat

Program :
a. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang
meliputi kegiatan:
1) Pengembangan Desa Siaga.
2) Pengembangan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM).
3) Pembudayaan PHBS pada tatanan rumah tangga, tatanan sekolah,
tatanan kantor dan tempat-tempat umum.
4) Peningkatan penyuluhan kesehatan.
b. Program lingkungan sehat yang meliputi kegiatan:
1) Pengembangan Desa Siaga
2) Penyediaan sarana air bersih, jamban keluarga dan sanitasi dasar
lainnya.
3) Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan.
4) pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan.
c. Program perbaikan gizi masyarakat yang meliputi kegiatan:
1) Pengembangan Desa Siaga
2) Peningkatan pengetahuan gizi
3) Pencegahan dan penanggulangan masalah gizi
4) peningkatan surveilans gizi
5) pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi
d. Program pencegahan dan pemberantasan penyakit yang meliputi
kegiatan:
1) Pengembangan desa siaga.
2) Peningkatan dan pemerataan Lima Imunisasi dasar Lengkap
(LIL).
3) Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko.
4) Penemuan dan tatalaksana penyakit.
5) Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB
atau wabah.
e. Program Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) yang meliputi kegiatan
:
1) Peningkatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.
2) Peningkatan kesehatan bagi penduduk miskin.
3) Peningkatan pelayanan kesehatan ibu, KB, kesehatan anak,
remaja dan lansia.
4) Peningkatan peran serta sektor swasta dalam upaya kesehatan
perorangan.
f. Program Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang meliputi
kegiatan:
1) Pengembangan desa siaga.
2) Peningkatan kemitraan lintas sektor.
3) Peningkatan kemitraan kader kesehatan dengan tenaga kesehatan.
4) Revitalisasi posyandu.
g. Program manajemen sumberdaya kesehatan yang meliputi kegiatan :
1) peningkatan keterampilan dan profesionalisme tenaga
kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan.
2) Perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana puskesmas dan
jejaringnya.
3) Perencanaan, penggunaan dan pelaporan perbekalan kesehatan.
4) Perencanaan, penggunaan dan pelaporan sumber dana kesehatan.
5) Penerapan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
evaluasi kinerja puskesmas.
Target pembangunan kesehatan Puskesmas Sukra:
Kondisi kesehatan masyarakat yang diharapkan dalam pembangunan
kesehatan di kecamatan Sukra diwujudkan dalam bentuk pencapaian
target indikator derajat kesehatan, hasil antara, proses dan masukan yang
disesuaikan dengan Standar Pelayanan Minimal Kabupaten.
1. Derajat Kesehatan
Indikator derajat dan target yang hendak dicapai pada Tahun 2020
adalah sebagai berikut :
a. Mortalitas
 Angka Kematian Bayi 15 per 1.000 kelahiran hidup.
 Angka kematian Balita 24 per 1.000 kelahiran hidup.
 Angka kematian Ibu Melahirkan 118 per 100.000 kelahiran
hidup.
 Angka Harapan Hidup Waktu Lahir 68.
b. Morbiditas
 Angka Kesakitan Malaria 5 kasus per 1.000 penduduk.
 Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+ 85 %.
 Prevalensi HIV (persentase kasus terhadap penduduk beresiko)
0,9 %.
 Angka Acute Flaccid Paralysis (AFP) pada anak usia < 15
tahun 0,9 per 100.000 anak.
 Angka kesakitan demam berdarah dengue (DBD) 2 per 100.000
penduduk.
c. Status Gizi
 Prevalensi balita Gizi Buruk < 15 %.
2. Hasil Antara dan Target
Hasil antara dan target yang hendak dicapai dalam pembangunan
kesehatan tahun 2018 adalah sebagai berikut :
a. Keadaan Lingkungan
 Persentase Rumah Sehat 80%
 Persentase Tempat-Tampat Umum Sehat 85 %
 Rumah/Bangunan Bebas jentik Aedes > 85%
 Institusi yang dibina 70%
b. Perilaku Hidup Masyarakat
 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan
Sehat 65%
 Persetase Posyandu Purnama dan Mandiri 40%
 Desa Dengan garam beryodium baik 85%
 Balita yang datang dan ditimbang di Posyandu 86 %
 Balita yang naik berat badannya 80%
c. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
 Persentase penduduk yang memanfaatkan puskesmas 15%.
 Persentase penduduk yang memanfaatkan Rumah Sakit 1,5%.
 Persentase sarana kesehatan dengan kemampuan
laboratorium kesehatan 100%.
 Persentase Rumah sakit yang menyelenggarakan 4 pelayanan
kesehatan spesialis dasar 100%.
 Persentase obat generik berlogo dalam persediaan obat 100%.
 Ketersediaan obat sesuai dengan kebutuhan 90%
 Pengadaan obat esensial 100%
 Cakupan kunjungan Ibu hamil 101,4%
 Cakupan kunjungan Neonatus 96 %
3. Proses dan Masukan
a. Pelayanan Kesehatan
 Persentase persalinan oleh tenaga kesehatan 90%
 Ibu hamil dengan resiko yang dirujuk 100%
 Ibu hamil dengan resiko tinggi/komplikasi yang ditangani
80%
 Neonatal Resiko tinggi/komplikasi yang ditangani 80%
 Cakupan Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) yang
ditangani 100%
 Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra
sekolah 90%
 Cakupan pelayanan kesehatan remaja 80%
 Persentase desa yang mencapai “Universal Child
Immunization” (UCI) 100%
 Cakupan balita dengan pneumonia yang ditangani 100%
 Penderita DBD yang ditangani 80%
 Balita Diare yang ditangani 100%
 Persentase desa terkena kejadian luar biasa (KLB) yang
ditangani < 24 jam 100%
 Persentase Ibu hamil Mendapatkan tablet Fe 90 tablet 80%
 Persentase Balita gizi buruk mendapat perawatan 100%
 Cakupan balita mendapat Vitamin A 2 kali pertahun 90%
 Balita dengan berat badan di bawah garis merah dari keluarga
miskin yang mendapat PMT 100%
 Bayi 6 -11 bulan mendapat vitamin A 100%
 Ibu nifas mendapat Vitamin A 100%
 Persentase bayi yang mendapat ASI secara eksklusif 6 bulan
80%
 Persentase murid SD/MI yang mendapat pemeriksaan gigi
dan mulut 100%.
 Persentase pekerja yang mendapat pelayanan kesehatan kerja
80%
 Persentase keluarga miskin yang mendapat pelayanan
kesehatan 100%
b. Manajemen kesehatan
 Terselenggaranya dokumentasi sistem kesehatan
 Penyusunan profil kesehatan rutin setiap Tahun
c. Kontribusi Sektor Terkait
 Persentase keluarga yang memiliki Akses terhadap Air Bersih
85%
 Angka kecelakaan lalu lintas 10 per 100.000 penduduk
 Persentase penduduk Melek Huruf 95 %.
Tabel 7 Indikator Derajat Kesehatan dan Target Pembangunan Kabupaten
Indramayu Tahun 2004 s.d. 2010
TAHUN ( dalam %)
N INDIKATOR 2004 2005 200 200 20 2009 2010
o 6 7 08
1 AKI *(per 100.000 300 275 250 225 200 175 150
kh)
2 AKB*(per100.000 50 47.5 45 42.5 40 37.5 35
kh)
3 AHH 64,5 64.8 65.0 65.3 65.5 65.7 66
4 Cakupan K4 80 82.5 85 87.5 90 92.5 95
5 Persal. Oleh Nakes 75 77.5 80 82.5 85 87.5 90
6 Bumil Anemia 75 77.5 80 82.5 85 87.5 90
7 Bumil KEK 42,1 40 28 19.6 13.7 9.6 6.7
8 Hamil Risti dirujuk 85 87.5 90 92.5 95 97.5 100
9 Cakupan KN2 75 77.5 80 82.5 85 87.5 90
1 Neo.Risti ditangani 65 67.5 70 72.5 75 77.5 80
0
1 BBLR ditangani 85 87.5 90 92.5 95 97.5 100
1
1 ASI eksklusif 65 67.5 70 72.5 75 77.5 80
2
1 Rm.Tangga Sehat 50 52.5 55 57.5 60 62.5 65
3
1 Imunisasi lengkap 85 87.5 90 92.5 95 97.5 100
4
1 Blt kurang gizi 20 19 18 17 16 15.5 15
5
1 Blt diare ditangani 65 67.5 70 72,5 75 77.5 80
6
1 Blt Dpt Vit A 2x/Th 75 77.5 80 82.5 85 87.5 90
7
1 Blt Gizi buruk 70 75 80 85 90 95 100
8 dirawat
1 Cakupan DDTK Blt 75 77.5 80 82.5 85 87.5 90
9
2 Blt Pneu ditangani 85 87.5 90 92.5 95 97.5 100
0
2 TTU penuhi syarat 65 67.5 70 72.5 75 77.5 80
1
2 Akses kelg.Air bersih 70 72.5 75 77.5 80 82.5 85
2
2 Rum. Tangga PHBS 50 52.5 55 57.5 60 62.5 65
3
2 Lakalantas/100.000 - - - - - - 10
4 pdk
Sumber : KW-SPM Bidang Kesehatan Propinsi Jawa Barat Th.2003
D. PENCAPAIAN PROGRAM-PROGRAM PUSKESMAS SUKRA
TAHUN 2020
Ditinjau dari SIstem Kesehatan Nasional, Puskesmas merupakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan upaya
kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM).
Upaya kesehatan yang dilakukan Puskesmas Sukra dikelompokan menjadi
dua, yaitu :
1) Upaya kesehatan wajib terdiri dari:
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan
2) Upaya Kesehatan Pengembangan:
a. Upaya kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olah Raga
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Kerja
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Upaya Kesehatan Mata
g. Upaya Kesehatan Jiwa
h. Upaya kesehatan usia Lanjut
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Dalam memenuhi azas keterpaduan lintas program, Puskesmas
Sukra menyelenggarakan upaya-upaya sebagai berikut:
1. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu terdiri dari KIA-KB,
Kesehatan Remaja, IMS/ISR, Lansia.
2. Manajemen terpadu Balita sakit (MTBS) terdiri dari : KIA, P2M, Gizi,
Promosi Kesehatan dan Pengobatan.
3. Klinik sanitasi terdiri dari : Kesehatan Lingkungan, P2M, Promosi
Kesehatan.
4. Puskesmas keliling yang merupakan keterpaduan pengobatan dengan
KIA/KB, gizi, Promosi Kesehatan, Kesehatan Gigi.
5. Upaya kesehatan sekolah (UKS) terdiri dari ; Kesehatan lingkungan,
promosi kesehatan (termasuk SBH), pengobatan, kesehatan Gigi,
Kesehatan reproduksi remaja.
6. Tim Epidemiologi Puskesmas (Tepus) yang terdiri dari ; P2M,
Surveilans, kesehatan lingkungan, Gizi.
7. Posyandu yang terdiri dari KIA, KB, Gizi, P2M, Promosi kesehatan.
8. Desa siaga yang terdiri dari; Promosi kesehatan, Gizi, Kesehatan
lingkungan, KIA,P2M, pengobatan, surveilans.
Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan yang dapat diukur meliputi
angka kematian, angka kesakitan, unsur harapan hidup dan status Gizi.
Angka Kematian
1) Kematian Bayi
Berdasarkan pendataan kematian bayi, balita dan gizi buruk, selama
tahun 2018 di Puskesmas Sukra telah terjadi;
 Kematian : 12
 Kematian bayi dengan penyebab Kelainan Kongenital 1, BBLR
3, Hipotermia 1, Premature 2, Kelainan Jantung 1 dan IUFD 4.
Dari 12 kasus kematian bayi, sudah dilakukan AMP medis sebanyak
12 kasus.
2) Kematian Ibu
Selama tahun 2018 ditemukan kematian ibu 2 dengan penyebab
kematian : Cardiomegaly + Nepotric syndrome 1 dan Spondialiosis +
kelainan jiwa 1.
3) Kematian Kasar
Berdasarkan laporan bulanan Bidan desa selama tahun 2019 telah
terjadi kematian bayi dan kematian ibu, sedangkan berdasarkan laporan
kecelakaan lalu lintas Puskesmas Sukra tahun 2019 telah terjadi kematian
2 orang dari 159 kejadian KLL.
4) Angka Kesakitan
Upaya kuratif yang dilakukan Puskesmas sukra dalam tahun 2018
adalah rawat jalan dan rawat inap. Pelayanan rawat jalan dilaksanakan
pemeriksaan pasien di BP Umum (Remaja), BP MTBS, BP lansia, BP
KIA, dan BP Gigi.
Pada pasien kelompok usia Balita (1 tahun – 4 tahun) telah
ditemukan 10 besar penyakit seperti tabel di bawah ini.
Tabel 8 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Sukra Tahun 2020 Pada Kelompok
Usia Balita (1 Tahun – 4 Tahun)
N Penyakit Laki- Perempua Jumla
o laki n h
1 Commond Cold Diare 385 212 597
2 Skabies Gangguan Gigi Konjungtivitis 73 84 157
3 Penyakit Pulpa Penyakit Gusi Karies 22 29 51
4 Gigi Ispa 10 7 17
5 Influenza 5 7 12
6 5 7 12
7 3 5 8
8 4 1 5
9 5 6 11
1 6 7 13
0
Pada pasien kelompok usia Remaja (10 tahun – 19 tahun) telah ditemukan
10 besar penyakit seperti tabel di bawah ini.
Tabel 9 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Sukra Tahun 2020 Pada Kelompok
Usia Remaja (10 tahun – 19 tahun)
N Penyakit Laki- Perempua Jumla
o laki n h
1 Commond Cold Diare Konjungtivitis 123 134 257
2 Skabies Gangguan Gigi Karies 50 83 133
3 Penyakit Pulpa Penyakit Gusi 31 34 65
4 Infeksi Saluran Pernafasan Bawah 26 34 60
5 Dermatitis 28 34 62
6 8 9 17
7 6 6 12
8 5 5 10
9 7 8 15
1 2 5 7
0

Pada pasien kelompok usia Dewasa (20 tahun – 44 tahun) telah ditemukan 10
besar penyakit seperti tabel di bawah ini.
Tabel 10 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Sukra Tahun 2020 Pada Kelompok
Usia Dewasa (20 Tahun – 44 Tahun)
N Penyakit Laki- Perempuan Jumla
o laki h
1 Commod Cold Myalgia 213 219 432
2 Diare Konjungtivitis Skabies 86 133 219
3 Hipertensi DM 79 95 174
4 Penyakit Pulpa Penyakit Gusi 52 75 127
5 Gangguan Gigi 52 74 126
6 10 22 32
7 7 14 21
8 6 9 15
9 3 5 8
1 3 9 12
0
Pada pasien kelompok usia Lanjut (>45 tahun) telah ditemukan 10 besar
penyakit seperti tabel di bawah ini.
Tabel 11 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Sukra Tahun 2020 Pada Kelompok
usia Lanjut (> 45 Tahun)
N Penyakit Laki- Perempua Jumla
o laki n h
1 Hipertensi Penyakit Gusi Penyakit Pulpa 114 164 278
2 Common Cold Myalgia Gangguan Gigi 94 153 247
3 Konjungtivitis Diare 124 122 246
4 DM 110 100 210
5 Skabies 82 81 163
6 64 44 108
7 42 56 98
8 41 41 82
9 20 37 57
10 26 24 50

Pada pelayanan rawat inap selama tahun 2020 telah ditemukan 10 besar penyakit
seperti tabel di bawah ini;
N Jenis Penyakit Jumlah
o
1 Gea / A09 68
2 Obs Febris / R50 65
3 Dyspepsia / K30 43
4 Gastritis / K29 27
5 Gastro Enteritis / K52 21
6 Hipertensi / I15 19
7 ISPA / J06 11
8 Asma / J45 9
9 TB Paru / A15 6
10 Diabetes Melitus / E14

JUMLAH 345
Dari tabel-tabel diatas, terlihat bahwa selama tahun 2019 penyakit yang
diderita oleh masyarakat yang berkunjung masih didominasi oleh penyakit infeksi
yang berkaitan dengan sanitasi lingkungan yang kurang sehat dan perilaku
masyarakat yang masih belum membudayakan PHBS.
Dari tabel-tabel diatas juga terlihat sudah ditemukannya penyakit degeneratif
(hipertensi) pada pasien kelompok usia dewasa dan lansia. Hal ini berkaitan
dengan gaya hidup masyarakat yang kurang melakukan aktifitas fisik, tingginya
konsumsi makanan yang berlemak, serta faktor stress kehidupan yang kurang
dapat dimenej dengan baik.
Selama tahun 2019 Puskesmas Sukra yang berlokasi di sisi jalan pantai utara
(Pantura), juga telah memberikan pelayanan gawat darurat kecelakaan lalu lintas
(KLL) dengan data sebagai berikut :
o Luka ringan : 41 orang
o Luka berat : 118 orang
o Meninggal dunia : 2 orang

Umur Harapan Hidup (UHH)


Pembangunan kesehatan diharapkan dapat memberikan dampak
kesejahteraan pada masyarakat yang ditandai dengan tercapainya masyarakat yang
sehat dan berumur panjang. Dengan demikian UHH merupakan salah satu
indikator yang sangat penting sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan
kesehatan, khususnya di kabupaten Indramayu. Sejak tahun 1996 hingga tahun
2005 umur harapan hidup masyarakat indramayu telah menunjukan adanya
peningkatan. Berdasarkan susenas pada tahun 1996 UHH penduduk Indramayu
adalah sebesar 56,57 menjadi 64,21 pada tahun 2005 (BAPEDA). Dengan
demikian, UHH penduduk Indramayu mengalami rata-rata peningkatan sebesar
0,85 pertahun.
Indeks Harapan Hidup (IHH) sebagai indicator pembangunan sector
kesehatan merupakan salah satu factor penentu dalam penilaian Indeks
Pembangunan Manusi (IPM) dengan kontribusi 1/3 bagian. Dengan UHH sebesar
64,21 pada tahun 2005, maka dapat diperoleh nilai IHH sebesar 66,72.
Peningkatan UHH penduduk Kabupaten Indramayu dari tahun 1996-2005.
Status Gizi
a. Status Gizi balita
Kegiatan BPB pada Tahun 2019 dilaksanakan dengan tingkat
partisipasi balita yang ditimbang sebanyak 3622 balita ( 100 %). Hasil
kegiatan BPB tersebut menunjukan bahwa 49 balita (1,35%) balita
berstatus gizi buruk, 201 (5,55%) balita berstatus gizi kurang, dengan
demikian dapat diartikan bahwa sebanyak 250 balita dalam kondisi
kekurangan gizi, sementara itu sebanyak 76 (2,10%) balita berstatus gizi
lebih dan sisanya sebanyak 3296 (91,00%) balita berstatus gizi baik.
Pada bulan April dan Oktober 2019 telah dilaksanakan vilidasi BPB
(Bulan Penimbangan Balita). Pada tahun 2019 2 anak yang berstatus gizi
sangat kurus setelah dilakukan pengukuran antropometri (BB/TB).
Dari 11 balita yang berstatus gizi buruk selama tahun 2019 telah
dilakukan penanganan dengan memberikan konseling kepada keluarga
balita dan pemberian multi vitamin. Selain itu dilakukan pemantauan berat
badan setiap sebulan sekali, untuk melihat perubahan perilaku keluarga
konsumsi makanan balita serta memantau keadaan berat badan dan status
gizinya.
b. Status Gizi Ibu Hamil
1) Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (HB)
dalam darah kurang dari normal, yang berbeda untuk untuk setiap
kelompok umur dan jenis kelamin, yaitu :
a) Anak balita : 11 gr%
b) Anak Usia sekolah : 12 gr%
c) Wanita dewasa : 12 gr%
d) Laki-laki dewasa : 13 gr%
e) Ibu hamil : 11 gr%
f) Ibu menyusui >3bl : 12 gr%
Anemia pada masyarakat dikenal sebagai penyakit kurang
darah sehingga tablet besi yang diberikan disebut tablet tambah
darah. Untuk menentukan kadar HB dipakai beberapa metode
seperti cyanmethemoglobin, sahli.
Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah
kekurangan zat besi untuk pembentukan Hb→”anemia kekurangan
besi”. Kekurangan besi dalam tubuh tersebut disebabkan karena :
• Kurangnya konsumsi makanan kaya zat besi, terutama dari
sumber hewani.
• Kekurangan zat besi karena kebutuhan yang meningkat seperti
kehamilan, masa tumbuh kembang serta penyakit infeksi
(malaria, TBC).
• Kehilangan zat besi yang berlebihan pada perdarahan termasuk
haid yang berlebihan, sering melahirkan dan kecacingan.
• Ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh akan besi
dibandingkan dengan penyerapan dari makanan.
2) Kurang Energi Kronis (KEK)
Pengertian Ibu risiko KEK :
Ibu yang mempunyai kecenderungan menderita KEK. Untuk
memastika benar – benar KEK→perlu diperiksa tenaga kesehatan
(bidan/dokter). Ibu risiko KEK adalah ibu yang mempunyai ukuran
Lengan Atas ( LILA ) kurang dari 23,5 cm → dapat ditemukan oleh
masyarakat (kader) diperiksa dan ditentukan oleh tenaga kesehatan.
Ibu KEK :
Ibu risiko KEK yang keadaan sebelum hamil mempunyai Indeks
MasaTubuh ( IMT ) kurang dari 17,0.

Berat Badan (kg)


IMT =
Tinggi badan (m)x Tinggi badan (M)
Batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut :
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,4
Normal 18,5-25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1-27,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

c. Kesehatan Lingkungan
Sebagai faktor yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap
derajat kesehatan masyarakat, keberhasilan program kesehatan lingkungan
khususnya lingkungan fisik mempunyai peranan yang sangat penting
dalam upaya percepatan pencapaian pembangunan kesehatan masyarakat
secara keseluruhan, Lingkungan fisik yang paling dominan terhadap
derajat kesehatan masyarakat antara lain adalah ketersediaan dan akses
masyarakat terhadap air bersih, jamban keluarga dan cakupan rumah
tangga sehat.
1) Air Bersih
Cakupan Air Bersih di Puskesmas Sukra 52,95% yaitu 24.419 jiwa
yang menggunakan air bersih dari 46.120 jiwa. Cakupan ini masih belum
memenuhi target yang ditentukan sebesar 75 %.
2) Jamban Keluarga
Jumlah jiwa yang menggunakan jamban 29.287 dari 46.120 jiwa,
sehingga cakupannya 63,50% berarti masih rendah, kondisi ini berkaitan
erat dengan budaya atau kebiasaan masyarakat yang enggan menggunakan
jamban keluarga, masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat serta
alasan kemiskinan.
3) SPAL, Rumah Sehat, sanitasi lingkungan dan TTU dan Tempat
Pengelolaan Makanan. Dari 100 rumah, hanya 55 rumah yang memiliki
SPAL yang memenuhi syarat (55 %).
Dari 100 tempat-tempat umum (TTU) sebanyak 12 (75%) yang
memenuhi syarat, sementara dari 74 empat pengelola makanan (TPM)
semuanya yang memenuhi syarat ( 100 % ).
Gambaran kondisi kesehatan lingkungan dalam wilayah kerja
Puskesmas diatas mempunyai korelasi positif dengan pola penyakit yang
diderita masyarakat yang berobat jalan maupun rawat inap yang masih
didominasi oleh penyakit-penyakit infeksi yang terkait dengan kesehatan
lingkungan.

d. Perilaku Kesehatan Masyarakat


1) Konsep Sehat Sakit
Faktor adat istiadat dan struktur sosial masyarakat lokal merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi konsep sehat sakit di wilayah
yang bersangkutan. Berbagai kebiasaan masyarakat yang kurang
mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat antara lain
adalah : berbagai pantangan makan makanan tertentu bagi ibu hamil
dan nifas serta pemberian makanan tambahan yang terlalu dini pada
bayi.
2) Gaya Hidup
Salah satu gaya hidup yang kurang baik di masyarakat adalah pola
pengeluaran pangan dan non pangan rumah tangga. Berdasarkan hasil
susenas tahun 2001 diperoleh gambaran bahwa 67,8% dari pengeluaran
masyarakat di Indramayu adalah untuk pangan; 5,9%, untuk
kesehatan,10,6% untuk tembakau, 0,01% untuk alkohol dan 0,9%
untuk pesta & upacara, sebagaimana terdapat pada tabel berikut.
Tabel 12 Pola Pengeluaran Rumah tangga (pangan-non pangan) di Kabupaten
Indramayu.
No Jenis Pengeluaran Persentase (%)

1 Makanan 67,8
2 Kesehatan 5,9
3 Makanan & minuman jadi 11,9
4 Aneka barang dan jasa 2,6
5 Tembakau 10,6
6 Alkohol 0,01
7 Pesta dan Upacara 0,9
8 Lain-lain 0,29
Total 100
Sumber : Susenas 2001

Dari tabel dapat menggambarkan bahwa masalah kesehatan belum


dianggap sebagai sebuah prioritas bagi masyarakat Indramayu dan pada umumnya
masyarakat kurang peduli dengan kesehatan. Hal ini ditunjukan dengan kecilnya
pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan (5,9%) yang jauh lebih kecil
dibandingkan konsumsi rumah tangga untuk hal-hal yang membahayakan
kesehatan (10,61%) yakni tembakau dan alkohol.
Adapun tingginya pengeluaran untuk konsumsi makanan, yakni sebesar
79,7% yang terdiri dari makanan (67,8%) serta makanan dan minuman jadi 11,9%
dapat menunjukan bahwa kesejahteraan masyarakat masih sangat memerlukan
perhatian. Hal ini dikarenakan pada masyarakat berpenghasilan rendah, sebagian
besar pengeluaran keluarga dibelanjakan untuk konsumsi pangan dan sebaliknya.
Gaya hidup atau perilaku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan dapat
tercermin dari cakupan rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) pada tananan rumah tangga tahun 2019. Dari 1600 rumah tangga sample,
sebanyak 54,3 % merupakan rumah tangga sehat PHBS dan 45,62% rumah tangga
tidak sehat . Dengan rendahnya cakupan PHBS pada tatanan rumah tangga
tersebut dapat menunjukan bahwa perilaku masyarakat yang positif dalam
mendukung upaya peningkatan derajat
kesehatan masih rendah dan belum dapat mencapai target yang diharapkan yakni
sebesar 65% rumah tangga PHBS.
3) Perilaku Pencarian Pengobatan
Berdasarkan Susenas tahun 2001, pola pencarian pengobatan pada
masyarakat kabupaten Indramayu menunjukan bahwa sebagian besar
(20%) masyarakat melakukan pengobatan sendiri dan hanya 0,2% yang
mencari pengobatan ke dukun/tabib/sinshe. Secara terinci, pola pencarian
pengobatan masyarakat adalah sebagaimana terdapat pada tabel berikut.
Tabel 13 Pola Pencarian Pengobatan Masyarakat di kabupaten Indramayu
N Jenis Pengeluaran Prosentase (%)
o
1 RS Pemerintah 0,3
2 RS Swasta 0,3
3 Praktek dokter 5,4
4 Puskesmas 4,0
5 Puskesmas Pembantu 0,6
6 Poliklinik 0,2
7 Praktek Petugas 5,3
8 Dukun/Tabib/Sinshe 0,2
9 Polindes 0,3
10 Posyandu 0,3
11 Sendiri 20,3
Sumber Susenas 2001
Kondisi ini dapat memberikan gambaran bahwa masyarakat Indramayu
telah mencari pengobatan secara rasional, terbukti hanya 0,25 yang mencari
pengobatan lewat dukun/tabib/sinshe. Namun demikian karena kurangnya
pengetahuan dan kondisi ekonomi masyarakat, maka sebagian besar masyarakat
melakukan pengobatan sendiri apabila sakit dan hanya 4% masyarakat yang
memanfaatkan puskesmas sebagai tempat mencari pengobatan apabila sakit.
Demikian halnya pengobatan oleh praktek dokter hanya sebesar 5,4% yang berarti
hampir sama dengan jumlah masyarakat yang berobat ke praktek petugas (5,3%).
Dalam mencari pertolongan persalinan, sebagian besar telah dilakukan oleh
tenaga kesehatan (76,54%), kondisi ini dapat menggambarkan
bahwa telah terjadi peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap petugas
kesehatan.
4) Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
Kemandirian masyarakat dalam upaya mempertahankan dan
meningkatkan derajat kesehatan dapat tergambar dari pencapaian program
Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM). Gambaran UKBM di
Puskesmas Sukra pada tahun 2018 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 14 Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat Tahun 2018-2019
No Jenis UKBM Jumlah
2018 2019
1 Posyandu :
- Posyandu Pratama - 55 - 55
- Posyandu Madya - -
- Posyandu Purnama - -
- Posyandu mandiri
2 Jumlah kader aktif 275 275
3 Jumlah Dana Sehat :
- Jumlah SD dengan dana sehat - -
- Jumlah SLTP dengan Dana sehat - -
- Jumlah SLTA dengan Dana Sehat - -
- Jumlah Pontern dengan Dana Sesah - -
- Jumlah desa dengan Dana Sehat - -
4 Jumlah Peserta Dana sehat - -
5 Jumlah TOGA 40 40
6 Jumlah desa dengan TOGA 1 1
7 Jumlah POD
8 Jumlah Desa dengan POD
9 Jumlah SBH 1 1
10 Jumlah sekolah dengan SBH 1 1
11 Jumlah Pos UKK 8 8
12 Jumlah Desa dengan Pos UKK 3 3
13 Jumlah Polindes - -
14 Jumlah desa dengan Polindes - -
15 Jumlah Posbindu (Lansia) 8 8
16 Jumlah Poskesdes 2 2
Sumber : Laporan Promkes
a. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang berkualitas, merata dan terjangkau merupakan
salah satu misi pembangunan kesehatan Puskesmas Sukra. Indikator mutu
pelayanan kesehatan kepada masyarakat meliputi 3 aspek penting, yakni utilisasi
pelayanan kesehatan, cakupan program kesehatan dan mutu fasilitas kesehatan.
1) Utilisasi Pelayanan Kesehatan
Jumlah kunjungan pasien rawat jalan di Puskesmas dan Puskesmas
Pembantu serta rawat inap pada tahun 2019 sebanyak 49.336 terdiri dari
kunjungan baru 2.576 dan kunjungan lama 4.660. Kunjungan rawat jalan tersebut
terbagi dalam kunjungan pasien berobat gratis sejumlah 36.899 orang (74,79%),
kunjungan pasien JKN 4968 orang (10,06%) dan pasien bayar retribusi 36.899
(74,79%) sedangkan jumlah pasien yang menjalani rawat inap sebanyak 564
orang (11,43%) atau rata-rata 47 orang perbulan.
2) Cakupan Program Kesehatan
Cakupan program kesehatan merupakan salah satu indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja pelaksanaan program kesehatan di puskesmas
Sukra.

a) Program KIA
Cakupan kunjungan K1 selama tahun 2019 adalah 86,46% dan target
100%, berarti masih ada ibu hamil yang belum memeriksakan kesehatannya,
cakupan kunjungan K4 sebesar 77,38% dari target 96,5% berarti masih ada ibu
hamil yang belum mendapatkan pelayanan kesehatan secara paripurna. Sedangkan
pemeriksaan N2 dan persalinan oleh tenaga kesehatan masing- masing belum
memenuhi target yang ditetapkan yaitu 80,16%(target 90%) dan 76,54% (target
96,5%). Selama tahun 2019 ada kematian ibu melahirkan 2 dengan penyebab
cardiomegaly+neptric syndrome 1 dan spondialiosis+kelainan jiwa 1, sedangkan
kematian bayi 12 dengan penyebab kelainan kongenital 1, IUFD 3, BBLR 3,
hipotermia 1, premature 2 dan kelainan jantung 1.

b) Program Gizi
1. Tingkat partisipasi masyarakat dalam memantau tumbuh kembang balita
melalui pembangunan balita di posyandu (D/S) sudah lebih dari target
(98,6%) pada setiap bulan terutama pada saat ada kegiatan bulan
penimbangan balita (BPB) bulan Agustus 2019. Pada
tahun 2019 telah dilakukan kegiatan pemberian MP ASI dan PMT Bumil KEK
bantuan dari Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat.
2. Cakupan bayi dan balita yang mendapat Vit A 100.000 unit dan 200.000
unit pada buan vitamin A Februari dan Agustus 2018 adalah bayi
(97,65%) dan balita (97,39%).

c) Program Lansia
Tabel 15 Kunjungan Lansia
2019 2020

Jumlah kunjungan lansia di Puskesmas 12.189 13.413


dan Pustu
Jumlah kunjungan Lansia si Posbindu 4083 4402

Dari tabel diatas tampak adanya peningkatan kunjungan lansia di


Puskesmas, Pustu serta Posbindu pada tahun 2019 dibandingkan tahun 2018.
Hal ini menandakan bahwa penderita lansia sudah semakin banyak yang
mendapat akses untuk memeriksakan kesehatannya.
Jenis penyakit lansia yang diobati pada tahun 2019 terbanyak adalah
Myalgia 3843 orang, selanjutnya hipertensi 2460 orang, penyakit gigi dan
mulut 231 orang, katarak 159 orang, 350 orang dan penyakit THT 258 orang.

d) Program UKS
Dari 24 SD/MI yang ada dalam wilayah puskesmas sukra terbagi kedalam
SD/MI UKS strata Madyal 4 (16,6%) SD/MI UKS strata standar 20 (83,3%). Dari
9 SLTP/MTS yang berstrata Madya (100%), sedangkan 7 SLTA/MA berstrata
madya dan SLTP / MTS dan SLTA / MA telah memiliki dokter kecil dan kader
kesehatan
remaja, hasil kegiatan penjaringan kelas I SD/MI diperoleh jenis penyakit gigi dan
mulut merupakan penyakit terbanyak kondisi ini membutuhkan penyuluhan
tentang kesehatan gigi dan mulut di sekolah. Sedangkan kegiatan penjaringan
kesehatan di SLTP/MTS dan di SLTA/MA diperoleh jenis penyakit anemia dan
khusus siswa putri diberikan obat Tambah Darah (FE). Kondisi ini membutuhkan
peningkatan penyuluhan kesehatan tentang penyebab tekanan darah rendah
dengan asupan gizi yang baik dan seimbang.

e) Program pemberantasan penyakit


Tabel 16 Pencapaian Cakupan Tahun 2019 dan 2020.
N PROGRAM 2018 201 TRE
O 9 ND
1 Jumlah penderita TBC (BTA +) 29 28 ↓
2 Jumlah penderita Pneumonia 368 445 ↑
3 Jumlah penderita Flu Burung 0 0 ↕
4 Jumlah penderita Diarhe Jumlah 1412 1227 ↓
5 penderita TN 0 0 ↕
6 Jumlah penderita Kusta 0 0 ↕
7 Jumlah penderita DBD/tersangka 0 0 ↕
8 Jumlah penderita AFP 0 0 ↕
9 Jumlah penderita Campak 0 0 ↕
1 Cakupan Imunisasi
0 - HB 0-7 hari
- BCG 72,2 64,2 ↓
- DPT combo 1 87,80 71,9 ↓
- DPT combo 3 98,70 80,.9 ↓
- Polio 4 97,20 78,7 ↓
- Campak 97,80 78,6 ↓
- Desa UCI 91,60 80 ↓
- TT1 37,5 0 ↓
- TT2 84,2 74,1 ↓
Jumlah Pend. Sifilis mll test 76,1 66,9 ↓
0 0 ↓
Dari tabel diatas terlihat bahwa penurunan kasus TB paru BTA (+) tahun
2018 yaitu 28 menurun dibandingkan tahun 2018 yaitu 29. Dengan demikian
CDR (Case Detection Rate) pada tahun 2019 hanya 46% dari target 28 penderita
BTA (+) yang harus ditemukan, sedangkan CDR tahun 2017 78 % dari target 37
penderita BTA (+) yang harus ditemukan. Kondisi ini mengharuskan adanya
upaya meningkatkan penemuan kasus BTA (+) melalui peningkatan pemeriksaan
fisik dan laboratorium terhadap penderita tersangka TB paru dan peningkatan
pemeriksaan kontak.
Jumlah penderita pneumonia tahun 2019 sebanyak 445 penderita yang
berarti cakupan penemuan penderita pneumonia tahun 2019 sudah 100 % lebih
dari sasaran penderita pnemumonia yang telah ditentukan sebesar 444.
Jumlah penderita diare tahun 2019 (1227 penderita) lebih rendah
dibandingkan tahun 2018 (1412 penderita) atau menurun sebesar 185 penderita.
Jumlah penderita DBD (tersangka) pada tahun 2019 ditemukan penderita
DBD 1 orang, dibandingkan pada tahun 2018 tidak ditemukan penderita DBD.
Keadaan ini semoga menggambarkan kesadaran masyarakat dalam mengantisipasi
kasus DBD semakin meningkat.
Jumlah penderita baru kusta tahun 2019 tidak ditemukan penderita baru ,
menurun dibandingkan tahun 2018 sebanyak 2 orang. Kondisi ini berada diatas
target penemuan penderita kusta yaitu <1/10.000 penduduk, sehingga perlu upaya
peningkatan eliminasi kusta dan juga dibarengi dengan upaya pencegahan
kecacatan (POD= Prevention Of Disability).
Selama tahun 2019 tidak ditemukan kasus TN dan Flu Burung begitu juga
tahun 2018 yang ditemukan kasus TN dan kasus Flu Burung.
Jumlah kasus AFP dalam tahun 2019 tidak ditemukan, begitu juga pada
tahun 2017 tidak ditemukan kasus AFP.
Jumlah penderita Campak tahun 2019 tidak ditemukan penderita campak
begitu juga pada tahun 2018 tidak ditemukan penderita campak. Melihat kondisi
ini sebagian masyarakat sudah mengerti tentang manfaat pemberian imunisasi
pada bayi dan kegiatan BIAS pada anak sekolah khusus siswa kelas I SD/MI.
Cakupan imunisasi tahun 2019 ada penurunan dibandingkan dengan tahun
2017. Ini dapat terlihat dari Desa UCI dimana pada tahun 2018 hasilnya 37,5 %
( 6 desa ) sedangkan tahun 2019 tidak mencapai target yang diharapkan.
Hal ini dilihat berdasarkan Target Desa UCI tahun 2018 90% dan tahun
2019 100 %.

f) Program Kesehatan Lingkungan


Pencapaian cakupan air bersih, jamban keluarga, SPAL, Rumah Sehat,
Tempat Tempat Umum dan Tempat Pengolahan Makanan bisa dilihat pada poin
4.5 diatas tentang kesehatan lingkungan.

g) Program Promosi Kesehatan


Dengan target pemerintah pusat melalui SK Menkes No.
564/Menkes/SK/VIII/2006 dan target pemerintah daerah Indramayu yang
menghendaki seluruh desa menjadi desa siaga telah tercapai. Dari 8 desa siaga
yang ada di puskesmas sukra semuanya berstrata madya.
Dari 1.600 rumah tangga sample pada tatanan rumah tangga ber PHBS,
sebanyak 870 merupakan PHBS Rumah Tangga klasifikasi sehat dan 730 masuk
dalam klasifikasi Tatanan Rumah Tangga tidak sehat.
Dari 60 tatanan tempat-tempat umum yang diintervensi PHBS sebanyak 8
dan 52 tatanan tempat-tempat umum tidak diintervensi PHBS.
Dari 3 tatanan pelayanan kesehatan tahun 2019 yang diintervensi PHBS 3
tatanan pelayanan kesehatan (Pustu Sumuradem, Pustu Bogor dan pustu Ujung
Gebang).
Dari 8 tatanan tempat kerja yang di intervensi 3 dan 5 tidak terintervensi
dan 24 SD/MI, 9 SLTP/MTS, 7 SLTA/MA yang ada dalam wilayah kerja
puskesmas Sukra Sudah terintervensi PHBS.
Jumlah penyuluhan yang telah dilakukan selama tahun 2019 sebanyak
1109 kali di posyandu, sekolah-sekolah, pertemuan koordinasi lintas sektor-sektor
yang meliputi penyuluhan tentang PHBS, Desa siaga, Napza, HIV/AIDS,
IMS/ISR. Penyebaran informasi juga dilakukan melalui Rakor, Pembina apel
senin di kecamatan dan pertemuan PKK tingkat Kecamatan.

h) Data Peresepan
Berdasarkan laporan kompilasi data peresepan tingkat puskesmas tahun
2019 yang berasal dari Pustu Bogor, Pustu Sumuradem, Pustu Ujunggebang dan
Puskesmas Sukra diperoleh data sebagai berikut:
a. Jumlah sampel : 871
b. Jumlah R/ : 2620
c. Jumlah R/ per pasien : 3
d. % pemakaian antibiotik pada ISPA NP : 25,8 %
e. % pemakaian antibiotik pada Diare NS : 24,1%
f. % pemakaian injeksi : 0
g. % jumlah generik : 100 %

i) Pelayanan Kesehatan Gigi


Dari pelayanan kesehatan gigi pada 2019 diperoleh data jumlah kunjungan
pasien sebagai berikut:
1. Karies : 422 orang
2. Kelainan pulpa dan jar. Periapikal : 1337 orang
3. Kelainan gusi dan jar. Periodontal : 1044 orang
4. Kelainan dentofacial dan naloklusi : 0
5. Penyakit Rongga Mulut : 131 orang

j) Program PHN
Laporan program PHN selama tahun 2019 sebagai barikut:
1. Jumlah KK rawan : 60
2. Jumlah tindak lanjut : 20
3. Jumlah bumil resti : 0
4. Jumlah balita resti : 0

k) Pelayanan Laboratorium
Selama tahun 2019 jenis pelayanan laboratorium yang telah
dikerjakan adalah :
1. Pemeriksaan BTA : 105 BTA (+) sebanyak 17
2. Pemeriksaan TPHA :0
3. Pemeriksaan Hb : 1696
4. Golongan Darah : 197
5. Reduksi : 1103
6. Protein urin : 133
BAB IV
EVALUASI PROGRAM

A. Alur Pemecahan Masalah

7
arcp
tu
eno
M
8
v
d
.P
i6 I5
g
slh
m12
3
4
b
y
fk

Gambar 3 Alur Pemecahan Masalah


Studi ini dilakukan dengan panduan alur pemecahan masalah seperti
gambar di atas, dimulai dengandilakukannya identifikasi masalah. Masalah
adalah kesenjangan antara harapan atau tujuan yang ingin dicapai dengan
kenyataan sesungguhnya hingga menimbulkan rasa tidak puas. Dari
masalah-masalah yang ditemukan dipilih salah satu yang menjadi prioritas
utama dengan teknik Hanlon Kuantitatif. Adapun alur pemecahan masalah
dapat diselesaikan dengan menggunakan siklus pemecahan masalah yang
meliputi:
1. Identifikasi/ Inventarisasi masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan dan ingin dicapai,
lalu menetapkan indikator tertentu sebagai dasar untuk pengukuran
kinerja. Pada hal ini digunakan format atau blanko SPM, lalu
dibandingkan antara hasil kegiatan pelaksanaan pelayanan
kesehatan dengan sasaran dan target yang sudah ditentukan.
2. Penentuan prioritas masalah
Untuk mengetahui permasalahan, dapat dilakukan berbagai macam
cara. Diantaranya adalah dengan melakukan penelitian,
mempelajari laporan, dan juga berdiskusi dengan para ahli. Namun
pada penentuan masalah ini, metode yang akan kami gunakan
adalah metode Hanlon.
3. Penentuan penyebab masalah
Analisis penyebab masalah adalah kegiatan untuk mengaitkan
masalah dengan faktor-faktor penyebabnya. Beberapa metode
untuk menganalisis penyebab masalah adalah fish bone analysis
system (diagram tulang ikan), analisis sistem, pendekatan
H.L.Bloem, analisis epidemiologi, dan pohon masalah. Dalam hal
ini, kami menggunakan metode fish bone analysis untuk
menentukan penyebab masalahnya.
4. Memilih penyebab yang paling mungkin
Tujuan untuk mengurangi faktor-faktor penyebab yang ada, antara
lain dengan cara:
a. Menetapkan tujuan dan sasaran
b. Mencari alternatif pemecahan masalah
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-
sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Pemecahan masalah dapat dilakukan dari penyebab yang sudah
diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada
alternatif pemecahan.
6. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan,dilakukan
pemilihan pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa
alternatif maka digunakan Hanlon kualitatif untuk menentukan atau
memilih pemecahan terbaik.
7. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA
(Plan of Action atau Rencana Kegiatan).
8. Monitoring dan evaluasi
Terdapat dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan
pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan
dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah
permasalahan sudah dapat dipecahkan.

B. Identifikasi Cakupan Program


Masalah merupakan kesenjangan antara apa yang diharapkan sesuai
target dengan keadaan aktual yang didapat di Puskesmas Sukra. Masalah-
masalah yang ditemukan pada program Puskesmas Sukra terdapat dalam
tabel di bawah ini, dimana pencapaian hasil kegiatan programnya kurang
ataupun lebih 100%.

Tabel 17 Masalah Program Puskesmas Sukra.


Indikator Target Pencapaian
No (%) (%)
1 Kunjungan K1 100% 70,40%
2 Pelayanan balita 100% 81,23%
3 Balita yang datang dan di timbang di 87,0% 80,16%
posyandu
4 Persentase bayi mendapat ASI eksklusif 55% 22,24%
5 Rumah tangga dengan garam yodium 83% 82,0%
C. Penentuan Prioritas Masalah (Metode Hanlon Kuantitatif)
Untuk Untuk penentuan prioritas masalah digunakan metode Hanlon
Kuantitatif. Kriteria dalam Hanlon Kuantitatif adalah sebagai berikut :
1. Kriteria A: Besarnya masalah
2. Kriteria B: Kegawatan masalah
3. Kriteria C: Kemudahan dalam penanggulangan
4. Kriteria D: Faktor PEARL

Kriteria A : Besarnya masalah


Besarnya masalah dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut:
Langkah 1:
Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih
persentase pencapaian dengan target 100%.

Tabel Program yang belum mencapai target di Puskesmas Sukra


Besar
No Indikator Pencapaian (%)
Masalah %
1 Kunjungan K1 70,40% 29,6%
2 Pelayanan balita 81,23% 18,77%
Balita yang datang dan ditimbang di 80,16%
3 6,84%
posyandu
Presentase bayi mendapat ASI 22,24%
4 32,76%
eksklusif
Rumah tangga dengan garam
5 82,0 1%
yodium

Langkah 2:
Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess :

K = 1 + 3,3 Log N

Keterangan:
K = Jumlah kolom/kelas
N = Jumlah masalah

Masukkan ke rumus :
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 5
= 1+ 2,3
= 3,3 dibulatkan menjadi 3

Langkah 3 :
Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya
masalah terbesar dengan terkecil kemudian di bagi kelas/kolom.
Nilai besar masalah : Terbesar : 33 %
Terkecil : 1%
Interval : Nilai terbesar – Nilai terkecil
K
: (33– 1) / 3 = 32/3 = 10,67 (dibulatkan menjadi 11)

Langkah 4:
Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah
kolom/kelas:
Tabel 18 Pembagian Interval Kelas
Kolom/Kelas Skala Interval Nilai
Skala 1 1-12 1
Skala 2 13-24 2
Skala 3 25-36 3
Skala 4 37-48 4

Langkah 5 :
Menentukan nilai tiap masalah sesuai dengan kelasnya
Tabel 19 Penentuan Nilai Tiap Masalah Berdasarkan Kelas.
No Indikator Besar Besar Masalah Nilai
Masalah Terhadap
% Pencapaian
1 2 3 4
1 Kunjungan K1 29,6 X 3
2 Pelayanan balita 18,77 X 2
3 Balita yang datang dan di X 1
6,84
timbang di posyandu
4 Persentase bayi mendapat X 3
32,76
ASI eksklusif
5 Rumah tangga dengan X 1
1
garam yodium

Kriteria B: Kegawatan Masalah


Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan tingkat urgensi
(U), besarnya masalah (S), tingkat penyebaran/meluasnya (G), dan
sumber daya (P) yang dimiliki untuk mengatasi tiap masalah dengan
sistem scoring dengan skor 1-5.
A. Tingkat urgensi dinilai sebagai berikut :
Sangat mendesak: 5
Mendesak :4
Cukup mendesak : 3
Kurang mendesak : 2
Tidak mendesak : 1
B. Tingkat besar kecilnya masalah (seriousness) dinilai sebagai berikut :
Sangat gawat :5
Gawat :4
Cukup gawat :3
Kurang gawat :2
Tidak gawat :1
C. Tingkat penyebaran/meluasnya masalah (growth) dinilai sebagai
berikut:
Sangat mudah menyebar/meluas :5
Mudah menyebar/meluas :4
Cukup menyebar/meluas :3
Sulit menyebar/meluas :2
Tidak menyebar/meluas :1
D. Sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan (potency)
dinilai sebagai berikut :
Sangat banyak : 5
Banyak :4
Cukup banyak : 3
Kurang banyak : 2
Tidak banyak :1

Tabel 20 Penilaian Masalah Berdasarkan Kegawatan


No Program U S G P Total
1 Kunjungan K1 3 3 1 3 10
2 Pelayanan balita 3 3 3 3 12
3 Balita yang datang dan ditimbang di 3 3 2 3 11
posyandu
4 Persentase bayi mendapat ASI eksklusif 4 3 2 4 13
5 Rumah tangga dengan garam yodium 2 1 1 3 7

Kriteria C: Kemudahan Dalam Penanggulangan Masalah


Kemudahan penganggulangan masalah diukur dengan scoring dengan nilai
1 – 5 dimana:
Sangat mudah : 5
Mudah :4
Cukup mudah : 3
Sulit :2
Sangat sulit :1
Tabel 21 Penilaian Masalah Berdasarkan Kemudahan Dalam Penanggulangan
NO Masalah Nilai
1 Kunjungan K1 3
2 Pelayanan balita 3
3 Balita yang datang dan ditimbang di posyandu 3
4 Persentase bayi mendapat ASI eksklusif 3
5 Rumah tangga dengan garam yodium 4

Kriteria D: faktor PEARL


Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling
menentukan dapat atau tidak nya suatu program dilaksanakan, faktor-
faktor tersebut adalah:
- Kesesuaian (Propriety)
- Secara Ekonomis murah (Economic)
- Dapat diterima (Acceptability)
- Tersedianya sumber (Resources availability)
- Legalitas terjamin (Legality)
Tabel 22 Kriteria D (PEARL FAKTOR)
No Masalah P E A R L Hasil Kali
1 Kunjungan K1 1 1 1 1 1 1
2 Pelayanan balita 1 1 1 1 1 1
3 Balita yang datang dan 1 1 1 1 1 1
ditimbang di posyandu
4 Persentase bayi 1 1 1 1 1 1
mendapat ASI
eksklusif
5 Rumah tangga dengan 1 1 1 1 1 1
garam yodium
D. Penilaian Prioritas Masalah
Setelah nilai dari kriteria A, B, C, dan D didapat, hasil tersebut
dimasukan dalam formula nilai prioritas dasar (NPD), serta nilai prioritas
total (NPT) untuk menentukan prioritas masalah yang dihadapi:

NPD = (A+B) x C NPT: (A+B) x C x D

Tabel 23 Urutan Prioritas Berdasarkan Perhitungan Hanlon Kuantitatif


No Program A B C D NPD NPT Urutan
Prioritas
1 Kunjungan K1 3 10 3 1 39 39 III
2 Pelayanan balita 2 12 3 1 42 42 II
3 Balita yang datang dan 1 11 3 1 36 36 IV
ditimbang di posyandu
4 Persentase balita 3 13 3 1 48 48 I
mendapat ASI eksklusif
5 Rumah tangga dengan 1 7 4 1 32 32 V
garam yodium

E. Kerangka Pikir Masalah


Pada penelitian ini ditemukan adanya masalah yang terjadi pada program-
program Puskesmas Sukra untuk memutuskan adanya masalah, yaitu:
1. Adanya kesenjangan antara target dan pencapaian program upaya
peningkatan presentase bayi mendapat ASI eksklusif.
2. Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah tersebut,
dikarenakan program peningkatan presentase bayi mendapat ASI
eksklusif tidak sesuai dengan hasil pencapaian yang masih rendah di
wilayah kerja kelurahan Puskesmas Sukra pada tahun 2019.
F. Urutan Prioritas Masalah
Setelah dilakukan penentuan prioritas masalah dengan teknik Hanlon
Kuantitiatif, didapatkan urutan prioritas masalah yang terdapat di
Puskesmas Kelurahan Sukra adalah :
1. Persentase balita mendapat ASI eksklusif
2. Pelayanan balita
3. Kunjungan K1
4. Balita yang datang dan ditimbang di Posyandu
5. Rumah tangga dengan garam yodium

G. Penentuan Prioritas Masalah


Penentuan prioritas masalah ditentukan berdasarkan metode
Hanlon kuantitatif. Penentuan prioritas masalah didapatkan 5 prioritas
masalah teratas yang harus ditemukan pemecahan masalahnya adalah
persentase balita mendapat ASI eksklusif, pelayanan balita, kunjungan
K1, balita yang datang dan ditimbang di Posyandu, dan rumah tangga
dengan garam yodium.
Dari hasil diskusi antara penulis, kepala puskesmas dan pemegang
program, didapatkan prioritas masalah yang ingin dievaluasi adalah
program peningkatan persentase balita mendapat ASI eksklusif, karena
jumlah cakupan persentase balita mendapat ASI eksklusif yang masih
rendah berdasarkan target pencapaian pertahun yang telah ditentukan
oleh pemerintah, sehinga akhirnya tercapai kesepakatan untuk
mengevaluasi program ini.

H. Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah


Terdapat banyak faktor yang mendasari timbulnya kesenjangan
antara target yang telah ditetapkan dengan hasil nyata yang dicapai. Salah
satu metode yang digunakan untuk menentukan penyebab masalah adalah
dengan membuat diagram fish bone yang menggunakan data yang telah
diolah. Cara menganalisis penyebab masalah digunakan pendekatan sistem
yang meliputi input, proses, output/outcome, serta faktor lingkungan,
sehingga dapat ditemukan dan disimpulkan hal-hal yang menyebabkan
munculnya permasalahan.
Manusia Metode
Kurangnya sikap dan
perilaku masyarakat Kurang optimalnya Kurang optimalnya
kinerja petugas dan kader program (penyuluhan)

Kurangnya kesadaran masyarakat


Kurangnya Kurangnya Metode yang digunakan
petugas dan pemahaman kurang menarik dan
Kurangnya pengetahuan kader petugas dan sesuai Rendahnya
Kurangnya
kader koordinasi ibu persentase
Rendahnya tingkat Kurangnya menyusui dan cakupan
informasi yang petugas balita
pendidikan
didapat mendapat
ASI
Kurangnya dukungan keluaraga Rendahnya eksklusif di
Kurang optimalnya Pemanfaatan Kurangnya dukungan pendapatan
materi dan alat Puskesmas
program (penyuluhan) Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar masyarakat Sukra
peraga
Terbatasnya
penyuluhan
anggaran yang
Kurang memadainya belum optimal Kurangnya pengetahuan Kurangnya kesadaran disediakan
tempat yang
disediakan Kurangnya pengetahuan
Rendahnya tingkat
Kurangnya pengetahuan pendidikan Banyaknya dana yang
Rendahnya Kurangnya dibutuhkan untuk program
Kurangnya tingkat informasi yang lain yang menjadi prioritas
Kurangnya materi dan alat informasi yang pendidikan didapat
peraga yang tersedia didapat

Sarana Lingkungan Dana


Tabel 24 Kemungkinan Penyebab Masalah Manajemen Puskesmas
Kelebihan Kekurangan
P1  Sudah ada kegiatan program  Kegiatan program
(Perencanaan & promosi kesehatan untuk promosi kesehatan
Pengorganisasian) penyuluhan mengenai pemberian berupa penyuluhan
ASI eksklusif hanya terpaku pada
penyuluhan di luar
gedung

P2 (Penggerakkan  Adanya kerjasama lintas  Tidak ada kerjasama


& program dengan petugas di KIA dengan kader
Pelaksanaan) maupun MTBS

P3  Terdapat sistem pencatatan  Mekanisme pelaporan


(Pengawasan & balita yang mendapat ASI yang kurang efektif
Pengendalian) eksklusif dan efisien (manual).
i.  Kurangnya
pengawasan dan
pengendalian secara
aktif dari puskesmas
LINGKUNGAN  Sudah ada kebijakan  Kurangnya sosialisasi
(SUSPEK) pemerintah melalui UU kepada masyarakat
Kesehatan mengenai pemberian menyebabkan
ASI eksklusif rendahnya cakupan
 Kurangnya
pengetahuan mengenai
manfaat dari
pemberian ASI
eksklusif
 Kader memiliki lebih
dari 1 kegiatan
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diambil konfirmasi kemungkinan penyebab
masalah, antara lain:
a. Kurangnya informasi yang didapat masyarakat mengenai pemberian ASI
eksklusif.
b. Petugas pemegang program mempunyai beban kerja lebih dari 1 program.
c. Kurangnya media promosi untuk sosialisasi mengenai pemberian ASI
eksklusif.
d. Pencatatan laporan masih menggunakan kertas/manual.
e. Kurangnya jadwal penyuluhan dalam gedung mengenai pemberian ASI
eksklusif.
f. Tidak ada kerjasama dengan kader setempat.
g. Kader memiliki lebih dari 1 program
I. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Tabel 25 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif Pemecahan
Masalah Penyebab Masalah
Masalah
Manusia - Kurangnya informasi yang - Memberikan edukasi
didapat mengenai berupa informasi
pemberian ASI eksklusif. mengenai manfaat
- Rendahnya tingkat pemberian ASI eksklusif
pendidikan. kepada masyarakat.
- Kurangnya petugas dan - Memberikan edukasi
kader. berupa informasi
- Kurangnya pemahaman mengenai manfaat
petugas dan kader pemberian ASI eksklusif
mengenai manfaat kepada petugas dan
pemberian ASI eksklusif. kader.
Metode - Metode yang digunakan - Memberikan penyuluhan
kurang menarik dan yang interaktif, materi
sesuai. yang diberikan disertai
- Kurangnya koordinasi dengan gambar, video
masyarakat dengan dan alat peraga.
petugas medis.
Sarana - Kurang memadainya - Memberikan edukasi dan
tempat yang disediakan. penyuluhan di dalam
- Kurangnya materi dan alat gedung disela-sela
peraga yang tersedia. melakukan pelayanan.
- Menyediakan materi dan
alat peraga untuk
penyuluhan.
Lingkungan - Kurangnya informasi yang Memberikan edukasi berupa
didapat oleh keluarga dan informasi mengenai manfaat
masyarakat sekitar. pemberian ASI eksklusif
- Rendahnya tingkat kepada keluarga dan
pendidikan keluarga dan masyarakat sekitar.
masyarakat sekitar.
Dana - Banyaknya dana yang Pengajuan pengadaan dana
dibutuhkan untuk program untuk keberlangsungan
lain yang menjadi prioritas program
- Rendahnya pendapatan
masyarakat
J. Penentuan Prioritas Masalah Kriteria Matriks
Setelah menentukan alternatif pemecahan masalah, langkah selanjutnya adalah
menentukan prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria matriks,
dengan rumus : M x I x V/C
Masing-masing cara penyelesaian masalah diberi nilai berdasar kriteria:
a. Magnitude: Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan dengan nilai
1-5 dimana semakin mudah masalah yang dapat diselesaikan maka nilainya
mendekati angka 5.
b. Importancy: Pentingnya cara penyelesaian masalah dengan nilai 1-5 dimana
semakin pentingnya masalah untuk diselesaikan maka nilainya mendekati
angka 5
c. Vulnerability: Sensitifitas cara penyelesaian masalah dengan nilai 1-5 dimana
semakin sensitifnya cara penyelesaian masalah maka nilainya mendekati angka
5.
d. Cost: Biaya (sumber daya) yang digunakan dengan nilai 1-5, dimana semakin
kecil biaya yang dikeluarkan nilainya mendekati angka 1.

K. Daftar Alternatif Pemecahan Masalah


Dari hasil analisis pemecahan masalah didapatkan alternatif pemecahan masalah
sebagai berikut:
a. Melakukan pelatihan kader dengan cara penyuluhan.
b. Memberikan informasi baik lisan maupun tulisan kepada masyarakat mengenai
pemberian ASI eksklusif.
c. Membuat handbook sebagai acuan warga untuk mendapatkan informasi
mengenai ASI eksklusif.
d. Melakukan pemasangan poster ditempat yang strategis untuk memberikan
informasi mengenai pemberian ASI eksklusif.
e. Melakukan kerjasama dengan bidang atau bagian lain, saat melakukan
pelayanan di Puskesmas Sukra di tambahkan pemberian edukasi mengenai ASI
eksklusif.

Tabel 26 Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah


Penyelesaian Nilai Kriteria Hasil akhir Urutan
Masalah M I V C (MxIxV)
/C
A 2 4 4 3 11 V
B 5 4 3 1 60 II
C 5 5 4 4 25 IV
D 5 5 4 3 33 III
E 5 5 5 1 125 I

Berdasarkan penrhitungan prioritas alternatif penyelesaian masalah, didapatkan


hasil dalam urutan sebagai berikut:
I. Melakukan kerjasama dengan bidang atau bagian lain, saat
melakukan pelayanan di Puskesmas di tambahkan pemberian
edukasi mengenai ASI eksklusif.
II. Memberikan informasi baik lisan maupun tulisan kepada
masyarakat mengenai pemberian ASI eksklusif.
III. Melakukan pemasangan poster ditempat yang strategis untuk
memberikan informasi mengenai pemberian ASI eksklusif.
IV. Membuat handbook sebagai acuan warga untuk mendapatkan
informasi mengenai ASI eksklusif.
V. Melakukan pelatihan kader dengan cara penyuluhan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil analisis masalah yang dilakukan di Puskesmas Sukra dapat
disimpulkan bahwa:
1. UPTD Puskesmas Sukra merupakan salah satu Unit Pelayanan Teknis dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu. Wilayah kerja Puskesmas Sukra
terdiri dari 8 desa, yaitu : Desa Tegal Taman, Desa Ujunggebang, Desa Sukra,
Desa Sukra Wetan, Desa Bogor, Desa Sumuradem, Desa Sumuradem Timur,
dan Desa Karanglayung.
2. Prioritas masalah di Puskesmas Sukra adalah rendahnya persentase bayi
mendapat ASI eksklusif.
3. Penyebab utama masalah rendahnya persentase bayi mendapat ASI eksklusif
ialah rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai pemberian ASI eksklusif.
4. Alternatif pemecahan masalah yang dilakukan berupa memberikan edukasi
berupa informasi mengenai pemberian ASI eksklusif kepada masyarakan
dengan cara melakukan kerjasama dengan bidang atau bagian lain saat
kegiatan pelayanan di Puskesmas Sukra berlangsung.

B. Saran
1. Diharapkan Puskesmas Sukra agar dapat meningkatkan kerjasama lintas
sektor dan lintas program agar cakupan-cakupan program puskesmas
sesuai dengan target yang telah ditetapkan dan dapat menurunkan angka
kesenjangan.
2. Meningkatkan komunikasi dan kerjasama antara petugas kesehatan,
bidan desa, kader, dan pemerintah Kecamatan Sukra agar tercapainya
penyuluhan mengenai pemberian ASI eksklusif.

Anda mungkin juga menyukai