Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

RISIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

Disusun oleh:

Lusy Dwi Kusumawati (P27220019075)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

POLITIKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

SURAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan


seseorang stress berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol
kesadaran diri, misalnya: memaki-maki orang di sekitarnya, membanting–
banting barang, menciderai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar
rumah, mobil dan sepeda montor.
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke
rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai
bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain,
merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang
paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh
keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien seyogyanya
sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien
(manajemen perilaku kekerasan).
Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap
perilaku kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di
rumah sakit umum. Asuhan keperawatan perilaku kekerasan (MPK) yaitu
asuhan keperawatan yang bertujuan melatih klien mengontrol perilaku
kekerasannya dan pendidikan kesehatan tentang MPK pada keluarga. Seluruh
asuhan keperawatan ini dapat dituangkan menjadi pendekatan proses
keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perilaku kekerasan ?
2. Apa penyebab perilaku kekerasan ?
3. Apa rentan respon perilaku kekerasan ?
4. Apa tanda dan gejala dari perilaku kekerasan ?
5. Mengetahu mekanisme koping dari perilaku kekerasan?
6. Mengetahui penatalaksanaan dari perilaku kekerasan ?
7. Mengetahui konsep asuhan keperawatan dari perilaku kekerasan ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang konsep teori dan asuhan keperawatan klien
dengan perilaku kekerasaan
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian dari perilaku kekerasan
b. Mengetahui penyebab dari perilaku kekerasan
c. Mengetahui rentang respon dari perilaku kekerasan
d. Mengetahui tan da dan gejala dari perilaku kekerasan
e. Mengetahui mekanisme koping dari perilaku kekerasan
f. Mengetahui penatalaksanaan dari perilaku kekerasan
g. Mengetahui konsep asuhan keperawatan dari perilaku kekerasan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik,baik pada
dirinya sendiri maupun orang lain,di sertai dengan amuk dan gaduh
gelisah yang tidak terkontrol (kusumawati dan hartono,2010)
Herdman (2012) mengatakan bahwa risiko perilaku kekerasan
merupakan perilaku yang diperlihatkan oleh individu. Bentuk ancaman
bisa fisik, emosional atau seksual yang ditujukan kepada orang lain.
Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut,
manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik
emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga
menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan
ketergantungan pada orang lain.  Perilaku kekerasan merupakan suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan (fitria, 2009).
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpiulkan bahwa perilaku
kekerasan merupakan respon emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap
kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Perilaku
kekerasan dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan.

B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
a. Teori biologik
1) Neurologic factor, beragam komponen dari system
syaraf seperti synap, neurotrans mitter, dendrit, axon,
terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau
menghambat rangsangan atau pesan-pesan yang akan
mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbik sangat
terihat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
bermusuhan dan respons agresif.
2) Genetic factor, adanya factor gen yang di turunkan
melalui orang tua, menjadi potensi perilaku agresif.
Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen
manusia terdapat dormant (potensi) agresif yang sedang
tidur dan akan bangun jika terstimulasi oleh faktor
eksternal. Menurut penelitian genetik tipe karyo type
XYY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni perilaku
tidak kriminal serta orang-orang yang tersangkut hukum
akibat perilaku agresif
3) Cyicordian Rhytm (irama sirkardian tubuh) memegang
peranan pada individu. Menurut penelitian pada jam-
jam tertentu manusia mengalami peningkatan cortisol
terutama pada jam-jam sibuk seperti menjelang kerja
dan menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan
jam 13. Pada jam tertentu orang lebih mudah
terstimulasi untuk bersikap agresif
4) Biochemistry factor (factor biokimia tubuh) seperti
neurotransmitter diotak (epinephrine, norepinephrine,
dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan
dalam penyampaian informasi melalui system
persyarafan dalam tubuh, adanya stimulus dari luar
tubuh yang dianggap mengancam atau membahayakan
akan dihantar melalui implus neurotransmitter ke otak
dan meresponnya melalui serabut efferent. Peningkatan
hormon androgen dan norepinephrine serta penurunan
serotonin dan GABA pada cairan cerebrospinal vertebra
dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya perilaku
agresif
5) Brain Area disorder, gangguan pada system limbic dan
lobus temporal, sintrom otak organik, tumor otak,
trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi ditemukan
sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tidak
kekerasan
b. Teori psikologik
1) Teori psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh
riwayat tumbuh kembang seseorang (life span hystori).
Teori ini menjelaskan bahwa ada ketidakpuasan fase oral
antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapat kasih
sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup
cenderung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan
setelah dewasa sebagai kompensasi adanya
ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah.
Perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan
pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri perilaku
tindak kekerasan
2) Imitation, modeling and information processing theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang
dalam lingkungan yang menolelis kekerasan. Adanya
contoh, model dan perilaku yang ditiru dari media atau
lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku
tersebut.
Dalam suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan
untuk menonton tayangan pemukulan pada boneka dengan
reward positif (makin keras pukulannya akan diberi
coklat), anak lain menonton tayangan cara mengasihi dan
mencium boneka tersebut dengan reward positif pula
(makin baik belaiannya mendapat hadiah coklat ) setelah
anak-anak keluar dan diberi boneka ternyata masing-
masing anak berperilaku sesuai dengan tontonan yang
pernah dialaminya
3) Learning theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu
terhadap lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana
respon ayah saat menerima kekecewaan dan mengamati
bagaimana respons ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa
dengan agresivitas lingkungan sekitar menjadi peduli,
bertanya, menanggapi dan menganggap bahwa dirinya eksis
dan patut unntuk diperhitungkan
c. Teori sosikultural
Dalam budaya tertentu seperti rebutan berkah, rebutan
uang receh, sesaji atau kotoran kerbau di keratin, serta ritual-
ritual yang cenderung mengarah pada kemusrykan secara tidak
langsung turut memupuk sikap agresif dan ingin menang
sendiri. Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan
menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian
masalah dalam masyarakat merupakan faktor predisposisi
terjadinya perilaku kekerasan. Hal ini dipicu juga dengan
maraknya demonstrasi, flem-flem kekerasan, mistik, tahayul
dan perdukunan (santet, teluh) dalam tayangan televisi
d. Aspek religiusitas
Dalam tinjauan religiusitas, kemarahan dan agresivitas
merupakan dorongan dan bisikan setan yang sangat menyukai
kerusakan agar manusia menyesal (devil support). Semua
bentuk kekerasan adalah bisikan setan melalui pembuluh darah
ke jantung, otak dan organ vital manusia lain yang dituruti
manusia sebagai bentuk kompensasi bahwa kebutuhan dirinya
terancam dan harus segera dipenuhi tetapi tanpa melibatkan
akal (ego) dan norma agama (super ego).
2. Faktor presipitasi
Faktor faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan seringkali
berkaitan dengan :
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola,
geng sekolah, perkelahian massal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga
serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah
cenderung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidak
mampuan menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan
obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya
pada saat menghadapi rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan
pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap
perkembangan keluarga.

C. Rentang Respon

Gambar : Rentang Respon Perilaku Kekerasan ( Ermawati,2009 )


Perbandingan Perilaku Asertif, Frustasi, Pasif, Agresif, Mengamuk
1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai
perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan hargadiri orang lain.
2. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan
atau keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan
kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan
kemarahan.
3. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih
dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau
mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang
harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan
mengharapkan perlakuan yang samadari orang lain
5. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan control diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak
dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Respon kemarahan dapat
berfluktusi dalam rentang adaptif-maladaptif.
D. Tanda dan Gejala
Dalam perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau
wawancara tentang perilaku berikut ini :
1. Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Postur tubuh kaku
f. Jalan mondar mandir
2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Ketus
e. Suara keras
3. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Merusak barang atau benda
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Agresif/amuk
e. Menyerang orang lain
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam
dan jengkel, tidak berdaya, bermusushan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang
lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penoalakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual

E. Psikodinamika
Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut,
manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik
emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga
menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan
ketergantungan pada orang lain.
Pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya
perubahan sensori persepsi berupa halusinasi, baik dengar, visual maupun
lainnya. Klien merasa diperintah oleh suara-suara atau bayangan yang
dilihatnya untuk melakukan kekerasan atau klien merasa marah terhadap
suara-suara atau bayangan yang mengejeknya.
Faktor presipitasi bisa bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi
dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi
penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan kritikan yang
mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan
kekerasan merupakan faktor penyebab. Interaksi sosial yang provokatif
dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan (Direja,Ade Herman S,
2011)

F. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung
dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart
dan Sundeen, 2009)
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena
adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien
marah untuk melindungi diri antara lain : (Maramis, 2009)
1. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya
di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami
hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang
sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti
meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya
adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda
yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap
rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut
mencoba merayu, mencumbunya.
3. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk kealam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci
pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut
ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci
orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk olehTuhan,
sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakannya.
4. Reaksiformasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya
seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kasar.
5. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang
pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy
berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hokum anda
riibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai
bermain perang-perangan dengan temannya

G. Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2
yaitu:
1. Medis
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak
diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan
menenangkan hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien
bila mengarah pada keadaan amuk.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL),
d. Pendidikan kesehatan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke
rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Tanda dan gejala perilaku
kekerasan didapatkan dari observasi dan wawancara.
1. Identitas
Meliputi data-data demografi seperti nama, usia, pekerjaan, dan tempat
tinggal klien
2. Keluhan utama
Biasanya klien memukul anggota keluarga atau orang lain.
3. Alasan masuk
Tanyakan pada klien atau keluarga:
a. Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah
sakit?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah
ini?
c. Bagaimana hasilnya?
4. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data
signifikan tentang:
a. Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)
b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang
baru dialami
c. Episode-episode perilaku kekerasan di masa lalu
d. Riwayat pengobatan
e. Penyalahgunaan obat dan alkohol
f. Riwayat pendidikan dan pekerjaan
5. Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara
tinggi, berdebat. Sering pula tampak klien memaksakan kehendak
seperti : merampas makanan, memukul jika tidak senang.
6. Wawancara : diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-
tanda marah yang dirasakan klien

B. Analisa Data
DATA Masalah Keperawatan
DS: Klien mengatakan benci atau kesal Perilaku Kekerasan
pada seseorang. Klien suka membentak
dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau
marah.
DO : Mata merah, wajah agak merah,
nada suara tinggi dan keras, pandangan
tajam
DS : Klien mengatakan benci atau Risiko tinggi mencederai orang lain
kesal pada seseorang. Klien suka
membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau
marah.
DO : Mata merah, wajah agak merah,
nada suara tinggi dan keras, pandangan
tajam
DS: klien merasa tidak  berguna, Gangguan konsep diri: harga diri
rendah
merasa kosong
DO: kehilangan minat melakukan
aktivitas
C. Pohon Masalah
Resiko mencederai orang lain/lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan harga diri : harga diri rendah

D. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Perilaku kekerasan
2. Risiko tinggi mencederai orang lain
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

E. Intervensi
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Resiko Setelah dilakukan SP Pasien
perilaku tindakan keperawatan SP 1 :
kekerasan selama …..x..... jam, Identifikasi penyebab, tanda
pasien dapat mengontrol dan gejala, perilaku kekerasan
perilaku kekerasan dengan yang dilakukan, akibat perilaku
kriteria hasil : kekerasan.
Mengidentifikasi Jelaskan cara mengontrol PK:
penyebab, tanda dan fisik, obat, verbal, spiritual.
gejala, perilaku kekerasan Latih cara mengontrol PK
yang dilakukan akibat secara fisik : tarik nafas dalam,
perilaku kekerasan pukul bantal dan kasur
Mengontrol Masukkan pada jadwal
perilakukekerasan secara kegiatan untuk latihan fisik.
fisik : tarik nafas dalam,
pukul bantal dan kasur
Mengontrl perilaku SP 2 :
kekerasan dengan obat Evaluasi kegiatan latihan fisik,
Mengontrol perilaku beri pujian
kekerasan secara verbal (3 Latih cara mengontrol PK
cara: mengungkapkan, dengan obat (jelaskan 6 benar:
meminta dan menoak jenis, guna, dosis, frekuensi,
dengan benar) cara, kontinuitas minum obat)
Mengontrol perilaku Masukkan pada jadwal
kekerasan dengan spiritual kegiatan untuk melatih fisik
dan minum obat.
SP 3 :
Evaluasi kegiatan latihan fisik
dan minum, berikan pujian
Latih cara mengontrol PK
secara verbal (tiga cara :
mengungkapkan, meminta dan
menolak dengan benar)
Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan fisik,
minum obat dan verbal.
SP 4 :
Evaluasi kegiatan latihan fisik,
obat dan verbal
Latihan cara mengontrol PK
dengan spiritual
Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan fisik,
minum obat, verbal dan
spiritual
SP Keluarga
SP 1 :
Diskusikan masalah yang
dirasakan dalam merawat
pasien
Jelaskan pengertian, tanda dan
gejala, dan proses terjadinya
perilaku kekerasan
Jelaskan cara merawat perilaku
kekerasan
Latih satu cara merawat
perilaku kekerasan dengan
melakukan kegiatan fisik : tarik
nafas dalam, pukul bantal dan
kasur.
Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri pujian
SP 2 :
Evaluasi kegiatan keluarga
dalam, merawat atau melatih
pasien secar fisik, beri pujian.
Jelaskan 6 benar cara
memberikan obat
Latih cara memberikan atau
membingbing minum obat
Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan member
pujian
SP 3 :
Evaluasi kegiatan keluarga
dalam merawat atau melatih
pasien fisik dan memberikan
memberikan obat, beri pujian
Latih cara membimbing cara
bicara yang baik
Latih cara membimbing
kegiatan spiritual
SP 4 :
Evaluasi kegiatan keluarga
dalam merawat atau melatih
pasien fisik 1 dan 2,
memberikan obat verbal dan
spiritual. Beri pujian
Jelaskan follow up ke PKM,
tanda kambuh, rujukan
Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan memberikan
pujian

F. Implementasi

Menurut Pardede, Keliat, & Yulia (2015), implementasi disesuaikan


dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata sering pelaksanaan
jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa
menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih
sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya (here and now).

G. Evaluasi

Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari


Tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada
respon klien atau keluarga terhadap Tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi dilakukan setiap selesai melakukan tindakan. Evaluasi
dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP sebagai pola pikirnya. (Keliat,
2011).
S : Respon subjektif terhadap intervensi keperawatan yang telah dilaksanakan
O : Respon objektif terhadap intervensi keperawatan yang telak dilaksanakan
A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap muncul atau masalah baru atau masalah teratasi
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil Analisa pada respon.

Evaluasi kemampuan pasien mengatasi risiko perilaku kekerasan berhasil


apabila pasien dapat :
a. Menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan, perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan, dan akibat dari perilaku kekerasan
b. Mengontrol perilaku kekerasan secara teratur sesuai jadwal : Secara fisik :
(tarik nafas dalam dan pukul bantal/Kasur), Secara sosial/verbal :
meminta, menolak, dan mengungkapkan perasaan dengan cara baik,
Secara spiritual : (sholat, berdoa), terapi psikofarmaka
c. Mengidentifikasi manfaat latihan yang dilakukan dalam mencegah
perilaku kekerasan
Evaluasi kemampuan keluarga (pelaku rawat) risiko perilaku kekerasan
berhasil apabila keluarga dapat :
a. Mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat pasien (pengertian,
tanda dan gejala, dan proses terjadinya risiko perilaku kekerasan)
b. Mencegah terjadinya perilaku kekerasan
c. Menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai pasien
d. Memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol perasaan marah
e. Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasien
mengontrol perasaan marah
f. Mengevaluasi manfaat asuhan keperawatan dalam mencegah perilaku
kekerasan pasien
g. Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan
melakukan rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Dalami,Ermawati, dkk. 2009.Asuhan Keperawatan Klein DenganGangguanJiwa.


Jakarta : Trans Info Media.

Dermawan,Deden dan Rusdi.2013. Keperawatan Jiwa Konsep Dan Kerangka Kerja


Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:Gosyen Publishing.

Direja,Ade Herman S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:Nuha


Medika.

Jurnal Keperawatan Jiwa. 2013. PPNI. Vol.1 (2): 108.

Jurnal Pendidikan dan Praktik Keperawatan Indonesia. 2014 INJEC. Vol.1 (2): 179.

Kaliat, Budi A. 2011.Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic


Course).Jakarta: EGC.

Kaliat, Budi A. 2011.Manajemen Kasus Gangguan Jiwa: CMHN (Intermadiate


Course).Jakarta: EGC.

Kaliat, Budi A. 2009. Model Praktik Keperawatan profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

Kaliat, Budi A. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Lumbantobing. 2007. Skizofrenia Gila. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Nasir, Abdul & Abdul M. 2011.Dasar-dasar Keperawatan Jiwa pengantar dan


Teori.Jakarta: Salemba Medika.

Stuart dan Laraia. 2001. Principle and Practice of Psychiatric Nursing, Edisi 6, St.
Louis Mosby Year Book.

Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. Jakarta: Refika Aditama


STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Masalah :Resiko Perilaku Kekerasan


Pertemuan :1
  
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian :
a. Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika    sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b. Data Obyektif :
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang-barang.
2. Diagnosa keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

B. STRTEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya
6) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara
fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar
pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara.
Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan
saling percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali
bertemu pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini
dan  yang lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku
kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan pada saat  marah   secara:
a) verbal
b) terhadap orang lain
c) terhadap diri sendiri
d) terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara:
a) Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
b) Obat
c) Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
d) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
a) Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
b) Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
8) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
a) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan
perasaan dengan baik
b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
9) Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
a) Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
b) Buat jadwal latihan sholat, berdoa
10) Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
a) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima
benar (benar nama
b) pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar
waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan
guna obat dan akibat berhenti minum obat
11) Susun jadwal minum obat secara teratur
a) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok 
Stimulasi Persepsi mengontrol Perilaku Kekerasan
b) Susun jadwal minum obat secara teratur
12) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok  Stimulasi
Persepsi mengontrol Perilaku Kekerasan

A. ORIENTASI:
“Selamat pagi  bu, perkenalkan nama perawat (...) panggil saya perawat
(...), saya perawat yang dinas di ruangan 9 ini, Nama ibu siapa, senangnya
dipanggil apa? Bagaimana perasaan ibu saat  ini?, Masih ada perasaan
kesal atau marah? Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang 
tentang perasaan marah ibu” Berapa lama ibu mau kita berbincang-
bincang?” Bagaimana kalau 10 menit? Dimana enaknya kita duduk untuk
berbincang-bincang, bu? Bagaimana kalau di ruang tamu?”

B. KERJA:
“Apa yang menyebabkan ibu marah?, Abuah sebelumnya ibu pernah
marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?.
O..iya, apakah ada penyebab lain yang membuat ibu  marah” “Pada saat
penyebab marah itu ada, seperti ibu stress karena pekerjaan atau masalah
uang. apa yang ibu rasakan?”
“Apakah ibu merasakan kesal kemudian dada ibu berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang ibu lakukan? O..iya, jadi ibu marah-marah,
membanting pintu dan memecahkan barang-barang, abuah dengan cara
ini stress ibu hilang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang ibu
lakukan? Betul, istri jadi takut barang-barang pecah. Menurut ibu adakah
cara lain yang lebih baik? Maukah ibu belajar cara mengungkapkan
kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, bu. Salah satunya
adalahlah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa
marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini bu, kalau tanda-tanda marah tadi sudah ibu rasakan maka ibu
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu
perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo
coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah,
lakukan 5 kali. Bagus sekali, ibu  sudah bisa melakukannya. Bagaimana
perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini ibu lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul ibu sudah terbiasa melakukannya”

C. TERMINASI
“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
ibu?”
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat  lagi penyebab marah ibu yang
lalu, apa yang ibu lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan
lupa latihan napas dalamnya ya bu. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya
ya bu, berapa kali sehari ibu mau latihan napas dalam?, jam berapa saja
bu?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang
lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya bu,
Selamat pagi” 
STARTEGI PELAKSANAAN PASIEN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Masalah :Resiko Perilaku Kekerasan


Pertemuan :2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :
a. Data Subjektif
1) Klien mengatakan dendam dan jengkel
2) Klien menyalahkan dan menuntut
3) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
4) Klien mengancam.
b. Data Objektif
1) Muka merah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Bicara kasar
4) Suara tinggi, menjerit atau berteriak.
2. Diagnose Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan khusus :
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat
c. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
“Assalamu’alaikum Bu, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita
ketemu lagi”
“ Bagaimana Bu, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur
bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?.
Coba kita lihat cek kegiatannya”.  
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum
obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?”  
“Dimana enaknya kita berbincang -bincang? Bagaimana kalau di tempat
kemarin?”  
“Berapa lama Ibu A mau kita berbincang -bincang? Bagaimana kalau 15
menit”  
“Dimana kita bicara, Bagaimana kalau di ruang tamu?”

2. Fase Kerja
(perawat membawa obat pasien) 
“Ibu A sudah dapat obat dari dokter?”  
“Berapa macam obat yang Ibu A minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam
berapa Ibu A minum?”
“Bagus!” 
“Obatnya ada tiga macam Bu, yang warnanya oranye  namanya CPZ
gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks,
dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa
marah berkurang. semuanya ini harus Ibu A minum 3 kali sehari jam 7
pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”. 
“Bila nanti setelah minum obat mulut Ibu A terasa kering,   untuk
membantu mengatasinya Ibu A bisa minum air putih yang tersedia di
ruangan”. 
“Bila terasa mata berkunang -kunang, Ibu A sebaiknya istirahat dan
jangan beraktivitas dulu”  
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini Ibu A lihat dulu label di kotak
obat  apakah sudah benar nama Ibu A tertulis disitu, berapa dosis yang
harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga nama obatnya
sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi benar
obatnya!”  
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan
dokter ya Bu, karena dapat terjadi kekambuhan.”  
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadwal ya Bu.”  

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah tahu cara mengotrol dengan minum
obat yang benar?”
“Coba Ibu sebutkan cara minum obat dengan benar? Bagus bu.”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat.
Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”. 
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara verbal meliputi mengungkapkan, meminta,
menolak dengan benar. Mau jam berapa Bu? Baik, jam 10 pagi ya.
Ditempat mana kita berbincang-bincang bu? Oh disini juga ya bu.
Baik bu saya izin pamit undur diri terlebih dahulu.
Wassalamu’alaikum wr wb”
SP 3 PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
LATIHAN MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN SECARA
SOSIAL/VERBAL
Masalah : Risiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan :3
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data subjektif
1) Klien mengatakan dandam dan jengkel
2) Klien menyalahkan dan menuntut
3) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
4) Klien mengancam
b. Data objektif
1) Muka merah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Bicara kasar
4) Suara tinggi,menjerit atau berteriak
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Mengevaluasi gejala PK dan memvalidasi kemampuan melaksanakan
jadwal kegitan latihan fisik 1,2 & obat. Memberikan pujian
b. Melatih cara mengontrol PK dengan cara verbal (3 cara, yaitu dengan
mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar)
c. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum oba dan
verbal
B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
“Selamat pagi ibu A, masih ingat dengan saya kan ?, sesuai dengan janji saya
kemarin sekarang kita ketemu lagi ya ibu A”
“bagaimana perasaan ibu A sekarang ?, apakah ibu masih ingat apa gejala
perilaku kekerasan ?, yah jawaban ibu A benar”
“ibu A apakah masih ingat bagaimana cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan obat?, apakah ibu masih ingat berapa obat ibu dan apa saja
obatnya?,wah benar jawaban ibu, coba ibu A sebutan ada berapa prinsip benar
minum obat?, wah ternyata ibu A masih ingat ya, bagus sekali ibu A”
“apakah ibu A sudah melakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur
bantal sesuai jadwal?, bagaimana perasaan ibu A setalah melakukan latihan
tarik napas dan pukul kasur bantal ?, apakah ibu A melakukan latihan secara
teratur ?, wah bagus sekali ya ibu melakukan latihan tarik nafas dan pukul
bantal guling dengan teratur”
“coba saya lihat jadwal harian kegiatan ibu A.wah bagus sekali ya ibu A
sudah melakukan latihan tarik napas dan pukul kasur bantal dan minum obat
secara teratur juga. Nah, kalau dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri,
kalau diingatkan suster baru ditulis B, artinya dibantu atau diingatkan, dan
kalau tidak dilakukan ditulis T, artinya belum bisa melakukan. Apakah ibu A
mengerti ?”
“bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah
marah ? .Dimana enaknya kita berbincang-bincang ibu A ?, bagaimana jika
ditaman samping ?. Ibu A mau berapa lama kita berbincang-bincang ?,
bagaimana kalau 20 menit ?”

2. Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau
marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal, dan
sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah.
Untuk caranya sendiri ada tiga cara bu”
“ pertama, meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah
serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin ibu A bilang penyebab
marahnya karena minta uang ke suami tapi tidak dikasih. Coba ibu A minta
minta uang kepada suami dengan cara yang baik, contohnya : pak saya minta
uang untuk beli baju. Nanti ibu A bisa dipraktekkan disini untuk meminta
baju, minta makan, minta oat dan lain-lain. Coba sekarang ibu A praktekkan
sekarang. Wah bagus sekali ya ibu A, caranya begitu ya bu, harus meminta
dengan cara yang baik, jangan marah-marah pakai emosi”
“Kedua, menolak dengan baik, jika da yang menyuruh dan ibu A tidak ingin
melakukannya, katakan : Maaf, saya tidak bisa melakukannya karena sedang
ada urusan lain. Coba sekarang ibu A prektekkan sekarang. Wah bagus ya ibu
A”
“Ketiga, mengucapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal ibu A dapat mengatakan : saya jadi ingin marah karena
perkataanmu itu. Jadi ibu jangan langsung marah ya. Coba sekarang ibu A
praktekkan sekarang. Wah, bagus ya ibu A, caranya seperti itu ya bu jika ada
orang lain yang membuat kesal ibu”

3. Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu A setelah kita berbincang-bincang tentang cara
mengontrol marah dengan berbicara yang baik ?”
“Coba ibu A sebutkan cara bicara yang baik yang telah kita pelajari tadi ?,
bagus sekali ibu A, dapat menjelaskan kembali apa yang sudah kita pelajari
tadi”
“sekarang mari kita masukkan dalam jadwal harian ibu A ya. Ibu A mau
latihan bicara yang baik berapa kali sehari bu ?,mau di jam berapa bu ?, bisa
kita buatkan jadwalnya?”
“ coba ibu A masukkan dalam jadwal harian ibu, misalnya meminta makan,
uang, obat, dll. Bagus nanti dicoba lagi ya ibu A”
“Bagimana kalau nanti sore kita ketemu lagi bu?, nanti kita akan
membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah ibu yaitu dengan cara
ibadah, apakah ibu setuju?, nanti mau jam berapa bu ?, baik nanti jam 4 sore
ya, ibu A mau di tempat mana ?, tetep disini atau mau pindah?, baik disini lagi
ya bu”
“Baik sampai ketemu nanti lagi ya ibu A, selamat pagi”
SP 4 PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
LATIHAN SPIRITUAL
Masalah : Risiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan : 4
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data subjektif
1) Klien mengatakan dandam dan jengkel
2) Klien menyalahkan dan menuntut
3) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
4) Klien mengancam
b. Data objektif
1) Muka merah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Bicara kasar
4) Suara tinggi,menjerit atau berteriak
2. Diagnosa Keperawata
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Mengevaluasi gejala PK dan memvalidasi kemampuan
melaksanakan jadwal kegitan latihan fisik 1, 2 & obat, dan bicara
asertif. Memberikan pujian
b. Melatih cara mengontrol PK secara spiritual dengan berdoa.
c. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan spiritual

B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
“Selamat pagi ibu A, masih ingat dengan saya kan ?, sesuai dengan janji
saya kemarin sekarang kita ketemu lagi ya ibu A”
“bagaimana perasaan ibu A sekarang ?, apakah ibu masih ingat apa
gejala perilaku kekerasan ?, yah jawaban ibu A benar”
“ibu A apakah masih ingat bagaimana cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan berbicara yang baik?, apakah ibu masih ingat berapa
cara mengungkapkannya?,wah benar jawaban ibu, coba ibu A sebutkan
apa saja caranya?, wah ternyata ibu A masih ingat ya, bagus sekali ibu
A”
“apakah ibu A sudah melakukan latihan tarik napas dalam dan pukul
kasur bantal sesuai jadwal?, bagaimana perasaan ibu A setalah
melakukan latihan tarik napas dan pukul kasur bantal ?, apakah ibu A
melakukan latihan secara teratur ?, wah bagus sekali ya ibu melakukan
latihan tarik nafas dan pukul bantal guling dengan teratur”
“coba saya lihat jadwal harian kegiatan ibu A.wah bagus sekali ya ibu A
sudah melakukan latihan tarik napas dan pukul kasur bantal dan minum
obat secara teratur juga. Nah, kalau dilakukan sendiri tulis M, artinya
mandiri, kalau diingatkan suster baru ditulis B, artinya dibantu atau
diingatkan, dan kalau tidak dilakukan ditulis T, artinya belum bisa
melakukan. Apakah ibu A mengerti ?”
“bagaimana kalau sekarang kita latihan spiritual dengan
berdoa? .Dimana enaknya kita berbincang-bincang ibu A ?, bagaimana
jika ditaman samping ?. Ibu A mau berapa lama kita berbincang-bincang
?, bagaimana kalau 20 menit ?”
2. Kerja
“Sekarang kita latihan spiritual dengan berdoa ya. Kalau marah sudah
disalurkan melalui tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal, dan
berbicara asertif, maka kita perlu berdoa agar diberikan kesembuhan dan
bisa pulih seperti sediakala.”
“ pertama, jika ibu sedang marah dan sudah melakukan latihan tarik napas
dalam, pukul bantal dan berbicara asertif tidak kunjung lega. Ada baiknya
jika ibu A mengambil wudhu. Salah satu manfaat dari wudhu adalah
meredam amarah, bu.”
“Kedua, jika ibu A selesai berwudhu. Agar mengoptimalkan manfaatnya
ibu A bisa sholat. Didahulukan sholat wajibnya baru yang sunnah, ya bu.”
“Ketiga, jika ibu sudah selesai sholat sebaiknya jangan langsung pergi.
Tetapi berdzikir mendekatkan diri kepada Tuhan dan berdoa memohon
agar dijauhkan dari amarah dan meminta kemudahan untuk
mengendalikan marah ibu.”
“Ibu A sudah tahukan sholat wajib ada berapa kali sehari? Iya, bemar, Bu.
Sholat wajib ada 5 kali sehari.”
“Bisa ibu sebutkan apa saja sholat wajib itu? Wah, ibu benar. Ada subuh,
dzuhur, ashar, maghrib, dan isya’ ya, bu.”
“Kalau dzikir ada berapa ibu? Benar ada 3. Bisa disebutkan apa saja 3
dzikir itu, bu?”
“Benar lagi, ada subhanallah, alhamdulilah, dan allahuakbar ya, bu.”
“Disamping itu tadi jangan lupa beristighfar jika saat ingin marah.
Niscaya jika ibu beristighfar, tidak jadi marah ya, bu.”
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu A setelah kita berbincang-bincang tentang cara
mengontrol marah dengan latihan spiritual?”
“Coba ibu A sebutkan cara latihan spiritual yang telah kita pelajari tadi ?,
bagus sekali ibu A, dapat menjelaskan kembali apa yang sudah kita
pelajari tadi”
“sekarang mari kita masukkan dalam jadwal harian ibu A ya. Ibu A
bersedia ya latihan spiritual 5 kali sehari bu ? dan tepat waktu ? bisa kita
buatkan jadwalnya?”
“ coba ibu A masukkan dalam jadwal harian ibu, misalnya berwudhu,
menunaikan sholat, berdzikir, dan berdoa. Bagus nanti jika sudah
memasuki waktu sholat bisa dipraktikkan ya ibu A”
“ bagus sekali bu,  ibu sudah bisa memahami dengan baik, jangan
lupa ya bu kegiatan tadi dituliskan setiap kali ibu melakukannya,
dan tak lupa kegiatan sebelumnya juga di catat ya bu”.
“Pertemuan depan kita bertemu kembali ya bu , nanti kita
bicar akan kembali empat cara untuk mengontrol saat sedang marah
yaitu latihan teknik nafas dalam dan pukul kasur, minum obat,
meminta dan menolak dengan cara yang baik serta latihan dengan
spiritual. Saya akan melihat kemampuan ibu A dalam melakukan
kegiatan yang sudah dibuat dalam jadwal ini dan bagaiman
perasaan Ibu A setelah melakukannya. Ib u maunya dimana dan
jam berapa Bu ?’’
“Baiklah  Bu, kita sepakati pertemuan mendatang kita bertemu
ditempat yang sama dan di jam yang sama ya bu. Sebelum saya
pamit, apakah masih ada yang ingin Ibu A tanyakan?, jika tidak
saya pamit permisi ya Bu.”
“Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi, Ibu.”
SP 1 KELUARGA DENGAN RPK :
MELATIH KELUARGA TENTANG CARA MERAWAT KLIEN RESIKO
PERILAKU KEKERASAN

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data subyektif
Keluarga klien mengatakan tidak mengerti tentang bagiaman cara merawat
klien
b. Data obyektif
Keluarga klien tampak bingung
2. Diagnosa Keperawatan : Keluarga dengan anggota keluarga Resiko Perilaku
Kekerasan
3. Tujuan Keluarga :
a. keluarga klien dapat mengerti tentang pengertian, tanda gejala, dan
jenis Perilaku Kekerasan yang di alami pasien" dan proses
terjadinya
b. Keluarga klien mengerti tentang cara merawat anggota dengan
perilaku kekerasan
4. Tindakan Keperawatan
SP I K
a. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik
b. Mengidentifikasi apa yang dirasakan oleh keluarga pasien
c. Menjelaskan tentang pengertian, tanda gejala, dan jenis Perilaku
Kekerasan yang di alami pasien" dan proses terjadinya kepadda
keluarga pasien
d. Menjelaskaan tentang cara merawat anggota keluarga dengan
perilaku kekerassan
B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Pernalkan saya (...) mahasiswa dari keperawatan poltekkes Surakarta yang
ditugaskan untuk melakukan kunjungan kerumah pasien yang bernama Nn. A
ujuan kunjungan saya pada hari ini ingin memberikan penyuluhan tentang peranan
keluarga dalam merawat Nn. A

b. Validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini?”
“Apa ada kesulitan dalam merawat Nn. A?”
c. Kontrak
1) Topik
“Bapak/Ibu hari ini kita akan berdiskusi mengenai masalah yang dialami
bagaimana cara merawat Nn.A .”
2) Tempat
“Bapak/Ibu mau berdiskusi diman? Baik diruang tamu ya bapak/ibu "
3) Waktu
“Bapak/Ibu mau berdiskusi berapa lama 20 menit atau 30 menit?. Baik
30 menit ya Bapak/Ibu.”
2. Kerja
“Kita mulai diskusinya Bapak/Ibu.”
“Coba Bapak/Ibu ceritakan terlebih dahulu apa yang Bapak/ibu ketahui
mengenai apa yang dialami Nn.A .”
“Baik, sekarang saya akan menjelaskan mengenai apa itu perilaku
kekerasan.”
“Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana suatu respon seseorang terhadap
orang lain atau sesuatu yang merusak sebagai bentuk agresif fisik. Atau dapat
juga di artikan perilaku kekerasan merupakan hasil dari marah yang ekstrim
atau ketakutan sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik berupa
ancaman serangan fisik atau konsep diri.”
“Sampai disini sudah paham mengenai perilaku kekerasan? Apa ada yang
ditanyakan Bapak/ Ibu ?. ”
“Bila tidak saya lanjutkan ya untuk tanda dan gejalanya.”
“Untuk tanda dan gejala yang muncul dapat berupa ancaman, ungkapan kata
kata yang kasar atau ungkapan ingin memukul/melukai. Dapat juga dilihat dari
wajah yang merah dan tegang, pandangan mata yang tajam saat berbicara,
mengepalkan tangan, bicara yang kasar, suara tinggi, melempar benda atau
bahkan memukul orang lain.”
“Apabila pasien dalam keadaan marah dan beresiko untuk melakukan perilaku
kekerasan yang perlu kita lakukan adalah tetap tenang, bicara dengan lembut
dan tegas, tetap menjaga jarak aman dan jauhkan benda-benda yang berbahaya
dari Nn. A ya Ibu/Bapak.”
“Bila nanti Nn. A masih dalam kondisi marah yang tidak terkontrol segera
bawa ke puskesma atau RSJ dengan kondisi sebelumnya diikat terlebih dahulu
agar tidak membahayakan. Jangan lupa untuk minta bantuan orang lain juga
agar lebih aman. Dan jelaskan alasan mengapa pasien perlu diikat yaitu agar
pasien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.”
“Bapak/ibu sudah mengerti kan bagaimana tanda-tanda kemarahan itu muncul.
Jangan lupa juga untuk mengingatkan latihan cara mengontrol marah yang
sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan obat teratur. Untuk latihan
Fisi itu seperti pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam. Untuk latihan
Social/verba dapat menyatakan secara asertif rasa marahnya sedangkan
spiritual dapat sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien.
“Jika nanti Nn. A bisa melakukan sesuai jadwal dengan baik  jangan lupa
dipuji agar pasien bersemangat.”

3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi tadi?“
“Sudah mengerti mengenai kondisi Nn.R dan bagaimana cara
merawatnya?”
“Baik sudah mengerti ya Bapak/Ibu .”
2) Evaluasi Obyektif
“Sekarang coba Bapak/Ibu jelaskan kembali apa yang sudah saya jelaskan
tadi mengenai apa itu perilaku kekerasan dan bagaimana cara
merawatnya.”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Untuk pertemuan selanjutnya kita akan mengevalusi apa yang sudah saya
sampaikan tadi sekaligus mempraktekkannya secara langsung pada Nn.A ya
Bapak/Ibu?.”
“Ingatkan juga tentang kegiatan yang sudah disepakati sesuai dengan jadwal
harian, dan juga kepatuhan dalam minum obat.”
c. Kontrak yang Akan Datang
1) Topik
”Kita akan mempraktekkan secara langsung cara merawat Nn.R ya
Bapak/Ibu ”
2) Waktu
“Kira-kira kapan Bapak/ Ibu ada waktu lagi. Baik Berarti kita bertemu
lagi besuk ya, mau jam berapa Bapak/Ibu. Baik jam 10.00 ya."
3) Tempat
“Dimana kita akan bertemu ? Baik kita bertemu lagi disini ya , terimakasih
Bapak/Ibu, saya pamit terlebih dahulu. Sampai jumpa.
Wassalamualaikum.”
STARTEGI PELAKSANAAN KELUARGA
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Masalah :Resiko Perilaku Kekerasan


Pertemuan :2

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data subjektif : Klien mengatan sudah bisa mengontrol emosi jika kesaL
2. Data objektif :
a. Klien tampak mengepalkan tangan kanannya
b. Kontak mata perawat dank lien terjalin
c. Klien tampak kooperatif
3. Diagnosa Keperawata
Resiko perilaku kekerasan
4. Tujuan
Mampu mengontrol/mencegah perilaku kekerasan dengan minum obat teratur
5. Tindakan Keperawatan (sesuai SP)
SP 2 : Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat secara teratur

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. ORIENTASI
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Ibu "A", masih ingat dengan saya kan?
b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana Bu, sudah makan siang sudah diminum obatnya, ? Apa Ibu
sudah mencoba cara yang saya berikan kemarin? Ibh masih ingat cara
yang kemarin kan?”
c. Kontrak
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum
obat yang benar untuk mengontrol rasa marah? Dimana enaknya kita
berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat tadi? Berapa lama Ibu
"A" mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

2. KERJA
“Ibu "A"sudah dapat obat dari dokter? Berapa macam obat yang Ibu minum?
warnanya apa saja? Bagus, jam berapa di minum? Bagus. Obatnya ada 3 macam,
yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih
namanya THP agar rileks dan tidak tegang, dan yang merah jambu ini namanya
HLP rasa marah berkurang. Semuanya ini harus Ibu minum 3x sehari jam 7
pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Bila nanti setelah minum obat mulut bapak
terasa kering, untuk membantu mengatasinya bapak bias mengisap-isap es batu.
Bila terasa berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas
dulu. Nanti dirumah sebelum minum obat ini Ibu lihat dulu label di kotak obat
apakah benar nama Ibu tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum, baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Disini
minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya. Jangan
penah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya,
karena dapat terjadi kekambuhan. Sekarang kita masukkan waktu minum obat
kedalam jadwal ya”
3. TERMINASI
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi subjektif :
“Bagaimana perasaan Ibu "A" setelah kita bercakap-cakap tentang
cara kita minum obat yang benar?”
2) Evaluasi objektif :
“Coba Ibu "A"sebutkan lagi jenis jenis obat yang Ibu minum.
Bagaiman cara minum obat yang benar? Nah, sudah berapa cara
mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?
b. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil
tindakan yang telah dilakukan):
“Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat.
Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya.”
c. Kontrak yang akan dating
“Baik, besok kita ketemu lagi untuk latihan dengan cara yang ketiga,
besok sekitar jam 09:00 WIB bagaimana Bu ? Ibu mau? Bagaimana kalo
besok kita berbincang-bincang lagi disini? Baik Bu , selamat siang.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Masalah Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan


Pertemuan : SP 3 Keluarga
Hari/Tanggal :
Waktu :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien :
a. Klien mengatakan pernah melakukan tindak kekerasan
b. Pembicaraan klien kasar jika dia menceritakan marahnya
c. Mata klien melotot dan pandangan tajam saat menatap orang lain
d. Nada suara tinggi, tangan mengepal saat berbicara dengan orang lain
e. Klien sering berteriak,melempar dan memukul
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus :
a. Tujuan Umum
Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan RPK
b. Tujuan Khusus
1) Keluarga mampu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat secara mandiri
2) Keluarga mematuhi jadwal yang telah dibuat untuk kesembuhan
klien
3) Keluarga mengerti/memahami follow up yang telah diarahkan pada
klien.
4. Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien fisik 1 & 2,
memberikan obat, beri pujian
b. Latih cara membimbing verbal/bicara
c. Latih cara membimbing kegiatan spiritual
d. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah trmasuk minum
obat (discharge planning)
e. Menjelaskan follow up klien setelah pulang
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase orientasi
a. Salam Teraupetik
“Selamat pagi Mbak, bolehkah kita berbincang-bincang sebentar? saya
dinas pada pagi hari ini mulai pukul 07.00-14.00. Senang bisa berjumpa
mbak kembali”
b. Validasi
“Bagimana perasaan mbak, selama mbak membesuk apakah sudah
terus berlatih cara merawat ibu? Apakah sudah dipuji
keberhasilannya?”
c. Kontrak
“Dikarenakan besok Ibu A sudah boleh pulang, maka sesuai janji kita
kemarin, bagaimana kita bicarakan mengenai jadwal di rumah?
Bagaimana mbak apakah mbak bersedia? Mbak mau berbincang-
bincang berapa lama dan dimana? 30 menit ya bu? Baiklah mbak.”

2. Fase Kerja
“Baiklah, kita mulai sekarang ya mbak, mbak jadwal yang telah dibuat
selama Ibu A di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal
aktivitas maupun jadwal minum obanya. Mari kita lihat jadwal Ibu A, hal-
hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh Ibu selama di rumah, dalam mengingatkan ibadah sesuai waktu ibadah,
jangan lupa untuk beri ujin setiap tindakan positif yang dilakukan Ibu A ya.
Kalau misalnya Ibu A menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal itu terjadi segera datang ke puskesmas
atau pelayanan kesehatan terdekat ya, nanti petugas puskesmas tersebut
yang akan memantau perkembangan Ibu selama dirumah”

3. Fase Terminasi
a. Kesimpulan
“Baik mbak, tadi kita sudah mendiskusikan dan mempraktekkan cara
merawat Ibu A dirumah ya”
b. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan Mbak setelah kita berbincang-bincang cara
merawat Ibu A dirumah?”
2) Evaluasi obyektif
“Coba Mbak jelaskan lagi bagiamana cara merwat Ibu A dirumah”
“Apakah ada yang ingin ditanyakan?”
c. Rencana tindak lanjut
“Jangan lupa ya mbak, materi yang telah saya ajarkan 3 hari ini, baik
cara merawat Ibu A maupun mengatur jadwal Ibu dirumah nanti
diterapkan ya, silakan menyelesaikan administrasi ya mbak, saya akan
persiapkan pakaian dan obat.”
d. Kontrak
“Saya rasa pertemuan kali ini cukup ya Mbak, karena Ibu sudah boleh
pulang, nanti silakan Mbak datang lagi untuk memeriksakan atau
mengontrolkan kadaan Ibu A ya, waktunya satu bulan kemudian, saya
permisi dulu, selamat pagi”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Masalah Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan


Pertemuan : SP 4 Keluarga

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif
Klien mengatakan sudah mengetahui perasaan marah dan akibat tindakan
yang dilakukan saat marah
b. Data Objektif
Klien tampak tenang dan kooperatif
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan :
a. Keluarga mampu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat secara mandiri. 
b. Keluarga mematuhi jadwal yang telah dibuat untuk kesembuhan
klien. 
c. Keluarga mengerti/memahami follow up yang telah diarahkan pada
klien.
4. Tindakan Keperawatan
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning)
b. Menjelaskan follow up klien setelah pulang

B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum, , Mbak. Masih ingatkah dengan saya kan, Mbak?
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana mbak, selama mbak membesuk apakah sudah terus berlatih cara
merawat bapak? Apakah sudah dipuji keberhasilannya?”
c. Kontrak
1) Topik
“Karena besok ibu sudah boleh pulang, maka sesuai janji kita sekarang
ketemu, nah sekarang bagaimana kalau kita bicarakan jadwal di
rumah?”
2) Waktu
“Berapa lama mbak mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?”
3) Tempat
“Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau birbincang-
bincangnya disini saja?”
d. Kerja
“Mbak, jadwal yang telah dibuat selama ibu di rumah sakit tolong
dilanjutkan dirumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya.
Mari kita lihat jadwal ibu ”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh ibu selama di rumah. Kalau misalnya ibu menolak
minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain.
Jika  hal ini terjadi segera datang ke puskesmas atau pelayanan
kesehatan terdekat ya”
“Nanti petugas puskemas tersebut yang akan memantau perkembangan
ibu selama dirumah”
e. Terminasi
1) Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana Mbak apakah sudah paham? Ada yang ingin
ditanyakan?
b) Evaluasi Objektif
“Coba Mbak sebutkan apa saja yang perlu diperhatikan” (jadwal
kegiatan, tanda atau gejala, follow up ke Puskesmas).
2) Rencana Tindak Lanjut
“Jangan lupa ya, Mbak materi yang telah saya ajarkan 3 hari ini, baik
cara merawat ibu maupun mengatur jadwal bapak dirumah nanti
diterapkan, ya.”
“Baiklah, silakan menyelesaikan administrasi ya, Mbak”
“Saya akan persiapkan pakaian dan obat.”
3) Kontrak
a) Topik
“Karena ibu sudah boleh pulang, nanti silahkan mbak datang
lagi untuk memeriksakan atau mengontrolkan keadaan bapak ya,
Mbak. Bagaimana perkembangan kondisi bapak”
b) Waktu
“Satu bulan kemudian ya, Mbak.”
c) Tempat
“Tempatnya nanti silahkan datang ke poliklinik lagi ya, Mbak.”

Anda mungkin juga menyukai