Anda di halaman 1dari 4

Dalam mengategorikan pasien yang masuk ruang gawat darurat, tenaga medis membedakan pasien

berdasarkan kode warna, mulai dari merah, kuning, hijau, putih dan hitam.

Apa arti dari warna-warna ini?

1. Merah

Warna merah dalam triase IGD menunjukkan pasien pioritas pertama yang berada dalam kondisi
kritis (mengancam nyawa) sehingga memerlukan pertolongan medis sesegera mungkin.

Jika tidak diberikan penanganan dengan cepat, kemungkinan besar pasien akan meninggal.

Contoh dalam hal ini adalah pasien yang kesulitan bernapas, terkena serangan jantung, menderita
trauma kepala serius akibat kecelakaan lalu lintas, dan mengalami perdarahan luar yang besar.

2. Kuning

Warna kuning menandakan pasien pioritas kedua yang memerlukan perawatan segera, tetapi
penanganan medis masih dapat ditunda beberapa saat karena pasien dalam kondisi stabil

Meski kondisinya tidak kritis, pasien dengan kode warna kuning masih memerlukan penanganan
medis yang cepat

Pasalnya, kondisi pasien tetap bisa memburuk dengan cepat dan berisiko menimbulkan kecacatan
atau kerusakan organ.

Pasien yang termasuk kategori kode warna kuning contohnya adalah pasien dengan patah tulang di
beberapa tempat akibat jatuh dari ketinggian, luka bakar derajat tinggi, dan trauma kepala ringan.

3. Hijau

Warna hijau menunjukkan pasien prioritas ketiga yang memerlukan perawatan di rumah sakit, tetapi
masih dapat ditunda lebih lama (maksimal 30 menit).

Ketika tenaga medis telah menangani pasien lain yang kondisinya lebih darurat (kategori warna
merah dan kuning), maka mereka akan langsung melakukan pertolongan pada pasien pioritas ketiga.

Pasien yang cedera tetapi masih sadar dan bisa berjalan biasanya termasuk dalam kategori triase
gawat darurat ini.

Contoh lain dalam kategori adalah pasien dengan patah tulang ringan, luka bakar derajat rendah,
atau luka ringan.
4. Putih

Pasien yang mengalami cedera minimal yang tidak memerlukan penanganan medis secara khusus
atau hanya membutuhkan obat-obatan masuk ke dalam kategori putih.

Pada kondisi ini gejala bisanya tidak berisiko bertambah parah jika pengobatan tidak segera
diberikan.

5. Hitam

Kode warna hitam menandakan pasien berada dalam kondisi yang sangat kritis, tetapi sulit untuk
diselamatkan nyawanya. Sekalipun segera ditangani, pasien tetap akan meninggal.

Kondisi ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami cedera parah yang bisa menyulitkan
pernapasan atau kehilangan banyak darah akibat luka tembak.

Tata cara dan prosedur triase gawat darurat

Tata cara dan prosedur triase gawat darurat

perbedaan UGD dan IGD

Saat tiba di IGD, dokter akan langsung memeriksa kondisi pasien secara cepat. Pemeriksaan akan
mengutamakan pengecekan tanda-tanda vital seperti pernapasan, denyut nadi, dan tekanan darah.

Dokter juga akan memeriksa seberapa parah luka atau cedera yang terlihat.

Setelah melakukan pemeriksaan cepat, dokter dan perawat akan menentukan status triase
berdasarkan warna yang sesuai dengan kondisi pasien.

Pioritas penanganan akan diutamakan untuk pasien dengan triase merah jika tenaga medis yang
tersedia terbatas.
Namun, setiap pasien bisa langsung mendapatkan perawatan luka atau gejala lain yang sesuai jika
jumlah tenaga medis cukup untuk menangani pasien.

Meskipun begitu, menurut penjelasan dalam buku Emergency Department Triage, status triase
gawat darurat dapat berubah.

Artinya, tenaga medis menilai kondisi pasien secara berulang selama berada di IGD ataupun ketika
diberikan perawatan.

Jika pasien yang berstatus triase merah telah mendapat penanganan, melalui bantuan pernapasan
misalnya, dan kondisinya sudah lebih stabil, status triase pasien bisa berubah menjadi kuning.

Sebaliknya, bila pasien berstatus triase kuning yang kondisinya bertambah parah, statusnya bisa
berubah menjadi triase merah

Oleh karena itu, sistem triase IGD yang baik harus melakukan pemantauan kondisi secara berkala
pada setiap pasien dan memberikan penanganan yang tepat sesuai perubahan kondisinya.

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh
tak acuh.

Delirium: Penurunan tingkat kesadaran seseorang yang disertai kekacauan motorik dan siklus tidur
bangun yang terganggu. Pengidapnya akan tampak gelisah, kacau, disorientasi, dan meronta-ronta.

Somnolen (letargi, obtundasi, dan hipersomnia): Kondisi ini ditandai dengan mengantuk yang
masih dapat dipulihkan bila diberi rangsangan. Namun, saat rangsangan dihentikan, orang tersebut
akan tertidur lagi. Pada somnolen, jumlah jam tidur meningkat dan reaksi psikologis menjadi lambat.

Soporous atau stupor: Keadaan mengantuk yang dalam. Pengidapnya masih bisa dibangunkan
dengan rangsangan kuat. Namun, mereka tidak terbangun sepenuhnya dan tidak dapat memberi
jawaban verbal yang baik. Pada soporous/stupor, refleks kornea dan pupil baik, tetapi BAB dan BAK
tidak terkontrol. Stupor disebabkan oleh disfungsi serebral organic difus.
Semi koma: Tingkatan penurunan kesadaran selanjutnya semi koma. Penurunan kesadaran ini
terjadi ketika seseorang tidak bisa memberi respons terhadap rangsangan verbal dan tidak dapat
dibangunkan sama sekali. Namun, refleks kornea dan pupilnya masih baik.

Koma: Berbeda dengan semi koma, koma merupakan penurunan kesadaran yang terjadi sangat
dalam. Pada tubuh pengidapnya tidak ada gerakan spontan dan tak ada respon terhadap nyeri yang
dirasakan.

Anda mungkin juga menyukai