Anda di halaman 1dari 5

Definisi

Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan
sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Abortus adalah
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (Mochtar Rustam,
Sinopsis Obstetri. 1998 : 209).

Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar rahim, jika beratnya
kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 20 minggukarena pada saat ini proses
plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu
didahului dengan matinya janin dalam rahim.

Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum
mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derekliewollyn&Jones, 2002).

Etiologi Abortus

Sekitar 50-70% etiologi abortus disebabkan oleh anomali kromosom pada embrio.
Adanya abnormalitas kromosom bisa terjadi baik pada kromosom ovum maupun sperma.
Penyebab kelainan kromosom paling banyak adalah trisomi dan aneuploidi. Penyebab lainnya
adalah abnormalitas struktur, mosaikisme, dan defek gen.

Faktor risiko abortus di antaranya:

1. Faktor plasenta, baik kelainan bentuk atau letak plasenta.


2. Faktor serviks dan uterus, meliputi inkompetensi serviks, uterus bersepta, uterus unikornis,
bikornis, atau uterus didelfis. Faktor risiko lain adalah sinekia uteri, sindrom Asherman,
endometriosis, fibroid di submukosa atau intramural, dan sindrom ovarium polikistik.
3. Usia tua, Peningkatan usia ibu berkaitan dengan risiko aneuploidi >30% pada wanita usia 40
tahun.
4. Adanya gangguan metabolik antara lain defisiensi korpus luteum, diabetes melitus,
hipertensi tidak terkontrol, gangguan ginjal, tiroid, obesitas, dan malnutrisi
5. Infeksi selama kehamilan meliputi infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus,
Herpes, dan Others seperti sifilis), Parvovirus B19, Mycoplasma hominis, Chlamydia
trachomatis, malaria, HIV, demam dengue, influenza, dan bakterial vaginosis.
6. Adanya abnormalitas sistem imun misalnya lupus eritematosus sistemik dan
Antiphospholipid Syndrome (APS).
7. Paparan lingkungan berupa radiasi, timbal, formaldehid, rokok, alkohol, obat-obatan tertentu
misalnya anestesi, NSAID, kafein, kokain, dan antidepresan.
8. Kadar homosistein yang tinggi serta kadar asam folat yang rendah juga dilaporkan
berhubungan dengan abortus spontan dan berulang.

Macam-Macam Abortus

Abortus dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi abortus imminens, insipiens, inkomplit,
komplit, dan missed abortion.

1. Abortus Imminens
Abortus imminens disebut juga abortus mengancam. Pada jenis ini, hasil konsepsi masih
berada di dalam rahim dan ostium uteri masih tertutup.
2. Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah suatu keadaan yang lebih berat dibandingkan abortus imminens.
Pada jenis ini, hasil konsepsi masih di dalam rahim, denyut jantung janin masih ada, tetapi
ostium uteri sudah terbuka.
3. Abortus Inkomplit dan Komplit
Pada abortus inkomplit, denyut jantung janin sudah tidak ada. Sebagian hasil konsepsi sudah
keluar, tetapi masih ada jaringan tersisa di dalam rahim. Sebaliknya, pada abortus komplit,
seluruh hasil konsepsi sudah keluar dari kavum uteri.
4. Missed Abortion
Pada missed abortion, hasil konsepsi sudah tidak viable, tidak ada denyut jantung janin lagi,
tetapi tidak ada jaringan yang keluar dari kavum uteri.
5. Abortus infeksiosa dan Abortus septik
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedangkan abortus
septik adalah abortus infeksiosa berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam
peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap
abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering ditemukan
pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Umumnya
pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas pada desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri
tinggi, dan infeksi menyebar ke miometrium, tuba, parametrium, dan peritoneum. Apabila
infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan
diikuti oleh syok. Diagnosis abortus infeksiosa ditentukan dengan adanya abortus yang
disertai gejala dan tanda infeksi genitalia, seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam
berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis. Apabila terdapat
sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-kadang menggigil, demam tinggidan tekanan
darah menurun.
6. Abortus habitualis
Abortus spontan yang terjadi berturut-turut tiga kali atau lebih. Pada umumnya penderita
tidak sukar menjadi hamil, namun kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.
7. Abortus provokatus
Abortus buatan adalah tindakan abortus yang sengaja dilakukan untuk menghilangkan
kehamilan sebelum umur 28 minggu atau berat janin 500 gram.
8. Abortus therapeutic (Abortus medisinalis)
Pengakhiran kehamilan sebelum saatnya janin mampu hidup dengan maksud melindungi
kesehatan ibu. Indikasi untuk melakukan abortus therapeutic adalah apabila kelangsungan
kehamilan dapat membahayakan nyawa wanita tersebut seperti pada penyakit vaskular
hipertensif tahap lanjut dan invasive karsinoma pada serviks. Selain itu, abortus therapeutic
juga boleh dilakukan pada kehamilan akibat perkosaan atau akibat hubungan saudara
(incest) dan sebagai pencegahan untuk kelahiran fetus dengan deformitas fisik yang berat
atau retardasi mental.
9. Abortus provocatus criminalis
Pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang
dan dilarang oleh hukum atau dilakukan oleh yang tidak berwenang. Kemungkinan adanya
abortus provocatus criminalis harus dipertimbangkan bila ditemukan abortus febrilis.
10. Unsafe Abortion
Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanatindakan tersebut tidak
mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan
keselamatan jiwa pasien.

Penatalaksanaan Abortus

1. Abortus Imminens
 Tidak diperlukan pengobatan medik yang khusus atau tirah baring secara total.
 Anjurkan untuk tidak melakaukan aktifitas fisik secara berlebih atau melakukan
hubungan seksual.
 Bila perdarahan:
- Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadual dan penilaian ulang bilaterjadi
perdarahan lagi.
- Terus berlangsung: nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG). Lakukan
konfirmasikemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola).
- Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukanmelalui
gejala klinik dan hasil pemeriksanaan ginekologi.
2. Abortus incipiens
Kemungkinan terjadi abortus sangat besar sehingga pasien:
 Mempercepat pengosongan rahim dengan oxytocin 2 ½ satuan tiap ½ jam sebnayak 6
kali.
 Mengurangi nyeri dengan sedativa.
 Jika ptocin tidak berhasil dilakukan curetage asal pembukaan cukup besar.
3. Abortus incompletus
Harus segera curetage atau secara digital untuk mengehntikan perdarahan.
4. Abortus febrilis
 Pelaksanaan curetage ditunda untuk mencegah sepsis, keculai perdarahan banyak sekali.
 Diberi atobiotika.
 Curetage dilakukan setelah suhu tubuh turun selama 3 hari.
5. Missed abortion
 Diutamakan penyelesaian missed abortion secara lebih aktif untuk mencegah perdarahan
dan sepsis dengan oxytocin dan antibiotika. Segera setelah kematian janin dipastikan,
segera beri pitocin 10 satuan dalam 500 cc glucose.
 Untuk merangsang dilatasis erviks diberi laminaria stift.

Anda mungkin juga menyukai