Anda di halaman 1dari 2

Vaksin

2 tahun sudah kita berjibaku menghadapi pandemic COVID-19. Sudah begitu banyak pula
perubahan yang terjadi di kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari perubahan kecil seperti membawa hand
sanitizer kemana-mana hingga perubahan besar yang mempengaruhi 1 negara bahkan dunia, contohnya
ada pertemuan tatap muka lewat online. Mau tidak mau, bisa tidak bisa semua orang harus ikut
menyesuaikan diri. Teknologi menjadi tumpuan utama kita saat itu untuk tetap beraktivitas sehari-hari,
bahkan sampai saat ini. Dampak yang dirasakan sangat luas. Mulai dari sector ekonomi dengan
beberapa orang kehilangan lapangan pekerjaannya, hingga sector kesehatan serta ilmu pengetahuan.
Banyak korban jiwa yang berjatuhan. Hal tersebut karena munculnya virus yang baru, membuat kita
belum memiliki ilmu yang tepat untuk menghadapinya. Bisa dibilang, kita belajar seiring waktu.

Ketika itu, fokus utama adalah bagaimana menyembuhkan mereka yang sudah terinfeksi.
Bagaimana supaya angka kematian tidak bertambah dan nyeri serta gejala yang muncul berkurang.
Awalnya memang tidak segampang itu, korban jiwa pun terus berjatuhan bahkan tenaga medis sebagai
garda terdepan banyak yang menjadi korban. Duka mendalam bagi dunia kesehatan yang dampaknya
masih dirasakan sampai sekarang. Namun seiring berjalannya waktu, obat untuk menyembuhkan dan
mengurangi gejalanya pun sudah ditemukan. Terima kasih sekali lagi kepada teknologi yang kita miliki
sekarang, hal yang tidak mungkin terjadi pada wabah yang pernah menghampiri bangsa ini dahulu.

Cara mengurangi angka kematian sudah ditemukan, cara mencegah wabah ini menjadi lebih
buruk pun muncul ke permukaan. Vaksin menjadi usulan dan solusi sebagaimana keefektivannya bisa
bekerja pada penyakit-penyakit menular yang pernah ada. Berbagai Negara mulai menciptakan vaksin,
salah satunya adalah China dan Inggris. Sinovac serta Astra menjadi pelopor vaksin yang ada. Diharapkan
dengan pemberian vaksin maka penularan virus bisa ditekan karena system kekebalan tubuh untuk
melawan virus COVID-19 sudah terbentuk. Vaksin mengandung antigen yang nantinya bisa memancing
antibodi tubuh untuk mempelajari bagaimana caranya melawan ketika antigen yang ada dalam vaksin
masuk. Tubuh kita merupakan ciptaan Allah SWT yang sangat luar biasa, tubuh kita memiliki tentara
yang siap untuk melawan benda asing yang masuk, salah satunya adalah virus. Vaksin memanfaatkan
cara kerja tubuh kita sehingga antibody dalam tubuh kita memiliki bekal yang cukup untuk melawan
serangan virus yang sesungguhnya.

Pada awalnya masih banyak yang menolak. Terutama vaksin Astra yang mengandung babi
ditolak oleh beberapa masyarakat yang memeluk agama Islam. Namun setelah MUI mengeluarkan fatwa
jika vaksin tersebut diperbolehkan dalam keadaan darurat, mulai banyak yang berani untuk mengambil
vaksin tersebut meski beberapa pihak tetap kukuh dengan kepercayaan mereka masing-masing.
Beberapa kebijakan pemerintah juga mendukung peningkatan jumlah masyarakat yang bersedia untuk
divaksin. Dengan begini, herd community diharapkan akan terbentuk. Namun demikian, masih banyak
dari porsi masyarakat Indonesia yang mempercayai teori konspirasi dan mudah terhasut hoax mengenai
vaksin, membuat mereka enggan untuk diberikan vaksinasi. Hal ini yang menjadi PR besar bagi tenaga
kesehatan dan mereka yang terkait untuk membuat mereka sadar akan hal ini.

Menurut data dari Our World of Data, dari 311 juta vaksin yang diberikan di Indonesia, baru 40,9
juta yang sudah divaksinasi lengkap alias baru 14,9% saja yang sudah menerima vaksinasi lengkap.
Kebanyakan mereka yang divaksinasi lengkap adalah warga perkotaan ataupun mereka yang
mengandalkan pariwisata sebagai mata pencaharian. Pertanyaannya, mengapa jumlahnya bisa seperti
itu? Apakah memang masyarakat kita yang sulit dibujuk untuk divaksinasi atau memang persebaran
vaksin yang belum merata? Suatu PR bagi mereka yang peduli terhadap dunia kesehatan mengingat
varian virus terus semakin berkembang.

Anda mungkin juga menyukai