Anda di halaman 1dari 11

NAMA : FIAN AWANDA

NIM : D1B120183
KELAS: D/2020

A. METODE PENGUJIAN DENGAN MAKANAN DAN MINUMAN

JUDUL PENELITIAN : UJI MIKROBIOLOGIS PADA SAMPEL


MAKANAN DAN MINUMAN MICROBIOLOGICAL TEST ON FOOD AND
DRINK SAMPLES

TUJUAN PENELITIAN : a.) Mengetahui dan memahami cara-cara


penentuan tingkat pencemaran makanan dan minuman secara mikrobiologis.
b.) Menentukan tingkat cemaran mikroba dari makanan (sampel mie kering) dan
minuman (sampel minuman rasa melon).

PENDAHULUAN : Makanan dan minuman merupakan sesuatu


yang dibutuhkan oleh manusia untuk kelangsungan hidup yang berasal dari
hewan, tumbuhan, mineral, maupun dari zat-zat kimia sintetik. Pada umumnya,
makanan dan minuman tersebut diproduksi oleh industri secara besar-besaran dan
biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses produksi,
penyimpanan, distribusi dan akhirnya sampai ke tangan konsumen. Jadi
kemungkinan dapat terjadi pertumbuhan mikroba di dalamnya. Adanya mikroba
di dalam makanan dan minuman tersebut tidak diinginkan karena akan
menyebabkan perubahan organoleptik sediaan, apalagi jika makanan dan
minuman tersebut akan masuk ke dalam tubuh. Baik mikroba patogen maupun
non patogen bila terdapat dalam jumlah yang banyak akan sangat berbahaya bagi
tubuh. Demikian pula dengan makanan atau minuman yang berasal dari bahan
alami, kemungkinan pencemarannya dapat ditimbulkan pada waktu pengolahan
melalui tangan, atau peralatan yang tidak steril, atau melalui bahan mentah. Oleh
karena itu, kualitas mikrobiologis dari makanan dan minuman merupakan suatu
masalah yang penting dan sangat perlu diperhatikan.
METODE PENELITIAN : metode yangdigunakan adalah metode uji ALT
bakteri dan uji ALT kapang secara kualitatif dan kuantitatif.

BAHAN-BAHAN : alkohol 70%, aluminium foil, aquadest steril,


biakan Salmonella typhosa, biakan Staphylococcus aureus, makanan (mie
kering), minuman rasa melon, kapas, medium LB (Lactose Broth), medium NA
(Nutrient Agar), medium PDA (Potato Dextrose Agar), medium PW (Peptone
Water), medium SCB (Selenite Cysteine Agar), medium SSA (Salmonella
Shigella Agar), medium VJA (Vogel Johnson Agar), dan tissue roll.

PROSEDUR PENELITIAN : a. Makanan (mie kering), Pada sampel


makanan berupa mie kering, botol pengenceran yang telah berisi 9 ml aquadest
steril disiapkan. Setelah itu, 1 g mie kering ditimbang dan kemudian digerus
sampai halus dengan lumpang. Sampel yang telah digerus kemudian dimasukkan
ke dalam botol pengenceran, dikocok hingga homogen (pengenceran 10-1). Dari
pengenceran 10-1, maka diambil 1 ml dengan spoit dan dimasukkan ke dalam
botol pengenceran, dikocok hingga homogen (pengenceran 10-2). Dari
pengenceran 10-2, diambil 1 ml dengan spoit dan dimasukkan ke dalam botol
pengenceran, dikocok hingga homogen (pengenceran 10-3) dan lakukan hal yang
sama untuk pengenceran 10-4, 10-5, dan 10-6.
b. Minuman rasa melon, Pada sampel minuman rasa melon, botol pengenceran
yang telah berisi 9 ml aquadest steril disiapkan. Setelah itu, 1 ml minuman rasa
melon diambil dan dimasukkan ke dalam botol pengenceran, kemudian dikocok
hingga homogen (pengenceran 10-1). Dari pengenceran 10-1, maka diambil 1 ml
dengan spoit dan dimasukkan ke dalam botol pengenceran, dikocok hingga
homogen (pengenceran 10-2). Dari pengenceran 10-2, diambil 1 ml dengan spoit
dan dimasukkan ke dalam botol pengenceran, dikocok hingga homogen
(pengenceran 10-3) dan lakukan hal yang sama untuk pengenceran 10-4

EVALUASI : Pada uji ALT kapang, maka diambil 3 pengenceran


terakhir dari makanan mie kering, yaitu pengenceran 10-4, 10-5, dan 10-6,
dipipet sebanyak 1 ml lalu dimasukkan dalam cawan petri steril. Setelah itu,
medium PDA ditambahkan hingga seluruh dasar cawan tertutupi, dihomogenkan
dan dibiarkan memadat. Kemudian, diinkubasikan selama 3 x 24 jam pada suhu
kamar, dihitung jumlah koloni kapang yang ada dan lakukan hal yang sama untuk
sampel minuman rasa melon pada pengenceran 10-2, 10-3, dan 10-4
Pada uji bakteri Salmonella typhosa, satu tabung reaksi yang berisimedium
PW disiapkan. Selanjutnya 1 ml sampel dari pengenceran 10-1 diambil dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dihomogenkan. Setelah itu,
diinkubasikan pada suhu 370C selama 1x24 jam dan dilakukan hal yang sama
untuk sampel minuman rasa melon pada pengenceran 10-2. Dilakukan uji
lanjutan untuk sampel makanan mie kering karena hasilnya positif, maka 1 ose
sampel diambil dan digoreskan pada medium SSA secara aseptis dan
diinkubasikan pada suhu 370C selama 1x24 jam. Setelah itu, koloni hitam zona
kuning pada medium SSA yang telah terbentuk diamati.

HASIL & PEMBAHASAN : Pada percobaan ini diperoleh data pada uji
kuantitatif untuk pengujian bakteri yaitu jumlah koloni bakteri yang terdapat
dalam makanan mie kering pada pengenceran 10-4 adalah 85, pengenceran pada
10-5 adalah 42, dan pada pengenceran 10-6 adalah 3. Sedangkan untuk minuman
yaitu minuman rasa melon tidak ada koloni bakteri yang diperoleh, baik itu pada
pengenceran 10-2, pengenceran 10-3, dan pengenceran 10-4. Sedangkan untuk
pengujian jumlah kapang, pada makanan mie kering tidak terdapat kapang pada
pengenceran 10-4, 1 kapang pada pengenceran 10-5, dan 6 kapang pada
pengenceran 10-6 dan untuk minuman rasa melon, terdapat 2 kapang pada
pengenceran 10-2, dan tidak ditumbuhi kapang, baik pada pengenceran 10-3
maupun pada 10-4.
Pada uji kualitatif, diperoleh data bahwa untuk makanan mie kering pada
pengenceran 10-1 menunjukkan tanda yang positif pada medium PW yaitu terjadi
kekeruhan warna. Oleh karena itu dilakukan uji lanjutan pada medium VJA
dengan cara menggoreskan biakan bakteri murni Staphylococcus aureus pada
cawan petri dan ternyata hasilnya positif, ditunjukkan dengan terbentuknya
koloni hitam zona kuning. Pada medium SCB untuk menunjukkan ada tidaknya
bakteri Salmonella typhosa atau tidak, maka ditambahkan hasil pengenceran 10-1
dari makanan mie kering yang hasilnya positif karena terjadi kekeruhan warna
pada medium. Oleh karena itu dilakukan juga uji lanjutan pada medium SSA
dengan cara menggoreskan biakan bakteri murni Salmonella typhosa pada cawan
petri dan ternyata hasilnya juga positif yang ditunjukkan dengan terbentuknya
koloni hijau. Sedangkan untuk minuman rasa melon hasilnya negatif, karena itu
tidak dilakukan uji lanjutan

KESIMPULAN :
Berdasarkan uji yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Makanan mie kering tidak memenuhi syarat karena terindikasi mengandung
bakteri dan kapang sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.
2. Minuman rasa melon memenuhi syarat karena tidak terindikasi mengandung
bakteri dan kapang sehingga layak untuk dikonsumsi.
B. METODE PENGUJIAN MIKROBIOLOGI PADA KOSMETIK
JUDUL PERCOBAAN : Uji Cemaran Mikroba pada Sediaan Lipstik
Cair (Microbial Pollution Test onLiquid Lipsticks)

TUJUAN PENELITIAN : Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi


cemaran dan jenis mikroba yang terdapat pada lipstik cair.

PENDAHULUAN : Kosmetik sangat berperan penting dalam


kehidupan bagi wanita. Lipstik berfungsi untuk melembabkan dan juga
memperbaiki kondisi bibir yang rusak. Lipstik cair adalah produk yang paling
mudah ditemui di pasaran, dan harganya sangat terjangkau. Lipstik cair biasa
digunakan sehari-hari oleh wanita, Lipstik cair sering secara tidak sengaja masuk
ke dalam saluran pencernaan. Oleh karena itu sangat penting untuk
memperhatikan kebersihan dari produk lipstik cair tersebut
Adanya cemaran mikroba dalam sediaan kosmetik dapat menyebabkan tidak
stabilnya sediaan dan menyebabkan timbulnya reaksi alergi, infeksi pada kulit,
sensitifitas dan penyakit kulit lainnya. Kosmetik sediaan rias wajah termasuk
lipstik cair harus memenuhi persyaratan mutu serta sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yaitu cemaran mikroba pada sediaan untuk uji angka
lempeng total tidak lebih dari 103 koloni/g atau koloni/ml, uji bakteri
Pseudomonas aeruginosa negatif per 0,1 mL sampel, Candida albicans negatif per
0,1 mL sampel, dan Stapylococcus aureus negatif per 0,1 mL sampel

METODE PENELITIAN : Metode yang digunakan untuk menganalisa


cemaran bakteri yaitu total plate count (TPC), dan dilanjutkan dengan identifikasi
bakteri di media agar selektif.

BAHAN-BAHAN : lipstik cair setelah 12 bulan pemakaian, lipstik


cair baru & bersegel berusia 0 bulan, lipstik cair setelah 6 bulan pemakaian,
lipstik cair baru & bersegel berusia 0 bulan, lipstik cair baru & bersegel berusia 0
bulan dan lipstik cair setelah 3 bulan pemakaian
PROSEDUR : Pengujian Total Plate Count (TPC), Sampel lipstik cair
usia ±0 bulan, ± 3 bulan, ± 6 bulan dan ±12 bulan yang dibuat pengenceran 10-1
dan ditambahkan 1ml tween 80. Sampel lipstik selanjutnya ditanam pada medium
nutrient agar (NA) dan diratakan dengan metode spread menggunakan batang L
secara aseptis, di setiap pengenceran dilakukan secara triplo. Sampel yang
ditanam pada masing-masing agar akan diinkubasi pada suhu 37C selama 24
jam sampai dengan 48 jam. Jumlah koloni masing-masing cawan dihitung dengan
metode Total Plate Count (TPC). Jumlah total koloni yang dihitung adalah koloni
yang tumbuh pada cawan petri sekitar 30- 300 koloni. Setelah diinkubasi, maka
koloni yang tumbuh pada agar tersebut akan dihitung dan dilakukan identifikasi.
Identifikasi Bakteri pada Media Agar Selektif, Media agar selektif yang
digunakan adalah Mannitol Salt Agar (MSA) untuk mengidentifikasi S. aureus
yang ditandai dengan tumbuhnya koloni berwarna kuning, Potato Dextrose Agar
(PDA) untuk mengidentifikasi C. albicans yang ditandai dengan tumbuhnya
koloni berwarna putih kekuningan, menimbul di atas permukaan media,
mempunyai permukaan yang pada permulaan halus dan licin, Cetrimide Agar
(CA) untuk mengidentifikasi P. aeruginosa yang ditandai dengan tumbuhnya
koloni berwarna hijau- biru, dan Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) untuk
mengidentifikasi E. coli yang ditandai dengan tumbuhnya koloni berwarna hijau
dengan bintik hitam ditengahnya dengan kilap warma hijau metalik.
Pewarnaan Gram, Slide kaca mikroskop dibersihkan, kemudian diletakkan
sampel bakteri ke atas slide kaca menggunakan ose bulat. Ose bulat adalah alat
transfer mikroba berbentuk bulat yang biasa digunakan untuk menginokulasi
koloni bakteri. Kemudian seluruh permukaan slide digenangi dengan crystal
violet, setelah itu dibiarkan selama 60 detik, kemudian slide dicuci di bawah air
mengalir selama 5 detik. Lalu slide digenangi dengan larutan iodine, dibiarkan
selama 60 detik, dicuci dengan air mengalir selama 5 detik. Kemudian slide
diteteskan etanol sedikit demi sedikit sampai warna keunguan pada slide luntur,
kemudian slide dicuci kembali di bawah air mengalir selama 5 detik. Langkah
terakhir adalah slide digenangi dengan safranin selama 60 detik lalu dicuci di
bawah air mengalir selama 5 detik. Slide dibiarkan kering, ditutup dengan cover
glass, dan dapat dilihat menggunakan mikroskop cahaya 3.
EVALUASI : Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Kultur
diinokulasikan pada tabung reaksi berisi agar miring triple sugar iron agar (TSIA)
pada suhu 35oC selama 24-48 jam. Kemudian perubahan warna diperhatikan.
Hasil dikatakan positif jika terdapat perubahan warna awal dari orange menjadi
merah (tidak ada fermentasi karbohidrat), menjadi kuning (ada fermentasi
karbohidrat yang menghasilkan asam) dan menjadi hitam (menandakan adanya
reduksi sulfur).
Uji Sulfur Indole Motility (SIM), Kultur diinokulasikan pada tabung reaksi
berisi agar SIM yang sudah diberi mikroorganisme dengan memasukkan jarum
pada agar dan kemudian diinkubasi pada suhu 35oC selama 24-48 jam.
Munculnya cincin warna merah pada agar setelah diberi reagen Kovacs
menandakan adanya indol yang dihasilkan. Perubahan warna pada agar menjadi
hitam menandakan adanya reduksi sulfur. Gambaran pertumbuhan yang tampak
di sekitar tusukan ose menunjukkan bahwa adanya motilitas atau pergerakan
bakteri.
Reagen kovacs dapat bereaksi dengan indol membentuk senyawa yang
berwarna merah pada permukaan agar medium. Terbentuknya warna merah pada
permukaan medium setelah ditetesi reagen kovacs, maka mikroba yang diuji
positif terhadap uji indol. Sebaliknya, apabila tidak terbentuk senyawa berwarna
merah berarti mikroba yang diuji negatif terhadap uji indol4.
Uji Sitrat, Kultur diinokulasikan pada tabung reaksi berisi agar miring
Simmon’s citrate agar (SCA) pada suhu 35oC selama 24-48 jam. Lalu perubahan
warna diperhatikan.pada spesimen. Hasil positif jika terdapat perubahan warna
agar dari hijau menjadi biru5.

HASIL & PEMBAHASAN : Hasil uji TPC pada 10 sampel lipstik cair yang
di antaranya 3 sampel usia 12 bulan, 1 sampel usia 6 bulan, 1 sampel usia 3
bulan, dan 5 sampel usia 0 bulan didapatkan hasil dari sampel B1 yang berusia 12
bulan adalah 2.6x103, menurut BPOM produk lipstik cair sampel B1 yang
berusia 12 bulan melebihi ambang batas. Uji TPC pada sampel lainnya
menunjukkan bahwa koloni bakteri yang tumbuh di media <25 (kurang dari dua
puluh lima). Adanya pertumbuhan koloni bakteri tetapi kurang dari 25 (<25).
Menurut BPOM produk-produk ini memenuhi syarat, karena syarat BPOM
adalah tidak lebih dari 103 koloni/ml. Hal ini terjadi kemungkinan karena adanya
bahan pengawet yang dapat menekan pertumbuhan bakteri 6

KESIMPULAN : Kosmetik sangat berperan penting dalam


kehidupan bagi wanita. Lipstik berfungsi untuk melembabkan dan juga
memperbaiki kondisi bibir yang rusak. Lipstik cair adalah produk yang paling
mudah ditemui di pasaran, dan harganya sangat terjangkau. Lipstik cair biasa
digunakan sehari-hari oleh wanita, Lipstik cair sering secara tidak sengaja masuk
ke dalam saluran pencernaan. Oleh karena itu sangat penting untuk
memperhatikan kebersihan dari produk lipstik cair tersebut
Para wanita bisa memiliki lebih dari satu produk lipstik cair terutama
berbeda warna. Mereka terkadang tidak memperhatikan cara pemakaian dan
penyimpanan yang baik sehingga lipstik cair mudah tercemar bakteri.
Penggunaan 1 lipstik cair lebih dari 1 orang dan pemakaian yang tidak
memperhatikan tanggal kadaluarsa dapat mempermudah pertumbuhan mikroba
pada lipstik cair tersebut. Produk lipstik cair agar tidak mudah tercemar bakteri
seharusnya digunakan pada permukaan bibir yang bersih, juga penggunaan 1
lipstik cair lebih dari 1 orang perlu dihindari untuk mencegah pertumbuhan
bakteri lebih banyak lagi, serta tanggal kadaluarsa juga harus diperhatikan.
C. METODE PENGUJIAN MIKROBIOLOGI PADA OBAT TRADISIONAL
JUDUL PENELITIAN : Uji Cemaran Mikroba pada Daun Mimba
(Azadiractha Indica A. Juss) Sebagai Standarisasi Bahan Obat Herbal

TUJUAN PENELITIAN : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui


apakah cemaran mikroba yang terdapat pada simplisia daun mimba yang
dikoleksi disekitar Univeristas Udayana, Jimbaran, Bali memenuhi persyaratan
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) No. 12 tahun 2014 serta
peningkatan mutu dan keamanan obat herbal terstandar

PENDAHULUAN : Tanaman mimba (Azadiractha indica A. Juss)


merupakan salah satu tanaman obat yang telah lama digunakan sebagai obat
tradisional. Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan yang berasal dari
tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan
tersebut yang secara umum telah digunakan untuk pengobatan dan dapat
diteraakan sesuai dengan kebiasaan yang telah berjalan di masyarakat, mengingat
kandungan daun mimba yang memiliki banyak manfaat, sehingga dapat dijadikan
sebagai obat alternatif sediaan farmasi. Salah satu syarat untuk menjadikan
tanaman obat sebagai sediaan farmasi diperlukan standarisasi cemaran mikroba.
Standar dan pengujian merupakan bagian dari sistem manajemen mutu dan
keamanan sehingga dapat meningkatkan keyakinan dan keamanan apabila
diaplikasikan dari bahan alam yang di formulasikan dalam suatu sediaan farmasi

METODE PENELITIAN : Penentuan cemaran mikroba simplisia daun


mimba dilakukan dengan uji angka lempeng total (ALT) mengunakan media
Plate Count Agar (PCA) dan angka kapang khamir (AKK) menggunakan media
Potato Dextrose Agar (PDA)

BAHAN-BAHAN : Tanaman mimba (Azadiractha indica A. Juss),


media PDA, simplisia
PROSEDUR : Daun mimba diambil sebanyak satu ons, dibersihkan,
dan dikeringkan terlebih dahulu tanpa terkena cahaya sinar matahari langsung
selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan suhu 50o C selama 24 jam (Agustin
dan Rosmini, 2016). Daun yang telah kering dihancurkan secara mekanik
menggunakan mortar hingga berbentuk serbuk.
Pengenceran simplisia daun mimba ditimbang sebanyak 5 gram kemudian
dicampurkan ke dalam 45 mL NaCl 0,90 % dan dihomogenkan sehingga
mendapatkan pengenceran 10-1. Selanjutnya dilakukan pengeceran serial pada
pengenceran disiapkan tiga tabung masing masing di isi 9 mL pengencer NaCl
0,90 %. Pengenceran 10-1 sebanyak 1 mL dimasukan kedalam tabung kedua lalu
dihomogenkan dengan vortex sehingga mendapatkan pengenceran 10-2.
Sebanyak 1 mL pengenceran 10-2 dipipet dan dimasukan ke tabung ketiga di
homogenkan dengan vortex hingga memperoleh 10-3

EVALUASI : Uji Angka Lempeng (ALTB), Pada pengenceran 10-1


sebanyak 0,1 ml dipipet dan dimasukan kedalam cawan petri steril berisi Media
PCA dan disebar menggunakan batang bengkok secara merata dan dibuat duplo
yang selanjutnya dilakukan hingga pada pengenceran 10-3. Uji sterilitas media
dilakukan dengan cara menuangkan media PCA pada cawan petri dan
membiarkanya memadat tanpa di isi pengenceran. Media PCA dikatakan steril
apabila tidak ada pertumbuhan koloni bakteri dan kapang/khamir. Seluruh cawan
petri diinkubasikan dengan suhu 37oC selama 24 - 48 jam dengan posisi terbalik.
Selanjutnya jumlah koloni bakteri yang tumbuh dari inokulum (sampel) diamati
dan dihitung
Uji Angka Kapang/Khamir, Pada pengenceran 10-1 sebanyak 0,1 mL dan
dimasukan kedalam cawan petri streril berisi Media potato dextrose agar (PDA)
dan disebar menggunakan batang bengkok secara merata dan dibuat duplo yang
selanjutnya dilakukan hingga pada pengenceran 10-3. Uji sterilitas media
dilakukan dengan cara menuangkan media PDA pada cawan petri dan
membiarkannya memadat tanpa di isi pengenceran. Seluruh cawan petri
diinkubasikan dengan suhu 25oC selama 5 hari dengan posisi terbalik. Jumlah
koloni yang tumbuh diamati setiap hari sampai hari ke-5.
HASIL & PEMBAHASAN : Hasil penelitian menunjukan perhitungan rerata
angka lempeng total (ALT) (25-250 koloni) adalah 3,7x 103 cfu/mL. Hasil
perhitungan tersebut menunjukan bahwa daun mimba yang tumbuh di area
sekitar kampus Universitas Udayana, Jimbaran, Bali memenuhi syarat untuk
dapat digunakan sebagai bahan baku obat herbal karena tidak melebihi batas
persyaratan angka lempeng total (ALT) berdasarkan peraturan BPOM RI No. 12
tahun 2014 adalah 1x106 cfu/mL.
Hasil penelitian menunjukan perhitungan rerata akhir angka kapang/khamir
(AKK) (40-60 koloni) adalah 1x102 cfu/mL. Hasil perhitungan tersebut
menunjukan bahwa daun mimba yang tumbuh di area sekitar kampus Universitas
Udayana, Jimbaran, Bali memenuhi syarat untuk dapat digunakan sebagai bahan
baku obat herbal karena tidak melebihi batas persyaratan sesuai dengan
persyaratan angka kapang/khamir (AKK) berdasarkan peraturan BPOM RI No.
12 tahun 2014 adalah 1x104 cfu/mL.

KESIMPULAN : Uji cemaran mikroba yang dilakukan adalah


angka lempeng total dan angka kapang/khamir yang terdapat pada Tabel 1 dan 2.
Tujuan uji cemaran mikroba adalah menentukan cemaran mikrobiologi yang
terkandung tidak melebihi batas yang telah ditetapkan sehingga dapat diketahui
kualitas dan keamanan dari bahan baku yang akan di jadikan sediaan farmasi.
Cemaran mikroba yang tinggi dapat menyebab efek yang buruk bagi kesehatan

D. METODE PEGUJIAN SEDIAAN FARMASI (STERIL/NON STERIL).

Anda mungkin juga menyukai