Anda di halaman 1dari 21

Pemeriksaan Fisik pada Anak

Physical examination merupakan tekhnik maneuver yang terdiri dari beberapa rangkaian,
yang masing-masing anak memili sensitifitas yang berbeda baik fisik maupun psikologik.
(Wong, 1993)
Pengkajian fisik adalah proses berkelanjutan yang dimulai selama wawancara, terutama
dengan menggunakan inspeksi atau observasi. Selama pemeriksaan yang lebih formal, alat-
alat untuk percusi, palpasi dan auscultasi ditambahkan untuk memantapkan dan menyaring
pengkajian system tubuh. Seperti pada riwayat kesehatan, obyektif dari pengkajian fisik
adalah untuk merumuskan diagnosa keperawatan dan mengevaluasi keefektifan intervensi
terapeutik. (Wong, 2003)
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan, dimana tiap tahap perawat
melakukan pengkajian data yang diperoleh dari hasil wawancara, laporan teman sejawat,
catatan keperawatan, atau catatan kesehatan lain dan pengkajian fisik. (Robert Priharjo, 1993)

1. B. TUJUAN PEMERIKSAAN FISIK


Urutan yang biasa dalam pemeriksaan fisik pasien adalah head to toe. Fungsi utama
dilakukan secara sistematic yaitu memberikan guideline umum pengkajian setiap bagian
tubuh yang kecil dalam pemeriksaan. Standar pencatatan dan pelaporan juga merupakan
fasilitas penukaran informasi antar tim professional yang lain. Dalam pemeriksaan fisik anak
harus memperhatikan kebutuhan perkembangan mental anak, walaupun pemeriksaan ini
diikuti perekaman dengan menggunakan model head to toe. Penggunaan perkembangan
mental dan kronologi umur sebagai kriteria utama dalam pengkajian tiap sistem tubuh akan
memudahkan atau menyelesaikan dari beberapa tujuan :
1. Meminimalkan stres dan ansietas yang berhubungan dengan pengkajian pada bagian-
bagian tubuh yang berbeda
2. Memelihara dan membina hubungan saling percaya antara perawat, anak dan orang tua
3. Memberikan persiapan yang maksimum bagi anak
4. Memberikan perlindungan esensial terhadap hubungan antara orang tua, anak, terutama
dengan anak kecil
5. Memaksimalkan keakuratan dan realibilitas hasil pengkajian
Pendekatan umum pemeriksaan fisik anak
Pemeriksaan fisik lebih dari suatu rangkaian latihan tekhnikal. Hal itu merupakan tuntutan
yang sama sensitifnya dengan kebutuhan fisik dan psikologi anak yang sulit dikenal dan tidak
sama dengan yang lainnya. (Wong, 1993)
1. C. PERSIAPAN ANAK
Walaupun pemeriksaan fisik dilakukan dengan prosedur yang tidak menyebabkan rasa sakit,
tetapi kepada seorang anak dengan menggunakan jari, telapak tangan, lengan, pemeriksan
dalam telinga dan mulut, menekan abdomen dan mendengarkan dada dengan permukaan
metal yang dingin dapat menimbulkan stresful. Pemeriksaan fisik harus menjadi hal yang
menyenangkan dan sama baik hasilnya. Pada umunya bayi dan anak kecil akan merasa lebih
aman dan berkurang rasa takutnya dengan kehadiran orang tua, terutama ibunya. Pada bayi
yang lebih besar sudah mulai takut kepada orang yang belum di kenalnya, pendekatan
menjadi lebih sulit. Dalam hal ini sebaiknya pemeriksa bersifat informal, sedikit santai.
Pemeriksaan dapat di mulai pada waktu bayi masih dalam pangkuan ibu. Lambat laun ia
dipindahkan ke meja periksa sambil dipegang-pengang dagunya, pipinya, atau diajak bicara
dengan kata-kaa manis, sedangkan ibunya memengang tungkainya.
Misalnya dengan anak preschool dan yang lebih tua, perawat dapat menggunakan gambar
atau boneka untuk membantu anak belajar tentang tubuh mereka (Vessey, Braith waite, and
Weidman, 1990). Tekhnik ”paper doll” merupakan pendekatan yang digunakan untuk
mengajarkan anak tentang bagian tubuh mereka yang diperiksa. Kesimpulannya adalah saat
kunjungan anak dapat mebawa paper doll sebagai pengingat pengalaman. Banyak permintaan
anak yang sangat kooperatif ketika orang tua bersama mereka. Hal ini ada yang
menyebabkan, bagaimanapun saat anak yang lebih tua terutama adolosence lebih memilih
diperiksa sendiri seperti pada pemeriksaan genetalia, sering anak yang sedang diperiksa juga
disertai saudara kandungnya yang dapat menyebabkan ketidakteraturan karena ada boredom.
Sebuah taktik ntuk membantu mareka adalah memberikan mereka kesempatan untuk
mencoba alat pemeriksaan seperti stetoskop atau spatel lidah dan memuji anak atas
”bantuannya” selama pemeriksaan.

1. D. PERSIAPAN ALAT
1. Pengukur/ meteran/ penggaris/ stadiometer
2. Penimbang BB
3. Thermometer dan speculum
4. Optalmoskop
5. Arloji berdetik
6. Manset dan stetoskop
7. Oksilometri
8. Peniti, kapas, objek dingin/ hangat
9. Spatel lidah
10. Garpu tala
11. Snellen
12. Senter
13. Gambar warna

1. E. TEHNIK PEMERIKSAAN FISIK SESUAI USIA


POSISI URUTAN PERSIAPAN
BayiSebelum dapat – Bila tenang, – Lepaskan semua pakaian bila
duduk sendiri: auskultasi jantung, suhu ruangan memungkinkan.
Terlentang atau paru, abdomen. – Biarkan popok terpasang pada
telungkup,atau lebih – Catat frekuensi bayi laki-laki.
baik di pangkuan jantung dan pernafasan. – Tingkatkan kerja sama dengan
orang tua ;sebelum – Palpasi dan distraksi, obyek terang, bunyi-
4 sampai 4 bulan perkusi area yang sama. bunyi dengan mulut, bicara.
:dapat ditempatkan
diatas meja – Lanjutkan – Berikan kotak kecil di kedua
pemeriksaan. dengan arah biasa, tangan bayi yang lebih besar,
kepala ke kaki. sampai pelepasan volunter
Setelah dapat duduk berkembang di akhir tahun
sendiri:gunakan – Lakukan
prosedur traumatic di pertama, bayi tidak mampu
posisi duduk di menggenggam obyek
pangkuan orang tua bagian akhir mata,
telinga, mulut (sambil (Misal:stethoscope, otoscop)
jika mungkin. (farber, 1991).
menangis).
Jika diatas meja,
tempatkan dan – Munculkan – Tersenyum pada bayi; gunakan
pandangan penuh reflek-refleks saat suara yang lembut dan perlahan.
pada orang tua. bagian tubuh tersebut – Tenangkan dengan sebotol air
di periksa. gula atau makanan.
– Lakukan – Minta bantuan orang tua untuk
pemeriksaan reflek memegang bayi pada pemeriksaan
Moro di bagian akhir. telinga, mulut.
– Hindari gerakan yang kasar dan
mengejutkan.

Usia – Inspeksi area – Minta orang tua melepaskan


bermainDuduk atau tubuh, melalui pakaian bagian luar.
berdiri diatas / permainan “hitung jari” – Lepaskan pakaian dalam saat
disamping orang gelitik jari kaki. bagian tubuh tersebut diperiksa.
tua. – Gunakan kontak – Azinkan untuk melihat-lihat
Telungkup atau fisik uang minimal alat, menunjukkan penggunaan alat
terlentang diawal pemeriksaan. biasanya tidak efektif.
dipangkuan orang – Kenalkan alat
tua. – Jika tidak kooperatif, lakukan
dengan perlahan. prosedur dengan cepat.
– Auskultasi, – Gunakan restrain bila tepat,
percusi, palpasi bila minat bantuan orang tua.
tenang.
– Bicarakan pemeriksaan bila
– Lakukan daapt bekerja sama; gunakan
prosedur traumatic kalimat pendek.
terakhir (sama pada
bayi). – Berikan pujian untuk perilaku
kooperatif.

Anak pra
sekolahLebih suka – Jika koopertif, – Minta anak melepaskan
berdiri atau duduk. lakukan dari kepala ke pakaiannya.
Biasanya kooperatif jari kaki. – Izinkan untuk
dengan posisi – Bila tidak menggunakan celana dalam bila
telungkup/ kooperatif, lakukan malu.
terlentang. seperti pada anak usia – Berikan kesempatan untuk
bermain. melihat alat; tunjukkan dengan
singkat penggunaannya.
– Buat “cerita” tentang
prosedur : “saya mau melihat
seberapa kuat otot-ototmu”
(tekanan ah).
– Gunakan tekhnik boneka
kertas.
– Beri pilihan jika mungkin.
– Hargai kerja sama; gunakan
pernyataan positif: “buka
mulutmu”.

Anak usia
sekolahMenyukai – Lakukan dari – Minta untuk melepas
duduk kepala ke kaki. pakaian sendiri.
Kooperatif hampir – Pemeriksaan – Biarkan untuk memakai
semua posisi anak genetalia boleh celana dalam.
kecil menyukai dilakukan paling akhir
kehadiran orang tua. – Beri skort untuk dipakai.
pada anak yang lebih
Anak yang lebih besar. – Jelaskan tujuan peralatan
besar menyukai dan kepentingan prosedur, seperti
– Hargai kebutuhan otoskop untuk meliaht gendang
privasi privasi. telinga, yang diperlukan untuk
mendengar.
– Ajarkan tentang fungsi
tubuhnya dan perawatannya.

RemajaSama – Sama dengan anak – Izinkan melepas pakaian


dengan anak usia usia sekolah yang lebih sendiri.
sekolah. besar. – Beri skort.
Berikan pilihan – Buka hanya area yang akan
tentang keberadaan diperiksa.
orang tua.
– Hargai kebutuhan privacy.
– Jelaskan temuan-temuan
selama pemeriksaan. “ototmu kuat
dan padat”.
– Beri keterangan tentang
perkembangan seksual:
“payudaramu sedang berkembang
seperti seharusnya”.
– Tekankan kenormalan
perkembangan.
– Periksa genetalia seperti
bagian tubuh yang lain; dapat
dilakukan di akhir.

1. F. PENGKAJIAN FISIK BAYI BARU LAHIR


PENGKAJIAN TEMUAN VARIASI UMUM/ TANDA
BIASA ABNORMALITAS POTENSIAL
MINOR KEGAWATAN/
ABNORMALITAS
UTAMA
Pengukuran – Lingkar – Molding setelah – Lingkar
umum kepala 33 sampai kelahiran dapat kepala < persentil
35 cm- Lingkar mengubah atau ke-10 atau >
dada 30,5 sampai menurunkan lingkar persentil ke-90-
33 cm kepala- Lingkar Berat badan lahir <
– Lingkar kepala dan lingkar persentil ke-10 atau
kepala harus dada mungkin sama > persentil ke-90
kira-kira 2 untuk 1 sampi 2 hari
sampai 3 cm pertama setelah
lebih besar dari kelahiran
lingkar dada – Berat badan lahir
– Panjang menurun 10% dalam
kepala ketumit minggu pertama;
48 sampai 53 cm meningkat kembali
dalam 10 sampai 14
– Berat badan hari
lahir 2700
sampai 4000g

TANDA
VITAL:Suhu Axila : 36,5° – Menangis dapat – Hipotermi
sampai 37°C sedikit meningkatkan – Hipertermi
suhu tubuh

– Radian
penghangat akan
Frekuensi Apikal : 120 meningkatkan suhu – Bradikardia :
jantung sampai 140 axila frekuensi istirahat
denyut / menit dibawah 80 sampai
– Menangis akan
meningkatkan 100 denyut / menit
frekuensi jantung; – Takikardia :
tidur akan frekunsi kira-kira
menurunkan 160 sampai 180
frekuensi jantung denyut / menit
– Selama periode – Irama tidak
pertama reaktivitas (6 teratur
sampai 8 jam), – Takipne ;
frekuensi dapat frekuensi dibawah
mencapai 180 denyut 60 kali / menit
/ menit
– Apnea > 15-
– Menangis akan 20 detik
meningkatkan – Tekanan
frekuensi pernafasan ; sistolik pada manset
tidur akan kurang dari 6
menurunkan sampai 9 mmHg
frekuensi pernafasan kurang dari tekanan
Pernafasan 30 sampai 60 kali – Selam periode diekstremitas atas
/ menit pertama reaktivasi (6
sampai 8 jam),
frekuensi dapat
mencapai 80 kali /
menit

– Menangis akan
meningkatkan
tekanan darah

65 / 41 mmHg
Tekanan darah

Penampilan PosturFleksi Frank breechKaki Postur timpang,


umum kepala dan diektensikan, ekstensi
ekstremitas, diabduksikan dan ekstremitasnya
dengan istirahat paha dirotasi penuh,
telentang dan oksiput didatarkan,
telungkup. leher diekstensikan
Kulit – Pada saat – Ikterik neonatus – Ikterik
lahir, merah setelah 48 jam berlanjut, khususnya
terang, pertama- Ekimosis pada 24 jam
menggelembung, atau petekie karena pertama- Kulit
halus.- Hari trauma kelahiran memucat
kedua sampai Milia ; kelenjar – Sianosis
ketiga, merah sebasea terdistensi umum
muda, tampak sebagai
mengelupas, papula putih kecil – Pucat
kering pada pipi, dagu, dan – Keabu-abuan
– Verniks hidung – Pletora (darah
caseosa Miliaria atau dalam jumlah
sudamina : kelenjar berlebihan)
– Lanugo keringat terdistensi
– Edema – Mottling :
(ekrin) yang tampak umum dan menetap
disekitar mata, sebagai vesikel menit,
wajah, kaki, khususnya pada – Hemoragi,
punggung wajah ekimosis, atau
tangan, telapak, Eritema toksikum : petekie yang
dan scrotum atau ruam papular merah menetap
labia muda dengan vesikel Skelerema : kulit
– Perubahan yang tumpang tindih keras dan kaku
pada dada, punggung,
warna normal : bokong, dan abdomen Turgor kulit buruk
Akrosianosis : ; dapat tampak dalam
24 sampai 48 jam dan Ruam, pustula, atau,
sianosis tangan lepuh
dan kaki hilang setelah
Kutis beberapa hari Bercak Cafe au
Perubahan warna lait : bercak coklat
marmorata
Harlequin : terang
perubahan warna jelas
terlihat saat bayi
berbaring miring ;
setengah bawah tubuh
menjadi merah muda
dan setengah atas
pucat
Nevus flammeus :
merah kebiruan gelap
(port-wine stain)
biasanya pada leher
dan wajah
Mongolian spots :
area ireguler
pigmentasi biru tua,
biasanay pada bagian
sakral dan gluteal;
terlihat terutama pada
bayi baru lahir dari
orang asli amerika,
afrika, asia, atau
keturunan hispanik
Telangiektatik nevi
(gigitan bangau) :
area terlokalisir
merah muda dalam,
datar biasanya terlihat
dibagian belakang
leher
Kepala Fontanel – Molding setelah – Sutura
anterior: bentuk persalinan vaginal- menyatu-
berlian, 2,5 Sagital ketiga Penonjolan atau
sampai 4,0 cm (parietal) fontanel depresi fontanel
– Penonjolan ketika bayi tenang
fontanel karena – Pelebaran
menangis atau batuk sutura dan fontanel
Kaput
Fontanel suksedaneum :
posterior: Kraniotabes :
– sensasi tajam
– edema jaringan sepanjang sutura
– bentuk kulit kepala yang lambdoidal yang
segitiga 0,5 lunak yang melewati mirip lekukan bola
sampai 1 cm garis sutura pingpong
– Fontanel Sefalhematoma(tidak
harus datar, rumit) : diantara
lunak, dan padat periosteum dan tulang
– Bagian tengkorak yang
terlebar dari dibatasi dengan batas
fontanel diukur khusus dan tidak
dari tulang ke melewati garis sutura
tulang, bukan
dari sutura ke
sutura

1. G. PROSEDUR PENGKAJIAN
PENGKAJIA PROSEDUR
N
Tinggi / 1. panjang rekumben pada anak dibawah usi 24 sampai 36 bulan
panjang badan 2. tempatkan terlentang dengan kepala digaris tengah.
3. pegang lutut dan dorong dengan perlahan kearah meja untuk kaki
ekstensi penuh.
4. ukur dari verteks (puncak) kepala sampai tumit kaki (jari kaki
mengarah keatas).
5. tinggi berdiri pada anak lebih dari 24 sampai 36 bulan.
6. lepaskan kaus kaki dan sepatu.
7. minta anak berdiri setinggi mungkin, pungung tegak kepala digaris
tengah, dan mata melihat lurus kedepan..
8. periksa fleksi lutut, kemerosotan bahu, peninggian tumit.
9. ukur puncak kepala sampai permukaan berdiri.
10. ukur sampai cm atau ¼ inci yang terdekat.
Berat badan 1. timbang bayi dan anak kecil telanjang diatas skala tipe platform;
lindungi bayi dengan menempatkan tangan diatas tubuh untuk
mencegahnya menjatuhkan skala.
2. timbang anak yang lebih besar dengan memakai pakaian dalam
(tanpa sepatu) pada timbangan tegak
3. periksa apakah skala seimbang sebelum digunakan.
4. tutupi timbangan dengan selembar kertas bersih untuk masing-
masing anak.
5. ukur sampai 10gr atau ½ once yang terdekat untuk bayi dan 100gr
atau ¼ pon untuk anak-anak.
Lingkar kepala Ukur dengan kertas atau pita tembaga pada lingkar yang terbesar dari
(HC) puncak alis, mata dan pinna telinga ketonjolan oksipital tengkorak.
Lingkar dada 1. ukur melingkari dada pada garis putting susu.
2. idealnya lakukan pengukuran selama inspirasi dan ekspirasi, catat
rata-rat dari dua nilai.
Ketebalan 1. pengukuran ketebalan lipatan kulit trisep
lipatan kulit – dengan lengan kanan anak fleksi 90˚ pada siku, tandi titik tengah
dan lingkar antara akromion dan olekranon pada aspek posterior lengan
lengan
– dengan lengan menggantung bebas, genggaman lipatan kulit antara
ibu jari dan jari tengah 1 cm di atas titik tengah
– dengan perlahan trik lapisan menjauh dari otot dasardan terus
pegang sampai pengukuran selesai
– tempatkan caliper jaws (jangka lengkung) di atas lipatan kulit pada
tanda tengah ; bila menggunakan jangka lengkung plastic (missal,
Adipometer Ross), beri tekanan dengan ibu jari untuk mensejajarkan garis
pada jangka, ikuti arahn tersebut untuk jangka yang lain
– perkiraan pembacan sampai paling dekat 1,0mm, 2-3 detik setelah
pemberian tekanan
– lakukan pengukuran sampai kelipatan 1mm
1. pengukuran lingkar lengan tengah
– ikuti prosedur seperti di atas, tetapi sebagai ganti penggenggaman
lipat kulit dan penggunaan jangka lengkung, tegang kertas atau pita ukur
tembaga melingkari lengan atas pada titik tengah
– ukur sampai dekat 1cm

Pengukuran
fisiologis(tanda
-tanda vital):
1. Suhu
Idealnya, diukur ketika anak tenang; karenanya, catat nilai dan perhatikan
aktivitas seperti menangis.
1. Thermometer kaca mercuri
2. Suhu oral
Letakkan di bawah lidah di dalm kantong sublingual posterior kanan atu
kiri, bukan di depan lidah, minta nak untuk tetap mengatupkan mulutnya
tanpa menggigit termometer
1. Suhu aksila
Tempatkan di bawah lengan dengan ujungnya dibagian tengah aksila dan
dekatkan dengan kulit, bukan pakaian, tahan tangan anak untuk
menjepitnya
1. Suhu rectal
1. Masukkan ujung yang telah diberi pelumas tidak lebih dari
2,5cm (1 inci) ke dalam rektum, pegang thermometer dengan
hati-hati dengan anus
2. Anak dapat dimiringkan, telentang, atau posisi telungkup
(misal, terlentang dengan lutut fleksi kearah abdomen); tutup
penis, karena prosedur ini sering merangsang urinasi
3. Anak kecil dapat ditempatkan pada posisi telungkup
dipangkuan orang tua
4. Thermometer electronic
1. Pengukuran suhu dengan komponen elektronik disebut
tesmitor yang ditempel pada ujung plastic dan alat
tembaga dari baja yang dihubungkan ke alat pencatat
elektronik suhu, yang di ukur akan tampak pada display
digital dalam 60 detik
2. Tempatkan prob di dalam mulut, aksila, rectum seperti
thermometer merkuri
3. Sensor membran timpani
1. Thermometer infra merah mengukur radiasi termal
dari membrani timpani; suhu yang di ukur akan
tampak pada display digital dalam 1 detik
2. Masukkan ujung alat yang tertutup dengan
perlahan ke dalam liang telinga kea rah titik tengah
antara alis mata dan cabang yang berlawanan
3. Untuk hasil yang paling akurat, perenggangan liang
telinga untuk sensor mengukur panas dari gendang
telinga, bukan sisi liang, lakukan 3 pengukuran,
dan catat pembacaan yang tertinggi
4. Thermometer strip plastic (termograf)
1. Perubahan warna sebagai respon terhadap
perubahan suhu
2. Tempatkan pada dahi sampai terjadi
perubahan warna, biasanya memerlukan
waktu kurang dari 15 detik
3. Beberapa-digunakan seperti thermometer
merkuri oral
4. Thermometer digital
1. Terdiri dari alat yang berhubungan
dengan chipe mikro prosesor, yang
menerjemahkan sinyal ke dalam derajat
dan mengirimkan penguukuran suhu
2. Digunakan seperti termometer merkuri
3. Tempa Dot
1. Penggunaan tunggal termometer
sekali pakai dengan campuran
kimia tertentu pada setiap
lingkaran yang mengubah warna
untuk mengukur peningkatan
suhu setiap 0,2 derajat
2. Digunakan seperti termometer
merkuri diletakkan pada mulut (1
menit), aksila (3 menit), dan
rektum (3 menit); perubahan
warna dibaca 10-15 detik setelah
mengangkat termometer
1. Ukuran nadi apikal pada anak-anak usia 2 sampai 3 tahun
Titik intensitas maksimum terletak di bagian lateral sampai ke puting susu
pada ruang antar iga keempat sampai ke lima atau garis midklavikular.
1. Titik nadi radialis pada anak-anak usia lebih dari 2 samapi 3 tahun
2. Hitung nadi selama 1 menit penuh, khususnya bila terjadi
ketidakteraturan.
3. Untuk mengulang pengukuran, hitung nadi selama 15 atau 30 detik
dan kalikan dengan 4 dan 2, berturut-turut

observasi frekuensi pernafasan selama 1 menit penuh pada bayi dan ank
kecil, observasi gerakan abdomen pada anak yang lebih besar, observasi
gerakan toraks.

– Gunakan ukuran manset yang tepat (ukuran maset mengacu hanya


pada kantong bagian dalam yang dapat dikembangkan, bukan kain atau
plastik penutupnya)
– Report of the Second Task Force (1987) menganjurkan:
1. Lebar yang cukup untuk penutup kira-kira 75 % lengan atas diantara
1. Nadi puncak bahu dan elekranon
2. Panjang yang cukup untuk melingkar penuh pada anggota gerak
dengan atau tanpa putaran ulang
3. Ruang yang cukup pada fosa antekubital untuk menempatkan
stetoskop
4. Ruang yang cukup pada tepi atas untuk mencegah obstruksi pada
aksila
– American Health Association (Frohlich, 1988) menganjurkan:
1. Lebar 40% sampai 50% lingkar anggota gerak; diukur pada lengan
atas bagian tengah antara bahu puncak dan olekranon
2. Panjang yang cukup untuk melingkar penuh atau melingkar penuh
pada tungkai atau tanpa putaran ulang
3. Untuk sisi pengukuran lain, panduan tersebut diatas, dapat
digunakan meskipun ukuran anggota gerak (misal; bentuk paha
konikal) mungkin membuat penempatan manset kurang tepat
1. Pernafasa 4. Gunakan posisi yang sama, misal; berbaring atau duduk, dan lengan
n kanan untuk pengukuran
5. Posisikan anggota gerak setinggi jantung
6. Kembungkan manset dengan cepat kira-kira 20 mmHg diatas titik
dimana nadi radial menghilang
7. Lepaskan tekanan manset dengan kecepatan kira-kira 2-3 mmHg
1. Tekanan per detik selama auskultasi arteri
darah 8. Baca manometer grafisasi air raksa setinggi mata
9. Catat nilai tekanan sitolik sebagai awal dari bunyi berdeak yang
jernih(bunyi korotkop 1)
10. Catat tekanan diastol pada bunyi korotkop ke 4(K4) dan kelima (K5)
(hilangnya semua suara) sejalan dengan tekanan sistolik, anggota
gerak, posisi, ukuran manset dan metode, misal; TD = 100/60/54
mmHg, lengan atas, duduk, dengan maset anak dan menggunakan
auskultasi
11. Jika menguganakan monitor elektronik, ikuti petunjuk pabrik dan
panduan diatas untuk ukuran maset yang benar
12. Dengan alat oskilometrik (misal; dinamp), keempat sisi dapat
digunakan, tetapi jadikan paha sebagai pilihan terakhir karena sisi
tersebut paling membuat tidak nyaman
13. Stabilkan anggota gerak selama pengembangan maset, karena
gerakkan akan mengganggu kemampuan alat untuk mengukur
tekanan darah dengan akurat
Penampilan Observasi hal-hal berikut:- Wajah
umum – Postur
– Hygiene
– Nutrisi
– Perilaku
– Perkembangan
– Status kesadaran

Kulit – Observasi kulit pada cahaya matahari alami atau sinar buatan netral-
Warna paling baik jika di kaji pada skera, konjuntiva, punggung
kuku, lidah, mukosa bukal, telapak tangan, dan telapak kaki
– Tekstur perhatikan kelembaban, kehalusan, kekasaran, integritas
kulit, dan suhu
– Suhu bandingkan setiap bagian tubuh untuk semua yang sama
– Turgor genggam kulit pada abdomen antara ibu jari dan telunjuk,
tarik, dan lepaskan dengan cepat
– Lekukan lekukkan kulit dengan jari

Struktur – Rambut inspeksi warna, tekstur, kualitas, distribusi, elastisitas dan


aksesori hygiene- Kuku inspeksi warna, tekstur, kualitas, distribusi, elastisitas
dan hygiene
– Dermatoglifik observasi lipatan fleksi pada telapak tangan

Nodus limfe – Palpasi menggunakkan distal jari- Tekan dengan perlahan tapi
tegas dengan gerakkan melingkar
– Perhatikan ukuran mobilitas, suhu, kekerasan, dan adanya
perubahan pada pembesaran nodus
– Submaksilaris tundukkan sedikit ke bawah
– Servikal tegadahkkan kepala sedikit keatas
– Axila rilekskan lengan disamping tetapi sedikit terabduksi
– Inguinalis tempatkan anak pada posisi terlentang

Kepala – Perhatikan bentuk dan kesimetrisan- Perhatikan kontrol kepala


(khususnya pada bayi) dan postur kepalanya
– Evaluasi rentang gerak
– Palpasi tengkorak akan adanya fontanel, nodus, atau pembengkakan
yang nyata
– Lakukan transluminat tengkorak di ruang gelap, dengan benar
pasang senter ke arah karet pada beragai titik
– Periksa hygiene kulit kepala, ada tidaknya lesi, inspeksi, tanda
trauma, kehilanggan rambut, perubahan warna, perkusi sinus frontal pada
anak-anak usia 7 tahun

Leher Inspeksi ukuran


1. Trakea
Palpasi adanya deviasi; letakkan ibu jari dan telunjuk pada setiap sisi dan
gerakan jari ke depan dan ke belakang.
1. Tiroid
Palpasi, perhatikan ukuran, bentuk, kesimetrisan nyeri tekan, nodul,;
tempatkan bantalan jari telunjuk dan jari tengah di bawah kartilago
krikoid; rasaktimus (jaringan penyambung lobus) naik ketika menelan;
rasakan setiap lobus secara lateral dan posterior.
1. 3. Arteri karotis
Palpasi di kedua sisi

Mata 1. Inspeksi penempatan dan kesejajaran


2. Bila abnormalitas dicurigai, ukur jarak kantus bagian dalam
1. Kemiringan palpebra
tarik garis imajinasi melalui dua titik medial (bagian dalam) kantus
1. Lipatan epikantus
Observasi adanya kelebihan lipatan dari atap hidung sampai terminasi
dalam alis mata
1. c. Kelopak mata
Observasi adanya penempatan, gerakan dan warna.
1. d. Konjungtiva palpebra
 Tarik kelopak mata bawah kea rah bawah sementara anak melihat keatas.
 Tarik kelopak mata atas dengan memegang bulu mata dan tarikke bawah
dank e depan
 Observasi warna
1. e. Konjungtiva bulbar
Observasi warna
1. Pungtum lakrimalis
Observasi warna
1. g. Bulu mata dan alis mata
Observasi distribusi dan area pertumbuhannya
1. h. Sklera
Observasi warna
1. i. Kornea
periksa terhadap opasitas dengan sinar terang terhadap mata.
1. j. Pupil
 Bandingkan ukuran, bentuk, dan gerakan
 Uji reaksi terhadap sinar; sumber sinar terang terhadap dan menjauh dari
mata.
 Uji akomodasi; biarkan anak memfokuskan pada objek dari jarak jauh dan
membawa objek mendekat ke wajah.
1. k. Iris
Observasi terhadap bentuk, warna, ukuran, dan kejelasan.
1. l. Lensa
Inspeksi
1. Fundus
 Periksa dengan oftalmoskop yang diset pada angka mendekati anak dari
sudut 15 derajat; ubah diopter ke positif atau minus untuk menghasilkan
focus yang jelas
 Ukur struktur dalam hubungannya dengan diameter discus (DD)
 Untuk memudahkan penempatan makula, minta anak secara singkat
melihat langsung pada sinar
 Kaji penglihatan

Gunakan tes berikut untuk penglihatan binorukular


 Tes refleks cahaya corneal
(disebut juga Gemini refleks merah atau tes Hirschberg)-arahkan cahaya
langsung ke dalam mata dari jarak kira-kira 40,5 cm
 Tes cover
Minta anak mendekati objek (33 cm) atau menjauhi (50cm) objek; tutup
salah satu mata dan observasi gerakan mata yang tidak ditutup
 Tes cover alternative
Sama dengan tes cover, kecuali menutup satu mata yang lain beberapa
kali; observasi gerakan mata yang ditutup ketika tidak ditutup
 Penglihatan perifer
Minta anak melihat lurus; gerakan objek seperti jari anda, melebihi lapang
pandang anak tersebut ke dalam pandangan; minta anak untuk memberi
tanda segera saat objek terlihat; perkirakan sudut dari garis lurus
penglihatan ke deteksi pertama penglihatan perifer
 Penglihatan warna
Gunakan tes Ishihara atau tes Hardy-Rand Rittler.
Telinga 1. PinnaInspeksi Penempatan Dan Kesejajaran
 Ukur Tinggi Pinna Dengan Menarik Garis Imajiner Dari Orbit Di Luar
Mata Ke Oksipital Tengkorak
 Ukur Sudut Pinna Dengan Menarik Garis Perpendicular Dari Garis
Horizontal Imajiner Dan Sejajarkan Pinna Setelah Tanda Ini
2. Observasi Tanda Pinna Umum
3. Perhatikan Adanya Lubang-Lubang Abnormal, Penebalan Kulit, Atau
Sinus
4. Inspeksi Hygiene (Bau, Rabas, Warna)
5. Periksa Struktur Luar Kanal Dan Telinga Tengah Dengan Otoskop
– Anak Dibawah 3 Tahun.Posisikan Telengkup Dengan Telinga
Diperiksa Menghadap Atap, Sandarkan Anak, Gunakan Bagian Tubuh
Atasuntuk Merestrin Tangan Dan Tubuh,Dan Tangan Yang Memeriksa
Untuk Merestrin Kepala.
 § Ubah Posisi: Dudukkan Anak Pada Posisi Miring Di Atas Pangkuan
Orang Tua Minta Orang Tua Memeluk Anaknya Dengan Aman
Melingkari Tubuh Dan Tangan Serta Puncak Kepala
 § Masukkan Spekulum Diantara Posisi Jam 3 Dan 9 Dengan Miring Ke
Bawah Dan Ke Depan
 § Tarik Pinna Ke Bawah Dan Ke Belakang Pada Rentang Jam 6 Sampai 9
– Anak Lebih Dari 3 Tahun , Periksa Saat Duduk Dengan Kepala Miring
Sedikit Menjauh Dari Periksa (Bila Anak Perlu Restrin, Gunakan Salah
Satu Dari Posisi Yang Telah Disebutkan Diatas)
 § Tarik Pinna Keatas Dan Kebelakang Pada Posisi Jam 10
 § Masukkan Spekulum 0.6 Sampai 1,25cm, Gunakan Spekulum Yang
Terlebar Yang Mudah Masuk Ke Diameter Kanal.
1. Kaji Pendengaran
2. Tes rinne, letakkan batang vibrasi dan garpu tala pada tulang
mastoid sampai anak tidak lagi mendengar bunyinya, gerakan gigi
garpu dekat lubang telinga.
3. Tes weber, pegang garpu tala pada garistengah kepala atau dahi
1. Inspeksi ukuran, penempatan, dan kesejajaran,tarik garis
vertikal imajiner dari titik tengah antara mata dan titik bibir
atas
Hidung Vestibula anterior, tengadahkan kepala ke belakang, dorong ujung telinga
keatas, dan sinari lubang dengan sinar kilat, untuk mendeteksi perforasi
septum, arahkan cahaya kesalah satu lubang hidung dan observasi
lewatnya sinar melalui perforasi.
Mulut dan 1. Bibir, Perhatikan Warna, Tekstur, Dan Lesi Sebelumnya
tenggorok 2. Struktur Internal
– Minta kerjasama anak untuk membuka mulut lebar-lebar dan
mengatakan “aahh”, biasanya tidak perlu menggunakan spatel lidah
– Dengan anak posisi telentang kedua tangan diangkat disepanjang sisi
kepala, minta orang tua memobilisasi kepala, mungkin perlu
menggunakan spatel lidah, tetapi hindari menimbulkan reflek muntah
dengan menekan hanya bagian samping lidah, gunakan lampu senter
untuk penyinaran yang baik

Dada 1. Inspeksi ukuran bentuk,kesemetrisan, gerakan dan perkembangan


payudara
2. Gambarkan pertemuan sesuai garis gemografis dan imajiner
3. Lokalisasi ruang interkosta (ICS), ruang langsung dibawah iga,
dengan mempalpasi dada secara inferior dari iga ke dua
4. Petunjuk lain
– Putting biasanya pada ICS ke 4
– Ujung iga ke-11 teraba pada lateral
– Ujung iga ke-12 teraba pada posterior
– Ujung scapula pada iga

Paru-paru 1. Evaluasi gerakan pernapasan: frekuensi, irama, kedalaman, kuantitas


dan karakter
2. Dengan anak pada posisi duduk, tempatkan kedua tangan datar di
punggung atau dada dengan ibu jari digaris tengah sepanjang tepi
kostal bawah
3. Fremitus vocal-palpasi seperti diatas dan anak mengatakan “99” atau
“eee”
4. Perkusi kedua sisi dada dalam urutan dari apeks ke dasar
5. Untuk paru-paru anterior, anak duduk atau terlentang
6. Untuk paru-paru posterior, anak duduk
7. Auskultasi pernapasan dan bunyi suara: intensitas nada, kualitas,
durasi relative dan inpsirasi dan ekspirasi
Jantung Instruksi umum
1. Mulai dengan inspeksi, diikuti dengan palpasi, kemudian auskultasi.
2. Perkusi tidak dilakukan karena nilainya yang terbatas dalam
mendefinisikan batasan atau ukuran jantung.
3. Inpeksi ukuran dengan anak berada pada posisi semifoler, observasi
dinding dari sebuah sudut.
4. Palpasi untuk menentukan lokasi impuls apical, impuls jantung
paling lateral yang dapat disamakan dengan apeks.
5. Palpasi kulit untuk waktu pengisian kapiler :
 tekan kulit sedikit pada sisi tengah, seperti dahi, dan sisi perifer, seperti
bagian atas tangan atau kaki, untuk menghasilkan sedikit pemucatan
 kaji waktu yang diperlukan area yang memucat untuk kembali pada warna
aslinya
1. Tekanan kulit sedikit pada kulit spada kulit seperti dahi dan sisi
perifer seperti bagian atas tangan atau kaki untuk sedikit
menghasilkan sedikit pemucatan.
2. Kaji waktu yang diperlukan area yang memucat untuk kembali pada
warna asalnya.
3. Auskultasi bunyi jantung :
 dengarkan dengan anak dalam posisi duduk dan bersandar
 gunakan stetoskop bagian diagfragma dan bel dada
 evaluasi kualitas, intensitas, frekuensi dan irama bunyi.
1. Dengarkan dengan anak dalam posisi duduk dan stndar
1. Gunakan stetoskop bagian diafragma dan bel dada.
2. Evaluasi kualitas, intensitas, frekuensi, dan irama bunyi
3. Ikuti urutan berikut :
 area aortic : ruang intercostal kanan kedua dekat sternum
 area pulmonik : ruang intercostals kiri kedua dekat sternum
 titik Erb :ruang intercostals ketiga dan kedua kiri dekat sternum
 area apikal atau mitral :ruang intercostals kelima, garis midklavikuler kiri
(ruang intercostal ketiga sampai keempat dan lateral pada garis
midklavikular kiri pada bayi)
Pola Frekuensi Jantung
Takikardi; peningkatn frekuensi
Bradikardi; penurunan frekuensi
Pulsus alternal; denyut kuat diikuti denyut lemah
Pulsus begiminus; pasangan irama dimana denyut teraba dalam pasangaan
karena denyut premature.
Pulsus paradoksus; intensitas atau kekuatan nadi menurun dengan
ekspirasi.
Sinus aritmia; frekuensi meningkat dengan inspirasi, menurun dengan
ekspirasi.
Nadi water; khususnya denyut kuat yang disebabkan oleh tekanan nadi
yang sanagt lebar.
Nadi dikrotorik; nadi radialias gandauntuk setiap denyut apical
Nadi lemah; nadi lemah, cepat, yang hilang dan timbul.

1. Area apical atau mitral ruang interkosta ke 5, garis midklavikula kiri


(ruang intercosta ketiga sampai keempat dan lateral pada garis
midklavikula kiri pada bayi)

Abdomen Intruksi umum


1. Inspeksi, diikuti dengan auskultasi, perkusi dan palpasi, yang dapat
mengubah bunyi abdomen normal.
2. Palpasi mungkin tidak nyaman untuk anak palpasi dalam
menyebabkan perasaan tekanan dan palpasi superficial
menyebabkan sensasi geli.
3. Untuk meminimalkan ketidak nyamanan dan mendorong kerjasama,
gunakan hal-hal berikut:
 Tempatkan anak pada posisi terlentang dengan kaki fleksi pada panggul
dan lutut
 Alihkan perhatian anak dengan pernyataan seperti “saya akan menebak
apa yang kamu makan dengan memegang perutnya”
 Minta anak untuk“membantu”mempalpasi dengan menempatkan
tangannya sendiri di atas tangan pemeriksa yang mempalpasi
 Minta anak menempatkan tangannya pada abdomen dengan jari
memegang dan palpasi diantara jari-jari, inspeksi kontur, ukuran, dan
tonus
1. Perhatikan kondisi kulit
2. Perhatikan gerakan
3. Inspeksi umbilikus akan adanya herniasi, fistula, hygene, dan rabas
4. Observasi adanya hernia:
 Inguinalis, Urutkan jari kelingking ke cincin inguinalis eksternal di dasar
skrotum; minta anak untuk batuk.
 Femoralis, Tempatkan jari diatas kanalis femoralis (cari dengan
meletakkan jari telunjuk di atas nadi femoralis dan jari tengah di kulit
menghadap jari tengah).
1. Auskultasi bising usus dan pulsasi aortik
2. Perkusi Abdomen
3. Palpasi organ abdomen:
 Tempatkan satu tangan datar diatas punggung dan gunakan palpasi tangan
untuk ”merasakan” organ diantara kedua tangan.
 Dahulukan dari kuadran bawah ke atas untuk menghindari terlewatnya
tepi pembesaran organ.
 Gunakan garis imajiner pada umbilikus untuk membagi abdomen menjadi
kuadran.
 Kuadran kanan atas (KKaA)
 Kuadran kanan bawah (KKaB)
 Kuadran kiri atas (KKiA)
 Kuadran kiri bawah (KKiB)
1. Palpasi Nadi Femoralis : tempatkan ujung dua atau tiga jari kira-kira
di tengah antara puncak iliaka dan simfisis pubis
2. Timbulkan Refleks Abdomen : regangkan kulit dari samping ke
garis tengah pada setiap kuadran
Genetalia Instruksi umum
1. Lanjutkan dengan cara yang sama seperti pemeriksasan area lain;
jelaskan prosebur dan maknanya sebelum melakukan, seperti
mempalpasi testis.
2. Hargai privasi setiap waktu
3. Gunakan kesempatan untuk mendiskuskusikan masalah tentang
perkembangan seksual dengan anak yang lebih besar dan remaja.
4. Gunakan kesempatan untuk mendiskusikan keamana seksual dengan
anak keci, menjelaskan bahwa ini adalah area pribadi mereka dan
bila seseorang menyentuhnya dengan cara yang tidak nyaman
mereka harus selalu membeti tahu orang tua mereka atau orang lain
yang dipercaya.
5. Bila ada kontak dengan substansi tubuh, gunakan sarung tangan.
Genetalia laki-laki
1. Penis – inspeksi ukuran
2. Glans dan batang – inspeksi adanya tanda-tanda pembengkakan,
lesi kulit, inflamasi.
3. Prepusium – inspeksi pada pria yang disirkumsisi.
4. Meatus uretral – inspeksi lokasi dan perhatikan adanya rabas.
5. Sekrotum – inspeksi ukuran, lokasi kulit, dan distribusi rambut.
6. Testis – palpasi setiap kantong sekrotium dengan menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk.
7. Genetalia eksterna– inspeksi struktur, tempatkan anak pada posisi
setengah bersandar pada pangkuan orang tua dengan lutut menekuk
dan telapak kaki saling bersebelahan
Genetalia wanita
1. Labia – palpasi adanya masa.
2. Meatus uretral – inspeksi terhadap lokasi; teridentifikasi seperti
bentuk – V dengan merenggangkan kearah bawah dari klitoris
keperineum.
3. Kelen jar skene – palpasi atau inspeksi
4. Orifisium vaginalis – pemeriksaan internal biasanya tidak
dilakukan; inspeksi terhadap lubang sebelumnya.
5. Kelenjar Bartholin – palpasi atau inspeksi.
Anus 1. Area anus – inspeksi penampiolan umum, kondisi kulit
2. Reflek anal – munculkan dengan mengerutkan atau merenggangkan
area perineal dengan perlahan

Punggung dan 1. Inspeksi kurvatura dan simetris tulang belakang


ekstremitas 2. Uji adanya skoliasis:
 Biarkan anak berdiri tegak; observasi dari belakang dan perhatikan ketidak
simetrisan bahu dan panggul.
 Biarkan anak membungkuk kedepan pada pnggul sampai punggung
parallel pada lantai; observasi dari samping dan perhatikan ketidak
simetrisan atau penonjolan tulang rangka.
1. Perhatikan mobilitas tulang belakang.
2. Inspeksi setiap sendi ekstremitas untuk kesimetrisan ukuran, suhu,
warna, nyeri tekan, mobilitas.
3. Uji adanya perkembangan displasia panggul.
4. Kaji bentuk tulang:
 Ukur jarak antara lutut ketika anak berdiri dengan maleolus saling
bersebelahan.
 Ukur jarak antara maleolus bila anak berdiri dengan kedua lutut merapat.
 Inspeksi telapak kaki; uji apakah deformitas kaki pada saat lahir
merupakan akibat dari posisi fetal atau perkembangan oleh peregangan
keluar,kemudian kedalam, sisi telapak kaki.
1. Inspeksi cara berjalan :
 Minta anak berjalan pada garis lurus
 Perkirakan sudut cara berjalan dengan menarik garis imajiner melalui
bagian tengah kaki dan garis progresi.
1. Refleks plantars
Timbulkan refleks dengan mengusap telapak kai lateral dari tumit kedepan
ke ibu jaru kaki melewati haluks
1. Inspeksi perkembangan dan tonus otot
2. Uji kekuatan
Pengkajian Inspeksi setiap sendi ekstremitas untuk kesimetrisan, ukuran, suhu, warna,
neurologis nyeri tekan, mobilitas.Uji adanya perkembangan displasia panggul

Kaji bentuk tulang


1. Ukur jarak antar lutut ketika anak berdiri dengan maleolus saling
bersebelahan
2. Ukur jarak antar maleolus bila anak berdiri dengan kedua lutut
merapat
3. Inspeksi posisi telapak kaki; uji apakah deformitas kaki pada saat
lahir merupakan akibat dari posisi fetal atau perkembangan oleh
peregangan keluar, kemudian kedalam, sisi telapak kaki; bila dapat
normal dengan sendirinya, kaki mengambil sudut kanan terhadap
kaki

Inspeksi cara berjalan:


Minta anak berjalan pada garis lurus
Perkirakan sudut cara berjalan dengan menarik garis imaginer melalui
bagian tengah kaki dan garis progresi.

Refleks Plantar, timbulkan refleks dengan mengusap telapak kaki lateral


dari tumit ke depan ke ibu jari kaki melewati haluks.
Inspeksi perkembangan dan tonus otot.

Uji kekuatan:
1. Lengan, minta anak mengangkat tangan sambil melawan tekanan
dari tangan anda
2. Kaki , minta anak duduk dengan kaki menggantung; lanjutkan
seperti pada tangan
3. Telapak tangan, minta anak meremas jari anda sekencang mungkin
4. Telapak kaki, minta anak memfleksikanplantar (dorong telapak
kaki ke arah lantai) sambil menekan telapak kaki.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan antara lain:


1. Pengkajian fisik pada anak memerlukan teknik-teknik dan pengalaman khusus untuk
dapat melakukannya, karena masing-masing anak memiliki respon yang berbeda pada
setiap tindakan.
2. Tujuan dari pemeriksaan fisik sesuai usia adalah untuk memperoleh informasi yang
akurat tentang keadaan pasien.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik antara lain :
4. Posisi pada saat melakukan pemeriksaan fisik
5. Umur anak
6. Persiapan anak
7. Tingkat kesadaran anak
1. Bagaimana keadaan normal dan abnormalitas baik potensial maupun aktual
sistem yang dikaji
8. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik perawat diharapkan mengerti dan memahami
sifat dan karakter anak pada tiap-tiap tumbuh kembang anak
9. Menjaga dan mempertahankan anak supaya kooperatif dalam pemeriksaan maka sangat
perlu dilakukan kerja sama orang-tua, karena orang-tua pemegang keputusan utama dan
orang yang paling dekat dengan anak

Anda mungkin juga menyukai