Anda di halaman 1dari 4

1.

KONDISI KEKINIAN

Kegiatan belajar mengajar pada masa pandemi Covid-19 harus dilakukan secara secara
daring (dalam jaringan) atau luring (luar jaringan) dengan memperhatikan protokol
kesehatan. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020 Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan tentang pembelajaran jarak jauh, belajar dan bekerja dari rumah. Oleh
karena itu guru harus kreatif mencari inovasi juga merancang proses pembelajaran
yang efektif pada masa pandemi Covid-19.

Enggar Yudistira menyatakan bahwa analisis angket kebutuhan siswa MA Muslimat NU


Palangkaraya jurusan IPA kelas XI diperoleh data bahwa siswa sebanyak 10 orang
mengatakan materi fluida statis merupakan materi yang sulit dipelajari dalam pelajaran
fisika dengan persentase 25,64%. Siswa sebanyak 25 orang mengatakan tidak pernah
belajar fisika menggunakan media animasi dengan persentase sebesar 64,10%. Hal ini
menjadikan media animasi cocok untuk diterapkan pada siswa MA maupun SMP.
Dengan ketentuan media yang diberikan kepada siswa disesuaikan
dengan kebutuhan dan tuntutan kurikulum.

Pada saat ini media animasi dianggap sebagai media pembelajaran yang cukup menarik
dalam pembelajaran langsung di sekolah. Yang mempunyai banyak kelebihan di
bandingkan media pembelajaran lainnya, sehingga juga mempunyai banyak kegunaan
dalam pembelajaran, sebagaimana beberapa manfaat media pembelajaran yang di
temukan oleh Martinis Yamin. Dengan demikian dapat di ketahui bahwa media
pembelaajaan, termasuk kecanggihan media animasi yang di harapkan mampu
meningkatkan kualitas pendidikan.

Media animasi adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan. Media
animasi dapat menunjukkan urutan dari waktu ke waktu seperti sebuah proses. Salah
satu keunggulan animasi adalah kemampuannya untuk menjelaskan suatu kejadian
secara sistematis dalam tiap waktu perubahan. Hal ini sangat membantu dalam
menjelaskan prosedur dan urutan kejadian. Sehingga dapat diartikan media animasi
merupakan media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran (Emy Siswanah,
2003, hal. 8).
Setiap guru profesional harus menguasai pengetahuan yang mendalam dalam
spesialisasinya. Penguasaan pengetahuan ini merupakan syarat yang sangat penting di
samping keterampilan- keterampilan lainnya. Namun pertanyaannya “sudahkah guru
menggunakan media animasi dalam pembelajaran fusika?”, jika sudah “apakah media
animasi yang digunakan dan dibuat guru dapat mendorong peserta didik lebih
memperhatikan materi atau bahan pelajaran yang disajikan?”, atau “apakah
penggunaan media animasi tersebut dapat membuat pembelajaran dengan model fisika
menjadi lebih baik serta dapat memotivasi siswa?”. Pertanyaan-pertanyaan ini timbul
dikarenakan sejumlah gejala dan fakta lapangan yang ditemukan dimana “tidak semua
guru mampu menggunakan media animasi dalam pembelajaran”. Pada pembelajaran
tematik peran guru adalah sebagai fasilitator dan motivator. Namun dia juga
memposisikan guru diri sebagai insan pembelajar pembelaajaran fisika sangat
membutuhkan guru yang kreatif.

Kendala guru dalam pemanfaatan media pembelajaran animasi ialah sarana prasarana
yang belum mendukung seperti keterbatasan jaringan internet dan juga laptop yang
digunakan untuk menampilkan maupun membuat animasi. Serta kurangnya keahlian
guru dalam mengoperasikan ICT menjadikan hambatan tersendiri sehingga guru
kadang merasa kesulitan dalam membuat atau mencari animasi dengan tampilan yang
menarik.

2. SOLUSI

Pelajaran Fisika masih terkesan sulit untuk dipahami karena Fisika memiliki konsep
yang abstrak dan tidak mudah dihubungkan dengan kejadian sehari-hari dalam
kehidupan manusia (Rosenblum, 2008 : 1). Banyak siswa yang merasa kesulitan dan
takut dalam mempelajari Fisika karena model pembelajarannya yang masih
menggunakan metode ceramah. Pelajaran Fisika harus didesain sedemikian rupa
melalui media pembelajaran agar siswa dapat lebih tertarik dalam mempelajari Fisika
(Kim dan Ogawa, 2007: 499 ). Pembelajaran Fisika sebaiknya dilakukan dengan
menghadirkan media pembelajaran yang dapat memvisualisasikan konsep Fisika yang
masih abstrak. Ada banyak jenis media pembelajaran yang berkembang saat ini. Seiring
dengan kemajuan teknologi, media pembelajaran pun mengalami perkembangan yang
signifikan. Salah satu media yang cocok untuk memvisualisasikan keabstrakkan konsep
Fisika adalah media berupa multimedia yang memiliki elemen teks, suara, gambar,
animasi dan video (Asthana, 2010). Penelitian dan pengembangan media pembelajaran
Fisika dalam bentuk animasi dan video sudah banyak dikembangkan. Dr. Karl
Kruszelnicki pernah menembangkan Falling Cats and Terminal Velocity

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan siswa masih mengalami kesulitan dalam
belajar fisika karena kurang menarik dan susah untuk dipahami sehingga siswa
mengalami kesulitan dalam belajar fisika dikarenakan pembelajaran yang monoton dan
cenderung membosankan. Hal ini bertentangan dengan pendapat guru yang
menyatakan bahwa siswanya antusias ketika pembelajaran fisika berlangsung, hanya
beberapa siswa yang tidak antusias.

Model pengembangan yang dilakukan dalam mencapai tujuan dari pembelajaran yaitu, terdiri
dari empat tahap, yang pertama tahap pendefinisian (define), dalam tahap ini dilakukan dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan pengembangan atau analisis kebutuhan. Hasil pendefinisian
yang dilakukan pada tahap ini mencakup beberapa langkah yaitu analisis awal-akhir, analisis
peserta didik, analisis konsep, analisis tugas dan perumusan tujuan pembelajaran. Berdasarkan
analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perlu adanya pengembangan media
pembelajaran berbasis video animasi agar dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam
mempelajari materi kesetimbangan kimia dan dengan menggunakan model pembelajaran
inkuiri terbimbing peserta didik dapat aktif dalam proses pembelajaran dan peserta didik dapat
menemukan konsep kimia secara mandiri sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat.
Selanjutnya yang kedua tahap perencanaan (design) yaitu untuk menyiapkan rancangan awal
media video animasi. Tahap perancangan ini terdiri dari 4 langkah, yaitu: (1) penyusunan tes,
tes ini merupakan instrumen untuk mengukur ketuntasan indikator. Tes yang disusun
merupakan tes yang berbentuk uraian dengan jumlah butir soal adalah 5 butir. (2) pemilihan
media, pada tahap ini peneliti memilih media pembelajaran berbasis video animasi yang
bertujuan untuk memudahkan peserta didik dalam proses pembelajaran, menarik minat
peserta didik sehingga hasil belajar dan motivasi peserta didik dapat meningkat. (3) pemilihan
format, pada tahap pembuatan media video animasi dengan pemilihan teks, gambar, serta
bingkai video kemudian disusun sesuai dengan urutan materi yang diajarkan. Penyusunan ini
dilakukan pada aplikasi powtoon, video scribe, aurora 3D animation dan wondershare filmora.
(4) desain awal media pembelajaran, peneliti melakukan desain awal media video animasi
dengan tahapan sebagai berikut: pembuatan storyboard, penataan materi dalam media meliputi
tata letak (layout) yang digunakan, pembuatan karakter tokoh animasi dan penyusunan isi
materi yang mengacu pada model kontekstual dan divisualisasikan dengan penggunaan video
animasi. Tahapan yang ketiga yaitu tahap pengembangan (develop), untuk menghasilkan media
video animasi yang valid, praktis, dan efektif melalui serangkaian proses, yaitu: (1) validasi ahli,
(2) simulasi (uji coba terbatas pada peserta didik sebelum diujicobakan dengan peserta didik
yang sesungguhnya), dan (3) uji coba terbatas dengan peserta didik yang sesungguhnya.
Berdasarkan masukan dari serangkaian proses tersebut dilakukan revisi terhadap media video
animasi yang dikembangkan. Tahapan yang keempat adalah tahap penyebaran (disseminate),
pada tahap ini media video animasi yang dihasilkan diupload ke youtube peneliti, disebarkan
dalam bentuk soft file dan disosialisasikan secara terbatas kepada guru.

Anda mungkin juga menyukai