Anda di halaman 1dari 6

A.

DEFENISI PEMBELAJARAN BERBASIS LABORATORIUM


Pembelajaran berbasis laboratorium adalah model pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik dapat mempraktekkan secara empiris kemampuan kognitif, afektif,
psikomotorik menggunakan sarana laboratorium. Beberapa Teori belajar yang mendasari
strategi pembelajaran berbasis labaraotorium diantaranya: Gestalt dan field teories
pandangan kognitif, menurut pandangan kognitif belajar merupakan perubahan kognitif
pemahaman. Belajar bukan hanya ulangan tetapi perubahan struktur pengertian. Menurut
teori belajar Piaget bahwa interaksi yang terus menerus antara individu dan lingkungan
adalah pengetahuan. Untuk memahami pengetahuan seseorang dituntut untuk mengenali
dan menjelaskan berbagai cara bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungannya.
sedangkan teori belajar Brunner, menyatakan untuk mendapatkan pemahaman belajar
dengan menemukan sendiri, sehingga menggunakan pendekatan discovery menemukan
sendiri.
Dalam pengertian terbatas laboratorium yang merupakan suatu ruangan yang tertutup
dimana percobaan dan penelitian dilakukan. Jika dalam proses pembelajaran harus
menggunakan laboratorium maka memang harus benar – benar direncanakan dari awal.
Terkait dengan laboratorium yang ada di Indonesia, beberapa diantaranya terlebih dahulu
harus ada ruangan baru ada laboratorium, sehingga Ketika ada pengembangan dari
laboratorium tersebut mengakibatkan adanya keterbatasan. Jadi Ketika merancang suatu
laboratorium harus dengan perhitungan.
Fungsi laboratorium yang berhubungan dengan kegiatan - kegiatan laboratorium antara
lain sebagai berikut :
a) Alat atau tempat untuk menguatkan atau memberi kepastian ilmu. Sebagai contoh,
untuk memberi kepastian bahwa titik fokus aktif cermin cekung terletak di depan bidang
pemantul cermin maka dapat dilakukan suatu percobaan tentang cermin cekung di
laboratorium guna memberikan kepastian ilmu tersebut.
b) Alat atau tempat untuk menentukan hubungan sebab akibat. Sebagai contoh, untuk
mengetahui mengapa kaca spion pada kendaraan selalu menggunakan cermin cembung,
maka dapat dilakukan suatu kegiatan penyelidikan tentang cermin cembung di
laboratorium.
c) Alat atau tempat untuk membuktikan benar tidaknya (verifikasi) faktor -faktor atau
gejala-gejala tertentu. Sebagai contoh, untuk membuktikan bahwa bayangan yang
terbentuk pada cermin cembung dari benda nyata selalu maya, tegak dan diperkecil, maka
dapat dilakukan suatu percobaan di laboratorium dengan cara meletakkan benda dengan
jarak yang berbeda-beda dari cermin cembung.
d) Alat atau tempat untuk mempraktikan sesuatu yang diketahui. Sebagai contoh, untuk
mempraktikan bahwa cahaya dapat dipantulkan dan dibiaskan maka dapat dipraktikkan
secara langsung di laboratorium.
e) Alat atau tempat untuk mengembangkan keterampilan. Sebagai contoh, seorang anak
akan dapat mengembangkan keterampilan proses sainsnya apabila dalam pembelajaran
sainsnya seorang guru menerapkan kegiatan laboratorium.
f) Alat atau tempat untuk memberikan latihan-latihan. Sebagai contoh, untuk memberikan
latihan-latihan pembuatan rangkaian listrik, maka dapat dilakukan di laboratorium.
g) Alat atau tempat untuk membantu siswa belajar menggunakan metode ilmiah dalam
pemecahan problem. Sebagai contoh, dengan menerapkan metode inkuiri melalui kegiatan
penyelidikan di laboratorium maka siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuannya
dalam memecahkan masalah dan menemukan suatu konsep tertentu.
h) Alat atau tempat untuk melanjutkan /melaksanakan penelitian
perseorangan/kelompok. Sebagai contoh dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan
suatu konsep, maka laboratorium dapat digunakan sebagai sarana atau tempat untuk
melaksanakan eksperimen, baik oleh perseorangan ataupun kelompok.
Menurut Ikhwan Insan Cita (2012), jenis-jenis laboratorium ditinjau dari tujuan dan
fungsinya dapat dibagi menjadi:
1. Laboratorium dasar. Laboratorium dasar merupakan tempat yang dapat digunakan
siswa untuk memperkenalkan dan memahami konsep dasar yang menjadi tuntutan
untuk mengembangkan pengetahuan lanjut.  
2. Laboratorium pengembangan. Laboratorium pengembangan mengemban tugas
khusus, sesuai dengan spesialisasi bidang ilmu yang digeluti oleh  personil-personil
yang ada di laboratorium tersebut.
3. Laboratorium metodologi pengajaran. Laboratorium metodologi  pengajaran di
sekolah mempunyai kedudukan yang sangat khusus, karena mewarnai penampilan
(performance) guru dalam tugasnya. Jadi, laboratorium metodologi pengajaran
merupakan wahana dan tempat  pengembangan kompetensi pedagogis (keguruan)
bagi guru-guru di sekolah, sehingga laboratorium metodologi pengajaran sangat
Lainnya Blog Berikut» Buat Blog Masuk diperlukan di suatu sekolah dan atau
madrasah.
4. Laboratorium penelitian. Laboratorium penelitian diharapkan dapat digunakan
sebagai wahana atau tempat melakukan penelitian bidang ilmu yang ditekuni oleh
guru dan murid. Dengan demikian, laboratorium  penelitian dapat digunakan
sebagai sarana untuk melakukan kegiatan ilmiah yang endingnya adalah penemuan
konsep, prinsip, teori, azas, aturan, atau hukum-hukum dalam bidang ilmu yang
digelutinya atau disebut sebagai produk ilmiah.

B. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERBASIS LABORATORIUM


Karakteristik pembelajaran fisika di sekolah yang mengutamakan kerja ilmiah sehingga
siswa dapat bersikap ilmiah dan selanjutnya konsep yang telah dikuasai akan diterapkan
dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidup. Tuntutan pembelajaran fisika tidak mungkin
dapat terpenuhi apabila tidak didukung oleh
kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan praktikum di laboratorium sebagai
kunci keberhasilan pembelajaran fisika.

Berdasarkan fungsinya, pertama, laboratorium menjadi tempat bagi guru untuk mendalami
konsep, mengembangkan metode pembelajaran, memperkaya pengetahuan dan
keterampilan, dan sebagainya. Kedua, sebagai tempat bagi siswa untuk belajar memahami
karakteristik alam dan lingkungan melalui optimalisasi keterampilan proses serta
mengembangkan sikap ilmiah. Jadi laboratorium sangat diperlukan dalam pembentukan
sikap ilmiah siswa.

Adapun karakteristik pembelajaran berbasis Laboratorium Fisika yaitu :


1. Hakekat Pembelajaran Fisika
Fisika adalah bagian dari sains. Sains berasal dari kata scientia yang berarti pengetahuan.
Menurut Supriyono Koes (2003:4) membicarakan hakikat fisika sama halnya dengan
membicarakan hakikat sains karena fisika merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
sains. Oleh karena itu, karakteristik fisika pada dasarnya sama dengan karakteristik sains
pada umumnya.
2. Kerja Laboratorium dalam pelajaran fisika
laboratorium sangat berperan
sebagai sarana penunjang yang tepat bagi pembelajaran fisika. Dengan pengelolaan yang
baik sesuai fungsinya, maka laboratorium akan menjadi tempat yang menyenangkan dalam
proses belajar mengajar, sehingga siswa akan tertarik untuk mempelajari dan mendalami
fisika.
3. Kerja Ilmiah
Metode ilmiah adalah suatu metoda yang dilaksanakan dengan aturan dan prinsip ilmu
pengetahuan yang tepat yaitu suatu cara sistematis dan sesuai yang digunakan untuk
memperoleh suatu keilmuan. Metode ilmiah digunakan oleh para ilmuwan saat
melaksanakan kinerja eksperimen untuk belajar berbagai konsep keilmuwan tertentu yang
digelutinya. Sedangkang hasil dari pelaksanaan metode ilmiah ini bisa kita sebut dengan
kerja ilmiah.
4. Kerja Laboratorium dengan pendekatan Discovery
Pembelajaran dengan pendekatan discovery pada kerja laboratorium adalah suatu bentuk
kerja laboratorium yang bertujuan untuk melatih siswa menemukan konsep, yang dapat
melatih siswa untuk mengumpulkan, mengorganisasi, dan memanipulasi data. Pendekatan
discovery pada kegiatan laboratorium dilaksanakan lebih awal dari proses belajar
mengajar. Kegiatan laboratorium pada penelitian ini berupa eksperimen.
5. Kerja Laboratorium dengan pendekatan Verifikasi
Kerja laboratorium verifikasi adalah suatu kerja laboratorium yang bertujuan untuk
memperjelas konsep atau membuktikan konsep yang telah dilaksanakan kegiatan
pengajaran sebelumnya seperti diskusi ataupun ceramah. Kegiatan laboratorium verifikasi
ini dilakukan jika informasi telah disampaikan guru dikelas sebelum praktikum
dilaksanakan, tujuan dilakukan praktikum untuk membuktikan kebenaran atas konsep dan
prinsip fisika yang telah dipelajari, praktikum dilakukan sebagai penjelasan keterangan
dari guru atau buku pelajaran.
6. Keterampilan berpikir kritis
Keterampilan berpikir kritis adalah aktivitas terampil, yang menuntut interpretasi dan
evaluasi terhadap observasi, komunikasi, dan sumber-sumber informasi lainnya, sehingga
pertanyaan keterampilan berpikir kritis dalam pemahaman konsep dilihat dari aspek
kognitif yaitu menganalisis (C4) dan mengevaluasi (C5).
7. Materi Pembelajaran hukum ohm
Penerapan Hukum Ohm dalam kehidupan sehari-hari misalnya pada penggunaan alat-alat
listrik seperti lampu, kulkas, lampu senter, dan peralatan listrik lainnya dimana
penggunaannya disesuaikan dengan tegangan yang dibutuhkan. Bila alat litrik yang
digunakan diberi tegangan yang lebih kecil dari tegangan yang seharusnya, maka arus akan
mengecil sehingga alat tidak bekerja normal, misalkan itu lampu maka akan redup.

C. PELAKSANAAN/ PENGELOLAANPEMBELAJARAN BERBASIS LABORATORIUM


Pengelolaan itu berakar dari kata “kelola” dan istilah lainnya yaitu “manajemen” yang
artinya ketatalaksanaan, tata pimpinan. Maka disimpulkan pengelolaan itu adalah
pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan atau proses yang
memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan
dan pencapaian tujuan.Pengelolaan dalam pembelajaran diantaranya :
a) Pengelolaan siswa
Siswa merupakan “produsen” artinya siswa sendirilah yang mencari tahu pengetahuan
yang dipelajarinya. Siswa dalam suatu kelas biasanya mermiliki kemampuan yang
beragam, karenanya guru perlu mengatur kapan siswa bekerja perorangan, berpasangan,
berkelompok, siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan sehingga ia dapat
berkonsentrasi membantu yang kurang, dan kapan siswa dikelompokkan secara campuran
sebagai kemampuan sehingga terjadi tutor sebaya. Guru dapat mengatur siswa
berdasarkan situasi yang ada ketika prosses belajar mengajar berlangsung.
b) Pengelolaan Guru
Guru adalah orang yang bertugas membantu murid untuk mendapatkan pengetahuan
sehingga ia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Guru harus dapat
menempatkan diri dan menciptakan suasana yang kondusif, karena fungsi guru disekolah
sebagai “bapak” kedua yang bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan jiwa
anak
c) Pengelolaan Pembelajaran
Pengembangan pembelajaran pendidikan agama islam memerlukan modelmodel
pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan isi dan hasil yang diharapkan.
d) Pengelolaan Lingkungan Kelas
Iklim belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang dapat
memberikan daya tarik tersendiri bagi proses pembelajaran. Berkenaan dengan hal
tersebut, sedikitnya terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan yaitu; ruang belajar,
pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk, penerangan, pemanasan sebelum
masuk ke materi yang akan dipelajari (pembentukan kompetensi), dan bina suasana dalam
pembelajaran.
Adapun tujuan dari pengelolaan atau pelaksanaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
a) Tujuan umum pendidikan, yakni pembentukan manusia pancasila yang
ditetapkan oleh pemerintah biasanya melalui undang-undang.
b) Tujuan institusional, yakni tujuan lembaga pendidikan berupa niat dan
harapan siswa.
c) Tujuan kurikuler, yakni tujuan bidang studi/mata pelajaran
programprogram pendidikan sesuai kurikulum lembaga pendidikan
d) Tujuan instruksional, yakni tujuan proses belajar dan mengajar yaitu tujuan
yang hendak dicapai dalam kegiatan pendidikan sehari-hari.Selain tujuan
adapun fungsi dari pengelolaan atau pelaksanaan pembelajaran.
Fungsi – fungsi dalam pengelolaan pendidikan lahir dari fungsi manajemen yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang bertujuan untuk
melaksanakan kegiatan agar suatu tujuan tercapai dengan efektif dan efisien.Pada
pelaksanaan pembelajaran dilaboratorium, memiliki hal-hal yang terpenting untuk
dilakukan, yaitu:
1) Rencana pembelajaran pratikum
Dalam pembelajaran pratikum diperlukan prosedur yang disusun secara logis dan sesuai
untuk melatih keterampilan, agar tujuan benar-benar dapat tercapai.
2) Metodologi pratikum
Metode pratikum mencakup semua kegiatan yang harus dipelajari dalam pratikum. Siswa
harus melaksanakan tugas-tugas pratikum secara berangsur meningkat dalam kesukaran.
Dengan tugas-tugas tersebut siswa melatih diri. Dalam berlatih siswa akan memerlukan
petunjuk-petunjuk yang heuristik.
3) Penyusunan tugas problema
Suatu tugas pratikum harus mencakup suatu masalah pada tingkat kemampuan siswa, yang
memungkinkan melatih semua keterampilan yang penting dalam pratikum tersebut.
Kemampuan siswa berbeda maka suatu tugas tidak dapat sesuai untuk semua siswa.
Karena itu, para asisten harus menyesuaikannya, misalnya suatu tugas dapat dibuat lebih
mudah atau lebih sukar.
4) Organisasi pratikum
Pratikum harus berhubungan dengan teori yang sudah dipelajari, yang bertujuan untuk
mendalaminya.
5) Bimbingan pada pratikum
Pelaksanaan pratikum organisasi yang baik dan cara bimbingan yang tepat, sehingga siswa
dapat belajar dari kesalahannya. Terutama bimbingan harus diarahkan agar siswa sibuk
secara sadar. Bimbingan hanya akan berjalan baik, bila kelompok siswa tidak terlalu besar.

DAFTAR PUSTAKA
Decaprio, Richard. 2013.Tips Mengelola Laboratorium Sekolah.Yogyakarta: Diva Press.
Hamdani, Anti Damayanti. 2008.Manajemen & Teknik Laboratorium.Yogyakarta: Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Sunan Kallijaga.
Hamidah A, Eka Novita S, Retni S, Budianingsih. (2014). Persepsi Siswa Tentang Kegiatan
Praktikum Biologi Di Laboratorium SMA Negeri SE – Kota Jambi. Jurnal Sainmatika. 8(1).
ISSN 1970-0910

Anda mungkin juga menyukai