Anda di halaman 1dari 54

PERSYARATAN LABORATORIUM KIMIA DAN NON KIMIA

YANG BAIK

Disusun Oleh:
1. Al-SYARIEF ZULHAJ (6)

2. PUTRIANI PARANTEAN (35)

3. RAIHAN ACHMAD HIDAYAT (37)

4. RAODIAH JANNATUL M (38)

5. STENLY AVELINO FERTIMUS (43)

6.SUMAYYAH SYAHIDAH (44)

7. ZAKIA MEGA FIKRAH (49)

SMK SMAK MAKASSAR


TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung
Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas manajemen laboratorium dengan judul “Persyaratan
Laboratorium yang Baik”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Makassar, 22 Juli 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan kemajuan zaman saat ini dalam hal fasilitas pendidikan yang diberikan
pada bidang pendidikan sangat berpengaruh pada pendidikan anak yang sebagian besar
menimba ilmu di sekolah maupun di perguruan tinggi yang ada. Berbagai fasilitas untuk
memenuhi kebutuhan belajar sangat diperhatikan demi kemajuan pendidikan yang ada,
terutama fasilitas tempat pendidikan tersebut seperti labolatorium yang sebagian besar
harus ada pada sekolah maupun perguruan tinggi. Selama ini pengelolaan laboratorium
sekolah belum dapat dilakukan sebagaimana mestinya. Bahkan terkesan ruang
laboratorium yang dibangun tidak berfungsi. Tidak sedikit ruangan yang dibangun bagi
kegaiatan laboratorium sekolah ada yang berubah fungsi. Tentu saja hal tersebut sangat
disayangkan dan merugikan.

Berdasarkan hasil pemantauan Direktorat Pendidikan Menengah Umum dan


Inspektorat Jendral dalam Anonim (2003), Laboratorium yang pemanfaatan dan
pengelolaannya sebagai sumber belajar yang belum optimal atau tidak digunakan
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:

1. Kemampuan dan penguasaan guru terhadap peralatan dan pemanfaatan bahan praktek
masih belum memadai
2. Kurang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas tenaga laboratorium
3. Banyak alat-alat laboratorium dan bahan yang sudah rusak yang belum diadakan
kembali
4. Tidak cukupnya/terbatasnya alat-alat dan bahan mengakibatkan tidak setiap siswa
mendapat kesempatan belajar untuk mengadakan eksperimen.

Laboratorium sebagai tempat pengujian sampel harus terdapat berbagai


instrumen yang memadai, baik untuk sampel yang tidak berbahaya maupun tidak
berbahaya. Termasuk di dalamnya informasi tentang pengoperasian berbagai macam
instrumen tersebut, sehingga hasil pengujian yang diperoleh akurat, dapat
dipertanggungjawabkandan tidak membahayakan penguji (Madbardo,2010). Oleh karena
itu, diperlukan suatu aturan yang mengelola seluruh kegiatan di laboratorium yang pada
saat ini biasa disebut dengan GLP (Good Laboratory Practices).

Selain itu, sebuah laboratorium juga harus memenuhi suatu standar yang telah
ditetapkan. Misalnya standar prosedur yang dijelaskan dalam Assosiation of Official
Analytical Chemists (AOAC) di International Standards Organiszation (ISO) serta
standar dari berbagai orgnanisasi standarisasi nasional. Di Indonesia, standar pengujian
diatur oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN), yaitu melalui Standar Nasional
Indonesia (SNI).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian laboraturium?
2. Apa fungsi laboraturium dalam pembelajaran?
3. Bagaimana syarat-syarat laboraturium yang baik?

C. Tujuan
1. Memahami pengertian laboraturium
2. Mengetahui dan memahami fungsi laboraturium dalam pembelajaran
3. Mengetahui dan memahami syarat-syarat laboraturium yang baik

D. Manfaat
1. Dapat memahami pengertian laboraturium
2. Dapat memahami secara mendalam fungsi, serta syarat laboraturium yang baik
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertiam Laboratorium
Kata ”laboratorium” adalah kata latin yang berarti ”tempat bekerja”. Dalam
perkembangannya, kata ”laboratorium” mempertahankan arti aslinya, yaitu ”tempat
bekerja”, tetapi khusus untuk keperluan penelitian ilmiah. Ketika sains dan teknologi
berkembang pesat dsn menjadi salah satu mata pelajaran penting dalam kurikulum di
banyak sekolah di Eropa, termasuk negeri Belanda, banyak pendidik/pengajar sains
merasa perlu mengadakan ruang siswa melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan sains. Sebab, para pendidik itu berpandangan bahwa sains adalah suatu ilmu
empiris, yaitu ilmu yang didasari atas pengamatan dan eksperimaentasi (percobaan)
adalah bagian integral pendidikan sains. Laboratorium yang digunakan untuk kegiatan
ini disebut laboratorium sains sekolah (school science laboratory). (Nyoman Kertiasa,
2006: 1)
Laboratorium sering diartikan sebagai suatu ruang atau tempat untuk melakukan
percobaan atau penelitian. Ruang yang dimaksud dapat berupa gedung yang dibatasi
oleh dinding dan atap atau alam terbuka misalnya kebun botani. Pada konteks proses
belajar mengajar sains di sekolah-sekolah seringkali istilah laboratorium diartikan
dalam pengertian sempit yaitu suatu ruangan yang didalamnya terdapat sejumlah alat-
alat dan bahan praktikum. (Koesmadji Wirjosoemanto dkk, 2004: 40)
Konsorsium Ilmu Pendidikan merumuskan definisi operasional Laboratorium
(dan studio) sebagai berikut : Laboratorium (dan studio) adalah prasarana, sarana, dan
mekanisme kerja yang : (a) Menunjang secara unik satu atau lebih Dharma Perguruan
Tinggi melalui pengalaman langsung dalam membentuk keterampilam, pemahaman
dan wawasan dalam pendidikan dan pengajaran serta dalam pengembangan ilmu dan
teknilogi, dan pengabdian pada masyarakat. (b) Faktor-faktor serta aspek-aspeknya
pada dasarnya dapat dikendalikan oleh pengajar.
Dari definisi operasional tersebut jelas bahwa laboratorium merupakan
perangkat kelengkapan akademik, disamping buku dan media lain yang dapat
digunakan sebagai kelengkapan kegiatan akademik di luar laboratorium dan studio,
seperti seminar, diskusi kelompok, panel dan panel forum, debat, dan sebagainya.
Definisi operasional itu juga menunjukan bahwa laboratorium tidak hanya berupa
sebagai tempat untuk melakukan kegiatan, tetapi termasuk juga personil dengan
kualifikasi yang meluputi keahlian, keterampilan, serta wawasan yang luas yang
menjankau hari depan dan kemampuan mengadakan transaksi sosial yang tinggi. Di
samping kualifikasi akademik, jumlah laboratorium yang memadai merupakan
tuntutan agar laboratorium berfungsi sebagaimana yang didefinisikan oleh
konsorsium Ilmu Pendidikan. (Moh. Amien, 1988)
Kurikulum 1975 SMTP dan SMTA memiliki prinsip bahwa teori dan kegiatan
laboratorium merupakan kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dipisahkan-pisahkan,
sehingga tidak akan salah kiranya, kalau dikatana disini, bahwa laboratorium sebagai
tempat penunjang kegiatan kelas. Atau sebaliknya kegiatan kelas sebagai penunjang
kegiatan laboratorium. Hal itu tergantung dari strategi yang bagaimana yang diambil
oleh guru dalam menyampaikan bahan pelajaran. Disamping itu laboratorium juga
dapat berfungsi sebagai tempat pameran (display), sebagai musium kecil, tempat
menyimpan benda-benda/alat-alat ”tua”, manuskrip atau spesimen-spesimen yang
sudah tergolong ”tua”. (Sarosa Purwadi dan R. L Tobing, 1981: 12)

B. Fungsi atau peranan laboratorium dalam pembelajaran


Laboratorium memiliki peran sebagai tempat dilakukannya percobaan atau
penelitian. Di dalam pembelajaran sains, laboratorium berperan sebagai tempat
kegiatan penunjang dari kegiatan kelas. Bahkan mungkin sebaliknya bahwa yang
berperan utama dalam pembelajaran sains adalah laboratorium, sedangkan kelas
sebagai tempat kegiatan penunjang. Fungsi lain dari laboratorium adalah sebagai
tempat display atau pemeran. (Koesmadji Wirjosoemanto dkk, 2004: 43)
Fungsi laboratorium sains sekolah (untuk selanjutnya akan disebut
“laboratorium sekolah”) dalam pembelajaran sains bergantung pada pandangan guru
yang bersangkutan terhadap sains dan belajar (learning).
Mengenai belajar dan mengajar pun dapat dibedakan dua pandangan.
Pandangan yang satu ialah memandang bahwa mengajar adalah “memberi pelajaran”
kepada siswa. Ilmu seakan-akan dituangkan ke pikiran siswa. Siswa menerima dan
menyimpan ilmu itu menjadi miliknya. Pendangan seperti ini disebut pandangan
tradisional. Laboratorium sekolah yang difungsikan berdasarkan pandangan ini
disebut laboratorium tradisional. Pendangan yang lain ialah bahwa mengajar itu
“membantu siswa” dalam belajar. Yang belajar adalah siswa. Guru tidak dapat belajar
untuknya. Siswa sendiri yang membangun (mengkonstruksi) ilmu dari masukan
(stimulus) yang menjadi perhatiannya. Konstruksinya didasari atas konstruksi yang
sudah ada. Pandangan ini dapat disebut pandangan modern, yang belakangan ini
berkembang menjadi pandangan konstruktivisme. Secara singkat, penganut
pandangan konstruktivisme berteori bahwa “knowledge is not a copy of reality. To
know an object, to know an event, is not simply to look at it and make a mental copy,
or image, of it. To know an object is to act on it. To know is to modify, to transform
the object and to understand the process of this transformation” (Jean Piaget dalam
Doris A dalam Nyoman Kertiasa, 2006). Laboratorium sekolah yang difungsikan
berdasarkan pandangan ini dapat disebut laboratorium non-tradisional, atau moderen.
1. Fungsi Laboratorium tradisional
Pada laboratorium tradisional dilakukan kegiatan di dalam laboratorium, yang
dahulu dikenal dengan nama “praktikum”. Yang disebut praktikum biasanya adalah
kegiatan laboratorium yang dilakukan pada jam khusus, tidak terintegrasi dengan
pelajaran sains. Pada umumnya kegiatan laboratorium merupakan penerapan “teori”
yang sudah dibahas dalam kelas sebelum melakukan percobaan di laboratorium.
2. Fungsi Laboratorium Non-tradisional
Pada laboratorium non-tradisional, kegiatan laboratorium merupakan bagian
terintegrasi pada kegiatan belajar sains. Setiap pelajaran sains, berupa percobaan atau
bukan percobaan, berlangsung di ruang laboratorium. Di dalam ruang laboratorium
dapat berlangsung pemberian informasi oleh guru (guru “menerangkan”), dapat
diloakukan percobaan oleh siswa, percobaan demonstrasi oleh guru atau oleh siswa,
diskusi dalam kelompok kecil, dan diskusi kelas dibimbing guru. Oleh karena itu,
ruang laboratorium non-tradisional haruslah ruang yang bersifat luwes (flexible).
Maksudnya, tata letak perabot ruang mudah diubah-ubah sehingga berbagai jenis
kegiatan yang disebut diatas dapat dilakukan di dalam ruang itu juga.
Menurut Sukarso (2005), secara garis besar laboratorium dalam proses
pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan keterampilan intelektual melalui
kegiatan pengamatan, pencatatan dan pengkaji gejala-gejala alam.
2. Mengembangkan keterampilan motorik siswa. Siswa akan bertambah
keterampilannya dalam mempergunakan alat-alat media yang tersedia untuk mencari
dan menemukan kebenaran.
3. Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran ilmiah
dari sesuatu objek dalam lingkungn alam dan sosial.
4. Memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah seseorang calon
ilmuan.
5. Membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan dan pengetahuan atau
penemuan yang diperolehnya.
Lebih jauh dijelaskan dalam Anonim (2003), bahwa fungsi dari laboratorium
adalah sebagai berikut :
1. Laboratorium sebagai sumber belajar
Tujuan pembelajaran fisika dengan banyak variasi dapat digali, diungkapkan, dan
dikembangkan dari laboratorium. Laboratorium sebagai sumber untuk memecahkan
masalah atau melakukan percobaan. Berbagai masalah yang berkaitan dengan tujuan
pembelajaran terdiri dari 3 ranah yakni: ranah pengetahuan, ranah sikap, dan ranah
keterampilan/afektif.
2. Laboratorium sebagai metode pembelajaran
Di dalam laboratorium terdapat dua metode dalam pembelajaran yakni metode
percobaan dan metode pengamatan
3. Laboratorium sebagai prasarana pendidikan
Laboratorium sebagai prasarana pendidikan atau wadah proses pembelajaran.
Laboratorium terdiri dari ruang yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan
dengan bermacam-macam kondisi yang dapat dikendalikan, khususnya peralatan
untuk melakukan percobaan.
C. Syarat-syarat laboratorium

Maksud dan tujuan dari seluruh kegiatan laboratorium adalah menghasilkan


produk uji. Produk uji dapat dipertanggungjawabkan apabila mempunyai akurasi atau
ketepatan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Untuk mendapatkan ini
semua diperlukan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Sifat persyaratan
dapat digolongkan sesuai dengan sifat interaksi antara sebab dan akibat dan hal ini
dapat dipakai sebagai dasar penilaian suatu laboratorium (akreditasi). Persyaratan
mutlak yang harus dipenuhi dan tidak dapat dikompensasi oleh hal lain, misalnya
kelayakan bahan, peralatan atau sejenis. Uraian di bawah ini merupakan persyaratan
untuk laboratorium yang baik.
Laboratorium yang akan dijelaskan syarat-syaratnya terbagi dua yaitu
laboratorium kimia dan laboratorium non kimia (mikrobiologi) :

1. Laboratorium Kimia
1.Personil (Sumber Daya Manusia)
Ketentuan penting yang meliputi sumber daya manusia yang berkaitan dengan
aktivitas laboratorium adalah sebagai berikut :

 Jumlah personil harus disesuaikan dengan aktivitas yang ada


(jumlah memadai).

 Personil yang terlibat dalam aktivitas khususnya bidang teknis


harus sehat, cacat fisik sebaiknya dihindari.

 Pendidikan formal, pelatihan yang pernah diikuti serta


pengalaman kerja dalam berlaboratorium.

 Pengklasifikasian dan penempatan personil disesuaikan dengan


tugas yang diemban. Latar belakang (pendidikan, pelatihan,
pengalaman) disesuaikan dengan aktivitas sehari-hari.

 Setiap personil harus memiliki uraian tugas yang jelas.


 Personil harus selalu aktif menambah pengetahuan yang terkait
melalui pelatihan internal maupun eksternal.

 Bentuk pengalaman maupun pelatihan yang pernah diikuti


harus terdokumentasi dan diinformasikan kepada personil lain
(bentuk pelatihan internal).
 Integritas personil (analis) tidak boleh terpengaruh oleh
sesuatu yang dapat mempengaruhi hasil uji yang dikeluarkan.
Kolusi dalam bentuk apapun dan dengan siapapun tidak
dibenarkan.

 Laboratorium harus mempunyai program dalam rangka


peningkatan kemampuan, pengetahuan serta ketrampilan analis
secara berkesinambungan.

2. Lokasi dan Lingkungan


Yang perlu diperhatikan untuk lokasi laboratorium analisa adalah :

 Terletak di tempat yang tidak tercemar dengan


memperhatikan persyaratan Amdal.

 Bila masih memungkinkan, maka letak ideal untuk


membangun laboratorium adalah dengan arah “utara-
selatan”. Letak demikian erat hubungannya dengan
banyaknya sinar matahari yang masuk dan berkaitan
dengan pemasangan jendela atau jumlah jendela yang
diperlukan.

 Dapat menciptakan suasana aman dan tenang dalam


bekerja.

 Lokasi bukan penghambat dalam pemenuhan


kebutuhan laboratorium.

 Jauh dari sumber getaran seperti rel kereta api atau


jalan yang dilewati kendaraan berat.

 Lokasi yang suplai listriknya memiliki fluktuasi voltase


cukup tinggi harus diantisipasi dengan baik.

 tidak terletak pada arah angin yang menuju bangunan


lain atau pemukiman. hal ini dimaksudkan untuk
menghindari penyebaran gas-gas berbahaya.

 Lokasi laboratorium harus mudah dijangkau untuk


pengontrolan dan memudahkan tindakan lainnya
misalnya apabila terjadi kebakaran,

 Saluran pembuangan.Maksudnya adalah penataan


laboratorium harus memperhatikan apakah saluran
pembuangan baik yang berasal dari ruang/gedung
laboratorium maupun dari luar.Saluran pembuangan
adalah saluran untuk membuang sisa-sisa dari bahan-
bahan yang sudah diolah dan diproses seperti sisa
sampah,sisa pembakaran mesin dan limbah pabrik
 Jarak dari gedung lain.Pertimbangan jarak jauh dan
dekat didasarkan pada urgensi dari gedung lain karena
dapat menganggu aktivitass disana.

 Mudah dikontrol.Ruang laboratorium yang baik


seharusnya mudah dikontrol baik oleh manajer
laboratorium,pengawas maupun yang lainnya.

 Luas ruangan per personel.Ruang laboratorium perlu


didesign sesuai dengan daya tampungnya yang
diinginkan.Setiap individu ingin bebas bergerak dan
leleuasa melakukan kegiatan di laboratorium.

 Terdapat ventilasi yang terbuka lebar dan mengarah


keluar.Ventilasi berperan penting untuk menghilangkan
rasa gerah atau penat serta untuk menetralisir suara
yang ada di dalamnya.

 Lantai rata dan tidak licin.Lantai laboratorium harus


rata dan licin agar tidak menganggu aktivitas di
laboratorium.

3. Bangunan dan Fasilitas


 Bangunan yang dipergunakan untuk laboratorium,
peruntukannya hanya untuk kegiatan laboratorium, tidak
diperkenankan difungsikan untuk kegiatan lain.

 Bentuk bangunan adalah permanen.

 Dekat dengan penyediaan air bersih dan listrik.

 Untuk mempermudah komunikasi, laboratorium sebaiknya


dilengkapi dengan telepon.

 Bahan bangunan disesuaikan dengan jenis aktivitas


laboratorium, bahan bangunan tidak boleh berubah bentuk atau
rusak karena bahan kimia atau aktivitas.

 Untuk menghindari kelembaban, dinding harus dilapisi oleh


bahan anti lembab (porselin) sedangkan sisanya dicat dengan
warna terang dan tahan air (cat kolam).

 Intensitas cahaya, sirkulasi udara, luas dan tinggi bangunan,


lantai dll, disesuaikan dengan jenis aktivitas laboratorium,
misalnya laboratorium mikrobiologi dengan kimia, fasilitas
bangunan yang diperlukan berbeda.

 Ruangan yang digunakan untuk aktivitas laboratorium yang


tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung sebaiknya
menghadap ke utara atau kaca yang ada dilapisi dengan kaca
film.

 Lantai/dinding dll. terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan


(keramik) dan tahan bahan kimia.
 Ruangan yang menggunakan alat optik/elektronik harus
dilengkapi dengan Air Condition (AC).

 Laboratorium harus diperlengkapi dengan alat pengendali iklim


dan ventilasi. Suhu dan kelembaban dalam laboratorium harus
tetap dijaga sesuai dengan batas nilai yang diperlukan oleh
setiap alat untuk melakukan uji dan spesifikasi operasional alat
yang disebutkan oleh pabrikan suhu 20-25 ºC dan kelembaban
relative 35-50% (tergantung atas wilayah geografisnya).

 Ventilasi exhaust dinyalakan selama 24 jam penuh terutama


untuk ruang yang dipergunakan untuk menguji bahan-bahan
kimiawi atau ruang persediaan bahan kimia. Namun lubang
pasokan udara untuk alir udara tidak boleh lebih dari 50 feet per
menit (FPM). Dan tidak boleh ada daur ulang udara di dalam
laboratorium.

 Dilengkapi dengan tempat pengolahan limbah yaitu limbah


infeksius dan limbah non infeksius.

 Instalasi Listrik.
 Mampu memberikan penerangan di semua ruangan
laboratorium yaitu ruang guru,ruang praktikum,ruang
persiapan,ruang penyimpanan dan gudang.
 Memfasilitasi proses pembelajaran di laboratorium yaitu
demonstrasi eksperimen dan penelitian atau penggunaan
OHP,LCD,dan amplifier
 Memfasilitasi pekerjaan administrasi laboratorium yaitu
untuk pemasangan mesin tik atau komputer
 Komponen instalasi listrik laboratorium dapat terdiri
dari jaringan kabel,sikring,lampu saklar dan stop
kontak.Lebih baik kalo dilengkapi dengan stabiliser.
 Jaringan instalasi listrik di laboratorium dapat dipasang
pada langit-langit ruangan,dinding ruangan,lantai,meja
praktikum,meja demonstrasi dan meja persiapan.
 Instalasi Air
 Kebutuhan instalasi air di laboratorium adalah
untuk keperluan proses pembelajaran yaitu
eksperimen dan demonstrasi,merawat dan
memelihara alat alat laboratorium yang dapat
dibersihkan dengan air dan mencuci tangan.
 Komponen instalasi air terdiri dari saluran air
bersih dari sumbernya kedalam
laboratorium,saluran air buangan(limbah),dan
bak cuci lengkap dengan keran airnya.
 Bak cuci dapat dipasang di bagian ruangan yang
memerlukan,namun hendaknya jauh dari alat-
alat yang tidak tahan dengan kelembaban dan
dari stop kontak listrik.Biasanya bak cuci
dipasang di ruang guru,di bagian pinggir ruang
praktikum,di dekat meja demonstrasi dan dapat
juga di dekat meja praktkum.

 Mebelair
Perlengkapan yang berupa mebelair harus diperhatikan
ukuran dan kualitassnya.Misalnya,untuk meja perlu
diperhatikan ketinggiannya.Umumnya meja
siswa/mahasiswa ukuran tingginya 70-75 cm.Meja
guru/dosen harus lebih tinggi dari meja siswa agar
sewaktu demonstrasi dapat terlihat sampai ke meja
siswa yang paling belakang.Meja samping yang biasa
dipakai untuk menimpan alat-alat yang menetap
umumnya terbuat dari cor beton.Namun demikian
dapat juga meja samping tersebut terbuat dari bahan
kayu keras.Bagian bawah meja dapat dijadikan sebagai
lemari.
4. Tata Ruang

 Ruang untuk kegiatan pembelajaran dan praktikum.


Ruangan ini berisi perlengkapan laboratorium seperti meja,
kursi, lemari dan rak. Luas ruangan ini minimal 2,5 m2 untuk
setiap siswa. Jadi sebuah ruangan untuk kegiatan belajar
mengajar yang harus menampung sebanyak 40 orang siswa
diperlukan luas lantai 40 x 2,5 m2 = 100 m2. Ruangan itu
dapat berbentuk persegi panjang, misalnya 8 x 13 m2 atau 9 x
11 m2. Bentuk ruang yang sempit dan memanjang memiliki
kelemahan, karena jarak antara guru dan siswa dibelakang
menjadi jauh

 Ruang persiapan
Ruangan ini diperuntukan bagi guru dan petugas laboratorium
yang lain (laboran) melakukan persiapan sebelumnya, agar
kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar. Untuk
laboratorium yang mempunyai luas 100 m2, sebaiknya
memiliki ruang persiapan dengan luas lantai
sekurangkurangnya 20 m2. Dengan adanya ruang persiapan
ini, maka untuk mempersiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan pada kegiatan yang akan datang dapat berlangsung
tanpa mengganggu kegiatan yang sedang berlangsung pada
ruang belajar-mengajar.

 Ruang gudang
Ruang ini khusus untuk menyimpan alat dan bahan yang akan
digunakan. Untuk ruang gedung ini juga diperlukan luas lantai
minimal 5 x 4 m2 = 20 m2 , agar dapat menyimpan lemari
untuk bahan / zat kimia dan lemari lain untuk menyimpan
alat-alat yang tidak boleh dicampur dengan zat kimia, serta
rak-rak untuk menyimpan benda / alat lainnya.

 Ruang gelap
Ruang ini digunakan untuk kegiatan yang memang harus tidak
boleh cahaya luar masuk kedalamnya. Misalnya percobaan-
percobaan dengan lensa, cermin dan cahaya. Juga digunakan
pemrosesan foto. Untuk pemrosesan foto diperlukan ruang
yang mempunyai lebar sekurangkurangnya 2,5 m, agar dua
siswa dapat bekerja bebas dikedua sisi bak cuci. Demikian
pula diperlukan ruang yang sama luas untuk
percobaanpercobaan dengan cahaya.

 Ruang timbang
Ruang ini khusus untuk menempatkan berbagai neraca,
terutama neraca halus (analitis) yang memang memiliki
ketelitian yang tinggi. Biasanya dilengkapi dengan meja
timbang yang permanen (meja beton). Tujuan digunakan meja
timbang yang permanen ialah untuk menjaga agar pada saat
menimbang meja tidak goyang. Gerakan meja tempat alat
timbang pada saat timbangan dipakai sangat mempengaruhi
hasil penimbangan. Neraca jangan disimpan didalam ruangan
yang digunakan untuk menyimpan zat kimia, kecuali alat
timbang/neraca yang kasar. Karena jika neraca halus itu
disimpan dalam ruang kegiatan belajarmengajar
(laboratorium) akan cepat kotor dan berkarat, sehingga tidak
sempurna kerjanya. Dengan demikian hendaknya ruang
timbang tidak terbuka langsung dengan laboratorium.

 Ruangan harus memiliki jendela,pintu dan lantai.Pintu


laboratorium harus dibuka lebar agar mudah memasukkan
perabot dan pintu juga harus ada dua yaitu pintu masuk dan
pintu darurat,pintu ini digunakan untuk jalan lain apabila ada
kecelakaan yaitu kebakaran atau dll.Jendela dan ventilasi
harus terbuka keluar agar tidak menganggu kegiatan di dalam
laboratorium.Lantai harus rata dan licin agar tidak mudah
terbakar.
4. Peralatan dan Penyimpanan
Peralatan Laboratorium dibagi 3 kategori :
 Peralatan kategori 3 adalah alat yang cara pengoperasian dan
perawatannya sulit, risiko penggunaan tinggi, akurasi/
kecermatan pengukurannya tinggi, serta sistem kerja rumit yang
pengoperasiannya memerlukan pelatihan khusus/tertentu dan
bersertifikat.
 Peralatan kategori 2 adalah peralatan yang cara pengoperasian
dan perawatannya sedang, risiko penggunaan sedang,
akurasi/kecermatan pengukurannya sedang, serta sistem kerja
yang tidak begitu rumit dan pengoperasiannya memerlukan
pelatihan khusus/tertentu.
 Peralatan kategori 1 adalah peralatan yang cara pengoperasian
dan perawatannya mudah, risiko penggunaan rendah, akurasi/
kecermatan pengukurannya rendah, serta sistem kerja
sederhana, pengoperasiannya cukup dengan menggunakan
panduan, (Permenpan RB No. 03, 2010).
Setiap alat yang akan dioperasikan harus dalam kondisi yang baik yaitu
dengan syarat:
a. Siap untuk dipakai (ready for use)
b. Bersih
c. Berfungsi dengan baik
d. Terkalibrasi
Peralatan digunakan untuk melakukan suatu kegiatan pendidikan, penelitian,
pelayanan masyarakat atau studi tertentu. Karenanya alatalat ini harus selalu
siap pakai, agar sewaktuwaktu dapat digunakan. Peralatan laboratoium
sebaiknya dikelompokkan berdasarkan penggunaanya. Perawatan alat secara
rutin dapat dilakukan dengan :
 Sebelum alat digunakan hendaknya diperiksa dulu kelengkapannya.
 Harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
 Setelah selesai dipergunakan semua alat harus dibersihkan kembali dan
jangan disimpan dalam keadaan kotor.
 Kelengkapan alat tersebut harus dicek terlebih dahulu sebelum
disimpan.
 Setiap alat yang agak rumit selalu mempunyai buku petunjuk atau
keterangan penggunaan. Maka sebelum alat digunakan hendaknya kita
membaca terlebih dahulu petunjuk penggunaan alat dan petunjuk
pemeliharaan atau perawatannya.
 Setiap alat baru terlebih dahulu diperiksa atau dibaca buku petunjuk
sebelum digunakan.

Pemeliharaan Dan Penyimpanan Alat

 . Alat-alat yang terbuat dari kaca atau dari bahan yang tidak
mudah mengalami korosi : pembersihan dapat dilakukan
dengan menggunakan deterjen. Alat yang terbuat dari Kaca
yang berlemak atau terkena noda yang sulit hilang dengan
deterjen dapat dibersihkan dengan merendamnya di dalam
larutan kalium bikromat 10% dalam asam sulfat pekat. Larutan
ini dibuat dibuat dari 100 gr kalium bikromat dilarutkan ke
dalam 100 ml asam sulfat pekat, lalu dimasukkan ke dalam 1
liter air.
 Alat-alat yang bagian-bagian utamanya terbuat dari logam
mudah mengalami korosi diberi perlindungan dan perlu
diperiksa secara periodik. Alat-alat logam akan lebih aman jika
diletakkan (disimpan) di tempat yang kering, tidak lembab, dan
bebas dari uap yang korosif.
 Untuk alat-alat yang terbuat dari bahan tahan korosi seperti baja
tahan karat (stainless steel) cukup dijaga dengan
menempatkannya di tempat yang tidak terlalu lembab.
 Alat-alat yang terbuat dari karet, lateks, plastik dan silikon,
ditempatkan pada suhu kamar terlindung dari debu dan panas.
 Alat yang terbuat dari kayu dan fiber disimpan pada tempat
yang kering.
 Ruang pemeliharaan / penyimpanan alat seharusnya ber-AC.
 Peralatan yang sering digunakan sebaiknya disimpan
sedemikian hingga mudah diambil dan dikembalikan. Alat-alat
laboratorium kimia sebagian besar terbuat dari gelas. Alat-alat
seperti ini disimpan berkelompok berdasarkan jenis alat, seperti
tabung reaksi, gelas kimia, labu (seperti Erlenmeyer dan labu
didih), corong, buret dan pipet, termometer, cawan porselein,
dan gelas ukur.
 Klem, pinset yang terbuat dari logam, dan instrumen yang
memiliki komponen-komponen dari logam yang sangat halus,
seperti alat-alat ukur yang bekerja menggunakan arus listrik
disimpan di tempat terpisah, jauh dari zat-zat kimia, terutama
zat-zat kimia yang korosif. Alat-alat seperti ini harus disimpan
di tempat yang kering dan bebas dari zat atau uap korosif serta
bebas goncangan.
 Masing-masing tempat penyimpanan alat diberi nama agar
mudah mencari alat yang diperlukan. Pipet dan buret sebaiknya
disimpan dalam keadan berdiri. Oleh karena itu, pipet dan buret
perlu diletakkan pada tempat yang khusus.

Penyimpanan Bahan Habis Pakai


 Ruang pemeliharaan / penyimpanan alat seharusnya
ber-AC.
 Tersedia lemari asam untuk laboratorium yang
menggunakan bahan-bahan kimia
 . Penentuan tempat penyimpanan harus memperhatikan
sifat dan bahan penyusunnya seperti kayu, besi/ logam,
kertas, plastik, kain, karet, tanah liat dan sebagainya.
 Tempat penyimpanan harus aman, dan bebas dari
penyebab kerusakan.
 Cara penyimpanan harus memperhatikan ciri khas atau
jenisnya, misalnya : peralatan disimpan ditempat yang
sesuai, dengan memperhatikan syaratsyarat
penyimpanan.
 Penyimpanan bahan habis pakai, disesuaikan dengan
sifat kimia zat tersebut.
 Bahan-bahan kimia yang berbahaya, (mudah terbakar,
mudah meledak, dan beracun) harus diberi label
peringatan yang tidak mudah lepas.
 Penyimpanan zat kimia perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
 Penyimpanan bahan kimia diatur berdasarkan
tingkat bahayanya dan ditata secara alfabetis.
 Zat/bahan kimia disimpan jauh dari sumber
panas dan ditempat yang tidak langsung terkena
sinar matahari
 Pada label botol diberi catatan tentang tanggal
zat di dalam botol tersebut diterima dan tanggal
botol tersebut pertama kali dibuka. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui tanggal bahan kimia
tersebut kadaluarsa.
 Gunakan lembar data keamanan bahan (MSDS ;
Material Safety Data Sheet) untuk informasi
lebih lengkap mengenai bahan kimia tersebut.
 Jangan menyimpan/meletakkan wadah bahan
kimia yang terbuat dari gelas di lantai .
 Botol berisi bahan kimia harus diambil dan
diangkat dengan cara memegang badan botol dan
bukan pada bagian lehernya.
 Jangan menyimpan bahan kimia pada tempat
yang terlalu tinggi.
 Jangan menyimpan bahan kimia secara
berlebihan di laboratorium/ bengkel kerja.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, beberapa syarat


penyimpanan bahan secara singkat adalah sebagai berikut:

A. Bahan beracun .Syarat penyimpanan:


 Ruangan dingin dan berventilasi
 Jauh dari bahaya kebakaran
 Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
 Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika
tidak sedang dipergunakan
 Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung
tangan

B. Bahan korosif .Syarat penyimpanan:


 Ruangan dingin dan berventilasi
 Wadah tertutup dan beretiket
 Dipisahkan dari zat-zat beracun.

C. Bahan mudah terbakar Dibagi menjadi 3 golongan:


1) Cairan yang terbakar di bawah temperatur -4oC, misalnya karbon
disulfida (CS2), eter (C2H5OC2H5), benzena (C5H6, aseton (CH3COCH3).
2) Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -4oC - 21oC, misalnya
etanol (C2H5OH), methanol (CH3OH).
3) Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 21oC – 93,5oC, misalnya
kerosin (minyak lampu), terpentin, naftalena, minyak baker.
Syarat penyimpanan:
 Temperatur dingin dan berventilasi
 Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan
bara.
 Tersedia alat pemadam kebakaran

.D. Bahan reaktif terhadap Asam .Syarat penyimpanan:

 Ruangan dingin dan berventilasi


 Jauhkan dari sumber api, panas, dan asam
 Ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan
terbentuk kantongkantong hidrogen
 Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan,
pakaian kerja
H. Gas bertekanan. Syarat penyimpanan:

 Disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat


 Ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari
 Jauh dari api dan panas
 Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan


adalah lamanya waktu penyimpanan untuk zat-zat tertentu.

5. Peralatan Keselamatan Labotorium

 Pembasuh mata. Pembasuh mata (eye wash) berfungsi membasuh mata


yang terkena cairan kimia.
Cara kerjanya, basuh mata Anda dengan air yang mengalir dari alat itu
untuk beberapa saat. Saat membasuh, pastikan tangan Anda bersih
sehingga tidak mengganggu mata Anda.
 Fire blanket
Cairan kimia yang tumpah bisa saja menghasilkan api. Untuk
memadamkannya, Anda bisa menggunakan selimut api (fire blanket).
 Pastikan Anda menggunakan kaos tangan saat menggunakan atau
membersihkan alat tersebut.

 Safety shower
Apa yang harus dilakukan jika badan Anda terkena tumpahan cairan kimia
dengan jumlah relatif banyak? Segeralah menuju safety shower dan guyur
badan Anda dengan air dari alat tersebut.
Ini untuk membersihkan badan Anda dari larutan kimia sehingga badan
Anda terhindar dari cedera parah.

 Spill neutralizers
Meskipun sudah berkerja dengan hati-hati, terkadang larutan kimia
tumpah ke lantai. Jika ini terjadi, spill neutralizers digunakan untuk
menetralkan cairan kimia tumpah tersebut.
Perlengkapan keselematan laboratorium ini dilengkapi material asam dan
basa. Sebagai contoh, bila cairan yang tumpah itu asam, gunakan material
basa untuk menetralkannya.

 First aid kits


Kotak obat untuk pertolongan pertama (first aid kits) berguna bila terjadi
kecelakaan ringan, misalnya tangan tergores oleh suatu benda tajam.
Kotak ini biasanya berisi obat luka, gunting, perban, dan alkohol.

 Alat pemadam api


Alat pemadam api ringan (fire extinguishers) berguna untuk memadamkan
api ringan yang terjadi karena kecelakaan kerja atau sumber lain.
Sebagai contoh, Anda sedang menggunakan tanur dan tiba-tiba tanur itu
mengeluarkan api, cepatlah gunakan pemadam api untuk
memadamkannya. Dengan demikian, api tidak merembet ke mana-mana.
Setelah api padam, segera hubungi bagian keamanan atau bagian
pemadam kebakaran di perusahaan Anda untuk menginvestigasi lebih
lanjut.

 Pintu keluar darurat


Laboratorium sebaiknya dilengkapi juga dengan pintu keluar untuk
mengantisipasi keadaan darurat, misalnya gempa bumi dan kebakaran.
Pintu ini khusus untuk digunakan untuk keadaan darurat saja dan tidak
boleh digunakan untuk keperluan umum. Oleh karena itu, pintu tersebut
biasanya didesain untuk tidak bisa dibuka dari luar laboratorium.
Selain itu, pintu tersebut dilengkapi juga dengan alarm sehingga bila
dibuka akan menghasilkan bunyi khusus.
Bunyi ini terintegrasi dengan bagian keamanan sehingga bila semakin
sering dibuka, pihak keamanan akan memeriksa keadaan di sekitar pintu
tersebut.

 Ruang asam
Ruang asam (fume hood) digunakan untuk mengambil larutan kimia yang
memiliki gas berbahaya (aseton, asam sulfat, asam klorida, dan
sebagainya) atau mereaksikan larutan-larutan tersebut.
Ruangan khusus ini dilengkapi dengan penghisap sehingga gas berbahaya
yang dikeluarkan larutan kimia akan dihisap dan dinetralkan sebelum
dibuang ke lingkungan.

6. Perlengkapan Perlindungan Diri

 Jas laboratorium
Jas laboratorium (lab coat) berfungsi melindungi badan dari percikan
bahan kimia berbahaya. Jenisnya ada dua yaitu jas lab sekali pakai dan
jas lab berkali-kali pakai.
Jas lab sekali pakai umumnya digunakan di laboratorium bilogi dan
hewan, sementara jas lab berkali-kali pakai digunakan di laboratorium
kimia.
Jas lab kimia bisa berupa:
 Flame-resistant lab coat – Jas lab yang bahannya dilapisi
material tahan api. Jas lab jenis ini cocok digunakan untuk
mereka yang bekerja dengan peralatan atau bahan yang
mengeluarkan panas, misalnya peleburan sampel tanah,
pembakaran menggunakan tanur bersuhu tinggi, dan reaksi
kimia yang mengeluarkan panas.
 100% cotton lab coat – Ini adalah jas lab yang biasanya
digunakan di laboratorium kimia umum (misalnya lab kimia
pendidikan). Jas lab ini diperkirakan memiliki umur pakai
sekitar satu sampai dua tahun. Setelah melewati waktu pakai
terebut, jas ini rentan rusak karena pengaruh bahan kimia
asam.
 Synthetic/cotton blends – Jas lab ini bisa terbuat dari 100%
poliester atau campuran poliester/cotton. Seperti halnya cotton
lab coat, jas lab ini digunakan di laboratorium kimia umum.

 Kaca mata keselamatan


Percikan larutan kimia atau panas dapat membahayakan mata orang yang
bekerja di laboratorium.
Oleh karena itu, mereka harus menggunakan kaca mata khusus yang
tahan terhadap potensi bahaya kimia dan panas. Kaca mata tersebut
terbagi menjadi 2 jenis, yaitu clear safety glasses dan clear safety
goggles.
Clear safety glasses merupakan kaca mata keselamatan biasa yang
digunakan untuk melindungi mata dari percikan larutan kimia atau debu.
Sementara itu, clear safety goggles digunakan untuk melindungi mata
dari percikan bahan kimia atau reaksi kimia berbahaya.
Peralatan pelindung mata ini terdiri dari tiga tipe, yaitu:
Direct vented goggles – Umumnya digunakan untuk melindungi mata
dari debu, namun tidak cocok untuk melindungi mata dari percikan atau
uap bahan kimia.
Indirect vented goggles – Cocok digunakan untuk melindungi mata
dari kilauan cahaya dan debu, namun tidak cocok untuk melindungi
mata dari percikan bahan kimia.
Non-vented goggles – Baik digunakan untuk melindungi mata dari
debu, uap, dan percikan bahan kimia. Selai itu, kaca mata ini juga bisa
digunakan untuk melindungi mata dari gas berbahaya.

 Sepatu keselamatan
Sandal atau sepatu sandal dilarang digunakan ketika Anda bekerja di
laboratorium. Mengapa? Karena keduanya tidak bisa melindungi kaki
Anda ketika larutan atau bahan kimia yang tumpah.Sepatu biasa
umumnya sudah cukup untuk digunakan sebagai pelindung. Namun, di
laboratorium perusahaan besar, sepatu yang digunakan adalah sepatu
keselamatan yang tahan api dan tekanan tertentu.
Selain itu, terkadang disediakan juga plastik alas sepatu untuk menjaga
kebersihan laboratorium jika sepatu tersebut digunakan untuk keluar
dari laboratorium.
 Pelindung muka
Seperti namanya, pelindung muka (face shield) digunakan untuk
melindungi muka Anda dari panas, api, dan percikan material
panas
Alat ini biasa digunakan saat mengambil alat laboratorium yang
dipanaskan di tanur suhu tinggi, melebur sampel tanah di alat
peleburan skala lab, dan mengambil peralatan yang dipanaskan
dengan autoclave.

 Masker gas
Bahan kimia atau reaksi kimia yang dihasilkan bisa
mengeluarkan gas berbahaya. Oleh karena itu, masker gas sangat
cocok digunakan oleh Anda sehingga gas berbahaya tersebut
tidak terhirup.
Dilihat dari jenisnya, masker gas bisa berupa masker gas biasa
yang terbuat dari kain dan masker gas khusus yang dilengkapi
material penghisap gas.
Masker gas biasa umumnya digunakan untuk keperluan umum,
misalnya membuat larutan standar.
Sementara itu, masker gas khusus digunakan saat menggunakan
larutan atau bahan kimia yang memiliki gas berbahaya, misalnya
asam klorida, asam sulfat, dan asam sulfida.

 Kaos tangan
Kaos tangan (glove) melindungi tangan Anda dari ceceran
larutan kimia yang bisa membuat kulit Anda gatal atau melepuh.
Macam-macam kaos tangan yang digunakan di lab biasanya
terbuat dari karet alam, nitril, dan neoprena.
Terkait kaos tangan yang terbuat dari karet alam, ada yang
dilengkapi dengan serbuk khusus dan tanpa serbuk. Serbuk itu
umumnya terbuat dari tepung kanji dan berfungsi untuk
melumasi kaos tangan agar mudah digunakan.

 Pelindung telinga
Alat pelindung diri yang terakhir adalah pelindung telinga (hear
protector). Alat ini lazim digunakan untuk melindungi teringa
dari bising yang dikeluarkan perlatatan
tertentu.Misalnya autoclave, penghalus sample tanah (crusher),
sonikator, dan pencuci alat-alat gelas yang menggunakan
ultrasonik.

 Memiliki kotak P3K yang berisi :

1. Kain kasa steril

2. Pembalut dari berbagai ukuran

3. Kapas

4. Alat pencuci mata

5. Gunting

6. Peniti

7. Betadin

8. Obat gosok

9. Natrium Hidrogenkarbonat (NaHCO3 1% )

10. Asam cuka 1%

11. Salep livertran

12. Salep Boor


DENAH LABORATORIUM KIMIA

Keterangan:

B = Papan Tulis

C = Lemari Asam

D = Meja Demonstran

E = Meja praktikan

F = Ruang Persiapan

G = Kotak P3K

H dan I = Tempat penyimpanan alat optik

J = Ruang Administrasi

K = Ruang Penyimpanan Bahan

L = Ruang penyimpanan alat

M = Toilet
Tata Ruang beberapa Laboratorium Kimia
2.Laboratorium Non-Kimia (Mikrobiologi)

1.Personil

Ketentuan penting yang meliputi sumber daya manusia yang berkaitan


dengan aktivitas laboratorium adalah sebagai berikut :

 pengujian mikrobiologi harus dilakukan dan diawasi oleh orang yang


berpengalaman, berkualifikasi dalam mikrobiologi atau setara. Staf
harus memiliki pelatihan dasar mikrobiologi dan pengalaman praktis
yang relevan sebelum diperbolehkan untuk melakukan pekerjaan
yang tercakup dalam ruang lingkup pengujian.

 deskripsi pekerjaan saat ini untuk semua personil yang terlibat dalam
pengujian dan / atau kalibrasi, validasi dan verifikasi harus dipelihara.
Laboratorium juga harus mempertahankan catatan dari semua tenaga
teknis, yang menjelaskan kualifikasi mereka, pelatihan dan
pengalaman.

 Jika laboratorium menyertakan pendapat dan interpretasi hasil tes


dalam laporan, ini harus dilakukan oleh petugas yang berwenang
dengan pengalaman yang sesuai dan pengetahuan yang relevan dari
aplikasi spesifik termasuk, misalnya, persyaratan peraturan dan
teknologi dan kriteria penerimaan.

 Manajemen laboratorium harus memastikan bahwa semua personel


memiliki kompetensi pengujian dan pengoperasian peralatan. Serta
mendapat pelatihan yang memadai,mencakup pelatihan teknik dasar
misalnya analisa metode tuang, menghitung koloni, teknik aseptik,
pembuatan media,membuat serial pengenceran , dan teknik dasar
dalam diidentifikasi, dengan penerimaan ditentukan berdasarkan
kriteria objektif yang relevan. Personil hanya dapat melakukan tes
pada sampel sesuai dengan kompetensinya, atau jika tidak sesuai
mereka melakukannya di bawah pengawasan yang memadai.
Kompetensi harus dipantau secara kontinyu untuk menetukan
pelatihan apa yang diperlukan.

 Personil harus dilatih prosedur yang diperlukan untuk penyimpanan


mikroorganisme dalam fasilitas laboratorium.

 Personil harus dilatih penanganan mikroorganisme yang aman.


2. Lokasi dan Lingkungan

 Tidak terletak pada arah angin yang menuju bangunan lain atau
permukiman, tujuannya untuk menghindari penyebaran gas-gas
berbahaya.

 Bangunan laboratorium jangan terlalu dekat dengan bangunan lain,


tujuannya untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan misalnya
ledakan atau kebakaran.

 Bangunan laboratorium tidak berdekatan dengan sumber air, tujuanya


agar bahan sisa praktikum yang membahayakan tidak mencemari
sumber air tersebut.

 Lokasi laboratorium harus mudah dijangkau, tujuannya untuk


memudahkan dalam pengontrolan dan memudahkan tindakan lainnya
seandainya terjadi kebakaran,supaya mobil pemadam kebakaran dapat
menjangkau lokasi tersebut.

 Terletak di tempat yang tidak tercemar dengan memperhatikan


persyaratan Amdal.

 Dapat menciptakan suasana aman dan tenang dalam bekerja.

 Lokasi bukan penghambat dalam pemenuhan kebutuhan laboratorium.


 Jauh dari sumber getaran seperti rel kereta api atau jalan yang dilewati
kendaraan berat.

 Lokasi yang suplai listriknya memiliki fluktuasi voltase cukup tinggi


harus diantisipasi dengan baik.

 Mudah dikontrol.Ruang laboratorium yang baik seharusnya mudah


dikontrol baik oleh manajer laboratorium,pengawas maupun yang
lainnya.

 Luas ruangan per personel.Ruang laboratorium perlu didesign sesuai


dengan daya tampungnya yang diinginkan.Setiap individu ingin bebas
bergerak dan leleuasa melakukan kegiatan di laboratorium.

 Terdapat ventilasi yang terbuka lebar dan mengarah keluar.Ventilasi


berperan penting untuk menghilangkan rasa gerah atau penat serta
untuk menetralisir suara yang ada di dalamnya.

 Lantai rata dan tidak licin.Lantai laboratorium harus rata dan licin agar
tidak menganggu aktivitas di laboratorium.
3.Bangunan dan Fasilitas

 laboratorium Mikrobiologi dan peralatan pendukung tertentu


(misalnya autoklaf dan peralatan gelas) harus disediakan khusus dan
dipisahkan dari area lain, terutama dari area produksi.

 Mikrobiologi laboratorium harus dirancang agar sesuai dengan


Kegiatan yang akan dilakukan di dalamnya. Harus ada ruang yang
cukup untuk semua kegiatan untuk menghindari mencampur,
kontaminasi dan kontaminasi silang. Harus ada ruang yang cocok
cukup untuk sampel, organisme acuan, media (jika perlu, dengan
pendinginan), pengujian dan catatan. Dikarenakan sifat dari beberapa
bahan (misalnya, media steril terhadap organisme acuan atau budaya
diinkubasi), lokasi penyimpanan terpisah mungkin diperlukan.

 Laboratorium harus tepat dirancang dan harus mempertimbangkan


kesesuaian bahan-bahan konstruksi untuk memungkinkan
pembersihan yang sesuai, desinfeksi dan meminimalkan risiko
kontaminasi.
 Harus ada pasokan udara terpisah ke laboratorium dan area produksi.
Unit penanganan udara terpisah dan ketentuan lainnya, termasuk
kontrol suhu dan kelembaban di mana diperlukan, harus di tempat
untuk laboratorium mikrobiologi. Udara disuplai ke laboratorium
harus berkualitas yang tepat dan seharusnya tidak menjadi sumber
kontaminasi.

 Akses ke laboratorium mikrobiologi harus dibatasi hanya ke petugas


yang berwenang. Personil harus dibuat mengetahui: - Akses yang
sesuai dan prosedur memasuki dan keluar lab;
- Tujuan penggunaan daerah tertentu;
- Pembatasan yang diberlakukan area kerja dalam bidang-bidang
tertentu;
- Alasan untuk menerapkan pembatasan tersebut, dan
- Tingkat isolasi yang layak.

 Kegiatan laboratorium, seperti persiapan sampel, media dan


persiapan peralatan dan penghitungan mikroorganisme, harus
dipisahkan oleh ruang atau setidaknya jeda waktu, sehingga dapat
meminimalkan risiko kontaminasi silang, hasil positif palsu dan hasil
negatif palsu. Dimana daerah non dedicated digunakan, prinsip-
prinsip manajemen risiko harus diterapkan. Pengujian sterilitas harus
selalu dilakukan di tempat khusus.

 Pertimbangan harus diberikan untuk desain sesuai diklasifikasikan.


daerah untuk operasi yang akan dilakukan dalam laboratorium
mikrobiologi. klasifikasi harus didasarkan pada kekritisan produk dan
operasi yang dilaksanakan di daerah. Pengujian sterilitas harus
dilakukan di bawah kelas yang sama seperti yang digunakan untuk
operasi manufaktur steril / aseptik.

 Secara umum, peralatan laboratorium seharusnya tidak rutin


dipindahkan antara daerah kelas kebersihan yang berbeda, untuk
menghindari kontaminasi silang tidak disengaja. Peralatan
laboratorium yang digunakan di laboratorium mikrobiologi tidak
boleh digunakan di luar wilayah mikrobiologi, kecuali ada tindakan
pencegahan khusus di tempat untuk mencegah kontaminasi silang.

 Mempunyai pemadam api yang tepat terhadap bahan kimia


berbahaya yang dipakai.

 Mempunyai kesiapan menghindari panas sejauh mungkin


dengan memakai alat pembakar gas yang terbuka untuk menghindari
bahaya kebakaran.

 Mempunyai bendung talam untuk menahan tumpahan larutan


yang mudah terbakar dan melindungi tempat yang aman dari bahaya
kebakaran.

 Mempunyai dua buah jalan keluar untuk keluar dari kebakaran


dan terpisah sejauh mungkin.

 Mempunyai tempat penyimpanan yang di desain untuk


mengurangi sekecil mungkin risiko oleh bahan-bahan berbahaya
dalam jumlah besar.

 Instalasi Listrik.
 Mampu memberikan penerangan di semua ruangan
laboratorium yaitu ruang guru,ruang praktikum,ruang
persiapan,ruang penyimpanan dan gudang.
 Memfasilitasi proses pembelajaran di laboratorium yaitu
demonstrasi eksperimen dan penelitian atau penggunaan
OHP,LCD,dan amplifier
 Memfasilitasi pekerjaan administrasi laboratorium yaitu
untuk pemasangan mesin tik atau komputer
 Komponen instalasi listrik laboratorium dapat terdiri
dari jaringan kabel,sikring,lampu saklar dan stop
kontak.Lebih baik kalo dilengkapi dengan stabiliser.
 Jaringan instalasi listrik di laboratorium dapat dipasang
pada langit-langit ruangan,dinding ruangan,lantai,meja
praktikum,meja demonstrasi dan meja persiapan.

 Instalasi Air
 Kebutuhan instalasi air di laboratorium adalah
untuk keperluan proses pembelajaran yaitu
eksperimen dan demonstrasi,merawat dan
memelihara alat alat laboratorium yang dapat
dibersihkan dengan air dan mencuci tangan.
 Komponen instalasi air terdiri dari saluran air
bersih dari sumbernya kedalam
laboratorium,saluran air buangan(limbah),dan
bak cuci lengkap dengan keran airnya.
 Bak cuci dapat dipasang di bagian ruangan yang
memerlukan,namun hendaknya jauh dari alat-
alat yang tidak tahan dengan kelembaban dan
dari stop kontak listrik.Biasanya bak cuci
dipasang di ruang guru,di bagian pinggir ruang
praktikum,di dekat meja demonstrasi dan dapat
juga di dekat meja praktkum.

 Mebelair
Perlengkapan yang berupa mebelair harus diperhatikan
ukuran dan kualitassnya.Misalnya,untuk meja perlu
diperhatikan ketinggiannya.Umumnya meja
siswa/mahasiswa ukuran tingginya 70-75 cm.Meja
guru/dosen harus lebih tinggi dari meja siswa agar
sewaktu demonstrasi dapat terlihat sampai ke meja
siswa yang paling belakang.Meja samping yang biasa
dipakai untuk menimpan alat-alat yang menetap
umumnya terbuat dari cor beton.Namun demikian
dapat juga meja samping tersebut terbuat dari bahan
kayu keras.Bagian bawah meja dapat dijadikan sebagai
lemari.

 Desain lampu dan vetilasi,saklar lampu tertutup

 Epoxy pada lantai dan dinding:lem,lantai vinyl tahan


uap panas,epoxy coated concrete slab,mudah
dibersihkan,didesinfeksi.

 Furnitur khusus (stainless steel)

 Atap : bukan asbes,bukan triplek

 Ruang buffer/air lock/transfer zone

 Pass box : mekanisme tutup pintu

 Aliran udara : Positif atau Negatif


 Zoning concept

 Penggunaan AC Central
 Direkomendasikan penggunaannya dengan
dilengkapi lapisang penyaring (HEPA)
 Aliran udara laminer adalah udara yang
mengalir lurus satu arah
 Tanpa dihalangi atau dibelok-belokkan.Aliran
udara ini terus menerus dipertahankan
 Melalui suatu saluran udara laminer yang
mengarahkan udara lurus dari atass ke bawah

 Dilengkapi dengan HEPA filter yang berfungsi sebagai


alat kontrol kontaminasi.HEPA digunakan untuk
menghilangkan partikel dan mikroorganisme dari udara
ke manufaktur/kamar pengisian,tudung aliran laminar.

4. Tata Ruang

1. Ruang Antara
Ruangan ini dibuat untuk mempersiapkan seorang analisis
untuk memasuki ruangan dengan tingkat kebersihan yang maksimal. Di
ruang ini terdapat lemari tempat APD yang harus digunakan untuk
memasuki ruangan berikut atau terdapat lemari atau tempat APD yang
telah digunakan pada ruangan sebelumnya. APD yang telah digunakan
harus ditempatkan sesuai dengan tempatnya masing-masing untuk
memudahkan petugas kebersihan dalam melakukan desinfeksi terhadap
APD yang telah digunakan, jas lab dan penutup kepala (kain) misalnya
masih dapat digunakan kembali dengan cara mencuci menggunakan
detergen anti bakteri dan di uap tekanan tinggi untuk membunuh spora
jamur atau bakteri yang mungkin menempel. Dissposable rubber gloves
(sarung tangan karet sekali pakai) harus dimusnahkan agar tidak terjadi
penggunaan berulang-ulang oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab karena dapat menyebarkan mikroorganisme yang tidak baik yang
mungkin terkandung didalamnya.
2. Ruang Instrumentasi

Bila tidak memungkinkan maka ruang


instrumentasi yang dipergunakan di lab mikrobiologi disatukan
dengan ruang timbang dan ruang alat gelas. Instrumentasi yang
umum yang terdapat dalam laboratorium mukrobiologi adalah :
mikroskop, neraca teknis, colony counter (alat penghitung jumlah
bakteri atau jamur yang setelah dikonversi dapat mengetahui
jumlah bakteri yang mungkin terkandung di dalam suatu produk).
Ruangan ini harus diberi pendingin ruangan untuk menjaga
stabilitas suhu ruangan dan memudahkan proses perawatan alat-
alat instrumentasi didalamnya juga menggunakan dehumidifier.

3. Ruang Steril

Seperti namanya, ruangan ini memiliki tingkat


kebersihan yang paling tinggi karena dalam ruangan ini dilakukan
pekerjaan yang membutuhkan udara dan daerah kerja yang bebas
dari mikroorganisme. Dalam ruang ini berisi Laminar Air flow
(Lemari pengatur aliran udara bersih yang dilengkapi dengan hepa
filter atau penyaring bakteri dengan pori-pori yang sangat rapat).
Suhu ruangan ini diatur rendah dan kelembabannya harus terjaga
sesuai persyaratan dan harus dicek sterilitas udara yang keluar
melalui saringan hepa yang digunakan.
4. Ruang Asam

Ruangan ini berisi lemari asam yang digunakan


untuk mengambil larutan-larutan yang mungkin
menghasilkan uap yang berbahaya untuk kesehatan. Saat
menggunakan bahan-bahan yang berbahaya atau melakukan
pemanasan yang menghasilkan uap berbahaya atau hasil
reaksi yang dapat menimbulkan percikan perlu dikenakan
APD yang sesuai dan dalam ruang asam disediakan alat
pemadam kebakaran dan lemari untuk menempatkan APD
yang sesuai.

5. Ruang Cuci Dan Penyimpanan Alat Gelas

Alat gelas yang digunakan untuk proses analisis


disimpan dalam ruang gelas yang berdekatan dengan ruang
cuci.
6. Ruang Pemeriksaan/Ruang Laboratorium

Penelitian mengenai mikroorganisme dilakukan di suatu


tempat khusus yaitu laboratorium mikrobiologi. Di tempat ini
disediakan segala alat-alat/instrument dan reagent/bahan-bahan kimia
yang mendukung dalam analisis dan identifikasi mikroorganisme.
Berbagai pemeriksaan/uji dapat dilakukan di dalam laboratorium ini,
beberapa diantaranya adalah :
1. Analisis cemaran mikro pada pangan
2. Angka lempeng total (plate count agar)
3. Total Yeast-mold
4. Bakteri bentuk colony (coliform)
5. Most Probable Number (MPN)
6. Bioburden
7. Environmental monitoring
8. Examination of production water
9. Pyrogenicity / endotoxins
10. Test for sterility
11. Identification of microorganisms
12. Evaluation of bioindicators
13. Sterilisation processes
14. Test for antimicrobial efficacy
15. Evaluation of reusables for the applied
cleaning,disinfection and sterilization procedure
5. Peralatan dan Penyimpanan

 Adapun alat-alat/instrument yang terdapat di


laboratorium mikrobiologi adalah sebagai berikut :
 Alat transfer, pengukur dan penakar :
 Pipet
a. Pipet ukur
b. Pipet Volume/ pipet gondok
c. Pipet tetes
 pH meter dan kertas pH meter universal.
 Timbangan / neraca digital
 Labu erlenmeyer
 Beaker glass
 Gelas ukur / graduated cylinder

 Alat penghancur dan penghomogenisasi :


 Stomacher
 Blender
 Vortex mixer
 Hot plate & stirrer
 Mortar & pestle

 Alat untuk keperluan sterilisasi dan keadaan aseptis :


 Biological Safety Cabinet (BSC) atau Laminar Air Flow (LAF)
 Autoklaf
 Oven
 Filter apparatus dan kertas membran filter
 Bunsen burner, loop incinerator dan pembakar spirtus
 Gas torch
 Sprayer

 Alat untuk keperluan inokulasi dan kultivasi mikroorganisme :


 Cawan Petri
 Tabung reaksi
 Spreader (L rod) / hockey-stick-shape-glass-rod / glass
spreader / Drigalsky spatulas
 Glass beads
 Pemutar cawan petri (Petri dish turntable)
 Tabung durham
 Media dispenser (glass repeating dispenser)
 Jarum inokulum / ose (inoculating loops)
 Pinset, gunting, pisau, spatula dan scalpel
 Alat untuk penjagaan suhu dan penyimpan :
 Inkubator
 Waterbath
 Refrigerator
 Freezer
 Sample container
 Rak tabung reaksi
 Desikator
 Alat observasi dan penghitung
 Mikroskop cahaya
 Mikroskop stereo
 Object glass dan cover glass
 UV Cabinet
 Colony counter
 Alat-alat lain
 Disc dispenser
 Freeze-drying
 Anaerobic jars
 Centrifuge
 Spektrofotometer

Penyimpanan

 Ruang penyimpanan media dan bahan-bahan kimia sudah disimpan dalam


tempat yang terpisah dari penyimapanan peralatan.
 Penyimpanannya jauh dari jangkauan sinar matahari langsung
 Adanya tempat pembuangan limbah cair dan padat
 Harus dilakukan inventarisasi yang sistematik untuk memudahkan
pemeriksaan alat dan bahan dalam laboratorium.
 Alat alat optik.Alat-alat optik seperti mikroskop harus disimpan pada tempat
yang kering dan tidak lembab. Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan
lensa berjamur. Jamur ini yang menyebabkan kerusakan mikroskop. Sebagai
tindakan pencegahan, mikroskop harus ditempatkan dalam kotak yang
dilengkapi dengan silica-gel, dan dalam kondisi yang bersih. Mikroskop
harus disimpan di dalam lemari khusus yang kelembabannya terkendali.
Lemari tersebut biasanya diberi lampu pijar 15-20 watt, agar ruang selalu
panas sehingga dapat mengurangi kelembaban udara (dehumidifier-air). Alat-
alat optik lainnya seperti lensa pembesar (loupe), alat kamera, microphoto-
camera, digital camera, juga dapat ditempatkan pada lemari khusus yang
tidak lembab atau dalam alat desiccator.
5. Peralatan Keselamatan Labotorium

 First aid kits


Kotak obat untuk pertolongan pertama (first aid kits) berguna bila
terjadi kecelakaan ringan, misalnya tangan tergores oleh suatu
benda tajam.
Kotak ini biasanya berisi obat luka, gunting, perban, dan alkohol.

 Alat pemadam api


Alat pemadam api ringan (fire extinguishers) berguna untuk
memadamkan api ringan yang terjadi karena kecelakaan kerja atau
sumber lain.
Sebagai contoh, Anda sedang menggunakan tanur dan tiba-tiba
tanur itu mengeluarkan api, cepatlah gunakan pemadam api untuk
memadamkannya. Dengan demikian, api tidak merembet ke mana-
mana.
Setelah api padam, segera hubungi bagian keamanan atau bagian
pemadam kebakaran di perusahaan Anda untuk menginvestigasi
lebih lanjut.

 Pintu keluar darurat


Laboratorium sebaiknya dilengkapi juga dengan pintu keluar
untuk mengantisipasi keadaan darurat, misalnya gempa bumi dan
kebakaran.
Pintu ini khusus untuk digunakan untuk keadaan darurat saja dan
tidak boleh digunakan untuk keperluan umum. Oleh karena itu,
pintu tersebut biasanya didesain untuk tidak bisa dibuka dari luar
laboratorium.
Selain itu, pintu tersebut dilengkapi juga dengan alarm sehingga
bila dibuka akan menghasilkan bunyi khusus.
Bunyi ini terintegrasi dengan bagian keamanan sehingga bila
semakin sering dibuka, pihak keamanan akan memeriksa keadaan
di sekitar pintu tersebut.

 Laminar Air Flow


Prinsip Laminar Air Flow Cabinet adalah dengan mengalirkan udara
pada ruangan ke dalam LAF yang merupakan meja steril untuk
melakukan kegiatan inokulasi atau penanaman suatu mikroorganisme
di dalam suatu media. Melalui dua filter, yaitu pre-filter dan HPEA
(High Effeciency Particulate Air Filter).
Kabinet LAF juga dilengkapi dengan Ultraviolet, yang berfungsi untuk
menghilangkan pengotor serta mikroorganisme yang tidak diinginkan.
Kecepatan aliran udara dari Laminar adalah 0.3 – 0.5 m/s. Tujuannya
untuk melindungi produk dari kontaminasi yang berasal dari ruang
laboratorium.

6. Tingkat Biosafety

Aplikasi dari kombinasi petunjuk dan prosedur laboratorium, fasilitas


laboratorium, dan pengendalian keamanan ketika bekerja dengan
mikroorganisme yangberpotensi menyebabkan infeksi

Biosafety Level 1

 Digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan agen


biologi berkarakter yang sudah dikenal.
 Microorganisme : Bacillus Subtilus, Pseudomonas putida,
Naegleria gruberi, Infectious Canine Hepatitis Virus
 .Safety Equipment : Tidak ada, meja kerja terbuka
 Perlengkapan : Gloves

Biosafety Level 2
 Tempat bekerja yang melibatkan agen biologi yang sudah
diidentifikasi. Untuk pencegahan telah tersedia vaksin dan jika
terinfeksi telah tersedia antibiotik.
 Microorganisme : Salmonella sp., E. coli, Bacillus anthracis,
Bordetella perrtussis, Brucella spp, Clostridium Botulinum,
Clostridium Tetani, Heliobacter Pylori, Salmonella Spp, Yersinia
Pestis, Shigella spp.
Safety Equipment : Bio Safety Cabinet Class I or II, Lab Coats,
Gloves, proteksi pernapasan yang dibutuhkan
 Perlengkapan : Meja terbuka ditambah kabinet Biosafety (KB)
untuk aerosol yang berbahaya

Biosafety Level 3

 Tempat untuk bekerja menggunakan agen biologi infeksius yang


bisa menyebabkan potensi penyakit serius atau kematian (Avian
flu, Virus St. Louis encephalitis, Coxiella burnetii, Mycobacterium
tuberculosis)
 Microorganisme : Mycobacterium Tuberculosis,
Vesicular Stomatitis Virus, Yellow Fever Virus,
Francisella tularensis, Coxiella burnetti, Avian flu, Virus
St. Louis encephalitis
 Safety Equipment : Bio Safety Cabinet Class I or II, Lab
Coats, Gloves, proteksi pernapasan yang dibutuhkan,
akses terkontrol, dekontaminasi semua limbah,
dekontaminasi baju sebelum di cuci
 Perlengkapan : Open Bench top, washing sink,
autoclave, akses koridor yg terpisah, akses pintu khusus,
exhaust tidak di resirkulasi, negatif airflow

Biosafety Level 4

 Tempat untuk bekerja dengan agen biologi berbahaya


dan eksotik yang beresiko tinggi menimbulkan penyakit
yang mematikan.•
 Microorganisme : Smallpox virus, Ebola Virus,
Hemorrhagic Fever Viruses, HIV
 Safety Equipment : Bio Safety Cabinet Class I or II, Lab
Coats, Gloves, proteksi pernapasan yang dibutuhkan,
akses terkontrol, dekontaminasi semua limbah dan
material , dekontaminasi baju sebelum di cuci, baju
diganti sebelum masuk, shower setelai
 Perlengkapan : Open Bench top, washing sink,
autoclave, akses koridor yg terpisah, akses pintu khusus,
exhaust tidak di resirkulasi, negatif airflow, lab dlm
ruangan terpisah atau terisolasi, system supplai dan
exhaust khusus

7. Perlengkapan Perlindungan Diri

 Jas laboratorium
Jas laboratorium (lab coat) berfungsi melindungi badan dari percikan
bahan kimia berbahaya. Jenisnya ada dua yaitu jas lab sekali pakai dan
jas lab berkali-kali pakai.
Jas lab sekali pakai umumnya digunakan di laboratorium bilogi dan
hewan, sementara jas lab berkali-kali pakai digunakan di laboratorium
kimia

 Hand Sanitizer
Penyanitasi tangan adalah cairan atau gel yang umumnya digunakan untuk
mengurangi patogen pada tangan. Pemakaian penyanitasi tangan berbasis
alkohol lebih disukai daripada mencuci tangan menggunakan sabun dan
air pada berbagai situasi di tempat pelayanan kesehatan.

 Gloves/Sarung Tangan
Sarung tangan adalah sejenis pakaian yang menutupi tangan, baik
secara sebagian ataupun secara keseluruhan. Fungsi sarung tangan ialah
untuk melindungi sang pemakai dari pengaruh lingkungan sekitarnya atau
melindungi lingkungan sekitar dari tangan sang pemakai. Sarung
tangan disposable wajib digunakan ketika peneliti atau praktikan berada di
laboratorium mikrobiologi. Penggunaan sarung tangan harus mampu
menutup sampai bagian karet dari jas laboratorium. Perhatikan bahwa
sarung tangan yang digunakan tidak robek atau berlubang, dan gunakan
sesuai dengan ukuran tangan, tidak terlalu sempit atau terlalu longgar.
Bahan Latex cukup sering digunakan di dalam laboratorium karena
memiliki keuntungan murah, dan penampilan yang bagus, namun sering
menyebabkan alergi. Jika sarung tangan yang digunakan terkontaminasi
dengan bahan infeksius atau diduga infeksius, atau robek, lakukan
penggantian dengan sarung tangan baru.

 Pelindung pernafasan

Masker merupakan salah satu pelindung pernafasan. Sehingga tidak


dibenarkan menggunakan masker namun, hidung tetap terbuka. Masker
digunakan untuk mencegah kemungkinan uap yang menyebabkan iritasi
atau spora jamur yang mudah terbang di udara untuk masuk ke saluran
pernafasan.
 Pelindung telinga
Alat pelindung diri yang terakhir adalah pelindung telinga (hear
protector). Alat ini lazim digunakan untuk melindungi teringa dari
bising yang dikeluarkan perlatatan tertentu.Misalnya autoclave,
penghalus sample tanah (crusher), sonikator, dan pencuci alat-alat
gelas yang menggunakan ultrasonik.
DENAH LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
D. Beberapa Penataan Laboratorium Yang Salah
Dapat kita lihat pada susunan rak di atas, di mana tata letak ataupun susunannya tidak teratur,
seharusnya bagian corong di gabungkan dengan bagian corong, bagian elemeyer di
gabungkan dengan elemeyer begitu pun dengan yang lain, dan tata letaknya harus seimbang
supaya jika waktu mendorong zat, zatnya ataupun alatnya tidak berantakan dan jatuh, intinya
tata letak alat-alat atau pun zat pada meja dorong tersebut harus dirapikan berdasarkan
bentuk, dan ukurannya.

Laboratorium merupakan salah satu sarana yang digunakan didunia pendidikan dan
kesehatan. Didalam laboratorium ada banyak kita tahu alat-alat dan bahan-bahan yang harus
mendukung praktikan untuk dapat melakukan setiap percobaannya.Agar dapat melakukan
praktikum di laboratorium banyak praktikan yang mengharapkan kondisi ruangan yang
bersih, air yang steril, alat dan bahan yang lengkap.Namun melihat kondisi seperti gambar
diatas sepertinya apa yang diinginkan oleh praktikan sangat jauh dari harapan. Seperti contoh
bak untuk mencuci alat dan bahan serta mencuci tangan setiap praktikan melakukan
praktikum. Dimana bak kecil yang ada di laboratorium sepertinya tidak pernah digunakan
atau jarang dibersihkan oleh praktikan yang melakukan praktikum.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Laboratorium adalah suatu tempat yang digunakan untuk melakukan
percobaan maupun pelatihan yang berhubungan dengan ilmu fisika, biologi, dan
kimia atau bidang ilmu lain, yang merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau
ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain. Tujuan dari seluruh kegiatan
laboratorium adalah menghasilkan produk uji. Produk uji dapat
dipertanggungjawabkan apabila mempunyai akurasi atau ketepatan sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan.
Persyaratan untuk laboratorium yang baik yaitu adanya personil (Sumber
Daya Manusia), lokasi dan lingkungan, bangunan dan fasilitas, tata letak/lay out,
peralatan, panduan mutu dan SOP serta dokumentasi.

B. Saran
Melihat banyaknya laboratorium yang sudah memenuhi syarat laboratorium yang
baik maka saran yang dapat diberikan ialah tetap menjaga hal tersebut serta
selalu melakukan inventarisasi. Adapun, hal itu perlu dilakukan agar tidak terjadi
kecelakaan kerja di laboratorium sehingga dapat merugikan para personil serta
laboratorium dapat tetap menghasilkan produk uji yang mempunyai akurasi atau
ketepatan yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A. Jr. and A.L. Underwood. 1998. Kimia Analisis Kuantitatif. Edisi Revisi,
Terjemahan R. Soendoro dkk. Erlangga. Jakarta.

Dwidjoseputro, D.2003. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta

Purwadi, Sarosa dan R. L Tobing. 1981. Pengelolaan Laboratorium IPA. Bandung:


Depdikbud.

Baim, (2011), Pemanfaatan Laboratorium Dalam Pelajaran IPA,


http://baim87.bio.blogspot.com/2011/05 /pemanfaatan-laboratorium-dalampelajaran-IPA

Budimarwanti C., M.Si, Pengelolaan Alat dan Bahan Di Laboratorium Kimia, UNY

Griffin, Brian., (2005), Laboratory Design Guide Third Edition, Elsevier, Great
Britain.http://simatupangnovachem.blog spot.com/2012/11/strategi-pengelolaanlaboratorium-
kimia.html

Lindawati., (2010), Strategi Inventaris Alat dan Bahan, http//:


blogspot.com/2010/04/strategiinventarisasi-alat-dan-bahan. htm

Anda mungkin juga menyukai