Anda di halaman 1dari 66

Validasi dan Verifikasi AAS

Sultan S.Si

SMK-SMAK Makassar
PENGUJIAN BAHAN ATAU METODE

Untuk mendapatkan
hasil pengujian yang
Valid, terverifikasi dan
Valid
Valid dapat dipercaya
Quality Control: dibutuhkan peranan
kegiatan untuk memantau, Quality Assurance dan
mengevaluasi dan Quality Kontrol
menindaklanjuti agar
persyaratan mutu yang
ditetapkan tercapai
(product, process, service, Dapat
inspection, testing, Terverifikasi Dapat
Terverifikasi dipercaya
sampling, measurement dipercaya Quality Assurance :
dan calibration). bagian penjaminan
mutu yang fokus untuk
memberikan
keyakinkan bahwa
persyaratan mutu
dipenuhi
FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN KEBENARAN
DAN KEHANDALAN PENGUJIAN DAN KALIBRASI

penanganan faktor manusia,


barang yang diuji kondisi
dan dikalibrasi. akomodasi dan
lingkungan

peralatan, metode pengujian,


ketertelusuran metode kalibrasi
pengukuran, dan validasi
pengambilan metode,
contoh,
VALIDASI DAN VERIFIKASI

VALIDASI diartikan sebagai kegiatan konfirmasi


melalui pengujian dan pengadaan bukti yang objektif
bahwa persyaratan tertentu untuk suatu maksud khusus
harus dipenuhi sedangkan
VERIFIKASI adalah konfirmasi, melalui penyediaan
bukti objektif, bahwa persyaratan yang ditentukan telah
dipenuhi (ISO/IEC 17025, 2005).
Kapan Validasi dilakukan?

exiting dan bila ada perubahan


legacy yang
product mempengaruhi
produk secara
langsung

jika terjadi
perubahan kondisi produk baru
antara kondisi atau produk
analisis dan kondisi lama dengan
pada saat validasi metode baru
metode
Kapan verifikasi dilakukan?
SEBELUM MENERAPKAN
METODE BAKU DI
LABORATORIUM

untuk membuktikan
bahwa laboratorium
yang bersangkutan laboratorium
mampu melakukan yang berbeda
pengujian dengan memiliki kondisi
dan kompetensi
metode tersebut
personil serta
dengan hasil yang kemampuan
valid. peralatan yang
berbeda
Parameter Analisa Validasi dan Verifikasi

Presisi dan
akurasi

Linearitas
dan rentang
LoD dan
LoQ

%Recovery
PRESISI DAN AKURASI ukuran perbedaan
antara harapan
  Perhitungan presisi hasil tes dan nilai
referensi yang
PRESISI diterima karena
PRESISI 7 metode sistematis
dan kesalahan
laboratorium.
ukuran kedekatan
hasil analisis
diperoleh dari AKURASI
serangkaian AKURASI
pengukuran ulangan   Perhitungan Akurasi
dari ukuran yang
sama. Keterangan :
CStd = Konsentrasi rata-rata
C true value = Konsentrasi yang di baca
ILUSTRASI PENGUKURAN PRESISI DAN AKURASI

Tidak presisi dan akurat Tidak presisi tetapi akurat

presisi tetapi tidak akurat Presisi dan Akurat


LINEARITAS DAN JANGKAUAN/DAERAH KERJA

Linearitas dan jangkauan kerja, metode yang


digambarkan sebagai linear ketika ada
berbanding lurus hubungan antara respon metode
dan konsentrasi analit dalam matriks selama
rentang konsentrasi analit (jangkauan/daerah
kerja)
Kurva
Linearitas dan
daerah kerja
Batas pengukuran
LOD DAN LOQ kuantitatif (LOQ)
yaitu konsentrasi
terendah suatu analit
yang dapat ditentukan
LOD
LOD dengan presisi dapat
diterima
(pengulangan) dan
akurasi di bawah
batas deteksi (LOD)
kondisi yang
yaitu konsentrasi
dinyatakan tes.
terendah yang bisa
diukur dengan pasti
statistik yang wajar.  
LOQ
LOQ
Cara penentuan LOD dan LOQ dibagi menjadi 3 yaitu:
Dengan menggunakan metode signal-to-
noise, puncak ke puncak kebisingan di
sekitar waktu retensi analit diukur, dan
Untuk kurva kalibrasi Signaltoto kemudian, konsentrasi analit yang akan
Signal menghasilkan sinyal sama dengan nilai
linear, diasumsikan Noise
Noise
bahwa respon tertentu dari kebisingan untuk sinyal rasio
instrumen y diperkirakan. Metode ini biasanya
berhubungan linier diterapkan untuk metode analisis yang
dengan konsentrasi x menunjukkan suara dasar.
standar untuk rentang
yang terbatas
konsentrasi. Model Kurva
Kurva Penentuan
Penentuan
Penentuan blanko
y = bx + a digunakan Kalirasi
Kalirasi blanko
blanko
diterapkan ketika
untuk menghitung analisis blanko
sensitivitas b dan LOD memberikan hasil
dan LOQ. standar deviasi tidak
LOD = 3Sa/b nol.
LOQ = 10 Sa/b LOD = x + 3SD
LOQ = x + 10 SD
RECOVERY
Recovery dari suatu analit adalah respon
detektor yang diperoleh dari jumlah analit
ditambahkan dan diekstrak dari matriks,
dibandingkan dengan respon detektor
untuk konsentrasi benar murni otentik dari
standar. Penentuan recovery dapat
menggunakan Standard Reference Material
(SRM) dan sampel yang sudah diketahui
konsentrasinya.
recovery dinyatakan sebagai rasio antara
hasil yang diperoleh dengan hasil yang
sebenarnya.
PERHITUNGAN %RECOVERY
  𝑪 𝟐 −𝑪 𝟏
𝑹= 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝑺

R =Perolehan kembali (Recovery)


S = Kadar analit yang ditambahkan pada sampel
C1= Konsentrasi sampel
C2= Konsentrasi campuran sampel dan
analit
CONTOH PENGUJIAN
DAN PENGOLAHAN
DATA VALIDASI DAN
VERIFIKASI
1. Pengukuran Linearitas AAS :

Kurva kalibrasi AAS biasanya diawali oleh bagian yang linear


kemudian menjadi tidak linear (melengkung). Agar hasil
analisa lebih akurat maka sebaiknya menggunakan bagian
kurva kalibrasi yang linear saja.
a. Buat deret standar kalibrasi minimal 3 deret (Blanko,
Standar 1, Standar 2 dan Standar 3)sesuai dengan unsur
yang dianalisa.
b. Ukur absorbance masing-masing deret standar kalibrasi
tersebut.
c. Hitung linearitasnya.
Keberterimaannya: jika nilai linearitasnya antara 0.9950-
1.0000, semakin mendekati nilai 1 maka linearitasnya
makin bagus.

17
2.Pengukuran Kepekaan (Sensitifitas) AAS :

Kepekaan AAS sangat dipengaruhi oleh jenis


unsur yang dianalisa, pelarut yang digunakan
dan matriks yang terdapat dalam larutan sampel.

Cara penentuan kepekaan (sensitifitas) AAS sbb :


a. Pilih larutan kalibrasi yang konsentrasinya diketahui
(C1) dan dapat menghasilkan nilai absorbance antara
0.200-0.400 Abs. (0.200<A<0.400)
b. Optimalkan kondisi AAS kemudian ukur absorbance
dari larutan Blanko minimal 3 kali. Hitung absorbance
rata-rata (A0)
2. Pengukuran Kepekaan AAS (Lanjutan…) :

c. Ukur Absorbance larutan Standar minimal 3 kali.


Hitung absorbance rata-rata (A1)
d. Hitung Kepekaan/sensitifitas AAS (S):
S = 0.0044 x C1
A1 – A0
Keberterimaannya : jika nilai S < 1,25 x spesifikasi dari
Pabrik, semakin besar nilai S maka alat makin kurang
sensitif.
3. Pengukuran Akurasi (Keakuratan) AAS :
a. Pilih larutan standar kalibrasi yang absorbancenya
antara 0.200 – 0.400 Abs yang konsentrasinya telah
diketahui (True Value)
b. Buat kurva kalibrasi sedemikian rupa sehingga
konsentrasi standar yang akan diukur masuk dalam
range kurva kalibrasi yang linear
c. Ukur konsentrasinya minimal 10 kali
d. Hitung konsentrasi rata-rata (CSTD)
e. Hitung Akurasinya :
Keberterimaannya : jika %Akurasinya 90%-
110% atau sesuai kebijakan laboratorium
4. Pengukuran Presisi (Ketelitian) AAS :
a. Pilih larutan standar kalibrasi yang absorbancenya
antara 0.200 – 0.400 Abs.
b. Ukur konsentrasinya minimal 10 kali
c. Hitung konsentrasi rata-rata (C’)
d. Hitung Standar deviasinya (STDEV)
e. Presisi (%RSD)
Keberterimaannya : jika %RSD < 1% atau sesuai kebijakan
5. Limit of Quantification (LOQ) AAS :
a. Siapkan sebuah larutan blanko, ukur
konsentrasinya minimal 10 kali.
b. Hitung konsentrasi blanko rata-rata (CB)
c. Hitung Standar deviasinya (CSD)
d. Hitung LOQ = CB + (5-10) CSD
6. Instrument Detection Limit (IDL) atau LOD AAS :
a. Siapkan sebuah larutan blanko, ukur konsentrasinya minimal
10 kali.
b. Hitung konsentrasi rata-rata (CB)
c. Hitung Standar deviasinya (CSD)
d. Hitung IDL atau LOD = CB + 3CSD

Jika SD tidak diperoleh karena Absorbance rata-rata Blanko (AB) = 0


maka :
a. Siapkan sebuah larutan blanko yang di “spiking” dengan
“minimum konsentrasi dari analit sehingga larutan blanko
tersebut masih dapat diukur absorbansnya (A# 0)
b. Ukur konsentrasinya minimal 10 kali
c. Hitung Standar deviasinya (CSD)
d. Hitung IDL atau LOD = CB + 3 CSD -------------- Nilai CB tidak = 0
8. Penentuan Titik Rekalibrasi AAS
Untuk mengetahui jumlah sampel yang dapat diukur AAS secara terus
menerus yang masih memberikan hasil stabil sehingga dapat ditentukan
setiap berapa sampel AAS harus direkalibrasi jika penggunaannya dalam
jangka waktu lama.
Ukur konsentrasi salah satu larutan quality control misal standar
QC 10 mg/L secara terus menerus sesuai waktu terlama biasanya
AAS digunakan untuk menganalisis suatu unsur.
Hitung % Akurasi dari hasil pengukuran konsentrasi standar QC
tersebut.
Perhatikan pada urutan sampel yang keberapa %Akurasi hasil
pengukuran AAS masih dalam range keberterimaan 90%-110%
(atau sesuai kebijakan Lab.)
Pada urutan sampel yang %Akurasinya ke luar dari range
keberterimaan 90%-110% (atau sesuai kebijakan Lab.) itulah
rekalibrasi AAS harus dilakukan sebelum melanjutkan
pengukuran ke sampel berikutnya.
9. Kalibrasi AAS

1. Siapkan larutan deret standar AAS minimal 3


standar dan 1 blanko sesuai unsur yang akan
dianalisa
2. Siapkan alat AAS dalam kondisi optimum
3. Ukur deret standar AAS
4. Pastikan linearitinya dalam rentang 0,9950 – 1,0000
5. Lakukan pengukuran sampel dalam rentang kurva
kalibrasi yang masih linear.
SELEKSI DATA
MENGAPA DATA HARUS DISELEKSI

 Karena sulitnya untuk mereproduksi (menghasilkan kembali) data


yang sama dengan sebelumnya.

 Sebelum melakukan pengolahan data hasil pengukuran untuk validasi


atau verifikasi metode terlebih dahulu dilakukan seleksi data
Pengujian yang dapat dilakukan untuk menyeleksi
data yaitu :
1. Uji Dixon

2. Uji Grubbs

3. Uji Cochran
KONSEP UJI DIXON :
 Data diurut mulai dari yang terkecil sampai
terbesar (x1, x2…xn) histogram ….?
 Sesuai dengan jumlah data, hitung nilai D,
bandingkan dengan nilai kritis dalam tabel Dixon.
 Data yang dicurigai terseleksi jika nilai D hitung ≥
D kritis maka data tersebut dinyatakan outlier
Rumus Yang Digunakan Untuk Uji
Dixon :
Kriteria Uji
Terendah Tertinggi

D3-7 = X2 – X1 >r10 D3-7 = Xn – Xn-1 >r10


Xn – X 1 X n – X1

D8-10 = X2 – X1 >r11 D8-10 = Xn – Xn-1 >r11


Xn-1 – X1 X n – X2

D11-13 = X3 – X1 >r21 D11-13 = Xn – Xn-2 >r21


Xn-1 – X1 Xn – X 2
Lebih dr 13 = X3 – X1 >r22 Lebih dr 13 = Xn – Xn-2 >r22
Xn-2 – X1 X n – X2
TABEL UJI DIXON (NILAI KRITIS r)
Jumlah Pengukuran (n) Kriteria (r) Nilai Kritis (r)

3
4
r10 0,94
0,76
5 0,64
6 0,56
7 0,51
8 0,55
9
r11 0,51
10 0,48
11 0,58
12
r21 0,55
13 0,52
14
15
r22 0,55
0,53
16 0,51
17 0,49
18 0,48
19 0,46
20 0,45
21 0,44
22 0,43
23 0,42
24 0,41
CONTOH PERHITUNGAN UJI DIXON

Berdasarkan hasil nalisis yang telah dilakukan dengan pengulangan


sebanyak 10 kali diperoleh data (mg/L) sbb :

1. 49,86
2. 49,82
3. 49,81
4. 49,80
5. 49,79
Data manakah yang Outlier ?
6. 49,84
7. 49,74
8. 49,90
9. 46,32
10.49,94
1. Langkah pertama :

Urutkan data tersebut dari angka yang terendah ke angka yg tertinggi :

Pengulangan Hasil Analisis (mg/L) x

9 46,32 X1
7 49,74 X2
5 49,79 X3
4 49,80 X4
3 49,81 X5
2 49,82 X6
6 49,84 X7
1 49,86 X8
8 49,90 X9
10 49, 94 X10
Jumlah pengukuran (n) = 10
2. Langkah Kedua :

Tentukan persamaan Dixon untuk jumlah 10 data sbb :


Untuk data terendah : x2 – x1 >r11 = 49,74-46,32 = 0,955
xn-1 – x1 49,90-46,32

Untuk data tertinggi : xn – xn-1 >r11 = 49,94-49,90 = 0,20


xn – x 2 = 49,94-49,74
3. Langkah Ketiga :
Bandingkan hasilnya dengan tabel nilai krisis.
Dari tabel nilai krisis (r) untuk 10 data diperoleh nilai kritis = 0,48
Dengan demikian untuk data terendah karena 0,955 > 0,48 maka
data dibuang (outlier).
Sedangkan untuk data tertinggi karena 0,20 < 0,48 maka data
diterima sehingga tidak dibuang (tetap dipakai).
4. Langkah Keempat :
Buat urutan data terbaru setelah data yang outlier dibuang sbb :
Pengulangan Hasil Analisis (mg/L) x

7 49,74 X1
5 49,79 X2
4 49,80 X3
3 49,81 X4
2 49,82 X5
6 49,84 X6
1 49,86 X7
8 49,90 X8
10 49, 94 X9

Jumlah pengukuran (n) = 9


5. Langkah Kelima :
Ulangi langkah ke 2 dan langkah ke 3 diatas dengan menggunakan
persamaan (rumus) sesuai tabel Dixon sehingga diperoleh hasil sbb
:

Tentukan persamaan Dixon untuk jumlah 9 data sbb :


Untuk data terendah : x2 – x1 >r11 = 49,79-49,74 = 0,313
xn-1 – x1 49,90-49,74

Untuk data tertinggi : xn – xn-1 >r11 = 49,94-49,90 = 0,267


xn – x 2 49,94-49,79
6. Langkah Keenam :
Bandingkan hasilnya dengan tabel nilai krisis.
Dari tabel nilai krisis (r) untuk 9 data diperoleh nilai kritis = 0,51
Dengan demikian untuk data terendah karena 0,313 < 0,51 maka
data diterima.
Sedangkan untuk data tertinggi karena 0,267 < 0,51 maka data
diterima.

7. Langkah Ketujuh :
Kesimpulan :
Berdasarlan pengujian diatas dengan menggunakan Uji Dixon maka
diperoleh satu data yang outlier yaitu data Pengulangan No. 9
sehingga data tersebut harus dibuang. Dengan demikian data
yang digunakan hanya 9 data yaitu data No 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
dan 10
KEBERTERIMAAN
PRESISI HASIL
PENGUJIAN
PARAMETER PRESISI: VARIANSI (S2)

Notasi Variansi = s2

 (x - x )2
s2 =
(n-1)
MENGHITUNG VARIANSI

 ( x - x )2
S2 =
(n-1)

No X (X - X) (X - X) 2
1 58,2 0,2 0,04
2 61,0 3,0 9,00
3 56,6 -1,4 1,96
4 61,5 3,5 12,25
5 53,8 -4,2 17,64
6 56,9 -1,1 1,21
Jumlah 348,0 42,10
X rata-rata 58,0

S2 = 42,10/5 = 8,42 n=6


SIMPANGAN BAKU (S)

 (x - x )2
s =
(n-1)

Simpangan Baku = Akar Variansi


MENGHITUNG SIMPANGAN BAKU

 ( x - x )2

s = (n-1)

No X (X - X) (X - X) 2
1 58,2 0,2 0,04
2 61,0 3,0 9,00
3 56,6 -1,4 1,96
4 61,5 3,5 12,25
5 53,8 -4,2 17,64
6 56,9 -1,1 1,21
Jumlah 348,0 42,10
X rata-rata 58,0

S= 8,42 = 2,902
SIMPANGAN BAKU RELATIF/RELATIF STANDAR
DEVIASI (RSD) DAN KOEFESIEN VARIASI (CV)

s
RSD = x
= 2,902
58
= 0,05

CV(%) = RSD x 100


%
= 5%
REPEATABILITY

Mengutip data pada slide 32 diperoleh nilai :


S = 2,902 mg/L
CV = 5 (%)
What next?
1. Bagaimana mengetahui angka 2,902 mg/L tersebut
sudah cukup baik atau belum?
2. Apa yang dipakai sebagai pembanding ?
3. Selama ini laboratorium memegang angka CV + 10%
4. Apa dasarnya?
PERSAMAAN HORWITZ

 Reproducibility Metode

CV (%) = 21-0,5 log C

Konsentrasi 1 % C = 0,01
Konsentrasi 1 mg/L C = 10-6
PERSAMAAN HORWITZ

CV (%) = 21-0,5 log C

Untuk konsentrasi 1 % C = 0,01

CV (%) = 21-0,5 log 0,01


CV (%) = 21-(0,5. -2) = 21-(-1)
CV (%) = 21+1 = 22 = 4
Berarti untuk konsentrasi 1% maksimum nilai CV = 4%
Persamaan Horwitz

CV (%) = 21-0,5 log C

Untuk konsentrasi 1 ppm C = 10-6

CV (%) = 21-0,5 log 0,000001


CV (%) = 21-(0,5. -6) = 21-(-3)

CV (%) = 21+3 = 24 = 16
Berarti untuk konsentrasi 1 mg/L maksimum nilai CV = 16%
CONTOH PENGOLAHAN
DATA VERIFIKASI
ANALISIS LOGAM Fe
DALAM SAMPEL DENGAN
MENGGUNAKAN AAS
AGAR DIPASTIKAN

Jika metode uji yang digunakan untuk menganalisis


logam Fe dalam sampel dengan menggunakan
Instrument AAS adalah metode uji standar/baku
(ASTM, BS, ISO, SNI dsb) maka sebelum metode uji
tersebut digunakan di laboratorium harus diverifikasi
terlebih dahulu dengan cara menentukan nilai
Presisi (% CV) dan Akurasi (% Akurasi) dari hasil
pengujian dengan menggunakan metode tersebut.
Cara verivikasi metode uji logam Fe dalam sampel dengan
menggunakan AAS sbb :

1. Siapkan 10 larutan CRM yang mengandung logam Fe yang


telah diketahui konsentrasinya (misal CRM yang
mengandung 5,00 mg/L Fe).
2. Operasikan alat AAS sesuai petunjuk pengoperasian alat
tersebut.
3. Lakukan kalibrasi dengan menggunakan minimal 3 deret
standar, lalu tentukan nilai korelasinya (linearitas).
4. Ukur masing-masing larutan CRM tersebut (10 larutan).
5. Hitung konsentrasi Fe dalam masing-masing larutan CRM tersebut
(10 larutan).
Misal diperoleh data konsentrasi Fe dari 10 kali pengukuran dengan
menggunakan AAS sbb :

1. 4,99 mg/L 6. 4,94 mg/L


2. 4,98 mg/L 7. 4,93 mg/L
3. 4,97 mg/L 8. 4,92 mg/L
4. 4,96 mg/L 9. 4,91 mg/L
5. 4,95 mg/L 10. 4,90 mg/L

Catatan : kadar logam Fe dalam CRM tersebut sesuai sertifikat =


5,00 mg/L
6. Lakukan seleksi data dengan menggunakan uji Dixon sbb :

A. Langkah pertama :
Urutkan data tersebut dari angka yang terendah ke angka yg
tertinggi :
Pengulangan Hasil Analisis Fe(mg/L) x
10 4,90 X1
9 4,91 X2
8 4,92 X3
7 4,93 X4
6 4,94 X5
5 4,95 X6
4 4,96 X7
3 4,97 X8
2 4,98 X9
1 4,99 X10

Jumlah pengukuran (n) = 10


B. Langkah Kedua :
Tentukan persamaan Dixon untuk jumlah 10 data sbb :
Untuk data terendah : x2 – x1 >r11 = 4,91-4,90 = 0,125
xn-1 – x1 4,98-4,90

Untuk data tertinggi : xn – xn-1 >r11 = 4,99-4,98 = 0,125


xn – x 2 = 4,99-4,91

C. Langkah Ketiga :
Bandingkan hasilnya dengan tabel nilai krisis.
Dari tabel nilai krisis (r) untuk 10 data diperoleh nilai kritis = 0,48
Dengan demikian untuk data terendah karena 0,125 < 0,48 maka
data diterima sehingga tidak dibuang (tetap dipakai).
Sedangkan untuk data tertinggi karena 0,125 < 0,48 maka data
diterima sehingga tidak dibuang (tetap dipakai).
D. Langkah Keempat :
Kesimpulan :
Berdasarkan pengujian diatas dengan menggunakan Uji Dixon
maka diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada data yang outlier
sehingga seluruh data (10 data) dapat digunakan untuk perhitungan
presisi dan akurasi.
7. Hitung Presisi dari seluruh data yang telah lolos uji Dixon,
bandingkan nilai peresisi yang diperoleh dengan nilai
keberterimaannya.
No X (X - (X -
X(rata2) X(rata2) 2
1 4,99 mg/L 0,04 0,0016
2 4,98 mg/L 0,03 0,0009
3 4,97 mg/L
  Perhitungan presisi
0,02 0,0004
4 4,96 mg/L 0,01 0,0001
5 4,95 mg/L 0 0
7
6 4,94 mg/L -0,01 0,0001
7 4,93 mg/L -0,02 0,0004
8 4,92 mg/L -0,03 0,0009  
9 4,91 mg/L -0,04 0,0016
10 4,90 mg/L -0,05 0,0025 =
Jumlah 49,50 mg/L 0,0085 sd =0,00094 = 0,0306
X rata-rata 4,95 mg/L
True value 5,00 mg/L %Keberterimaa 8,37%  
n
= 0,61%
% Presisi 0,61% Kesimpulan Presisi
8. Hitung Akurasi dari seluruh data yang telah lolos uji Dixon,
bandingkan nilai Akurasi yang diperoleh dengan nilai
keberterimaannya.
Pengulangan Hasil Analisis Fe
(mg/L)
  Perhitungan Akurasi
1 4,99 mg/L
2 4,98 mg/L
3 4,97 mg/L Keterangan :
4 4,96 mg/L CStd = Konsentrasi rata-rata
5 4,95 mg/L C true value = Konsentrasi yang di baca
6 4,94 mg/L
7 4,93 mg/L
8 4,92 mg/L
9 4,91 mg/L  
10 4,90 mg/L
Rata-rata 4,95 mg/L
True value sesuai sertifikat 5,00 mg/L
% Akurasi 98,90%
Keberterimaan 90-110%
Kesimpulan AKURAT/Tepat
9. Kesimpulan
Berdasarkan hasil verifikasi yang telah dilakukan terhadap
Metode pengujian logam Fe dalam sampel dengan
menggunakan AAS diperoleh nilai presisi 0,61%
(keberterimaan horwitz 8,37%) dan nilai akurasi 98,90%
(keberterimaan 90-110%) sehingga dengan demikian
metode yang digunakan untuk pengujian logam Fe dalam
sampel dengan menggunakan AAS tersebut dinyatakan :
“ VALID dan bisa digunakan di Laboratorium”

58
CONTOH PENGOLAHAN DATA VALIDASI
INSTRUMEN AAS DENGAN
MENGGUNAKAN STANDAR CRM
NB:
PENGERJAAN PRESISI DAN AKURASI
SAMA DENGAN SAAT MELAKUKAN
VERIFIKASI METODE JADI YANG AKAN
DIBAHAS YAITU LINEARITAS, LOD
DAN LOQ SERTA %RECOVERY
Pengujian linearitas
Dibuat 3 larutan standar dengan konsentrasi tertentu (0,5, 1,0,
dan 2 ppm) sesuai dengan standar setiap logam serta blanko.
Diukur dengan alat AAS dan dihasilkan data sebagai berikut:

Deret X (Konsentrasi Y (Blanko)


standar
Blanko 0 0
Standar 1 0,5 0,1321
Standar 2 1 0,2709
Standar 3 2 0,4749
Data selanjutnya diolah sebagai berikut
Deret X (Konsentrasi Y (Blanko) X.Y
standar
Blanko 0
0
0
0 0
0 0
0 0
0
Standar
Standar 11 0,5 0,1321
0,1321 0,25 0,06605 0,01745
0,5 0,25 0,06605 0,01745
Standar
Standar 22 1 0,2709
0,2709 1 0,2709 0,073387
1 1 0,2709 0,073387
Standar 3 2 0,4749 4 0,9498 0,22553
Standar 3 2 0,4749 4 0,9498 0,22553
Jumlah 3,5 0,8779 5,25 1,28675 0,316367
Jumlah 3,5 0,8779 5,25 1,28675 0,316367
Rata-rata 0,875 0,2195 1,3125 0,3217 0,0791
Rata-rata 0,875 0,2195 1,3125 0,3217 0,0791
 Selanjutnyadihitung nilai Slope (b), Intercept (a) dan nilai regresi
( secara manual menggunakan rumus:
 

a=Y(rata-rata) – b. X (rata-rata)
Data dibawah ini juga dibuatkan grafik secara manual dan
menggunakan excel kemudian dihitung nilai slope dari grafik
Deret standar X (Konsentrasi Y (Blanko)
Blanko 0 0
Standar 1 0,5 0,1321
Standar 2 1 0,2709
Standar 3 2 0,4749
Nilai R² 0,992
Keberterimaan >0,990
Kesimpulan Data linear (diterima)
0.5
f(x) = 0.25 x 0.47
0.45 R² = 1 Dari Grafik disamping diperoleh nilai:
0.4
0.35
Slope (b)= 0,2451
0.3 R² = 0,992
0.27
0.25 Linear ()
0.2
0.15
Linear ()
NB: nilai Slope (b), intercept (a) dan
0.13
0.1 Regresi (R²) hasil perhitungan harus
0.05 sama dengan dari grafik atau minimal
0 0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 nilainya mendekati
PERHITUNGAN LOD DAN LOQ UNTUK BLANKO
No. y x
 

       
1 0 0
 

  2 0.0003 0.042857
  3 0.0001 0.014286
  4 0.0003 0.042857
  5 0.0001 0.014286
  6 0.0003 0.042857
  7 0.0001 0.014286
  8 0.0003 0.042857
  9 0.0000 0.000000
  10 0.0001 0.014286
  Jumlah 0.0016 0.228571
  Rata-rata 0.00016 0.022857
 
SD 0.00013
       

LOD = X rata-rata + (3 x SD)


LOD = 0,02286 + (3 x 0.00013) NB:
LOD = 0,0231 mg/L Cara menghitung SD, sama dengan saat
LOQ = X rata-rata + (10 x SD) menghitung SD di presisi, Tapi ingat harus
LOQ = 0,02286 + (10 x 0.00013) menggunakan data LOD dan LOQ.
LOQ = 0,0242 mg/L
Perhitungan recovery
No X (sebelum X (setelah
spike) spike)   𝑪 𝟐 −𝑪 𝟏
1 1,01 mg/L 1,52 𝑹= 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
2 1,02 mg/L 1,54
𝑺
3 1.02 mg/L 1,50  
4 1,04 mg/L 1,55
= 102,00 %
5 1,00 mg/L 1,56
6 1,03 mg/L 1,50
7 1,01 mg/L 1,53
8 1,03 mg/L 1,52
9 1,01 mg/L 1,55
10 1,02 mg/L 1,52
Konsentrasi 0,5 mg/L
Spike
X rata-rata 1,02 mg/L 1,53
%keberterimaan 90-110 %
% Recovery 102%
Kesimpulan
Berdasarkan hasil validasi yang telah dilakukan dengan
menggunakan standar CRM menggunakan instrumen AAS
diperoleh nilai linearitas 0,992 (Keberterimaan >0,990),
Nilai LOD 0,0231, LOQ 0,0242, nilai presisi 0,61%
(keberterimaan horwitz 8,37%) dan nilai akurasi 98,90%
(keberterimaan 90-110%), serta nilai recovery 102%
(keberterimaan 90-110%) sehingga dengan demikian Alat
AAS yang digunakan untuk pengujian standar CRM
dinyatakan :
“ DALAM KONDISI BAIK DAN DAPAT DIGUNAKAN
UNTUK ANALISA”

65
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH

SULTAN, S.Si

Anda mungkin juga menyukai