Anda di halaman 1dari 68

PEMBELAJARAN

DI LABORATORIUM

i
Pengantar

Di dalam institusi pendidikan, laboratorium merupakan kelengkapan


fasilitas pembelajaran yang tidak boleh diabaikan. Dari kegiatan di
laboratorium, yang lebih dikenal sebagai praktikum, para pembelajar
memperoleh tambahan wawasan dan keyakinan akan teori-teori ilmiah
yang telah diperolehnya, baik melalui perkuliahan, diskusi, maupun
aktivitas mandiri. Dengan bekerja di laboratorium maka para pembelajar
akan membangun pengetahuannya secara nyata, yang dapat dihayati
dengan penggunaan berbagai alat canggih dan panca-indera. Hal ini
sangat relevan dengan kegiatan penelitian, yang dalam konteks
pendidikan dikenal sebagai research-based learning atau project-based
learning. Dengan demikian tujuan “pembelajaran di laboratorium” harus
dipahami secara jelas oleh para pembelajar. Di samping itu, “pembelajaran
di laboratorium” harus dikemas, disiapkan, dan ditawarkan sebagai suatu
aktivitas yang menyenangkan, menarik, menantang, dan memang perlu
untuk pengembangan pengetahuan dan teknologi.

Yogyakarta, Desember 2005

Penyusun.

ii
Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

PENDAHULUAN

Seperti layaknya pemahaman umum, yang dimaksud dengan labora-


torium adalah suatu sarana atau gedung yang dirancang khusus untuk
melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian untuk keperluan
penelitian ilmiah dan praktik pembelajaran. Tetapi, akhir-akhir ini analog
dengan batasan itu berbagai disiplin ilmu pengetahuan sering menganggap
(claim) bahwa lapangan tempat mereka bekerja dan melakukan penelitian
juga dianggap sebagai laboratorium, sehingga disebut dengan
laboratorium lapangan. Sebagai contoh misal, ‘Gumuk Pasir’ di pantai
Parangtritis dianggap sebagai laboratorium sekaligus museum Geografi.
Sambung macan adalah laboratorium lapangan Geologi. Sangiran dan
Pacitan adalah laboratorium Geologi dan Arkeologi. Pegunungan Karst
Gunungkidul adalah laboratorium lapangan Geografi, Geologi, dan
Arkeologi. Kebun Percobaan Kalitirto, Berbah adalah laboratorium
lapangan ilmu-ilmu Pertanian. Hutan Wanagama adalah laboratorium
lapangan Kehutanan.
Secara konvensional laboratorium sekurang-kurangnya dapat dibagi
menjadi tiga kategori yaitu (Hachette, 1989).:
1. Tempat yang diatur dan dilengkapi dengan peralatan untuk
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan ilmiah (scientific) atau teknik,
misalnya laboratorium Fisika, la boratorium Kimia, a
tau laboratorium Fotografi.
2. Laboratorium Bahasa, yaitu tempat yang khusus diatur untuk
pembelajaran khusus bahasa asing dengan bantuan audio-
visual.
1
Pembelajaran di Laboratorium

3. Laboratorium R uang Angkasa yang dipergunakan


untuk merealisasikan percobaan-percobaan ilmu pengetahuan
tentang ruang angkasa.
Demikian luasnya pengertian tentang laboratorium, maka dalam buku
ini terutama akan diuraikan tentang seluk beluk laboratorium yang
dirancang dan diatur secara khusus untuk melaksanakan pekerjaan-
pekerjaan ilmiah dan pembelajaran, baik bidang eksata maupun non
eksata terutama yang terdapat di lingkungan Universitas Gadjah Mada.
Berdasarkan struktur organisasi dan rincian tugas yang berlaku saat
ini di Universitas Gadjah Mada terdapat Unit Kerja yang disebut dengan
Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT). Secara struktural
unit kerja ini berada di bawah kendali Wakil Rektor Bidang
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat yang terdiri atas:
1. Bidang Layanan Penelitian dan Pengembangan.
2. Bidang Layanan Pengujian, Sertifikasi, dan Kalibrasi.
3. Bidang Layanan Penelitian Pra-Klinik dan Pengembangan
Hewan
Percobaan.
Masing-masing bidang di atas memiliki rincian tugas sebagaimana diatur
dalam Surat Keputusan Rektor UGM nomor: 259/P/SK/HT/2004.
Selain laboratorium-laboratorium yang dapat diorganisasikan oleh
LPPT- UGM, masih terdapat berbagai laboratorium yang dikelola oleh
Jurusan dan atau Program Studi yang sifatnya khas, baik bidang eksata
maupun noneksata. Sebagai contoh laboratorium studi Sosiologi dan
Sosiatri (FISIPOL) di salah satu desa di Kabupaten Sleman, laboratorium
Arkeologi, laboratorium Etnofotografi, laboratorium Antropologi, dan
laboratorium Kearsipan di Fakultas Ilmu Budaya, serta Laboratorium
Bioantropolgi dan Paleoantropologi di Fakultas Kedokteran. Selain itu
dalam bidang Arkeologi masih dikenal adanya Laboratorium Konservasi
yang klasifikasinya disesuaikan dengan kemampuan peralatan dan
2
Sumber Daya Manusia (tenaga ahli) yang tersedia di laboratorium itu.

3
Pusat Pengembangan Pendidikan
UGM

Laboratorium-laboratorium tersebut dibangun berdasarkan suatu


kesadaran penuh bahwa pembelajaran di laboratorium mempunyai posisi
penting dalam pendidikan, karena dalam rangka mencapai tujuan yang
bersifat multi dimensi dalam proses pembelajaran, diperlukan strategi
pembelajaran yang memadai. Salah satu strategi pembelajaran yang
dianggap dapat mencakup tiga ranah sekaligus (kognitif, afektif, dan
psikomotor) adalah pembelajaran di laboratorium.
Pembelajaran di laboratorium merupakan proses pembelajaran
termahal di antara proses pembelajaran yang lain. Selain itu sebagian
besar pembelajaran di laboratorium berhubungan dengan peralatan yang
mahal, zat kimia yang berbahaya, listrik tegangan tinggi, peralatan
berputar, peralatan dengan suhu atau tekanan tinggi, dan risiko-risiko
lainnya. Oleh karena itu pembelajaran laboratoriun yang efektif, efisien,
dan aman perlu dirumuskan, diketahui, dan difahami oleh seluruh sivitas
akademika. Berdasarkan hal-hal tersebut, buku ini ditulis agar risiko dari
pembelajaran di laboratorium dapat dicegah. Buku ini ditulis dengan
kemasan singkat, sederhana, dan praktis, karena buku ini diharapkan
dapat menjadi inspirasi awal tentang pembelajaran di laboratorium dan
dapat memunculkan inspirasi melakukan peninjuan ulang atau usaha
penyempurnaan terhadap pembelajaran di laboratorium. Bila diperlukan
informasi lebih rinci saat proses perumusan atau penyempurnaan
pembelajaran di laboratorium dapat dicari dari berbagai sumber dan
internet yang tersedia, atau menghubungi Pusat Pengembangan
Pendidikan UGM.

4
Pembelajaran di Laboratorium

PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN
DI LABORATORIUM

Penggunaan laboratorium untuk sarana pembelajaran di universitas


mulai diperkenalkan pada pertengahan abad sembilan belas dalam
rangka untuk mendukung meningkatnya jumlah mahasiswa yang
mempelajari ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Pada awalnya
praktikum dimaksudkan untuk meningkatkan keahlian mahasiswa dalam
pengamatan, dan meningkatkan ketrampilan, serta sebagai sarana berlatih
dalam menggunakan peralatan. Beberapa penelitian membandingkan

pembelajaran di laboratorium dengan metode pembelajaran yang lain


menunjukkan bahwa praktikum di laboratorium lebih efektif untuk
memperoleh kemampuan pengamatan dan ketrampilan teknik, tetapi

5
Pusat Pengembangan Pendidikan
UGM

kurang efektif untuk pembelajaran ilmu pengetahuan faktual, konsep,


penelitian ilmiah, atau ketrampilan pemecahan masalah.
Selama dua puluh lima tahun belakangan ini selalu dilakukan
peninjauan kembali mengenai fungsi, kegunaan, dan metode dalam
pembelajaran di laboratorium. Pada diskusi-diskusi yang telah dilakukan
muncul beberapa keprihatinan, temuan, atau kendala yang perlu
diperhatikan, antara lain:
1. Tingginya biaya kerja di laboratorium membuat semakin sulit
untuk menyediakan fasilitas dan sumber daya yang memenuhi
standar yang diperlukan;
2. Adanya keterbatasan waktu dan banyaknya program kerja
menyebabkan kesulitan dalam menyusun silabus, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas;
3. Laboratorium yang telah ada (konvensional) bekerja kurang
efektif, sehingga kurang mendukung proses pemahaman konsep-
konsep perkembangan ilmu pengetahuan dan penggunaan
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan untuk penyelesaian persoalan.
Berdasarkan temuan dalam rangka peninjauan ulang terhadap proses
pembelajaran di laboratorium konvensional, dapat disimpulkan bahwa
perlu ditambahkan beberapa hal antara lain: kegiatan untuk meningkatkan
pengalaman dan kemampuan kognitif, mengurangi pekerjaan yang
sifatnya pengulangan, serta menyusun aktivitas-aktivitas yang hemat
waktu. Pembelajaran di laboratorium saat ini cenderung berubah dari cara
dan peran pengajaran menjadi lebih berorientasi pada pembelajaran
mahasiswa secara madiri (independent learning by students). Saat ini,
pembelajaran di laboratorium dimaksudkan untuk:
1. Pembelajaran ketrampilan sesuai dengan subjek praktikum
2. Pemahaman prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan tahap-tahap
dalam penelitian ilmiah.
3. Mengembangkan ketrampilan dalam pemecahan masalah secara
sistematik.
4. Membina pengembangan sikap atau perilaku profesional, praktis,
6
dan komitmen.

7
Pembelajaran di Laboratorium Pusat Pengembangan Pendidikan
UGM

TUJUAN DAN KEGUNAAN PEMBELAJARAN


LABORATORIUM

Dalam rangka mencapai tujuan yang bersifat multi dimensi dalam


proses pembelajaran di laboratorium, maka pembelajaran di laboratorium
sangat efektif untuk mencapai tiga ranah secara bersama-sama, sebagai
berikut:
Ketrampilan kognitif yang tinggi
l Berlatih agar dapat memahami teori
l Berlatih agar segi-segi teori yang berlainan dapat diintregasikan
l Berlatih agar teori dapat diterapkan pada permasalahan nyata

Ketrampilan afektif
l Belajar merencanakan kegiatan secara mandiri
l Belajar bekerja sama
l Belajar mengkomunikasikan informasi mengenai bidangnya
l Belajar menghargai bidangnya

Ketrampilan psikomotor
l Belajar memasang peralatan sehingga betul-betul berjalan
l Belajar memakai peralatan dan instrumen tertentu

8
Contoh tujuan instruksional pembelajaran di laboratorium
dirumuskan dalam tabulasi sebagai berikut:

TAHAP KEGIATAN TUJUAN


INSTRUKSIONAL A
PROBLEMA 1. Mengenali l Mengenali suatu masalah
(tugas)
l memperkirakan
formulasi masalah
l menyelesaikan masalah
l membayangkan relevansi
problema di bidangnya
2. Analisis l Menentukan hubungan
antara berbagai aspek
l Menentukan aspek pokok
l Menghubungkan problema
dengan teori dan prinsip
3. Formulasi l Menyusun problema dalam
bentuk soal dan pertanyaan
yang masing-masing ada
jawabannya, hal ini dapat
membantu
memformulasikan
4. Kriteria l Menentukan kriteria
untuk suatu problema

9
Pusat Pengembangan Pendidikan
UGM

B
INFORMA 1. Mengumpul- l Mengetahui di mana dapat
SI kan. dicari
l Memperkirakan
l relevansinya· Mencari bahan
l bacaan
Memperoleh input dari
percobaan yang kasar
2. Mengana- l Menilai keterandalan dan
lisis relevansi untuk suatu
problema
3. Mengarah- l Menilai apakah memberi
kan. penjelasan tentang problema
l Menurunkan model teoritik
dan menghubungkan dengan
problema.
C
HIPOTESIS 1. Menyusun l Menilai apakah hipotesis atau
fakta
l Menyusun hipotesis
yang dapat diuji
2. Menyeleksi l Memilih yang berguna dan
yang dapat diuji dalam waktu
tertentu dengan peralatan
yang ada
3. Kriteria l Menentukan apakah hasil
percobaan cukup utuk
membuktikan kebenaran
hipotesis
l Menurunkan kriteria
untuk percobaan

10
Pembelajaran di
Laboratorium

D
PERCOBAA 1. Rencana l Menyusun percobaan yang
N dapat membuktikan
kebenaran hipotesis
l Memperkirakan apakah
kriteria (C-3) dipenuhi
l Memperkirakan keterbatasan
alat-alat, alat ukur, dan
ketrampilan
l Membuat rencana kerja yang
lengkap
l Memperbaiki ketrampilan bila
perlu
l Merencanakan percobaan
untuk mengontrol hasil
percobaan
2. Mengerjakan l Mengerjakan rencana
l Memakai peralatan
l Mengukur dengan
ketelitian yang dikehendaki
l Mencatat data/pikiran
secara sistematis
3. Statistik l Menyusun data secara logis
l Membagi data sesuai dengan
relevansi
l Memperkirakan keter-
andalan/keseksamaan
l Memakai metode
statistik untuk
menghitung keterandalan

11
Pusat Pengembangan Pendidikan
UGM

l Mengektrapolasi/intrapolasi
data, dan memperkirakan
apakah diperbolehkan
l Membandingkan dengan
informasi yang lain
l Menilai hasil sementara
secara kritis
4. Optimalisasi l Atas dasar evaluasi menyusun
rencana kerja yang lebih baik
untuk membuktikan
kebenaran hipotesis
E
KESIMPULAN 1. Hipotesis l Membedakan relevansi yang
kebetulan dan yang sebab-
akibat.
l Menentukan apakah ada
cukup data
l Melihat hubungan-
hubungan yang ada
l Merumuskan kesimpulan
tentang hipotesis-
hipotesis
2. Problema l Menilai kesimpulan terhadap
kriteria, teori-teori
l Bila penilaian itu negatif
bersedia mengulang
prosedur
l Mencari alasan bila ada
kesimpulan kurang
menentu
12
Pembelajaran di
Laboratorium

F
LAPORAN 1. Catatan l Mencatat semua pikiran yang
berhubungan dengan
aktivitas pada tahapan lain
2. Laporan l Melaporkan metode dan
prosedur, data dan
interpretasi
q Supaya kebenaran
dapat dibuktikan dan
dikontrol
q Supaya dengan mudah
pokok permasalahan
dapat dimengerti
q Supaya pembaca dapat
melihat guna atau
manfaat.

Tujuan instruksional ini belum lengkap dan masih perlu dirinci


dan disesuaikan untuk masing-masing kegiatan praktikum yang
dilakukan.
Tidak diragukan lagi bahwa pembelajaran di laboratorium memiliki
beberapa kegunaan, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Mengajarkan materi teori yang tidak bisa diajarkan di tempat
lain.
2. Menyajikan dan menjelaskan bahan ajar.
3. Menumbuhkembangkan kemampuan psikomotorik.
4. Meningkatkan kemampuan dalam mengikuti petunjuk.
5. Membiasakan mahasiswa dengan peralatan/instrumen dan
perlengkapan praktikum.
6. Membiasakan mahasiswa merancang dan mengkonstr
13
Pusat Pengembangan Pendidikan
uksi peralatan percobaan. UGM

14
Pembelajaran di
Laboratorium

7. Meningkatkan keahlian/ketrampilan pengamatan.


8. Meningkatkan keahlian/ketrampilan dalam mengumpulkan dan
interpretasi data.
9. Meningkatkan kemampuan menjelaskan hasil percobaan.
10. Meningkatkan kemampuan menulis secara koheren dan
argumentasi yang bagus dan terarah.
11. Meningkatkan kemampuan belajar mandiri.
12. Mendorong kemandirian berfikir.
13. Merangsang pemikiran yang mendalam mengenai interpretasi
percobaan.
14. Meningkatkan keahlian mahasiswa dalam pemecahan masalah
dengan variabel berjumlah besar dan banyak kemungkinan cara
pemecahannya.
15. Mendorong inisiatif, semangat berusaha, dan pemberdayaan akal.
16. Meningkatkan tanggung jawab dan keandalan personal untuk
melakukan percobaan.
17. Mananamkan kemampuan mengukur secara tepat dan seksama
18. Men umb uhkembangkan kepercayaan/keyakinan pada
kemampuan diri.
19. Menumbuhkembangkan kecerdikan/keahlian.
20. Memperkuat keyakinan akan kebenaran teori-teoari.
21. Menanamkan kemampuan merancang percobaan dan
menafsirkan data yang diperoleh.
22. Melatih penulisan laporan teknik.
23. Memuaskan keingintahuan peserta didik.
24. Menumbuhkembangkan sikap ilmiah dan pemahaman tentang
metologi ilmiah/ rekayasa melalui penyelidikan eksperimental.
Karena kegunaan pembelajaran di laboratorium sangat banyak, maka
sangat sulit dibuat suatu laboratorium yang dapat memenuhi semua

15
Pusat Pengembangan
kegunaan tersebut. Oleh karena itu tiap-tiap modul/ topik/Pendidikan
program
UGM

16
Pembelajaran di
Laboratorium

pembelajaran laboratorium harus memiliki butir-butir maksud/ tujuan/


kemanfaatan yang diutamakan.
Pertanyaan-pertanyaan relevan untuk membantu dalam penetapan
sasaran dalam pembelajaran laboratorium antara lain:
l Manakah yang lebih penting, operasi dan peralatan atau azas
yang dijelaskan olehnya?
l Manakah yang akan ditekankan, percobaan atau hasil
percobaannya
l Apa fokusnya, mendapatkan data/ informasi yang tepat dan
seksama atau menafsirkan dan menyampaikan hasilnya?

17
Pembelajaran di Laboratorium

KENDALA UMUM PEMBELAJARAN


DI LABORATORIUM

Beberapa penelitian melaporkan bahwa ada kecenderungan


pembelajaran di laboratorium untuk tujuan peningkatan ketrampilan
tingkat rendah, hanya mempelajari pengetahuan bagian permukaan
atau pengetahuan dengan tingkat pemahaman rendah terhadap
hubungan antara teori dan praktik. Selain itu sering dijumpai kebiasaan
negatif yang dilakukan mahasiswa dalam pembelajaran di
laboratorium, biaya pelaksanaan yang tinggi, kurang efektifnya
pemanfaatan biaya karena rendahnya perhatian dosen dalam
pelaksanaan kegiatan, dan tidak sebandingnya fungsi praktikum terhadap
jumlah waktu yang dicurahkan untuk kegiatan tersebut. Beberapa
kendala umum dan penyebab rendahnya mutu pembelajaran praktikum
di laboratorium, adalah sebagai berikut:
l Sering kali praktikum di laboratorium menjadi sebuah kebiasaan
karena mahasiswa mengikuti petunjuk r utin dan
tidak menggunakan kemampuan berpikirnya.
l Sering kali ada anggapan bahwa proses pembelajaran terjadi
dengan sendirinya jika mahasiswa diberi informasi. Hal ini tidak
benar, karena pemahaman secara tuntas dalam proses
pembelajaran diperlukan beberapa faktor antara lain; waktu
untuk belajar, pemikiran, keseriusan, komitmen, dan ekplorasi
aktif mahasiswa untuk memperoleh pengalaman tersebut. Oleh
sebab itu praktikum di laboratorium yang didominasi dengan
14
instruksi

15
Pusat Pengembangan Pendidikan
UGM

oleh dosen/instruktur akan menyebabkan sedikitnya jumlah


mahasiswa yang mau mengembangkan komitmen, pemikiran,
dan eksplorasi aktifnya (Ramsden,1992).
l Potensi pembelajaran di laboratorium sangat tergantung pada
program yang disusun (konsep kunci), tetapi tingkat pemahaman
dalam pembelajaran praktikum sering kali terbatas pada
pembelajaran di bagian luar di mana ilmu pengetahuan
ditempatkan di dalam unit isolasi dan tidak terhubung dengan
pembelajaran ilmu yang lainnya.
l Bekal pengetahuan awal (pre-requisite knowledge)
sebelum melakukan praktikum adalah penting oleh karena itu
bekal ilmu pengetahuan sebelumnya yang tidak cukup
menyebabkan mahasiswa sulit mengikuti proses pembelajaran
praktikum di laboratorium. Bila mahasiswa baru saat masuk
universitas memiliki pengertian yang keliru tentang fenomena
ilmiah dan tidak mau menanggalkan pola pikir lama mereka,
serta secara kaku mengikuti tata cara pembelajaran yang
terstruktur, maka hal ini cenderung menambah kelangsungan
ketidakesfisiensian pembelajaran di laboratorium. Oleh
karena itu kebebasan untuk merancang percobaan dan
“menemukan” ilmu pengetahuan baru di laboratorium menjadi
menurun.

Hal lain sebagai penyebab rendahnya kualitas pembelajaran di


laboratorium adalah rendahnya dukungan fasilitas di laboratotium.
Kualitas pembelajaran di laboratorium merupakan penggabungan antara
dukungan dan tantangan, secara skematis dapat digambarkan sebagai
berikut (Horabin and Williams, 1992): Gambar 1.

16
Pembelajaran di
Laboratorium

Tingg Tantangan yang berlebihan Paduan yang tepat antara


i tanpa dukungan. Banyak tantangan dan dukungan sesuai
mahasiswa “hilang” dan dengan rencana, kemajuan, dan
“pindah” kesempatan

Informasi berlebihan Terlalu banyak aturan tetapi


Derajat “spoon-feeding” seperti
menyebabkan belajar
Tantangan memberikan jawaban yang
menghapal, menjemukan dan
benar dan mahasiswa tidak
memerlukan banyak waktu.
perlu berfikir

Rendah Derajat Dukungan Tinggi

Gambar 1. Tingkat dukungan dan tantangan dalam pembelajaran di


laboratorium

17
Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

METODE PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM

Pembelajaran di laboratorium merupakan salah satu proses


pembelajaran melalui pendekatan pengalaman, karenanya para dosen/
instruktur perlu memberi bimbingan kepada mahasiswa dalam melakukan
praktikum agar mahasiswa dapat mengungkapkan percobaan mereka
secara kritis dan dapat menggali kemandirian untuk menemukan sesuatu.
Gambar 2 menyatakan siklus pengalaman dalam proses pembelajaran:

Pengalaman
Nyata

aktif
melakukan Pengungkapan
percobaan Pengamatan

Pengintisarian
Pemahaman

Gambar 2. Siklus pengalaman dalam proses pembelajaran


Peran dosen/instr uktur dan mahasiswa dalam memperoleh

17
pengalaman dalam proses pembelajaran dituliskan sebagai berikut:

18
Pembelajaran di
Laboratorium

Mahasiswa Dosen/instruktur
v Secara aktif mencari v Merencanakan dan
pengalaman membagi tugas-tugas
v Menggambarkan/menguji v Mengamati, memberi
ide dan asumsi-asumsi umpan balik, membimbing,
v Membagi pengalaman, dan membantu
menjelaskan, memilih v Memberi bantuan jika
cara kerja diperlukan dan membantu
v Membangun rasa percaya menghubungkan dengan
diri kenyataan
v Mendorong, mendukung,
dan memastikan

Para dosen/instr uktur di labora torium per lu


memperhatikan perbedaan antara belajar untuk menghafal dan belajar
untuk memahami serta perbedaan posisi pada rangkaian kesatuan
pembelajaran di laboratrorium. Contohnya, simbol dan rumus kimia bisa
dipelajari dengan cara dihafal atau difahami, bisa juga diajarkan dengan
cara lain yaitu melalui resep, percobaan, atau tugas problema (Yorke,
1981).
Pusat Pengembangan Pendidikan
UGM

Dipilih
Pengoperasian Percobaan rutin Bahan oleh
Pembelajaran peralatan untuk terprogram mahasiswa
pemahaman dengan membuktikan ada format
pemahaman teori operasionalnya
Kegiatan

Pengoperasian Percobaan rutin Berlatih


Pembelajaran peralatan tanpa yang tidak praktik
Hapalan pemahaman berhubungan
Dipilih
dengan teori
oleh dosen

Pembelajaran Tersedia Pembelajaran


Resep Petunju Mandiri
k
Gambar 3. Kegiatan praktik dihuhubungkan dengan pembelajaran
teori

Prinsip dasar pembelajaran di laboratorium adalah mahasiswa belajar


sendiri dan saling belajar dengan mahasiswa lain dalam tim. Meskipun
secara prinsip dalam pembelajaran di laboratorium mahasiswa belajar
dengan cara mereka sendiri, tetapi dosen menyediakan percobaan, tugas,
instruksi, dan petunjuk pelaksanaan. Agar bisa melakukan tugas tersebut,
dosen perlu memiliki ketrampilan seperti yang dinyatakan pada Tabel 1.
Tabel 1. Ketrampilan dosen dan kegunaannya dalam pembelajaran di
laboratorium
Ketrampilan Dosen Kegunaan
1. Memperagakan dan 1. Menumbuhkan dan
menjelaskan mempertahankan ketertarikan
mahasiswa
2. Bertanya, mendengar, dan 2. Melatih teknisi dan asisten
merespon
3. Mengarahkan dan memberi 3. Membantu mahasiswa
umpan balik dalam belajar
4. Menyiapkan sebuah 4. Memfasilitasi
rangkaian pembelajaran di
laboratorium dan segala
aktivitasnya

Beberapa Cara Konvensional Pembelajaran di Laboratorium


Secara umum cara pembelajaran di laboratorium dapat
dikelompokkan menjadi 5 jenjang yaitu: 1. peragaan, 2. latihan, 3.
penyelidikan terstruktur, 4. penyelidikan secara terbuka, dan 5. proyek.
Penjenjangan ini didasarkan atas derajat ketersediaan informasi dan waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tersebut.

1. Peragaan (demonstration)
Peragaan umumnya dirancang untuk mengilustrasikan garis besar
prinsip-prinsip teoritik dalam perkuliahan. Peragaan sebaiknya dilakukan
secara singkat di akhir kuliah. Dengan peragaan ini prinsip-prinsip yang
berkaitan dengan materi perkuliahan dapat tidak mudah dilupakan. Oleh
karena itu peragaan/demonstrasi sebaiknya tidak dilakukan di awal
kuliah, karena prinsip-prinsip dari materi tersebut belum diketahui oleh
mahasiswa.
2. Latihan (Exercises)
Latihan adalah percobaan terstruktur agar mahasiswa dapat mengikuti
suatu instruksi dengan tepat, memperoleh kemampuan observasi, dan
menjadi trampil. Latihan dimaksudkan juga untuk menegaskan teori dan
dengan sarana yang relatif terbatas dapat menanamkan informasi ilmu
pengetahuan baru. Latihan yang diulang-ulang secara terus menerus
dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengerti tujuan pembelajaran
tersebut.
3. Penyelidikan terstruktur (Structured enquiries)
Penyelidikan terstruktur merupakan bagian dari percobaan terstruktur
di mana mahasiswa diminta mengembangkan prosedur sendiri dan
menginterpretasikan hasilnya. Mereka harus trampil dalam pemecahan
masalah juga terampil dalam interpretasi, observasi, dan pekerjaan tangan
(manual).
4. Pernyelidikan secara terbuka (Open ended enquiries)
Penyelidikan secara terbuka dimaksudkan agar mahasiswa dapat
mengidentifikasi sebuah problema, memformulasikan penyelesaian,
mengembangkan/menyusun pelaksanaan percobaan, menginter-
pretasikan hasil, dan mengetahui penerapannya. Beberapa batasan dapat
diberikan pada pelaksanaan penyelidikan ini misalnya waktu, peralatan,
dan bahan. Pembelajaran ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan
ketrampilan pemecahan masalah dengan derajad lebih tinggi dan untuk
peningkatkan keahlian meneliti dengan derajad yang lebih rendah.
5. Proyek (Project)
Proyek didasarkan pada percobaan dengan skala waktu panjang,
belajar di lapangan, atau rangkaian percobaan yang biasanya sebagai
tugas akhir untuk syarat lulus. Dengan kegiatan ini mahasiswa menjadi
mampu:
v Menggali lebih dalam bidang yang diamati
v Mengembangkan insiatif dan pemberdayaan akal
v Meningkatkan keingintahuan intelektual
v Mengembangkan inovasi dengan sepenuhnya

Proyek memberikan pengalaman pembelajaran yang sempurna tetapi


memerlukan waktu relatif banyak bagi mahasiswa dan pembimbing.
Proyek bisa ditangani secara individu atau sebuah tim. Kerja tim ada
kemungkinan muncul permasalahan sehubungan dengan penaksiran tugas
atau maksud proses pengalaman belajar tetapi kerja tim memiliki banyak
keuntungan yaitu meningkatkan kemampuan kerja sama dengan orang
lain.
Hierarki ketrampilan yang dapat dimiliki dalam berbagai metode
pembelajaran di laboratorium tersebut perlu diketahui, sehingga dapat
dimengerti sasaran pembelajaran untuk masing-masing metode. Tabel 2
menyatakan skema analisis hierarki pembelajaran di laboratorium. Tabel
ini sangat berguna untuk menentukan level penelitian ilmiah berdasarkan
tingkat kemandirian murid dalam hal kemampuan menyelesaiakan
masalah (Hegarty,1978).
Tabel 2. Aras Pemahaman Ilmiah Dalam Kerja
Laboratorium

Given= informasi diberikat oleh dosen, Open = mahasiswa mencari informasi


sendiri

Istilah pembelajaran di laboratorium yang lazim dikenal di


masyarakat kita sampai saat ini yaitu; Kegiatan 1 dikenal sebagai
peragaan, kegiatan
2, 3, dan 4 dikenal dengan praktikum, sedangkan kegiatan 5 dikenal
dengan proyek atau penelitian.
Pembelajaran di Laboratorium

PENINGKATAN PEMBELAJARAN DI
LABORATORIUM

Menurut Brown and Atkins (1988) ada 5 kategori yang perlu


diperhatikan dalam peningkatan pembelajaran di laboratorium, yaitu:
1. Tujuan atau sasaran
Tujuan dan sasaran dari setiap sesi praktikum perlu dirumuskan
dengan jelas. Hal ini untuk meminimasikan kemungkinan terjadinya suatu
keadaan yaitu sasaran yang kurang penting tercapai tetapi sasaran yang
penting tidak tercapai.
2. Petunjuk pelaksanaan
Petunjuk/perintah pelaksanaan kegiatan harus jelas dan tidak
membingungkan. Hal ini harus dirancang agar mahasiswa dapat
menangkap dengan jelas gambaran penting tentang peralatan atau bahan-
bahan yang diperlukan. Diagram alir (flow chart), pohon
keputusan, dan pernyataan tertulis yang dilengkapi dengan diagram yang
jelas sangat diperlukan untuk perintah-perintah yang kompleks.
3. Asisten laboratorium terlatih
Asisten laboratorium perlu terlatih sehingga mampu melaksanakan
tugas dengan baik. Tugas asisten laboratorium adalah membantu
mahasiswa dalam melakukan kegiatan sebagai berikut:
l Melaksanakan kegiatan sesuai dengan petunjuk.
l Menyelesaikan permasalahan yang muncul.
l Mengatur peralatan.
l Memeriksa fungsi peralatan.
24
Pembelajaran di
Laboratorium

l Mendapatkan, mengamati, dan mencatat hasil percobaan.


l Mencatat metode atau hasil.
l Menghubungkan hasil percobaan dengan dasar-dasar teori atau
dengan hasil percobaan lainnya.
Jadi, asisten laboratorium haruslah memahami percobaan dan terbiasa
dengan peralatan serta prosedurnya, sehingga bisa membantu mahasiswa.
Dosen yang bertanggung jawab dalam praktikum harus dapat membantu
para asisten dengan menyediakan buku pedoman kerja laboratorium.
Buku pedoman/panduan kerja laboratorium tersebut harus menguraikan
percobaan secara ringkas dan sebagai petunjuk bagi asisten/pelaksana
tentang apa yang harus dilaksanakan selama melaksanakan kegiatan di
laboratorium. Dosen sebaiknya juga meluangkan waktu melatih asisten
laboratorium untuk meningkatkan keahliannya/kemampuannya. Hal-
hal yang perlu diperkenalkan kepada para asisten agar asisten
laboratorium memperoleh keahlian yang berguna dalam kegiatan:
l Mengamati mahasiswa dalam bekerja.
l Mengantisipasi kesulitan umum dari proses pemahaman.
l Mengenali kesulitan umum dari proses pemahaman.
l Memberikan pandangan umum, menguraikan dengan jelas proses
dan prosedur praktikum.
l Memberikan petunjuk/perintah.
l Memberi pertanyaan untuk klarifikasi kesulitan dari proses
pemahaman.
l Memberi pertanyaan untuk mengarahkan mahasiswa ke
seluruh aktivitas.
l Menjawab pertanyaan mahasiswa secara sederhana, langsung,
dan dengan tidak mengkritik.
l Memberikan dukungan dan dorongan
l Bertindak dengan tepat saat memberi bantuan ke mahasiswa.

4. Cara memfasilitasi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, metode pembelajaran di
laboratorium sedapat mungkin membuat mahasiswa belajar mandiri dan
saling belajar dengan temannya. Banyak cara untuk memfasilitasi agar
25
Pusat Pengembangan Pendidikan
UGM

hal tersebut dapat tercapai. Fasilitas yang disediakan ini sebaiknya secara
eksplisit berisi tujuan percobaan, perintah yang jelas, dan diagram
carakerja yang jelas. Fasilitas tersebut dapat disajikan dalam bentuk:
l Serangkaian slide untuk memperlihatkan proses, prosedur
yang kompleks, atau peralatan yang rumit.
l Tape recorder berisi instruksi, penjelasan, dan cara
penghitungan
l Gambar di dinding untuk memajang instruksi, demonstrasi,
dan deskripsi peralatan.
l Video untuk menyediakan instruksi, cara kerja peralatan, dan
peragaan teknis atau prosedur.
l Program-program komputer untuk menjelaskan percobaan,
menyediakan petunjuk, untuk menggambarkan hasil hitungan,
dan menulis pertanyaan-pertanyaan.
l Video interaktif untuk simulasi di laboratorium (video
dan komputer).

5. Pertanyaan dan daftar pengecekan untuk evaluasi


diri
Mahasiswa harus didorong untuk membaca dan berfikir tentang
semua aspek aktivitas di laboratorium. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberi pertanyaan kepada mahasiswa sebelum melakukan
penelitian/percobaan atau tugas dan diulang lagi setelah selesai
melakukan penelitian/ percobaan tersebut. Dalam pertanyaan-
pertanyaan tersebut dapat berisi petunjuk point-point yang dipandang
penting. Pertanyaan-pertanyaan ini juga dapat memotivasi mahasiswa
untuk memeriksa apakah mereka sudah melaksanakan prosedur secara
benar.
Daftar pengecekan untuk evaluasi diri dapat digunakan sebagai alat
bantu yang sangat berguna dalam hal peningkatan pembelajaran di
laboratorium. Hal ini dapat digunakan oleh mahasiswa untuk menguji
apakah tugas-tugas telah dilakukan dengan benar, apakah impilikasinya,
26
Pembelajaran di
dan bagaimana mereka akan memperbaiki? Jika mereka bekerja secara
Laboratorium
beregu (tim) mereka dapat saling mengevaluasi, satu dengan yang lain,
dengan bantuan daftar pengecekan ini.

27
Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Rencana pembelajaran praktikum


Dalam pembelajaran praktikum diperlukan prosedur yang disusun
secara logis dan sesuai untuk melatih ketrampilan, agar tujuan benar-
benar dapat tercapai.

Metodologi praktikum
Metode praktikum mencakup semua kegiatan yang harus dipelajari
dalam praktikum, seperti: menganalisis problema, mengumpulkan
informasi, menyusun hipotesis, merencanakan percobaan, dan menarik
kesimpulan. Pada akhir studi mahasiswa harus memiliki semua
ketrampilan itu. Ini berarti bahwa ketrampilan-ketrampilan itu selama
proses pembelajaran harus mendapat perhatian secara bertahap dan
teratur. Mahasiswa harus melakukan tugas-tugas praktikum secara
berangsur meningkat dalam kesukaran dan kerumitan. Dengan tugas-
tugas tersebut mahasiswa melatih diri. Dalam berlatih mahasiswa akan
memerlukan petunjuk-petunjuk yang heuristik (Dikti, 1982)

Penyusunan tugas problema


Suatu tugas praktikum harus mencakup suatu problema pada tingkat
kemampuan mahasiswa, yang memungkinkan melatih semua ketrampilan
yang penting dalam praktikum tersebut. Kemampuan mahasiswa berbeda
maka suatu tugas tidak dapat sesuai untuk semua mahasiswa. Karena itu,
para asisten harus menyesuaikannya, misalnya suatu tugas dapat dibuat
lebih mudah atau lebih sukar.
27
Pusat Pengembangan Pendidikan
UGM

Organisasi praktikum
Praktikum harus berhubungan dengan teori yang sudah dipelajari,
yang bertujuan untuk mendalaminya. Untuk mengikuti sesuatu praktikum
sebaiknya ada persyaratan seperti sudah lulus kuliah-kuliah yang
berhubungan dengan praktikum tersebut. Karena itu dimungkinkan tidak
perlu mengadakan ujian masuk praktikum. Tugas praktikum harus
sedemikian sehingga dapat diselesaikan dalam beberapa perioda
praktikum. Per perioda praktikum (4 jam), diharapkan mahasiswa bekerja
sendiri sekitar 1,5 jam untuk persiapan, perhitungan atau laporan. Karena
itu bagian persiapan, bagian diskusi kesalahan dan ketelitian dan bagian
pembuatan laporan harus dilakukan selama praktikum. Hal ini penting
terutama pada tingkat studi yang rendah.

Bimbingan pada praktikum


Pelaksanaan praktikum memerlukan sesuatu organisasi yang baik dan
cara bimbingan yang tepat, sehingga mahasiswa dapat belajar dari
kesalahannya. Terutama bimbingan harus diarahkan agar mahasiswa
sibuk secara sadar. Bimbingan hanya akan berjalan baik, bila
kelompok mahasiswa tidak terlalu besar. Untuk kebanyakan praktikum
bimbingan ini tidak dapat diserahkan kepada asisten-mahasiswa. Dari segi
efisiensi proses pendidikan, seorang dosen akan lebih baik membimbing
praktikum dan menulis teorinya dalam diktat daripada memberi kuliah
dan menyerahkan praktikum pada asisten-mahasiswa.
Bila dipakai asisten-mahasiswa haruslah mereka dilatih sebaik-
baiknya. Baik dosen maupun asisten haruslah mengadakan persiapan yang
cukup untuk mengemban tugas sebagai pembimbing. Sebagai
seorang pembimbing ia harus pernah melakukan sendiri tugas-tugas
praktikum sebelumnya dan memikirkan cara-cara pemecahan alternatif.
Di samping itu ia harus pula mengusahakan dan menyediakan informasi
mengenai teori dan alat dalam bentuk tulisan, sehingga ia dapat
mencurahkan perhatian sepenuhnya pada tugas yang sebenarnya yaitu

28
Pembelajaran di
membimbing
Laboratorium
dan mengarahkan proses belajar para mahasiswa.

29
Pusat Pengembangan Pendidikan
UGM

Petunjuk untuk pembimbing dapat diringkas sebagai berikut:


1. Persiapkan dengan baik; kerjakan tugas/percobaan dan pikirkan
alternarif pemecahannya.
2. Persiapkan bahan tertulis yang dapat mengarahkan mahasiswa
yang mengalami kesulitan dengan suatu tugas. Bahan tertulis
tersebut diberikan bila perlu.
3. Aturlah agar mahasiswa mempersiapkan diri; berikan bahan
orientasi yang terarah dan soal-soal yang dapat diselesaikan
sebelumnya.
4. Bimbinglah mahasiswa secara perorangan; jangan memberikan
kuliah lisan kepada kelompok mahasiswa.
5. Bimbinglah kelompok mahasiswa yang sama selama beberapa
minggu berturut-turut, supaya dapat memperhatikan dan dapat
menghilangkan kelemahan-kelemahan mahasiswa langkah demi
langkah.
6. Ingat bahwa waktu sangat terbatas: kalau ada 10 mahasiswa,
berarti hanya tersedia 6 menit per orang per jam.
7. Gunakanlah waktu itu supaya ada kontak singkat berulang kali;
tidak satu kali 6 menit tetapi 3 kali 2 menit.
8. Ingatlah bahwa mahasiswa takut memperlihatkan kelemahan;
karenanya sebutkan juga titik yang positif.
9. Perhatikan cara kerja mahasiswa, pertama apakah sesuai dengan
metode, baru kemudian apakah benar sesuai bidang ilmu.

Lebih khusus pada cara kerja harus diperhatikan:


10. Analisis tugas: sering mahasiswa terlalu cepat menyusun rencana
pengukuran tanpa menelusuri terlebih dahulu kriteria apa yang
harus dipenuhi.
11. Rencana tugas: belajar merencanakan kegiatan harus sedemikian
sehingga dalam waktu yang telah ditetapkan dapat diperoleh
hasil-hasil yang berarti. Hal ini harus diajarkan dari permulaan.
30
Pembelajaran di
Laboratorium

12. Percobaan : kegiatan melakukan suatu pengukuran cepat/


kualitatif yang mungkin untuk memperoleh gambaran
merupakan suatu cara penting.
13. Penelitian literatur harus dimasukkan dalam percobaan dari awal
secara tahap demi tahap. Bimbingan bagaimana mencari data
dari literatur, dan bagaimana caranya menggunakan buku-buku
petunjuk, majalah dan brosur, harus diberikan.
14. Pengukuran. Pengukuran dengan ketelitian yang dikehendaki
lebih penting daripada pengukuran seteliti mungkin. Misalnya
kalau pengukuran dikehendaki dengan ketelitian dua bilangan
di belakang koma (10,25) tidak perlu kita megukur sampai empat
bilangan di belakang koma (10,2514), atau memilih alat dengan
ketelitian yang baik.
15. Kebenaran dan ketelitian data dan kesimpulan harus selalu
dilaporkan secara eksplisit.
16. Penulisan buku catatan kegiatan harian, berisi pemikiran,
percobaan, dan sebagainya merupakan suatu keharusan. Buku
catatan kegiatan harian ini harus memenuhi kriteria sedemikian
sehingga penulis atau pembaca dapat membaca kembali, apa
yang ia melakukan dan mengapa ia lakukan percobaan dengan
cara itu.

31
Pusat Pengembangan Pendidikan
UGM

Kegiatan praktikum dapat dinyatakan dalam skema pada Gambar 4

Ya Ya
Persiapan Ujian PRAKTIKUM Lulus
Ujian

Tidak Tidak

Ujian teori + Penilaian secara Ujian teori +


ketrampilan kontinu untuk ketrampilan
dasar memperbaiki dasar
proses belajar

Formatif
Waktu Sumatif

Gambar 4 . Skema kegiatan praktikum

Penilaian praktikum
Di dalam praktikum, penilaian dapat digunakan untuk memenuhi
berbagai fungsi. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan bentuk
penilaian yang sangat informal oleh asisten. Bentuk penilaian yang lain
ialah penilaian sikap awal. Telah dikemukakan bahwa tugas-tugas
biasanya harus mempunyai hubungan dengan teori yang telah dibahas
sebelumnya. Untuk mendorong agar mahasiswa mempelajari kembali
bahan pelajaran, mempersiapkan diri dengan baik dan untuk memeriksa
apakah mahasiswa cukup mengetahui bahannya untuk dapat turut ambil
bagian secara bermakna dalam praktikum, dapat diadakan suatu ujian
awal. Ujian ini harus segera dinilai dan bila tidak memenuhi persyaratan,

32
Pembelajaran diharus segera
mahasiswa diberi tugas. Tugas yang seharusnya
Laboratorium
dilakukan dapat berupa

33
mempelajari kembali sebagian dari teori atau tidak diperkenankan
mengikuti praktikum. Dengan ujian ini dapat diatur supaya mahasiswa-
mahasiswa yang kurang rajin tidak meminta waktu terlalu banyak dari
dosen/asisten. Ada juga bentuk penilaian yang didasarkan atas penilaian
sikap akhir. Pada penilaian ini perlu ditelusuri apakah tujuan telah
tercapai. Penilaian itu harus dilakukan pada akhir praktikum dan ada
dua konsekuensinya. Pertama untuk mahasiswa: suatu penilaian negatif
berarti bahwa ia harus melakukan kegiatan belajar tambahan, kadang-
kadang juga ia harus mengulangi praktikumnya. Konsekuensi kedua ialah
terhadap pendidikan, bila banyak mahasiswa tidak memenuhi syarat
berarti, bahwa pendidikan tidak menuntun mahasiswa tersebut ke arah
tingkatan yang dikehendaki. Mungkin prosedur pendidikan harus
diperbaiki. Mungkin pula seleksi sebelumnya tidak benar sehingga
mahasiswa-mahasiswa yang tidak mampu turut ambil bagian. Untuk
penilaian yang sumatif ini, kita tidak mengindahkan sikap mahasiswa
selama praktikum. Bila dia dapat membuktikan tercapainya tujuan-
tujuan praktikum, misalnya terhadap suatu tugas akhir yang representatif,
dia akan lulus. Untuk menghindarkan suatu tugas yang tidak cukup
representatif, kita dapat menggunakan berbagi tugas, unruk menguji
ketrampilan yang berbeda atau dapat juga yang sebagian sama. Dengan ini
dapat pula dihindari pengaruh-pengaruh yang tidak dikehendaki, seperti
kondisi badan mahasiswa pada hari itu. Di samping itu dapat pula
diminta beberapa penilai untuk memberi penilaian. Ini berarti bahwa kita
menilai berdasarkan satu tugas yang ditempatkan pada akhir suatu
praktikum dan mahasiswa-mahasiswa dinilai oleh dosen atau asisten yang
tidak membimbingnya selama praktikum.

Penyusunan
laporan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, kebanyakan dari
mahasiswa lambat dalam kegiatan studinya pada tahun-tahun terakhir, di
mana harus ditulis skripsi, laporan-laporan praktikum, dan penelitian.
Keterlambatan ini disebabkan oleh keragu-raguan mahasiswa dalam
menulis laporannya. Keragu-raguan ini disebabkan oleh tidak jelasnya
syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu laporan, dan tidak pernah
dipelajarinya cara membuat laporan. Oleh karena itu mahasiswa perlu
dilatih tentang pembuatan laporan. Untuk mempelajari pembuatan laporan
berikan dua petunjuk
Pertama-tama tatacara pembuatan laporan harus dipelajari setahap-
demi setahap. Ini berarti bahwa dalam tahun pertama mahasiswa sudah
harus mulai diminta membuat suatu laporan ringkas, atau pelajaran
mahasiswa pada tahap pertama harus diarahkan kepada:
1. Penyusunan dan pembagian suatu laporan;
2. Kemudian mengisi berbagai paragraf, setelah itu menghubung-
hubungkan paragraf-paragraf tersebut, dan akhirnya;
3. Mengisi prakata, pendahuluan, abstrak, daftar isi, dan susunan.
Jadi pertama-tama harus terlebih dahulu direncanakan bagaimana
susunan dan pembagian yang akan dibuat, sebelum menyelesaikan
selengkapnya.

Selama proses pempelajaran mahasiswa harus mendapat umpan


balik
Ini mencakup pada semua tahap tersebut di atas, harus ada
pengamatan dan bimbingan dosen. Jadi mahasiswa tidak diberikan
komentar pada isi laporan saja, tapi juga pada susunannya.

Penilaian
laporan
Penilaian suatu laporan biasanya harus dilakukan dua kali, pertama
oleh pembimbing yang bertugas meneliti apakah laporan sudah lengkap
dan sesuai dengan yang seharusnya dilaksanakan. Laporan juga harus
dinilai segi-segi pembuatan laporannya, yaitu konsistensi, isi, pembagian,
bentuk , dan penggunaan bahasa. Karena penilaian melibatkan beberapa
orang, harus dapat diargumentasikan pada mahasiswa, harus diberikan
petunjuk untuk perbaikan. Juga karena penilaian harus menunjukkan ada
tidaknya kemajuan dalam prestasi bealjar, maka diperlukan suatu
formulir penilaian.
Pembelajaran di Laboratorium

KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

Percobaan yang dilakukan di laboratorium umumnya menggunakan


berbagai bahan kimia, peralatan gelas, dan instrumentasi khusus yang
dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan bahaya terhadap
kesehatan bila dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Kecelakaan itu
dapat juga terjadi karena kelalaian atau kecerobohan kerja, ini dapat
membuat orang tersebut cedera, dan bahkan bagi orang disekitarnya.
Keselamatan kerja di laboratorium merupakan dambaan bagi setiap
individu yang sadar akan kepentingan kesehatan, keamanan, dan
kenyamanan kerja. Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan
resiko kecelakaan. Oleh karena itu dalam setiap penuntun praktikum perlu
dituliskan petunjuk keselamatan kerja dan perlu dijelaskan berulang-ulang
agar setiap individu lebih meningkatkan kewaspadaan ketika bekerja di
laboratorium. Informasi perihal keselamat kerja dapat dengan mudah
diperoleh dari pustaka dan interner. Tetapi yang menjadi hambatan adalah
keengganan mencari informasi tersebut sebelum melakukan pekerjaan di
laboratorium. Oleh karena itu dalam buku ini dituliskan hal tersebut
dengan singkat dan sederhana. Tulisan keselamat kerja di laboratorium ini
disadur dari tulisan Djulia Onggo, PhD (2002) yang dimuat di
http://www.c hem.itb/ safety/, dengan penyesuaian secukupnya.
Berbagai peristiwa yang pernah terjadi perlu dicatat sebagai latar
belakang pentingnya bekerja dengan aman di laboratorium. Sumber
bahaya terbesar berasal dari bahan-bahan kimia, oleh sebab itu diperlukan
pemahaman mengenai jenis bahan kimia agar yang bekerja dengan
bahan-bahan tersebut dapat lebih berhati-hati dan yang lebih penting
34
Pembelajaran di
Laboratorium

lagi tahu cara menanggulanginya. Limbah bahan kimia sisa percobaan


harus dibuang dengan cara yang tepat agar tidak menyebabkan polusi
pada lingkungan. Cara menggunakan peralatan umum dan berbagai
petunjuk praktis juga dibahas secara singkat untuk mengurangi
kecelakaan yang mungkin terjadi ketika bekerja di Laboratorium.
Dengan penge- tahuan singkat ini diharapkan setiap individu khususnya
para asisten dapat bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan kerja
mahasiswa di laboratorium dengan sebaik-baiknya.
Kecelakaan di laboratorim pasti pernah terjadi di setiap laboratorium
walau dengan skala berbeda-beda. Kecelakaan di laboratorium dapat
merupakan cermin bagi setiap orang untuk meningkatkan
kewaspadaannya ketika bekerja di laboratorium. Peristiwa-peristiwa
tersebut kadang- kadang terlalu pahit untuk dikenang, namun dapat
meninggalkan kesan pendidikan yang baik, agar tidak melakukan
kesalahan dua kali pada peristiwa yang sama. Kecelakaan di laboratorium
dapat menyebabkan kerugian materi yang tidak sedikit, dan proses
pembelajaran mahasiswa menjadi terhambat karena diperlukan waktu
yang tidak sedikit untuk dapat memenuhi keperluan fasilitas yang rusak.
Kecelakaan di laboratorium tidak akan terjadi bila setiap individu sadar
dan mengerti bahwa laboratorium itu milik bersama yang harus dijaga
dengan meningkatkan disiplin.

A. Bahan
kimia
Setiap bahan kimia itu berbahaya, namun tidak perlu merasa takut
beker ja dengan bahan kimia bila tahu cara yang tepa t untuk
menanggulanginya. Yang dimaksud berbahaya ialah dapat menyebabkan
terjadinya kebakaran, mengganggu kesehatan, menyebabkan sakit atau
luka, merusak, menyebabkan korosi, dan sebagainya. Jenis bahan kimia
berbahaya dapat diketahui dari label yang tertera pada kemasannya. Dari
data ter sebut, tingka t bahaya bahan kimia dan upaya
35
penanggulangannya harus diketahui bagiPusat Pengembangan
mereka Pendidikan
yang menggunakan
UGM
bahan-bahan tersebut. Kadang-kadang terdapat dua atau tiga tanda
bahaya pada satu jenis bahan kimia, itu berarti kewaspadaan orang yang

36
Pembelajaran di
Laboratorium

bekerja dengan bahan tersebut harus lebih ditingkatkan. Contoh bahan


kimia yang mudah meledak adalah kelompok bahan oksidator seperti
perklorat, permanganat, nitrat dsb. Bahan-bahan ini bila bereaksi dengan
bahan organik dapat menghasilkan ledakan. Logam alkali seperti natrium,
mudah bereaksi dengan air menghasilkan reaksi yang disertai dengan
api dan ledakan. Gas metana, pelarut organik seperti eter, dan padatan
anorganik seperti belerang dan fosfor mudah terbakar, maka ketika
menggunakan bahan-bahan tersebut, hendaknya dijauhkan dari api. Bahan
kimia seperti senyawa sianida, mercuri dan arsen merupakan racun kuat,
harap bahan-bahan tersebut tidak terisap atau tertelan ke dalam tubuh.
Asam-asam anorganik bersifat oksidator dan menyebabkan peristiwa
korosi, maka hindarilah jangan sampai asam tersebut tumpah ke
permukaan dari besi atau kayu. Memang penggunaan bahan-bahan
tersebut di laboratorium pendidikan Kima tidak berjumlah banyak, namun
kewaspadaan menggunakan bahan tersebut perlu tetap dijaga.

B. Peralatan dan cara


kerja
Selain bahan kimia, peralatan laboratorium juga dapat mendatangkan
bahaya bila cara menggunakannya tidak tepat. Contoh sederhana yaitu
cara memegang botol reagen, label pada botol tersebut harus dilindungi
dengan tangan, karena label bahan tersebut mudah rusak kena cairan yang
keluar dari botol ketika memindahkan isi botol tersebut. Banyak
peralatan laboratorium terbuat dari gelas, bahan gelas tersebut mudah
pecah dan pecahannya dapat melukai tubuh. Khususnya bila memasukkan
pipa gelas kedalam prop-karet, harus digunakan sarung tangan untuk
melindungi tangan dari pecahan kaca. Pada proses pemanasan suatu
larutan, harus digunakan batu didih untuk mencegah terjadinya proses
lewat didih yang menyebabkan larutan panas itu muncrat kemana-mana.
Juga ketika menggunakan pembakar spiritus atau pembakar bunsen, hati-
hati karena spiritus mudah terbakar, jadi jangan sampai tumpah ke atas
37
Pusat Pengembangan Pendidikan
meja dan selang penyambung aliran gas pada
UGM
bunsen harus terikat kuat,
jangan sampai lepas.

38
Pembelajaran di
Laboratorium

C. Langkah-langkah praktis
Sebagai asisten di laboratorium, yang bertugas membimbing
mahasiswa untuk bekerja dengan baik dan aman, maka perlu persiapan
sebelum bekerja. Asisten perlu datang lebih awal untuk memeriksa lokasi
dan cara pakai alat bantu keselamatan kerja. Selanjutnya asisten harus
mengetahui jenis bahan kimia dan peralatan yang akan digunakan pada
percobaan hari tersebut dan cara menanggulangi bila terjadi kecelakaan
karena bahan atau peralatan tersebut. Di sini kehadiran asisten men-
dampingi mahasiswa yang sedang bekerja merupakan tugas mulia dalam
menjaga keselamatan kerja. Pada akhir praktikum, biasakanlah menutup
kran air dan gas, mematikan listrik dan api serta mencuci tangan dan
meninggalkan laboratorium dalam keadaan bersih. Ini dilakukan oleh
asisten agar menjadi panutan bagi mahasiswa. Masih banyak hal penting
yang belum diungkapkan, untuk itu disarankan agar asisten
berkomunikasi dengan ketua laboratoriumnya masing-masing dalam
meningkatkan kewaspadaan kerja di laboratorium.

D. Aturan kerja di laboratorium


1. Dilarang bekerja sendirian di laboratorium, minimal ada asisten
yang mengawasi.
2. Dilarang bermain-main dengan peralatan laboratorium dan bahan
Kimia.
3. Persiapkanlah hal yang perlu sebelum masuk laboratorium
seperti buku kerja, jenis percobaan, jenis bahan, jenis perlatan,
dan cara membuang limbah sisa percobaan.
4. Dilarang makan, minum, merokok, dan bersendaugurau di
laboratorium.
5. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktikum
basah segera keringkan.
6. Jangan membuat keteledoran antar sesama teman.
7. Pencatatan data dalam setiap percobaan selengkap-lengkapnya.
Jawablah pertanyaan pada penuntun praktikum untuk menilai
39
Pusat Pengembangan Pendidikan
kesiapan dalam memahami percobaan.
UGM

40
Pembelajaran di
Laboratorium

8. Berdiskusi adalah hal yang baik dilakukan untuk memahami


lebih lanjut percobaan yang dilakukan.

E. Teknik kerja di laboratorium


Hal pertama yang perlu dilakukan
1. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk
melindungi mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian,
dan sepatu tertutup untuk melindungi kaki.
2. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan
kimia.
3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak
tinggi.
4. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.

Bekerja aman dengan bahan kimia


1. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
2. Hindari mengisap langsung uap bahan kimia.
3. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada
perintah khusus.
4. Bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan
iritasi (pedih atau gatal).

Memindahkan bahan kimia


1. Baca label bahan kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk
menghindari kesalahan.
2. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan.
3. Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan.
4. Jangan mengembalikan bahan kimia ke dalam botol semula
untuk mencega kontaminasi.

41
Pusat Pengembangan Pendidikan
UGM

Memindahkan bahan Kimia cair


1. Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan sekaligus
telapak tangan memegang botol tersebut.
2. Tutup botol jangan ditaruh di atas meja karena isi botol dapat
terkotori.
3. Pindahkan cairan melalui batang pengaduk untuk mengalirkan
agar tidak memercik.

Memindahkan bahan Kimia padat


1. Gunakan tutup botol untuk mengatur pengeluaran bahan kimia.
2. Jangan mengeluarkan bahan Kimia secara berlebihan.
3. Pindahkan sesuai keperluan tanpa menggunakan sesuatu yang
dapat mengotori bahan tersebut.

Cara memanaskan larutan menggunakan tabung reaksi


1. Isi tabung reaksi maksimal sepertiganya.
2. Api pemanas hendaknya terletak pada bagian atas larutan.
3. Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.
4. Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar
percikannya tidak melukai orang lain maupun diri sendiri.

Cara memanaskan larutan menggunakan gelas Kimia


1. Gunakan kaki tiga dan kawat kasa untuk menopang gelas kimia
tersebut.
2. Letakkan Batang gelas atau batu didih dalam gelas kimia untuk
mencegah pemanasan mendadak.
3. Jika gelas kimia digunakan sebagai penangas air, isilah dengan
air, maksimum seperempatnya.

42
Pembelajaran di
Laboratorium

F. Keamanan kerja di laboratorium


1. Rencanakan percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai
praktikum.
2. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk
melindungi mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan
sepatu tertutup untuk melindungi kaki.
3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak
tinggi.
4. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.
5. Dilarang makan, minum, merokok, dan bersendaugurau di
laboratorium.
6. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm
basah segera keringkan dengan lap basah.
7. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
8. Hindari mengisap langsung uap bahan kimia.
9. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak
tersebar.
10. Pastikan kran gas tidak bocor apabila hendak mengunakan
bunsen.
11. Pastikan kran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup pada
sebelum dan sesudah praktikum selesai.

G. Penanggulangan keadaan darurat


Terkena bahan kimia
1. Jangan panik.
2. Mintalah bantuan rekan anda yang berada didekat anda.
3. Lihat data MSDS.
4. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung tersebut (cuci
bagian yang mengalami kontak langsung tersebut dengan air

43
Pusat Pengembangan Pendidikan
apabila memungkinkan). UGM

44
Pembelajaran di
Laboratorium

5. Bila kulit terkena bahan kimia, janganlah digaruk agar tidak


tersebar.
6. Bawa ketempat yang cukup oksigen.
7. Hubungi paramedik secepatnya (dokter atau rumah sakit).

Kebakaran
1. Jangan panik.
2. Ambil tabung gas CO 2 apabila api masih mungkin dipadamkan.
3. Beritahu teman anda.
4. Hindari mengunakan lift.
5. Hindari mengirup asap secara langsung.
6. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat
(jangan dikunci).
7. Pada gedung tinggi gunakan tangga darurat.
8. Hubungi pemadam kebakaran.

Gempa bumi
1. Jangan panik.
2. Sebaiknya berlindung dibagian yang kuat seperti bawah meja,
kolong kasur, lemari.
3. Jauhi bangunan yang tinggi, tempat penyimpanan zat kimia, kaca.
4. Perhatikan bahaya lain seperti kebakaran akibat kebocoran gas,
tersengat listrik.
5. Jangan gunakan lift.
6. Hubungi pemadam kebakaran, polisi dll.

H. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)


Peralatan P3K
1. Plester
2. Pembalut berperekat
45
3. Pembalut steril (besar, sedang, dan kecil)
4. Perban gulung
5. Perban segitiga
6. Kain kasa.
7. Pinset
8. Gunting
9. Peniti, dllI.

Penanganan limbah pembuangan limbah


Setelah selesai melakukan suatu percobaan maka limbah bahan kimia
yang digunakan hendaknya dibuang pada tempat yang disediakan, jangan
langsung dibuang ke pembuangan air kotor (wasbak) karena dapat
menimbulkan polusi bagi lingkungan. Limbah zat organik harus dibuang
secara terpisah pada tempat yang tersedia agar dapat didaur ulang,
limbah padat harus dibuang terpisah karena dapat menyebabkan
penyumbatan. Limbah cair yang tidak berbahaya dapat langsung dibuang
tetapi harus diencerkan dengan air secukupnya.
1. Buanglah limbah sisa bahan kimia setelah selesai pengamatan.
2. Buanglah limbah sesuai dengan kategori berikut :
a. Limbah cair yang tidak larut dalam air dan limbah beracun
harus dikumpulkan dalam botol penampung. Botol ini harus
tertutup dan diberi label yang jelas.
b. Limbah padat seperti kertas saring, lakmus, korek api, dan
pecahan kaca dibuang pada tempat sampah.
c. Sabun, deterjen dan cairan tidak berbahaya dalam air dapat
dibuang langsung melalui saluran air kotor dan dibilas
dengan air secukupnya.
3. Gunakan zat kimia secukupnya.
J. Pertanyaan yang sering muncul dalam kerja laboratorium
1. Bagaimana bekerja dalam laboratorium?
Bekerja diawali dengan persiapan yang matang antara lain
membuat jurnal (prosedur kerja), mencari bahan kimia yang akan
digunakan, serta memahami apa yang akan dilakukan dalam
bekerja, harus serius, dan dengan persiapan matang.
2. Mengapa perlu safety laboratorium?
Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa, dosen,
peneliti dsb melakukan percobaan. Percobaan yang dilakukan
menggunakan berbagai bahan kimia, peralatan gelas, dan
instrumentasi khusus yang dapat menyebabkan terjadinya ke-
celakaan bila dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Kecelakaan
itu dapat juga terjadi karena kelalaian atau kecerobohan kerja, ini
dapat membuat orang tersebut cedera, dan bahkan bagi or- ang
disekitarnya. Keselamatan kerja di laboratorium merupakan
dambaan bagi setiap individu yang sadar akan kepentingan
kesehatan, keamanan dan kenyamanan kerja. Bekerja dengan
selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan.
Walaupun petunjuk keselamatan kerja sudah tertulis dalam setiap
penuntun praktikum, namun hal ini perlu dijelaskan berulang-
ulang agar setiap individu lebih meningkatkan kewaspadaan
ketika bekerja di laboratorium.
3. Apa yang harus dilakukan ketika melakukan percobaan?
Bekerja dengan teliti, serius, hindari bercanda dalam
laboratorium, perbanyak diskusi ketika melakukan percobaan,
jangan segan bertanya apabila tidak mengerti, catat hasil
percobaan dengan seksama, dalam mencatat hasil percobaan
upayakan seteliti mungkin dan sejujur mungkin.
4. Apa yang harus diperhatikan ketika bekerja?
Bekerja di dalam laboratorium harus berhati-hati, perhatikan
tabung gas apa dalam keadaan tertutup sebelum dan sesudah
melakukan percobaan, hati-hati dengan api untuk menghindarkan
terjadinya kebakaran, pakailah sepatu tertutup, jas lab, dan
kacamata ketika melakukan percobaan. Ketika menggunakan
instrumen listrik perhatikan kabel-kabel apakah telah rapih dan
dalam kondisi prima, perhatikan juga kran air sesudah dan
sebelum melakukan pekerjaan harus dalam keadaan tertutup.
5. Apa yang harus dilakukan ketika terjadi kecelakan?
Jangan panik, beritahu teman anda, beri pertolongan pertama,
bawa kerumah sakit apabila keadaan di laboratorium tidak
memungkinkan.

K. Database bahan kimia berbau, berbahaya, dan beracun (B3)


Bahan kimia jenis B3 dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Mudah meledak (explosive)
b. Pengoksidasi (oxidizing)
c. Sangat mudah sekali menyala (highly flammable)
d. Mudah menyala (flammable)
e. Amat sangat beracun (extremely toxic)
f. Sangat beracun (highly toxic)
g. Beracun (moderately toxic)
h. Berbahaya (harmful)
i. Korosif (corrosive)
j. Bersifat iritasi (irritant)
k. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
l. Karsinogenik (carcinogenic)
m. Teratogenik (teratogenic)
n. Mutagenik (mutagenic)
Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

INSENTIF KERJA LABORATORIUM

Sesuai dengan prinsip pemberian upah/gaji bagi pekerja, sebagai gaji


pokok (basic salary), maka sudah sewajarnya upah juga diberikan
sebagai insentif berdasarkan kinerja seseorang (performance based
salary) dan resiko pekerjaan (based on risk sallery). Beberapa di antara
jenis pekerjaan yang layak mendapat insentif karena resiko pekerjaan
antara lain:
1. Pekerja laboratorium (dosen, laboran, teknisi, asisten, dokter/
dokter hewan/dokter gigi, dan perawat).
2. Pekerja yang dalam melaksanakan tugasnya mengandung resiko
dituntut (tuntutan hukum/pengadilan).
3. Supervisor/dosen pembimbing lapangan.

Insentif kerja laboratorium bagi pekerja di lingkungan Perguruan


Tinggi selama ini belum diatur sedemikian rupa sesuai dengan beban
dan tanggung jawab masing-masing. Besarnya honorarium sangat
tergantung kepada kemampuan Unit Kerja penanggung jawab
laboratorium ber- sangkutan. Sementara itu bagi pekerja laboratorium
yang diselenggarakan oleh pemerintah tampaknya sudah mendekati
upaya penyesuaian penghargaan yang didasarkan atas beban dan
tanggung jawab serta klasifikasi Unit Laboratorium itu sendiri.

45
Pembelajaran di
Laboratorium

DAFTAR PUSTAKA
Brown and Atkins, 1988, Effective Teaching in Higher Eduation.
London: Mathuen, 1988
Djulia Onggo, PhD, 2002 http://www.c hem.itb/safety/ Tim keselamat
kerja
Departemen Kimia, Institute Technologi Bandung.
Direktorat Pendidikan Tinggi, 1982, Praktikum, Jakarta
Hachette, 1989, Le Dictionnaire Practique du Francais, hlm.
621.
Hegarty,1978, E.H. Levels of Scientific Enquiry in University Science
Labo-
ratory Classes : Implications for Curriculum Deliberations’, Research
in
Science Education, Vol. 8, 1978.
Horabin and Williams, 1992, Active Learning in Field Work and Project
Work’, In Effective Teaching and Learning in Higher Eduation by P.
Cryer (ed). Sheffield : CVCP USTDU, 1992.
Matiru, B., Mwangi, A., and Schlette, R., 1995, Teach Your Best: A
Hand- book for University Lectures, pp.185-197, Institute for Socio-
Cultural Studies University of Kassel, Germany.
Surat Keputusan Rektor UGM nomor: 259/P/SK/HT/2004, hlm.38 – 42.
Teaching Improvement Workshop Batch 11, 2001, Workshop
Material,
Faculty of Engineering, Gadjah Mada University.
Yorke, 1981, D.M. Patterns of Teaching. London: CET, 1981.

46

Anda mungkin juga menyukai