Anda di halaman 1dari 40

CRITICAL JURNAL RIEVIEW (CJR)

JURNAL PENDIDIKAN

Penulisan ini untuk memenuhi tugas mandiri


Mata kuliah : manajemen laboratorium

DOSEN PENGAMPU :
DIAH KESUMAWATI M,Pd

Disusun oleh :
ADITYA TRIAN SYAH (2104040034)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA A
SEMESTER III

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(STKIP) AL MAKSUM LANGKAT
2022/2023
Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014

LABORATORIUM SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN KIMIA DALAM


MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN KERJA ILMIAH

Amna Emda
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh
E_mail: amna_emda12@yahoo.com

Abstract

Laboratory is one of the tool that is used to learn chemistry. In learning we expected
that students not only know, but also understand the subject very well. Knowledge about
theory that is scientific can be proved by doing some experiments in the laboratory. With the
existence of the laboratory, students will understand more about the subject by doing
scientific works. Therefore students will have a good grip on the scientific work’s step and
their knowledge will last longer.

Keywords : Laboratorium,knowledge and scientific process

PENDAHULUAN

Dewasa ini belajar berpusat pada peserta didik (student centered) yang dijadikan
pendekatan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. 1 Pembelajaran pada hakekatnya adalah
proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan
tingkah laku keaarah yang lebih baik.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, baik faktor internal maupun
faktor eksternal. Tugas pendidik yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar
menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik,2 Kegiatan pembelajaran
diarahkan untuk memberdayakan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Harapannya
agar peserta didik memiliki kompetensi melalui upaya menumbuhkan serta mengembangkan
sikap/attitude, pengetahuan/knowledge, keterampilan/skill. Kualitas yang harus terealisasikan
antara lain kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi
dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan
martabat bangsa,3

1
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008). H. 57
2
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007). H. 100
3
M. Hosnan, Pendekatan saintifikdan Kontekstual dalam Pembelajran Abad 21, Kunci Sukses Implementasi
Kurikulum 2013, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2014). h.1
Salah satu cara untuk memberdayakan potensi peserta didik adalah menyediakan
laboratorium. Laboratorium dibutuhkan sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan
kertrampilan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran IPA atau sains. Laboratorium
merupakan salah satu prasarana pembelajaran yang dapat digunakan sebagai tempat untuk
melatih peserta dalam memahami konsep-konsep dan meningkatkan keterampilan dalam
melakukan percobaan ilmiah.

Keberadaan laboratorium dalam pembelajaran di bidang IPA atau sains khususnya


kimia adalah suatu yang sangat penting. Laboratorium merupakan wadah untuk membuktikan
sesuatu yang harus dilakukan melalui suatu percobaan. Peserta didik dapat melakukan
percobaan untuk membuktikan teori-teori ilmiah yang diperolehnya dalam pembelajaran.

Dalam pendidikan sains kegiatan laboratorium merupakan bagian integral dari


kegiatan belajar mengajar, khususnya kimia. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan
kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan di laboratorium
memberikan kemudahan bagi peserta dalam memahami apa yang mereka pelajari materi
melalui pendekatan kerja ilmiah.

Kimia merupakan salah satu bidang studi sains yang dikembangkan berdasarkan
eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala
alam, khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur, transformasi, dinamika dan
energinetika zat yang melibatkan penalaran dan ketrampilan. 4 Ilmu kimia merupakan rumpun
IPA yang pada hakikatnya dapat dipandang sebagai proses dan produk. Kimia sebagai proses
meliputi ketrampilan dan sikap yang dimiliki oleh ilmuwan untuk memperoleh dan
mengembangkan pengetahuan. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang
terdiri dari fakta, konsep, dan prinsip kimia. 5

Pengertian dan Fungsi Laboratorium

Laboratorium adalah suatu tempat dimana dilakukan kegiatan percobaan, pengukuran,


penelitian atau riset ilmiah yang berhubungan dengan ilmu sains (kimia, fisika, biologi) dan
ilmu-ilmu lainnya. Laboratorium bisa berupa ruangan yang tertutup seperti kamar atau
ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain.

4
Depdiknas, Standar Kompeensi Mata Pelajaran kimia SMA dan MA, (Jakarta: Depdiknas, 2003) h. 6-7
5
Raymond Chang, Kimia dasar Jilid I, (Jakarta: Erlangga, 2000) h. 4

Journal, Vol. 2 No. 2, 2014 – 219


Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian
teoritis, pembuktian ujicoba, penelitian dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang
menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang memadai. 6
Laboratorium adalah tempat sekelompok orang yang melakukan berbagai macam
kegiatan penelitian (riset), pengamatan, pelatihan dan pengujan ilmiah sebagai pendekatan
antara teori dan praktik dari berrbagai macam disiplin ilmu. Secara fisik laboratorium juga
dapat merujuk kepada suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka.7 Laboratorium
harus dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana untuk kebutuhan percobaan. Laboratorium
sebagai tempat kegiatan riset, penelitian, percobaan, pengamatan, serta pengujian ilmiah
memiliki banyak fungsi, yaitu :
1. Menyeimbangkan antara teori dan praktik ilmu dan menyatukan antara teori dan praktik
2. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi para peneliti, baik dari kalangan siswa,
mahasiswa, dosen, atau peneliti lainnya. Hal ini disebabkan laboratorium tidak hanya
menuntut pemahaman terhadap objek yang dikaji, tetapi juga menuntut seseorang untuk
melakukan eksperimentasi.
3. Memberikan dan memupuk keberanian para peneliti (yang terdiri dari pembelajar, peserta
didik, mahasiswa, dosen dan seluruh praktisi keilmuan lainnya) untuk mencari hakikat
kebenaan ilmiah dari suatu objek keilmuan dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial.
4. Menambah keterampilan dan keahlian para peneliti dalam mempergunakan alat media
yang tersedia di dalam laboratorium untuk mencari dan menentukan kebenaran ilmiah
sesuai dengan berbagai macam riset ataupun eksperimentasi yang akan dilakukan.
5. Memupuk rasa ingin tahu kepada para peneliti mengenai berbagai macam keilmuan
sehingga akan mendorong mereka untuk selalu mengkaji dan mencari kebebaran ilmiah
dengan cara penelitian, ujicoba, maupun eksperimentasi.
6. Laboratorium dapat memupuk dan membina rasa percaya diri para peneliti dalam
keterampilan yang diperoleh atau terhadap penemuan yang didapat dalam proses kegiatan
kerja di laboratorium.
7. Laboratoriun dapat menjadi sumber belajar untuk memecahkan barbagai masalah melalui
kegiatan praktik, baik itu masalah dalam pembelajaran, masalah akademik, maupun
masalah yang terjadi ditengah masyarakat yamg membutuhkan penanganan dengan uji
laboratorium.

6
Depdiknas, SPTK-21, (Jakarta: Depdiknas, 2002) h. 12
7
Decaprio Richard, Tips mengelola lab sekolah, (Jogyakarta : Diva Press, 2013) h 16

220 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014


8. Laboratorium dapat menjadi sarana belajar bagi para siswa, mahasiswa, dosen, aktivis,
peneliti dan lain-lain untuk memahami segala ilmu pengetahuan yang masih bersifat
abstrak sehingga menjadi sesuatu yang bersifat konkret dan nyata8

Secara garis besar fungsi laboratorium adalah sebagai berikut:


1. memberikan kelengkapan bagi pelajaran yang telah diterima sehingga antara teori dan
praktek bukan merupakan dua hal yang terpisah.
2. memberikan ketrampilan kerja ilmiah bagi mahasiswa/siswa.
3. memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah dari
suatu objek dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial.
4. menambah keterampilan dalam menggunakan alat dan media yang tersedia untuk mencari
dan menemukan kebenaran.
5. memupuk rasa ingin tahu mahasiswa/siswa sebagai modal sikap ilmiah seorang calon
ilmuan.
6. memupuk dan membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan yang diperoleh,
penemuan yang didapat dalam proses kegiatan kerja laboratorium.
Lebih lanjut Sudaryanto menyatakan peranan dan fungsi labortorium ada tiga, yaitu
sebagai (1) sumber belajar, artinya laboratorium digunakan untuk memecahkan masalah yang
berkaitan dengan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik atau melakukan percobaan, (2)
metode pendidikan, yang meliputi metode pengamatan dan metode percobaan, dan (3) sarana
penelitian, yaitu tempat dilakukannya berbagai penelitian sehingga terbentuk pribadi peserta
didik yang bersikap ilmiah.

Menurut Depdikbud tujuan pengadaan laboratorium diantaranya adalah


meningkatkan kemampuan praktek peserta didik di laboratorium. Adapun tujuan penggunaan
laboratorium kimia/ IPA bagi peserta didik antara lain :

1. mengembangkan keterampilan (pengamatan, pencatatan data, penggunaan alat, dan


pembuatan alat sederhana).
2. Melatih bekerja cermat, serta mengenal batas-batas kemampuan pengukuran laboratorium
3. Melatih ketelitian mencatat dan kejelasan melaporkan hasil percobaan
4. Melatih daya berfikir kritis, analitis melalui penafsiran eksperimen
5. Memperdalam pengetahuan
6. Mengembangkan kejujuran dan rasa tanggung jawab

8
Richard Decsaprio, Tips Mengelola Laboratorium...hal 17-20

Journal, Vol. 2 No. 2, 2014 – 221


7. Melatih merencanakan dan melaksanakan dan percobaan lebih lanjut dengan
menggunakan bahan-bahan dan alat yang ada

Kerja Ilmiah Menggunakan Laboratorium

Pembelajaran IPA yang efektif menuntut pembelajaran konsep dan sub-konsep yang
berfokus pada pengembangan keterampilan proses melalui penelitian sederhana, percobaan,
demontrasi dan sejumlah kegiatan praktis lainnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan dikatakan bahwa standar sarana dan
prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal, salah
satu fasilitas penunjang pendidikan yang sangat penting adalah adanya laboratorium di
sekolah.9
Kerja ilmiah adalah suatu keterampilan proses sains (KPS) yang merupakan
keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat
digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan
konsep yang telah ada sebelumnya. Jadi, KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan
metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan.10

Tempat dilakukan kegiatan kerja ilmiah atau Ketrampilan Proses Sains umumnya di
laboratorium. Laboratorium merupakan tempat dilakukannya percobaan dan penelitian.
Tempat ini dapat berupa ruang tertutup, kamar atau ruang terbuka, atau kebun. Berdasarkan
Depdikbud dalam Supriatna (2008), dalam pengertian yang terbatas, laboratorium merupakan
suatu ruang tertutup dimana percobaan/eksperimen dan penelitian yang dilakukan.
Laboratorium dilengkapi sejumlah peralatan yang dapat digunakan siswa untuk melakukan
eksperimen atau percobaan dalam sains, melakukan pengujian dan analisis,
melangsungkan penelitian ilmiah, ataupun paraktek pembelajaran dalam sains.
Keterampilan dasar bekerja ilmiah merupakan perluasan dari metode ilmiah yang
diartikan sebagai scientific inquiry, yang diterapkan dalam tindakan pembelajaran IPA
maupun dalam kehidupan sehari-hari. Rustaman berpendapat bahwa kemampuan dasar
bekerja ilmiah terdiri atas kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Dalam
pembelajarannya dapat dilakukan melalui pemberian dalam bentuk kegiatan mandiri atau
kelompok kecil.11

9
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
10
Indrawati, Keterampilan Proses Sains: Tinjauan Kritis dari Teori ke Praktis, (Bandung: Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah, 1999), h. 3.
11
Rustaman N.Y., dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA
UPI 2003). h. 17

222 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014


Keterampilan dasar bekerja ilmiah sebagian besar memiliki irisan dengan jenis-jenis
keterampilan proses yang merupakan penjabaran dari metode ilmiah pada tingkat pendidikan
dasar dan menengah banyak beririsan dengan keterampi-lan proses yang mencakup
keterampilan mengajukan pertanyaan, melakukan pengamatan, (observasi), mengelompokkan
( klasifikasi), melakukan inferensi, memprediksi, menafsirkan dan merencanakan percobaan
atau penelitian, menggunakan alat / bahan, berkomunikasi dan berhipotesis.

Kerja ilmiah diungkapkan menjadi kemampuan-kemampuan merencanakan dan


melaksanakan penyelelidikan, melaksanakan percobaan dan berkomunikasi ilmiah
pengalaman bekerja ilmiah perlu dikembangkan supaya siswa mampu mengembangkan
keterampilan proses, sikap ilmiah dan menguasai konsep fisika untuk memecahkan masalah,
memahami masalah dan menyelesaikan masalah.

Kegiatan penyelidikan/ percobaan (kerja ilmiah) selalu dikembangkan dengan


pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses yang meliputi kemampuan mengamati, mengukur, meggolongkan,
mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan percobaan termasuk
mengidentifikasi variabel-variabel yang terlibat dalam percobaan, membuat dan menafsirkan
informasi/grafik/data, menerapkan konsep, menyimpulkan, mengkomunikasikan, baik secara
verbal maupun non verbal serta dikembangkan sejumlah sikap dan nilai yang meliputi rasa
ingin tahu, jujur, terbuka, kritis, teliti, tekun, berdaya cipta, kerja sama, peduli terhadap
lingkungan.

Adapun klasifikasi Ketrampilan Proses Sains terdiri dari sejumlah keterampilan tertentu,
sebagai berikut :

1. Mengamati

Mengamati adalah proses pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan
menggunakan inderanya. Untuk dapat menguasai keterampilan mengamati, peserta didik
harus menggunakan sebanyak mungkin inderanya, yakni melihat, mendengar, merasakan,
mencium dan mencicipi. Dengan demikian dapat mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan
memadai.

2. Mengelompokkan/Klasifikasi

Mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan untuk menggolongkan sesuatu


berdasarkan syarat-syarat tertentu. Proses mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan

Journal, Vol. 2 No. 2, 2014 – 223


seperti mencari kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan
mencari dasar penggolongan.

3. Menafsirkan

Menafsirkan hasil pengamatan ialah menarik kesimpulan tentatif dari data yang
dicatatnya. Hasil-hasil pengamatan tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan. Karena itu, dari
mengamati langsung, lalu mencatat setiap pengamatan secara terpisah, kemudian
menghubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan itu. Selanjutnya peserta didik mencoba
menemukan pola dalam suatu seri pegamatan, dan akhirnya membuat kesimpulan.

4. Meramalkan

Meramalkan adalah memperkirakan berdasarkan pada data hasil pengamatan yang reliabel
(Firman, 2000). Apabila siswa dapat menggunakan pola-pola hasil pengamatannya untuk
mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamatinya, maka
peserta didik tersebut telah mempunyai kemampuan proses meramalkan.

5. Mengajukan pertanyaan

Keterampilan proses mengajukan pertanyaan dapat diperoleh siswa dengan mengajukan


pertanyaan apa, mengapa, bagaimana, pertanyaan untuk meminta penjelasan atau pertanyaan
yang berlatar belakang hipotesis.

6. Merumusakan hipotesis

Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau
pengamatan tertentu.

7. Merencanakan percobaan

Agar peserta didik dapat memiliki keterampilan merencanakan percobaan maka siswa
tersebut harus dapat menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan.
Selanjutnya, siswa harus dapat menentukan variabel-variabel, menentukan variabel yang
harus dibuat tetap, dan variabel mana yang berubah. Demikian pula peserta didik perlu untuk
menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis, menentukan cara dan langkah-
langkah kerja. Selanjutnya dapat pula menentukan bagaimana mengolah hasil-hasil
pengamatan.

224 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014


8. Menggunakan alat dan bahan

Untuk dapat memiliki keterampilan menggunakan alat dan bahan, dengan sendirinya peserta
didik harus menggunakan secara langsung alat dan bahan agar dapat memperoleh pengalaman
langsung. Selain itu, peserta didik harus mengetahui mengapa dan bagaimana cara
menggunakan alat dan bahan.

9. Menerapkan konsep

Keterampilan menerapkan konsep dikuasai peserta didik apabila mereka dapat menggunakan
konsep yang telah dipelajarinya dalam situasi baru atau menerapkan konsep itu pada
pengalaman-pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.

10. Berkomunikasi

Keterampilan ini meliputi keterampilan membaca grafik, tabel, atau diagram dari hasil
percobaan. Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram juga termasuk
berkomunikasi. Menurut Firman (2000), keterampilan berkomunikasi adalah keterampilan
menyampaikan gagasan atau hasil penemuannya kepada orang lain.12

Peningkatan Pengetahuan melalui Laboratorium

Salah satu tujuan digunakan laboratorium adalah untuk memperdalam pengetahuan


peserta didik. Laboratorium adalah tempat atau ruangan yang dirancang khusus untuk
pengajaran. 13Pengetahuan yang diperoleh peserta didik melalui pesan lisan yang disampaikan
oleh guru (pendidik) di ruang kelas belum memberikan makna yang mendalam bagi peseta
didik karena masih bersifat abstrak yang berupa teori-teori ilmiah. Berbagai teori yang
diterima di ruang kelas akan lebih bermanfaat bagi siswa bila mereka dapat membuktikan
sendiri melalui percobaan dan pengamatan. Dengan terlibat langsung dalam proses
pembelajaran peserta akan memperoleh kemampuan yang dapat bertahan lebih lama pada
dirinya. Disamping itu peserta didik secara aktif mengembangkan dan membangun
pengetahuannya. Dengan demikian maka laboratorium sangat berperan dalam meningkatkan
pengetahuan peserta didik.

12
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta ,2009). .
13
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Kencana, 2009). h. 298

Journal, Vol. 2 No. 2, 2014 – 225


Adapun peranan laboratorium di sekolah adalah ;

1. Tempat timbulnya berbagai masalah dan sekaligus tempat memecahkan masalah tersebut
2. Laboratorium sebagai tempat untuk melatih keterampilan serta kebiasaan menemukan
suatu masalah dan sikap teliti
3. Laboratorium sebagai tempat yang dapat mendorong semangat peserta didik untuk
memperdalam pengertian dari suatu fakta yang iselidiki atau diamati.
4. Laboratorium berfungsi sebagai tempat untuk melatih peserta didik bersikap cermat, sabar
dan jujur serta berfikir kritis dan cekatan
5. Laboratorium sebagai tempat bagi peserta didik untuk mengembangkan ilmu
pengetahuannya. 14

Kegiatan dilaboratorium sering disebut dengan praktikum. Kegiatan praktikum dapat


membangkitkan motivasi belajar kimia atau sains bagi siswa. Melalui kegiatan laboratorium
siswa diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Prinsip ini
akan menunjang siswa untuk menemukan pengetahuan melalui eksplorasi Dengan praktikum
peserta didik dilatih untuk mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen.
Eksperimen merupakan aktivitas yang biasa dilakukan oleh ilmuwan. Dengan adanya
kegiatan praktikum di laboratorium akan melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan
bereksperimen. Dengan melakukan eksperimen melatih peserta didik melakukan observasi
dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat ukur, menangani dan menggunakan alat
secara aman, merancang, melakukan dan menginterpretasikan eksperimen. Praktikum menjadi
wahana belajar pendekatan ilmiah. Cara terbaik untuk melakukan pendekatan ilmiah adalah
menjadikan siwa sebagai ilmuwan.

Pembelajaran kimia atau sains akan lebih baik bila dilaksanakan melalui pendekatan
inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagia aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu
pembelajaran sains menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Kegiatan praktikum
menunjang materi pembelajaran. Dengan praktikum memberikan kesempatan bagi siswa
untuk menemukan teori atau membuktikan teori.

14
Emha, H, Pedoman Penggunaan Laboratorium Sekolah, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2002) h. 21

226 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014


Laboratorium sebagai Sarana Pembelajaran

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran
proses pembelajaran.15 Salah satu sarana pembelajaran adalah laboratorium. Laboratorium
dalam pembelajaran kimia melibatkan siswa dalam pengalaman konkrit yang diperoleh
melalui kegiatan laboratorium yang sangat penting untuk siswa dalam proses belajar.
Pembelajaran akan lebih efektif jika siswa merefleksikan pengalaman sendiri dan mencoba
menggunakan apa yang dipelajari.

Edgar Dale mengklasifikasikan pengalaman belajar mulai dari hal-hal yang paling
konkrit sampai hal-hal yang dianggap paling abstrak.

Alasan pentingnya kegiatan praktikum sains adalah sebagai berikut :

1. Praktikum membangkitkan motivasi belajar sains. Melalui kegiatan laboratorium siswa


diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Prinsip ini
akan menunjang kegiatan praktikum dimana siswa menemukan pengetahuan melalui
eksploitasinta terhaap alam.
2. Praktikum mengembangkan ketrampilan dasar melakukan eksperimen. Kegiatan
praktikum melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan bereksperimen dengan
melatih kemampuan mereka dalam mengobservasi dengan cermat, mengukur secara
akurat dengan alat ukur secara aman, merancang, melakukan dan menginterpretasikan
eksperimen.
3. Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah
4. Praktikum dpat menunjang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

Pengalaman belajar yang diperoleh siswa melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri
apa yang dipelajari adalah suatu pengalaman langsung. Semakin konkret peserta didik
mempelajari bahan pelajaran maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh.16

Dalam teori belajar disebutkan bahwa tahap dimulai dari penguasaan kemampuan
mulai dari mengetahui, memahami dan menguasai. Pembelajaran dengan menggunakan
metode verbal dapat membuat peseta didik tahu tetapi cepat lupa. Apabila metode verbal

15
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktek KTSP. (Jakarta: Kencana, 2010). h. 200
16
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007). h.
165

Journal, Vol. 2 No. 2, 2014 – 227


disertai dengan pengamatan, melakukan, peserta didik akan menguasai kemampuan itu dan
bertahan relatif lama dalam dirinya. 17

PENUTUP

Dalam pembelajaran sains khususnya kimia diperlukan sarana dan prasarana salah
satunya adalah laboratorium. Laboratorium merupakan tempat untuk melakukan kegiata
percobaan atau praktikum. Peserta didik akan lebih memahami materi pelajaran apabila
mereka dilibatkan secara aktif dalam proses belajar. Peserta didik akan mengetahui,
memahami dan juga menguasai materi secara baik dengan melakukan kegiatan mengamati
dan melakukan percobaan atau eksperimen. Peserta didik akan terlatih untuk bekerja secara
ilmiah sebagaimana layaknya seorang ilmuwan. Dengan demikian pengetahuan yang
diperoleh akan lebih bertahan lama pada dirinya. Disamping itu peserta didik dapat menguasai
langkah kerja ilmiah sebagaimana yang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009.
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, Jakarta: Rajawali Press, 2014.
Conny Semiawan, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta, Gramedia, 1990.
Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran kimia SMA dan MA, Jakarta: Depdiknas,
2003.
Depdiknas, SPTK-21, Jakarta: Depdiknas, 2002.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Emha, H., Pedoman Penggunaan Laboratorium Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2002.
E, Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
H. Firman, Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia, Bandung: Jurusan Pendidikan
Kimia FPMIPA UPI, 2000.
M. Hosnan, 2014. Pendekatan saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajran Abad 21, Kunci
Sukses Implementasi Kurikulum 2013. (Jakarta: Ghalia Indonesia..
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta:Bumi Aksara, 2008.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Raymond Chang, Kimia dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga, 2000.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:
Kencan, 2007.

17
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70

228 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014


Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktek KTSP, Jakarta:
Kencana,2010.

Rieview jurnal dengan judul

LABORATORIUM SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN


PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN KERJA ILMIAH

NAMA : Aditya Triansyah

NIM : 2104040034

PROGRAM STUDI : IPA 3 A

MATKUL : MANAJEMEMEN LABORATORIUM

DOSEN :DIAH KESUMAWATI M.Pd

KATA KUNCI:

DAN, YANG, LABORATORIUM, DALAM, UNTUK, ILMIAH, PEMBELAJARAN, PESERTA, peserta didik,
KEGIATAN

INTISARI:

...KATA KUNCI : Laboratorium,knowledge and scientific process PENDAHULUAN Dewasa ini belajar
berpusat pada peserta didik (student centered) yang dijadikan pendekatan dalam proses
pembelajaran....

...Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.1
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya
sehingga terjadi perubahan tingkah laku keaarah yang lebih baik....

...Tugas pendidik yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku bagi peserta didik,2 Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan
semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik....

...Kualitas yang harus terealisasikan antara lain kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas,
kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta
meningkatkan peradaban dan martabat bangsa,3 1 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,
(Jakarta:Bumi Aksara, 2008)....

...Laboratorium dibutuhkan sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan kertrampilan peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran IPA atau sains....
17
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70

118 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014


...Laboratorium merupakan salah satu prasarana pembelajaran yang dapat digunakan sebagai
tempat untuk melatih peserta dalam memahami konsep-konsep dan meningkatkan keterampilan
dalam melakukan percobaan ilmiah....

...Keberadaan laboratorium dalam pembelajaran di bidang IPA atau sains khususnya kimia adalah
suatu yang sangat penting....

...Laboratorium merupakan wadah untuk membuktikan sesuatu yang harus dilakukan melalui suatu
percobaan....

...Peserta didik dapat melakukan percobaan untuk membuktikan teori-teori ilmiah yang
diperolehnya dalam pembelajaran....

...Dalam pendidikan sains kegiatan laboratorium merupakan bagian integral dari kegiatan belajar
mengajar, khususnya kimia....

...Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan
pendidikan....

...Kegiatan di laboratorium memberikan kemudahan bagi peserta dalam memahami apa yang
mereka pelajari materi melalui pendekatan kerja ilmiah....

...Kimia merupakan salah satu bidang studi sains yang dikembangkan berdasarkan eksperimen yang
mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala alam, khususnya yang
berkaitan dengan komposisi, struktur, transformasi, dinamika dan energinetika zat yang melibatkan
penalaran dan ketrampilan.4 Ilmu kimia merupakan rumpun IPA yang pada hakikatnya dapat
dipandang sebagai proses dan produk....

...Kimia sebagai proses meliputi ketrampilan dan sikap yang dimiliki oleh ilmuwan untuk
memperoleh dan mengembangkan pengetahuan....

...Laboratorium bisa berupa ruangan yang tertutup seperti kamar atau ruangan terbuka seperti
kebun dan lain-lain....

...Hal ini disebabkan laboratorium tidak hanya menuntut pemahaman terhadap objek yang dikaji,
tetapi juga menuntut seseorang untuk melakukan eksperimentasi....

...Lebih lanjut Sudaryanto menyatakan peranan dan fungsi labortorium ada tiga, yaitu sebagai (1)
sumber belajar, artinya laboratorium digunakan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik atau melakukan percobaan, (2) metode pendidikan, yang
meliputi metode pengamatan dan metode percobaan, dan (3) sarana penelitian, yaitu tempat
dilakukannya berbagai penelitian sehingga terbentuk pribadi peserta didik yang bersikap ilmiah....

...Menurut Depdikbud tujuan pengadaan laboratorium diantaranya adalah meningkatkan


kemampuan praktek peserta didik di laboratorium....

119
PENGELOLAAN LABORATORIUM ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SMP
NEGERI 2 SINGARAJA

Nahdiyaturrahmah1, Ni Made Pujani2, Kompyang Selamet3


Program Studi S1 Pendidikan IPA
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {nahdiyaturrahmah, made.pujani, kompyang.selamet}@undiksha.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk medeskripsikan pengelolaan laboratorium IPA yang meliputi
(1) perencanaan (2) pengorganisasian (3) pelaksanaan (4) pengawasan dan evaluasi di
SMPN 2 Singaraja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian studi kasus karena pengelolaan laboratorium IPA merupakan satu kesatuan
sistem. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, angket
yang diberikan kepada siswa kelas VII, VIII, dan IX yang seluruhnya berjumlah 85 orang,
serta wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah, wakasek bidang sarana dan
prasarana, ketua laboratorium, laboran dan guru IPA. Hasil penelitian menunjukkan sebagai
17
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70

120 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014


berikut. (1) perencanaan pnyusunan program kerja laboratorium IPA belum dilaksanakan
dengan baik; (2) pengorganisasian yang dilakukan masih belum sesuai dengan aturan
pengelolaan laboratorium; (3) pelaksanaan program kerja laboratorium IPA masih belum
berjalan secara intensif; (4) pengawasan dan evaluasi dilakukan secara intern; (5) faktor-
faktor yang mempengaruhi pengelolaan laboratorium IPA SMPN 2 Singaraja yaitu laboran,
siswa, waktu, serta keterbatasan alat dan bahan.

Kata kunci: pengelolaan, laboratorium IPA

Abstract
This study aims to describe the management of the Natural Sciences laboratory which
includes (1) planning (2) organizing (3) implementing (4) monitoring and evaluation at
SMPN 2 Singaraja. This study uses a qualitative approach to the type of case study research
because the science laboratory management is a unified system. Data collection methods
used were observation, documentation, questionnaires given to students of class VII, VIII,
and IX totaling 85 people, as well as interviews conducted with school principals, vice
regents of facilities and infrastructure, laboratory heads, laboratory assistants and science
teachers. The results of the study show the following. (1) planning of the work plan for the
science laboratory has not been carried out properly; (2) the organization carried out is still
not in accordance with laboratory management rules; (3) the implementation of the science
laboratory work program is still not running intensively; (4) supervision and evaluation are
carried out internally; (5) the factors that influence the management of Singaraja SMPN 2
Natural Sciences laboratory are laboratory assistants, students, time, and limited tools and
materials.

Keywords : Management, Natural Science Laboratory

121
PENDAHULUAN sikap ilmiah dalam diri mereka. Hal ini tidak lain
Pembelajaran pada abad 21 dapat diartikan bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam
sebagai pembelajaran yang memberikan rangka menghadapi tantangan, baik internal dalam
kecakapan kepada peserta didik yaitu 4C rangka mencapai 8 (delapan) SNP dan tantangan
yang meliputi, (1) communication, (2) eksternal, yaitu globalisasi.
collaboration, (3) critical thinking and
Pemerintah sudah sedemikian rupa berupaya untuk
problem solving, dan
mewujudkan pendidikan yang baik dan berkualitas
(4) creative and innovative. Upaya
namun, faktanya bertolak belakang dengan pendidikan
Pemerintah untuk mewujudkan
di Indonesia yang masih tergolong rendah. “Hal ini
pembelajaran abad 21 salah satunya yaitu
diperkuat dengan hasil PISA tahun 2015. PISA
Kurikulum 2013 yang mengutamakan pada
(Program for International Student Assessment) yang
dimensi pedagogik dalam pembelajaran
diinisiasi oleh OECD – (Organisation for Economic
menggunakan pendekatan ilmiah
Co-operation and Development) untuk mengevaluasi
(scientific approach) yang meliputi
sistem pendidikan dari 72 negara diseluruh dunia setiap
kegiatan mengamati, menanya,
3 tahun. Adapun tes yang dikeluarkan oleh PISA yaitu
mengumpulkan informasi,
tes dalam mata pelajaran yang utama seperti membaca,
menalar/mengasosiasi, dan
matematika dan sains” (Kemdikbud, 2016).
mengomunikasikan. Proses pembelajaran
Kesenjangan pendidikan di Indonesia bisa kita
pada K13 mengutamakan pada tiga ranah
asumsikan jika dalam proses pembelajaran di Indonesia
pendidikan yaitu ranah sikap, pengetahuan
masih menekankan pada penambahan pengetahuan
dan keterampilan. Seperti yang tercantum
(aspek koginisi) salah satunya dengan kecenderungan
dalam Permendikbud RI No. 35 Tahun
untuk lebih banyak menghafal. Hal ini dibuktikan
2018 tentang Kurikulum 2013
dengan hasil penilitian terkait “Pengelolaan
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Pembelajaran IPA ditinjau dari Hakikat Sains” yang
Tsanawiyah bahwa dalam Kompetensi Inti
dilakukan oleh Ali., dkk (2013) di Kabupaten Lombok
merupakan tingkat kemampuan untuk
Timur pada jenjang SMP menyimpulkan bahwa (1)
mencapai Standar Kompetensi Lulusan guru memiliki pemahaman yang kurang baik tentang
(SKL) yang harus dimiliki seorang peserta hakikat sains, (2) guru sangat jarang menerapkan
didik SMP/MTs pada setiap tingkatan hakikat sains dalam pembelajaran, (3) hambatan guru
terjadi pada ketidak sesuaian materi dengan alokasi
kelas. Pendidikan abad 21 juga
waktu, orientasi aspek kognisi, kesiapan awal mental
menekankan HOTS (Higher Order siswa, dan guru kurang memahami hakikat sains, dan
Thinking Skills), integrasi literasi dan PPK (4) guru lebih dominan mengggunakan metode diskusi
(Penguatan Pendidikan Karakter) dalam dan ceramah dalam mengelola pembelajaran.
proses belajar mengajar. Oleh karena itu Marwah., dkk (2017) mengemukakan tentang
untuk mewujudkan dan menerapkan efektivitas penerapan model pembelajaran sains yang
pendidikan abad 21 di sekolah, menyatakan bahwa minimnya pembiasaan peserta didik
diperlukannya keterampilan proses sains untuk berpikir tingkat tinggi sehingga upaya yang dapat
dan pembelajaran di laboratorium, di mana dilakukan adalah dengan memperbaiki kualitas
keduanya sangat penting dilaksanakan agar pembelajaran yaitu memilih model pembelajaran yang
peserta didik dapat melatih kemampuan inovatif, tepat guna dan tepat sasaran. Model
berpikir mereka maupun menumbuhkan pembelajaran yang dibutuhkan adalah model
17
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70

122 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014


pembelajaran yang melibatkan peserta
didik secara aktif, kritis, dan kreatif dalam
menyelesaikan masalah di masyarakat atau
lingkungan sebagai ajang mengaplikasikan
keilmuwannya. Pembelajaran IPA akan
lebih baik lagi jika ada ruang laboratorium.
Pengadaan ruang laboratorium sangat

123
penting di sekolah untuk melaksanakan kendala dalam pelaksanaan praktikum biologi yang
ditemukan, yaitu fasilitas laboratorium tidak lengkap,
kegiatan praktikum. Sarana dan prasarana
banyak peralatan yang rusak, bahan yang kadaluwarsa,
yang sudah tersedia pada laboratorium laboratorium digunakan juga untuk kegiatan selain
sangat membutuhkan suatu teknik praktikum dan ada alat/bahan yang tersedia tapi tidak
pengelolaan yang baik agar laboratorium pernah digunakan sebagaimana fungsinya (2) dukungan
sekolah terhadap kegiatan praktikum masih bersifat
tersebut dapat digunakan dalam waktu
dukungan moril dan dukungan pendanaan
jangka panjang. Dalam dunia pendidikan kerjasama
laboratorium berfungsi sebagai tempat
untuk berlatih mengembangkan
keterampilan intelektual melalui kegiatan
pengamatan, pencatatan gejala-gejala alam
dan mengembangkan keterampilan motorik
siswa. Dari kegiatan inilah nantinya siswa
akan menambah keterampilannya dalam
mempergunakan alat-alat yang tersedia
untuk mencari dan menemukan kebenaran,
memberikan dan memupuk kebaranian
untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah
dari satu objek dalam lingkungan alam dan
sosial, tempat melatih peserta didik untuk
bersikap cermat, sabar, jujur, berpikir kritis
dan cekatan. Laboratorium digunakan
sebagai sumber belajar akan lebih baik
apabila dikelola terlebih dahulu sebelum
dipergunakan oleh para penggunanya.
Adanya pengelolaan yang baik dapat
membantu dan memudahkan guru maupun
siswa dalam penggunaan laboratorium.
Pengelolaan merupakan suatu proses
pendayagunaan sumber daya manusia
secara efektif dan efisien dalam
pengelolaan laboratorium IPA, untuk
mencapai suatu sasaran yang diharapkan
secara optimal dengan memperhatikan
keberlanjutan fungsi sumber daya manusia
itu sendiri. Pengelolaan laboratorium yang
efektif harus memenuhi kriteria
perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.
Dewi dkk. (2014) melaporkan bahwa
17
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70

124 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014


dengan komite sekolah masih belum Namun, penerapan pengelolaan laboratorium IPA di
mencukupi kebutuhan pelaksanaan sekolah belum sesuai dengan Permendiknas RI No. 26
praktikum, sehingga seringkali guru dan Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium
siswa secara swadaya membawa sendiri Sekolah/Madrasah. Beberapa masalah yang ditemukan
kekurangan bahan yang diperlukan (3) pada laboratorium sekolah ini yaitu sekolah belum
pengelolaan laboratorium biologi memiliki tenaga laboran yang dapat membantu
ditugaskan pada salah satu guru biologi dan mempersiapkan kegiatan praktikum maupun
tidak ada sekolah yang memiliki laboran pengelolaan laboratorium, melainkan guru IPA yang
merangkap menjadi seorang laboran. Perencanaan
serta teknisi laboratorium, pengelola
laboratorium tidak pernah mengikuti
pelatihan manajemen laboratorium dan
kegiatan sejenisnya (4) pada tahap
pelaksanaan mobilitas siswa yang cukup
tinggi dalam kegiatan praktikum
memerlukan perhatian lebih dari guru (5)
tidak ada jadwal khusus untuk kegiatan
praktikum (6) Kesulitan siswa dalam
pelaksanaan praktikum adalah kurang
menguasai konsep yang dipraktikumkan,
kurang terampil dalam menggunakan alat
praktikum karena memang kurang terbiasa,
sulit bekerjasama dalam kelompok dan
kurang berminat membuat laporan
praktikum. Salah satu sekolah yang juga
memiliki masalah serupa dalam
pengelolaan laboratorium IPA yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi
adalah SMP Negeri 2 Singaraja. Sekolah
tersebut merupakan salah satu sekolah
negeri yang terletak di Kota Singaraja.
Berdasarkan data awal dari studi
pendahuluan, menunjukkan bahwa standar
sarana dan prasarana di sekolah tersebut
sudah sesuai dengan Permendiknas No. 24
Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan
Prasarana. Terlihat bahwa sekolah tersebut
sudah memiliki ruang laboratorium yang
mengkhusus, tidak lagi ruang kelas yang
digunakan untuk ruang laboratorium.

125
dalam pengelolaan laboratorium belum evaluasi di SMP Negeri 2 Singaraja. Dari data tersebut
dilakukan dengan baik misalnya dalam akan diperoleh makna mengenai faktor-faktor
menyusun program kerja laboratorium, penghambatnya dan kemudian dicari pemahaman
pelaksanaan kegiatan laboratorium sekolah mengenai data-data tersebut. Pengumpulan data yang
juga belum berjalan dengan baik, dilakukan yaitu dengan studi dokumentasi, observasi,
contohnya pada saat penyediaan alat dan wawancara dan angket. Adapun sumber data dalam
bahan laboratorium. Pengorganisasian penelitian ini yaitu Kepala
dalam mengelola laboratorium belum
dibuat dengan jelas, contohnya jika ada
pergantian pengurus struktur organisasi
tidak segera diperbaiki, kemudian untuk
tenaga laboran sendiri guru IPA yang
merangkap sebagai seorang laboran, tidak
ada tenaga laboran secara khusus.
Pengawasan dan evaluasi sangat penting
untuk mengetahui kegiatan-kegiatan
praktikum sudah berjalan dengan baik atau
belum, kemudian apakah didalam
pelaksanaannya itu ada kendala yang bisa
menghambat kegiatan laboratorium.
Berbagai masalah yang ditemukan dari
studi pendahuluan mengindikasikan tentu
masih perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut lagi untuk mengungkapkan
pengelolaan laboratorium IPA yang
meliputi meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan dan evaluasi di SMP
Negeri 2 Singaraja.

METODE
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan pendektan
kualitatif. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian studi
kasus. Menurut Ghony dan Fauzan
(2012) penelitian studi kasus (case
study) merupakan penelitian tentang
suatu “kesatuan sistem.” Melalui
jenis penelitian studi kasus ini
peneliti akan menghimpun data
pengelolaan laboratorium IPA yang
meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan,
17 pengawasan dan
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70

126 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014


Sekolah, Wakasek Sarana dan Prasarana, ajaran baru yang melibatkan wakil kepala
Ketua Laboratorium IPA, laboran, sekolah bidang sarana dan prasarana, kepala
Guru IPA dan siswa kelas VII, laboratorium, laboran dan berkoordinasi dengan
VIII,IX. guru-guru IPA. Pada perencanaan juga termasuk
didalamnya perencanaan jadwal penggunaan
laboratorium dan juga pelaksanaannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Beberapa pertanyaan
Pengelolaan laboratorium pada tahap dengan siswa mengenai
perencanaan di sekolah ini dibuat pengelolaan laboratorium SMPN 2
pada awal tahun pelajaran yang Singraja dapat
disesuaikan dengan kondisi sekolah dilihat pada Tabel 1.
dan anggaran yang sudah ditetapkan
oleh pemerintah untuk
pengelolaan laboratorium.
“Mulai tahun pelajaran, tapi
perencanaannya itu direncanakan
satu bulan sebelum tahun ajaran
baru sudah dilakukan artinya
perencanaan program itu disusun
sampai dengan sarprasnya,
peralatannya direncanakan diawal
tahun pelajaran” (KS).
“Perencanaan yang kami buat sesuai
dengan kondisi sekolah, karena kan
disetiap sekolah itukan dia punya
keadaanya masing-masing tidak bisa
kita paksakan, kita sesuaikan aja
dengan skeolah” (Ln).
“Untuk peralatan lab, yang direncanakan di
awal tahun pelajaran memang itu
disusun atau dipersiapkan di awal
tahun ajaran dan semua anggaran
laboratorium, apakah itu pengadaan
alat labnya, terus bahan- bahannya
itu semuanya menggunakan dana
BOS tidak ada dari sumber lain,
apakah itu dari siswa itu tidak ada,
kecuali memang itu bahan-bahan
pakai yang sifatnya di alam yang
bisa dibawa dari rumah.Tapi yang
sifatnya pengadaan itu anggarannya
semua dari dana BOS” (KS). Dari
informasi
di atas
menunjukkan bahwa proses
perencanaan program kerja
laboratorium IPA di SMP Negeri 2
Singaraja dilakukan setiap awal
tahun ajaran dan direncanakan
sebulan sebelum memasuki tahun
127
Tabel 1. Hasil Angket Siswa

No. Pertanyaan Kritera


S SS TS STS
1. Mengetahui kegiatan program kerja laboratorium 12% 6% 76% 6%
di sekolah %
2. Guru IPA maupun ketua laboratorium 47% 24% 26% 3%
mensosialisasikan program kerja
laboratorium
3. Mengetahui struktur organisasi pengelola 18% 6% 71% 5%
laboratorium IPA di sekolah
4. Mengetahui tugas dari masing-masing anggota 24% 6% 61% %
pengelola laboratorium IPA di sekolah
5. Jadwal penggunaan laboratorium di 25% 12% 44% 19%
sosialisasikan kepada siswa di masing-
masing kelas
6. Mengetahui adanya kartu permintaan alat dan 47% 12% 36% 5%
bahan
7. Mengetahui penyimpanan alat dan bahan 41% 12% 35% 12%
laboratorium
8. Melaksanakan tata tertib laboratorium pada saat 41% 12% 32% 15%
di ruang laboratorium
9. Guru IPA melakukan evaluasi setelah selesai 59% 26% 9% 6%
melaksanakan praktikum
10. Kepala sekolah pernah mengawasi ketika kamu 12% 6% 53% 29%
sedang melaksanakan kegiatan praktikum

Dari table tersebut menunjukkan bahwa mengungkapkan bahwa.


sebagian besar siswa tidak mengetahui “Kalau ibu sebagai laboran tidak punya sertifikat
kapan jadwal pelaksanaan kegiatan sebagai laboran, tapi ibu sering mengikuti pelatihan-
praktikum di ruang laboratorium. Artinya, pelatihan, seperti beberapa waktu lalu pelatihan yang
dari pihak pengelola belum diadakan oleh biologi itu dapat sertifikat, tapi tidak
mensosialisasikan kepada siswa apa saja sebagai laboran, sebagai peserta gitu. Jadi tidak ada
yang menjadi program kerja laboratorium. sertifikat khusus sebagai laboran” (Ln). “Kalau
Pengorganisasian dalam pengelolaan sertifikat itu memang belum ada, tapi seperti
laboratorium di sekolah ini belum dikelola laborannya itu sering mengikuti pelatihan” (KS).
dengan petugas yang memang mempunya dari pernyataan tersebut memang benar adanya bahwa
sertifikat khusus untuk menjadi seorang laboran di sekolah ini tidak mempunyai sertifikat
tenaga pengelola, sesuai dengan wawancara namun, sering mengikuti pelatihan-pelatihan untuk
yang sudah dilakukan oleh laboran di menjadi seorang laboran.
SMPN 2 Singaraja
17
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70

128 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014


Pengorganisasian bukan saja mengenai
sertifikat tenaga pengelola melainkan juga
struktur organisasi dari pengelola
laboratorium itu sendiri. Dari hasil angket
siswa diatas menunjukkan bahwa tidak
banyak siswa yang mengetahui adanya
struktur pengelolaan laboratorium dan siapa
saja yang menjadi tenaga pengelola.
Artinya, struktur organisasi tersebut tidak
terpampang dengan jelas maupun tidak
diperhatikan kebaharuannya.
Pelaksanaan dalam pengelolaan
laboratorium yaitu meliputi keefektifan
menggunakan laboratorium, keselamatan
kerja, menjalankan tata tertib, dan juga
pengadaan alat dan bahannya. Pelaksanaan
pengelolaan laboratorium SMPN 2
Singaraja belum berjalan dengan baik, hal
itu dikarenakan keterbatasan alat dan
bahan, dan juga administrasi yang kurang
disiapkan denganbaik. Dari hasil angket
diatas menunjukkan bahwa sebagian besar
siswa tidak sering melaksanakan kegiatan
praktikum di laboratorium, hal ini
dikarenakan terbatasnya alat bahan dan
jadwal penggunaan laboratorium yang
berbenturan seingga, praktikum yang alat
dan bahannya mudah dijumpai di
lingkungan sekitar maka praktikum

129
tersebut dilaksanakan dirumah namun, jika sekolah, biasanya itu dilakukan di semester ganjil. Dari
tidak, maka akan didemonstrasikan. Hal ini luar biasanya pengawas saja” (KL).
dibuktikan oleh hasil wawancara berikut. Jadi, tidak hanya melakukan kegiatan supervisi di intern
“Kalau bisa didemonstrasikan kita sekolah saja melainkan juga ada supervisi dari
demonstrasikan kalau tidak bisa yah pemerintah kabupaten/kota yang bertugas untuk
diberikan tugas anak-anak dirumahnya” melakukan penilaian terhadap pengelolaan laboratorium
(KL). “Kalau ibu biasanya ibu akan di SMPN 2 Singaraja.
menampilkan berupa video kepada anak
anak, nanti dari video tersebut apa yang
diamati, terus hasilnya gimana, jadi
meskipun mereka tidak praktek langsung
sedikit tidaknya mereka mengetahui oh
begini caranya” (Ln). “Kalau ibu, seperti
yang sudah ibu katakana diawal kalau alat
dan bahan itu mudah di cari dirumah,
misalnya dia prakitkum tekanan, ibu
suruh menggunakan botol dan balon, nah
jadi ibu diskeolah menjelaskan LKS dan
langkah kerjanya, nanti siswanya dirumah
praktikum, membuat laporannya dan
membawa hasilnya itu kesekolah kemudian
di presentasikan” (GA) Pengawasan dan
evaluasi pada pengelolaan laboratorium
SMPN 2 Singaraja ini dilakukan supervisi
secara intern yang melibatkan kepala
sekolah, wakil kepala sekolah bidang
sarana dan prasarana, kepala laboratorium,
laboran dan juga guru IPA. Hal tersebut
sesuai dengan hasil wawancara berikut.
“Kalau supervisi yang kita laksanakan
adalah intern kita yang dilaksanakan oleh
kepala sekolah, yang mengadakan supervisi
kepada kepala laboran dan kadang-kadang
ada juga yang mengadakan supervise dari
pengawas, pengawas dari bidang studi IPA
itu sendiri itu dipersilahkan” (KS).
“Kalau supervise yang kita adakan itu dari
intern kita saja, kalau dari pemerintah itu
biasanya pengawas saja” (WKS).
“Kalau supervise itu biasanya dari kepala
17
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70

130 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014


Hasil angket di atas menunjukkan pada saat toh ditugaskan disana gurunya disana sertifikatnya juga
melaksanakan praktikum di kelas guru tidak punya kompetensi untuk itu, dan dia sudah punya
mengawasi kegiatan praktikum siswa pokok pekerjaan sebagai guru” ( KS).
dan juga melakukan evaluasi terhadap “Kalau ibu sendiri kendalanya di lab itu laboran, siswa,
praktikum yang sudah berjalan. alat dan bahan, kemudian waktu” (Ln).
Pengawasan dan evaluasi ini dilakukan “Kalau ibu sebagai guru kendalanya di laboran, waktu,
Bertujuan untuk hasilnya nanti dapat siswa dan keterbatasan alat dan bahan, itu saja dik”.
dijadikan sebagai tolak ukur terhadap (GA).
kegiatan program kerja yang akan datang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengelolaan laboratorium belum dapat
dijalankan dengan baik sesuai dengan
hasil wawancara berikut. “Kalau menurut
ajik sendiri sebagai kepala lab kendalanya
itu pertama di laboran, terus alat dan bahan,
kemudian juga siswa, apalagi kita
hanya punya satu lab itu kendalanya” (KL).
“Itu kendalanya kembali kepada standar
laboran itu sendiri, karena kita tidak punya
laboran khusus dibidang itu, artinya kalau
laboran kita masih menggunakan guru
dalam bidang itu, itulah yang masalah.
Karena gurunya itukan dia harus ngajar 24
jam, bagaimana dia bisa fokus untuk bisa
mengelola lab, kalau dia misalnya tidak
focus harus ngajar bolak balik, kalau itu
suah ada laboran berarti laboran inilah yang
mengatur, artinya kompetensi laboran itu
sampek alat, sampek persiapan praktek,
sampe program dia yang lebih operasional
disana. Kalau memfungsikan guru sebagai
laboran atau kepala lab, tentu ini tidak bisa
maksimal itu kendalanya. Karena kembali
ke standar tenaga itu yang tidak
terpenuhi, kalau standar itu dipenuhi
sebagai laboran dia kan focus disana
artinya alat ini harus dibersihkan, alat ini
kadaluarsa, ini bahannya kurang,
kita itu kendalanya. Tenaga laboran tidak
ada. Kalau

131
Jadi yang berperan penting dalam alat dan bahan di laboratorium
pengelolaan laboratorium itu yaitu dibuat satu bulan sebelum memasuki awal tahun
laboran, karena laboran dalam hal ini ia pelajaran. Pada perencanaan pembuatan program kerja
yang menyiapkan segala sesuatunya laboratorium yang termasuk didalamnya yaitu
mengenai administrasi laboratorium, alat dan bahan, penjadwalan, sampai ke perawatan alat
maupun saat akan melaksanakan dan bahannya.
praktikum untuk menyiapkan alat dan Pengorganisasian yang meliputi adanya struktur
bahannya sehingga, waktu yang dimiliki organisasi laboratorium di SMPN 2 Singaraja ini yang
bisa dipergunakan oleh siswa untuk terpilih menjadi
melaksanakan praktikum.

PEMBAHASAN
Proses perencanaan itu dimulai dari guru-
guru IPA mengajukan usulan daftar
alat dan bahan yang didasarkan pada
analisis kebutuhan dan skala
prioritas karena ketersediaan alat
dan bahan yang dimiliki sangat
terbatas. Usulan tersebut diberikan
kepada laboran untuk dicek
kembali, kemudian diberikan
kepada kepala laboratorium untuk
dibuat menjadi proposal kebutuhan
yang kemudian diajukan kepada
wakil kepala sekolah bidang sarana
dan prasarana ditinjau dan
dimasukkan ke dalam RKAS.
Perencanaan program kerja yang
dibuat di sekolah ini dibuat secara
tahunan dan semesteran.
Kegiatan perencanaan ini yang dilakukan
oleh pengelola laboratorium di
SMPN 2 Singaraja ini belum
sepenuhnya sesuai dengan teori
Atmadja (2013) yang menyatakan
bahwa Perencanaan kegiatan
laboratorium dapat dilakukan salah
satunya meliputi penyusunan
program tahunan, penyusunan
jadwal kegiatan laboratorium,
pengelolaan sumber daya manusia,
penyusunan SOP (penggunaan
peralatan dan bahan). Alokasi dana
yang digunakan dalam membuat
program kerja laboratorium ini
seluruhnya menggunakan dana
BOS. Oleh karena itu, pengadaan
17
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70

132 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014


anggotannya yaitu dari guru-guru IPA dan pengurus sebelumnya dari tahun 2018 hingga sekarang
sebagai penanggung jawab yaitu memasuki tahun 2020 itu tidak diganti, terlebih-lebih
kepala sekolah. Struktur organisasi jurnal praktikum yang seharusnya ada pada saat akan
yang diterapkan oleh sekolah ini
melaksanakan praktikum, karena guru ketika akan
sudah sesuai dengan kemendikbud
tahun 2017 tentang panduan kerja mengadakan kegiatan praktikum seharusnya menulis di
tenaga laboratorium jurnal praktikum tanggal berapa praktikum itu
sekolah/madrasah. Namun, untuk dilaksanakan, materi apa yang di paraktikumkan dan
kualifikasi dari masing-masing
kelas apa yang menggunakan, sehingga nantinya dari
anggota belum memenuhi standar.
Sesuai dengan Permendiknas jurnal tersebut bisa dicek praktikum apa saja yang
Nomor 26 Tahun 2008 tentang sudah berjalan, alat dan bahan
Standar Tenaga Laboratorium
Sekolah/Madrasah untuk menjadi
seorang kepala laboratorium harus
mempunyai sertifikat kepala
laboratorium
sekolah/madrasah dari perguruan
tinggi atau lembaga lain yang
ditetapkan oleh pemerintah dan
untuk menjadi seorang laboran
harus memiliki sertifikat
sekolah/madrasah dari perguruan
tinggi yang ditetapkan oleh
pemerintah. Anggota pengelola
laboratorium di sekolah ini masih
menjadikan guru IPA yang
merangkap menjadi kepala
laboratorium dan juga laborannya.
Penyusunan administrasi laboratorium
yang dibuat, secara umum belum
sesuai dengan pendapat Rumilah
(2006: 84) bahwa laboratorium akan
efektif dan efisien digunakan
apabila dilengkapi dengan
administrasi seperti inventarisasi
alat dan bahan, perawatan dan
perbaikan alat, pelayanan kegiatan
praktikum serta daftar alat dan
bahannya.
Pengadministrasian laboratorium di sekolah
ini masih jauh dari kata baik, karena
tidak disusun dengan rapi, terlebih-
lebih administrasi yang tidak pernah
di perbaharui itu akan membuat
pengelolaan laboratorium ini tidak
berjalan sesuai dengan program
kerja yang dibuat.
Pengadministrasian yang sudah dibuat

133
yang digunakan. Pengadministrasian seperti dilakukan secara demonstrasi.
ini semestinya harus selalu dibuat Hal itu tidak sejalan dengan Rumilah (2006: 86) yang
karena itu merupakan bukti autentik mengemukakan dalam penelitiannya bahwa didalam
ketika ada kelas yang melaksanakan
pelaksanaan laboratorium itu harus di lengkapi dengan
praktikum, alat dan bahan apa saja
yang digunakan dan bahan-bahan penyediaan dan pengembalian alat bahan, penyimpanan
habis pakai. alat dan bahan, adanya tata tertib laboratorium yang
Pelaksanaan program kerja laboratorium di terpampang dengan jelas, dan sosialisasi kepada siswa
sekolah ini menurut kepala mengenai keamanan dan keselamatan
laboratorium sendiri baru berjalan
50% dari perencanaan program
kerja yang sudah dibuat. Salah satu
kendala dalam pelaksanaannya yaitu
keterbatasan alat dan bahan dan juga
jadwal yang berbenturan dengan
kelas yang lain, pembengkakan di
masing-masing kelas membuat
pelaksanaan praktikum tidak
berjalan dengan kondusif. Hal ini
tidak sesuai dengan pendapat
Pertiwi (2019) yang berpendpat
bahwa pelaksanaan dalam
pengelolaan laboratorium dapat
dilihat dari ketertiban penggunaan
laboratorium, pemanfaatan
laboratorium untuk praktikum, serta
proses pelaksanaan praktikum.
Kegiatan pelaksanaan atau bisa juga
disebut sebagai kegiatan
operasional laboratorium.
Dalam tahapan ini ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dan
dikondisikan agar kegiatan yang
telah direncanakan dapat berjalan
dengan baik.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Pujani (2014) bahwa calon
guru IPA harus mampu
mengembangkan perangkat
praktium yang nantinya dapat
membimbing siswa untuk mencari
tahu kebenaran dari suatu teori.
Namun, di sekolah ini siswa jarang
melaksanakan praktikum, melainkan
hanya belajar di kelas. Jika ada
materi yang alat dan bahannya
mudah ditemukan dan ramah
lingkungan maka kegiatan
praktikum tersebut dilaksanakan
17 dirumah, di dalam kelas maupun
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70

134 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014


kerja pada saat berada di ruang mereka baru membuat dan mempersiapkan segala
sesuatunya. Alangkah baiknya jika segala sesuatunya
laboratorium. Hal tersebut penting
itu dikerjakan sesuai dengan ketentuannya. Hal ini tidak
dilakukan agar nantinya pengelola dapat sesuai dengan pendapat Rumilah (2006: 88 ) yang
mengetahui bagaimana pelaksanaan berpendapat bahwa pengawasan pengelolaan
program kerja laboratorium di sekolah laboratorium IPA dinilai efektif apabila didalam
pengawasan itu ada program pengawasan yang jelas,
sudah berjalan sesuai dengan perencanaan
ada
yang sudah dibuat atau belum, sudah
efektifkah pelaksanaannya, sehingga
nantinya dapat memberikan masukan
mengenai pelaksanaan tersebut.
Pengawasan dan evaluasi merupakan hal
yang terpenting dalam melaksanakan
program kerja yang sudah dibuat. Laporan
hasil kegiatan program kerja selalu
dijadikan sebagai tolak ukur untuk
membuat program kerja selanjutnya, karena
dari sanalah bisa dilihat program mana saja
yang sudah berjalan dengan baik atau
tercapai dan mana yang belum
tercapai. Laboratorium di sekolah ini juga
melakukan supervisi sebagai bahan
evaluasi, hal ini dilakukan intern sekolah
saja yang melibatkan kepala sekolah,
wakasek bidang sarana dan prasarana,
kepala laboratorium dan juga laboran yang
dilakukan pada semester ganjil. Kegiatan
ini tidak hanya dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana program tersebut sudah bisa
berjalan dan juga mengetahui kendala
kendala yang dihadapi dalam melaksanakan
program kerja yang sudah dibuat.
Pengawasan di laboratorium ini juga
didatangi oleh pemerintah terkait yang
bertindak sebagai pengawasan pada
bidangnya. Pengawasan yang dilakukan
oleh pemerintah ini hanya sewaktu-waktu
saja, sehingga itu juga bisa berdampak
kepada pengelola laboratorium, karena
kenyataan yang ditemukan di sekolah dan
sering dilakukan oleh beberapa sekolah
yaitu ketika tahu akan dilaksanakan
penilaian dan pengawas akan datang
135
buku kunjungan pengawas dan dokumen dapat menghasilkan tenaga laboran yang berkompeten.
laporan hasil pelaksanaan program Ke dua yaitu keterbatasan alat dan bahan. Suatu
kerja laboratorium yang jelas. praktikum akan berjalan dengan baik jika sarana dan
Salah satu faktor utama dalam pengelolaan prasarananya memadai, hal ini juga sangat menjadi
laboratorium yang yaitu laboran.
salah satu faktor penting dalam pengelolaan
Sesuai dengan kenyataan yang ada
di sekolah bahwa laboran yang ada laboratorium. Salah satu informan juga memberikan
bukanlah murni seorang laboran, pernyataan pengalamannya ketika akan melaksanakan
melainkan guru IPA yang praktikum pada materi pengukuran jumlah jangka
merangkap menjadi laboran. Hal ini
sorong,
sangat berpengaruh terhadap
jalannya suatu praktikum bagi para
guru IPA, karena mereka sangat
keterbatasan waktu untuk
menyiapkan alat dan bahan
praktikum, belum lagi mengatur
siswa yang jumlahnya tidak sedikit.
Sesuai dengan kenyataan yang
ditemukan di sekolah bahwa laboran
yang ada itu tidak selalu standby
ada di ruang laboratorium,
melainkan laboran tersebut juga
harus mengajar di kelas sehingga
jika ada guru yang ingin
menggunakan lab maka harus
meminta kunci terlebih dahulu ke
laboran, kemudian mengecek alat
dan bahan dan mempersiapkan
segala sesuatunya.
Hal itu membuat para guru kekurangan
waktu untuk melaksanakan
praktikum dan pada akhirnya
kegiatan praktikum terhenti,
sehingga membuat para guru lebih
memilih untuk melakukan
demonstrasi dan menampilkan
video- video yang berhubungan
dengan materi yang seharusnya di
prakitkumkan. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat kemendiknas
Ditjen PMPTK Dittendik (2010:
17). Kurangnya pengetahuan dan
pengalaman dari personil
laboratorium sering menjadi
penghambat dalam pengelolaan
laboratorium. Untuk itu sangat
diperlukannya pelatihan-pelatihan,
atau workshop yang khusus
mengenai pengelolaan laboratoirum
17 IPA khususnya sehingga nantinya
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70

136 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014


mikrometer, dan neraca itu sangat terbatas, pada awal tahun pelajaran yang didalamnya
terlebih-lebih alat-alat tersebut mengatur mulai dari pendanaan, jadwal
sudah tidak layak untuk digunakan. penggunaan laboratorium, penyediaan alat dan
Jadi guru hanya bisa bahan, perbaikan alat dan juga tata tertib. (2)
memperkenalkan alat-alat tersebut Pengorganisasian yang meliputi struktur
kepada siswa sehingga siswa tau organisasi dan pengadministrasian belum
alat-alat pengukuran namun, sangat dilaksanakan dengan baik seperti tidak adanya
disayangkan siswa tidak bisa pembaharuan pada struktur organisasi
mempraktikan langsung bagaimana laboratorium yang membuat siswa juga tidak
cara mengukur dengan tahu siapa saja yang
menggunakan alat ukur tersebut.
Hal ini sependapat dengan Adriani
(2017) dalam penelitiannya yang
mengatakan bahwa pengawasan
ketersediaan alat dan bahan harus
dilaksanakan dengan maksimal,
sehingga nantinya pelaksanaan
praktikum maupun dalam
pengelolaannya dapat berjalan
dengan baik.
Ke tiga yaitu siswa dan waktu, para guru
menyebutkan bahwa jumlah siswa
juga mempengaruhi pelaksanaan
praktikum, karena dengan jumlah
kelas yang tidak ideal kemudian alat
dan bahannya terbatas, maka akan
memakan waktu yang cukup lama
untuk melaksanakan praktikum.
Waktu yang sangat terbatas
sebenarnya mereka gunakan baik
namun, karena kendala tersebut
mereka harus menggunakan alat dan
bahan secara bergantian, sehingga
membuat pelaksanaan praktikum
tidak berjalan dengan efisien.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
disimpulkan bahwa Pengelolaan
Laboratorium IPA di SMP Negeri 2
Singaraja dapat dikatakan belum baik
karena masih banyak kegiatan pada
program perencanaan belum dilaksankan
sesuai dengan apa yang sudah dibuat. (1)
Perencanaan yang meliputi penyusunan
program kerja direncanakan satu bulan
sebelum awal tahun pelajaran dan dibuat
137
menjadi pengelola laboratorium. Adriani Nina. 2016. Analisis Manajemen Laboratorium
Kimia SMA Negeri Di Kota Tanjung Pinang
Pengadministrasian juga tidak dibuat
Guna Meningkatkan Kompetensi Guru dan
dengan baik, karena tidak adanya jurnal Pesera Didik. Jurnal Zaruh. Vol.4. No.1. (hal.
praktikum, kartu peminjaman dan 1-8)
pengembalian alat, daftar alat dan bahan
yang sudah diperbaharui, (3) Pelaksanaan
yang diantaranya kegiatan praktikum,
jarang dilaksanakannya di ruang
laboratorium dikarenakannya keterbatasan
alat dan bahan. (4) Pengawasan dan
evaluasi yaitu dengan cara melakukan
supervisi di intern sekolah dan adanya
pengawas yang datang dari pemerintah.
(5) Faktor-faktor yang berkontribusi dalam
pengelolaan laboratorium di SMPN 2
Singaraja ini yaitu laboran, siswa, waktu,
serta keterbatasan alat dan bahan.
Adapun saran yang bisa disampaikan
adalah kepada sekolah- sekolah yaitu agar
selalu melakukan peningkatan pengelolaan
laboratorium dengan sebaik-baiknya, baik
itu dalam perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasannya. Disarankan agar peran
serta kerjasama antar pemerintah dengan
pihak sekolah dapat berjalan dengan baik,
sehingga nantinya tidak ada masalah dalam
pengelolaan laboratorium baik itu
pengadaan alat dan bahan maupun sarana
dan prasarana penunjang lainnya.

UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih penulis ucapkan kepada
pembimbing karena telah memberikan
banyak masukan terkait artikel ini. Tidak
lupa pula ucapan terimakasih penulis
berikan kepada pihak sekolah, guru, siswa
karna terlah diijinkan untuk melakukan
penelitian di SMP Negeri 2 Singaraja
hingga penelitian ini berjalan dengan
lancar.

DAFTAR PUSTAKA
17
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70

138 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014


Ali, L.U., dkk. (2013). Pengelolaan
Pembelajaran IPA Ditinjau Dari
Hakikat Sains Pada SMP Di
Kabupaten Lombok Timur. e-
Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA, Vol.3 (hlm. 1)
Atmadja, S. W. 2013. Menuju Pengelolaan
LaboratoriumYang Lebih
Baik,Dinas Pendidikan Kabupaten
Klaten: Diklat
Pengelolaan Laboratorium:
Unwidha.co.id/workshoplaboratoriu
mpengelolaan_laboatorium_pdf
Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). 2006. Standar Sarana dan
Prasarana Sekolah/Madrasah
Pendidikan Umum. Jakarta: Badan
Standar Nasional Pendidikan.
Depdikbud. (2004). Cara Menata Alat dan
Bahan di Laboratorium Kimia
Jakarta : Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Direktorat Pendidikan Menengah
Umum.
Depdiknas. (2006). Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.Jakarta: CV Eko Jaya.
Dewi, I. S., dkk. (2014). Analisis Kendala
Pelaksanaan Praktikum Biologi Di
SMA Negeri Se-Kota Palangka
Raya. Jurnal EduSains. Vol.2. No.1.
ISSN 2338-4387
Ghony, M. D & Fauzan, A. (2012). Metode
Penelitian Kualitatif. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media
Hapsari, S. I & Nurcahyanto, E. (2016).
Evaluasi Penerapan ICT dalam
Mendukung Keterampilan Saintifik
pada Pembelajaran Tata Surya.
Jurnal Unnes Science Education.
Vol.5.No.3
Hasanah, U. N. (2017). Evaluasi
Implementasi Kurikulum 2013 pada
SMA Pilot Project di Kota
Yogyakarta. Jurnal Akuntabilitas

139
Manajemen Pendidikan. Vol.5.No.1 (hal Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
95-108) Standar Nasional Pendidikan.
Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013, Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar
Kompetensi Dasar Sekolah Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs,
Menengah Pertama SMA/MA. Jakarta; Mendiknas
(SMP)/Madrasah Tsanawiyah Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008 tentang
(MTs). Jakarta: Kemendikbud. Standar Tenaga Laboratorium
Kemendikbud.go.id. (2016, 6 Desember). Sekolah/Madrasah. 2008. Jakarta: Mendiknas
Peringkat dan Capaian Permendikbud RI No. 35 Tahun 2018 tantang
PISA Indonesia Mengalami Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Peningkatan. Diakses pada 6 Pertama/Madrasah Tsanawiyah (MTs). Jakarta:
Desember 2016, dari Mendikbud
https://www.kemendikbud.go.id/mai
Pertiwi, F. N. (2019). Sistem Pengelolaan
n/blog/2016/12/peringkat-dan-
(Perencanaan, Pelaksanaan, evaluasi)
capaian-pisa-indonesia-mengalami-
Laboratorium IPA SMP Negeri Di Ponorogo.
peningkatan
Jurnal Penelitian Islam. Vol.13. No.1
Kemendiknas Ditjen PMPTK Dittendik.
Pujani, N. M. (2017). Pengembangan Perangkat
2010. Pengembangan Kompetensi
Praktikum Untuk Meningkatkan
Maanjerial dan Organisasi
Keterampilan Laboratorium Calon Guru
Laboratorium (Modul 2). Bandung:
Fisika. Seminar Nasional Riset Inovatif II. ISSN
Ditjen PMPTK
: 2339-1553
Marlina Leni. 2016. Manajemen
Senta P & Amoes, N. (2014). Pengelolaan
Laboratorium Kimia. Jurnal
Laboratorium IPA Studi Di SMP Negeri 80
Manajer Pendidikan. Vol.4. No.4
Jakarta Timur. e-
Marwah, D., dkk. (2017). Efektivitas Journal.uki.ac.idManajemenPendidik an. Vol.3.
Penerapan Model Pembelajaran No. 2
Science Technology And Society
Rosilawati, R. (2012). The Evaluation On The
(STS) Terhadap Peningkatan
Management Of Science Laboratory In State
Kemampuan Berpikir Tingkat
Senior High Schools In Tambun Utara Of The
Tinggi. Jurnal EDUTECHNOLOGI.
District Bekasi. Vol.3. No.2. (hal: 118-130)
Vol.2.No.3
Rumilah. (2006). Kefektifan Manajemen Laboratorium
Meita, N. M. (2017). Studi Kelayakan
IPA SMP Negeri di Kabupaten Bantul.
Pengelolaan Laboratorium IPA
Yogyakarta: PPs UNY
SMPN 4 Sumenep Berdasarkan
Permendagri 26/2008. Jurnal Lensa Sitorus, M & Ani, S. (2013). Pengelolaan dan
(Lentera Sains): Jurnal Pendidikan Manajemen Laboratorium Kimia. Yogyakarta :
IPA. Vol.7. No.1. Graha Ilmu
Moleong, L. J. (2007). Metodologi Subamia,dkk. (2014). Analisis Kebutuhan Tata Kelola
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Tata Laksana
Remaja Rosdakarya Offset
Nanang Fattah. (2008). Landasan
Manajemen Pendidikan. Bandung::
PT Remaja Rosdakarya
Ngalim Purwanto. (2008). Administrasi dan
Supervisi Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya

17
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70

140 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014


Laboratorium IPA SMP Di Kabupaten Buleleng. Jurnal Pendidikan Indonesia.
Vol.3.No.2.446-459
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Samiasih, L.,dkk. (2013). Analisis Standar Laboratorium Kimia dan Efektivitasnya terhadap
Capaian Kompetensi Adapttif di SMK Negeri
2 Negara. e-Journal Program - Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program
Studi IPA, Vol.3, No.1 (hlm. 1-11)
Wirjosoemarto, K., dkk. (2004). Teknik Laboratorium. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi
FMIPA UPI.
Wiratma, I. G. L & Subagia, I. W. (2014). Pengelolaan Laboratorium Kimia Pada SMA Negeri
Di Kota Singaraja : (Acuan Pengembangan Model Panduan Pengelolaan
Laboratorium Kimia Berbasis Kearifan Lokal Tri Sakti). Jurnal Pendidikan Indonesia.
Vol. 3, No. 2. ISSN:2303-288X
Zengele, A. (2016). The Status of Secondary School Science Laboratory Activities for Quality
Education in Case of Wolaita Zone, Southern Ethiopia. Journal of Education and
Practice.Vol.7.No.31.ISSN:2222- 1735 (Paper).ISSN 2222-288X
(Online).

Rieview jurnal dengan judul

PENGELOLAAN LABORATORIUM PENGETSAHUAN ALAM (IPA) SMP NEGERI SINGARAJA

NAMA :Aditya Triansyah

NIM : 2104040034

PROGRAM STUDI : IPA 3 A

MATKUL: MANAJEMEMEN LABORATORIUM

DOSEN :DIAH KESUMAWATI M.Pd

Kata kunci:

YANG, DAN, LABORATORIUM, DALAM, PEMBELAJARAN, UNTUK, PENDIDIKAN, DENGAN, laboratorium


IPA, pengelolaan laboratorium IPA

Intisari:

...Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus karena
pengelolaan laboratorium IPA merupakan satu kesatuan sistem....

141
...Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, angket yang diberikan
kepada siswa kelas VII, VIII, dan IX yang seluruhnya berjumlah 85 orang, serta wawancara yang
dilakukan dengan kepala sekolah, wakasek bidang sarana dan prasarana, ketua laboratorium, laboran
dan guru IPA....

...(1) perencanaan pnyusunan program kerja laboratorium IPA belum dilaksanakan dengan baik; (2)
pengorganisasian yang dilakukan masih belum sesuai dengan aturan pengelolaan laboratorium; (3)
pelaksanaan program kerja laboratorium IPA masih belum berjalan secara intensif; (4) pengawasan dan
evaluasi dilakukan secara intern; (5) faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan laboratorium IPA
SMPN 2 Singaraja yaitu laboran, siswa, waktu, serta keterbatasan alat dan bahan....

...Pemerintah sudah sedemikian rupa berupaya untuk mewujudkan pendidikan yang baik dan
berkualitas namun, faktanya bertolak belakang dengan pendidikan di Indonesia yang masih tergolong
rendah....

...Kesenjangan pendidikan di Indonesia bisa kita asumsikan jika dalam proses pembelajaran di Indonesia
masih menekankan pada penambahan pengetahuan (aspek koginisi) salah satunya dengan
kecenderungan untuk lebih banyak menghafal....

...Hal ini dibuktikan dengan hasil penilitian terkait "Pengelolaan Pembelajaran IPA ditinjau dari Hakikat
Sains" yang dilakukan oleh Ali., dkk (2013) di Kabupaten Lombok Timur pada jenjang SMP
menyimpulkan bahwa (1) guru memiliki pemahaman yang kurang baik tentang hakikat sains, (2) guru
sangat jarang menerapkan hakikat sains dalam pembelajaran, (3) hambatan guru terjadi pada ketidak
sesuaian materi dengan alokasi waktu, orientasi aspek kognisi, kesiapan awal mental siswa, dan guru
kurang memahami hakikat sains, dan (4) guru lebih dominan mengggunakan metode diskusi dan
ceramah dalam mengelola pembelajaran....

...Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik
secara aktif, kritis, dan kreatif dalam menyelesaikan masalah di masyarakat atau lingkungan sebagai
ajang mengaplikasikan keilmuwannya....

...Sarana dan prasarana yang sudah tersedia pada laboratorium sangat membutuhkan suatu teknik
pengelolaan yang baik agar laboratorium tersebut dapat digunakan dalam waktu jangka panjang....

...Dalam dunia pendidikan laboratorium berfungsi sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan
keterampilan intelektual melalui kegiatan pengamatan, pencatatan gejala-gejala alam dan
mengembangkan keterampilan motorik siswa....

...Dari kegiatan inilah nantinya siswa akan menambah keterampilannya dalam mempergunakan alat-
alat yang tersedia untuk mencari dan menemukan kebenaran, memberikan dan memupuk kebaranian
untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah dari satu objek dalam lingkungan alam dan sosial, tempat
melatih peserta didik untuk bersikap cermat, sabar, jujur, berpikir kritis dan cekatan....

...Adanya pengelolaan yang baik dapat membantu dan memudahkan guru maupun siswa dalam
penggunaan laboratorium....

...Pengelolaan merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya manusia secara efektif dan efisien
dalam pengelolaan laboratorium IPA, untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal
dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya manusia itu sendiri....

17
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70

142 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014


...Pengelolaan laboratorium yang efektif harus memenuhi kriteria perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi....

...Dewi dkk. (2014) melaporkan bahwa kendala dalam pelaksanaan praktikum biologi yang ditemukan,
yaitu (1) fasilitas laboratorium tidak lengkap, banyak peralatan yang rusak, bahan yang kadaluwarsa,
laboratorium digunakan juga untuk kegiatan selain praktikum dan ada alat/bahan yang tersedia tapi
tidak pernah digunakan sebagaimana fungsinya (2) dukungan sekolah terhadap kegiatan praktikum
masih bersifat dukungan moril dan dukungan pendanaan kerjasama dengan komite sekolah masih
belum mencukupi kebutuhan pelaksanaan praktikum, sehingga seringkali guru dan siswa secara
swadaya membawa sendiri kekurangan bahan yang diperlukan (3) pengelolaan laboratorium biologi
ditugaskan pada salah satu guru biologi dan tidak ada sekolah yang memiliki laboran serta teknisi
laboratorium, pengelola laboratorium tidak pernah mengikuti pelatihan manajemen laboratorium dan
kegiatan sejenisnya (4) pada tahap pelaksanaan mobilitas siswa yang cukup tinggi dalam kegiatan
praktikum memerlukan perhatian lebih dari guru (5) tidak ada jadwal khusus untuk kegiatan praktikum
(6) Kesulitan siswa dalam pelaksanaan praktikum adalah kurang menguasai konsep yang
dipraktikumkan, kurang terampil dalam menggunakan alat praktikum karena memang kurang terbiasa,
sulit bekerjasama dalam kelompok dan kurang berminat membuat laporan praktikum....

143

Anda mungkin juga menyukai