JURNAL PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU :
DIAH KESUMAWATI M,Pd
Disusun oleh :
ADITYA TRIAN SYAH (2104040034)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA A
SEMESTER III
Amna Emda
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh
E_mail: amna_emda12@yahoo.com
Abstract
Laboratory is one of the tool that is used to learn chemistry. In learning we expected
that students not only know, but also understand the subject very well. Knowledge about
theory that is scientific can be proved by doing some experiments in the laboratory. With the
existence of the laboratory, students will understand more about the subject by doing
scientific works. Therefore students will have a good grip on the scientific work’s step and
their knowledge will last longer.
PENDAHULUAN
Dewasa ini belajar berpusat pada peserta didik (student centered) yang dijadikan
pendekatan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. 1 Pembelajaran pada hakekatnya adalah
proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan
tingkah laku keaarah yang lebih baik.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, baik faktor internal maupun
faktor eksternal. Tugas pendidik yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar
menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik,2 Kegiatan pembelajaran
diarahkan untuk memberdayakan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Harapannya
agar peserta didik memiliki kompetensi melalui upaya menumbuhkan serta mengembangkan
sikap/attitude, pengetahuan/knowledge, keterampilan/skill. Kualitas yang harus terealisasikan
antara lain kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi
dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan
martabat bangsa,3
1
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008). H. 57
2
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007). H. 100
3
M. Hosnan, Pendekatan saintifikdan Kontekstual dalam Pembelajran Abad 21, Kunci Sukses Implementasi
Kurikulum 2013, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2014). h.1
Salah satu cara untuk memberdayakan potensi peserta didik adalah menyediakan
laboratorium. Laboratorium dibutuhkan sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan
kertrampilan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran IPA atau sains. Laboratorium
merupakan salah satu prasarana pembelajaran yang dapat digunakan sebagai tempat untuk
melatih peserta dalam memahami konsep-konsep dan meningkatkan keterampilan dalam
melakukan percobaan ilmiah.
Kimia merupakan salah satu bidang studi sains yang dikembangkan berdasarkan
eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala
alam, khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur, transformasi, dinamika dan
energinetika zat yang melibatkan penalaran dan ketrampilan. 4 Ilmu kimia merupakan rumpun
IPA yang pada hakikatnya dapat dipandang sebagai proses dan produk. Kimia sebagai proses
meliputi ketrampilan dan sikap yang dimiliki oleh ilmuwan untuk memperoleh dan
mengembangkan pengetahuan. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang
terdiri dari fakta, konsep, dan prinsip kimia. 5
4
Depdiknas, Standar Kompeensi Mata Pelajaran kimia SMA dan MA, (Jakarta: Depdiknas, 2003) h. 6-7
5
Raymond Chang, Kimia dasar Jilid I, (Jakarta: Erlangga, 2000) h. 4
6
Depdiknas, SPTK-21, (Jakarta: Depdiknas, 2002) h. 12
7
Decaprio Richard, Tips mengelola lab sekolah, (Jogyakarta : Diva Press, 2013) h 16
8
Richard Decsaprio, Tips Mengelola Laboratorium...hal 17-20
Pembelajaran IPA yang efektif menuntut pembelajaran konsep dan sub-konsep yang
berfokus pada pengembangan keterampilan proses melalui penelitian sederhana, percobaan,
demontrasi dan sejumlah kegiatan praktis lainnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan dikatakan bahwa standar sarana dan
prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal, salah
satu fasilitas penunjang pendidikan yang sangat penting adalah adanya laboratorium di
sekolah.9
Kerja ilmiah adalah suatu keterampilan proses sains (KPS) yang merupakan
keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat
digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan
konsep yang telah ada sebelumnya. Jadi, KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan
metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan.10
Tempat dilakukan kegiatan kerja ilmiah atau Ketrampilan Proses Sains umumnya di
laboratorium. Laboratorium merupakan tempat dilakukannya percobaan dan penelitian.
Tempat ini dapat berupa ruang tertutup, kamar atau ruang terbuka, atau kebun. Berdasarkan
Depdikbud dalam Supriatna (2008), dalam pengertian yang terbatas, laboratorium merupakan
suatu ruang tertutup dimana percobaan/eksperimen dan penelitian yang dilakukan.
Laboratorium dilengkapi sejumlah peralatan yang dapat digunakan siswa untuk melakukan
eksperimen atau percobaan dalam sains, melakukan pengujian dan analisis,
melangsungkan penelitian ilmiah, ataupun paraktek pembelajaran dalam sains.
Keterampilan dasar bekerja ilmiah merupakan perluasan dari metode ilmiah yang
diartikan sebagai scientific inquiry, yang diterapkan dalam tindakan pembelajaran IPA
maupun dalam kehidupan sehari-hari. Rustaman berpendapat bahwa kemampuan dasar
bekerja ilmiah terdiri atas kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Dalam
pembelajarannya dapat dilakukan melalui pemberian dalam bentuk kegiatan mandiri atau
kelompok kecil.11
9
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
10
Indrawati, Keterampilan Proses Sains: Tinjauan Kritis dari Teori ke Praktis, (Bandung: Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah, 1999), h. 3.
11
Rustaman N.Y., dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA
UPI 2003). h. 17
Adapun klasifikasi Ketrampilan Proses Sains terdiri dari sejumlah keterampilan tertentu,
sebagai berikut :
1. Mengamati
Mengamati adalah proses pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan
menggunakan inderanya. Untuk dapat menguasai keterampilan mengamati, peserta didik
harus menggunakan sebanyak mungkin inderanya, yakni melihat, mendengar, merasakan,
mencium dan mencicipi. Dengan demikian dapat mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan
memadai.
2. Mengelompokkan/Klasifikasi
3. Menafsirkan
Menafsirkan hasil pengamatan ialah menarik kesimpulan tentatif dari data yang
dicatatnya. Hasil-hasil pengamatan tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan. Karena itu, dari
mengamati langsung, lalu mencatat setiap pengamatan secara terpisah, kemudian
menghubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan itu. Selanjutnya peserta didik mencoba
menemukan pola dalam suatu seri pegamatan, dan akhirnya membuat kesimpulan.
4. Meramalkan
Meramalkan adalah memperkirakan berdasarkan pada data hasil pengamatan yang reliabel
(Firman, 2000). Apabila siswa dapat menggunakan pola-pola hasil pengamatannya untuk
mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamatinya, maka
peserta didik tersebut telah mempunyai kemampuan proses meramalkan.
5. Mengajukan pertanyaan
6. Merumusakan hipotesis
Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau
pengamatan tertentu.
7. Merencanakan percobaan
Agar peserta didik dapat memiliki keterampilan merencanakan percobaan maka siswa
tersebut harus dapat menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan.
Selanjutnya, siswa harus dapat menentukan variabel-variabel, menentukan variabel yang
harus dibuat tetap, dan variabel mana yang berubah. Demikian pula peserta didik perlu untuk
menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis, menentukan cara dan langkah-
langkah kerja. Selanjutnya dapat pula menentukan bagaimana mengolah hasil-hasil
pengamatan.
Untuk dapat memiliki keterampilan menggunakan alat dan bahan, dengan sendirinya peserta
didik harus menggunakan secara langsung alat dan bahan agar dapat memperoleh pengalaman
langsung. Selain itu, peserta didik harus mengetahui mengapa dan bagaimana cara
menggunakan alat dan bahan.
9. Menerapkan konsep
Keterampilan menerapkan konsep dikuasai peserta didik apabila mereka dapat menggunakan
konsep yang telah dipelajarinya dalam situasi baru atau menerapkan konsep itu pada
pengalaman-pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.
10. Berkomunikasi
Keterampilan ini meliputi keterampilan membaca grafik, tabel, atau diagram dari hasil
percobaan. Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram juga termasuk
berkomunikasi. Menurut Firman (2000), keterampilan berkomunikasi adalah keterampilan
menyampaikan gagasan atau hasil penemuannya kepada orang lain.12
12
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta ,2009). .
13
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Kencana, 2009). h. 298
1. Tempat timbulnya berbagai masalah dan sekaligus tempat memecahkan masalah tersebut
2. Laboratorium sebagai tempat untuk melatih keterampilan serta kebiasaan menemukan
suatu masalah dan sikap teliti
3. Laboratorium sebagai tempat yang dapat mendorong semangat peserta didik untuk
memperdalam pengertian dari suatu fakta yang iselidiki atau diamati.
4. Laboratorium berfungsi sebagai tempat untuk melatih peserta didik bersikap cermat, sabar
dan jujur serta berfikir kritis dan cekatan
5. Laboratorium sebagai tempat bagi peserta didik untuk mengembangkan ilmu
pengetahuannya. 14
Pembelajaran kimia atau sains akan lebih baik bila dilaksanakan melalui pendekatan
inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagia aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu
pembelajaran sains menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Kegiatan praktikum
menunjang materi pembelajaran. Dengan praktikum memberikan kesempatan bagi siswa
untuk menemukan teori atau membuktikan teori.
14
Emha, H, Pedoman Penggunaan Laboratorium Sekolah, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2002) h. 21
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran
proses pembelajaran.15 Salah satu sarana pembelajaran adalah laboratorium. Laboratorium
dalam pembelajaran kimia melibatkan siswa dalam pengalaman konkrit yang diperoleh
melalui kegiatan laboratorium yang sangat penting untuk siswa dalam proses belajar.
Pembelajaran akan lebih efektif jika siswa merefleksikan pengalaman sendiri dan mencoba
menggunakan apa yang dipelajari.
Edgar Dale mengklasifikasikan pengalaman belajar mulai dari hal-hal yang paling
konkrit sampai hal-hal yang dianggap paling abstrak.
Pengalaman belajar yang diperoleh siswa melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri
apa yang dipelajari adalah suatu pengalaman langsung. Semakin konkret peserta didik
mempelajari bahan pelajaran maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh.16
Dalam teori belajar disebutkan bahwa tahap dimulai dari penguasaan kemampuan
mulai dari mengetahui, memahami dan menguasai. Pembelajaran dengan menggunakan
metode verbal dapat membuat peseta didik tahu tetapi cepat lupa. Apabila metode verbal
15
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktek KTSP. (Jakarta: Kencana, 2010). h. 200
16
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007). h.
165
PENUTUP
Dalam pembelajaran sains khususnya kimia diperlukan sarana dan prasarana salah
satunya adalah laboratorium. Laboratorium merupakan tempat untuk melakukan kegiata
percobaan atau praktikum. Peserta didik akan lebih memahami materi pelajaran apabila
mereka dilibatkan secara aktif dalam proses belajar. Peserta didik akan mengetahui,
memahami dan juga menguasai materi secara baik dengan melakukan kegiatan mengamati
dan melakukan percobaan atau eksperimen. Peserta didik akan terlatih untuk bekerja secara
ilmiah sebagaimana layaknya seorang ilmuwan. Dengan demikian pengetahuan yang
diperoleh akan lebih bertahan lama pada dirinya. Disamping itu peserta didik dapat menguasai
langkah kerja ilmiah sebagaimana yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009.
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, Jakarta: Rajawali Press, 2014.
Conny Semiawan, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta, Gramedia, 1990.
Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran kimia SMA dan MA, Jakarta: Depdiknas,
2003.
Depdiknas, SPTK-21, Jakarta: Depdiknas, 2002.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Emha, H., Pedoman Penggunaan Laboratorium Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2002.
E, Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
H. Firman, Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia, Bandung: Jurusan Pendidikan
Kimia FPMIPA UPI, 2000.
M. Hosnan, 2014. Pendekatan saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajran Abad 21, Kunci
Sukses Implementasi Kurikulum 2013. (Jakarta: Ghalia Indonesia..
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta:Bumi Aksara, 2008.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Raymond Chang, Kimia dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga, 2000.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:
Kencan, 2007.
17
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70
NIM : 2104040034
KATA KUNCI:
DAN, YANG, LABORATORIUM, DALAM, UNTUK, ILMIAH, PEMBELAJARAN, PESERTA, peserta didik,
KEGIATAN
INTISARI:
...KATA KUNCI : Laboratorium,knowledge and scientific process PENDAHULUAN Dewasa ini belajar
berpusat pada peserta didik (student centered) yang dijadikan pendekatan dalam proses
pembelajaran....
...Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.1
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya
sehingga terjadi perubahan tingkah laku keaarah yang lebih baik....
...Tugas pendidik yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku bagi peserta didik,2 Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan
semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik....
...Kualitas yang harus terealisasikan antara lain kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas,
kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta
meningkatkan peradaban dan martabat bangsa,3 1 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,
(Jakarta:Bumi Aksara, 2008)....
...Laboratorium dibutuhkan sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan kertrampilan peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran IPA atau sains....
17
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70
...Keberadaan laboratorium dalam pembelajaran di bidang IPA atau sains khususnya kimia adalah
suatu yang sangat penting....
...Laboratorium merupakan wadah untuk membuktikan sesuatu yang harus dilakukan melalui suatu
percobaan....
...Peserta didik dapat melakukan percobaan untuk membuktikan teori-teori ilmiah yang
diperolehnya dalam pembelajaran....
...Dalam pendidikan sains kegiatan laboratorium merupakan bagian integral dari kegiatan belajar
mengajar, khususnya kimia....
...Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan
pendidikan....
...Kegiatan di laboratorium memberikan kemudahan bagi peserta dalam memahami apa yang
mereka pelajari materi melalui pendekatan kerja ilmiah....
...Kimia merupakan salah satu bidang studi sains yang dikembangkan berdasarkan eksperimen yang
mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala alam, khususnya yang
berkaitan dengan komposisi, struktur, transformasi, dinamika dan energinetika zat yang melibatkan
penalaran dan ketrampilan.4 Ilmu kimia merupakan rumpun IPA yang pada hakikatnya dapat
dipandang sebagai proses dan produk....
...Kimia sebagai proses meliputi ketrampilan dan sikap yang dimiliki oleh ilmuwan untuk
memperoleh dan mengembangkan pengetahuan....
...Laboratorium bisa berupa ruangan yang tertutup seperti kamar atau ruangan terbuka seperti
kebun dan lain-lain....
...Hal ini disebabkan laboratorium tidak hanya menuntut pemahaman terhadap objek yang dikaji,
tetapi juga menuntut seseorang untuk melakukan eksperimentasi....
...Lebih lanjut Sudaryanto menyatakan peranan dan fungsi labortorium ada tiga, yaitu sebagai (1)
sumber belajar, artinya laboratorium digunakan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik atau melakukan percobaan, (2) metode pendidikan, yang
meliputi metode pengamatan dan metode percobaan, dan (3) sarana penelitian, yaitu tempat
dilakukannya berbagai penelitian sehingga terbentuk pribadi peserta didik yang bersikap ilmiah....
119
PENGELOLAAN LABORATORIUM ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SMP
NEGERI 2 SINGARAJA
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk medeskripsikan pengelolaan laboratorium IPA yang meliputi
(1) perencanaan (2) pengorganisasian (3) pelaksanaan (4) pengawasan dan evaluasi di
SMPN 2 Singaraja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian studi kasus karena pengelolaan laboratorium IPA merupakan satu kesatuan
sistem. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, angket
yang diberikan kepada siswa kelas VII, VIII, dan IX yang seluruhnya berjumlah 85 orang,
serta wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah, wakasek bidang sarana dan
prasarana, ketua laboratorium, laboran dan guru IPA. Hasil penelitian menunjukkan sebagai
17
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70
Abstract
This study aims to describe the management of the Natural Sciences laboratory which
includes (1) planning (2) organizing (3) implementing (4) monitoring and evaluation at
SMPN 2 Singaraja. This study uses a qualitative approach to the type of case study research
because the science laboratory management is a unified system. Data collection methods
used were observation, documentation, questionnaires given to students of class VII, VIII,
and IX totaling 85 people, as well as interviews conducted with school principals, vice
regents of facilities and infrastructure, laboratory heads, laboratory assistants and science
teachers. The results of the study show the following. (1) planning of the work plan for the
science laboratory has not been carried out properly; (2) the organization carried out is still
not in accordance with laboratory management rules; (3) the implementation of the science
laboratory work program is still not running intensively; (4) supervision and evaluation are
carried out internally; (5) the factors that influence the management of Singaraja SMPN 2
Natural Sciences laboratory are laboratory assistants, students, time, and limited tools and
materials.
121
PENDAHULUAN sikap ilmiah dalam diri mereka. Hal ini tidak lain
Pembelajaran pada abad 21 dapat diartikan bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam
sebagai pembelajaran yang memberikan rangka menghadapi tantangan, baik internal dalam
kecakapan kepada peserta didik yaitu 4C rangka mencapai 8 (delapan) SNP dan tantangan
yang meliputi, (1) communication, (2) eksternal, yaitu globalisasi.
collaboration, (3) critical thinking and
Pemerintah sudah sedemikian rupa berupaya untuk
problem solving, dan
mewujudkan pendidikan yang baik dan berkualitas
(4) creative and innovative. Upaya
namun, faktanya bertolak belakang dengan pendidikan
Pemerintah untuk mewujudkan
di Indonesia yang masih tergolong rendah. “Hal ini
pembelajaran abad 21 salah satunya yaitu
diperkuat dengan hasil PISA tahun 2015. PISA
Kurikulum 2013 yang mengutamakan pada
(Program for International Student Assessment) yang
dimensi pedagogik dalam pembelajaran
diinisiasi oleh OECD – (Organisation for Economic
menggunakan pendekatan ilmiah
Co-operation and Development) untuk mengevaluasi
(scientific approach) yang meliputi
sistem pendidikan dari 72 negara diseluruh dunia setiap
kegiatan mengamati, menanya,
3 tahun. Adapun tes yang dikeluarkan oleh PISA yaitu
mengumpulkan informasi,
tes dalam mata pelajaran yang utama seperti membaca,
menalar/mengasosiasi, dan
matematika dan sains” (Kemdikbud, 2016).
mengomunikasikan. Proses pembelajaran
Kesenjangan pendidikan di Indonesia bisa kita
pada K13 mengutamakan pada tiga ranah
asumsikan jika dalam proses pembelajaran di Indonesia
pendidikan yaitu ranah sikap, pengetahuan
masih menekankan pada penambahan pengetahuan
dan keterampilan. Seperti yang tercantum
(aspek koginisi) salah satunya dengan kecenderungan
dalam Permendikbud RI No. 35 Tahun
untuk lebih banyak menghafal. Hal ini dibuktikan
2018 tentang Kurikulum 2013
dengan hasil penilitian terkait “Pengelolaan
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Pembelajaran IPA ditinjau dari Hakikat Sains” yang
Tsanawiyah bahwa dalam Kompetensi Inti
dilakukan oleh Ali., dkk (2013) di Kabupaten Lombok
merupakan tingkat kemampuan untuk
Timur pada jenjang SMP menyimpulkan bahwa (1)
mencapai Standar Kompetensi Lulusan guru memiliki pemahaman yang kurang baik tentang
(SKL) yang harus dimiliki seorang peserta hakikat sains, (2) guru sangat jarang menerapkan
didik SMP/MTs pada setiap tingkatan hakikat sains dalam pembelajaran, (3) hambatan guru
terjadi pada ketidak sesuaian materi dengan alokasi
kelas. Pendidikan abad 21 juga
waktu, orientasi aspek kognisi, kesiapan awal mental
menekankan HOTS (Higher Order siswa, dan guru kurang memahami hakikat sains, dan
Thinking Skills), integrasi literasi dan PPK (4) guru lebih dominan mengggunakan metode diskusi
(Penguatan Pendidikan Karakter) dalam dan ceramah dalam mengelola pembelajaran.
proses belajar mengajar. Oleh karena itu Marwah., dkk (2017) mengemukakan tentang
untuk mewujudkan dan menerapkan efektivitas penerapan model pembelajaran sains yang
pendidikan abad 21 di sekolah, menyatakan bahwa minimnya pembiasaan peserta didik
diperlukannya keterampilan proses sains untuk berpikir tingkat tinggi sehingga upaya yang dapat
dan pembelajaran di laboratorium, di mana dilakukan adalah dengan memperbaiki kualitas
keduanya sangat penting dilaksanakan agar pembelajaran yaitu memilih model pembelajaran yang
peserta didik dapat melatih kemampuan inovatif, tepat guna dan tepat sasaran. Model
berpikir mereka maupun menumbuhkan pembelajaran yang dibutuhkan adalah model
17
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70
123
penting di sekolah untuk melaksanakan kendala dalam pelaksanaan praktikum biologi yang
ditemukan, yaitu fasilitas laboratorium tidak lengkap,
kegiatan praktikum. Sarana dan prasarana
banyak peralatan yang rusak, bahan yang kadaluwarsa,
yang sudah tersedia pada laboratorium laboratorium digunakan juga untuk kegiatan selain
sangat membutuhkan suatu teknik praktikum dan ada alat/bahan yang tersedia tapi tidak
pengelolaan yang baik agar laboratorium pernah digunakan sebagaimana fungsinya (2) dukungan
sekolah terhadap kegiatan praktikum masih bersifat
tersebut dapat digunakan dalam waktu
dukungan moril dan dukungan pendanaan
jangka panjang. Dalam dunia pendidikan kerjasama
laboratorium berfungsi sebagai tempat
untuk berlatih mengembangkan
keterampilan intelektual melalui kegiatan
pengamatan, pencatatan gejala-gejala alam
dan mengembangkan keterampilan motorik
siswa. Dari kegiatan inilah nantinya siswa
akan menambah keterampilannya dalam
mempergunakan alat-alat yang tersedia
untuk mencari dan menemukan kebenaran,
memberikan dan memupuk kebaranian
untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah
dari satu objek dalam lingkungan alam dan
sosial, tempat melatih peserta didik untuk
bersikap cermat, sabar, jujur, berpikir kritis
dan cekatan. Laboratorium digunakan
sebagai sumber belajar akan lebih baik
apabila dikelola terlebih dahulu sebelum
dipergunakan oleh para penggunanya.
Adanya pengelolaan yang baik dapat
membantu dan memudahkan guru maupun
siswa dalam penggunaan laboratorium.
Pengelolaan merupakan suatu proses
pendayagunaan sumber daya manusia
secara efektif dan efisien dalam
pengelolaan laboratorium IPA, untuk
mencapai suatu sasaran yang diharapkan
secara optimal dengan memperhatikan
keberlanjutan fungsi sumber daya manusia
itu sendiri. Pengelolaan laboratorium yang
efektif harus memenuhi kriteria
perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.
Dewi dkk. (2014) melaporkan bahwa
17
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70
125
dalam pengelolaan laboratorium belum evaluasi di SMP Negeri 2 Singaraja. Dari data tersebut
dilakukan dengan baik misalnya dalam akan diperoleh makna mengenai faktor-faktor
menyusun program kerja laboratorium, penghambatnya dan kemudian dicari pemahaman
pelaksanaan kegiatan laboratorium sekolah mengenai data-data tersebut. Pengumpulan data yang
juga belum berjalan dengan baik, dilakukan yaitu dengan studi dokumentasi, observasi,
contohnya pada saat penyediaan alat dan wawancara dan angket. Adapun sumber data dalam
bahan laboratorium. Pengorganisasian penelitian ini yaitu Kepala
dalam mengelola laboratorium belum
dibuat dengan jelas, contohnya jika ada
pergantian pengurus struktur organisasi
tidak segera diperbaiki, kemudian untuk
tenaga laboran sendiri guru IPA yang
merangkap sebagai seorang laboran, tidak
ada tenaga laboran secara khusus.
Pengawasan dan evaluasi sangat penting
untuk mengetahui kegiatan-kegiatan
praktikum sudah berjalan dengan baik atau
belum, kemudian apakah didalam
pelaksanaannya itu ada kendala yang bisa
menghambat kegiatan laboratorium.
Berbagai masalah yang ditemukan dari
studi pendahuluan mengindikasikan tentu
masih perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut lagi untuk mengungkapkan
pengelolaan laboratorium IPA yang
meliputi meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan dan evaluasi di SMP
Negeri 2 Singaraja.
METODE
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan pendektan
kualitatif. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian studi
kasus. Menurut Ghony dan Fauzan
(2012) penelitian studi kasus (case
study) merupakan penelitian tentang
suatu “kesatuan sistem.” Melalui
jenis penelitian studi kasus ini
peneliti akan menghimpun data
pengelolaan laboratorium IPA yang
meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan,
17 pengawasan dan
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70
129
tersebut dilaksanakan dirumah namun, jika sekolah, biasanya itu dilakukan di semester ganjil. Dari
tidak, maka akan didemonstrasikan. Hal ini luar biasanya pengawas saja” (KL).
dibuktikan oleh hasil wawancara berikut. Jadi, tidak hanya melakukan kegiatan supervisi di intern
“Kalau bisa didemonstrasikan kita sekolah saja melainkan juga ada supervisi dari
demonstrasikan kalau tidak bisa yah pemerintah kabupaten/kota yang bertugas untuk
diberikan tugas anak-anak dirumahnya” melakukan penilaian terhadap pengelolaan laboratorium
(KL). “Kalau ibu biasanya ibu akan di SMPN 2 Singaraja.
menampilkan berupa video kepada anak
anak, nanti dari video tersebut apa yang
diamati, terus hasilnya gimana, jadi
meskipun mereka tidak praktek langsung
sedikit tidaknya mereka mengetahui oh
begini caranya” (Ln). “Kalau ibu, seperti
yang sudah ibu katakana diawal kalau alat
dan bahan itu mudah di cari dirumah,
misalnya dia prakitkum tekanan, ibu
suruh menggunakan botol dan balon, nah
jadi ibu diskeolah menjelaskan LKS dan
langkah kerjanya, nanti siswanya dirumah
praktikum, membuat laporannya dan
membawa hasilnya itu kesekolah kemudian
di presentasikan” (GA) Pengawasan dan
evaluasi pada pengelolaan laboratorium
SMPN 2 Singaraja ini dilakukan supervisi
secara intern yang melibatkan kepala
sekolah, wakil kepala sekolah bidang
sarana dan prasarana, kepala laboratorium,
laboran dan juga guru IPA. Hal tersebut
sesuai dengan hasil wawancara berikut.
“Kalau supervisi yang kita laksanakan
adalah intern kita yang dilaksanakan oleh
kepala sekolah, yang mengadakan supervisi
kepada kepala laboran dan kadang-kadang
ada juga yang mengadakan supervise dari
pengawas, pengawas dari bidang studi IPA
itu sendiri itu dipersilahkan” (KS).
“Kalau supervise yang kita adakan itu dari
intern kita saja, kalau dari pemerintah itu
biasanya pengawas saja” (WKS).
“Kalau supervise itu biasanya dari kepala
17
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70
131
Jadi yang berperan penting dalam alat dan bahan di laboratorium
pengelolaan laboratorium itu yaitu dibuat satu bulan sebelum memasuki awal tahun
laboran, karena laboran dalam hal ini ia pelajaran. Pada perencanaan pembuatan program kerja
yang menyiapkan segala sesuatunya laboratorium yang termasuk didalamnya yaitu
mengenai administrasi laboratorium, alat dan bahan, penjadwalan, sampai ke perawatan alat
maupun saat akan melaksanakan dan bahannya.
praktikum untuk menyiapkan alat dan Pengorganisasian yang meliputi adanya struktur
bahannya sehingga, waktu yang dimiliki organisasi laboratorium di SMPN 2 Singaraja ini yang
bisa dipergunakan oleh siswa untuk terpilih menjadi
melaksanakan praktikum.
PEMBAHASAN
Proses perencanaan itu dimulai dari guru-
guru IPA mengajukan usulan daftar
alat dan bahan yang didasarkan pada
analisis kebutuhan dan skala
prioritas karena ketersediaan alat
dan bahan yang dimiliki sangat
terbatas. Usulan tersebut diberikan
kepada laboran untuk dicek
kembali, kemudian diberikan
kepada kepala laboratorium untuk
dibuat menjadi proposal kebutuhan
yang kemudian diajukan kepada
wakil kepala sekolah bidang sarana
dan prasarana ditinjau dan
dimasukkan ke dalam RKAS.
Perencanaan program kerja yang
dibuat di sekolah ini dibuat secara
tahunan dan semesteran.
Kegiatan perencanaan ini yang dilakukan
oleh pengelola laboratorium di
SMPN 2 Singaraja ini belum
sepenuhnya sesuai dengan teori
Atmadja (2013) yang menyatakan
bahwa Perencanaan kegiatan
laboratorium dapat dilakukan salah
satunya meliputi penyusunan
program tahunan, penyusunan
jadwal kegiatan laboratorium,
pengelolaan sumber daya manusia,
penyusunan SOP (penggunaan
peralatan dan bahan). Alokasi dana
yang digunakan dalam membuat
program kerja laboratorium ini
seluruhnya menggunakan dana
BOS. Oleh karena itu, pengadaan
17
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70
133
yang digunakan. Pengadministrasian seperti dilakukan secara demonstrasi.
ini semestinya harus selalu dibuat Hal itu tidak sejalan dengan Rumilah (2006: 86) yang
karena itu merupakan bukti autentik mengemukakan dalam penelitiannya bahwa didalam
ketika ada kelas yang melaksanakan
pelaksanaan laboratorium itu harus di lengkapi dengan
praktikum, alat dan bahan apa saja
yang digunakan dan bahan-bahan penyediaan dan pengembalian alat bahan, penyimpanan
habis pakai. alat dan bahan, adanya tata tertib laboratorium yang
Pelaksanaan program kerja laboratorium di terpampang dengan jelas, dan sosialisasi kepada siswa
sekolah ini menurut kepala mengenai keamanan dan keselamatan
laboratorium sendiri baru berjalan
50% dari perencanaan program
kerja yang sudah dibuat. Salah satu
kendala dalam pelaksanaannya yaitu
keterbatasan alat dan bahan dan juga
jadwal yang berbenturan dengan
kelas yang lain, pembengkakan di
masing-masing kelas membuat
pelaksanaan praktikum tidak
berjalan dengan kondusif. Hal ini
tidak sesuai dengan pendapat
Pertiwi (2019) yang berpendpat
bahwa pelaksanaan dalam
pengelolaan laboratorium dapat
dilihat dari ketertiban penggunaan
laboratorium, pemanfaatan
laboratorium untuk praktikum, serta
proses pelaksanaan praktikum.
Kegiatan pelaksanaan atau bisa juga
disebut sebagai kegiatan
operasional laboratorium.
Dalam tahapan ini ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dan
dikondisikan agar kegiatan yang
telah direncanakan dapat berjalan
dengan baik.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Pujani (2014) bahwa calon
guru IPA harus mampu
mengembangkan perangkat
praktium yang nantinya dapat
membimbing siswa untuk mencari
tahu kebenaran dari suatu teori.
Namun, di sekolah ini siswa jarang
melaksanakan praktikum, melainkan
hanya belajar di kelas. Jika ada
materi yang alat dan bahannya
mudah ditemukan dan ramah
lingkungan maka kegiatan
praktikum tersebut dilaksanakan
17 dirumah, di dalam kelas maupun
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih penulis ucapkan kepada
pembimbing karena telah memberikan
banyak masukan terkait artikel ini. Tidak
lupa pula ucapan terimakasih penulis
berikan kepada pihak sekolah, guru, siswa
karna terlah diijinkan untuk melakukan
penelitian di SMP Negeri 2 Singaraja
hingga penelitian ini berjalan dengan
lancar.
DAFTAR PUSTAKA
17
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70
139
Manajemen Pendidikan. Vol.5.No.1 (hal Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
95-108) Standar Nasional Pendidikan.
Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013, Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar
Kompetensi Dasar Sekolah Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs,
Menengah Pertama SMA/MA. Jakarta; Mendiknas
(SMP)/Madrasah Tsanawiyah Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008 tentang
(MTs). Jakarta: Kemendikbud. Standar Tenaga Laboratorium
Kemendikbud.go.id. (2016, 6 Desember). Sekolah/Madrasah. 2008. Jakarta: Mendiknas
Peringkat dan Capaian Permendikbud RI No. 35 Tahun 2018 tantang
PISA Indonesia Mengalami Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Peningkatan. Diakses pada 6 Pertama/Madrasah Tsanawiyah (MTs). Jakarta:
Desember 2016, dari Mendikbud
https://www.kemendikbud.go.id/mai
Pertiwi, F. N. (2019). Sistem Pengelolaan
n/blog/2016/12/peringkat-dan-
(Perencanaan, Pelaksanaan, evaluasi)
capaian-pisa-indonesia-mengalami-
Laboratorium IPA SMP Negeri Di Ponorogo.
peningkatan
Jurnal Penelitian Islam. Vol.13. No.1
Kemendiknas Ditjen PMPTK Dittendik.
Pujani, N. M. (2017). Pengembangan Perangkat
2010. Pengembangan Kompetensi
Praktikum Untuk Meningkatkan
Maanjerial dan Organisasi
Keterampilan Laboratorium Calon Guru
Laboratorium (Modul 2). Bandung:
Fisika. Seminar Nasional Riset Inovatif II. ISSN
Ditjen PMPTK
: 2339-1553
Marlina Leni. 2016. Manajemen
Senta P & Amoes, N. (2014). Pengelolaan
Laboratorium Kimia. Jurnal
Laboratorium IPA Studi Di SMP Negeri 80
Manajer Pendidikan. Vol.4. No.4
Jakarta Timur. e-
Marwah, D., dkk. (2017). Efektivitas Journal.uki.ac.idManajemenPendidik an. Vol.3.
Penerapan Model Pembelajaran No. 2
Science Technology And Society
Rosilawati, R. (2012). The Evaluation On The
(STS) Terhadap Peningkatan
Management Of Science Laboratory In State
Kemampuan Berpikir Tingkat
Senior High Schools In Tambun Utara Of The
Tinggi. Jurnal EDUTECHNOLOGI.
District Bekasi. Vol.3. No.2. (hal: 118-130)
Vol.2.No.3
Rumilah. (2006). Kefektifan Manajemen Laboratorium
Meita, N. M. (2017). Studi Kelayakan
IPA SMP Negeri di Kabupaten Bantul.
Pengelolaan Laboratorium IPA
Yogyakarta: PPs UNY
SMPN 4 Sumenep Berdasarkan
Permendagri 26/2008. Jurnal Lensa Sitorus, M & Ani, S. (2013). Pengelolaan dan
(Lentera Sains): Jurnal Pendidikan Manajemen Laboratorium Kimia. Yogyakarta :
IPA. Vol.7. No.1. Graha Ilmu
Moleong, L. J. (2007). Metodologi Subamia,dkk. (2014). Analisis Kebutuhan Tata Kelola
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Tata Laksana
Remaja Rosdakarya Offset
Nanang Fattah. (2008). Landasan
Manajemen Pendidikan. Bandung::
PT Remaja Rosdakarya
Ngalim Purwanto. (2008). Administrasi dan
Supervisi Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya
17
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70
NIM : 2104040034
Kata kunci:
Intisari:
...Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus karena
pengelolaan laboratorium IPA merupakan satu kesatuan sistem....
141
...Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, angket yang diberikan
kepada siswa kelas VII, VIII, dan IX yang seluruhnya berjumlah 85 orang, serta wawancara yang
dilakukan dengan kepala sekolah, wakasek bidang sarana dan prasarana, ketua laboratorium, laboran
dan guru IPA....
...(1) perencanaan pnyusunan program kerja laboratorium IPA belum dilaksanakan dengan baik; (2)
pengorganisasian yang dilakukan masih belum sesuai dengan aturan pengelolaan laboratorium; (3)
pelaksanaan program kerja laboratorium IPA masih belum berjalan secara intensif; (4) pengawasan dan
evaluasi dilakukan secara intern; (5) faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan laboratorium IPA
SMPN 2 Singaraja yaitu laboran, siswa, waktu, serta keterbatasan alat dan bahan....
...Pemerintah sudah sedemikian rupa berupaya untuk mewujudkan pendidikan yang baik dan
berkualitas namun, faktanya bertolak belakang dengan pendidikan di Indonesia yang masih tergolong
rendah....
...Kesenjangan pendidikan di Indonesia bisa kita asumsikan jika dalam proses pembelajaran di Indonesia
masih menekankan pada penambahan pengetahuan (aspek koginisi) salah satunya dengan
kecenderungan untuk lebih banyak menghafal....
...Hal ini dibuktikan dengan hasil penilitian terkait "Pengelolaan Pembelajaran IPA ditinjau dari Hakikat
Sains" yang dilakukan oleh Ali., dkk (2013) di Kabupaten Lombok Timur pada jenjang SMP
menyimpulkan bahwa (1) guru memiliki pemahaman yang kurang baik tentang hakikat sains, (2) guru
sangat jarang menerapkan hakikat sains dalam pembelajaran, (3) hambatan guru terjadi pada ketidak
sesuaian materi dengan alokasi waktu, orientasi aspek kognisi, kesiapan awal mental siswa, dan guru
kurang memahami hakikat sains, dan (4) guru lebih dominan mengggunakan metode diskusi dan
ceramah dalam mengelola pembelajaran....
...Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik
secara aktif, kritis, dan kreatif dalam menyelesaikan masalah di masyarakat atau lingkungan sebagai
ajang mengaplikasikan keilmuwannya....
...Sarana dan prasarana yang sudah tersedia pada laboratorium sangat membutuhkan suatu teknik
pengelolaan yang baik agar laboratorium tersebut dapat digunakan dalam waktu jangka panjang....
...Dalam dunia pendidikan laboratorium berfungsi sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan
keterampilan intelektual melalui kegiatan pengamatan, pencatatan gejala-gejala alam dan
mengembangkan keterampilan motorik siswa....
...Dari kegiatan inilah nantinya siswa akan menambah keterampilannya dalam mempergunakan alat-
alat yang tersedia untuk mencari dan menemukan kebenaran, memberikan dan memupuk kebaranian
untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah dari satu objek dalam lingkungan alam dan sosial, tempat
melatih peserta didik untuk bersikap cermat, sabar, jujur, berpikir kritis dan cekatan....
...Adanya pengelolaan yang baik dapat membantu dan memudahkan guru maupun siswa dalam
penggunaan laboratorium....
...Pengelolaan merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya manusia secara efektif dan efisien
dalam pengelolaan laboratorium IPA, untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal
dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya manusia itu sendiri....
17
B.P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Rajawali Press. 2014), h.70
...Dewi dkk. (2014) melaporkan bahwa kendala dalam pelaksanaan praktikum biologi yang ditemukan,
yaitu (1) fasilitas laboratorium tidak lengkap, banyak peralatan yang rusak, bahan yang kadaluwarsa,
laboratorium digunakan juga untuk kegiatan selain praktikum dan ada alat/bahan yang tersedia tapi
tidak pernah digunakan sebagaimana fungsinya (2) dukungan sekolah terhadap kegiatan praktikum
masih bersifat dukungan moril dan dukungan pendanaan kerjasama dengan komite sekolah masih
belum mencukupi kebutuhan pelaksanaan praktikum, sehingga seringkali guru dan siswa secara
swadaya membawa sendiri kekurangan bahan yang diperlukan (3) pengelolaan laboratorium biologi
ditugaskan pada salah satu guru biologi dan tidak ada sekolah yang memiliki laboran serta teknisi
laboratorium, pengelola laboratorium tidak pernah mengikuti pelatihan manajemen laboratorium dan
kegiatan sejenisnya (4) pada tahap pelaksanaan mobilitas siswa yang cukup tinggi dalam kegiatan
praktikum memerlukan perhatian lebih dari guru (5) tidak ada jadwal khusus untuk kegiatan praktikum
(6) Kesulitan siswa dalam pelaksanaan praktikum adalah kurang menguasai konsep yang
dipraktikumkan, kurang terampil dalam menggunakan alat praktikum karena memang kurang terbiasa,
sulit bekerjasama dalam kelompok dan kurang berminat membuat laporan praktikum....
143