Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rendy Pratama Putra

Nim :203030703088

MK :Filsafat Ilmu

Kelas :B

Mengkritisi UUD cipta kerja!

•perhatian publik saat ini tertuju pada omnibus law, yakni Rancangan Undang-Undang
(RUU) Cipta Kerja yang telah diajukan pemerintah ke DPR RI berapa pekan lalu.

Beragam pendapat dan masukan juga diberikan oleh publik, ada yang menolak, mengkritisi,
atau menerima adanya pembahasan RUU untuk menjadi UU, untuk menyatukan puluhan
undang-undang yang telah ada sebelumnya agar tidak lagi tumpang-tindih.

Omnibus law merupakan metode perundang-undangan yang menggabungkan, melalui


penyelarasan, revisi, bahkan penghapusan pasal-pasal, berbagai aturan yang substansi
pengaturannya berbeda, menjadi suatu peraturan besar. Wajar, ada yang menyebutkan bahwa
RUU Cipta Kerja ini sebagai peraturan sapu jagat atas berbagai hal dalam satu aturan hukum.

Saat menyampaikan surat Presiden Joko Widodo kepada Ketua DPR RI Puan Maharani soal
pengajuan RUU Cipta Kerja di Senayan, Jakarta, Rabu (12/2), Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan RUU Cipta Kerja berasal dari 79 undang-
undang, memuat 15 bab dan 174 pasal dengan menyasar 11 klaster, yakni menyangkut
penyederhanaan perizinan; persyaratan investasi; ketenagakerjaan; kemudahan,
pemberdayaan, dan perlindungan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM); kemudahan
berusaha, dukungan riset dan inovasi, administrasi pemerintahan, pengenaan sanksi,
pengadaan lahan, investasi dan proyek pemerintah, dan kawasan ekonomi.

Bab I Ketentuan Umum terdiri atas satu pasal yang memuat 11 butir pengertian, soal cipta
kerja, UMKM, perizinan berusaha, pemerintah pusat, pemerintah, pemerintahan daerah,
pemerintah daerah, pelaku usaha, rencana detail tata ruang, persetujuan bangunan gedung,
dan hari. Cipta kerja, misalnya, didefinisikan sebagai upaya penciptaan kerja melalui usaha
kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan, usaha mikro, kecil, dan menengah,
peningkatan ekosistem investasi dan kemudahan berusaha, dan investasi pemerintah pusat
dan percepatan proyek strategis nasional.

Disebutkan dalam Bab II Maksud dan Tujuan, dipaparkan dari pasal 2 hingga 6 bahwa
undang-undang ini diselenggarakan berdasarkan asas pemerataan hak, kepastian hukum,
kemudahan berusaha, kebersamaan, dan kemandirian; dengan tujuan untuk menciptakan
lapangan kerja yang seluas-luasnya bagi rakyat Indonesia secara merata di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka memenuhi hak atas penghidupan yang
layak melalui kemudahan dan perlindungan UMKM serta perkoperasian, peningkatan
ekosistem investasi, kemudahan berusaha, peningkatan perlindungan dan kesejahteraan
pekerja, investasi pemerintah pusat dan percepatan proyek strategis nasional.

Sementara itu, Pasal 4 terdiri atas enam ayat, berisi kebijakan strategis cipta kerja. Kebijakan
strategis cipta kerja memuat kebijakan penciptaan atau perluasan lapangan kerja melalui
pengaturan yang terkait dengan peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha;
peningkatan perlindungan dan kesejahteraan pekerja; kemudahan, pemberdayaan, dan
perlindungan UMKM serta perkoperasian; dan peningkatan investasi pemerintah dan
percepatan proyek strategis nasional.

Penciptaan lapangan kerja yang dilakukan melalui pengaturan terkait dengan peningkatan
ekosistem investasi dan kegiatan berusaha paling sedikit memuat pengaturan mengenai
penyederhanaan perizinan berusaha persyaratan investasi, kemudahan berusaha, riset dan
inovasi, pengadaan lahan, dan kawasan ekonomi.

Penciptaan lapangan kerja yang dilakukan melalui pengaturan terkait dengan peningkatan
perlindungan dan kesejahteraan pekerja, paling sedikit memuat pengaturan mengenai
perlindungan pekerja untuk pekerja dengan perjanjian waktu kerja tertentu, perlindungan
hubungan kerja atas pekerjaan yang didasarkan alih daya, perlindungan kebutuhan layak
kerja melalui upah minimum, perlindungan pekerja yang mengalami pemutusan hubungan
kerja, dan kemudahan perizinan bagi tenaga kerja asing yang memiliki keahlian tertentu yang
masih diperlukan untuk proses produksi barang atau jasa.

Penciptaan lapangan kerja melalui pengaturan terkait dengan kemudahan, pemberdayaan, dan
perlindungan UMKM serta perkoperasian, paling sedikit memuat pengaturan mengenai
kriteria UMKM; basis data tunggal UMKM; pengelolaan terpadu UMKM; kemudahan
perizinan berusaha UMKM; kemitraan, insentif, dan pembiayaan UMKM; dan kemudahan
pendirian, rapat anggota, dan kegiatan usaha koperasi.

Penciptaan lapangan kerja melalui pengaturan terkait dengan peningkatan investasi


pemerintah dan percepatan proyek strategis nasional, paling sedikit memuat pengaturan
mengenai pelaksanaan investasi pemerintah pusat melalui pembentukan lembaga pengelola
investasi dan penyediaan lahan dan perizinan untuk percepatan proyek strategis nasional.

Dalam rangka mendukung kebijakan strategis cipta kerja, diperlukan pengaturan mengenai: a.
pelaksanaan administrasi pemerintahan, dan b. pengawasan, pembinaan, dan pengenaan
sanksi.

Ruang lingkup undang-undang ini meliputi peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan
berusaha; ketenagakerjaan; kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan, UMKM serta
perkoperasian; kemudahan berusaha; dukungan riset dan inovasi;
pengadaan lahan; kawasan ekonomi; investasi pemerintah pusat dan percepatan proyek
strategis nasional; pelaksanaan administrasi pemerintahan; dan pengenaan sanksi.

Mengubah dan Menghapus

RUU Cipta Kerja merupakan agenda prioritas dalam Program Legislasi Nasional 2020.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama RUU ini dibahas oleh DPR RI bersama pemerintah
untuk kemudian disetujui menjadi UU. Presiden Joko Widodo bakal mengesahkan RUU ini
menjadi UU Cipta Kerja.

Omnibus law ini mengubah bahkan menghapus undang-undang lain dalam jumlah sekitar 70
undang-undang.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, misalnya, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku setelah adanya UU Cipta Kerja.

Undang-undang lain yang juga mengalami perubahan atau penghapusan sebagian pasal-
pasalnya setelah adanya UU Cipta Kerja ini, yakni UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang,
UU No. 1/2014 tentang Perubahan atas UU No. 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil, UU No. 32/2014 tentang Kelautan.

Berikuitnya, UU No. 4/2011 tentang Informasi Geospasial (dalam rangka penyederhanaan


persyaratan dasar perizinan berusaha serta untuk memberikan kepastian dan kemudahan bagi
pelaku usaha dalam memperoleh kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang).

Dalam rangka memberikan kemudahan bagi pelaku usaha dalam memperoleh persetujuan
lingkungan, juga mengubah, menghapus, atau menetapkan pengaturan baru beberapa
ketentuan terkait dengan perizinan berusaha yang diatur dalam UU No. 32/2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat, terutama pelaku usaha dalam memperoleh
persetujuan bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi bangunan, perlu ada perubahan UU
No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung dan UU No. 6/2017 tentang Arsitek.

Untuk kemudahan bagi pelaku usaha mendapatkan perizinan berusaha dan kemudahan
persyaratan investasi dari sektor kelautan dan perikanan, dilakukan perubahan UU No.
45/2009 tentang Perubahan atas UU No. 31/2004 tentang Perikanan.

Mungkin hanya demikian yang dapat saya sampaikan ,untuk bagaimana kelanjutan dari UUD
cipta kerja ini Kita ikuti saja perkembangan pembahasan RUU ini dan publik dapat
memberikan masukan kepada wakil-wakil mereka di DPR RI untuk pembahasan bersama
dengan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai