Anda di halaman 1dari 25

DUKUNGAN SISTEM INFORMASI

MANAJEMEN UNTUK PEMBUATAN


KEPUTUSAN, PERENCANAAN, DAN
PENGENDALIAN ORGANISASI
KELOMPOK 5

 Agus Hengky Kurniawan (203030302252)  Hendri (203030302185)

 Jumratul Madina (203020302083)  Yolanda Yanuarty (203010302037)


 Arista teresia (203130302270)  Septina Eka Nia Banurea (193020302122)
 Helson Septento (203020302066)  Wahidin (203010302012)
 Putri Anggriani (203020302091)  Vincent Victory Y Umar (203030302242)
 Panca Dewi Prasetya Rini (203020302075)
Pada prinsipnya, suatu algoritma keputusan, suatu aturan keputusan, atau suatu
program komputer hanya berperan dalam mendukung dan membantu dengan
menyajikan dasar bagi suatu keputusan, tetapi pilihan keputusan tetap dibuat oleh
KONSEP manusia.
PEMBUATAN Tiga (3) unsur penting dalam pembuatan keputusan seperti berikut.
KEPUTUSAN 1. Data.
DAN SISTEM 2. Model keputusan atau prosedur keputusan.
PENDUKUNG 3. Pembuat keputusan.
KEPUTUSAN Kualitas pembuatan keputusan dapat diperbaiki dengan memperhatikan dan
melibatkan ketiga unsur tersebut yaitu dengan data yang lebih baik, model
ORGANISASI keputusan yang lebih baik, atau pembuat keputusan yang lebih terampil, dan
berpengalaman.

3
Satu model terkenal yang diajukan oleh Herbert A. Simon akan digunakan sebagai
dasar untuk menjelaskan proses pembuatan keputusan. Model Simon tersebut
mengungkapkan tiga tahap utama dalam proses pembuatan keputusan berikut.
◦ Intelligence (Penelusuran)

A. TAHAP-TAHAP Usaha menyelidiki lingkungan bagi kondisi-kondisi yang membutuhkan keputusan.


Input data diperoleh, diproses dan diuji untuk tanda-tanda (petunjuk) yang dapat
DALAM PROSES mengidentifikasikan adanya permasalahan atau kesempatan.
PEMBUATAN ◦ Design (Perancangan)
KEPUTUSAN Menemukan, mengembangkan, dan menganalisis arah tindakan yang mungkin. Hal
ini melibatkan proses-proses untuk memahami permasalahan, menghasilkan solusi,
dan menguji solusi-solusi untuk kelayakan.
◦ Choice (Pemilihan)
Memilih satu arah tindakan dari beberapa yang tersedia. Pada tahap ini satu pilihan
dibuat dan dijalankan.

4
◦ Intelligence Phase (Tahap Penelusuran)
Tahap penelusuran dari model pembuatan keputusan mencakup
kegiatan-kegiatan untuk mengidentifikasi situasi permasalahan atau
situasi kesempatan yang mensyaratkan perancangan dan pemilihan. 

PENJELASAN Goyal (2003:58-59) mengungkapkan bahwasanya tahap penelusuran


dalam proses pembuatan keputusan mencakup dua (2) kegiatan utama
TAHAP-TAHAP seperti berikut.

PROSES a. Penelusuran masalah (problem searching); dan

PEMBUATAN b. Perumusan masalah (problem formulation)


◦ Problem Searching
KEPUTUSAN
Masalah (problem) dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara
sesuatu yang diharapkan dengan yang sebenarnya terjadi (realitas),
atau dengan kata lain,
◦ Problem Formulation
Tujuan dari formulasi (perumusan) masalah adalah untuk memperjelas
permasalahan yang ada, sehingga kegiatan desain (perancangan) dan
pemilihan dapat berjalan pada permasalahan yang benar.

5
Satu bagian yang cukup signifikan dari proses pembuatan keputusan adalah
bagian perancangan dan pengembangan berbagai alternatif yang akan
dipertimbangkan dalam tahap pemilihan. Pada tahap ini, pengambil
keputusan (decision maker) mengidentifikasi berbagai alternatif arah

DESIGN PHASE tindakan untuk menyelesaikan permasalahan. Menemukan atau

(TAHAP mengembangkan berbagai alternatif merupakan kegiatan yang krusial dan

PERANCANGAN) memakan waktu. Hal ini dikarenakan pengambil keputusan harus


mengeksplorasi semua alternatif yang mungkin dan pengambil keputusan
tidak dapat mengambil risiko dari kehilangan beberapa
alternative. Kreativitas dasar (basic creativity) dapat diperbaiki dan
ditingkatkan melalui berbagai bantuan atau cara seperti skenario, brain-
storming, analogi, checklist, mekanisme pendukung, prosedur menghasilkan
alternatif, dan sebagainya.

6
Salah satu dari berbagai alternatif yang dikembangkan dalam tahap desain akan
dipilih dan alternatif yang terpilih tersebut dinamakan sebagai suatu keputusan.

Adapun tahap-tahap proses pembuatan keputusan dari Rubenstein dan Haberstroh


tersebut adalah sebagai berikut.
CHOICE PHASE
(TAHAP a. Pengenalan masalah atau kebutuhan untuk keputusan.

PEMILIHAN) b. Analisis dan perancangan alternatif.

c. Pemilihan di antara berbagai alternatif.

d. Komunikasi dan implementasi dari keputusan.

e. Tindak lanjut dan umpan balik dari hasil keputusan.

7
B. JENIS-JENIS KEPUTUSAN
ORGANISASI

Keputusan organisasi pada hakikatnya berbeda dalam sejumlah cara. Perbedaan-perbedaan ini
mempengaruhi formulasi (perumusan) , Perbedaan-perbedaan itu juga akan berpengaruh pada
rancangan (desain) Davis (1993:167) mengemukakan empat (4) dimensi yang menjadi dasar
pengklasifikasian jenis-jenis keputusan

• Tingkatan dari pengetahuan terhadap hasil keputusan (level of knowledge of outcomes)


• Tingkatan pemrograman keputusan (level of programmability)
• Kriteria bagi keputusan (criteriafor the decision); dan
• Tingkatan dari pengaruh keputusan (level of decision impact).

8
Berdasarkan maksud atau tujuan dari kegiatan
pembuatan keputusan. Robert B. Anthony seperti yang
dikutip oleh Goyal (2003:61) telah membedakan
PURPOSE OF keputusan organisasional ke dalam tiga kategori
DECISION
MAKING keputusan yakni keputusan perencanaan strategis,
keputusan pengendalian manajemen, dan keputusan
pengendalian operasional. Ketiga jenis keputusan
tersebut akan dibahas berikut ini.

9
• Strategic planning decisions
Keputusan perencanaan strategis merupakan keputusan-keputusan, ketika pembuat keputusan
mengembangkan sasaran-sasaran dan mengalokasikan sumber daya untuk mencapai sasaran-sasaran
tersebut.
• Management control decisions
Keputusan pengendalian manajemen diambil oleh para manajer tingkat Madya atau tingkat
pengendalian manajemen.
• Operating control decisions
Keputusan pengendalian operasional berkenaan dengan permasalahan sehari-hari yang
mempengaruhi operasional organisasi. Contohnya: keputusan penjadwalan produksi dan keputusan
pengendalian persediaan barang.

10
Berdasarkan tingkatan pemrograman keputusan, mengajukan dua jenis keputusan
yaitu keputusan terprogram dan yang tidak terprogram, yang biasa dikenal juga
Level of dengan istilah keputusan terstruktur dan keputusan tidak terstruktur. Akan tetapi,
Programmability Simon tidak terdapat garis batas yang tegas antara dua jenis keputusan tersebut,
(dalam Goyal, 2003:61) melainkan lebih dipandang sebagai suatu kontinyum untuk pengklasifikasian
keputusan.

11
Keputusan terprogram atau keputusan terstruktur adalah keputusan keputusan
KEPUTUSAN yang telah terdefinisi dan yang dapat dispesifikasikan sebelumnya melalui
TERPROGRAM/TER seperangkat prosedur keputusan atau aturan yang dapat diterapkan untuk
STRUKTUR(PROGR mencapai suatu keputusan. Keputusan seperti ini merupakan keputusan yang
AMMED/STRUCTU rutin dan berulang serta membutuhkan waktu yang sedikit untuk
RED DECISIONS) pengembangan berbagai alternatif dalam tahap desain.

12
Keputusan-keputusan yang tidak terprogram/tidak terstruktur adalah keputusan-
keputusan yang tidak terdefinisi dan tidak mempunyai aturan aturan atau prosedur

KEPUTUSAN keputusan yang telah ditentukan sebelumnya. Keputusan tidak terprogram dapat
TIDAK berkisar dari keputusan satu waktu yang berkaitan. Dengan suatu krisis (seperti :
TERPROGRAM/TID bencana alam pada satu lokasi dari unit tertentu) hingga keputusan-keputusan yang
AK TERSTRUKTUR berkaitan dengan masalah-masalah yang berulang-ulang, manakala berbagai
(NONPROGRAMME kondisi berubah sehingga aturan-aturan keputusan tidak dapat diformulasikan atau
D DECISIONS) dispesifikasikan sebelumnya. Untuk keputusan-keputusan seperti ini, waktu yang
cukup harus dihabiskan dalam tahap perancangan/pengembangan alternatif (dexign
phase).

13
Pendekatan lain dalam mengklasifikasikan keputusan-keputusan adalah
berdasarkan tingkat dari pengetahuan tentang hasil keputusan (knowledge of
outcomes). Suatu hasil keputusan menentukan apa yang akan terjadi, apabila suatu
keputusan dibuat atau alternatif tindakan diambil/dipilih.
Berdasarkan ketiga tingkat pengetahuan tentang hasil keputusan di atas.
Pembuatan keputusan dapat diklasifikasikan menjadi tiga (3) kategori berikut.
KNOWLEDGE OF ◦ Decision Under Certainty (Keputusan dalam Kondisi Pasti) Pembuatan
OUTCOMES keputusan dalam kondisi yang pasti terjadi apabila hasil dari setiap alternatif
sepenuhnya diketahui. Hanya terdapat satu hasil untuk setiap alternatif.
Dalam situasi seperti ini, pembuat keputusan dibutuhkan untuk menentukan
hasil atau alternatif yang optimal. Dengan kata lain, jika hasil diketahui dan
nilai-nilai dari hasil adalah pasti, tugas dari pembuat keputusan adalah
menentukan alternatif atau hasil yang optimal.

14
• Decision Under Risk (Keputusan dalam Kondisi Berisiko) Pembuatan keputusan dalam kondisi
berisiko terjadi jika terdapat kemungkinan banyak hasil dari setiap alternatif dan terdapat
kemungkinan (probabilitas) terjadi yang dapat dicapai dari setiap hasil keputusan.

• Decision Under Uncertainty (Keputusan dalam Kondisi Tidak Pasti) Pembuatan keputusan dalam
kondisi tidak pasti terjadi apabila terdapat sejumlah hasil dari setiap alternatif dan kemungkinan
atau probabilitas untuk terjadinya hasil dari setiap alternatif tidak diketahui.

15
Suatu model pembuatan keputusan yang menggambarkan bagaimana pembuat
keputusan (decision maker) membuat kelompok/kelas dari keputusan adalah

CRITERIA FOR model normatif atau prescriptif. Satu model yang menjelaskan bagaimana para

DECISION pembuat keputusan secara nyata/actual membuat keputusan dikenal sebagai

MAKING model deskriptif. Model normative secara umum telah dikembangkan oleh para
ahli ekonomi (economist) dan manajemen (management scientists). Linear
programming, game theory, capital budgeting, dan teori keputusan statistik
merupakan contoh-contoh dari model normatif. Sementara, model-model
deskriptif berupaya untuk menjelaskan perilaku nyata atau aktual dan oleh sebab
itu, sebagian besar dikembangkan oleh ahli ilmu perilaku.

16
Konsep pembuatan keputusan sebagaimana yang telah diuraikan dalam bagian
sebelumnya pada hakikatnya harus dipahami, baik oleh perancang (desainer)
maupun oleh pengguna dari sistem informasi untuk mendukung pembuatan
keputusan. Beberapa konsep dari pembuatan keputusan tersebut secara eksplisit
SISTEM dipertimbangkan dalam perancangan/desain sistem pendukung keputusan
PENDUKUNG organisasi, sementara yang lainnya menyajikan batasan-batasan pada apa yang
KEPUTUSAN diharapkan akan dipenuhi atau diselesaikan oleh sebuah model keputusan Istilah
ORGANISASI dari Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System-DSS) itu sendiri
merujuk pada suatu kelas/kategori dari sistem informasi yang mendukung proses
pembuatan keputusan. Penekanan konsep DSS adalah lebih pada ’dukungan’
(support) dibandingkan pada ’otomatisasi’ (automation) keputusan. Sistem
pendukung keputusan memungkinkan pembuat keputusan untuk
memanggil/menarik data dan alternatif solusi selama proses penyelesaian masalah.

17
Model pembuatan keputusan dari Simon telah mengungkapkan tiga tahap dalam
proses pembuatan keputusan. Model Simon tersebut adalah relevan untuk
DUKUNGAN
perancangan pendukung informasi bagi pembuatan keputusan dalam sebuah Sistem
SISTEM
INFORMASI Informasi Manajemen.

TERHADAP A. Intellegence Stage (Tahap Penelusuran/Identifikasi Masalah) Tahap


PROSES
penelusuran dari proses pembuatan keputusan terdiri atas aktivitas
PEMBUATAN
penelusuran/penemuan masalah (problem finding) yang berkaitan dengan
ORGANISASI
penelusuran lingkungan untuk kondisi-kondisi yang membutuhkan
keputusan.

18
B. Design Stage (Tahap Perancangan/Pengembangan Alternatif)
Pada tahap ini, berbagai alternatif akan dikembangkan dan dinilai. Dalam kasus jenis keputusan
yang terstruktur, sistem informasi dapat mendukung melalui penguantifikasian dan pengotomatisasian
proses pembuatan keputusan. Sebaliknya, untuk jenis keputusan yang semi terstruktur hingga yang tidak
terstruktur, sistem informasi dapat mendukung pembuatan keputusan yang seperti ini dengan menyajikan
hal berikut.
1. Kemampuan untuk membuat permintaan- permintaan ad hoc terhadap informasi dalam database
organisasi.
2. Kemampuan untuk mencapai sebuah keputusan dalam suatu proses interaktif (kapabilitas sistem
pendukung keputusan).
Jadi, sistem informasi harus dirancang untuk menggabungkan berbagai variasi model dari operasi
bisnis, teknik-teknik optimisasi, dan sebagainya sehingga sistem informasi tersebut dapat digunakan
untuk memanfaatkan (memanipulasi) informasi yang telah dikumpulkan dalam tahap penelusuran dalam
rangka mengembangkan dan menilai berbagai alternatif.
Selain hal di atas, dukungan dari sistem informasi untuk tahap desain (perancangan) adalah harus
menyediakan prosedur-prosedur iteratif dalam mempertimbangkan berbagai alternatif. Berikut ini
langkah-langkah yang perlu disediakan dalam sistem informasi untuk mendukung tahap desain seperti
berikut.
1. Mendukung dalam pemahaman masalah.
2. Mendukung untuk menghasilkan berbagai solusi (penyelesaian masalah).
3. Mendukung untuk pengujian kelayakan penyelesaian masalah.
19
C. Choice Stage (Tahap Pemilihan Alternatif)
Tahap ini merupakan tahap pemilihan, manakala satu arah tindakan dipilih dan umpan balik
dikumpulkan pada saat keputusan dijalankan. Sistem informasi dapat menyajikan informasi yang telah
diorganisir dan diringkas kepada para pembuat keputusan pada tahap ini. Beberapa model dapat
digunakan untuk menyeleksi alternatif yang paling tepat, sehingga membantu pembuat keputusan dalam
memilih arah tindakan yang paling baik.
Dalam tahap ini, sistem informasi juga dapat membantu para pembuat keputusan dalam memantau
keberhasilan implementasi dari sebuah keputusan melalui penyajian umpan balik (feedback). Selama
proses pembuatan keputusan, apabila pembuat keputusan memilih untuk kembali ke tahap sebelumnya
untuk memperoleh informasi yang lebih banyak maka dukungan informasi untuk hal yang demikian akan
disediakan oleh sistem informasi. Jadi, sebuah sistem informasi, dalam rangka mendukung tahap
pemilihan dari pembuat keputusan, harus memiliki model optimisasi (optimisation models) maupun
model rekomendasi (suggestion models).

20
Perbedaan antara keputusan yang terprogram dan keputusan yang tidak terprogram
(yang diistilahkan juga dengan keputusan terstruktur dan keputusan yang tidak
terstruktur) akan mempengaruhi dukungan terhadap pemrosesan informasi.
Keputusan-keputusan yang tidak terprogram adalah keputusan yang tidak

DUKUNGAN S I S TE M terstruktur, tidak berulang secara berkala atau kondisinya sangat berbeda pada
I NFO RMAS I setiap kali pengulangan sehingga tidak ada model umum yang dapat dikembangkan
TERHADAP J E NI S- sebagai dasar untuk pemrograman keputusan-keputusan tidak terprogram. Sistem
J ENI S KE PUT US AN
O RGANI S AS I pendukung keputusan (Decision Support System) pada hakikatnya dirancang untuk
mendukung keputusan-keputusan tidak terprogram ini. Walaupun Sistem
Pendukung Keputusan (Decision Support System) dapat digunakan untuk berbagai
variasi dari keputusan, tetapi konsep sistem pendukung keputusan akan lebih baik
bila diterapkan pada beberapa jenis keputusan saja daripada keputusan lainnya.

21
Dukungan Sistem Informasi terhadap Jenis-Jenis Keputusan Organisasi

Perbedaan antara keputusan yang terprogram dan keputusan yang tidak terprogram (yang diistilahkan juga
dengan keputusan terstruktur dan keputusan yang tidak terstruktur) akan mempengaruhi dukungan terhadap
pemrosesan informasi. Keputusan-keputusan yang tidak terprogram adalah keputusan yang tidak terstruktur,
tidak berulang secara berkala atau kondisinya sangat berbeda pada setiap kali pengulangan sehingga tidak ada
model umum yang dapat dikembangkan sebagai dasar untuk pemrograman keputusan-keputusan tidak
terprogram. Sistem pendukung keputusan (Decision Support System) pada hakikatnya dirancang untuk
mendukung keputusan-keputusan tidak terprogram ini.

Gorry dan Scott Morton (dalam Davis, 1993:369-370) mengklasifikasikan sistem informasi berdasarkan
kategori keputusan terstruktur dan tidak terstruktur pada satu dimensi dan berdasarkan aktivitas manajemen pada
dimensi lainnya.

22
Keterandalan data adalah penting bagi proses perencanaan. Pembaca simbol data tidak hanya harus
menafsirkan arti, melainkan juga menilai keterandalan data atau dapat dipercaya penyajiannya.
Keterandalan data statistik diukur. Berdasarkan konsistensi data sebagai hasil dari suatu pengulangan
pengukuran yang sama Dalam kondisi yang serupa atau identik. Berdasarkan Konsep ini data
perencanaan akan memiliki keterandalan yang tinggi apabila prosedur perencanaan menghasilkan hasil
yang identik untuk beberapa perencanaan berbeda.
Keterandalan data perencanaan umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai mana yang
diungkapkan Davis (1993) berikut ini :
• Sumber data atau search of data
• pengaruh dari rencana terhadap hasil
• keakuratan yang dikehendaki
• waktu

23
Pengendalian terdiri dari atas prosedur untuk menentukan penyimpangan dari
rencana dan mengindikasi tindakan korektif atau perbaikan. Model dasar dari
suatu dari suatu sistem terdiri atas unsur input proses dan output sebagaimana
KARAKTERISTI yang telah dibahas dalam model sebelumnya. Model sistem tersebut belum
K PROSES termasuk unsur regulasi atau pengaturan dan pengendalian dalam sistem.
PENGENDALIAN
Dalam bentuk yang paling sederhana, output (keluaran) dari sistem dibandingkan
ORGANISASI
dengan output yang diinginkan (standar) dan setiap perbedaan menyebabkan satu
input atau masukan akan dikirim dalam proses untuk penyesuaian pengoperasian
sehingga output yang dihasilkan dapat mendekati dengan output yang diinginkan
(standar).

24
THANKS YOU

25

Anda mungkin juga menyukai