PENDAHULUAN
Cedera kepala merupakan salah satu jenis cedera yang terbanyak di Unit Gawat Darurat rumah sakit.
Banyak pasien cedera kepala berat meninggal sebelum tiba di rumah sakit, dan sekitar 90 % kematian pra
rumah sakit disebabkan karena cedera kepala. Pasien yang dapat bertahan hidup dari cedera kepala
seringkali menderita kecacatan neurofisiologis yang akan menyebabkan ketidakmampuan untuk bekerja
atau aktifitas sosial lainnya.
Fokus utama dalam penanganan pasien dengan kecurigaan cedera kepala, terutama cedera kepala
berat adalah harus mencegah cedera otak sekunder. Tindakan pemberian oksigen yang adekuat dan
mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk perfusi otak merupakan langkah paling penting untuk
menghindarkan terjadinya cedera otak sekunder, yang pada akhirnya akan meningkatkan tingkat
kesembuhan pasien.
Sistim triase bagi pasien cedera kepala tergantung pada beratnya cedera dan fasilitas yang ada di
tempat pertolongan pertama. Pada kondisi dimana tidak terdapat fasilitas bedah saraf, diharapkan tenaga
medis setempat mempunyai kompetensi yang baik dalam penanganan awal sebelum melakukan rujukan,
bahkan dapat merawat pasien-pasien yang dapat ditangani secara non operatif, untuk mengurangi rujukan
pada kasus yang seharusnya dapat ditangani di daerah dengan tetap memperhatikan keselamatan pasien
dan outcome yang baik. Konsultasi dengan ahli bedah saraf harus dilakukan seawal mungkin, terutama
bila pasien mengalami koma atau dicurigai mengalami cedera kepala dengan perdarahan intrakranial.
Tidak ada 1
Tidak ada 1
- Secondary survey
Setelah primary survey selesai, tanda vital pasien sudah normal, maka dimulai secondary
survey, mengevaluasi head to toe (seluruh tubuh pasien), meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan.
- Penanganan Cedera kepala
Penanganan kasus cedera kepala secara umum dapat mengikuti alur sebagai berikut :
Penanganan
RIWAYAT
- Nama, umur, jenis kelamin, ras, Tingkat kewaspadaan
Pekerjaan Anamnesia: Retrograde,
- Mekanisme cedera Antegrade
- Waktu cedera Sakit kepala: ringan, sedang,
- Tidak sadar setelah cedera berat
Gambar 1: Algoritma penatalaksanaan cedera otak ringan. (Dipetik dengan ijin dari Valadka AB, Narayan
RK : Emergency room management of head injured patient, in Narayan RK, Willberger JE, Povlishock JT
(eds) : Neurotrauma, New York, Mc.Graw-Hill,1996)
- Kejang.
Penanganan cedera kepala ringan dengan fraktur linear terbuka di daerah rural :
- Diagnosa : Bila ada luka terbuka, eksplorasi luka sampai kalvaria sebelum luka dijahit.
- Penanganan :
o Debridement lokal.
o Pasien di rawat inap. Observasi : Level kesadaran (GCS), bila GCS turun berarti ada
lucid interval, kemungkinan ada perdarahan Epidural, maka pasien dirujuk ke rumah
sakit rujukan dengan fasilitas bedah saraf.
o Pasien dipulangkan bila kesadaran baik setelah beberapa hari rawatan dengan
penjelasan peringatan untuk pasien cedera kepala ringan yang dipulangkan.
Penanganan cedera kepala ringan dengan fraktur basis kranii di daerah rural :
- Diagnosa :
- Penanganan :
o Fraktur basis bukan kasus mengancam jiwa (life threatening), bila GCS memburuk,
hal itu disebabkan faktor lain atau komplikasi.
- Diangnosa :
o Fraktur tertutup :
o Fraktur terbuka :
- Penanganan :
o Pada fraktur terbuka dilakukan debridement lokal, hentikan perdarahan, bila perlu
jahit luka situasional.
Definisi : GCS 9 - 12
Pemeriksaan inisial
Gambar 5. Algoritme penatalaksanaan cedera otak sedang. (Dipetik dengan seijin dari Valadka AB,
Narayan RK : Emergency room management of the head injured patient, in Narayan RK, Wilberger JE,
Povlishock JT (eds) : Neurotrauma, New York, Mc Graw-Hill, 1996)
CT Scan
Gambar 6 : Algoritme penatalaksanaan awal cedera otak berat. (Dikutip dengan seijin dari Valadka AB,
Narayan RK: Emergency room management of the head injured patient, in Narayan RK, Wilberger JE,
Povlishock JT (eds): Neurotrauma. New York, Mc Graw-Hill, 1996)
1. Advanced Trauma Life Support (ATLS), Student Course Manual, American College of Surgeons,
Committee on Trauma, 2008.
3. Reilly PL, Bullock R, Head Injury : Pathophysiology and Management, second edition, Hodder
Arnold, 2005.