Anda di halaman 1dari 43

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN OPEN-ENDED (OE)

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X


MIPA SMAN 6 BUNGO PADA MATERI GLBB

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:

Minarsih

A1c319078

Dosen Pengampu

Dwi Agus Kurniawan, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kepada Allah SWT berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Penerapan
Model Pembelajaran Open-Ended (OE) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa Kelas X MIPA SMAN 6 Bungo Pada Materi GLBB”. Laporan proposal
skripsi ini disusun sebagai tugas pada mata kuliah Metodologi Penelitian Pada
Proram Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jambi.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan tarimaksih kepada:
1. Bapak Dwi Agus Kurniawan, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pengampu pada
mata kuliah Metodologi Penelitian pada Program Studi Pendidikan
Fisika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.
2. Bapak Tri Qurniawan, S.Pd., M.Pd., selaku kepala sekolah SMA Negeri
6 Bungo yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan observasi
pada objek penelitian.
3. Ibu Aida Maria S.Pd, selaku guru pada mata pelajaran fisika kelas X
MIPA SMA Negeri 6 Bungo.
4. Segenap guru SMA Negeri 6 Bungo yang telah membantu penulis untuk
melakukan observasi di SMA Negeri 6 Bungo.
Penulis menyadari proposal skripsi ini tidak luput dari berbaga
kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan
perbaikan sehingga proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang
pendidikan serta bisa dikembangkan lebih lanjut.

Jambi, 4 November 2021

Peneliti

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Identifikasi Masalah......................................................................................7
1.3 Rumusan Masalah.........................................................................................8
1.4 Tujuan Penelitian...........................................................................................8
1.5 Manfaat Penelitian.........................................................................................8
1.6 Batasan Masalah............................................................................................9
BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................10
2.1 Kajian Teori.................................................................................................10
2.1.1 Pembelajaran Fisika..........................................................................10
2.1.2 Kurikulum K13..................................................................................11
2.1.3 Model Pembelajaran..........................................................................12
2.1.4 Model Pembelajaran Open Ended.....................................................16
2.1.5 Model Pembelajaran Discovery Learning.........................................20
2.1.6 Berpikir Kreatif.................................................................................25
2.1.7 Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB).........................................27
2.2 Penelitian Relevan.......................................................................................30
2.3 Kerangka Berpikir.......................................................................................33
BAB III METOLOGI PENELTIAN.................................................................33
3.1 Jenis Penelitian............................................................................................33
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian.....................................................................34
3.3 Populasi Penelitian......................................................................................34
3.4 Sampel Penelitian........................................................................................34
3.5 Instrumen Penelitian....................................................................................34
3.6 Teknik Pengumpulan Data..........................................................................35
3.7 Teknik Analisis Data...................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................39

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah sebuah proses untuk membantu peserta didik agar


dapat belajar dengan baik. Menurut kustijonno (2018:7), pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran yang diberikan pendidik merupakan bantuan
pengajaran agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,
pemahaman materi dan konsep, serta pembentukan sikap pada peserta didik.
Pembelajaran mendukung peserta didik untuk dapat berkembang dan
mempertahankan serta mengaktifkan kemampuan belajar di sekolah.
Salah satu pembelajaran yang dilakukan di sekolah adalah pembelajaran
fisika. Pembelajaran fisika bukanlah pembelajaran hafalan tetapi lebih menuntut
pemahaman konsep bahkan aplikasi konsep tersebut. Menurut Purwanto
(2012:133), dalam pembelajaran fisika, kemampuan pemahaman konsep
merupakan syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan belajar fisika.
Menghapal adalah teknik belajar yang kurang cocok di terapkan saat
mempelajari fisika, karena fisika mempelajari gejala alam dan bagaimana gejala
tersebut dapat terjadi sehingga dalam mempelajari materi fisika harus
memahami konsep bagaiamana gejala-gejala tersebut terjadi agar pemahaman
materi dapat diingat oleh otak untuk jangka waktu yang lama. Pelajaran fisika
juga identik dengan hitung-hitungan dan banyaknya rumus. Agar lebih mudah
mempelajarinya, memahami konsep satu rumus sudah cukup untuk menguraikan
rumus lainnya sehingga tidak semua rumus fisika harus di hapal satu persatu,
karena pada materi yang sama umumnya rumusnya adalah sama. Dengan
pemahaman konsep, mempelajari materi fisika akan lebih mudah sehingga
keberhasilan belajar dapat tercapai.
Berpikir kreatif merupakan salah satu cara untuk mengasah kemampuan
dalam pemahaman konsep materi fisika. Menurut Kustijono dan Elok (2014:3),
berpikir dengan kreatif dapat membuat siswa mempelajari masalah secara
sistematik, mempertemukan banyak sekali tantangan dalam suatu cara yang

4
terorganisasi, merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang inovatif dan merancang
penyelesaian yang asli. Kemampuan menghasilkan banyak ide dalam
menyelesaikan permasalahan fisika, kemampuan untuk menghasilkan ide-ide
yang bervariasi tidak berpatokan pada buku dalam menyelesiakan permasalahan
fiiska, menghasilkan ide baru yang sebelumnya tidak ada dan kemampuan
mengembangkan ide-ide yang rinci atau detail menjadi gagasan yang lebih
mudah di pahami dapat melatih kreatifitas dan mengoptimalkan hasil belajar
siswa. Oleh karena itu, dengan berpikir kreatif siswa dapat memahami konsep
fisika dengan lebih mudah karena indikator dari berpikir kreatif membantu siswa
untuk berpikir aktif dalam mengemukakan gagasan, memberikan pertanyaan dan
menyelsaikan persoalan.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan guru fiska kelas X
MIPA SMAN 6 Bungo, kesulitan yang dialami oleh siswa diantaranya : 1).
Siswa belum terampil dalam memahami masalah yang disajikan, siswa sulit
untuk menemukan inti dari pertanyaan yang di ajukan oleh guru jika diberikan
soal pemecahan masalah, 2). Siswa cenderung hanya berpatokan pada rumus
yang ada pada buku. Sehingga dalam menjawab soal yang berbeda dari rumus
yang tertera di buku, siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakannya, 3).
Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung. Karena siswa cenderung
takut untuk mengajukan pertanyaan, mengemukakan gagasan dan menjawab
pertanyaan dari guru.
Wawancara juga dilakukan dengan beberapa siswa di kelas X MIPA 1
dan kelas X MIPA 2. Berdasarkan wawancara tersebut, kemampuan berpikir
kreatif siswa rendah disebabkan oleh beberapa alasan diantaranya, siswa tidak
mempelajari materi terlebih dahulu di rumah, sehingga pengetahuan awal yang
mereka miliki sangat minim. Hal tersebut membuat siswa tidak dapat
berpartisipasi aktif di dalam pembelajaran. Saat siswa ingin mengungkapkan
gagasan atau menjawab persoalan fisika, siswa merasa takut jika gagasan atau
jawaban yang siswa sampaikan salah. Sehingga, kemampuan siswa untuk
bersikap lancar dan luwes tidak dapat di asah dengan baik selama pembelajaran.
Siswa juga mengalami kesulitan untuk membalikan rumus fisika, siwa sulit
untuk berpikir secara matematis, padahal rumus yang digunakan sama, hanya

5
pertanyaannya saja yang berbeda. Pemahaman konsep siswa masih rendah
sehingga ketika soal yang diberikan oleh guru tidak sama dengan contoh soal,
siswa merasa kebingungan. Permasalahan-permasalahan tersebut menghambat
kemampuan berpikir kreatif siswa untuk berkembang.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, diperoleh persentase
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X MIPA SMAN 6 Bungo yang diambil
melalui pretest sebagai berikut:

No Kelas Jumlah Presentase Tingkat Kemampuan


Kreativitas Berpikir Kreatif
1. X MIPA 1 26 32,5 % Sangat Rendah
2. X MIPA 2 26 29,3 % Sangat Rendah

Setelah dilakukan wawancara oleh guru dan beberapa orang siswa serta
pengambilan data berpikir kreatif siswa, dapat diketahui banyak sekali
permasalahan yang berkaiatan dengan kreatifitas siswa dalam pembelajaran
fisika di kelas X MIPA SMAN 6 Bungo. Untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan tersebut, terdapat beberapa alternatif sebagai solusi diantaranya
adalah penggunaan model pembelajaran yang tepat. Menurut Darmadi
(2017:43), model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Ketika
guru memiliki pedoman untuk mengajar di dalam kelas, guru akan lebih mudah
menyampaikan informasi yang ia miliki kepada peserta didik, sehingga tujuan
dari pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Model pembelajaran yang
tepat untuk meningkatkan berpikir kreatif siswa adalah dengan menerapkan
model pembelajaran open-ended.
Model pembelajaran open ended merupakan model pembelajaran yang
memiliki banyak solusi atau metode penyelesaianya karena model pembelajaran
ini menggunakan suatu permasalahan terbuka. Menurut Witoko dan Wirdono
(2019: 753), pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka, artinya
pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara
(flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multijawab, fluency). Pembelajaran
ini melatih dan menumbuhkan orisinalitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis,
komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan dan sosialisasi. Model pembelajaran

6
ini dirasa cukup untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa karena
model pembelajaran ini memberikan kesempatan yang luas untuk siswa agar
dapat mengugkapkan jawaban dan mengoptimalkan pengetahuan yang ia miliki.
Karena model pembelajaran ini tidak hanya memiliki satu alternatif cara
penyelesaian saja untuk menentukan jawabannya. Semua jawaban siswa dapat
dianggap benar walau cara penyelesainnya berbeda. Keunggulan dari model
pembelajaran ini adalah siswa dapat menyelesaikan soal atau permasalahan
fisika dengan cara mereka sendiri. Siswa juga dapat lebih bebas menuangkan
kreativitasnya masing-masing dalam membuat strategi permasalahan yang
dihadapi sesuai dengan kemampuan masing-masing. Sehingga kemmapuan
berpikir kreatif siswa dapat meningkat dengan diterakannya model pembelajaran
open ended.
Selain model pembelajaran open-ended yang di terapkan dalam
pembelajaran di kelas treatmen, model pembelajaran lainnya yang digunakan
dalam penelitian ini adalah model pembelajaran discovery leraning. Model
pembelajaran discovery learning dipakai dalam penelitian ini karena model
pembelajaran ini adalah salah satu model pembelajaran yang disarankan oleh
kurikulum 2013, sehingga di SMAN 6 Bungo sering menggunakan model
pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran fisika. Menurut Alfitry
(2020: 15), model pembelajaran discovery learning adalah model pembelajaran
yang efektif dan menyenangkan menuntut aktif partisipasi peserta didik, baik
dalam perencanaan, penilaian maupun pelaksanaan. Model pembelajaran
discovery learning membantu siswa untuk berpasrtisipasi aktif di dalam
pembelajaran dan memberikan siswa kesempatan untuk menemukan sendiri
penyelesaian melalui pengalaman belajar. Sehingga model pembelajaran ini
dapat digunakan untuk mengukur tingkat berpikir kreatif siswa sebagai
perbandingan dengan model pembelajaran open ended.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini berjudul:
“Pengaruh Model Pembelajaran Open Ended Terhadap Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa Kelas X MIPA SMAN 6 Bungo Pada Materi GLBB”.

1.2 Identifikasi Masalah

7
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, timbul
beberapa permasalahan yaitu:
1. Penerapan pendekatan dalam proses pembelajaran masih kurang optimal
terhadap mata pelajaran fisika sehingga siswa tidak dapat menyelesaikan
masalah dengan berpikir kreatif.
2. Rendahnya kemampuan siswa untuk berpikir kreatif dalam menyelesaikan
permasalahan fisika.
3. Rendahnya keterampilan siswa dalam menyelesaikan permasalahan fisika.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran open-ended
terhadap berpikir kreatif siswa pada materi GLBB di kelas X MIPA SMAN
6 Bungo?
2. Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran discovery
learning terhadap berpikir kreatif siswa pada materi GLBB di kelas X MIPA
SMAN 6 Bungo?
3. Apakah ada perbedaan penerapan model pembelajaran open-ended dengan
model pembelajaran discovery learning terhadap berpikir kreatif siswa pada
materi GLBB di kelas X SMAN 6 Bungo?

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran open-ended terhadap
berpikir kreatif siswa pada materi GLBB di kelas X MIPA SMAN 6 Bungo?
2. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran discovery learning
terhadap berpikir kreatif siswa pada materi GLBB di kelas X MIPA SMAN
6 Bungo?
3. Untuk mengetahui perbedaan penerapan model pembelajaran open-ended
dengan model pembelajaran discovery learning terhadap berpikir kreatif
siswa pada materi GLBB di kelas X SMAN 6 Bungo?

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi pendidik dan calon pendidik

8
Masukan terhadap pendidik atau calon pendidik tentang model
pembelajaran yang baru dan dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi
siswa. Memberikan masukan cara menerapkan model pembelajaran open
ended bagi mata pelajaran fisika.
b. Bagi peneliti
Menambahkan wawasan serta pengalaman penulis ketika terlihat
langsung sebagai guru dalam menerapkan model pembelajaran yang efektif
khusunya model pembelajaran open ended.
c. Bagi peserta didik
Peserta didik sebagai subyek penelitian, diharapkan dapat
memperoleh pengalaman langsung mengenai pembelajaran secara aktif,
kreatif dan menyenangkan melalui model pembelajaran open ended.
Sehingga meningkatnya dalam mengerjakan soal fisika.
d. Bagi sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program
pembelajaran serta menentukan metode dan media pembelajaran yang tepat
untuk meningkatkan keterampilan berpikir aktif dan kreatif sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa

1.6 Batasan Masalah


Agar penelitian ini lebih terarah, maka ruang lingkup masalah hanya
akan dibatasi sebagai berikut:
a. Model pembelajaran Open-Ended (OE).
b. Konsep fisika Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB).
c. Sikap kreatif dalam menyelesaikan permasalahan fisika.

9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Fisika


Dalam pendidikan, fisika telah banyak melahirkan ilmuwan-ilmuwan
terkemuka yang terkenal di seluruh dunia. Berkat ilmuwan-ilmuwan tersebut
ilmu fisika dapat di kaji dan semakin berkembang. Menurut Marisda (2015:157)
fisika merupakan sains atau kajian ilmu alam yang mempelajari materi, serta
mengkaji pemahaman tentang bagaimana alam semesta itu bekerja.
Pembelajaran fisika mampu mengembangkan tingkat berpikir dengan baik
melalui kegiatan ilmiah yang dilakukan (Wati dkk, 2016:32). Kegiatan ilmiah
dalam pembelajaran fisika membantu siswa membangun konsep, prinsip, teori
sebagai dasar untuk berpikir kritis dan kreatif (Wati dkk, 2016:33).
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006) menyatakan salah
satu tujuan pembelajaran fisika di sekolah adalah mengembang kemampuan
bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan
konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan
menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Untuk itu,
berpikir kritis dalam pembelajaran fisika sangat diperlukan, agar konsep fisika
dibangun dengan benar dan tercapainya tujuan pembelajaran fisika di sekolah.

2.1.2 Kurikulum K 13
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Menengah menyebutkan bahwa implementasi Kurikulum 2013 disarankan
menggunakan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran seperti inquiry
based learning, discovery learning, project based learning dan problem based
learning (Kemendikbud, 2014). Sehingga dalam pembelajaran harus
menggunakan salah satu model pembelajaran tersebut di dalam kelas.
Menurut Hidayat (2013), tugas guru dalam implementasi kurikulum
adalah bagaimana memberikan kemudahan belajar pada peserta didik agar
mereka mampu berinteraksi dengan lingkungan eksternal sehingga terjadi

10
perubahan perilaku sesuai yang dikemukakan dalam Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL). Panduan pembelajaran dan buku ajar dalam
Kurikulum 2013 sudah ditetapkan dari pusat. Namun demikian guru dituntut
untuk tetap dapat mengemas pembelajaran yang berorientasi pada aspek sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Akan tetapi tidaklah mudah mengubah praktik
pembelajaran dari kebiasaan lama ke hal baru apalagi beserta mind set nya.
Hal yang paling menonjol dalam kurikulum 2013 adalah pendekatan dan
strategi pembelajarannya. Proses pembelajaran dalam kurikulum 2013
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach).
Proses pembelajaran harus menyentuh 3 ranah, yaitu sikap (attitude),
keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Salah satu syarat
terwujudnya pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 adalah dengan adanya
perubahan paradigma guru dalam proses pembelajaran. Akan tetapi, mengubah
paradigma guru dalam mengajar bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan,
karena guru sudah terbiasa menggunakan gaya mengajar konvensional yaitu
hanya sebatas menerangkan dan mencatat materi di papan tulis, sedangkan pada
kurikulum 2013 ini, guru dituntut untuk memahami dan mampu menerapkan
pendekatan dan model pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 dengan
baik, seperti halnya pemanfaatan media dan sumber belajar yang bervariasi
(Dewantari dan Hariyatmi, 2015:2).

2.1.3. Model Pembelajaran


Menurut Gunarto (2013:15), model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran si kelas atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran mengacu
pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas. Jadi model pembelajaran adalah prosedur
atau pola sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Model pembelajaran sangat efektif dalam upaya peningkatan
kualitas kegiatan belajar mengajar, karena pada kegiatan pembelajaran serta
diharapkan menggunkana kemmapuan berpikir tingkat tinggi, mengasah
kekompakan dan kerja sama dalam sebuah tim/kelompok.

11
Menurut Octavia (2020:14), model-model mengajar yang baik memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Memiliki prosedur yang sistematik
b. Hasil belajar ditetapkan secara khusus.
c. Penetapan lingkungan secar khusus.
d. Ukuran keberhasilan.
e. Interaksi dengan lingkungan.

2.1.4. Model Pembelajaran Open-Ended (OE)


A. Pengertian Model Pembelajaran Open-Ended
Pendekatan open ended merupakan suatu upaya pembaharuan
pendidikan yang pertama kali dilakukan oleh para ahli pendidikan Jepang.
Munculnya pendekatan ini sebagai reaksi atas pendidikan di sekolah saat itu
yang aktifitas kelasnya disebut dengan “issei jugyow” (frontal
teaching)(Yuliani, 2011: 33). Pembelajaran terbuka atau yang sering dikenal
dengan istilah Open-Ended Learning (OEL) merupakan proses
pembelajaran yang didalamnya tujuan dan keingingan individu/ siswa
dibangun dicapai secara terbuka (Miftahul Huda dkk, 2015: 15).
Pembelajaran open ended menyelesaikan permasalahan menggunakan
berbagai macam strategi yang dilakukannya secara mandiri (Isrokatun dan
Rosmalia, 2021:81). Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran open ended adalah model pembelajaran yang
bersifat terbuka dengan berbagai macam penyelesaian dalam memecahkan
masalah. Sehingga siswa yang memiliki kemampuan rendah dapat
menjawab permaslaahan sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Pembelajaran open ended menyajikan suatu permasalahan yang
bersifat terbuka kepada siswa. Permasalahan yang disajikan tersebut
merupakan masalah yang dapat diselesaikan dengan berbagai alternatif
penyelesaian, dan juga memiliki jawaban benar bisa lebih dari satu jawaban
(Isrokatun dan Rosmalia, 2021:81). Pembelajaran open-ended adalah sebuah
pembelajaran yang mempunyai banyak jawaban benar (Suherman,
2003:11). Model pembelajaran open-ended yang menyenangkan dan
memfasilitasi siswa untuk berpikir dalam menyelesaikan soal-soal

12
pemecahan masalah dan memaknai konsep yang ada (Siregar, 2019: 36-37).
Model pembelajaran ini mengundang potensi berpikir aktif dan pengalaman
siswa dalam proses menentukan sesuatu yang baru . Sehingga siswa terlatih
untuk dapat menyelsaikan permasalahan dengan berbagai macam teknik
pengerjaan atau metode penyelesaian sehingga sampai pada suatu jawaban
yang diinginkan serta siswa dapat mengembangkan pola pikirnya untuk
merancang sendiri strategi, teknik, atau cara yang ia inginkan untuk bisa
menyelesaikan masalah tersebut.
Proses merupakan hal yang diutamakan dalam pembelajaran open
ended. Pembelajaran dengan pendekatan open-ended ini dapat melatih dan
menumbuhkan orisinalitas ide, kreativitas, nalar, kognitif, kritis,
keterbukaan dan sosialisasi (Widiastawa, 2021: 33). Melalui pembelajaran
seperti ini, peserta didik diberi kesempatan untuk menggali pengetahuan,
memecahkan masalah dalam beberapa alternatif dan menghargai peserta
didik yang menemukan jawaban dari masalah yang diberikan serta
memperhatikan perbedaan kognitif peserta didik (Magelo, dkk. 2020:16).
Open ended mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan kreativitas.
Karena dalam memecahkan masalah open ended diperlukan kemampuan
berpikir kreatif dan pemecahan masalah (Wulansari,2014:3). Sehingga
masalah open ended merupakan jenis masalah yang dapat mengakomodasi
potensi pemecahan masalah siswa. Model pembelajaran ini dapat
menjadikan siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan juga
mempunyai kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan
dan keterampilan siswa secara menyeluruh sehingga diharapkan kreativitas
siswa dapat berkembang.
Pembelajaran dengan pendekatan open ended biasanya dimulai
dengan memberikan problem terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran
harus membawa siswa dalam menjawab permasalahan dengan banyak cara
dan mungkin juga banyak jawaban (yang benar) sehingga mengundang
potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu
yang baru (Sulianto, 2011:21). Menurut (Isrokatun dan Rosmalia, 2021: 84),

13
proses siswa dalam menyelesaikan suatu masalah bisa beragam dan tidak
terpaku pada satu cara saja, yaitu diantaranya:
1. End product are open, hasil akhir terbuka maksudnya adalah tipe soal
atau masalah yang diberikan kepada siswa berupa pertanyaan atau
masalah terbuka, yang memiliki beragam jawaban yang benar.
2. Ways to develop are open, cara pengembang lanjutan terbuka
maksudnya adalah jika siswa telah menyelesaikan masalahnya, siswa
dapat mengembangkan masalah baru dari masalah pertama dengan
mengubah kondisinya.

B. Karakteristik Model Pembelajaran Open-Ended(OE)


Dalam praktiknya pembelajaran open ended bersifat kegiatan
terbuka. Kegiatan siswa terbuka adalah siswa diberikan kesempatan untuk
melakukan berbagai kegiatan dalam menemukan soluai (pemecahan
masalah) yang mereka hendaki sesuai kemampuan yang dimiliki. Siswa
berdiskusi menentukan cara penyelesaian secara mandiri sehingga
menghasilakn suatu pemahaman konsep yang dikerjakan. Dengan demikian
pembelajaran bersifat student centered (Tim MKPBM, 2001: 115). Menurut
Kasning (2020: 26), adapun karakteristik dari pembelajaran dengan
pendekatan open ended learning yaitu: Prosesnya terbuka, maksudnya
masalah itu memiliki banyak cara penyelesaian yang benar.
1. Hasil akhirnya terbuka, maksudnya masalah itu memiliki banyak
jawaban yang benar.
2. Cara pengembangan lanjutannya terbuka, maksudnya ketika siswa telah
menyelesaikan masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah
baru yaitu dengan cara mengubah kondisi masalah sebelumnya.
Menurut Mahmudi (2008: 3), aspek keterbukaan dalam soal terbuka
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tipe, yaitu:
1. Terbuka proses penyelesaiannya, yakni soal itu beragam cara
penyelesaiaanya,
2. Terbuka hasil akhirnya, yakni soal itu mempunyai banyak jawaban
yang benar,

14
3. Terbuka pengembangan lanjutannya, yakni ketika siswa telah
menyelesaikan sesuatu, selanjutnya mereka dapat mengembangkan soal
baru dengan mengubah syarat atau kondisi pada soal yang telah
diselesaikan.

C. Tujuan Model Pembelajaran Open-Ended (OE)


Tujuan pembelajaran open ended adalah untuk membantu
mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui
problem solving secara simultan. Tujuannya adalah agar kemampuan
berpikir kreatif siswa dapat berkembang secara maksimal dan pada saat
yang sama kegiatan–kegiatan kreatif dari setiap siswa terkomunikasikan
melalui proses belajar mengajar (Tim MKPBM, 2001: 114). Tujuan
penerapan pembelajaran open ended dalam proses pembelajaran adalah
untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, agar lebih kreatif dalam
mengembangkan strategi atau cara penyelesaian menggunakan kemampuan
mereka sendiri. Dalam hal ini, siswa diberikan kebebasan sesuai
kemampuannya dalam menentukan cara penyelesaian masalah sehingga
dapat merangsang siswa berpikir tingkat tinggi. Penerapan pembelajaran
open ended lebih difokuskan pada proses pembelajaran untuk
mengembangkan berbagai cara penyelesaian masalah.

D. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Open-Ended (OE)


Berikut ini lima sintak atau langkah-langkah model pembelajaran
open ended (Huda, 2014:280).
1. Menyajikan masalah. Diawali dengan penyajian masalah terbuka untuk
siswa.
2. Mendesain pembelajaran. Guru mengatur metode, strategi, teknik, dan
taktik pembelajaran.
3. Memerhatikan dan mencatat respon siswa. Guru mencatat respon siswa
terhadap berbagai pemecahan masalah yang telah dihasilkan.
4. Membimbing dan mengarahkan siswa. Guru mengarahkan siswa
dengan kegiatan tanya jawab dan diskusi antar siswa.
5. Membuat kesimpulan.

15
Setelah berakhirnya pembelajaran, siswa mendapatkan tugas
perorangan (tugas individu) atau pekerjaan rumah (PR) yang berbentuk soal
essay. Dan mendapatkan soal ulangan harian yang berbentuk soal pilihan
ganda setelah pembahasan materi (Solikhah, dkk. 2018: 38). Model
pembelajaran open ended yang dimulai dengan penyajian masalah oleh guru
bertujuan untuk membimbing siswa berpikir aktif dan kreatif dalam
menentukan topik permasalahan dan bagaimana cara siswa menyelesaikan
permasalahan tersebut dengan cara mereka masing-masing sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.

E. Kelebihan Model Pembelajaran Open-Ended (OE)


Menurut Shoimin (2014: 112) Kelebihan dalam pembelajaran open-
ended adalah sebagai berikut:
1. Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering
mengekspresikan ideanya.
2. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan
pengetahuan dan ketempilan matematik secara komprehensif.
3. Siswa dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan
dengan cara mereka sendiri.
4. Siswa secara instrinsik termotivasi untuk memberi bukti atau
penjelasan.
5. Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam
menjawab permasalahan.

2.1.5. Model Pembelajaran Discovery Learning


A. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning
Model pembelajaran discovery learning adalah model pembelajaran
yang mengarahkan siswa untuk dapat aktif di dalam kelas. Menurut
Joolingen (dalam Rohim, dkk, 2012:2) menjelaskan bahwa “discovery
learning adalah suatu tipe pembelajaran dimana siswa membangun
pengetahuan mereka sendiri dengan mengadakan suatu percobaan dan
menemukan sebuah prinsip dari hasil percobaan tersebut”. Discovery
learning merupakan model yang mengarahkan siswa menemukan

16
konsep melalui berbagai informasi atau data yang diperoleh melalui
pengamatan atau percobaan (Cintia, 2018 : 71). Dalam prosesnya, siswa
belajar secara sistematis dengan mengikuti pedoman yang ada pada lembar
kerja. Siswa belajar harus mengikuti prosedur yang telah di tetapkan.
Discovery learning merupakan proses dari inkuiri. Discovery
learning menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang membuat
peserta didik belajar aktif dan menemukan pengetahuan sendiri (Sani , 2014:
97-98). Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran discover
learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan kerja siswa di
dalamnya lebih banyak dibandingkan dengan guru, karena model
pembelajran ini menuntun siswa untuk mencari dan mengumpulkan
informasi sendiri sendiri sehingga dapat menemukan dan meneyelesaikan
permasalahan atau persoalan.
Discovery learning lebih bermakna karena memanfaatkan asosiasi
pribadi Anda sendiri sebagai dasar pemahaman (Svinicki,2021:3). Menurut
Burner (Dalam Nurrohmi, 2017:1309), “Salah satu tolok ukur keberhasilan
model pembelajaran discovery learning adalah internalisasi peristiwa
menjadi 'sistem penyimpanan' yang sesuai dengan lingkungan” . Hal ini
dimaksudkan jika pelaksanaan model pembelajaran discovery learning
dapat dilakukan atau dilaksanakan di luar kelas (outdoor) atau
lingkungan. Siswa dapat secara langsung melakukan kegiatan
pengamatan di lingkungan, sehingga data yang di peroleh siswa bersifat
data pengamatan secara langsung. Pengamatan yang dilakukan secara
langsung di lingkungan diharapkan mampu mengombinasikan
pengetahuan peserta didik berdasarkan yang diperoleh di kelas atau sumber
lain dengan yang ada sebenarnya terjadi di lingkungan. Harapannya adalah
pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Pengetahuan tentang proses belajar penemuan, dan data interaksi
siswa dengan penemuannya lingkungan, dapat digunakan untuk mendukung
proses komunikatif. Misalnya, ketika, berdasarkan pertimbangan teoritis
atau empiris, seharusnya bermanfaat untuk terlibat dalam argumentasi
selama bagian dari proses penemuan, katakanlah, menghasilkan hipotesis,

17
lingkungan belajar bisa mengeluarkan petunjuk bagi siswa untuk
memulaibertukar argumen (Saab dkk,2005:607). Dalam penerapan
discovery learning ini siswa lebih aktif untuk membaca dan mencari
informasi, pengetahuan serta pemecahan terhadap masalah yang diberikan
guru. Sehingga dengan model pembelajaran teresbut siswa memiliki
pengetahuan awal melalui membaca, serta ingatan dan pemahaman siswa
terhadap materi yang dipelajari jauh lebih lama dibandingkan dengan siswa
memperoleh informasi hanya dengan mendengarkan ceramah dari guru. Jika
siswa telah memahami suatu materi yang dipelajari maka mereka tidak perlu
untuk menghapal dari materi yang telah ia pelajari sebelumnya, sehingga
saat menjawab tes hasil belajar siswa hanya mengingat kembali
pemahamannya terhadap materi-materi atau pengetahuan yang sudah ia baca
dan ia temukan sendiri.

B. Karatkteristik Model Pembelajaran Discovery Learning


Menurut Cintia dkk (2018: 7), model Discovery Learning menuntun
siswa untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dengan mencari
informasi sendiri, kemudian siswa mengorganisasi atau membentuk
(konstruktif) apa yang diketahui dan dipahami ke dalam bentuk akhir. Ciri
utama model discovery learning adalah (Kristin, 2016: 92) :
a. Berpusat pada siswa
b. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
menghubungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan
c. Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan
yang sudah ada
Model pembelajaran discovery learning lebih banyak melibatkan
siswa atau siswa sebagai student centered. Siswa mengidentifikasi
permasalahan dan mencoba untuk menyelesaikan permasalahan tersebut
melalui berbagai informasi yang siswa dapatkan dari berbagai sumber.
Kegiatan ini meningkatkan kemampuan siswa untuk lebih aktif dan tidak
bergantung pada guru dalam menyelesaikan permasalahan.

C. Tujuan Model Pembelajaran Discovery Learning

18
Menurut hosnan (2014:286), ada beberapa tujuan spesifik dari model
pembelajaran discovery learning, yaitu:
1. Dalam penemuan peserta didik memiliki kesempatan untuk terlibat aktif
dalam pembelajaran.
2. Melalui pembelajaran dengan penemuan, peserta didik belajar
menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak, dan juga
banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan.
3. Peserta didik belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu
dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang
bermanfaat dalam menemukan.
4. Pembelajaran dengan penemuan membantu peserta didik membentuk
cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta
mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.
5. Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa
keterampilanketerampilan, konsepkonsep dan prinsip-prinsip yang
dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
6. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam
beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan
diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
Discovery Learning adalah proses belajar yang di dalamnya tidak
disajikan suatu konsep dalam bentuk jadi (final), tetapi siswa dituntut untuk
mengorganisasi sendiri cara belajarnya dalam menemukan konsep (
Muhamd, 2016:12).

D. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Discovery Learning


Darmadi (2017: 113-114), menyebutkan langkah-langkah
pengaplikasian model discovery learning yaitu:
a. Menentukan tujuan pembelajaran
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa
c. Menentukan materi pelajaran
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif
e. Mengembangkan bahan-bahan dengan memberikan contoh, ilustrasi,
tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa

19
f. Mengatur topik-topik pelajaran berawal dari yang sederhana ke
yang kompleks, dari yang konkret ke abstrak, dan dari tahap
enaktif, ikonik sampai ke tahap simbolik; serta
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
Darmadi, 2017: 114-117) terdapat prosedur yang harus
digunakan dalam mengaplikasikan model discovery learning, yaitu.
a. Stimulation (pemberian rangsangan)
b. Problem statement (identifikasi masalah)
c. Data collection (pengumpulan data)
d. Data processing (pengolahan data);
e. Verification (pembuktian)
f. Generalization (menarik kesimpulan).

E. Kelebihan Model Pembelajaran Discovery Learning


Menurut Rohim (2017: 1309), model pembelajaran discovery
learning memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
a. Menambah pengalaman siswa dalam belajar
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih dekat lagi dengan
sumber pengetahuan selain buku
c. Menggali kreatifitas siswa,
d. Mampu meningkatkan rasa percaya diri pada siswa, dan
e. Meningkatkan kerja sama antar siswa.
Hal tersebut lebih didukung lagi berdasarkan beberapa hasil
penelitian yang pernah dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
discovery learning. Beberapa hasil penelitian menjelaskan bahwa hasil
belajar dalam pembelajaran IPA setelah diterapkan model pembelajaran
discovery learning mengalami peningkatan yang signifikan.

2.1.6. Berpikir Kreatif


"Berpikir kreatif" adalah kemampuan kognitif asli dan pemecahan
masalah proses yang memungkinkan individu untuk menggunakan
kecerdasan mereka dengan cara yang unik dan diarahkan untuk
menghasilkan produk (Portul dan Barkur, 2009: 45). Berpikir kreatif

20
merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan merupakan berpikir
divergen (Baker dan Rudd, 2001: 173). Keterampilan berpikir kreatif akan
meningkatkan potensi yang dimiliki peserta didik salah satunya yaitu
mampu memecahkan masalah yang mereka hadapi (Tumurun 2016:102).
Dengan melatih berpikir kreatif siswa, siswa akan lebih terampil dalam
menemukan ide atau gagasan baru dan dapat mengembangkannya.
Kemampuan kreatif secara umum dipahami sebagai kreativitas.
Seringkali, individu yang dianggap kreatif adalah seorang pemikir sintesis
yang benar-benar. baik yang membangun koneksi antara berbagai hal yang
tidak disadari orang lain secara spontan. Suatu sikap kreatif sekurang-
kurangnya sama pentingnya dengan keterampilan berpikir kreatif(Moma,
2015: 28). Berpikir kreatif dalam pembelajaran fisika merupakan tujuan
utama dalam proses pendidikan. Fisika merupakan cabang IPA yang
mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis
dengan alam. Menurut Marisda (2015:157) fisika merupakan sains atau
kajian ilmu alam yang mempelajari materi, serta mengkaji pemahaman
tentang bagaimana alam semesta itu bekerja. Jadi, pembelajaran fisika dapat
diartikan proses komunikasi dua arah antara pendidik dan peserta didik
dalam mempelajari atau mengkaji materi, pemahaman tentang bagaimana
alam semesta itu bekerja.
Pembahasan pengertian berpikir kreatif tidak akan terlepas dari topik
kreativitas. Pada permulaan penelitian tentang kreativitas, istilah ini
biasanya dikaitkan dengan sikap seseorang yang dianggap sebagai kreatif.
Pada berbagai literatur terdapat banyak definisi tentang kreativitas tetapi
tampaknya tidak ada definisi umum yang sama, setiap ilmuwan memiliki
definisi tersendiri menurut versinya masing-masing (Kuspriyanto dan
Sahat,2013:125). Aspek yang diukur pada keterampilan berpikir kreatif
meliputi: mencari penjelasan berdasarkan teori dan pertanyaan, memberikan
alasan, mencoba tetap relevan dengan ide utama, menjaga ide dasar dan
orisinil di dalam pikiran, mengambil keputusan ketika bukti-bukti dan
alasan-alasan memungkinkan untuk melakukannya. Komponen yang diukur
dari berpikir kreatif meliputi kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility),

21
keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration) (Luthivasari dkk, 2012:
94). Berpikir kreatif mengabaikan hubungan-hubungan yang sudah mapan,
dan mencipatakan hubunganhubungan tersendiri. Pengertian ini
menunjukkan bahwa berpikir kreatif merupakan kegiatan mental untuk
meneruskan suatu kombinasi yang belum dikenal sebelumnya
(Faelasofi,2017:158).
Secara khusus, Giancoli (2011: 2) mendefinisikan fisika sebagai
aktivitas kreatif yang dalam banyak aspeknya menyerupai aktivitas-
aktivitas kreatif lain. Salah satu aspek penting dalam sains adalah
pengamatan dan observasi terhadap kejadian-kejadian, meliputi
perencanaan dan pelaksanaan eksperimen. Dengan demikian, seorang
ilmuwan harus melakukan aktivitasnya secara kreatif untuk mencapai
tujuan yaitu menghasilkan produk ilmiah dan sikap ilmiah. Melalui
aktivitas kreatif inilah, siswa selama pembelajaran fisika dilatih untuk
memiliki keterampilan berpikir kreatif.
Menurut Al-Khalili (2005: 37-39). Berpikir kreatif mencakup
kebiasaan-kebiasaan dalam berpikir, diantaranya:
a. Ikut memberikan perhatian ke dalam berbagai kepentingan,
terutama ketika belum ditemukan jawaban atau solusi dengan segera
b. Menghilangkan batasan-batasan antara wawasan dan taksiran
c. Melahirkan, memelihara, dan mengabadikan tingkat standarisasi
d. Menciptakan cara baru untuk melihat prinsip-prinsip luar dan
batasan-batasan tradisional yang diikuti.
Menurut Silver (dalam Siswono, 2004: 3) terdapat empat
indikator berpikir kreatif, yaitu:
a. Fluence (kemampuan menghasilkan banyak ide)
b. Flexibility (kemampuan menghasilkan ide-ide yang bervariasi)
c. Originality (kemampuan menghasilkan ide baru atau ide yang
sebelumnya tidak ada); serta
d. Elaboration (kemampuan mengembangkan atau menambahkan ide-
ide sehingga dihasilkan ide yang rinci atau detail.
Dalam Kamus Dunia Baru Webster, kata "kreatif" memiliki tiga hal
yang saling terkait:

22
1. Menciptakan atau mampu mencipta
2. Menunjukkan imajinasi dan daya cipta artistik atau intelektual (tulisan
kreatif)
3. Merangsang daya imajinasi dan daya cipta.

Menurut Siswono (2011: 549), deskripsi level-level ini ditunjukkan


di bawah ini:

Level 5: Hasil tugas siswa memenuhi semua kriteria produk kreativitas.


Siswa dapat mensintesis ide, menghasilkan ide-ide baru dari konsep dan real
pengalaman hidup, dan menerapkan ide-ide untuk membangun beberapa
masalah juga direvisi ketika mereka menemukan hambatan.

Level 4: Hasil tugas siswa memenuhi semua kriteria produk kreativitas.


Siswa dapat mensintesis ide, menghasilkan ide-ide baru dari konsep dan
sedikit pengalaman kehidupan nyata, dan menerapkan ide-ide untuk
membangun beberapa masalah juga direvisi ketika mereka menemukan
hambatan.

Level 3: Hasil tugas siswa memenuhi semua kriteria produk kreativitas.


Siswa dapat mensintesis ide, menghasilkan ide-ide baru hanya dari konsep,
dan menerapkan ide-ide untuk membangun beberapa masalah juga direvisi
ketika mereka menemui hambatan.

Level 2: Hasil tugas siswa puas hanya satu atau dua kriteria produk
kreativitas. Siswa dapat mensintesis ide-ide dari konsep matematika atau
pengalaman kehidupan nyata, dan menghasilkan ide-ide baru hanya dari
konsep atau pengalaman hidup yang nyata. Dia belum melamar semua ide
untuk membangun beberapa masalah, tetapi dia bisa merevisi masalah
ketika mereka menemukan hambatan.

Level 1: Hasil tugas siswa puas hanya satu atau dua kriteria produk
kreativitas. Siswa tidak dapat mensintesis ide-ide dari konsep atau
pengalaman kehidupan nyata, tetapi dapat menghasilkan ide-ide baru hanya
dari matematika konsep atau pengalaman hidup yang nyata. Dia belum

23
melamar semua ide untuk membangun beberapa masalah juga direvisi
ketika mereka menemukan halangan

Level 0: Hasil tugas siswa tidak memuaskan semua kriteria produk


kreativitas. Siswa tidak dapat mensintesis ide-ide dari konsep atau
pengalaman kehidupan nyata, dan tidak dapat menghasilkan ide-ide baru.
Mereka hanya mengingat ide ide.

Menurut Paul and Linda (2008:4), Kreativitas menguasai proses


membuat atau memproduksi, kekritisan dan proses menilai atau menilai.
Definisi dari kata "kreatif" menyiratkan komponen kritis (misalnya,
"memiliki atau menunjukkan imajinasi dan artistik" atau penemuan
intelektual"). Ketika terlibat dalam pemikiran berkualitas tinggi, Pikiran
harus secara bersamaan menghasilkan dan menilai, keduanya menghasilkan
dan menilai produk yang dibuatnya. Singkatnya, pemikiran yang sehat
membutuhkan imajinasi dan standar intelektual.

Menurut Mumford dan Mclonthos (2017:318), model proses berpikir


kreatif adalah sebagai berikut:

Definisi Masalah

Pengumpulan Informasi

Pemilihan Konsep/Kasus

Kombinasi Konseptual

Ide Generasi

Perencanaan Pelaksanaan

Eksekusi Adaptif

24
2.1.7 Materi GLBB

Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) adalah gerak lurus suatu obyek,
dimana kecepatannya berubah terhadap waktu akibat adanya percepatan yang
tetap. Akibat adanya percepatan rumus jarak ang ditempuh tidak lagi linear
melainkan kuadratik. GLBB arah gerakan mendatar karena adanya percepatan
yang tetap. Dengankata lain benda yang melakukan gerak dari keadaan diam
atau mulai dengan kecepatan awal akan berubah kecepatannya karena ada
percepatan. Percepatan tetap yaitu besar dan arahnya adalah tetap. Percepatan
merupakan besaran vektor (besaran yang memiliki besar dan arah). Walaupun
percepatan benda selalu konstan tetapi jika arah percepatan selalu berubah maka
percepatan benda tidak konstan. Demikian juga sebaliknya jika arah percepatan
suatu benda selalu konstan tetapi besar percepatan selalu berubah maka
percepatan benda tidak konstan. Besar percepatan konstan bisa berarti kelajuan
bertambah secara konstan atau kelajuan berkurang secara konstan. Ketika
kelajuan benda berkurang secara konstan, kadang kita menyebutnya sebagai
perlambatan konstan. Arah percepatan digunakan ketika arah kecepatan = arah
percepatan, sedangkan kata perlambatan digunakan ketika arah kecepatan dan
percepatan berlawanan (Badriah, 2016 : 35-37).

Menurut Tim Kompas Ilmu (2020: 26), beberapa hal mengenai GLBB sebagai
berikut:

1. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) didefinisikan sebagai gerak suatu


benda pada lintasan garis lurus dengan percepatan tetap (a konstan, a=0).

2. GLBB ada dua macam, yaitu: GLBB dipercepat (kecepatan bertambah) dan
GLBB di perlambat (kecepatan berkurang).

3. Grafik hubungan jarak (s) dengan waktu (t) pada GLBB:

25
4. Grafik hubungan kecepatan (v) dengan waktu (t) pada GLBB:

5. Persamaan matematis GLBB

vs = vo ± a.t
s = vo. t ± ½ a.t2
vt2 = vo2 ± 2.a.s

Keterangan:

vt = Kecepatan pada saat t sekon (m/s)

vo = Kecepatan mula-mula (m/s)

a = Percepatan (m/s2)

t = waktu (s)

s = jarak yang ditempuh setelah t sekon (m)

GLBB dipercepat a positif

GLBB diperlambat a negatif

Nilai a apada ketiga persamaan tersebut tergantung pada nilai kecepatan


benda, yaitu; jika kecepatan benda bertambah, nilai a positif dan jika kecepatan
benda berkurang, maka nilai a negatif.

6. Jarak yang ditempuh benda pada GLBB bisa dicari melalui grafik hubungan
v-t.

26
Jarak yang di tempuh benda sama dengan luas daerah yang diarsir, yaitu berupa
trapesium.

Jadi, jarak yang ditempuh benda:

s = luas trapesium =

2.2 Penelitian Relevan

Studi tentang peneletian hubungan motivasi dan hasil belajar Siswa di


kelas X MIPA SMAN 6 BUNGO pada materi GLBB menggunakan model
pembelajaran Open-Ended (OE) telah di bahas oleh kalangan dengan berbagai
latar belakang masalah yang berbeda. Sejauh pengamatan dan penelaah yang
penulis lakukan terdapat skripsi yang mempunyai tema relevan, diantaranya:
1. Rosa Aulia Rizki (2021), dengan penelitiannya yang berjudul Penerapan
Model Pembelajaran Open-Ended Skills Materi Usaha Dan Energi Pada
Peserta Didik Kelas X SMA IT Raudhatul Ulum Sakatiga penelitian yang
menggunakan metode penelitian kualitataif deskriptif dengan jumlah subjek
23 menyimpulkan bahwa peserta didik mengalami peningkatan dalam
Creative Thinking Skills mereka. Indikator Creative Thinking Skills yang
sering dilakukan oleh peserta didik adalah berpikir lancar, berpikir luwes,
dan berpikir orisinil, sedangkan untuk berpikir elaborasi masih kurang
dominan dilakuakan.
2. Meltedi Sfutra (2021), dengan penelitiannya yang berjudul Pengaruh Metode
Pembelajaran Open Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Dan Self Efficacy Siswa Kelas VII yang menggunakan penelitian
kuantitatif jenis eksperimen (quasi eksperimen) menyimpulkan bahwa hasil
dari penelitian tersebut yaitu: 1) Terdapat pengaruh metode pembelajaran

27
open ended terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa Kelas VII.
Hal tersebut terbukti dengan hasil penelitian yaitu thitung > ttabel (3,47 >
2,00) yang berarti hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian ini diterima,
sedangkan hipotesis nihil (Ho) ditolak; dan 2) Terdapat pengaruh metode
pembelajaran open ended terhadap self efficacy siswa Kelas VII. Hal
tersebut terbukti dengan hasil penelitian yaitu thitung > ttabel (3,45 > 2,02)
yang berarti hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian ini diterima, sedangkan
hipotesis nihil (Ho) ditolak.
3. Noor Sya’afi (2014), dengan penelitianna yang berjudul Peningkatan
kemampuan Berpikir Kritissiswa melalui Model pembelajaran discovery
Learning. Adapun peningkatan kemampuan bepikir kritis matematika
dapat dilihat dari indikator 1) minat siswa dalam mengajukanpertanyaan
dari kondisi awal (17,39%) meningkat menjadi (78,26%), 2)
kemampuan siswa menerapkan konsep dengan cara berbeda dari
kondisi awalt(17,39%) meningkat menjadi (65,21%), 3) kemampuan
siswa menyelesaikan dengan cara berbeda dari kondisi awal (17,39%)
meningkat menjadi (73,91%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dalam
pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis matematika. Kata kunci :Discovery Learning, berpikir kritis
matematika.
4. Siti Cholifatul Indah (2015), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Keaktifan Dan Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTSN Karangrejo. Pada pengujian
hipotesis menggunakan independent samples t-test, data hasil keaktifan
diperoleh thitung (2,055) > ttabel (1,665) yang menunjukkan ada pengaruh
model pembelajaran discovery learning terhadap keaktifan belajar
matematika siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Karangrejo. Data
hasil post-tes diperoleh thitung (3,063) > ttabel (1,665) yang menunjukkan
ada pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Karangrejo.

28
5. Nur Wahyuni Abbas (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Deskripsi
Berpikir Kreatif Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Matematika, data
dalam penelitian ini berupa data hasil tes berpikir kreatif siswa dan data hasil
wawancara dari subjek penelitian. Data yang didapatkan kemudian dianalisis
dengan mencakup tiga jalur yaitu reduksi data, Penyajian Data, dan
Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi. Dan untuk menguji keabsahan data
menggunakan Triangulasi. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa berpikir
kreatif siswa kelas VII di SMP Negeri Widyakrama dalam menyelesaikan
soal masih sedang.
6. Irma Rahmawati (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa: (1) Instrumen kemampuan berpikir kreatif
matematis valid dan konsisten terukur melalui konstruk fluency, elaboration,
flexibility, dan originality. (2) Kemampuan berpkir kreatif matematis siswa
secara keseluruhan masih tergolong rendah, terlihat dari indikator fluency
67,4%, elaboration 34,23%, flexibility 67,78%, dan originality 30,51%. (3)
Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa perempuan tergolong cukup
baik dan lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki. (4) Kemampuan berpikir
matematis pada indikator fluency ternyata berpengaruh langsung positif
terhadap indikator elaboration. Namun kemampuan berpikir kritis pada
indicator fluency tidak berpengaruh terhadap indikator flexibility dan
originality.

29
2.3 Kerangka Berpikir

Siswa Kelas X
MIPA SMAN 6
BUNGO

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pre Test (O1) Pre Test (O3)

Proses pembelajaran Proses pembelajaran


dengan menggunakan dengan menggunakan
model pebelajaran model pembelajaran
Open Ended Discovery Learning

Post Test (O2) Post Test (O4)

Hasil Hasil

Perbedaan hasil belajar siswa


dengan menggunkan model
pembelajaran Open Ended dan
modelp pembelajaran Discovery
Learning

Pada penelitian ini, peneliti mencari pengaruh model pembelajaran open


ended terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Populasi yang peneliti ambil
adalah siswa kelas X MIPA SMAN 6 BUNGO yang berjumlah 52 orang. 26
orang berasal dari kelas X MIPA 1 dan 26 orang berasal dari kelas X MIPA 2.

30
Peneliti mengambil kelas X MIPA 1 sebagai kelas eksperimen atau kelas yang
diberikan perlakuan dan kelas X MIPA 2 sebagai kelas kontrol.
Pada kelas X MIPA 1 yaitu kelas eksperimen, peneliti memberikan
pretest berupa soal esai materi GLBB yang berjumlah 5 soal. Soal-soal tersebut
terdiri dari soal penalaran dan soal perhitungan. Pemberian pretest di awal ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir kreatif siswa
dalam menyelesaikan persoalan fisika. Setelah di dapatkan hasil pretest, maka
selanjutnya adalah penerapan model pembelajaran open ended di kelas
eksperimen.
Pertama peneliti akan menyajikan masalah terbuka kepada siswa berupa
soal cerita dan siswa akan mengungkapkan hal yang diketahui dan di tanyakan.
Selanjutnya peneliti mendesain pembelajaran dengan mengatur metode, strategi,
teknik dan taktik pembelajaran untuk mengarahkan siswa menyelesaikan
permasalahan. Lalu peneliti akan memerhatikan dan mencatat respon siswa.
Kegiatan ini memunculkan berbagai macam proses pemecahan masalah dan
jawaban dari siswa. Hasil proses pemecahan masalah dituliskan di papan tulis
agar seluruh siswa dapat melihat dan mengoreksi bersama. Setelah itu peneliti
akan membimbing dan mengarahkan siswa. Setelah siswa menemukan suatu
proses pembelajaran dan menuliskan hasil di papan tulis, guru membimbing
siswa untuk menjelaskan proses penyelesaian masalah yang dituliskannya. Guru
mengarahkan siswa dengan kegiatan tanya jawab dan diskusi antar siswa
sehingga dapat diketahui bagaimana siswa mengerjakannya. Terakhir membuat
kesimpulan. Hasil tersebut dikoreksi bersama untuk membuat suatu kesimpulan
yang menghasilkan jawaban benar lebih dari satu dari berbagai teknik
pemecahan masalah.
Setelah pembelajaran selesai, peneliti memberikan post test berupa 5
butir soal esai. Pemberian post test ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
pengaruh model pembelajaran open ended terhadap berpikir kreatif siswa.
Sehingga di dapatkanlah hasil dari post test materi GLBB pada kelas
eksperimen.
Pada kelas X MIPA 2 sebagai kelas kontrol, peneliti memberikan pretest
terlebih dahulu. Peneliti memberikan pretest berupa soal esai materi GLBB yang

31
berjumlah 5 soal. Soal-soal tersebut terdiri dari soal penalaran dan soal
perhitungan. Pemberian pretest di awal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan persoalan fisika.
Setelah di dapatkan hasil pretest, maka selanjutnya adalah penerapan model
pembelajaran discovery learning di kelas X MIPA 2 sebagai kelas kontrol.
Langakah pertama dalam menerapkan model pembelajaran discovery
learning pada kelas X MIPA 2 adalah pemberian rangsangana (stimulus) pada
siswa. Siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya
kemudian mereka tertarik untuk memecahkan masalah sendiri. Lalu peneliti
memberikan identifikasi masalah (problem statement). Memberikan kesempatan
siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang mereka
hadapi dan membuat hiotesis. Selanjutnya adalah pengumpulan data oleh siswa
(data cillection). Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis, Data dapat berupa hasil bacaan,
wawancara observasi dan sebagainya. Lalu pengolaha data ( data processing).
Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya
diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan
cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Pembuktian
(Verification)
Pada tahap ini siswa memeriksa secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan denga alternatif, dihubungkan dengan hasil
data yang telah diolah. Yang terakhir adalah menarik kesimpulan. Pada tahap ini
siswa menyipulkan hasil dari pengerjaanya.
Setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
discovery learnig, diberikanlah post test berupa 5 butir soal esai materI GLBB.
Siswa akan mengerjakan soal tersebut selama 30 menit. Setelah itu di
dapatkanlah hasil post test kelas X MIPA 2 sebagai kelas kontrol.
Hasil post tets kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian
dibandingkan. Dicari apakah adakah perbedaan yang siginifikan antara hasil
belajar berdasarkan berpikir kreatif siswa dengan di terapkannya model
pembelajaran open ended dan modelpembelajaran discovery learning atau tidak.

32
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif jenis


eksperimen (quasi eksperiment), yaitu jenis eksperimen yang mempunyai kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:9)
“ Metode penulisan eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan
sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh
penulis dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor
lain yang mengganggu. Penulisan eksperimen selalu dilakukan dengan maksud
untuk melihat akibat suatu perlakuan”. Quasi experimental design memiliki dua
bentuk desain quasi eksperiment. Dalam penelitian ini bentuk desain quasi
eksperiment yang akan digunakan adalah pretest-posttest control grup design,
yakni desain kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol yang tidak dipilih
secara random.

Eksperimen : T1 X T2
Kontrol : T3 T4

Keterangan:

X = Treatment (pemberian perlakuan)


T1 = Post test kelas eksperimen
T2 = Pre test kelas eksperimen
T3 = Post test kelas kontrol
T3 = Pre test kelas kontrol

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan di SMAN 6 Bungo yang terletak di jln. Duku, Lingga
Kuamang, Pelepat Ilir, Bungo, Jambi. Pengumpulan data penelitian dilakukan
dikelas X MIPA semester ganjil tahun ajaran 2020/2021 yang dimulai sejak
tanggal 12 Oktober – 3 November 2020 dengan menggunakan instrumen
penelitian pedoman observasi, dokumentasi dan tes.

33
3.3 Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130).
Populasi target pada penelitian ini adalah siswa SMA kelas X MIPA 1 dan kelas
X MIPA 2 di SMAN 6 BUNGO tahun ajaran 2021/2022.

3.4 Sample Penelitian


Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti
(Arikunto, 2006:131). Sample dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
purposive sampling, yaitu pengambilan subjek bukan didasarkan atas strata,
random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Kriteria kelas
yang digunakan sebagai sampel penelitian yaitu peserta didik diajarkan oleh
pendidik yang sama, memperoleh materi pelajaran fisika yang sama serta
sumber buku yang digunakan oleh peserta didik sama. Sample diambil dari kelas
X MIPA 1 yang berjumlah 26 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas X
MIPA 2 yang berjumlah 26 orang sebagai kelas kontrol.

3.5 Instrumen Pengumpulan Data


Menurut Matondang (2009:87), instrumen merupakan suatu alat yang
dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau
mengumpulkan data dari suatu variabel. Variable dalam penelitian ini ada 3
yaitu variable independen, variabel dependen dan variabel kontrol. Variable
bebas (independen) penelitian ini yaitu model pembelajaran Open-Ended (OE),
sedangkan variable terikat (dependen) pada penelitian ini adalah hasil tes siswa
berupa post test kelas X MIPA SMAN 6 Bungo, dan untuk variabel kontrolnya
adalah materi GLBB. Instrumen penelitian ini sebagai berikut:
A. Soal
Soal dalam penelitian ini terdiri dari soal pretest dan soal berupa esai. Soal
pretest terdiri dari 5 butir dan soal postest terdiri dari 5 butir. Soal di buat untuk
mengukur perbandingan antara model pembelajaran open ended dan model
pembelajaran discovery learning terhadap berpikir kreatif siswa.
B. Angket
Angket adalah instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan atau
penyataan secara tertulis yang harus di jawab atau diisi oleh responden sesuai

34
dengan petunnjuk pengisian. Angket dalam penelitian ini terdiri dari 20
pernyataan. Angket dibuat untuk melihat respon siswa terhadap kemampuan
berpikir kreatif.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

A. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantar yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan. Metode ini digunakan untuk
melihat kedaaan penelitian dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar
dan bagaimana hasil belajar yang dicapai siswa apabila menggunakan
pendekatan Open Ended dalam pembelajaran fisika.
B. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan repondennya sedikit/kecil. Wawancara dalam penelitian ini
digunakan untuk melengkapi perolehan data berupa dokumentasi dan observasi,
yaitu data tentang sekolah dan keadaan siswa dengan mewawancarai kepala
sekolah, guru bidang studi dan siswa.

C. Tes
Tes ini penulis pergunakan untuk memperoleh hasil belajar siswa yang
menjadi sampel dalam penelitian setelah mendapat perlakuan yang berbeda, baik
dikelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang dipergunkan dalam penelitian ini
adalah tes esai menggunakan materi GLBB dengan 5 butir soal pre test dan 5
butir soal post test. Jika berpikir kreatif dan kritis didefinisikan sebagai berpikir
tingkat tinggi, maka taksonomi bloom berpikir kreatif terletak pada C4-C6, yaitu
menganalisis, mengevaluasi dan berkreasi. Akan tetapi, C2 dan C3 tetap harus
dilatihkan. Butir soal diambil dari skripsi oleh Vimpy Asterina Widianti yang
berjudul “Pengaruh Pendekatan Open Ended Terhadap Kemampuan Berpikir
Kreatif Dan Self Efficacy Dalam Pemecahan Masalah Fisika” . Angket ini
memiliki nilai validitas sebagai berikut dengan r tabel 0,361:

35
Tabel 1 Validitas Soal Pretest
Soal Nilai Keterangan
1 0,43 Valid
2 0,43 Valid
3 0,56 Valid
4 0,66 Valid
5 0,67 Valid

Tabel 2 Validitas Soal Postest


Soal Nilai Keterangan
1 0,52 Valid
2 0,54 Valid
3 0,62 Valid
4 0,60 Valid
5 0,53 Valid

Nilai reliabelitas dari soal adalah 0,82 dan dapat disimpulkan soal reliabel
dalam kategori tinggi.

D. Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket berpikir kreatif
yang berjumlah 25 butir pernyataan. Angket diambil dari skripsi oleh yang
berjudul.

E. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang
didokumentasikan pada suatu tempat berbentuk arsip atau data lainnya yang
tertulis dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian. Dokumentasi bisa
berbentuk tulisan dan gambar yang didapat dari tempat penelitian.

3.7 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data adalah kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh
peneliti. Karena hasil tidak ada tanpa didahului dengan pengolahan data.

36
Analisis data dimaksud untu melakukan pengujian hipotesis dan menjawab
rumusan masalah yang diajukan. Namun sebelum analisis data lebih lanjut maka
terlebih dahulu melakukan uji normalitas dan homogenitas diuji menggunakan
software

A. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut
mengikuti didtribusi normal atau tidak. Uji normalitas merupakan bagian dari uji
prasyaratan analisis statistik atau analisis uji asumsi dasar. Uji normalitas ini
akan digunakan untuk untuk mengetahui data hasil belajar berdistribusi normal
atau tidak dan data motivasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang
diambil disini adalah uji Shapiro-Wilk.
Hipotesis yang digunakan adalah:
1. Ho = Data yang akan di uji berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Ha = Data yang akan di uji berasal dari populasi yang berdistribusi tidak
normal
Dasar pengembilan keputusan dalam uji normalitas adalah:
1. Jika Sig. (Signifikansi) atau nilai probabilitas <0,05, maka Ho ditolak Ha
diterima
2. Jika Sig. (Signifikansi) atau nilai probabilitas >0,05, maka Ho diterima Ha
ditolak.

B. Uji Homogenitas
Dalam uji statistik, uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah
variasi beberapa data dari populasi memiliki varians yang sama atau tidak. Uji
ini umumnya berfungsi sebagai syarat dalam analisis uji independent sample t
test.
Seperti pada uji statistik lainnya, uji homogenitas digunakan sebagai
bahan acuan untuk menentukan keputusan uji statistik berikutnya. Dasar atau
pedoman pengambilan keputusan uji homogenitas adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikansi atau Sig. < 0,05 maka dikatakan bahwa varians dari
dua atau ;ebih kelompok populasi adalah tidak sama (tidak homogen).

37
2. Jika nilai signifikansi atau Sig. > 0,05 maka dikatakan bahwa varians dari
dua atau lebih kelompok populasi data adalah sama (homogen).

C. Uji Sample t-test


Uji sample t-test yang digunakan adalah uji independent saample t-test
yang merupakan bagian dari statistik inferensial parametrik ( Uji beda dan uji
perbandingan).
Dasar pengambilan keputusan dalam uji independent sample t test
sebagai berikut:
1. Jika nilai Sig. (2-tiled) > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti
tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara kelompok A dengan
kelompok B.
2. Jika nilai Sig. (2-tiled) < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti
ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara kelompok A swngan
Kelompok B

D. Analisis Tes Kemampuan Berpikir Kreatif


Hasil tes kemampuan berpikir kreatif dapat dianalisis menggunakan
rumus berikut:
NP = x 100%

Keterangan:
NP = Nilai persentase kemampuan berpikir kreatif
R = Skor yang diperoleh peserta didik
SM = Skor maksimum
Interpretasi kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian ini memiliki
kriteria kemampuan berpikir sangat kreatif, kreatif, cukup kreatif, kurang kreatif
dan tidak kreatif seperti yang disajikan pada Tabel 3.12 berikut (Wahyu dan
Asista, 2017: 23-39) :

Tabel Kriteria Kemampuan Berpikir Kreatif


Interval (%) Keterangan
80 < NP ≤ 100 Sangat Kreatif
60 < NP ≤ 80 Kreatif

38
40 < NP ≤ 60 Cukup Kreatif
20 < NP ≤ 40 Kurang Kreatif
NP ≤ 20 Tidak Kreatif

39
DAFTAR PUSTAKA

Alfitry, S. (2020). Model Discovery Learning dan Pemberian Motivasi dalam


Pembelajaran. Pekanbaru: Guepedia.
Al- Khalili A. (2005). Mengembangkan Kreatifitas Anak. Jakarta: Al-Kautsar.
Arikunto, S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Baker, M., R. Rudd. (2001). Relationship between Critical and Creative
Thinking. Journal of Southern Agricultural Education Research. JSEAR.
51(1): 173-188.
Cintia N I, Firosalia K, Indri A. Penerapan Model Pembelajaran Discovery
Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Dan Hasil Belajar Siswa. PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan. 32(1): 71.
Darmadi. (2017). Pengembangan model dan metode pembelajaran dalam
dinamika belajar siswa. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Faelasofi R. (2017). Identifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika
Pokok Bahasan Peluang. Jurnal Edumath. 3(2): 158.
Giancoli, D. C. 2011. Fisika: Prinsip dan Aplikasi Edisi Ketujuh 1 Jilid 1.
(Terjemahan Irzam Hardiansyah). Erlangga: Jakarta.
Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Huda, M. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kasning NW. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Open Ended Learning
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII D
Semester I Smp Negeri 1 Tampaksiring Tahun Pelajaran 2018/2019. 27 :
26.
Kustijono R dan Elok W H M. (2014). Pandangan Guru Terhadap Pelaksanaan
Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Fisika Smk Di Kota Surabaya.
Jurnal Pendidikan Fisika dan Aplikasinya (JPFA). 4(1): 3.
Kuspriyanto B dan Sahat S. (2013). Strategi Pembelajaran Dan Kemampuan
Berpikir Kreatif Terhadap Hasil Belajar Fisika. Jurnal Teknologi
Pendidikan. 6(2):125.

40
Luthvitasari, N., Ngurah M D P, Suharto L. (2012). Implementasi Pembelajaran
Fisika Berbasis Proyek Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis, Berpikir
Kreatif Dan Kemahiran Generik Sains. Journal of Innovative Science
Education. 1(2): 93.
Maharani, Y. B., & Hardini, I. T. A. (2017). Penerapan model pembelajaran
discovery learning berbantuan benda konkret untuk meningkatkan hasil
belajar IPA. Jurnal Mitra Pendidikan. 1(5), 249-561.
Mahmudi, A. (2008). Mengembangkan Soal Terbuka (Open-Ended Problem)
Dalam Pembelajaran Matematika. Makalah. Seminar Nasional
Matematika dan P. Matematika FMIPA UNY Yogyakarta pada tanggal 28
Nopember 2008.
Marisda, D.H. (2018). Peningkatan Aktivitas Dan Ketuntasan Belajar Fisika
Peserta Didik Kelas XI Keperawatan Medis Melalui Model Pembelajaran
Langsung Berbantukan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Fisika
Kesehatan. Jurnal Pendidikan Fisika. 6(2): 11.
Moma L. (2015). Pengembangan Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Untuk Siswa Smp. Delta-Pi:Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika. 4(1) : 25.
Muhamad N. (2016). Pengaruh Metode Discovery Learning untuk
Meningkatkan Representasi Matematis dan Percaya Diri Siswa. Jurnal
Pendidikan Universitas Garut. 5(1): 12.
Mumford, M D dan Mclonthos T. (2017). Creative Thinking Processes: The Past
and the Future. The Journal of Creative Behavior. 51(4): 318.
Ocatvia SA. (2020). Model-Model Pengajaran. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Paul R dan Linda E. (2008). Critical and Creative Thingking. Columbia:
Foundation for Critical Thinking Press.
Potur, A A dan Barkul O. (2009). Gender and creative thinking in education: A
theoretical and experimental overview. Journal of ITU A| Z. 6(2): 45.
Purwanto, A. (2012). Kemampuan Berpikir Logis Siswa Sma Negeri 8 Kota
Bengkulu Dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing Dalam
Pembelajaran Fisika. Jurnal Exacta. 5(2) : 133.

41
Rohim, Fathur, dkk. (2012). Penerapan Model Discovery Terbimbing Pada
Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif.
Unnes Physics Education Journal.
Rudyanto H E. (2014). Model Discovery Learning Dengan Pendekatan Saintifik
Bermuatan Karakter Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif.
Premiere Educandum. 4(1): 44.
Saab N dan Wouter. (2005). Communication in collaborative discovery learning.
British Journal of Educational Psychology. 2(1): 607.
Sani, R. (2014). Pembelajaran saintifik untuk implementasi kurikulum 2013.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Siregar, S. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Open Ended Terhadap
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Motivasi Belajar Siswa
Ditinjau Dari Pola Asuh Orang Tua. Jurnal PJME. 9(1): 36-37.
Siswono TYE. (2011). Level of student’s creative thinking in classroom
mathematics. Academic Journals. 6(7): 549.
Suherman, E dll. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: JICA.
Svinicki M D. (2021). A Theoretical Foundation For Discovery Learning.
Journals Physiology. 2(1):3.
Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: JICA.
Tumurun, SW, Diah G, Asep KJ. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran
Discovery Learning Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Pada
Materi Sifat-Sifat Cahaya. Jurnal Pena Ilmiah. 1(1):102.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Wahyu A dan Asista A. (2017). Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Pada
Materi Cahaya Siswa Kelas VIII SMP Xaverius Kota Lubuklinggau.
Science and Physics Education Journal. 1(1): 23–39.

42
Wati, W dan Novianti. (2016). Developing Assessment Rubric Skill Process in
Junior High School Science Learning. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al
Biruni. 131- 140.
Wati, W., Asyhari, A., dan Diani, R. (2016). The Development of Learning
Printed Materials Physics Based Character Education with Model of
Cooperative Learning. Seminar Nasional Pendidikan (pp. 282- 295).
Bandar Lampung: pendidikan Fisika FKIP Universitas Lampung.
Witoko, R dan Wardono. (2019). Analisis Model Pembelajaran Open-Ended
Learning (OEL) dengan Assessment for Learning (AfL) ditinjau dari
Kreativitas Belajar Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika.
Wulansari, A. (2014). Identifikasi Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
SMP Dalam Memecahkan Masalah Open-ended. MATHEdunesa. 1(3):3.

43

Anda mungkin juga menyukai