Anda di halaman 1dari 304

Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:

Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -


Wajo

Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:


Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang

Sejarah dan Perkembangan Pondok


Pesantren As’adiyah : Menebar Islam
Rahmatan Lil ‘Alamin dari Tanah
Sengkang - Wajo
TIM PENULIS:
 Dr. KH. Muh. Harta, M.Ag
 Dr. H. Ahmad Muktamar, MA
 Dra. Hj. Fatmawati Latif, S.Pd., M.Si
 Dr. Muh. Rustan, S.H., M.H
 Dr. Husnul Fahima Ilyas, MA
 Dr. Ahmad Taufik
 Dr. Muh. Rusli Ibrahim, M.Ag
 Dr. Muhammad Rusydi
 H. Adnan Syaharuddin, S.Pd.I., MPA
 Abd. Haris, S.Pd.I., M.Ag

Nama Penulis | 1
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

DAFTAR ISI
Pengantar ...........................................................................
BAB 1 : WAJO SEBELUM KEDATANGAN
ANREGURUTTA K.H. MUHAMMAD AS’AD ............... 07
BAB 2 : ASAL USUL ANRE GURUTTA K.H.
MUHAMMAD. AS’AD SEBAGAI ULAMA AMANAH ...... 25
A. ASAL USUL KETURUNAN ............................ 25
a. Asal Keturunan .................................... 25
b. Tempat Kelahiran Anregurutta K.H.
Muhammad As’ad......................................... 39
B. BERPEGANG TEGUH KEPADA AMANAH
a. Pendidikan Yang Diperoleh ........................ 40
b. Cobaan Hidup Anregurutta K.H. Muhammad
As’ad ........................................................... 46
c. Perintah guru ke toddang angin (wajo sulawesi
selatan) ....................................................... 47
C. MENDIRIKAN MADRASAH ARABIATUL AL –
ISLAMIAH (MAI) DAN BUKU
KARANGANNYA .............................................. 53
a. Madrasah Arabiatul Al-Islamiah (MAI) ........ 53

2 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

b. Buku-Buku Karangan Anregurutta K.H.


Muhammad As’ad ....................................... 59
c. Piagam Penghargaan Yang Diterima oleh
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad .......... 63
D. ANREGURUTTA K.H. MUHAMMAD AS’AD
DALAM KONFERENSI MU HAMMADIYAH
DAN PERTEMUAN ULAMA SELEBES......... 67
a. Konferensi Muhammadiyah di Sengkang ..... 67
b. Pertemuan Ulama Selebes di Selfbestuur Bone
................................................................. 68
E. NASIHAT KEPADA KELUARGA DAN SANTRI
a. Nasihat Kepada Keluarganya ..................... 71
b. Nasihat Kepada Santrinya ............................ 73
F. ANREGURUTTA K.H. MUHAMMAD AS’AD
LOLOS DARI PENCULIKAN DAN
KARAMAHNYA ................................................ 78
a. Lolos Dalam Penculikan Gerombolan .......... 78
b. Karamah Anregurutta K.H. Muhammad
As’ad………………………………………..…82

Nama Penulis | 3
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

G. ANREGURUTTA K.H. MUHAMMAD AS’AD


TELAH BERPULANG KE
RAHMATULLAH……………………………….95
a. Tanda – Tanda yang Muncul Sebelum
Meninggal .................................................. 95
b. Detik – Detik Sebelum Meninggal ................ 96
H. SANAD ANREGURUTTA K.H. MUHAMMAD
AS’AD ................................................................ 100
a. Sanad Qiro’at ................................................ 100
b. Sanad Thariqah ............................................ 103
BAB 3 : MELANJUTKAN VISI MISI DAKWAH
ANREGURUTTA K.H. MUHAMMAD. AS’AD ................ 106
A. DARI MADRASAH ARABIATUL ISLAMIAH KE
PONDOK PESANTREN ASADIYAH .............. 107
B. SISTEM PENDIDIKAN................................... 116
a. Antara Halaqah dan Klasikal ........................ 116
b. Pengembangan Kurikulum Pendidikan ........ 129
C. ULAMA, USAHA DAN KUASA; RELASI
TRIADIK PILAR PENGEMBANGAN PONDOK
PESANTREN ASADIYAH................................ 144
a. Aktor Keagamaan (Ulama/Anregurutta) ...... 145

4 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

b. Aktor Pemerintahan dan Sosial Politik ..... 149


c. Aktor Ekonomi ....................................... 152
D. PONDOK PESANTREN ASADIYAH DAN
JARINGAN ULAMA DI SULAWESI
SELATAN……………………………………...152
BAB 4 : DARI MASA KE MASA : JEJAK INOVASI DAN
PENGABDIAN PIMPINAN DAN TOKOH PONDOK
PESANTREN ASADIYAH .............................................. 161
A. LINTAS PIMPINAN
a. Anregurutta K.H. Daud Ismail (1953-1961) ... 161
b. Anregurutta K.H.M.Yunus Martan (1961-
1986)………………………………………......169
c. Anregurutta K.H. Hamzah Badawi (1986-
1988)…………………………………………..179
d. Anregurutta K.H. Abdul Malik (1988-2000)... 181
e. Anregurutta Prof. Dr. H. Abd. Rahman Musa
(2000-2002) ……………………………….. ... 189
f. Anregurutta Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus
Martan, Ph.D (2002-2018) ........................... 119
g. Anregurutta Drs. H. Muhammad Sagena (2018
– Sekarang) .................................................. 219

Nama Penulis | 5
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

B. LINTAS TOKOH ................................................ 220


a. AG. K.H. Abu Nawas Bintang ...................... 220
b. AG. Dra. Hj. Sitti Aminah Adnan, M.Ag ....... 225
c. AG. Hj. Nurul Qamri Badar, B.A .................. 229
BAB 5 : MEMBANGUN JARINGAN ULAMA LOKAL,
NASIONAL DAN GLOBAL .............................................. 233
A. JARINGAN ULAMA PONDOK PESANTREN
ASADIYAH DARI LOKAL, NASIONAL DAN
GLOBAL: SEBUAH REFLEKSI HISTORIS .... 233
B. PERAN ALUMNI SEBAGAI AKAR JARINGAN
ULAMA LOKAL, NASIONAL DAN GLOBAL
PONDOK PESANTREN AS’ADIYAH ............. 262
C. KONTRIBUSI JARINGAN ULAMA LOKAL,
NASIONAL, DAN GLOBAL PONDOK
PESANTREN ASADIYAH PADA AGAMA DAN
NEGARA ........................................................... 274
BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN ...............................
DAFTAR PUSTAKA .................................................. 295-304

6 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

BAB 1
Wajo Sebelum Kedatangan Anre Gurutta K.H.
Muhammad. As’ad

Masyarakat Wajo adalah masyarakat yang sangat kuat


berpegang kepada adat-istiadat nenek moyangnya. Hal itu dapat
dilihat pada semboyan orang Wajo yang berbunyi “Maradekai To
Wajoe Ade’nami Napo Puang” yang maksudnya “Orang Wajo
merdeka hanya adatnya yang dipertuan”.1 Demikian halnya dengan
semboyan yang berbunyi “Napoalebbirenggi To Wajoe Maradekae
Nakeade” yang maksudnya “Orang Wajo merasa dirinya mulia kalau
merdeka dan beradat”.2 Hal tersebut berpengaruh pada corak
keberagamaannya.
Pra Islamisasi di Sulawesi Selatan dan Wajo pada
khususnya, sebagian masyarakat Sulawesi Selatan telah memiliki
kepercayaan ”asli” yang disebutnya sebagai Zat Yang Maha Kuasa

1
A. Razak Dg. Patunru, Sejarah Wajo, (Makassar: Yayasan
Kebudayaan Sulawesi Selatan dan Tenggara, 1964), h. 39.
2
Ibid., h. 24.

Nama Penulis | 7
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

(Dewata Sewwae), yang berarti dewa kita yang satu. 3 Istilah yang
digunakan itu, menunjukkan bahwa mereka memiliki kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa secara monoteistis. Dengan demikian
sebelum datangnya mubaligh Islam, telah ada ”pra kondisi yang
menopang penerimaan Islam pada masyarakat”, sesuai dengan
ajaran utama Islam tentang ke-Esaan Tuhan, yaitu pengakuan
adanya hanya satu Tuhan, yakni Allah SWT.4
Corak monoteistik yang telah dianut oleh masyarakat akhirnya
memudahkan untuk membuka jalan diterimanya agama Islam
sebagai keyakinan, dengan tidak perlu merusak dan mengabaikan
pranata-pranata (seperangkat aturan) tertentu yang memang telah
dimiliki dan dijadikan palsafah hidup orang-orang Bugis-Makassar
sebelum Islam datang. Sistem adat orang Bugis-Makassar, yang pada
saat itu disebut Panggaderreng. terdiri dari empat unsur, yaitu ade’,
rapang, wari’, dan bicara. Setelah Islam diterima sebagai agama oleh
masyarakat., maka unsurnya menjadi lima. Unsur yang kelima itu

3
Lebih jauh tentang Dewata Seuwae Lihat Andi Zainal Abidin
Farid. “Benih-benih Pancasila yang terpendam di dalam Lontara’ Bugis
Suatu Percobaan Menggali Unsur-unsur Pancasila dari Naskah-naskah
Kuno”, dalam Majalah Lontara’ UNHAS. No. 19, th. XXIII, 1984, h. 74.
4
Anhar Gonggong, Abdul Qahhar Mudzakkar dari Patriot hingga
Pemberontakan (Jakarta: Gramedia, l992), h. 44.

8 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

adalah sara’ (syari’ah). Yang disebut terakhir sara’ (syari’ah) berasal


dari ajaran Islam. Unsur-unsur pokok itu terjalin satu sama lain
sebagai satu kesatuan organis dalam alam pikiran orang Bugis di
samping mendasari sentimen kewargaan masyarakat dan rasa harga
diri yang semuanya terkandung dalam konsep siri’. Kelima unsur
pokok dari panggaderreng di atas menjadi pedoman dalam tingkah
laku sehari-hari, dalam kehidupan rumah tangga, dalam mencari
nafkah dan sebagainya.5
Pada tahap selanjutnya, Islamisasi di berbagai kerajaan atau
daerah bekas kerajaan di kawasan Sulawesi Selatan, khususnya di
daerah Wajo baik secara damai maupun dengan jalan kekerarasan,
telah membawa warna baru dalam kehidupan masyarakat. Hal ini
dapat dilihat dalam pola-pola sosial dan kedudukan yang mengalami
perubahan, meskipun lambat. Ajaran-ajaran agama yang bersumber
dari kitab samawi dan kebiasan-kebiasaan lama yang merupakan

5
Mattulada, Latoa: Satu Lukisan Analitis terhadap Antropologi
Politik Orang Bugis, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1985).,h.
55.

Nama Penulis | 9
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

adat, tetap dibenarkan dalam Islam, sepanjang tidak bertentangan


dengan syariat Islam. 6
Corak keIslaman masyarakat Wajo memiliki dinamika yang
menarik. Tercatat pada bulan April 1926, atas inisiatif Mansyur al-
Yamani, seorang Arab, pedagang batik dari Surabaya bersama K.H.
Abdullah Dahlan terbentuklah Gerakan Islam Muhammadiyah di
Makassar. K.H. Abdullah Dahlan sebagai Ketua dan Mansyur al-
Yamani sebagai Wakil Ketua. Dalam gerakan Islam
Muhammadiyah, K.H. Abdullah Dahlan dan kawan-kawannya
bekerja keras memberantas kemusyrikan, bidah, khurafat dan
tahyul.7 Dua tahun kemudian, tepatnya tanggal 15 Juli 1928M
Muhammadiyah membuka cabang di Wajo yang dipelopori oleh
Syekh Ahmad Balahmar (kemudian menjadi Kadhi Wajo) setelah
mengadakan pertemuan dengan pemuka Muhammadiyah di
Makassar, Mansyur al-Yamani.8

6
Suardi Mappangara dan Irwan Abbas, Sejarah Islam di Sulawesi
Selatan, (Makassar:Lamacca Press, 2003), h. 176.
7
Mattulada, “Islam di Sulawesi Selatan”, dalam Taufik Abdullah
(ed.), Agama dan Perubahan Sosial (Jakarta: CV Rajawali, 1983), h. 263.
8
Ibid., h. 266.

10 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Eksistensi di Wajo bukanlah satu-satunya gerakan


pembaharuan di Wajo, sebelumnya telah ada ulama yang bernama
H. Makkatu yang melakukan pembaharuan terutama di bidang
pendidikan. Ia salah seorang ulama putra daerah Wajo yang telah
menuntut ilmu di Mekah. Dan sekembalinya dari Mekah ke Tosora-
Wajo langsung mengadakan pengajian di rumahnya, dan selanjutnya
mengadakan lembaga pendidikan Islam secara formal 9. Keberadaan
H. Makkatu mengelola sebuah lembaga pendidikan formal dan
pesantren di Tosora-Wajo maka penyelenggaraan pendidikan
mengalami perubahan dari sistem pesantren tradisional dengan
cara belajar duduk bersila, tidak mengenal batas umur, tidak
mengenal adanya kelas atau tingkatan dan sebagainya,10 menjadi
sebuah lembaga pendidikan yang menjalankan dua sistem, yaitu
sistem pesantren dan madrasah. Sistem pesantren dengan cara
belajar duduk bersila, sedangkang madrasah dengan sistem
kelasikal. Namun proses belajar mengajar dalam bentuk kelasikal

9
Ibid.
10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (ed.) Mardanas Safwan
dan Sutrisno Kutoyo, Sejarah Pendidikan Daerah Sulawesi Selatan, (Ujung
Pandang: Proyek Inventarisasi dan Dokumnetasi Kebudayaan Daearah,
1980/1981), h. 79.

Nama Penulis | 11
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

waktu itu tentu belum sesempurna sebagaimana proses belajar


mengajar yang dirintis oleh Muhammadiyah, yaitu K.H. Abdullah
Dahlan, yang membangun madrash-madrasah dan melaksanakan
proses belajar mengajar dengan sistem modern, yaitu sistem
kelasikal, memiliki alat mobiler, (kursi, meja, papantulis dan
sebagainya).11
Menyikapi upaya yang telah dilakukan Muhammadiyah dan
ulama-ulama lainnya, beberapa ulama Wajo merasa masih perlu
penambahan tenaga untuk memberi bimbingan kepada umat Islam
di Sulawesi Selatan umumnya, Wajo khususnya. Mereka
menghubungi ulama-ulama asal Wajo yang sudah lama bermukim
di Mekah, seperti H. Abdul Rasyid. Salah seorang di antara putra H.
Abdul Rasyid ialah Gurutta H. Muhammad As’ad yang kembali ke
Wajo. Di antara orang yang paling ngotot untuk mendatangkannya
ialah H. Ambo Emme, yang lebih dahulu telah merintis pendidikan
dan pengajian di rumahnya sendiri. H. Ambo Emme adalah ipar
Gurutta H. Muhammad As’ad, yang kawin dengan salah seorang

11
Abu Hamid, Sistem Pendidikan Madrasah dan pesdantren di
Sulawsi Selata, dalam taufik Abdullah (ed), Agama dan perubahan
Sosial(Jakarta: CV Rajawali, 1983), h. 389.

12 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

saudara perempuannya.12 Gurutta Muhammad As’ad yang pada


akhirnya melahirkan pondok Pesantren As’adiyah.
Kelahirnya Pesantren As’adiyah mirip dengan Nahdlatul
Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia, terutama pada
latar setting sosial keagamaan yang terjadi di Wajo sebelum
kedatangan Gurutta H.M. As’ad. Kelahiran NU merupakan reaksi
terhadap dinamika internal dan eksternal umat Islam di Indonesia
dan Saudi. Meluasnya gerakan pembaharuan pemikiran Islam di
Indonesia melalui Muhammadiyah yang berdiri pada tahun 1912
dengan ideologi yang dipengaruhi pemikiran Muhammad Abduh
dan Rasyid Ridha serta paham Wahabi memunculkan kehawatiran
di kalangan ulama terhadap praktik keagamaan yang dijalankan
selama ini seperti zikir, wirid, ziarah kubur, wasilah, shalat tarwih 20
rakaat.13
Pengaruh paham dan tokoh Muhammadiyah melalui para
kadernya menimbulkan kehawatiran tersendiri bagi kelompok kiyai
tradisional, sebagaimana juga terjadi di Sengkang-Wajo tempat

12
Mattulada, “Islam di Sulawesi Selatan”, dalam Taufik Abdullah,
Agama dan Perubahan Sosial, h.269.
13
Taqwa dan Muhammad Irfan Hasanuddin, Anregurutta H.M. As’ad
dan Genealogi dan Studi Islam Asia Tenggara di Tanah Bugis Abad 20,
Palita: Journal of Social Religion Research, Vol.5, No.2, 2020, h 158

Nama Penulis | 13
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

kelahiran pesantren As’adiyah. Dalam konteks ini, H. Abdul


Rahman (Imam Belawa) meminta kepada Gurutta H. Abdul Rasyid
yang sudah lama menetap dan bermukim di Mekkah untuk
mendidik dan mengajar di Sengkang-Wajo. Akhirnya, Ia mengutus
anaknya, Gurutta H.M. As’ad, untuk membuka pengajian dan
menyebarkan faham ahlu sunnah wal jamaah di Sengkang. Karena
itu, kedatangan Gurutta H.M. As’ad ke Sengkang merupakan salah
satu respon kelompok kiyai terhadap gerakan pembaharuan
tersebut.21 Polarisasi kelompok muslim tradisional dan moderen di
SengkangWajo idak luput dari situasi ini. Muncul dan
berkembangnya paham Muhammadiyah dianggap sebagai
“ancaman” bagi kelompok tradisional muslim Sengkang. Klaim-
klaim kebenaran ke dua kelompok muslim tersebut tidak bisa
dihindari. Tradisi-tradisi yang sering dilakukan kebanyakan
kelompok tradisional seperti pembacaan Kitab al-Barzanji pada saat
acara dan even syukuran, tahlilan dan pembacaan al-Qur’an secara
berkelompok untuk orang meninggal, tarwih 20 rakaat dianggap
bid’ah oleh kelompok Muhamadiyah. Pada satu sisi, tujuan baik
uhammadiyah patut dinilai positif. Dengan simbol perang melawan
“TBC”, akronim dari takhayul, bid’ah dan churafat, gerakan
dakwah Muhammadiyah tidak pandang kompromi karena tradisi

14 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

masyarakat waktu itu diklaim berbau syirik. Kekuatan dakwah


Muhammadiyah seperti ini bisa jadi sekaligus titik lemahnya karena
apresiasi terhadap kearifan lokal masyarakat Bugis-Wajo belum
tentu berbau “syirik” tidak dapat dilakukan. Dari latar sosio-religio
inilah Gurutta H.M. As’ad hadir memberikan nuansa baru
beragama bagi kalangan tradisional. Bukan hanya kedatangannya
untuk memberikan “legalitas agama” bagi praktik kaum tradisional
Bugis-Muslim, Gurutta lebih jauh berpandangan ke depan dengan
membuka pengajian kitab di rumah kediamannya. 14
Tipologi intelektualisme yang diemban Gurutta H.M. As’ad
sejalan dengan prinsip-prinsip Ahlu Sunnah wal Jamaah (Aswaja).
Meskipun beliau adalah pengikut kental faham syafiiyah dalam
bidang fiqh, namun Ia tidak ekstrim dalam pandangan
keagamaannya. Gurutta cukup arif menyikapi tradisi lokal namun
tetap tegas dalam hal menjaga akidah umat dari perbuatan syirik.
Beliau sendiri pernah memerintahkan untuk “membersihkan”
kuburan para raja di Sengkang-Wajo dari praktik syirik. Di awal
kedatangannya di Sengkang, Gurutta aktif memberikan dakwah
secara langsung dan melakukan observasi keagamaan di masyarakat

14
Ibid. h. 159

Nama Penulis | 15
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

gunamenemukan dan sekaligus mengidentifikasi problem masyarkat


secara ril. Dengan menggusung prinsip moderasi dalam beragama,
eksistensinya mendapatkan tempat di masyarakat Muslim Wajo.
Bahkan, tidak lama kemudian Gurutta mendirikan madrasah
pertama di Sulawesi Selatan yakni Madrasah Arabiyah Islamiyah
(MAI) tahun 1930.15
Pada tahap selanjutnya, meskipun Islam telah lama dipeluk
oleh Arung Matoa Wajo (Raja Wajo) ke-12, Lasangkuru Patau dan
masyarakatnya, yaitu pada awal abad ke-17, tepatnya pada hari
Selasa 15 Safar 1020H. atau 6 Mei 1610M,16 namun sampai pada
akhir abad ke-19 pada saat berkuasanya Arung Matoa Wajo,
Laoddang, Datu Larompong, Arung Peneki, pada saat Gurutta H.
Muhammad As’ad berada di Wajo, kepercayaan dan adat-istiadat
masyarakat masih banyak dipengaruhi oleh kepercayaan animisme
dan dinamisme. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gurutta H.
Muhammad As’ad sebagai berikut:
…..ketika berada di tanah Suci Mekah, yang terlihat hanya
satu macam manusia (ajaran) saja, tetapi setelah

1515
Ibid., h. 160
16
Sumange Alam, Masuknya Agama Islam di Wajo” (Hasil
Penelitian dari Lontara Wajo, (Sengkang: Kantor Departemen Pendidikan dan
Kebudayan Kabupaten Wajo, 1982),

16 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

menginjakkan kaki di daerah Bugis, maka ia sangat heran


melihat masyarakat Bugis yang masih terdiri dari satu
rumpun dan satu suku tetapi ternyata bermacam-macam
(aliran). Ada di antara mereka yang mempertuhankan
bayangannya, ada yang menyembah rohnya, ada yang
menyembah berhala, ada yang menyembah buaya, pohon
kayu besar, kuburan dan lain-lain. Di daerah Bugis ini, K.H.
Muhammad As’ad menemukan tarekat yang mengajarkan
kepada pengkutnya untuk bersembahyang hanya tiga kali
sehari semalam, bahkan ada yang hanya satu kali dalam
seminggu. Di daerah ini pula menurut K.H. Muhammad
As’ad ditemukan tarekat yang hanya bertafakur sejenak
sudah selesai ibadahnya.17
Lebih jauh Gurutta H. Muhammad As’ad menyatakan
bahwa kemungkaran-kemungkaran yang dilakukan masyarakat
tersebut pada hakekatnya karena mereka haus terhadap ilmu-ilmu
agama yang benar.18 Dalam kondisi seperti itu dimanfaatkan
dengan baik oleh golongan-golongan tertentu yang tidak senang
terhadap agama Islam, dengan cara mengajarkan ilmu-ilmu tarekat

17
Muhammad As’ad, Izhar al-Haqiqah, (Makassar: Drukkerij, t.th),
h. 6. Lihat juga Muhammad Hatta Walinga, Kiyai Haji Muhammad As’ad
Hidup dan Perjuangannya, Skripsi, Fakultas Adab IAIN Alauddin
Ujungpandang, 1981), h. 38. Lihat juga .Arfi Hatim, K.H. Muhammad As’ad
dan Pemurnian Islam di Wajo Sulawesi Selatan, Tesis, Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeriu (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2001), h.
29.
18
Daud Ismail, al-Ta’rif bi al-Alim al-Allamah al-Syekh al-Haj
Muhammad As’ad al-Bugisi, (Sengkang: t.p., 1989), h. 8-9.

Nama Penulis | 17
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, sehingga kemungkaran


merajelela di mana-mana, seperti kemusyrikan, bidah dan khurafat
di tengah-tengah masyarakat Wajo. Lebih parah lagi ketika colonial
Belanda sekitar tahun 1670M ingin mengatur dan menguasai Wajo
sesuai dengan garis kebijakannya. Pengangkatan Arung Matoa
Wajo harus dengan persetujuannya, dalam arti Arung Matoa yang
dapat diangkat adalah yang tunduk menjadi kaki tangannya. Selain
daripada itu, colonial Belanda turut membantu penyiaran agama
Kristen secara sembunyi-sembunyi di tengah-tengah masyarakat.19
Kenyataan-kenyataan itu, menurut Gurutta H. Muhammad
As’ad dilatar belakangi oleh dua faktor, yaitu faktor ‘umara dan
‘ulama atau pemerintah dan tokoh agama. Seandainya mereka
memiliki ‘umara yang adil dan bijaksana, maka ‘umara ini akan
menunjukkan kepada rakyatnya jalan yang benar, dan seandainya
mereka memiliki ulama yang tekun dan ikhlas membimbingnya
tentu mereka tidak akan tersesat dan buta terhadap agamanya.
Tetapi walaupun mereka memiliki ulama yang bersedia
membimbing dengan ikhlas, tetapi tidak mendapat dukungan dari
berbagai pihak, baik dari pihak masyarakat dan terutama dari ‘umara

19
Abd. Karim Hafid, K.H. Muhammad As’ad dan Peranannya
Terhadap Pemurnian Aqidah Islamiyah di Wajo. (Sengkang: Percetakan
Tartika, 1997), h. 40.

18 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

maka yang mampu dan bertahan mengajartkan Islam yang murni


hanya sedikit saja.20 Sebab hawatir akan mendapat rintangan dari
pihak penguasa.
Sekitar awal abad ke-20 M., ada seorang ulama yang berasal
dari Ganra Soppeng yang bernama H. Katu. Ulama tersebut sangat
dikenal di daerah Sulawesi, Pasere (Tanah Pasir Kalimantan) dan
Toli-toli (Sulawesi Tengah). Ia berdakwah menggunakan cara
ekstrim dalam memberantas kebodohan dan kemusyrikan
masyarakat, ia tidak segan-segan mengkafirkan serta mengucapkan
kebenaran di hadapan raja yang berkuasa, walaupun hal itu tidak
disenangi oleh raja. Akibatnya dakwah yang dilakukan oleh ulama
itu mendapat rintangan dan hambatan dari pihak penguasa. Hal itu
menyebabkan para ulama lainnya lebih berhati-hati dalam
menjalankan dakwahnya, di mana mereka lebih memilih diam atau
cukup dengan berdoa kepada Tuhan agar apa yang dikerjakan dan
dilakukan oleh masyarakat dapat berubah dan berhenti21.
Peristiwa yang disebutkan di atas menjadi pelajaran dan
bahan masukan yang sangat berharga pada diri Gurutta H.

Muh. Hatta Walinga, Kiyai Haji Muhammad As’ad Hidup dan


20

Perjuangannya.,, h. 39.
21
Muh. Hatta Walinga, Kiyai Haji Muhammad As’ad Hidup dan
Perjuangannya., h. 41.

Nama Penulis | 19
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Muhammad As’ad dalam melaksanakan dakwah Islam untuk


memurnikan ajaran-ajaran Islam di daerah tempat asalnya (Wajo,
Sulawesi Selatan). Oleh karena itu, ia berusaha melakukan
pendekatan-pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat dan
pemerintah yang dianggap dapat membantu dalam usahanya
memurnikan ajaran Islam. Salah satu cara pendekatan yang
dilakukan ialah mengawini putri tokoh pergerakan Muhammadiyah
di Wajo, yaitu putri dari H. Mahmud (isteri kedua Gurutta H.
Muhammad As’ad),22 sehingga dengan demikian jamaah
Muhammadiyah tidak apatis terhadap kehadiran dan usaha-usaha
yang dilakukan oleh Gurutta H. Muhammad As’ad.
Ia juga mengadakan pendekatan kepada pihak penguasa
Wajo pada saat itu, yaitu Arung Matoa Wajo La Oddang Datu La
Rompong, Arung Peneki (1926-1933M), serta Petta Ennennge,
selaku pembantu Arung Matoa, istilah sekarang sebagai menteri,
yaitu: (1) Andi Makkaraka, selaku Ranreng Bentengpola,
mengepalai pekerjaan umum, yaitu urusan-urusan jalanan, jembatan
dan lain-lain; (2) Andi Makkulau, sebagai Ranreng Talo Tenreng
mengepalai Kehakiman; (3) Andi Ninnong, selaku Ranreng Tua

M.Arfi Hatim, K.H. Muhammad As’ad dan Pemurnian Islam di


22

Wajo Sulawesi Selatan.,h. 32.

20 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

mengepalai urusan Keuangan; (4) Andi Cella, sebagai Patola Wajo


yang mengepalai Kepolisia; (5) Andi Tenriampa, sebagai Pilla Wajo
dan Datu Pammana yang pada waktu itu belum menduduki
jabatannya karena masih belum cukup umur dan masih duduk di
bangku sekolah; (6)Andi Pallawarukka, sebagai Cakkuridi Wajo dan
Arung Gilireng, yang juga belum menduduki jabatannya karena
masih belum cukup umur dan masih duduk di bangku sekolah.23
Hasil pendekatan Gurutta H. Muhammad As’ad kepada
Arung Matoa Wajo, Laoddang, Datu Larompong maka
dibangunlah Masjid Jami’ dengan parmanen di dekar rumah
Gurutta H. Muhammad As’ad, Jalan Datu Sulaiman. Sedangkan
pihak Petta Ennennge membangun gedung sekolah di samping kiri-
kanan Masjid tersebut. Begitu harmonisnya hubungan Gurutta H.
Muhammad As’ad dengan Pemerintah, ia diberi kebebasan
berdakwah di manapun dan kapanpun, bahkan pihak Petta
Ennennge berinisiatif mengajak santri-santri yang sudah mampu
berdakwa untuk ikut serta apabila Petta Ennennge mengadakan
perjalanan ke luar daerah untuk menyelesaikan suatu perkara atau

23
Abd. Razak Dg. Patunru, Sejarah Wajo, h. 77-78.

Nama Penulis | 21
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

ingin menyampaikan perintah yang harus dilaksanakan oleh


rakyat24.
Di samping itu, ia tidak mengabaikan ulama-ulama yang ada
di Sulawesi Selatan dan senantiasa menjalin hubungan baik dengan
mereka. Di antaranya K.H. Sayid Mahmud Abdul Jawad di Bone
(mantan Mufti di Madinah), Sekh Abdullah Dahlan, konsul
Muhammadiyah di Makassar, Syekh Abdullah Dahlan Garut dan
K.H. Ahmad Bone.25
Dengan pendekatan-pendekatan yang dilakukan kepada
berbagai pihak sebagaimana yang disebutkan maka Guruta H.
Muhammad As’ad berhasil melunakkan dan merubah masyarakat
Wajo, terutama kaum bangsawannya yang tadinya sangat ketat
berpegang kepada kepercayaan dan adat-istiadat yang diwarisi
dari nenek moyangnya menjadi penganut ajaran Islam yang murni.
Hal ini dapat dilihat pada beberapa contoh , sebagai berikut:
Pertama, Arung Matoa Andi Mangkona Datu Mario-Riawa
yang menggantikan Datu La Rompong menjadi Arung Matoa
Wajo, tidak lagi memperketak tata sosial menurut adat, bahkan, ia

24
Muh. Hatta Walinga, Kiyai Haji Muhammad As’ad Hidup dan
Perjuangannya., h. 43.
25
. Arfi Hatim, K.H. Muhammad As’ad dan Pemurnian Islam di
Wajo Sulawesi Selatan., h. 33.

22 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

senantiasa mengajak Gurutta H. Muhammad As’ad datang ke istana


untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada keluarganya. Pada
waktu Arung Matoa Andi Makkona ingin menunaikan ibadah haji
di tanah Suci Mekah, ia meminta kepada Gurutta H. Muhammad
As’ad dibuatkan buku manasik haji, yang mudah ia pelajari bersama
keluarganya. Maka Gurutta H. Muhammad As’ad menyusun sebuah
buku dalam bahasa Bugis yang diberi nama “NIbrasun Nasik Fima
Yahimmu min al-Manasik”.26
Kedua, bissu di istana raja sedikit demi sedikit dikikisnya
dengan jalan, Gurutta H. Muhammad As’ad menawarkan diri untuk
senantiasa datang pada malam Jum’at ke rumah Arung Matoa.
Tawaran itu diterima oleh Raja, sehingga setiap malam Jum’at ia
membaca shalawat kepada Nabi dengan menggunakan kitab al-
Barazanji. Kegiatan itu dipilih pelaksanaannya pada malam Jum’at
karena pada malam itu juga para Bissu mengadakan nyanyian-
nyanyian pemujaan kepada dewa. Sehingga dengan langkah yang
ditempuh itu kegiatan Bissu terhenti dengan sendirinya tanpa
memberi teguran baik kepada Arung Matoa maupun kepada Bissu

26
Muhammad As’ad, Nibrasun Nasik Fima Yuhimmu Min al-
Manasik (diterbitkan oleh ahli warisnya, H. Abd. Rasyid, Sengkang Wajo,
1978.).

Nama Penulis | 23
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

itu sendiri. Dengan demikian sedikit demi sedikit bentuk


kemungkaran dapat diatasi dengan baik.27.
Dengan demikian, pandangan Gurutta H. Muhammad
As’ad tentang adat-istiadat sangat jelas, yaitu adat-istiadat yang tidak
bertentangan dengan syara’ (agama) dapat diterima, sedangkan yang
bertentangan dengan syara’ (agama) wajib dibasmi atau dihilangkan
dengan cara bertahap (tadrîj), bukan dengan cara revolusioner.

27
Abd. Karim Hafid, K.H. Muhammad As’ad dan Peranannya
Terhadap Pemurnian Aqidah Islamiyah di Wajo, h. 62. Lihat Juga M. Arfi
Hatim, K.H. Muhammad As’ad dan Pemurnian Islam di Wajo Sulawesi
Selatan., h. 34-35.

24 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

BAB 2
Asal Usul Anregurutta K.H. Muhammad As’ad
Sebagai Ulama Amanah

A. Asal Usul Keturunan


a. Asal Keturunan.
Sekitar pertengahan abad XIX telah terjadi suatu peristiwa
yang sangat istimewa dan bersejarah di Toddang Anging (Wajo
Sulawesi Selatan) seorang laki-laki yang berumur masih muda belia
yang sangat taat beribadah kepada Allah Swt. Pria yang muda belia
itu adalah Guru Teru yang lazim dipanggil oleh keluarganya Pungaji
Guru Teru (1850-1929 Masehi) Pemanggilan nama ini oleh
keluarganya sebagai penghormatan dan adat istiadat sebagai orang
Bugis asli Wajo, begitulah tata krama oleh orang bugis Wajo pada
keluarganya yang dianggap senior dan memiliki keilmuan agama
yang tinggi. Oleh masyarakat Wajo sangat menghargai orang
berilmu apalagi yang berilmu agama islam sehingga lahirlah istilah
Tau Panrita. Tau Panrita oleh masyarakat Wajo tidak diberikan
kepada sembarang orang, karena harus berilmu agama islam yang
tinggi dan patuh kepada ajaran agama Islam (yang dalam istilah

Nama Penulis | 25
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

bahasa bugis yaitu Maninipi Akke Masalae). Oleh sebab itu


masyarakat Wajo memberikan gelar Tau Panrita apabila orang yang
memiliki ilmu agama islam yang taat pada ajaran agama atau
konsekwen terhadap ucapan dengan perbuatan (satu kata dengan
perbuatan).
Guru Teru ini semasa mudanya sangat raji dan taat
beribadah ke Mesjid untuk menjalankan kewajibannya sebagai
hambah Allah Swt yaitu menunaikan shalat fardhu lima waktu
secara berjamaah. Ketaatannya untuk shalat fardhu ke Mesjid
sangat luar biasa, karena tanpa mengenal panas teriknya matahari di
waktu Dhuhur dan di waktu Ashar begitu pula tidak mengenal
dinginnya udara di waktu Subuh.
Pribadi beliau ini sangat mencintai Mesjid, oleh karena itu
dalam ajaran agama Islam bahwa anak muda yang mencintai Mesjid
atau selalu terpatri hatinya di Mesjid akan dirindukan oleh surga. Beliau
rajin ke Mesjid untuk shalat fardhu lima waktu karena Beliau
mencintai Mesjid, sehingga suatu saat terjadilah peristiwa yang luar
biasa pada diri beliau yang jarang ditemukan oleh orang banyak di
dunia.
Peristiwa itu terjadi pada malam 27 (dua puluh tujuh)
Ramadhan, yaitu suatu peristiwa yang dinanti-nantikan oleh semua

26 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

umat Islam di dunia, karena pemahaman umat Islam pada malam


bulan Ramadhan yang ganjil akan turun Lailatul Qadar, dan orang
Islam yang mendapatkan Lailatul Qadar akan diterima doanya pada
saat mereka berdoa pada saat itu.
Peristiwa itu terjadi pada saat waktu menjelang shalat
Subuh, Guru Teru melangkahkan kakinya secara perlahan-lahan
dari rumah menuju ke Mesjid sebagai kebiasaannya beribadah shalat
fardhu di Mesjid yang tidak mengenal udara dingin di waktu Subuh.
Sebelum Beliau masuk Mesjid sebagai kebiasaannya Beliau
ke tempat wudhu Mesjid untuk berwudhu, akan tetapi perasaan
Beliau agak berbeda dari hari-hari biasanya, biasanya Beliau masih
dapat menahan rasa dingin di waktu Subuh, namun pada saat itu
Beliau merasakan udara dingin yang luar biasa, daun pohon di
sekitar Mesjid tidak melambai karena angin tidak berhembus, suara
binatang seperti ayam yang tidak berkokok bersahut-sahutan,
jangkrik tidak kedengaran suaranya, anjing tidak menggongong,
sinarnya bintang di langit meredup, air dilaut tidak berombak
suasana alam ini semuanya tenang seperti menjadi saksi bisu. Air
wudhu yang digunakan Beliau untuk berwudhu menjadi membeku,
kemudian Beliau berkesimpulan bahwa air wudhu yang membeku
itu merupakan suatu tanda bahwa Lailatul Qadar telah turun

Nama Penulis | 27
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

sebagaimana pemahaman Beliau sebagai seorang Muslim, lalu


Beliau berdoa dengan menadahkan kedua tangan ke langit dan
mengucapkan doa dalam bahasa Bugis yaitu “Eh Puang
AllahTaala, narekko tongengi iyye uwaeye tanrang mompona
Lailatul Qadar, alelaloka kasih paddisengen sibawa
asogireng pole riwija-wijakku lettu pitu lafie”. (artinya yaa
Allah apabila memang benar air yang membeku ini sebagai tanda
munculnya Lailatul Qadar maka berikanlah kepadaku ilmu dan
kekayaan sampai genarasiku yang tujuh lapis), begitulah doa dari
seorang hamba Allah Swt yang sementara melaksanakan wudhu di
Mesjid waktu itu.
Setelah selesai melaksanakan wudhu perlahan-lahan Guru
Teru melangkahkan kakinya masuk ke Mesjid untuk menunaikan
ibadah shalat sunnah Tahyatul Mesjid, shalat sunnah Subuh dan
shalah fardhu Subuh. Beliau telah mendirikan shalat fadhu Subuh
bersama jamaah lainnya, selesai shalat fardhu Subuh dan berzikir
kepada Allah Swt Beliau melangkahkan kakinya pulang ke rumah.
Sampai di rumah Beliau menemui kedua orang tuanya dan
saudaranya untuk menceritakan tentang kejadian yang baru saja
Beliau alami ketika berwudhu di Mesjid.

28 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Beberapa bulan kemudian timbullah niat yang suci Guru


Teru untuk menuntut ilmu agama di Mekkah dalam mendalami
ilmu agama Islam, lalu Beliau menyampaikan niat suci tersebut
kepada kedua orang tuanya, bapaknya Fung H. Abdul Muttalib
dan ibunya Fung Bareo (dikutip dari sisila berbahasa Bugis) ternyata
kedua orang tuanya meresponnya dan memberikan restu kepada si
buah hatinya itu, dan hal ini terjadi diperkirakan sekitar
pertengahan abad ke XIX yaitu pada usia remaja.
Disamping itu keberangkatan Guru Teru ke Mekkah akibat
bercampur baurnya kepercayaan animisme dan dinamisme dengan
kepercayaan agama islam diwaktu itu, keadaan ekonomi kurang
menentu, politik yang kurang sehat serta keamanan kurang
kondusif. Untuk membasmi kepercayaan yang demikian tidaklah
cukup ilmu yang dimiliki, oleh karena itu mereka berniat untuk
berangkat ke Mekkah dalam menambah ilmu agama yang
dimilikinya.
Dengan restu kedua orang tuanya, Beliau pamit kepada
kedua orang tuanya untuk menuntut ilmu agama Islam ke Mekkah
dengan umur yang masih muda belia dengan jarak tempuh ke
Mekkah pada waktu itu memerlukan waktu sekitar 3 (tiga) bulan
lamanya, dengan harapan mudah-mudahan Beliau bisa menjadi

Nama Penulis | 29
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

orang yang ahli ilmu agama Islam (Tau Panrita) sebagaimana waktu
Beliau berdoa di waktu Subuh pada saat Lailatul Qadar yang Beliau
peroleh pada malam ke-27 Ramadhan.
Berangkatlah Guru Teru ke Mekkah atau melekke dapureng
dari kampung halamannya yaitu dari tanah Wajo menuju Mekkah
sekitar pertengahan abad XIX Masehi. Setelah waktu perjalanan
sekitar kurang lebih 3 (tiga) bulan lamanya tibalah Beliau di tanah
suci Mekkah. Sesampainya di tanah suci Mekkah Beliau berguru
ilmu agama pada usia yang muda belia, tetapi inipun tidak menjadi
halangan bagi Beliau dengan tekad yang bulat dan ketekunan dalam
menuntut ilmu agama sehingga dalam waktu yang singkat hanya
beberapa tahun lamanya Beliau berguru di Mesjidil Haram Mekkah
dengan penuh ketekunan dan kesabaran dan niat ikhlas yang
membaja dibawa dari kampung halaman serta doa yang selalu
diingatnya sewaktu Beliau memperoleh Lailaitul Qadar di kampung
halamannya (Wajo Sulawesi Selatan).
Dengan kecerdasan dan ketekunan yang dimiliki merupakan
anugerah Allah Swt Beliau telah mampu mensejajarkan dirinya
dengan santri lainnya yang belajar di Masjidil Haram Mekkah waktu
itu. Setelah Beliau dianggap ilmu agamanya yang dituntut dianggap

30 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

memenuhi syarat keilmuan menurut pandangan para ulama waktu


itu, maka Beliau diberi gelar ulama.
Karena syarat keilmuan yang dimilki waktu itu Beliau
diangkat oleh raja Arab Saudi untuk menjadi tenaga pengajar di
Mesjidil Haram Mekkah dalam memberikan ilmu agama islan yang
berdatangan dari berbagai negara dan kedudukannya dianggap oleh
orang Arab sama dengan ulama-ulama lainnya di tanah suci Mekkah
sehingga oleh orang Arab memberi gelar Asyekh. Ada pendapat
masyarakat Bugis yang pernah berangkat ke tanah suci Mekkah
pada waktu itu bahwa Beliau adalah termasuk Waliyullah, karena
kesucian dan kedekatannya kepada Allah Swt. Menurut H. Abd
Rahman cici dari Fung Guru bahwa beliu adalah pernah
menduduki jabatan di Kota Mekah sebagai kepala Syekh untuk
menjamu para Jemaah haji yang berdatangan di Kota Mekah28.
Menurut Hj. St. Syari Banong29 menceriterakan kepada
penulis semasa hidupnya bahwa Guru Teru itu selama berangkat

28
Informan H. Abd Rahman As’ad pada bulan Oktober 2020. dirumahnya
29
Informan : H. St Syari Banong, isteri dari Asyekh H. Muh As’ad,
diceritakan dirumah Jl. Andi Oddang Senkang pada penulis, sekitar tahun
1970-an. Pada saat beliau sebelum tidur mereka bercerita tentang silsilah
keturunan Asyekh H. Muh As’ad waktu itu penulis selalu mendampingi
beliau sekitar tahun 1967 sampai tahun 1972.

Nama Penulis | 31
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

ke tanah suci menuntut ilmu agama Beliau tidak pernah pulang ke


kampung halamannya atau di tanah leluhurnya sampai akhir
hidupnya (wafat).
Guru Teru ini namanya dikalangan masyarakat Arab Saudi
adalah Asyekh H. Abd Rahman Al-Bugisyi Al-Jawi Al Wajo (Guru
Teru), Beliau menikah dengan Fatimah sebagai seorang wanita
Arab.
Andi Syarulyali Razak sebagai sepupu satu kali Anregurutta
K.H. Muhammad As’ad dalam Pidato Haul ke 62 AG. H. Muh
As’ad dan milad As’adiyah ke 82 menyatakan bahwa nama lengkap
Asyekh H. Abd Rahman (Guru Teru) adalah Abd Rahman bin
Talib Bugis Al-Wajo Al-Jawi. Sedangkan sepupu Asyekh H. Abd
Rahman (Guru Teru) adalah Syekh Haji Abdur Rahman (kakek dari
AG. H. Muhammad As’ad)30.
Dalam silsilah nenek Anregurutta K.H. Muhammad As’ad
yang ditulis oleh Abd Rahman Bugis Gusyasyiah dalam huruf
lontara bugis Mekkah 2 - 2 - 1371 H, makkeadae : iyanae silesilana
neneta Abdullah Fatta. Naiya puang saehe Abdullah Fatta ana’na puang
saehe “Abdullah” tau pole ri Mirung nalekke dapureng ri Pariya nabenena

30
Pidato Haul ke 62 dam Milad As’adiyah ke 82 Biografi singkat AG. H.
As’ad, tgl 1 Februari 2015 di Sengkang Kabupaten Wajo, hlm 3 tahun 2015.

32 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

ki’ ri-Pariya narijajian puang saehe Abdullah Fatta. Matei puang sehe
Abdullah Fatta ritanggala 27 Ramalan taun 1235 hijeriah, naweleiwi ana
eppa. Ana macowae riyaseng sidi Arsyad, nappani sidi Muhammad Saleh,
nappani sidi Mahmud, makunreiye riyasen Aisya31 (terjemahan bebas dari
penulis : Mekkah 2 - 2 - 1371 H yang berbunyi inilah silsilah
keturunan nenek kita Abdullah Fatta. Tuan Syekh Abdullah Fatta
anak dari Abdulllah, orang dari Mirung berhijrah (pindah tempat)
ke Paria beristerikan orang Paria sehingga lahirlah Abdullah Fatta.
Syekh Abdullah Fatta meninggal dunia pada tanggal 27 Ramadhan
tahun 1235 Hijriah. Meninggalkan keturunan empat orang anak
masing-masing : Sidi Arsyad sebagai anak pertama, anak kedua Sidi
Muhammad Saleh, anak ketiga Sidi Mahmud dan anak
perempuannya namanya Aisyah sebagai anak keempat).
Abdullah adalah turunan orang Arab sesuai dari silsila Arab
Mekkah32, dari turunannya lahirlah Abdullah Fatta dari Mirung
berhijrah ke Paria yang isterinya bernama Maryam Iskandaria, yang

31
Op. Cit : H. Andi Syahrulyali Razak, hlm 4 tahun 2015
32
H. Abd Rahman As’ad, Riwayat Hidup Singkat dan Perjuangan Almarhum
Asich Al Allama K.H. M. As’ad, hlm 2 tampa tahun

Nama Penulis | 33
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

mempunai anak laki-laki 3 (tiga) orang dan 1 (satu) anak


perempuan33.
Anak ketiga dari Syekh Abdullah Fatta bin Abdullah adalah
Sidi Mahmud. Sidi Mahmud inilah mertua dari Asyekh Abd
Rahman (Guru Teru), sehingga lahirlah anaknya 4 (empat) orang,
tiga orang perempuan dan satu orang laki-laki dengan nama H. Abd
Razak bin Abd Rahman (Guru Teru) yang kembali ke Sulawesi
Selatan. Tiga orang perempuan ini semuanya tinggal di kota
Mekkah, anaknya yang bernama St Shaleha kawin dengan Asyekh
H. Abd Rasyid bin Abdur Rahman, sehingga lahirlah Anregurutta
K.H. Muhammad As’ad di Mekkah pada tanggal 12 Rabiul Akhir
1326 H (1907 M)34.
Asyekh H. Abd Rahman (Guru Teru) dikurniai putri
bernama St. Saleha yang dilahirkan di Kota Mekkah (Arab Saudi).
Menurut Mas Alim Katu35 dalam bukunya Ulama Perintis Sulawesi
Selatan menyatakan Abd Rasyid malleke dapureng dengan isterinya
H. St Shaleha ke Mekkah (pindah ketanah suci Mekkah) menurut

33
Informan : H. Andi Syahrulyali Razak dirumahnya di kota Sengkang tanggal
1 Februari 2015
34
Op. Cit : H. Andi Syahrulyali Rasak, hlm 5 tahun 2015.
35
Mas Alim Katu, 2010, Ulama Perintis Biografi Mini Ulama Sul-Sel, Penerbit
Pustaka Al Zikra, hlm 7.

34 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

penulis menganggap nya ada kekeliruan dalam penulisan, yang


sebenarnya ke tanah suci waktu itu adalah Asyekh H. Abd Rahman
(Guru Teru), Beliau berangkat ke tanah suci Mekkah menuntut
ilmu agama Islam dan tinggal di Mekkah akhirnya Beliau menikah
dari keturunan Syekh Yusuf al-Makassary dari Sulawesi Selatan,
maka lahirlah St. Shaleha binti Abd Rahman (Guru Teru).
Hal tersebut di atas telah diperkuat oleh pendapat Hj. St.
Syahri Banong (isteri Anregurutta K.H. Muhammad As’ad) dan Hj.
St. Zen (saudara kandung Anregurutta K.H. Muhammad As’ad)
yang semasa hidupnya pernah berceritera kepada penulis bahwa
Asyekh H. Abd Rahman (Guru Teru) adalah orang Bugis asli
Wajo, waktu mudanya pergi ke tanah suci Mekkah menuntut ilmu
agama Islam yang akhirnya menetap di Mekkah dan menjadi ulama
besar di Arab Saudi. Asyekh H. Abd Rahman (Guru Teru)
mempunyai keturunan yaitu St. Shalehah kelahiran Arab Saudi
yang menikah dengan Asyekh H. Abd Rasyid (1885-1927 M)36.
Andi Syahrulyali Razaq menyatakan bahwa Syekh H.
Abdur Rahman melamar puteri Guru Teru (H. Abd Rahman) yang

36 Informan : Hj. St. Syari Banong, tahun 1972, dan Informan Hj. St Seng saudara
kandung Asyekh H. Muh As’ad sewaktu bersilaturrahim di rumah Jl Andi Oddang
Sengkang, tahun 1986

Nama Penulis | 35
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

bernama St. Shalehah untuk puteranya yang bernama Abdur Rasyid


(Asyekh H. Abd Rasyid), lahirlah puteranya bernama H.
Muhammad As’ad. Oleh karena itu AG. H. Muh As’ad
(Anregurutta K.H. Muhammad As’ad) baik dari keturunan ibu dan
ayahnya adalah keduanya ulama37.
Asyekh H. Abd Rasyid adalah seorang ulama besar di Arab
Saudi, Beliau diangkat oleh raja Arab Saudi sebagai tenaga pengajar
di Mesjidil Haram Mekkah untuk mengajar para santri yang
berdatangan dari berbagai negara. Beliau ini mengelolah Pesantren
Al-Falah yang santrinya dari berbagai negara dan Beliau sebagai
pimpinan pondok pesantren waktu itu.
Dari silsilah keturunan keluarga menunjukkan bahwa
Asyekh H. Abd Rasyid kelahiran Arab Saudi beristerikan H. St.
Shaleha binti H. Abd Rahman. Dari hasil perkawinannya lahirlah 2
(dua) orang putra dan 2 (dua) orang putri yaitu, anak pertama Hj.
St. Syamsiah, meninggal di Mekkah Arab Saudi, anak kedua H.
Muh Said, meninggal di Mekkah Arab Saudi, anak ketiga Hj. St.
Zen, meninggal di Makassar Sulawesi Selatan, Anregurutta K.H.
Muhammad As’ad, meninggal di Sengkang Sulawesi Selatan38.

37
Ibid : H. Andi Syahrulyali Razak, hlm 3-4, tahun 2015
38 Informan : H. Abd Rahman As’ad, Jl. Batua Raya Makassar, tahun 2014.

36 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Menurut versi Andi Syahrulyali Razak bahwa Asyekh H.


Abd Rahman (Guru Teru) memiliki 4 (empat) orang anak yaitu 3
(tiga) anak perempuan dan 1 (satu) anak laki-laki. Tiga diantaranya
yang beranak pinak dan wafat di Mekkah Al-Mukarramah dan
hanya seorang yang kembali ke Sulawesi yaitu anak laki-lakinya
yang bernama Abd Razak. Sedangkan cucu Asyekh H. Abd
Rahman (Guru Teru) yang lahir di Mekkah hanya 3 (tiga) orang
yang kembali ke Sulawesi, yaitu Hj. St. Zein, Muh As’ad dan
Mustafa Taj39.

39
Ibid : H. Andi Syahrulyali Razak, hlm 5 tahun 2015

Nama Penulis | 37
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Apabila dilihat skemanya tergambar hubungan keturunan


sebagai berikut :

38 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

b. Tempat Kelahiran Anregurutta K.H. Muhammad


As’ad.
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad lahir di Kota Mekkah
pada tahun 12 Rabiul Akhir 1326 H (1907 M). Beliau anak dari
Asyekh H. Abd Rasyid dari hasil perkawinannya dengan Hj. St.
Shaleha. Menurut Hj. St. Zen40 bahwa pada saat kecilnya
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad pada waktu berumur 5 (lima)
tahun dipelihara oleh pamannya di Kota Madinah Asyekh H.
Akhmad Syarif al-Sanusi. Beliau dikirim oleh orang tuanya ke
Madinah dengan maksud diberikan pelajaran agama oleh
pamannya, agar Beliau dapat hidup mandiri dan tidak manja
kepada orang tuanya. Oleh karena itu ketika berada di kota
Madinah Beliau mendapat bimbingan mental atau akhlak serta
pendidikan agama Islam sebagai pondasi Beliau dalam menempuh
hidup dimasa usianya telah dewasa, dan pamannya ini adalah
termasuk ulama besar di kota Madinah.

40 Informan : Hj. St Seng, tahun 1986

Nama Penulis | 39
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

B. Berpegang Teguh Kepada Amanah.


a. Pendidikan yang Diperoleh.
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad pada usia 5 (lima)
tahun telah dipelihara oleh pamannya Asyekh H. Ahmad Syarif al-
Sanusi seorang ulama besar dan Mufti Kota Madina. Pamannya
inilah yang mengajar ilmu agama Islam sehingga wajarlah
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad pada saat menginjak usia
dewasa lebih cepat memperoleh gelar ulama dari masyarakat.
Menurut K. H. Muh Abduh Pabbaja41 bahwa orang tua
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad yaitu Asyekh H. Abd Rasyid
adalah seorang Waliyullah yang banyak dikenal dari berbagai negara.
Disitu pulalah Anregurutta K.H. Muhammad As’ad berguru pada
orang tuanya sewaktu tinggal di Kota Mekkah. Anregurutta K.H.
Muhammad As’ad memiliki tujuh orang guru yang semuanya
mempunyai status sebagai Waliyullah, dan Beliau juga diajar oleh
para ulama besar lainnya di tanah suci Mekkah. Pada saat Beliau
mengikuti pendidikan agama Islam pada gurunya, Beliau tidak diuji
secara tertulis akan tetapi diuji secara lisan oleh tujuh orang
Waliyullah dan para ulama besar lainnya.

41
Informan : K. H Muh Abduh Pabbaja dirumahnya Jl Sekolah Pare-Pare,
waktu bersilaturahim tahun 1995.

40 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Diusia 5 (lima) tahun Beliau belajar mengaji pada


pamannya di kota Madinah pada Asyekh H. Ahmad Syarif al-
Sanusi, dan sekitar dalam jangka waktu 9 (sembilan) bulan Beliau
telah lancar secara tartil membaca ayat-ayat Al-Qur’an sebanyak 30
juz. Diusia 14 tahun Anregurutta K.H. Muhammad As’ad telah
lancar menghafal Al-Qur’an sebanyak 30 juz, dengan waktu yang
ditempuh tidak cukup 1 (satu) tahun Beliau sudah tembus hafalan
Al-Qur’annya dan diajar langsung oleh orang tuanya yaitu Asyekh
H. Abd Rasyid di Mekkah.
Karena hafalan Al-Qur’annya sangat baik tajwidnya dan
lancar hafalannya sehingga kesepakatan para ulama Mekkah Beliau
ditunjuk sebagai imam tarawih di Mesjidil Haram selama 3 (tiga)
tahun lamanya yaitu pada waktu umur 14 tahun. Menurut K.H Abd
Pabbajah42, bahwa Anregurutta K.H. Muhammad As’ad dapat
menghafal Hadist Kudsi yang ukuran tebalnya yaitu dua kali tebal
Al-Qur’an dengan waktu kurang lebih hanya dua tahun lamanya,
mereka sudah tembus hafalannya.
Bahkan Beliau belum puas berguru pendidikan formal di
Pesantren Al-Falah Mekkah yang dipimpin oleh ayahnya, lalu

42
Informan : K. H Muh Abduh Pabbajah, di rumahnya Jl. Sekolah, waktu
bersilaturahim tahun 1995.

Nama Penulis | 41
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

beguru pada ulama lainnya di Mekkah. Ulama Mekkah yang


terkenal di Mesjidil al-Haram yaitu Ayekh Umar Hamdani, Asyekh
Said Yamani, Asyekh Hasan Abdul Jabbar. Sebagai orang yang
memiliki titisan darah bugis sehingga mereka belajar pada ulama
bugis Asyekh Ambo Wellang al-Bugisiy (pamannya), disinilah beliau
lebih banyak mendalami bahasa bugis pula sehingga dengan mudah
menafsirkan Al-Qur’an dan hadis dengan berbahasa bugis, apalagi
waktu bersama dengan orang tuanya di Mekkah bahasa sehari-
harinya di rumah adalah bahasa Arab dan bahasa bugis, karena
orang tuanya memang adalah punya titisan darah bugis dari Wajo
Sulawesi Selatan.
Sewaktu kembali ke kota Madinah di usia 17 tahun mereka
telah berguru pada Asyek Ahmad Syarif al-Sanusi mereka diajarkan
berbagai ilmu agama, kesekretarisan dan berorganisasi sehingga
diangkat sebagai sekretaris pribadi. Setelah kurang lebih 2 (dua)
tahun berguru di Kota Madinah Anregurutta K.H. Muhammad
As’ad telah mencapai umur 19 tahun Beliau diangkat sebagai Mufti
di Madinah oleh para ulama Madinah, sehingga Beliau diberi
kewenangan untuk memberikan fatwa agama islam apabila
masyarakat kota Madinah ada yang bertanya menyangkut masalah
agama, pengankatan beliau sebagai mufti adalah karena kepercayaan

42 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

oleh para ulama di Kota Madinah waktu itu sebagai seorang alim
ulama yang memiliki tingkat kecerdasan yang luar biasa.
Menurut versi H. Abd Rahman As’ad bahwa Anregurutta
K.H. Muhammad As’ad pernah belajar di Pondok Pesantren Al
Falah Mekkah (alumni), dan diajar oleh orang tuanya sendiri
Asyekh H. Abd Rasyid. Beliau banyak belajar kitab Syahrul
Azhariah dan Syahrul Ibnu Aqil, Tafsir Al-Jaelani pada tahun 1343
(1924 M) dan menghafal beberapa kitab yaitu Safinatun Najah,
Zabatul Aqaid, Kitab Jurumiah, Syahrudahlan, dan Al-Fiah (1.000
bait) serta Kitab Nahwu dan ilmu syaraf. Menghafal beberapa
mathan kitab-kitab seperti Sullamun Mantiq dan Mandzhumatubnu
Syuhria dan Annuhbatul Ashariah diajar oleh Asyekh Ambo
Wellang al-Bugisy, belajar kitab Syahrul Fawatka dan Syahrul Baikuni
dalam ilmu hadist dan Kitab Mallawi (ilmu mantik) dari Asyekh
Abbas Abd Jabbar seorang ulama besar di Kota Mekkah semuanya
kitab yang dipelajari itu hanya dipelajari dalam waktu singkat
mereka dapat menhafalnya dan menguasainya43.

43
H. Abd Rahman As’ad, tampa tahun; Riwayat Hidup Singkat dan
Perjuangan Al marhum Asyisch Al-Allama K. H. Muh As’ad Pendiri Perguruan
As’adiyah Sengkang Wajo (1907-1952 M), hlm 1.

Nama Penulis | 43
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Menurut versi Andi Syahrulyali Razak mengupas secara


rinci bahwa Anregurutta K.H. Muhammad As’ad setelah
memperdalam ilmunya di pesanteren Al-Falah menfokuskan
hafalannya pada kitab Alfiyah Ibn Malik pada tahun 1341-1342 H
(1922-1923 M). Kegiatan ilmiah selanjutnya berupa kitab : Syarh al-
Zahiriah, Syarh Ibnu Aqil, dan Tafsir Jalalain.
Melihat kesungguhan dan kemampuan puteranya dalam
bidang ilmu pengetahuan, ayahnya mengantar puteranya untuk
memperdalam ilmunya dalam masalah fiqih kepada seorang ulama
besar Mekkah yaitu Syekh Abbas. Lalu melanjutkan pendidikannya
kepada Syekh Abdul Jabbar untuk memperdalam tafsir Jalalain,
Syarh Ibnu Aqil, Syart al-Fawaqihah demikian pula Syarj al-Baiqunih
dalam ilmu hadits dan kitab Mallawi dalam ilmu mantiq. Berguru
kepada Syekh Mallawa pada beberapa kitab yaitu Al-Fawaqihah,
Syart al-Muhamminah, Fathul Mu’in, Syart al-Hikam, Tanwir al-Qulub.
Orang tuanya mengantar lagi kepada seorang ahli hadits
setelah mengikuti pelajaran pada Syekh Umar Hamdani dan
mengikuti beberapa kajian kitab lain antaranya Subhul-al-Salam, dan
Syarh al-Nukhbah. Belajar pada Syekh Ahmad Nazirin dengan kajian
kitab Al-Mahalli. Melanjutkan pelajarannya Syekh Jamal Al-Malakky
dalam pengkajian kitab Mutamminah, Muktashar al-Ma’ani. Setelah

44 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

itu mereka bermohon kepada Sekh Abrar dalam mempelajari ilmu


manthiq. Kitab yang dikaji adalah kitab Isaguji, Qala-Aqulu, Hidayah
al-Nawawi, Syarh Damhury, dan Jauhar al-Mankuni. Belajar pada
Asyekh Ahmad Syarif al- Sanusi dalam bidang Ulum al-Hadist44.
Oleh karena itu dari berbagai ilmu yang ditekuni yang
diperoleh dari berbagai ulama baik dari ulama Mekah maupun
ulama Madinah sehingga Beliau memiliki keahlian dalam bidang
ilmu tafsir al-qur’an dan ahli dalam bidang ilmu hadist. Bahkan
ulama Indonesia yang tersohor di zamannya yaitu H. Abdul Karim
Amrullah (HAMKA) menyatakan dalam pidatonya di mesjid Jami
Sengkang bahwa Ayekh H. Muh As’ad adalah seorang ahli dalam
bidang tafsir al-qur’an dan ahli hadist.
Dari berbagai ilmu agama yang ditekuninya Beliau lebih
cepat menguasai dan mengamalkannya, sehingga Beliau cepat
mencapai tingkatan yang lebih tinggi di masyarakat waktu itu.
Sebagai ilmuan di bidang agama Islam Beliau memiliki sifat
tawadhu, wara, penuh keihlasan dan amanah. Pesan yang selalu
disampaikan kepada anak-anaknya dan para santrinya bahwa

44
Ibid : H. A. Syarulyali Razak, hlm 6-8 tahun 2015

Nama Penulis | 45
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

bekerjalah dengan penuh keihlasan, maka insya Allah semuanya itu


akan mudah dilaksanakan.
b. Cobaan Hidup Anregurutta K.H. Muhammad As’ad.
Sewaktu Anregurutta K.H. Muhammad As’ad berumur 21
tahun Beliau merencanakan untuk berangkat ke kampung kelahiran
neneknya Asyekh H. Abd Rahman (Guru Teru), tetapi aral
melintang sebelum berangkat Beliau diuji oleh Allah Swt yang luar
biasa, kedua orang tua yang dicintainya yaitu Asyekh H. Abd Rasyid
dan H.St Shaleha meninggal dunia, lalu beberapa bulan kemudian
isteri pertamanya yaitu H. Hawang Dg. Mattejo (orang Johor
Malaysia) yang disayangi dan dicintainya meninggal dunia dan
beberapa bulan kemudian lagi kedua anaknya yang disayangi
sebagai buah hatinya meninggal dunia pula. Hanya berselang
beberapa bulan dalam satu tahun lamanya, semuanya telah
dipanggil oleh Allah Swt untuk selama-lamanya sehingga
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad hidup sebatang kara di tempat
kelahirannya di Kota Mekkah waktu itu.
Disitulah batin Beliau terpukul karena sang ayah dan ibu
yang dihormati dan dicintainya telah tiada, sang isteri yang disayangi
dan dicintai yang selalu mendampingi Beliau dalam keadaan suka
dan duka telah tiada, begitu pula kedua anak yang disayangi dan

46 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

dicintainya sebagai buah hati telah tiada pula pergi untuk selama-
lamanya mengha dap kehadirat Allah Swt.
c. Perintah Guru ke Toddang Angin (Wajo Sulawesi Sela
tan).
Setelah ayah Beliau Asyekh H Abd Rasyid dan ibunya H. St
Shalehah, isteri dan kedua anaknya telah berpulang ke
Rahmatullah, Beliau menghadap kepada gurunya Asyekh Akhmad
Syarif al-Sanusi. Pada waktu itu Beliau diperintahkan oleh gurunya
agar tetap pergi ke Toddang Angin (Wajo Sulawesi Selatan) yaitu
tempat kelahiran neneknya Asyekh H. Abd Rahman (Guru Teru)
untuk mengajarkan ilmu agama Islam, sebab menurut informasi
dari masyarakat Bugis Wajo pada waktu itu banyak pemahaman-
pemahaman agama yang keliru dan aliran-aliran sesat yang perlu
diluruskan.
Menurut Prof. Dr. Mattulada45 bahwa tradisi atau adat istia
dat yang sangat dilarang oleh syariat Islam namun masih dihidup-
hidupkan oleh masyarakat pada waktu itu adalah mappinang rakka’
(memberi sesajeng), mamanu-manu (bertenun tentang alamat baik
dan buruk terhadap sesuatu pekerjaan), mappa kerre (mempercayai

45
Ibid Mas Alim Katu, tahun 2010, hlm 20

Nama Penulis | 47
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

adanya benda-benda keramat). Selain itu dalam kehidupan


masyarakat pa’boto (penjudi) telah marajalela, begitu pula pakku nesse
(minum tuak pahit).
Selain itu masih percaya pada Adongkokang berupa
kepercayaan pada nenek moyangnya (animisme-dinami sme), batu
ake yang dianggap pembawa kebaikan.
Adanya hal demikian di atas membuat Asyekhh H. Muh
As’ad sangat tertarik untuk ke kampung halaman neneknya Asyekh
H. Abd Rahman (Guru Teru) ke Wajo Sulawesi Selatan untuk
mengajarkan ajaran agama Islam dan meluruskan ajaran-ajaran yang
sesat dan keliru itu.
Menurut H. Abd Rahman As’ad46 bahwa perjuangan
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad setelah berada di Wajo adalah
:
1. Menyebarkan agama Islam utamanya kepada raja-raja di
Sulawesi Selatan.
2. Memberantas berhala dan aliran-aliran sesat.
3. Mendukung para pejuang Indonesia melawan kolonial
Belanda dan Jepang sampai merdeka tahun 1945.

46
Ibid H. Abd Rahman As’ad, hlm 4

48 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Dalam sejarah selama beliau di Wajo Sulawesi Selatan ada


sekitar 200 berhala yang diberantas dan dimusnahkan semasa
hidupnya, dan hal ini dilaksanakan demi untuk memberantas
kemusrikan di masyarakat.
Memasuki tahun 1927 bertolaklah Anregurutta K.H.
Muhammad As’ad meninggalkan tanah kelahirannya di Mekkah
menuju Johor Malaysia guna menemui keluarga isterinya yaitu H. St
Hawan Dg Mattejjo yang meninggal di Arab Saudi. Setiba di Johor
Malaisia Beliau bertemu dengan keluarga isterinya untuk melakukan
silaturahim. Dari hasil silaturahim itu diserahkanlah kepada Beliau
warisan isterinya H. St Hawan Dg Mattejjo berupa 2 (dua) gempu
yang berisi ringgit emas. Menurut Hj. St. Syari Banong47 bahwa 1
(satu) gempu emas berisi 100 (seratus) ringgit emas. Namun
warisan yang Beliau peroleh dari isterinya sebanyak 200 (dua ratus)
ringgit emas hanya dipakai untuk kegiatan kepentingan syiar agama
islam.
Beberapa bulan kemudian, Beliau pamit dari keluarga
isterinya H. St Hawan Dg Mattejjo di Malisia dan melanjutkan
perjalanan ke Kutai atas panggilan Sultan Kutai. Sultan Kutai sangat

47
Informan : Hj. St. Syari Banong, tahun 1972

Nama Penulis | 49
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

tertarik pada Anregurutta K.H. Muhammad As’ad sebagai seorang


yang ahli dalam bidang agama, sehingga selama 1 (satu) bulan
berada di rumah Sultan Kutai dijamu dengan baik dan Beliau
melakukan kegiatan dakwah di masyarakat. Kegiatan dakwah Beliau
selama 1 (satu) bulan di masyarakat sehingga Sultan Kutai sangat
tertarik dan mengajak Beliau agar menetap di Kutai sebagai tenaga
pendakwah dan penasehat kerajaan dengan dijanji gaji perbulan
sebanyak 10 ringgit emas murni (24 krat)48.
Tawaran Sultan Kutai tidak membawa pengaruh terhadap
prinsip yang dipegang teguh oleh Anregurutta K.H. Muhammad
As’ad. Prinsip Beliau adalah meninggalkan kampung kelahi rannya
Kota Mekkah menuju ke kampung neneknya (Guru Teru) Toddang
Angin (Wajo Sulawesi Selatan) atas perintah gurunya, dan
merupakan amanah dari sang guru Asyekh Akhmad Syarif al-Sanusi
dan orang tuanya Asyekh H. Abd Rasyid sekaligus sebagai guru
formalnya di Pasanteren Al Falah dan guru informalnya dirumah.
Amanah itu dipegang teguh sehingga Beliau tidak pernah tertarik
kepada masalah harta keduniaan. Amanah guru Beliau Asyekh
Ahmad Syarif al-Sanusi agar berangkat ke Toddang Angin (Wajo

48
Ibiden ahn 1972

50 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Sulawesi Selatan) untuk mengajarkan agama Islam harus Beliau


penuhi.
Dengan prinsip yang Beliau pegang sebagai ulama amanah,
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad meninggalkan Kutai menuju
ke tempat kelahiran neneknya Asyekh H. Abd Rahman (Guru
Teru). Setelah tiba di kampung neneknya Beliau disambut baik oleh
masyarakat Wajo dan Arung Matowa Wajo, Andi Oddang.
Orang yang pertama Beliau temui adalah saudara ipar Beliau
yaitu H. Ambo Emme49 pada tahun 1928 dan tinggal bersama
dengan di rumah saudara iparnya sendiri. H. Ambo Emme inilah
yang diutus oleh masyarakat Wajo untuk meminta Anregurutta
K.H. Muhammad As’ad datang ke Toddang Angin (Sengkang) untuk
mengajarkan agama Islam karena masyarakat waktu itu banyak
berkembang aliran-aliran sesat yang merusak akidah masyarakat,
memberantas berhala (mappadua ripuan’ge), perjuadian berupa
massaun manu, serta meminum minuman keras (menum tua pai).
Setelah memasuki awal tahun 1928 Anregurutta K.H.
Muhammad As’ad yang statusnya masih duda muda dijodohkan

49
H. Ambo Emme memperisterikan saudara kandung Asyekh H. Muh As’ad
yaitu Hj. St Seng , dalam usia yang masih muda belia sekitar umur 11 tahun
sewaktu mereka berada di Kota Mekkah.

Nama Penulis | 51
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

dengan sepupu kedua kalinya yaitu anak dari pamannya St.


Ambarwati binti H. Mahmud.
H. Mahmud adalah seorang saudagar kaya di Kota Sengkang
beliaulah mertua dan pamannya di kota Sengkang. Tetapi sebelum
Beliau menikah takdir menen- tukan yang lain, Allah Swt telah
memanggil St Ambarwati binti H. Mahmud untuk selama-lamanya.
Walaupun wanita yang dijodohkan kepada Beliau telah
tiada, namun akan dialihkan kepada saudara kandungnya sendiri Hj.
St. Syahri Banong binti H. Mahmud untuk dinikahi dan isterinya
yang kedua ini adalah sepupu kedua kalinya sendiri. Dari hasil
perkawinannya dengan Hj. St. Syari Banong binti H. Mahmud
lahirlah anak laki-laki dan beliau memberi nama Muhammad Yahya
As’ad berdomisili di Kota Sengkang, lahir pada tahun 1929 dan
meninggal tahun 1987.
Tiga tahun kemudian Anregurutta K.H. Muhammad As’ad
berangkat ke Pancanan Barru pada tahun 1933, Beliau menikah
dengan Dg. Haya, dan dikurniai 5 orang putra dan 5 orang putri,
masing-masing anaknya Hj. Syamsu Duha As’ad berdomisili di
Kota Soppeng, H. Abu Hamid As’ad, Lc. MA berdomisili di Kota
Damman Saudi Arabia, Aisyah As’ad berdomisili di Kota Sengkang,
H. Abd Rahman As’ad berdomisili di Kota Sengkang lalu pindah ke

52 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Kota Makassar, Abd Rasyid As’ad berdomisili di Kota Palopo dan


menjadi Imam besar Mesjid Raya Palopo, Hj. Ummul Chair As’ad
berdomisili di Kota Sengkang, St Farida As’ad berdomisili di Kota
Sengkang, Akhmad Ridha As’ad berdomisili di Kota Sengkang, Hj.
St Rasyidah As’ad berdomisili di Kota Mekkah Arab Saudi lalu
pindah ke Kota Jakarta, Akhmad Radhi As’ad berdomisili di Kota
Jakarta50. Kemudian Anregurutta K.H. Muhammad As’ad menikah
dengan seorang perempuan bernama St. Nuhriah namun Beliau
tidak dikurniai anak.
C. Mendirikan Madrasah Arabiyatul Al-Islamiah (Mai) Dan
Buku Karangannya
a. Madrasah Arabiahtul Al-Islami (MAI)
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad telah membuka
khalaqah (pengajian) yang diadakan setiap ba’da shalat Subuh, ba’da
shalat Ashar, dan ba’da shalat Magrib, yang semula diadakan di
rumahnya sendiri di Jalan Andi Oddang Sengkang kemudian
dipindahkan ke Mesjid Jami Sengkang.

50
Ibid H. Abd Rahman As’ad, hlm 2

Nama Penulis | 53
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Menurut versi H. datu Rumpang51 bahwa santri Beliau


menjadi angkatan pertama adalah K. H. Abd Rahman Ambo Dalle
yang pada waktu itu berusia kurang lebih 30 tahun sedangkan
gurunya berumur 23 tahun, umur yang sangat muda sebagai ulama
besar di waktu itu. K. H. Muh Abduh Pabbaja, K. H. Daud Ismail,
K. H. Muh Yunus Martan, K.H. Junaid, dan sebagainya. Beliau
tersebut semuanya telah memiliki ilmu agama karena pernah belajar
di Arab Saudi. Mereka datang berguru kepada Anregurutta K.H.
Muhammad As’ad hanya untuk memperdalam ilmu agama islam
dan saran dari ulama bugis yang bermukin di Arab Saudi waktu itu.
Sedangkan menurut versi Andi Syarulyali Rasak yang ditulis
secara rinci pada pidato haul Anregurutta K.H. Muhammad As’ad
ke 6252 bahwa diantara murid-muridnya yang diangkat sebagai
asisten adalah H. Aburdurrahman Ambo Dalle, H. Daud Ismal, H.
Hobe, H. Zainal Abidin, H. Sainuddin, H. Langka, H. Benawa, dan
Muhammad Jafar Hamzah sebagai angkatan pertama. Angkatan
kedua H. Muhammad Yunus Martan (Belawa Wajo), H. Muh
Abduh Pabbaja (Allekuang Sidenreng), H. Muh Yusuf Hamsah, H.
Muh Tahir masing-masing dari dari (jalang Wajo). Abdul Aqib

51
Infirman : H. Datu Rumpang di rumahnya beliau adalah santri Asyekh H.
Muh As’ad.
52
Ibid : Andi Syahrulyali Razak, hlm 11-12 tahun 2015

54 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

(Palopo Luwu), Abbas dan Abd Salam (Sidrap), H. Muhammad


(Soppeng), H. Mahmud dan H. Ali, H. Yusuf masing-masing dari
(Bone), yang semuanya ini untuk angkatan kedua sebagai tugasnya
belajar dan mengajar di pesanteren. Untuk angkatan ketiga Zaid, H.
Muhammad Yusuf Surur masing-masing dari (Bone), H. Abdul
Malik, H. Harun Rasyid, H. Abdul Malik dan masih banyak yang
belum disebut namanya satu persatu.
Setelah tahun 1930-an, Anregurutta K.H. Muhammad
As’ad meningkatkan status pengajiannya (hallaqah) dengan
mendirikan Madrasah Arabiyatul Al-Islamiah (MAI). Sewaktu
Beliau mengelola Madrasah yang didirikan itu dibantu oleh Sayyid
Ahmad Afifi dari Mesir yang lazim disebut Pung Masere, kelebihan
beliau ini setiap hari mampu menammatkan hafalan Al-Qur’an 30
juz, Sayyid Abdullah Dahlan Garut dan Syekh Abdul Jawad dari
Bone. Lalu dibantu oleh santri dari angkatan pertama yang
mengikuti pengajian (hallaqah) di rumahnya sebelum mendirikan
MAI dan masing-masing memiliki tugas tersendiri sesuai
keahliannya.

Nama Penulis | 55
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Menurut H. Datu Rumpang53 bahwa santrinya itu ada yang


ditunjuk menangani masalah urusan yang berhubungan dengan
pemerintah dan politik adalah K.H. Abdurrahman Ambo Dalle,
yang ditunjuk sebagai urusan pendidikan dan pengajaran Madrasah
Arabiyatul Al-Islamiah adalah K.H. Muh Yunus Martan, yang
ditunjuk sebagai sekretarisnya adalah K.H. Muh Abduh Pabbaja,
yang dipercayakan untuk membantu mengajar pendalaman agama
Islam adalah K.H. Daud Ismal, begitulah tugas yang diberikan
kepada anak santrinya sesuai dengan bakat yang dimilikinya.
Madrasah Arabiyatul Al-Islamiah (MAI) yang didirikan itu
banyak mencetak ulama waktu itu antara lain K.H. Abdurrahman
Ambo Dalle di Mangkoso Barru, K.H. Muh Yunus Martan di
Sengkang, K.H. Muh Abduh Pabbaja di Pare-Pare, K.H. Hasan
Basri, Lc (menantu Anregurutta K.H. Muhammad As’ad) di Jakarta,
K.H. Abd Malik di Sengkang, K H. Ham zah Badawi di Sengkang,
K.H. Hamzah Manguluan di Seng kang, K.H. Junaid di Bone, K.H.
Abd Halid di Makassar, K.H. Akhmad Marzuki di Sinjai, K.H.
Muin Yusup di Sidrap, K.H. Abd Kadir Lc di Makssar, K.H.
Hamsah Mappa di Ken dari, K.H. Abu Hamid, Lc., MA di Damam
Arab Saudi (anak Anregurutta K.H. Muhammad As’ad), K. H.

53
Informan : H. Datu Rumpang, dirumahnya Watan Soppeng, tahun 1986.

56 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Hasan Basri, Lc di Jakarta (me nantu Anregurutta K.H.


Muhammad As’ad), K. H Abd Rauf Kadir di Seng kang, K. H Abd
Rasyid di Palopo (anak Asyekh H. As’ad), dan masih banyak atau
ribuan ulama lainnya yang dicetak Beliau yang tidak disebutkan
dalam tulisan ini.
Madrasah Arabiyatul Al-Islami (MAI) yang dipimpin Beliau
adalah mulai dari dasar`yaitu :
1. Tingkat Dasar (Thahdiriah) 3 tahun
2. Tingkat Ibtidaiyah 4 tahun
3. Tingkat Tsanawiah 3 tahun
4. Tingkat I’dadiyah 1 tahun
5. Tingkat Aliyah 3 tahun
Pada waktu Anregurutta K.H. Muhammad As’ad memimpin
Madrasah Arabiatul Al-Islami (MAI) dengan penuh keihlasan yang
luar biasa. Sewaktu Arung Matowa Wajo menawarkan kepada Beliau
untuk memberi gaji kepada para guru MAI dari pihak kerajaan
(pemerintah), namun Beliau menjawab bahwa saya khawatir apabila
digaji maka akan berkurang tingkat keihlasannya, itulah ucapan
Beliau kepada kerajaan (pemerintah) agar tingkat keihlasannya
terhadap para guru yang mengajar di Madrasah Arabiyatul Al-Islami
jangan melemah.

Nama Penulis | 57
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Anregurutta K.H. Muhammad As’ad bekerja dengan tingkat


keihlasan yang tinggi, penuh tawadhu dan wara. Menurut K.H.
Muh Abduh Pabbaja54 pernah diperintah oleh Anregurutta K.H.
Muhammad As’ad untuk memberikan ceramah di salah satu Mesjid
di Kota Sengkang, lalu K.H. Muh Abduh Pabbaja balik bertanya
bagaimana saya memberi ceramah di Mesjid dan persiapan belum
disiapkan. Beliau menjawab berangkatlah saja dengan bermodalkan
keihlasan, maka Insya Allah kamu dapat berceramah di Mesjid
dengan baik dan lancar, itulah yang dilakukan K.H. Muh Abduh
Pabbaja. Hasilnya betul apa yang diperintahkan oleh gurunya dapat
dilaksanakan, seolah-olah apa yang diucapkan ketika berceramah di
Mesjid bagaikan air yang mengalir tanpa tersangkut sedikitpun.
Oleh karena itu, bekerja dengan penuh keihlasan dengan
mengharapkan ridha Allah Swt maka Allah Swt akan membukakan
pintu jalan keluarnya.

54
Informan : K. H. Muh Abduh Pabbaja, dirumahnya Jl Lappade`Pare-Pare
tahun 2008. Lalu penulis bertanya kepada Anre Gurutta bahwa apa yang
baik dicita-citakan agar mudah terkabul, beliau menjawab ada tiga cita-cita
manusia yang mudah diterima doanya oleh Allah Swt, yaitu bercita-cita
untuk menambah ilmunya, bercita-cita untuk kawin agar terhindar dari dosa,
bercita-cita untuk membangun rumah, maka kesemua cita-cita ini akan
mudah dikabulkan oleh Allah Swt dan Allah akan memberikan reski yang
tidak disangkanya, itulah nasehat beliu pada penulis.

58 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Anregurutta K.H. Muhammad As’ad dalam membina


Madrasah Arabiyatul Al-Islami (MAI) kurang lebih 23 tahun
lamanya dengan memadukan sistem Pesantren Al-Falah yang
diperoleh di Arab Saudi sewaktu berguru pada orang tuanya dengan
sistem pendidikan modern, sehingga dalam bentuk pendidikan
agama yang Beliau kembangkan tidaklah ketinggalan dalam
mengikuti perkembangan dunia pendidi kan di Indonesia.
Menurut K.H. Muh Abduh Pabbaja55, bahwa Anregurutta
K.H. Muhammad As’ad dalam mengajarkan ilmunya disesuaikan
dengan tingkat sikap yang dimiliki oleh santrinya dan setiap
santrinya yang tamat dan prestasinya baik akan dibekali dengan
ilmu batiniah untuk menjawab segala permasalahan dan tantangan
yang muncul di masyarakat. Ilmu batiniah yang diberikan kepada
tiap santrinya disesuaikan dengan tingkat bakat dan kebutuhan
santrinya dan setiap santrinya hanya diberikan satu ilmu batiniah
saja, oleh karena itu tidak semua muridnya sama ilmu batiniahnya.

b. Buku-Buku Karangan Anregurutta K.H. Muhammad


As’ad.

55
Informan: K. H. Muh Abduh Pabbaja, tahun 2008

Nama Penulis | 59
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Anregurutta K.H. Muhammad As’ad selama mengurus


pendidikan agama islam tidaklah melupakan menulis berbagai buku
yang tersebar diberbagai perguruan tinggi. Menurut santrinya K.H.
Abd Kadir, Lc,56 bahwa sewaktu kuliah di Universitas Al Ashar
Kairo Mesir banyak buku karangan Anregurutta K.H. Muhammad
As’ad yang disimpan di perpustakaan Universitas Al Ashar Kairo
Mesir yang dibaca dikalangan mahasiswa dari berbagai negara,
bahkan pernah memba canya di perpustakaan Universitas Al Ashar
Kairo Mesir.
Menurut K. H. Daud Ismail 57 bahwa karya tulis Beliau yang
disebutkan dalam buku sejarah hidup Anregurutta K.H.
Muhammad As’ad adalah:
1. Idharul Haqiqa
2. Al-Siirah Al-Nabawiya
3. Kitaabul Aqaai
4. Kitaab Al-Zakaa
5. Al-Kaukab Al-Munir (Nadhom)

56
Informan : K. H. Abd Kadir Lc. dirumahnya Jl Tinumbu Makassar pada
tahun 1982, beliau ini adalah Dosen IKIP Ujung Pandang dan pernah
menjadi santri di Madrasah Arabiayah Al-Islami (MAI) Sengkang.
57
Google : http://staiasadiyah.ac.id/blog/2013/10/25/anre-gurutta-ag-
muhammad-asad-ulamaproduktif/# comment-25

60 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

6. Ilm Ushulil Fiq


7. Tuhfatul Faqiir, Syarah Al-Kaukab Al-Muni
8. Irsyaad Al-Amma
9. Al-Ibrahim Al-Jaliya
10. Al-Ajwibat Al-Mardhiyyah (bahasa Bugis/Indonesia dan
Arab)
11. Tafsir Surah An Nab
12. Nibratun Nasiik (bahasa Bugis)
13. Sabiilus Sawaa
14. Majallah Al-Mauidzatul Hasana.
Adapun karya-karya Asyekh H. Muh. As’ad menurut Prof.
DR. H. Rahman Rahim mantan Koordinator Kopertis Wilayah IX58
adalah:
1. Izhar Al-Haqiqah (bahasa Bugis)
2. Jitab Al-Aqaid (bahasa Bugis)
3. Al-Nukhbah Al-Buqisiyah fi al-Sirah al-Nabawiyah
(Arab/Bugis)
4. Kitab Al-Zakah (Bugis dan Indonesia)

58
Google : http://staiasadiyah.ac.id/blog/2013/10/25/anre-gurutta-ag-
muhammad-asad-ulamaproduktif/# comment-25

Nama Penulis | 61
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

5. Al-Kawakib Al-Munir (Syair Arab)


6. Nayl Al-Mamul ‘Ala Nuzhum Sullam Al-Ushul (Syair Arab)
7. Tuhfah Al-Faqir (Syarah Al-Kaukab Al-Munir)
8. Irsyad Al-’Amah (Bugis)
9. Al-Burhan Al-Jaliyah fi Wujub Kawn Khutbah Al-Jumuah
‘Arabiyyah (Bugis dan Indonesia)
10. Al-AjwibahAl-Mardhiyah (Bugis & Indonesia)
11. Tafsir Surah Al-Naba (Arab & Indonesia)
12. Nibras Al-Nasik (Bugis)
13. Sabil Al-Shawab (Bugis & Indonesia)
14. Majallah Al-Mau’izah Al-Hasana
15. Mursyid Al-Shawwam ila Ba’dh Ahkam al-Shiyam (Bugis)
16. Al-Qawl Al-Maqbul fi Shihhah Al-Istidlal-‘ala Wujub Ittiba’
Al-Salaf fi Khutbah ‘ala Nahw Al-Mansu
17. Al-Qawl Al-Haq (Bugis)
18. Al-Ibanah Al-Buqisiyah ‘an Sullam Al-Diyanah Al-
Islamiyah bi Al-’Arabiyah wa Al-Buqisiyah (Arab &
Bugis)
19. Hajah Al-’Aql ila Al-Di
20. Washiyah Qayyimah fi Al-Haq
21. Al-Akhlaq li al-Madaris Al-Ibtidaiyah

62 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Menurut K.H. Muhammad Nasir, SHi59 bahwa menelaah


buku Beliau Al-Ajwibatul Mardhiyyah, pada halaman 47, ada dua
lagi karangan beliau, Rahman Rahim belum mendeteksi dua
karangan yang tidak diketahui publik di bawah ini :
1. Al-Baraahain/Al-Baraahii
2. Al-Qabuul Al-Maqbuul.
c. Piagam Penghargaan Yang Diterima oleh Anregurutta
K.H. Muhammad As’ad.
Walaupun mereka sudah lama meninggal yaitu pada hari
Senin 12 Rabiul Awal 1372 H/tahun 1952 M., tetapi masih banyak
dikenang oleh masyarakat sehingga baik pemerintah maupun
institusi keagamaan memberikan piagam penghargaan kepadanya
sebagai bukti bahwa beliau banyak berjasa kepada masyarakat,
negara dan bangsa.
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad dalam pengabdiannya
yang penuh keikhlasan, penuh amanah, tawadhu dan wara, sehingga
tidaklah heran dan mencengankan apabila pemerintah Republik
Indonesia memberikan penganuge rahan dengan dasar
hukum`Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1959 dan Keppres RI

59
Google : http://staiasadiyah.ac.id/blog/2013/10/25/anre-gurutta-ag-
muhammad-asad-ulamaproduktif/# comment-25

Nama Penulis | 63
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

No. 076/TK/Tahun 1999 yang ditetapkan pada tanggal 13 Agustus


1999 yaitu dengan mengangkat Anregurutta K.H. Muhammad
As’ad dianugerahi tanda penghargaan Bintang Mahaputera Nararya
oleh Presiden Republik Indonesia Baharuddin Yusuf Habibie.
Tanda penghormatan itu diterima oleh ahli waris Beliau yang
diwakili oleh putranya H. Abd Rahman As’ad, sebagai penghargaan
terhadap jasa-jasa Beliau yang luar biasa terhadap Negara dan
Bangsa Indonesia.
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad pernah mendapat
penghargaan dari bapak Syahrul Yasin Limpo sebagai Gubernur
Sulawesi Selatan pada tahun 2011 yang diterima oleh cucunya Asri
yahya, S.Sos sebagai ahli waris yang merupakan jasa-jasa beliau atas
jasa dan pengapdian di dalam membina dan mengembankan syiar
Islam di Sulawesi Selatan.
Selanjutnya Piagam penghargaan bernomor 002.6/
597/96/IX.01 yang pernah diterima sebagai putera daerah berjasa,
yang diterima oleh anaknya H. Syamsu Duha As’ad, sebagai ahli
waris atas jasa dan partisipasinya dalam pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat Daerah Tk II Wajo khususnya dan
Negara Republik Indonesia pada umumnya pada tanggal 26 Maret

64 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

1996 oleh Bupati Wajo Drs. H. Dachlan Maulana dan Ketua


Dewan Perwakilan Rakyat Daerah H. Andi Modding.
Piagam penghargaan yang diserahkan dari AG. Prof. Dr. H.
M. Rafii Yunus Martan, MA sebagai Ketua Umum PB As’adiyah
yang diterima oleh anaknya H. Abd Rahman As’ad sebagai ahli
warisnya, sewaktu haul yang ke 62 AG. H. Muh As’ad dan milad 82
As’adiyah Sengkang Kabupaten Wajo, pada tanggal 1 Februari
2015.
Adanya penghargaan yang diperoleh oleh Anregurutta K.H.
Muhammad As’ad baik dari negara, pemerintah daerah tingkat I
dan II serta dari Ketua Umum PB As’adiyah sebagai suatu institusi
keagamaan adalah merupakan bukti nyata bahwa beliau memiliki
banyak jasa dari kalangan masyarakat, pemerintah dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena itu
penghargaan yang diterima oleh ahli warisnya mudah-mudahan
menjadi motivasi bagi ahli warisnya, bagi gernerasi penerusnya dari
kalangan alumni-alumni As’adiyah sendiri yang bekerja secara ihlas
untuk melanjutkan perjuangan beliau, dalam melanjutkan amal
jariah beliau, amien. Ingat pesan beliau dalam mengurus agama
islam tettengi Fuang Allah Taala, nissen matotu alena Fuang

Nama Penulis | 65
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Allah Taala (artinya uruslah agama islam Allah maha tahu


terhadap keperluan yang engkau niatkan)
Pelanjut Madrasah Arabiyatul Al-Islamiah (MAI) adalah
santrinya yang tersenior K.H. Daud Ismail pada tahun 1953-1961,
lalu digantikan oleh K.H. Yunus Martan pada tahun 1961-1986,
berdasarkan hasil musyawarah Pengurus MAI ‘dengan keluarga ahli
waris AG K. H. As’ad yang merobah nama dari Madrasah
Arabiyatul Islamiah (MAI) menjadi Pondok Pesantren As’adiyah,
sehingga dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
diabadikan nama Anregurutta K.H. Muhammad As’ad (As’adiyah
diartikan pengikut As’ad ada juga yang menafsirkan bahagia)
Pondok Pesantren As’adiyah yang tersebar di 25 (dua puluh
lima provinsi di Indonesia yang mengelola pendidikan mulai dari
taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Jumlah cabang yang
terbentuk di daerah sebanyak 500 cabang, dan Pusat Pondok
Pesantren As’adiyah berdomisili di Kota Sengkang.
Setelah K.H. Muh Yunus Martan wafat, digantikan oleh
K.H. Hamzah Badawi pada tahun 1986-1988, K.H. Abd Malik pada
tahun 1988-2000, Prof Dr. K. H Abd Rahman Musa pada tahun
2000-2002, dan sekarang dipimpin oleh Prof. Dr. K. H. Rafii
Yunus, MA pada tahun 2002 sampai sekarang, Beliau adalah putra

66 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

dari almarhum K.H. Muh Yunus Martan. Pondok Pesanteren


As’adiyah pada umum nya dipimpin oleh para alumninya sendiri.
D. Anregurutta K.H. Muhammad As’ad Dalam Konferensi
Muhammadiyah dan Pertemuan Ulama Selebes.
a. Konferensi Muhammadiyah di Sengkang.
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad diundang oleh
organisasi Muhammadiyah dalam konferensi yang pertama Muham
madiyah di Sengkang. Menurut Abu Hamid60 bahwa sewaktu
Muhammadiyah Sengkang melaksanakan konferensi yang pertama
pada tanggal 29 Mei 1929 di Sengkang, beliau ditawari oleh
organisasi Muhammadiyah Sengkang untuk menjadi nara sumber.
Lalu beliau menerimanya dengan baik, di bawa perlindungan Arung
Matowa Wajo, Andi Oddang. Bantuannya itu memberikan hasil
pemikiran bagi konferensi Muhammadiyah yang pertama di Wajo
dan merumuskan beberapa pokok pikiran tentang masalah sosial
dan kegamaan, terutama bidang pembaharuan pendidikan agama
islam. Dalam pemikiran beliau terhadap pendidikan mereka
memadukan sistem pendidikan pondok pesantren yang tradisional
dan pondok pesantren yang moderen.

60
Ibid. Mas`Alim Katu, Tahun 2010, hlm 32

Nama Penulis | 67
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Adanya undangan dari pihak Muhammadiyah dalam mengikuti


konferensi berarti Beliau memiliki hubungan kerjasama dalam
mengembankan pendidikan di masyarakat, walaupun Beliau
berkiprah mengembankan pendidikan agama islam di masyarakat
yaitu Madrasah Arabiyatul Islami (MAI) dengan menggunakan
sistem pesantren yang memadukan sistem pendidikan klasikal
dengan sistem pendidikan modern, sedangkan Muhammadiyah
Sengkang mengembankan pendidikan umum seperti Wustha Schcool,
Standard School.
Adanya undangan dari organisasi Muhammadiyah
Sengkang dalam konferensinya yang pertama di Sengkang tidaklah
begitu berat komunikasinya, hal ini disebabkan sebagian anggota
Muhammadiyah adalah keluarganya sendiri, sehingga tidaklah
begitu sulit apabila berhadapan orang Muhammadiyah. Oleh karena
itu apabila dimintai pemikirannya tentang agama islam maka
mereka akan membantunya dalam memberikan buah pemikirannya.

b. Pertemuan Ulama Selebes di Selfbestuur Bone


Pada waktu Selfbestuur Bone melarang keras Muhammadiyah
melakukan aktivitas di daerahnya harus menjadi pertimbangan
tersendiri. Oleh karena itu diadakanlah pertemuan untuk

68 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

mendukung langkah strategis pengelolaan pendidikan agama islam


di Sulawesi Selatan. Kegiatan yang dirancang itu dipertemukan 26
ulama diberbagai pelosok Sulawesi Selatan dibawah pimpinan
Abdullah Dahlan, yang pelaksanaan musyawarah di Zelfbestuur
Bone61.
Pada pertemuan waktu itu beliau ditunjuk sebagai juru
bicara untuk memberikan penjelasan rinci pada Selfbestuur Bone,
mereka memutuskan dengan sangat hati-hati demi untuk
kedamaian para umat islam dengan adanya perbedaan lebih
mengutamakan keberkatan. Artinya tidak mendukung suatu
pendapat berdasarkan suatu mazhab dan tidak menolak suatu
pendapat berdasarkan suatu mazhab.
Rumusan dari hasil pertemuan 26 ulama se Sulawesi
Selatan itu adalah Pertemoean Oelama Celebes, meru muskan :
1. Mengembankan pendidikan Islam melalui madrasah disamping
melanjutkan usaha para ulama yang masih ada dengan sistem
tradisional.
2. Madrasah mendapat dana pengembanagan dari sumber zakat
fitri, dan zakat harta dari masyarakat.

61
Ibid, Mas`Alim Katu, tahun 2010 hlm 37

Nama Penulis | 69
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

3. Madrasah bebas dari aliran politik, tidak menekankan pada


salah satu mazhab.
4. Madrasah yang berkembang dapat mebuka cabang di mana saja
atas permintaan masyarakat.
5. Para ulama menghindari persengketaan persolan dalam perkara
hilafiah62.
Kalau dianalisis hasil pertemuan 26 ulama se Sulawesi Selatan
ini menunjukkan Anregurutta K.H. Muhammad As’ad yang
ditunjuk sebagai juru bicara selalu menhindari masalah hilafiah dan
tidak fanatik mazhab. Itulah beliau dalam menyebarkan agama islam
untuk menghadapi umat islam mereka selalu penuh bijaksana,
toleran, terhadap yang berbeda paham dengan mereka, beliau
berpendirian demikian karena dia memeliki ijazah sebagai ulama
fatwa yang diberikan oleh gurunya Asyekh Ahmad Syarif Al Sanusi
di Madina. Sedangkan di Kota Mekah alumni Pesanteren Al Falah
yang dikelolah oleh orang tuanya Asyek H. Abd Rasyid. Disamping
itu aktif dalam pengajian Halaqah di Mesjidil Haram yang
kebutulang orang tuanya Asyekh H. Abd Rasyid dan Kakeknya
Asyekh H. Abd Rahman sebagai guru di Masjidil Haram. Jadi
pendidikan non formal dan in formal banyak diperoleh dari

62
Ibid Mas Alim Katu, tahun 2010, hlm 39-40

70 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

keluarganya, sehingga tidak heran kalau bahasa bugisnya fasih dan


bahasa Arabnya fasih.
Sewaktu Arung Mangkau Andi Mappnyungki di Bone
melarang keras aktivitas Muhammadiyah akan tetapi setelah
pertemuan Oelama Celebes dapat diluluhkan dengan prinsip
menghindari perkara-perkara khilafiah, sehingga persatuan dan
kesatuan umat islam dapat lebih kokoh di Suawesi Selatan.
E. Nasihat Kepada Keluarga dan Santrinya.
a. Nasihat Kepada Kelurganya
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad semasa hidupnya biasa
memberikan nasihat kepada keluarganya, antara lain :
1. Beliau pernah berpesan kepada istrinya Hj. St. Syari Banong,
bahwa janganlah kamu percaya pada ucapan orang, walaupun
mereka berjalan di atas air dan berjalan di atas bara api serta
mampu terbang di angkasa, semuanya itu adalah perbuatan
sihir. Kesemua perbuatannya itu adalah musrik dan anda jangan
mengikutinya, kalau tidak beres shalat lima waktunya 63.

63
Informan : Hj. St. Syari Banong, dirumah Jl Andi Oddang Sengkang, tahun
1972

Nama Penulis | 71
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Jadi parameter yang dipakai beliau untuk mempercayai


seseorang dalam perkataannya adalah keteguhan dalam
mendirikan shalat lima waktu setiap hari.
2. Nasihat kepada anak-anaknya janganlah kamu terlalu lama
berdiri di depan cermin sampai berjam-jam, karena hal ini dapat
menimbulkan sifat riya (puji diri), dengan melihat wajahmu
dicermin terlalu lama menyebabkan dapat muncul memuji
kegagahan dan kecantikan sehingga dapat menimbulkan sifat
riya pada dirimu sendiri64.
3. Beliau berpesan kepada istrinya Hj. St. Syari Banong janganlah
kamu suka meniru-niru model manusia dan binatang dengan
membuat patungnya, kelak dihari kemudian akan kamu dimintai
pertanggung jawabannya yaitu patung yang anda buat kamu
akan diminta oleh Allah Swt untuk meniupkan ruh kepadanya 65.
Dengan dasar yang demikian sehingga Beliau tidak mau difoto
kalau tidak dalam keadaan sangat dibutuhkan seperti foto di
paspornya sewaktu mereka bertolak meninggalkan Mekkah
menuju Malaisia, transit di Kutei lalu ke Sengkang Sulawesi

64
Informan : H. Muh Yahya As’ad, di rumah Jl Oddang Sengkang, tahun 1975
65
Informan : Hj. St. Syari Banong, Jl Andi Oddang Sengkang, tahun 1972

72 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Selatan, tetap mereka berfoto setengah badan untuk memenuhi


syarat hukum dalam pasfor.
Jadi satu-satunya foto mudahnya pada umur 21 tahhun
yaitu foto setengah badan berukuran 2 x 3 hitam putih, hanya
untuk keperluan fasfor waktu itu, dan foto masa tuanya sempat
di jepret sewaktu memberikan ceramah di Barru waktu itu, dan
satu lukisan setengah badan di masa tuanya yang di lukis oleh
AG K. H, Muhammad Harisa (almarhum). Oleh karena itu
beliau tetap berfoto apabila dibutuhkan untuk kepentingan
persyaratan hukum dalam suatu Negara.

b. Nasihat Kepada Santrinya


1. Beliau pernah berpesan kepada santrinya K.H. Muh Abduh
Pabbaja bahwa apabila kamu mengerjakan sesuatu hendaklah
dilandasi keikhlasan kepada Allah Swt. Dengan dasar keikhlasan
kamu akan mendapatkan wibawa yang tinggi terhadap
ucapanmu di masyarakat dalam istilah Beliau apabila sesuatu
yang dikerjakan dengan ikhlas kepada Allah Swt maka tenre possi
tauwe marenkalinga akke riko (orang yang bekerja dengan ikhlas
kepada Allah Swt maka segala jiwa dan raganya akan dapat

Nama Penulis | 73
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

mendengar terhadap ucapannya dan dapat menerimanya


dengan baik).
Oleh karena itu K. H. Muh Abduh Pabbaja pernah
disuruh sama Anregurutta K.H. Muhammad As’ad untuk
memberi cerama disalah satu mesjid, lalu mereka menjawab
bagaimana saya disuruh memberi cerama bahan yang saya mau
diceramakan belum disiapkan.
Menjawablah Anregurutta K.H. Muhammad As’ad
pergilah saja dengan bermodalkan keihlasan insya Allah, Allah
akan menolongmu apabila kamu ihlas melksanakannya maka
berangkatlah K. H. Muh Abduh Pabbaja dengan bermodalkan
keihlasan setelah sampai dimesjid mereka telah mulai bercerama
ternyata waktu bercerama mereka dapat bercerama dengan
lancar`bagaikan air yang dituangkan dalam gelas begitu
lancarnya ceramanya66.
2. Beliau berpesan kepada semua santrinya bahwa dalam mendidik
hendaklah kamu penuh sopan santun sebab yang anda hadapi
adalah manusia dan anda tak dapat mengubah wataknya
apabila kamu tidak sopan kepadanya.

66
Informan : K. H. Muh Abduh Pabbaja, dirumahnya jl Sekolah, tahun 1994

74 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Munculnya nasihat ini sewaktu Beliau mendatangi seorang


guru yang sedang mengajar di Mesjid Jami Sengkang. Guru
tersebut duduk di atas meja dan santrinya duduk di kursi,
melihat tingkah laku guru tersebut dinasihatilah sang guru
tersebut bahwa dalam menghadapi manusia untuk di ajar
hendaklah kamu sopan santun kepadanya dan penuh keikhlasan
agar apa yang kamu ucapkan di hadapannya dapat di dengar67
3. Beliau berpesan pada santrinya janganlah kamu buatkan dosa
masyarakat dan dosa pada dirimu dengan perbua tanmu sendiri.
Contohnya anda berpakaian yang tidak senonoh sehingga
dicelah oleh masyarakat. Oleh karena itu dosanya anda akan
pikul bersama terhadap orang yang mencelahmu68. Artinya
dalam berbuat terhadap sesuatu hendaklah kita men-intropeksi
diri lebih jauh sebelum kita dikritik oleh orang lain, sebab
dengan men-intropeksi diri insya Allah tingkah laku kita dapat
terkontrol dari perbuatan maksiat.
4. Beliau berpesan janganlah kamu kurung binatang dalam sangkar
apabila tidak diperlukan, karena itu akan merusak habitat

67
Informan : H. Muh Yahya As’ad dirumahnya Jl A. Oddag Sengkang, tahun
1975
68
Informan : H. Muh Yahya As’ad dirumahnya Jl A. Oddang Sengkang tahun
1975

Nama Penulis | 75
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

binatang. Munculnya pesan ini setelah melihat penjual burung


di pasar lalu Beliau membeli semuanya dan dilepaskan dalam
sangkarnya, dan Beliau berpesan biarkanlah mereka untuk
hidup di alam bebas. Ini menunjukkan bahwa Beliau tidak
setuju jika habitat binatang diganggu69.
Disinilah menunjukkan bahwa Beliu sangat mencintai
lingkungan hidup yang perlu dipelihara kelestariannya dan
dijaga keseimbangannya agar tidak mendatangkan bencana pada
diri manusia itu sendiri. Bukankah alam ini rusak akibat dari
tangan-tangan manusia yang tidak memelihara dengan baik.
5. Jangan kakimu melewatkan tikarmu70 maksudnya jangan
berlebih-lebihan dalam segala hal apabila ada sesuatu yang
dikerjakan. Oleh karena itu mengerjakan sesuatu hendaknya
diusahakan sederhana mungkin agar tidak menimbulkan
pemborosan. Sebab perbuatan yang berlaku boros adalah suatu
perbuatan syetan.
6. Kalau engkau mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan
mendapat gaji, janganlah karena gaji itu engkau menger jakan
pekerjaan, akan tetapi pekerjaan itu adalah tugas langsung dari

69
Informan : H. St. Syari Banong, Jl Andi Oddang Sengkang, tahun 1972
70
Geoogle : blogspot.com/2012/06/riwayat-hidup-singkat-guru-besar-
kh.html

76 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Allah Swt71. Pesan Beliau ini mengandun arti bahwa dalam


bekerja sangat diperlukan keihlasan kepada Allah Swt. Oleh
karena itu bekerja dengan ihlas akan menghasilkan suatu hasil
yang baik bagi diri sendiri dan masyarakat.
7. Madrasah Arabiyatul Al-Islami (MAI) adalah milik Allah
Swt saya hanya seorang pegawai-Nya, maksudnya adalah siapa-
siapa saja yang diberi taufiq untuk belajar itulah yang saya ajar.
Oleh karena itu insya Allah akan diridhai oleh Allah Swt72.

Jadi pesantren yang dikelolahnya adalah miliknya Allah


Swt bukanlah milik pribadinya, mudah-mudahan para generasi
penerusnya dapat mengurusnya seperti prinsip Beliau juga.
Sebab As’adiyah bukan milik siapa-siapa akan tetapi milik umat
islam, siapa saja orang islam mereka berhak mengurusnya
tergantung tingkat keihlasan nya maka itulah orang yang
melanjutkan amal jariahnya.

71
Geogle : blogspot.com/2012/06/riwayat-hidup-singkat-guru-besar-kh.html
72
Geogle : blogspot.com/2012/06/riwayat-hidup-singkat-guru-besar-kh.html

Nama Penulis | 77
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

F. Anregurutta K.H. Muhammad As’ad Lolos Dari


Penculikan dan Karamahnya.
a. Lolos Dalam Penculikan Gerombolan.
Peran Anregurutta K.H. Muhammad As’ad setelah
kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, yaitu Beliau ditunjuk
oleh pemerintah untuk memimpin doa bersama di lapangan
merdeka Kota Sengkang ketika teks proklamasi pertama dibacakan
di Kota Sengkang. Hal ini menunjukkan bahwa peran beliau
berjuang dalam mendukung para pejuang kemerdekaan Republik
Indonesia sangat tinggi, bahkan setelah kemerdekaan Beliau
berjuang dan mendukung pemerintah untuk melawan sekutu pada
saat sekutu melakukan pengeboman di Kota Sengkang siang dan
malam waktu itu, serta Beliau mendukung pemerintah yang syah
untuk menumpas para gerombolan di Sulawesi Selatan.
Peran dalam bidang dakwah dan pendidikan di masyarakat
sangat ditekuninya untuk menyelamatkan umat manusia dari tahyul,
kurafat, musrik dan kebodohan dalam memahami agama Islam.
Oleh sebab itu untuk mengantisipasi hal demikian Beliau
melakukan pengajian (halaqah) yang mulai Beliau dirintis dari
rumah jalan Andi Oddang Sengkang, sampai dipindahkan di Mesjid
Jami Sengkang. Kemudian Beliau mendirikan Madrasah Arabiyatul

78 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Al-Islami (MAI) yang dinakhodainya telah berkembang dengan


pesatnya sehingga masyarakat banyak berdatangan dari berbagai
daerah di Sulawesi Selatan, bahkan ada dari luar provinsi Sulawesi
Selatan seperti Kalimantan, Sumatera, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Irian Jaya,
Kalimantan, Sumatera, bahkan ada dari Malaisia dan sebagainya.
Mereka datang sebagai santri dengan maksud untuk memperoleh
ilmu agama Islam. Oleh karena itu Anregurutta K.H. Muhammad
As’ad mempunyai pengaruh yang besar di masyarakat, sehingga
Beliau selalu menjadi target oleh gerombolan dengan maksud untuk
mempengaruhi masyarakat, kalau mereka bisa masuk di hutan
bersama gerombolan.
Pada masa bergejolaknya gerombolan di Sulawesi Selatan,
Beliau tetap berjuang dan sangat mendukung pemerintah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sehingga setiap kali ada
ajakan oleh pimpinan gerombolan masuk ke hutan untuk
bergabung dengan kelompok gerombolan dan mengutus orangnya
dengan mengirimkan surat sebanyak dua kali, tetapi Beliau
menolak. Bahkan surat yang dikirim oleh pimpinan gerombolan
dirobek oleh Beliau di depan orang yang membawa surat itu sebagai
bukti bahwa Beliau tidak menyetujui ajakan tersebut, dan Beliau

Nama Penulis | 79
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

memberikan pesan kepada utusan itu dengan menulis surat dengan


mengajak bahwa sampaikanlah kepada pimpinanmu bahwa
sebaiknya merekalah yang seharusnya masuk ke Kota untuk
menyerahkan diri kepada pemerintah yang syah dan tidak perlu
berada di hutan, kita sudah merdeka tidak perlu kita berlawanan
dengan pemerintah yang syah yaitu Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI)73.
Disinilah dapat dianalisis bahwa ucapan Beliau itu
mengandung arti bahwa berjuang dan mendukung NKRI yang
berideologi Pancasila sebagai dasar negara, tetapi tetap berakidah
Islam, melaksanakan syariat Islam serta berakhlak Islam.
Sewaktu ajakan pimpinan gerombolan gagal karena ditolak
oleh Beliau, maka pimpinan gerombolan tersebut tidak kehilangan
akal, kemudian menginstruksikan untuk melakukan penculikan
kepada Anregurutta K.H. Muhammad As’ad yang dipimpin
langsung oleh pimpinan gerombolan itu sendiri. Pelaksanaan
penculikan telah dioperasikan anak buahnya untuk mengepung
secara besar-besaran dengan mengarah kan semua anak buahnya
untuk menangkap Anregurutta K.H. Muhammad As’ad lengkap
dengan persenjataannya di Kota Sengkang selama kurang lebih tiga

73
Informan : H. Muh Yahya As’ad dan Abduh Samad, sekiatar tahun 1975.

80 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

hari tiga malam lamanya, tetapi Allah Swt menghendaki yang lain
karena pada radius sekitar 5 (lima) kilometer pimpinan gerombolan
itu bersama anak buahnya tidak dapat melihat arah jalan untuk
masuk ke Kota Sengkang, dimana kelihatan daerah itu ada kabut
yang menyelimuti, sehingga mereka pun kembali tanpa memperoleh
hasil74.
Oleh karena usaha penculikan terhadap Anregurutta K.H.
Muhammad As’ad oleh gerombolan mengalami kegagalan, maka
waktu itu gerombolan melakukan penyerangan selanjutnya dengan
membakar rumah-rumah penduduk di Kota Sengkang bahkan
Mesjid Jami Sengkang sebagai tempat pengajian (halaqah)
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad` juga ingin dibakar.
Dimasukkanlah 3 (tiga) drum bensin oleh gerombolan dalam
Mesjid lalu disiramkan ke semua tiang-tiang Mesjid, akan tetapi
Allah Swt memberikan pertolongan kepada hambanya, dimana
bensin 3 (tiga) drum tadi semuanya berubah menjadi air sewaktu
disiramkan di tiang-tiang Mesjid, sehingga setiap menyalakan korek
api untuk membakar Mesjid justru yang terjadi sebaliknya korek api
tidak dapat menyala, sehingga gerombolan pada waktu itu kembali

74
Informan : Latangkoro, tinggal didaerah Pattirosompe Sengkang, tahun
1998..

Nama Penulis | 81
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

pulang dengan tidak membawa hasil untuk melumpuhkan tempat


pengajian (halaqah) dan Madrasah Arabiyatul Al-Islamiah (MAI).
Itulah doa Anregurutta K.H. Muhammad As’ad kepada Allah Swt
sehingga Mesjid Jami Sengkang dapat selamat dari kobaran api 75.
Disinilah dapat dinilai bahwa gerombolan waktu itu
akidahnya Islam, memakai syariat Islam menurut penga kuannya
akan tetapi akhlak yang dimilikinya bukan akhlak Islam, itulah
penyimpangan yang dilakukan oleh gerombolan di Sulawesi Selatan
pada waktu itu.
b. Karamah Anregurutta K.H. Muhammad As’ad.
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad adalah tokoh agama
yang sering disebut oleh masyarakat maha gurunya ulama di
Sulawesi Selatan, karena sering apa yang dilakukan dan diucapkan
mengandung karamah yang jarang dijangkau oleh akal pikiran
manusia, hal ini dapat dijelaskan di bawah ini :
1. Suatu saat Beliau menumpang mobil dari Makassar ke
Sengkang. Tiba-tiba mesin mobil mati karena kehabisan bensin
dan terdengarlah berita bahwa tidak lama lagi gerombolan akan
datang menghadangnya sebab Beliau setiap saat selalu menjadi
incaran oleh gerombolan untuk diculik dan di bawa ke hutan,

75
Informan : Hj. St. Syari Banong, tahun 1972

82 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

sehingga para penumpang beserta sopirnya dalam mobil


menggigil mendengar berita itu.
Lalu beliau Anregurutta K.H. Muhammad As’ad
menyatakan saya harapkan semua penumpang jangan ada yang
berbicara dalam mobil semuanya harus diam, saya akan berdoa
untuk meminta kepada Allah Swt mudah-mudahan kita
diselamatkan semuanya, seketika itu mesin mobilnya hidup
kembali tanpa bensin dan bergerak jalan sendiri tanpa
dikemudikan oleh sopirnya, dan mobil tersebut berhenti di
jalan setelah tiba di tempat penjualan bensin76.
2. Suatu saat pernah Anregurutta K.H. Muhammad As’ad
mengantar orang meninggal di kuburan Labellang Sengkang.
Disaat tiba di kuburan turunlah hujan dengan derasnya
kemudian berkatalah salah seorang pengantar wahai
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad, kuburan selesai digali
tinggal jenasah mau diturunkan dilahat, tetapi hujan turun
dengan derasnya. Lalu beliau berdoa disaat itu kepada Allah Swt
maka hujan berhenti seketika itu di sekitar lokasi kuburan,

76
Informan : H. Datu Rumpan, tahun 1986 dan Abd Samad di Sengkang,
tahun 1980.

Nama Penulis | 83
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

tetapi di luar lokasi kuburan Labellang Sengkang sangat deras


turunnya hujan diwaktu itu77.
3. H. St. Syahri Banong menceriterakan pada penulis bahwa
pernah terjadi kebakaran di dekat danau Tempe, beliau
mengetahuinya lalu pergi melihat rumah penduduk yang
terbakar. Lalu diambillah surbannya dan ditarik ke tanah
dengan membentuk garis lurus sehingga semua yang pernah
dilalui Beliau api tidak akan menyeberang ke rumah penduduk,
dan apinya langsung padam78.
4. Pada saat Indonesia merdeka, Sulawesi Selatan dilanda
kekacauan oleh gerombolan. Bahkan beliau pernah disurati
sebanyak 2 kali oleh pimpinan gerombolan untuk bergabung
masuk ke hutan. Akan tetapi Beliau membalas dalam suratnya
bahwa lebih baik kamu masuk ke kota karena kita ini sudah
merdeka79.
Karena suratnya pimpinan gerombolan tidak ditanggapi
baik sehingga Beliau pernah dikepung untuk diculik masuk ke
hutan. Pengepungan itu dipimpin langsung oleh pimpinan

77
Informan : Abd Samad, Sengkang tahun 1980
78
Informan : Hj. St. Syaribanong, tahun 1972
79
Informan : H. Muh Yahya As’ad, dirumah Jl. Andi Oddang Sengkang, tahun
1975

84 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

gerombolannya bersama pasukannya, tetapi baru radius 5


kilometer dari tempat Anregurutta K.H. Muhammad As’ad
maka pemimpin pasukannya tidak mampu melihat arah
tujuannya, menurut Latangkoro80 bahwa gerombolan waktu itu
tidak dapat melihat disebabkan kelihatan kabut di sekitar lokasi
pengepun gan, sehingga pimpinan gerombolan bersama
pasukan nya kembali pulang tanpa membawa hasil sesuai yang
direncanakan.
5. Hj. St. Syari Banong81 menyatakan bahwa setelah pimpinan
gerombolan gagal mengajak Anregurutta K.H. Muhammad
As’ad masuk ke hutan, kemudian dilakukan penculikan
mengalami kegagalan pula. Gerombolan pada waktu itu
mengepung Mesjid Jami Sengkang dan melakukan pembakaran
di rumah-rumah penduduk Kota Sengkang, sehingga banyak
rumah terbakar dan barang-barang yang dimiliki masyarakat
diungsikan dan dimasukkan ke Mesjid Jami Sengkang.

80
Informan: Latangkoro pada tahun 1998 tinggal di daerah Pattiro Sompe
Sengkang.mereka menceriterakan bahwa waktu terjadi pengepungan oleh
gerombolan mereka tak mampu merapat dengan jarak 5 kilometer karena
suasana kota Sengkang kelihatan kabut sehingga arah tujuannya tidak
menentu. Waktu pengepungan selama 3 hari 3 malam, tetapi gagal.
81
Informan : Hj. St. Syari Banong, di rumah Jl Andi Oddang Sengkang, tahun
1972

Nama Penulis | 85
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Diangkutlah tiga drum bensin oleh gerombolan, lalu


disiramkan ke tiang-tiang kayu Mesjid dengan maksud untuk
membakar Mesjid Jami Sengkang agar pusat kegiatan pengajian
(hallaqah) Asyek H. Muh As’ad hancur. Tetapi Allah Swt
menghendaki yang lain bensin yang disiramkan ke tiang-tiang
kayu Mesjid Jami Sengkang berubah menjadi air, setelah Mesjid
dibakar apinya langsung padam. Sehingga selamatlah barang-
barang masyarakat yang disimpan di Mesjid Jami Sengkang dan
Mesjidpun selamat dari kebakaran.
6. Saat Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, sekutu
masih ingin berkuasa kembali di Indonesia. Sedangkan tentara
Jepang baik dari kalangan prajurit sampai ditingkat perwira
tinggi yang menguasai Indonesia bagian Timur yang belum
sempat kembali kenegeri asalnya yaitu Jepang, banyak
bersembunyi di kaki bukit Kota Sengkang, dan hal ini diketahui
oleh tentara sekutu.
Akibatnya pesawat tempur sekutu melakukan
pengeboman siang dan malam untuk menghancurkan para
tentara Jepang yang ada di kaki bukit Kota Sengkang. Lalu
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad berdoa kepada Allah Swt
agar kota Sengkang dapat selamat dari pengeboman tentara

86 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

sekutu, sehingga bom-bom yang dijatuhkan yang dibawa oleh


pesawat udara hanya nyasar di danau Tempe, dan kota
Sengkang pada waktu itu kelihatan seperti kabut sehingga
pesawat tentara sekutu tidak mengetahui sasaran pengeboman
yang sebenarnya, mereka melihat daratan seperti air sedangkan
air danau dilihatnya seperti daratan, sehingga bom selalu sasaran
nya di danau Tempe82.
7. Pernah terjadi sabung ayam yang dilakukan oleh para penjudi di
Kota Sengkang. Banyak orang berkerumun menonton untuk
menyaksikan sabung ayam dan perjudian. Waktu itu
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad mampir melihatnya dan
menegur para penyabung ayam agar dihentikan semua kegiatan
sabung ayam itu.
Lalu berkatalah salah seorang pimpinan penyabung ayam
sebagai jagoannya diwaktu itu, siapa orang tua itu yang berani
menegur saya, kalau berani menantang silahkan berhubungan
dengan saya. Tetapi keadaan langsung berubah setelah
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad melangkahkan kakinya

82
Informan : H. Yahya As’ad , dirumah Jl Andi Oddang Sengkang pada tahun
1975

Nama Penulis | 87
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

tiga langkah yang membuat semua ayam sabung langsung mati


mendadak dan terkapar seketika itu juga.
Oleh karena itu pimpinan penyabung ayam langsung
meminta maaf kepada Beliau atas ucapannya tadi dan berjanji
tidak akan melakukan perbuatan sabung ayam lagi dan
menghentikan perjudian. Mulai saat itu pimpinan pesabung
ayam telah sadar`dan rajin melakukan shalat berjamaah di
Mesjid.
8. Suatu saat Anregurutta K.H. Muhammad As’ad memberikan
pengajian pada santrinya di Mesjid Jami Sengkang. Masuklah
salah seorang yang berjubah warna hijau langsung mendekat
kepada Beliau, ternyata yang lihat orang yang berjubah hijau
hanya satu orang santrinya. Orang yang berjubah hijau itu
membawa satu ringgit emas lalu dimasukkan ke saku baju
Beliau.
Setelah selesai pengajian, santri yang melihat tadi
menyampaikan kepada Anregurutta K.H. Muhammad As’ad
bahwa saya melihat ada orang masuk yang berjubah hijau dan
memasukkan ringgit emas di sakunya. Lalu Beliau menjawab

88 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

silahkan anda ambil ringgit emas itu karena itu adalah


rejekimu83.
9. Pernah K.H. Muh Abduh Pabbaja84 menceritakan kepada
penulis bahwa sewaktu sibuk mengurus partai politik, yaitu di
Partai Persatuan Pembangunan, dan Anregurutta K.H.
Muhammad As’ad yang sudah lama wafat memimpikan dirinya
pada K.H. Muh Abduh Pabbaja, ditegurlah dalam mimpinya
dan langsung dipukul dengan kayu dibagian pahanya sehingga
memberikan bekas merah memar ketika terbangun.
K.H Muh Abduh Pabbaja ditegur karena lebih aktif
mengurus partai politik dari pada mengurus pondok
pesantrennya di Parepare. Selama beliau telah ditegur dengan
melalui mimpi oleh gurunya disitulah mulai mungundurkan diri
untuk mengurus partai politik dan kembali mengurusi
pesantren sampai akhir hayatnya beliu.
10.Suatu saat Anregurutta K.H. Muhammad As’ad merencanakan
akiqah anaknya, diperintahkanlah anak santrinya membelikan
kambing untuk akiqah anaknya. Anak santrinya pulang tidak

83
Informan : Ustadz Drs. H. Amin Zakaria, di Mesjid Jami Sengkang, tahun
2013
84
Informan : K. H. Muh Abduh Pabbaja, dirumahnya Jl. Lapadde tahun 2008

Nama Penulis | 89
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

membawa kambing karena penduduk jarang tinggal di desa


banyak mengungsi ke kota akibat terjadi banyak kekacauan
oleh gorombolan waktu itu.
Lalu Anregurutta K.H. Muhammad As’ad mengarahkan
santrinya, besok kamu berangkat lagi mencari untuk membeli
kambing, tetapi anda harus berjalan ke arah timur, di sana
kamu akan bertemu dengan salah seorang penjual kambing.
Ternyata santrinya ini mengikuti perintah gurunya dan
bertemulah dengan salah seorang yang membawa kambing.
Santrinya tersebut meminta agar kambingnya itu dapat dibeli,
tetapi jawaban yang membawa kambing itu menyatakan
sampaikanlah kepada Anregurutta K.H. Muhammad As’ad
bahwa kambing itu tidak perlu dibeli saya sedekahkan kepada
Beliau dan salamku kepada gurumu, seketika itu si pembawa
kambing tadi menghi lang entah kemana perginya85.
11. Pada saat beliau memberikan pengajian di Mesjid Jami
Sengkang beberapa anggota Muhammadiyah yang sering datang
bertanya kepada beliau menyangkut masalah hilafiah pada saat
pengajian berlangsung, sehingga Beliau merasa diuji

85
Informan : Ustadz Drs. H. Amin Zakaria, di Mesjid Jami Sengkang, Tahun
2013

90 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

keilmuannya, oleh karena itu diputuskanlah beliau bahwa lebih


baik diutus salah satu ulamanya dari Muhammadiyah pusat
untuk melakukan dialog agama dengan saya. Maka
diputuskanlah untuk diutus Prof. Dr. Hamka untuk melakukan
dialog agama yang mewakili Muhammadiyah pusat.
Setelah rencana dialog agama dilakukan antara
Muhammadiyah pusat dengan Pimpinan Madrasah Arabiyahtul
Al-Islami (MAI). Dialognya mengupas masalah hilafiah,
Muhammadiyah Pusat diwakili oleh Prof. Dr. Hamka
sedangkan Madrasah Arabiyahtul Al-Islami (MAI) diwakili oleh
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad, dan berlangsung di
Mesjid Jami Sengkang, banyak para tokoh masyarakat dan
masyarakat yang datang untuk menyaksikan dialog kedua tokoh
agama tersebut sebab keduanya adalah pakar agama Islam.
Saat itu Prof. Dr.Hamka dipersilahkan berbicara terlebih
dahulu oleh Asyekhh H. Muh As’ad, Beliau berpidato langsung
memberikan pernyataan bahwa Anregurutta K.H. Muhammad
As’ad adalah seorang yang ahli dalam bidang agama islam yaitu
ahli dalam bidang tafsir Al-Qur’an dan ahli ilmu Hadist. Lalu
Prof. Dr. Hamka melanjutkan pidatonya bahwa Beliau
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad adalah seorang ulama

Nama Penulis | 91
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

yang sangat alim sekali, memiliki tingkat tawadhu dan wara


yang sangat tinggi dan jangan mau coba-coba menguji tingkat
keilmuan beliau, sedangkan saya adalah ahli dalam bidang
agama dan politik. Dengan pengakuan Prof. Dr. Hamka dimuka
podium kurang lebih 10 menit, lalu beliau menutup pidatonya
dan turun dari podium. Setelah turun dari podium langsung
mereka berpelukan kedua ulama besar tersebut.
Dari hasil pidato Prof. Dr. Hamka sehingga dialog tidak
jadi berlangsung, rupanya tokoh agama ini dapat saling
membaca mata hatinya (makkita atiwi) bahwa berdialog
menyangkut masalah khilafiah yang disaksikan oleh orang
banyak merugikan umat Islam dan tidak akan ada habis-
habisnya, sehingga tokoh masyarakat dan masyarakat yang ingin
menyaksikan dialog kedua pakar agama Islam bubar dengan
sendirinya (dialog agama tidak jadi dilaksa nakan).
Bahkan Prof Dr. Hamka pernah berpidato sekitar tahun
1980-an dan Anregurutta K.H. Muhammad As’ad sudah wafat
pada tahun 1952 mengulas kembali riwayat hidup beliau bahwa
kalau ingin melihat sosok ulama yang sangat alim dan penuh

92 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

tawadhu, dan wara maka lihatlah Anregurutta K.H. Muhammad


As’ad, mereka tinggal di Kota Sengkang Sulawesi Selatan86.
12. Pernah terjadi dialog agama yang dipelopori oleh Arung
Mangkau Andi Mappanyungki sebagai Selfbestuur Bone, peserta
dialog agama membawa kitab gundulnya yang jumlahnya
sekitar 7 (tujuh) ekor kuda sebagai referensi nya. Arung
Mankau Andi Mappanyunki bertanya pada Anregurutta K.H.
Muhammad As’ad dengan berbahasa bugis agatu caramu muelo
mappsilolongen riagamae, nadettu gaga kitta gondolomu mutiwi artinya
bagaimana mau berdialog agama kalau tidak membawa kitab
gundul sebagai referensi. Lalu beliau menjawab dengan bahasa
bugis dengan menunjuk kepala dan dadanya engka manenni iyaro
lise’na kitta gondoloe akke ulukku sibawa akke aroku (artinya sudah
ada dikepala dan didadaku semua isinya kitab gundul yang
dibawa itu) dengan menunjuk kepala dan dadanya bahwa kitab
gundul sebagai buku referensi yang dibawa sebanyak 7 (tujuh)
ekor kuda itu sudah ada di kepala dan di dadaku, maksudnya
buku referensi yang dibawa itu mereka telah kuasai dan
menghafal semua isinya.

86
Informan : H. Muh Yahya As’ad dan Abd Samad tahun 1980.

Nama Penulis | 93
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Setelah dialog berlangsung yang memulai memberi


komentar adalah peserta dialog dengan mengupas kitab
gundulnya yang mereka bawa, lalu dijawablah beliau dengan
penjelasan yang sangat rinci dan hati-hati mulai dari judul-judul
buku yang dipakai, pokok bahasan, sub pokok bahasan dan isi
dari kitab gundul yang dibawa mereka sebut semua lengkap
sampai nomor halamannya disebut sesuai dengan isi kitab
gundul tersebut, sehingga kitab gundul yang dikupas lebih
jelas.

Setelah dicocokkan dengan kitab gundul yang dibawa


oleh lawan dialognya ternyata adalah benar artinya yang
dikupas dalam kitab gundul tidak ada meleset sewaktu
dijelaskan, bahkan nomor halaman kitab gundul tersebut
mereka sebutkan satu persatu persis sama dengan isi materinya
. Oleh karena itu Arung Mangkau Andi Mappanyung ki
sebagai Selfbestuur Bone menyatakan kalau begitu saya
mengakui kepakaran beliau dan saya berkiprah kepada
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad di Sengkang apabila ada
masalah agama yang ditanyakan. Adanya hasil dialog agama
tersebut sehingga sejak saat itu maulid Nabi Besar Muhammad
SAW selalu diperingati oleh ketiga Kerajaan secara bersamaan

94 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

yaitu Kerajaan Wajo, Kerajaan Soppeng dan Kerajaan Bone


(tellunpoccoe) dan hal ini dilaksanakan secara bergilir setiap tahun
semasa hidupnya Anregurutta K.H. Muhammad As’ad waktu
itu87.
G. Anregurutta K.H. Muhammad As’ad Telah Berpulang Ke
Rahmatullah.
a. Tanda-Tanda yang Muncul Sebelum Meninggal.
Ketika Anregurutta K.H. Muhammad As’ad telah berusia
45 tahun, Beliau telah pergi selama-lamanya untuk menghadap
kepada Allah Swt. Sebelum Beliau wafat sudah ada tanda-tanda
kematian yang diberikan oleh Allah Swt dimana waktu itu setelah
selesai memberikan pengajian di hadapan santrinya pada
Subuhnya, Beliau bergegas pulang ke rumahnya yang hanya
bersebelahan dengan Mesjid Jami Sengkang. Saat Beliau keluar dari
Mesjid Jami berdirilah seorang yang berpakaian jubah putih yang
mirip dengan wajahnya menjemput Beliau dengan mengucapkan
salam dan berjabat tangan kepada Beliau lalu menghilang saat itu,
dan hal ini terjadi sampai 3 (tiga) Jumat berturut-turut. Hal ini telah

87
Informan : H. Datu Rumpang, H. Muh Yahya As’ad dan Abd Samad tahun
1975.

Nama Penulis | 95
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

disampaikan kepada anaknya H. Muh Yahya As’ad sebagai anaknya


yang tertua, ini suatu isyarat bagi Beliau bahwa panggilan Ilahi
sudah ada sinyal yang diberikan kepadanya.
Adanya hal demikian sehingga Anregurutta K.H.
Muhammad As’ad sudah memiliki firasat bahwa ajal sudah dekat
baginya yang sudah tidak lama lagi. Oleh karena itu disampaikan
pada keluarganya bahwa rencana operasi usus buntunya tidak perlu
dilaksanakan. Walaupun saat itu tim dokter ahli bedah telah datang
dari Makassar lengkap dengan peralatan medisnya untuk melakukan
operasi usus buntu Beliau.
Akhirnya dokter mengambil kesimpulan bahwa apabila
pasiennya tidak siap untuk dilakukan operasi, maka terpaksa
dibatalkan. Manusia hanya berusaha tetapi Allah Swt menentukan
yang lain ajal sudah menanti Beliau.
b. Detik-Detik Sebelum Meninggal
Detik-detik ruhnya akan berpisah dengan jasadnya dan
mentari di ufuk timur mulai memancarkan sinarnya, jarum jam
menunjukkan pukul 7 (tujuh) pagi Wita, keadaan Beliau mulai
perlahan-lahan melemah. Saat itu ada dua perasaan yang muncul di
rumah Anregurutta K.H. Muhammad As’ad yaitu perasaan
kegembiraan dengan menanti cucunya lahir dan menanti detik-detik

96 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

sakratul maut telah tiba pada Beliau. Alhasil Allah Swt lebih
mendahulukan perasaan kegembi- raan dengan lahirnya seorang
cucu pertama perempuan yang mungil dari rahim anaknya H.
Syamsu Duha As’ad, sehingga Beliau sempat mendoakan dan
mencium cucunya sebelum menghadapi sakratul maut. Oleh sebab
itu untuk mengabadikan nama beliau kepada cucunya diberikan
nama Andi As’adiyah binti H. Datu Rumpang (As’adiyah artinya
pengikut As’ad)
Setelah itu Beliau memanggil keluarganya yaitu pamannya
H. Abd Razak serta penghafal Al-Qur’an H. Nihayah untuk
membacakan Surah Yasin dan Surah Al-Arrad. Pada saat H.
Nihayah membacakan Al-Qur’an kepada Beliau disaat menghadapi
sakratul maut sempat H. Nihayah terlupakan bacaannya, sehingga
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad yang menyambungnya untuk
membenarkan bacaan nya. Jadi Beliau pada waktu itu sudah
mendekati ajalnya masih sempat menuntun orang yang membaca
al-qur’an kepadanya, itu menandakan hafalan al-qur’annya masih
kuat walaupun mereka sudah sakratul maut.
Anak yang tertua H. Muh Yahya As’ad berada dibagian
kepalanya lalu dipangkulah kepala Beliau yang mulai perlahan-
lahan ruhnya keluar dan badan Beliau mulai dingin yaitu berawal

Nama Penulis | 97
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

dari kaki perlahan-lahan naik ke lutut, ke paha bahkan Beliaulah


yang menuntun Abahnya dalam sakratul maut dengan kalimat
Lailaha Ilallah (tiada Tuhan selain Allah), tepat pukul 10 pagi Wita
Beliau menghembuskan nafasnya yang terkhir bertepatan pada hari
Senin tanggal 12 Rabiul Awal 1326 H atau tanggal 29 Desember
1952 M. Beliau telah tiada pergi untuk selama-lamanya menghadap
kehadirat Allah Swt.
Setelah Beliau wafat waktu itu santrinya yang senior yang
biasa membantu dan mendampingi Beliau mengelola Madrasah
Arabiyatul Al-Islami, sibuk mencari sebuah buku saku yang kecil
yang belum pernah mereka baca dan merupakan hal yang lama
mereka impikan untuk membacanya. Buku itu adalah pemberian
seorang wali Allah waktu Beliau bertolak meninggalkan Kota Suci
Mekkah untuk berangkat ke Toddang Angin (Wajo Sulawesi Selatan).
Anehnya buku itu tidak ada santrinya yang pernah membacanya
bahkan keluarganya tidak pernah membaca nya dan Beliau selalu
membawanya kemanapun Beliau pergi, kecuali jika Beliau ingin ke
kamar mandi di simpan di tempat lain.
Oleh karena itu, sewaktu penulis bersilaturahim kerumah
K.H. Muh Abduh Pabbaja, Beliau menanyakan apakah eppoku
(cucuku) tahu buku saku Anre Gurutta Sade (maksudnya

98 | Nama Penulis
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

nenekmu), karena waktu itu saat sakratul maut yang manuntunnya


dengan kalimat Lailaha Ilallah adalah orang tuamu sendiri (H. Muh
Yahya As’ad), saya jawab tidak mengetahui Puang. Lalu
berceriteralah K.H. Muh Abduh Pabbaja seperti pada kalimat
dibawah ini.
Suatu saat buku saku itu di simpan di atas meja karena
Beliau masuk ke kamar mandi kemudian K.H. Muh Abduh Pabbaja
bergegas88 untuk menghapiri buku saku itu dengan maksud
membukanya untuk dibaca, tetapi firasat Beliau sangat tinggi Beliau
keluar seketika itu juga dari kamar mandi sehingga K.H. Muh
Abduh Pabbaja tidak jadi membukanya. Buku saku itu, merupakan
hal yang misteri sebab saat Beliau wafat buku saku itu menghilang
seketika itu juga.
Pesan Beliau kepada keluarganya sebelum meninggal dunia
agar batu nisannya cukup diberikan hanya batu sungai sebagai tanda

88
Inmforman : K. H. Muh Abduh Pabbaja, di rumahnya Jl Lapadde tahun
2008. K. H. Abduh Pabbajah menyatakan eppo (cucu) kepada penulis sebab
sewaktu beliau berguru pada Asyekh H. Muhammad As’ad mereka
meganggap anak santrinya sebagai suatu keluarga dalam pesantern sehingga
anak cucunya selalu dipanggil eppo, ini menunjukkan bahwa pendidikan
yang dilaksanakan dalam pesanteren adalah sistem yang dipakai penuh
kekeluargaan. Ini menunjukkan hubungan emosional antara guru dengan
santri sangat tinggi.

Nama Penulis | 99
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

bagi kuburannya. Pesannya ini mengandung arti bahwa setelah


Beliau meninggal dunia dikemudian hari agar kuburannya jangan
disakralkan, karena mensakralkan kuburan adalah suatu perbuatan
musrik.
Oleh karena itu waktu dimakamkan kuburannya hanya
satu batu sungai dan dimakamkan di pekuburan Labellang
Sengkang yang berdampingan dengan kuburan Seyyid Akhmad
Afifi (Pung Masere).
H. Sanad Anregurutta K.H. Muhammad As’ad
a. Sanad Qiro’at
Sebagai ulama yang memiliki keilmuan yang mendalam,
Anregurutta K.H. Muhammad As’ad memiliki sanad qira’at dengan
basis keilmuan yang kuat. Merujuk pada upaya Tim Sanad Qiro’at
Nusantara dalam menyimpulkan pertalian Sanad Qiro’at
Anregurutta H. Muhammad As’ad sampai kepada Rasulullah SAW
ditemukan data dari Silsilah Asanidil Qur'an karya DR. Yasir
Ibrahim Al-Mazru’I yang diterbitkan Kementerian Wakaf dan
Urusan Keagamaan Kuwait sebagai berikut:

1. Sayyidunà Muhammad ‫( ﷺ‬W.11)


2. 'Ali bin Abi Thôlib (W.40), 'Utsmàn bin 'Affàn (W.35),
'Abdullàh bin

100 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

3. Mas'ûd (W.34), Zaid bin Tsàbit (W.48), Ubay bin Ka'ab


(W.32)
4. Imam 'Abdullàh Abu 'Abdurrahman as-Sulamî al-Kûfî
(W.74)
5. Imam 'Âshim bin Abi an-Najûd al-Asady al-Kûfî (W.128)
6. Imam Hafsh bin Sulaimàn al-Asady al-Kûfî (90-180)
7. Syaikh 'Ubaid bin ash-Shobàh an-Nahsyali al-Kûfî (W.235)
8. Syaikh Ahmad bin Sahl al-Fairuzani al-Usynànî (W.307)
9. Syaikh 'Alî bin Muhammad al-Hàsyimî (W.368)
10. Syaikh Thôhir bin Abdul Mun’im bin Gholbûn (W.399)
11. Syaikh Abu 'Amr 'Utsmàn bin Sa'îd ad-Dànî (371-444)
12. Syaikh Sulaimàn bin Najàh Al-Umawi Al-Andalusi (413-
496)
13. Syaikh Alî bin Muhammad bin Hudzail al-Balansî (470-564)
14. Syaikh Al-Qôsim bin Firruh bin Khalaf asy-Syàthibî (538-
590)
15. Syaikh 'Alî bin Syujâ' al-Hasyimi al-Abbasi (572-661)
16. Syaikh Muhammad bin Ahmad ash-Shôigh (636-725)
17. Syaikh Muhammad bin ash-Shôigh al-Hanafî (704-776)
18. 'Abdurrahmàn bin Ahmad al-Baghdadî (702-781)
19. Imam Muhammad al-Jazarî ad-Dimasyqi (751-833)

Nama Penulis | 101


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

20. Syaikh Abu Na’im Ridhwàn bin Muhammad al-'Uqbî (769-


852)
21. Syaikhul islàm Zakariyà bin Muhammad al-Anshôrî (823-
926)
22. Syaikh Nàshiruddîn Muhammad bin Salim ath-Thoblàwî
(W.966)
23. Syaikh Syahàdzah al-Yamanî (W.997)
24. Syaikh Abdurrahmàn bin Syahàdzah al-Yamanî (975-1050)
25. Syaikh Muhammad bin Umar bin Qasim al-Baqari (1018 H
-1111 H).
26. Syaikh Abu Samah Ahmad bin Ahmad al-Baqari (Wafat
1189)
27. Syaikh Abdullah an-Nashir (Lahir 1187) dan Syaikh Yusuf
an-Nashir
28. Syaikh Ahmad bin Abdurrahman at-Thabuli
29. Syaikh Muhammad Ali As-Sanusi (1202 H - 1276 H)
30. Syaikh Ahmad ar-Rifi dan Syaikh Muhammad al-Mahdi
31. Sayyid Ahmad Asy Syarif As-Sanusi (1290 - 1352 H)
32. Anregurutta Haji Muhammad As’ad bin Abdurrasyid (1326
- 1372 H)

102 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

b. Sanad Thariqah

Dalam kaitannya dengan pertemuan langsung sanad


keilmuan dari Anregurutta K.H. Muhammad As’ad dengan Sayyid
Ahmad asy-Syarif As-Sanusi, bisa dipahami bahwa posisi Sayyid
Ahmad asy-Syarif As-Sanusi yang juga merupakan Mursyid
Thariqah Sanusiyah membuat corak tarekat Anregurutta Haji
Muhammad As’ad memiliki pertautan erat dengan sanad thariqah
Sanusiyyah. Dalam al-Anwar al-Qudsiyyah fii Muqoddimar at-
Thariqah Sanusiyah, Sayyid Ahmad as-Sanusi diilhami dari
pegunungan asanus Anregurutta As'ad dikabarkan berbai'at
thariqah ini kepada gurunya tersebut yang merupakan cucu dari
Syaikh Muhammad Ali As-Sanusi (1202 -1787 H). Ulama nusantara
lainnya yang juga berbai'at thariqah ini adalah Ajengan Abdul Akbar
Abdul Fattah, Pendiri Pondok Pesantren Idrisiyyah, Tasikmalaya.
Dan berikut adalah sanad thariqah Sanusiyyah sampai kepada
Anregurutta As'ad.

1. Nabi Muhammad SAW


2. Imam Ali bin Abu Thalib ra.
3. Imam Hasan bin Ali ra.
4. Imam Hasan al-Bashri

Nama Penulis | 103


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

5. Syekh Habib al-‘Ajami


6. Syekh Daud bin Nasir al-Tha-'i
7. Syekh Ma'ruf al-Karkhi
8. Syekh Sirri bin Mughlas as-Siqti
9. Syekh Abu al-Qasim Junaid al-Baghdadi
10. Syekh Abu Bakar bin Jahdar as-Syibli
11. Syekh Abu al-Fadhl al-Tamimi
12. Syekh Abu al-Farj al-Turtusi
13. Syekh Abu Ali al-Hasan bin Yusuf
14. Syekh Said al-Mubarak
15. Syekh Abd al-Qadir al-Jailani
16. Syekh Abdur al-Rahman al-Madani
17. Syekh Abdus Salam al-Masyisy
18. Syekh Abu Hasan al-Syadzili
19. Syekh Abu-Abbas al-Mursi
20. Syekh Ahmad bin 'Athaillah al Iskandari
21. Syekh Daud al-Bakhili
22. Syekh Muhammad Bahru Sofa
23. Syekh Ali bin Muhammad bin Wafa
24. Syekh Yahya al-Qadiri
25. Syekh Ahmad bin Aqabah al-Hadhrami

104 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

26. Syekh Ahmad Zaruq


27. Syekh Ahmad bin Yusuf al-Ghilani
28. Syekh Ali bin Abdullah al-Ghilani
29. Syekh Abu al-Qasim al-Ghazi
30. Syekh Ahmad bin Ali al-Hajal-Dar'i
31. Syekh Muhammad bin Nasir
32. Syekh al ’Arabi al Fasytali
33. Syekh Umar bin Muhammad al-Hawari
34. Syekh Sayyid Abdul Aziz bin Mas’ud Ad-Dabbagh
35. Syekh Abdul Wahab At-Taziyyi
36. Syekh Ahmad bin Idris Al-Fasi
37. Syekh Muhammad bin Ali As-Sanusi
38. Syekh Muhammad al-Mahdi
39. Syekh Ahmad Syarif As-Sanusi
40. Syekh As'ad bin Abdurrasyid

Nama Penulis | 105


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

BAB 3
Melanjutkan Visi Misi Dakwah Anregurutta K.H.
Muhammad As’ad

A. Dari Madarasah Arabiyatul Islamiyah Ke Pondok


Pesantren As’adiyah

Pondok Pesantren As’adiyah telah melewati pase yang


cukup panjang sejak kelahirannya. Pada awalnya Anregurutta
K.H. Muhammad As’ad melaksanakan pengajian di rumahnya
sendiri, namun murid (ana’ mangaji) kian hari kian bertambah
banyak, akhirnya dipindahkan ke Masjid Jami Sengkang. Murid-
murid tersebut datang dari dalam dan luar kabupaten Wajo.
Selanjutnya pada bulan Zulhijjah 1348 H/ Mei 1930, pesantren
tersebut dikembangkan dengan mendirikan sebuah madrasah
bentuk baru yang dicita-citakan dan diberi nama “Al-
Madrasatul Arabiyatul Islamiyah” yang disingkat MAI dibawah
pimpinan dan asuhan beliau sendiri.89

89
Pimpinan Pusat As’adiyah, Buku Setengah Abad As’adiyah 1930-
1980, Sengkang, 1979, h. 9-10

106 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Pada tahun berikutnya, 1931 M, atas usaha pemerintah


Kerajaan Wajo (Petta Ennenge) yang dipelopori oleh Bapak
Andi Cella, dibangunlah sebuah gedung yang bergandengan
dengan masjid Jami Sengkang, sehingga kegiatan pesantren dan
MAI sudah dialihkan ke gedung tersebut.90
Disamping itu, dengan bekerjasama dengan Pemerintah
Kerajaan Wajo (Petta Ennenge), maka Anregurutta K.H.
Muhammad As’ad dapat menyebarkan dakwah Islamiyah ke
seluruh pelosok tanah Wajo dan daerah-daerah sekitarnya.
Sadar akan beratnya tugas tersebut, maka beliau dengan segala
kesabaran dan ketabahannya terus membina kader-kader
muballig dan pendidik lewat MAI, sehingga dalam beberapa
tahun saja pesantren ini telah mendapatkan sambutan besar dari
masyarakat, terbukti dengan berduyung-duyungya murid-murid
yang datang dari berbagai pelosok tanah air untuk belajar pada
pesantren tersebut, misalnya saja dari berbagai daerah di
Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera Tengah dan
sebagainya. Adapun tingkatan-tingkatan pendidikan yang telah
dibuka pada waktu itu meliputi: a) Tahdhiriyah (3 tahun); b)

90
Ibid., h. 11

Nama Penulis | 107


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Ibtidaiyah (4 tahun); c) Tsanawiyah (3 tahun); d) I’dadiyah (1


tahun); e) Aliyah (3 tahun).91
Seiring berjalannya waktu, maka pada saat madrasah ini
mengalami kemajuan yang pesat maka Anregurutta K.H.Muh.
As’ad mengangkat asisten (pembantu) dalam melaksanakan
tugasnya. Beliau memilih murid-murid seniornya yang mampu,
yang kesemuanya telah pernah mengecap pendidikan di tempat
lain sebelum belajar pada beliau. Tercatat di antaranya Ustadz
H. Ambo Dalle, Al-Haji Daud Ismail, Haji Hobe, Haji Zainal
Abidin, Hasanuddin, Haji Langka, Haji Benawa, dan Al-Haji
Muhammad Ja’far Hamzah. Kemudian menyusul santri lainnya
seperti; Haji Muhammad Yunus Martan, Haji Muhammad
Abduh Pabbaja, Haji Muhammad Yusuf Hamzah, Haji
Muhammad Tahir Jalang, Abdur Raqib Palopo, Abbas dan
Abdussalam yang keduanya dari Sidrap, Haji Mahmud
Soppeng, Haji Mahmud Bone, Haji Ali Bone, Haji Nurdin Safa,
Haji Abdur Rahman Bulupatila, Haji Yusuf Bone, kesemuanya
yang tersebut tadi memikul dua amanah yaitu belajar dan
mengajar. Tahap berikutnya menyusul seperti Haji Muhammad

91
Ibid.h. 11

108 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Amin Nasir dari Sengkang, Haji Muhammad Zaid Bone, Haji


Muhammad Yusuf Surur Bone, dan lainnya.92
Disamping guru-guru tersebut di atas, beliau juga dibantu
oleh dua orang ulama besar yaitu Sayyid Abdullah Dahlan
Garut dan Syekh Muhmud Abdul Jawad Bone, masing-masing
adalah bekas pemangku mazhab Syafi’i di Mekah dan bekas
walikota/ Mufti besar kota Madinah.93 Sedangkan untuk
kegiatan penghafal al-Qur’an, beliau dibantu oleh seorang guru
huffazh yakni Assayyid Ahmad ‘Afifi, alumni Universitas Al-
Azhar Mesir. Adapun sistem pendidikan yang dipergunakan
beliau dalam pesantren itu adalah kombinasi antara system
persekolahan dengan system pesantren itu sendiri. Pesantren
yang ada juga itu meliputi bagian huffadz al-Qur’an.94
Madrasah berjalan lancar, tertib, dan aman di tengah-tengah
kota Sengkang di bawah pimpinan dan bimbingan Anregurutta
K.H. Muhammad As’ad sampai pecahnya perang dunia II yang

92
Syekh Daud Ismail, Riwayat Hidup K.H. Muh. As’ad Pendiri Utama
As’adiyah Sengkang Wajo. 1989. h. 12-13

93
Pimpinan Pusat As’adiyah, Loc. Cit.

94
Ibid.

Nama Penulis | 109


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

membawa suatu era baru dari madrasah ini, namun telah


berhasil mencetak Abituren (alumni) dengan memperoleh
ijazah, yang kelak akan menyandang gelar ulama besar pada
zamannya dan tersebar di mana-mana. 95
Setelah pendudukan Jepang di Indonesia, Madrasah
As’adiyah merasakan kesulitan sebagaimana yang dialami oleh
madrasah-madrasah lainnya di Indonesia. Akan tetapi Madrasah
As’adiyah tidak pernah pudar cahanyanya walau mengalami
perubahan kostum pakaian. Sepertinya madrasah-madrasah
sebelum Perang Dunia II telah menggunakan mobiler meja
kursi tetapi sesudah perang tersebut madrasah-madrasah
dilarang menggunakan peralatan tersebut, sehingga aktivitas
pendidikan formal dilakukan dengan duduk bersila di lantai.96
Keadaan ini tidaklah membawa madrasah ini kehilangan
pamor di mata masyarakat dan para pencintanya, walaupun
keadaannya kembali bersahaja dari ukuran fisik aktifitasnya jalan
seperti sedia kala, bahkan tetap memberikan pelayanan kepada
mereka yang masih tetap berdatangan dari segenap plosok

95
Syekh Daud Ismail, Op. cit., h. 14
96
Ibid.

110 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

daerah di Sulawesi Selatan maupun di luarnya. Selesai Perang


Dunia II keadaan madrasah pulih seperti semula, Madrasah
As’adiyahpun kembali memakai meja kursi dan tentunya
kegiatan belajar mengajar kembali normal pula.97
Bila madrasah telah lepas dari hambatan yang ditimbulkan
oleh perang, maka hambatan lainnyapun mulai ada terasa,
dimaklumi bahwa Indonesia setelah merdeka dari penjajah
Belanda dan Jepang, timbul perpecahan di kalangan pemikir-
pemikir dan pejuang politikus yang menginginkan negara ini
berdasar pada haluan ideologi mereka. Akibat dari perpecahan
tersebut, segolongan yang lari ke hutan untuk bergerilya,
sebagian lagi golongan tetap di kota tetapi melakukan gerilya
politik, kesemuanya menyusun kekuatan dan persenjataan
secara diam-diam dan terang-terangan yang dipersiapkan
melawan pemerintahan yang sah. Keadaan ini menimbulkan
dampak negatif dalam segenap aspek kehidupan bermasyarakat,
namun yang amat terasa adalah gangguan perhubungan kota
dan pedalaman yang amat sukar ditempuh oleh alat transfortasi.
Keadan ini berlangsung selama lebih kurang lima belas tahun

97
Ibid.

Nama Penulis | 111


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

lamanya. Dalam masa kegoncangan inilah Anregurutta K.H.


Muhammad As’ad meninggal dunia dan meninggalkan amanah
yaitu Madrasah As’adiyah yang merupakan penjelmaan dari Al-
Madrasah Al-Arabiyah Al-Islam yang beliau pimpin sendiri
semasa hidupnya.98
Setelah wafatnya Gurutta K.H. Muh. As’ad pada tanggal 29
Desember 1952, maka kepemipinan dilanjutkan oleh K.H.
Daud Ismail bersama dengan K.H. M. Yunus Martan. Di
tangan kedua beliaulah nama MAI dirubah menjadi MA
(Madrasah As’adiyah), nama yang dinisbahkan kepada
pendirinya “As’ad”.99Selanjutnya usaha pertama yang dikerjakan
oleh keduanya adalah melembagakan Perguruan As’adiyah
agar mudah diorganisir untuk kelancaran pendidikan dan
pengajaran. Demikianlah pada tanggal 15 oktober 1953
didirikan suatu Yayasan di hadapan Notaris B.E. Dietz di
Makassar yang diberi nama “Yayasan Perguruan As’adiyah”
dengan Akte Nomor: 29.
Untuk menyelusuri lebih jauh fase-fase pembinaan
Madrasah As’adiyah setelah wafatnya K.H. Muh. As’ad, maka

98
Ibid., h. 15

99
Pimpinan Pusat As’adiyah.,Op.cit., h. 12

112 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

setelah K.H. Daud Ismail kembali ke daerah asalnya Soppeng


dan langsung mendirikan Madrasah Muallimin dan Pesantren
Yasrib, maka pimpinan Perguruan As’adiyah berada di tangan
K.H. M. Yunus Martan sejak tahun 1961. Sejak kepemimpinan
beliau Perguruan As’adiyah mengalami kemajuan yang lebih
pesat lagi. Selanjutnya, pada tahun 1962 dibukalah Taman
Kanak-Kanak (TK) untuk menampung anak-anak yang
semakin bertambah jumlahnya dan harus memperoleh
pendidikan pra sekolah. Dalam tahun 1963 dibukalah Madrasah
Menengah Atas (MMA) yang kemudian dirubah menjadi
Pendidikan Guru Agama 6 Tahun (PGA 6 Tahun) guna
menampung tamatan PGA 4 Tahun yang berhasrat
melanjutkan pendidikannya. Sekolah Dasar baru dibuka dalam
tahun 1964 untuk memenuhi tuntutan masyarakat akan suatu
sekolah umum yang mempunyai presentase mata pelajaran
agama yang cukup, yang sering disingkat dengan SDA. Pada
tahun itu juga, dibuka Perguruan Tinggi Islam As’adiyah
dengan tiga fakultas yaitu: fakultas Ushuluddin, fakultas Syariah,
dan fakultas Tarbiyah. Dengan dibukanya PTAI ini maka
Perguruan As’adiyah telah lengkap mempunyai semua tingkatan

Nama Penulis | 113


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

pendidikan yaitu dari terendah Taman Kanak-Kanak sampai


tertinggi Perguruan Tinggi. 100
Di bidang dakwah juga semakin ditingkatkan peranannya
melalui Radio Suara As’adiyah yang pembangunannya dimulai
pada tanggal 13 september 1968, dimana sebagian besar bersifat
keagamaan. Status pemancar radio tersebut langsung di bawah
pengawasan Perguruan As’adiyah, tetapi dengan adanya
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1970 serta petunjuk-
petunjuk umum mengenai pelaksanaannya, di mana ditetapkan
bahwa penyelenggaraan radio siaran harus dilakukan oleh suatu
badan hukum tersendiri. maka pada tanggal 29 Juli 1972
didirikan suatu badan hukum dalam bentuk Perseroan Terbatas
dengan Akte Nomor 73 di hadapan Notaris Sitske Limoa
Ujung Pandang, dan diberi nama PT Radio Suara As’adiyah,
dengan tujuan menyelenggarakan radio siaran untuk usaha-
usaha penerangan, pendidikan dan hiburan. Sejak itulah, Radio
Suara As’adiyah secara organisatoris berdiri sendiri, namun
tetap merupakan media dakwah dari Perguruan As’adiyah. 101

100
Ibid., h. 13

101
Ibid., h.15

114 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Untuk lebih mengembangkan pendidikan agama ke seluruh


pelosok serta untuk memenuhi hasrat masyarakat di berbagai
daerah akan adanya sekolah agama maka Perguruan As’adiyah
sejak tahun 1953 telah melebarkan sayapnya dengan membuka
cabang-cabang di daerah yang membutuhkan.102
Gambaran perjalanan As’adiyah di atas, menunjukkan
bahwa pondok Pesantren As’adiyah dapat eksis di masyarakat
atas dukungan pemerintah setempat dan masyarakat secara
umum. Perjalanan tersebut mengalami berbagai cobaan seiring
penjajahan Jepang dan Belanda yang berimbas pada format
pendidikan pesantren As’adiyah. Berbagai rintangan dan cobaan
tersebut dapat dilewati dan mengukuhkan pesantren As’adiyah
sebagai pesantren tertua di Sulawesi Selatan yang pada akhirnya
menjadi embrio lahirnya pesantren-pesantren lain yang sanad
keilmuannya masih memiliki hubungan erat dengan pondok
pesantren As’adiyah. Bahkan mayoritas pendiri pesantren
tersebut adalah alumni yang kemudian mendirikan pesantren
sendiri sebagai upaya penyediaan pendidikan yang mudah

102
Ibid., h. 16

Nama Penulis | 115


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

dijangkau masyarakat di berbagai daerah. Kini cabang As’adiyah


menjangkau berbagai provinsi di Indonesia.

B. Sistem Pendidikan
a. Antara Halaqah dan Klasikal
Sejak awal perkembangannya, pesantren ini sudah
mencoba mensinergikan antara sistem pendidikan
tradisional dan sistem yang diperkenalkan kolonial Belanda
dengan menempuh system klasikal (madrasi). Dan tahap
selanjutnya, sistem pendidikan madrasah di pondok
pesantren As’adiyah tersebut di tata ulang penjenjangannya
sesuai dengan sistem penjenjangan pendidikan nasional di
bawah pengaturan Departemen Agama Republik Indonesia
dengan menambah pelajaran umum dalam kurikulumnya.
Dengan demikian, santri yang mengikuti pendidikan di
lembaga tersebut memperoleh dua hal sekaligus: keluasan
ilmu pengetahuan dan kemantapan iman sekaligus.103

103
Mastuki dan M. Ishom El-Saha, ed. Intelektualisme
Pesantren;Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era Perkembangan
Pesantren, (Cet. III; Jakarta: Diva Pustaka, 2006), h. 282

116 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Bentuk pembelajaran dengan sistem halaqah dan


sistem klasikal telah diterapkan Pesantren As’adiyah dan
kedua sistem ini berjalan seiring tanpa saling mengganggu,
bahkan saling melengkapi antara satu dengan lainnya.
Bentuk halaqah dilaksanakan di dalam mesjid dengan
bentuk: kyai duduk di atas tempat duduk yang tersedia dan
para santri duduk berjejer di hadapannya membentuk
setengah lingkaran. Kemudian kyai membacakan kitab
berbahasa Arab dan menerjemahkan serta menjelaskan
maksudnya dalam bahasa daerah Bugis. Ketika itu para
santri menyimak kitab yang dibaca kyai dan memberikan
tanda baca kemudian menulis atau mencatat arti kata yang
belum dipahami di atas tulisan Arab dalam kitab tersebut.104
Mangaji tudang adalah salah satu metode dakwah
tradisional yang dikembangkan K.H.Muh. As’ad, yang oleh
penduduk dan masyarakat sekitar akrab memanggilnya
dengan sebutan “Anregurutta Fuangngaji Sade”. Pengajian
ini pada awalnya hanya dilakukan di rumah kediamannya,

104
Muhammad As’ad, Pondok Pesantren As’adiyah, Jurnal "Al-
Qalam" Volume 15 Nomor 24 Juli - Desember 2009 h. 341

Nama Penulis | 117


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

namun dengan semakin bertambahnya santri maka


pengajian itu di pindahkan ke Masjid Jami’ dengan metode
yang sama (mengaji tudang).105 Anregurutta K.H.Muh.
As’ad berperan dalam proses transmisi dan penafsiran teks
agama, khususnya pada sejumlah kitab kuning. Konteks
pengkajian agama awal abad 20 di Sulawesi Selatan masih
menggunakan cara tradisional. Oleh karena itu, rumah milik
para kiyai menjadi ruang pembelajaran sebagaimana
dilakukan beberapa ulama setempat, misalnya H. Abdul
Aziz Gobe (Sengkang, 1910), H. Ambo Emme (Sengkang,
1910-1920), H. Maratang (Belawa, 1920), H. Makkatu
(Tosora, 1920).106
Pada perkembangan selanjutnya, Gurutta H.M.
As’ad mengambil langkah strategis dengan melakukan
pembaruan pendidikan Islam dengan cara klasikal yakni
mendirikan Madrasah Arabiyah Islamiya (MAI) Wajo tahun

105
Aguswandi, Kontribusi AGH. Muhammad As’ad Terhadap
Pengembangan Dakwah di Sengkang Kabupaten Wajo (Suatu Kajian Tokoh
Dakwah), Jurnal Al-Khitabah, Vol. V, No. 2, November 2018, h. 128

106
Taqwa dan Muhammad Irfan Hasanuddin, Anregurutta H.M.
As’ad Dan Genealogi dan Studi Islam Asia Tenggara di Tanah Bugis Abad 20,
Palita: Journal of Social Religion Research, Vol.5, No.2, Oktober-2020, h.153

118 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

1930 di samping tetap mempertahankan pengajian halaqah


(mangaji tudang). Kombinasi pengajian halaqah dan sistem
klasikal madrasah pada akhirnya menghasilkan arsitek dan
aktor pembentuk jaringan ulama Asia Tenggara awal Abad
20 di Sulawesi Selatan. Beberapa murid Gurutta H.M. As’ad
menjadi ulama besar dan ikon pesantren misalnya Gurutta
H.M. Daud Ismail (Yastrib-Soppeng), Gurutta H.M. Yunus
Maratan (As’adiyah Sengkang), Gurutta H.Ambo Dalle
(DDI-Mangkoso), Gurutta H.M. Abduh Pabbaja (Al-
Furqan, Pare-Pare), Gurutta H. Muin Yusuf (al-Urwatul
Wutsqa-Sidrap), Gurutta H.Marzuki Hasan (Darul
Isitqamah Maccopa Maros), dan sebagainya.107
Dinamika kolaborasi pengajian halaqah dan
madrasah yang diterapkan Gurutta H.M. As’ad berhasil
mengkader ulama masa depan. Selain generasi pertama yang
telah mengembangkan jaringan keilmuan lewat pesantren
baru, beberapa alumni awal mempunyai peran vital dalam
pengembangan As’adiyah ke depan, misalnya Gurutta H.
Hamzah Badawi, Gurutta Hamzah Manguluang, dan

107
Ibid.

Nama Penulis | 119


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Gurutta H.Abdul Malik. Untuk ulama generasi kedua,


beberapa nama dapat disebut antara lain, Gurutta H.M.
Rafi’ Yunus Maratan, Gurutta H. Abdul Qadir, Gurutta
H.Abunawas Bintang, Gurutta M. Ilyas Salewe, Gurutta H.
Rahman Musa, Gurutta H.M. Ali Pawellangi, Gurutta
H.Muhammad Hasan, Gurutta H. Abdul Gani P dan
sebagainya.108
Selanjutnya, kelahiran Ma’had Ali As’adiyah yang
semula hanya kelas takhassus telah menjadi cikal bakal
lahirnya pengkaderan ulama baik di tingkat provinsi
maupun nasional. Kelas takhassus yang dibentuk Gurutta
H.M. As’ad kemudian dilanjutkan Gurutta H.M. Yunus
Martan dan Gurutta H.Abdul Malik dapat disebut sebagai
inkubator akademik, keulamaan dan skill sosial.
Transformasi kelas takhassus menjadi Ma’had ‘Ali
merupakan visi penting pesantren As’adiyah yang terus
dipertahankan. Keajegan dan eksistensi transmisi keilmuan
atau studi Islam pada tingkat advanced yang senantiasa
dipertahankan menjadikan Pesantrren As’adiyah menjadi

108
Ibid.

120 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

satu-satunya pesantren di Indonesia Timur yang terpilih


mengembangkan Ma’had ‘Ali secara formal.109
Pengajian halaqah yang dilaksanakan diperuntukkan
bagi semua santri dan terkadang diikuti oleh masyarakat
umum. Untuk menampung seluruh santri dan memudahkan
mereka mengikuti pelajaran, pengajian halaqah dilaksanakan
pada masjid-mesjid kampus dan dekat kampus, yaitu Masjid
Agung Ummul Qura terletak di jalan Masjid Raya, Masjid
Jami' Kampus Puteri As'adiyah jalan K.H. Muh, As'ad,
Masjid Al-Ikhlas Kampus Putera As'adiyah di Lapongkoda,
dan masjid di kampus Macanang. Pengajian halaqah pada 4
masjid tersebut dikelola dan diatur oleh departemen
kepesantrenan dan pengkaderan ulama termasuk penetapan
dan pengaturan tenaga pengajamya. Jumlah tenaga pengajar
pada pengajian khalaqah di mesjid Agung Ummul Qura
sebanyak tujuh orang yaitu K.H.Abd. Malik Muhammad,
K.H. Hamzah Badawi, K.H. Abdullah Katu, Drs.
Abunawas Bintang, Drs. H. Muhammad Hasan, Drs. H.M.
Ilias Salawe, dan K.M. Abd. Gani. Tenaga pengajar di

109
Ibid., h.154

Nama Penulis | 121


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

mesjid jami berjumlah 12 orang terdiri atas delapan orang


laki-laki dan empat orang wanita yaitu K.M. Abd. Gani,
Drs. Nurdin Maratan, Drs. H. Ali Palewangi, Drs.
Muhiddin Tahir, Drs. Muhammad Syuaib, Drs. Abd. Halim
Aco, K.M. Muhammad Ikhwan, drs. Abu Nawas Bintang,
Hj. Nur Kamri, Dra. St. Aminah Adnan, Dra. Rusmyati
Nuh dan Dra. St. Sagirah; Sedangkan tenaga pengajar di
mesjid al ikhlas berjumlah enam orang yaitu Drs. H.
Muhammad Ali Palewangi, drs. Muhammad Syuaib, Drs.
Muhiddinn Tahir, Drs.H. Muhammad Ilyas, Drs. Abunawas
Bintang dan Drs. H. Muhammad Hasan.110
Pada perkembangan selanjutnya Pesantren As’adiyah telah
mencetak generasi yang mampu memberikan pengajian
sebagaimana tergambar dalam jadwal pengajian khalaqah di
bawah ini:111
a. Jadwal pengajian khalaqah Macanang
1) Malam/Subuh sabtu : Munasyiruddin, S.H.i (Tafsir
jalalain)

110
Muhammad As’ad, Op.cit, h. 342

111
Muhammad Amin, Kepala Mts As’adiyah Putera 2 Pusat
Sengkang, 12 Maret 2021

122 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

2) Malam/Subuh Ahad : KM. Ayyubkan, S.Pd.I (


Tafsir jalalain)
3) Malam/Subuh Senin : KM. Abdul latif, S. Pd. I/
KM. Abdul Masir, S. Pd.I ( RiyadusShalihin)
4) Malam/Subuh Selasa : KH. Nurdin Marratang,
S.Ag. ( Fathul Muin / Tanwir Qulub)
5) Malam/Subuh Rabu : H. Hasan Basri, Lc. (
Kasyifatussaja)
6) Malam/Subuh Kamis : Drs. H. Idris Malik (
Mauizatul mu'minin)
b. Jadwal pengajian khalaqah Masjid al-Munir,
1) Sabtu, Muhazzab (magrib), syarh hikam (subuh)
oleh AG. Drs. H. M. Syuaeb Nawang.
2) Ahad, Fathul Muin (magrib) oleh. grt. KH. Nurdin
Maratang, S. Ag., Mauidzatul Mu'minin (subuh)
oleh. Drs. H. M. Idris Malik.
3) Senin, Tafsir Jalalain (magrib) oleh KM. Ahmad
Agus, S. Pd. I., Tafsir al-Munir (subuh) oleh grt. Dr.
KH. Muhyiddin Tahir, M. Th. I

Nama Penulis | 123


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

4) Selasa, Tanwir Qulub (magrib) oleh KM. Ahmad


Agus, S. Pd. I., Sunan Abi Daud (subuh) oleh. grt.
Dr. KH. Muhyiddin Tahir, M. Th. I
5) Rabu, Irsyadul Ibad (magrib) oleh AG. Drs. H. M.
Syuaeb Nawang, Riyadhu Shalihin (subuh) oleh.
Drs. KH. M. Idman Salewe, M. Th. I
6) Kamis, Tafsir Jalalain(magrib) oleh. Drs. KH.
Riyadhi Hamdah, M. Th. I., Shahih Bukhari (subuh)
oleh. KM. Hasmulyadi, M. Pd. I.
c. Jadwal pengajian khalaqah masjid Al-Ikhlas kampus 2
lapongkoda
1) Malam/subuh Sabtu : K. M Ardi muharram S. Hi
(Riyadussghalihin) K. M. Akbar idrus S. Pd (Tafsir
jalalain)
2) Malam/Subuh Ahad : K. M. Taufiq baharuddin S.
H (Riyadushalihin ), H. Hasan basri LC (Kifayatul
akhyar)
3) Malam/Subuh Senin : KM. Abdul Manaf (Fathul
muin), Tafsir jalalain (K. M. Syamsuryadi S. Ag)

124 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

4) Malam/Subuh Selasa : K. M. Muhammad Amin


(Fathul qarib) K. M. Abd Khaliq S. Pd ( Riyadu
shalihin)
5) Malam/Subuh Rabu : K. M. As'ad marewang (
Tafsir jalalain), Grt pak Harta (Muizatul mu'minib)
6) Malam/Subuh Kamis : K. M. Misbahiddin (
safinatun najah), K. M. Azwandi S. Pd (Tanwir
qulub).
d. Jadwal pengajian khalaqah masjid Jami’ Sengkang
1) Magrib Sabtu: Dra. Hj. Siti Aminah Adnan, M.Ag
dan K.M. Nurfaiqah, S.Pd.I (Tanwirul Qulub),
Subuh Sabtu: Drs. K. H. M. Syuaeb Nawang dan
Dr. KM.H. Muhyiddin Tahir, M.Th.I (Kifayatul
Atqiya)
2) Magrib Ahad: K.M. Muh. Yahya Saleh, S.Ag dan
K.M. Nurfaiqah, S.Pd.I (Irsyadul Ibad), Subuh
Ahad: Dr.H. Muh. Harta, M.Ag dan K.M.
Hasmulyadi,M.Pd. (Mauidzatul Mu’minin)
3) Magrib Senin: K.M. Hj.Siti Fatimah, S.Ag. dan KM.
Ernaningsih, S.Pd. (Tafsir Jalalain), Subuh Senin:

Nama Penulis | 125


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Drs. H. M. Subair, SH, dan K.M. Muh Yahya Saleh,


S.Ag (Tafsir Jalalain)
4) Magrib Selasa: KM. Wafiah Sahal, S.HI, dan KM.
Muh As’ad Maruwewang, S.Pd.I (Kasyifatus Syaja),
Subuh Selasa: H.Muh. Amin Zakaria dan KM.
Wafiah Sahal, S.HI, (Fathul Muin)
5) Magrib Rabu: K.M.H. Nurdin Maratang, S.Ag dan
K.M. Muh. Yunus Massekati, S.Fil.I (Tanwirul
Qulub), Subuh Rabu: Dr. KM.H. Muhyiddin Tahir,
M.Th.I dan K.M. Ilham Nur, M.Pd.I (Muhtarul
Ahadits)
6) Magrib Kamis: K.M. Sumarni Naim, S.Ag dan KM.
Darmiati, SPd.I (Fathul Qarib), Subuh Kamis: Dra.
Rabiah Lamming, M.Sos.I dan KM. Usman Fateha
(Riyadus Shalihin).
e. Jadwal pengajian khalaqah Mushalla Putri As’adiyah
Lapongkoda
1) Magrib Sabtu: K.M. Ahmad Agus, S.Pd.I dan K.M.
Rosnaeni, S.Pd.I (Tafsir Jalalain). Subuh Sabtu: H.
Abdul Hannan, M.Ag dan K.M. Kasyifa Ilyas,
S.Pd.I (Riyadhus Salihin)

126 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

2) Magrib Ahad: Drs. K.H.M. Idris Malik (Mauidzatul


Mu’minin), Subuh Ahad: Dr. KM.H. Muhyiddin
Tahir, M.Th.I dan K.M. Rosnaeni, S.Pd.I (Tafsir
Jalalain)
3) Magrib Senin: Dra. Rosmiani Nuhing dan K.M.
Heriyanti, S.Pd.I (Riyadhus Salihin), Subuh Senin:
Dra. Aidah Latif, S.Pd.I dan K.M. Nurdin
Maratang, S.Ag, (Fathul Muin).
4) Magrib Selasa: Drs. K.H.M. Yusuf Razaq,
M.Pd.(Mauizha Mu’minin), Subuh Selasa,
f. Jadwal pengajian khalaqah di masjid Agung Ummul
Quraa
1) Jumat Malam: Dr. KM. H. Abdul Waris Ahmad,
M.Hi (Sunan Abi Daud)
2) Sabtu Subuh: Dr. KH. Muhyiddin Tahir, M.Th.I
(Riyadhu Sholihin)
3) Sabtu Malam: Dr. KH. Muhyiddin Tahir, M.Th.I
(Tafsir Al-Munir)
4) Ahad Subuh: Drs. H. Muh. Yusuf Razaq, M.Pd.
(Mauidzatul Mu’minin)

Nama Penulis | 127


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

5) Ahad Malam: KH. Riyadhi Hamda, M.Hi (Shahih


Bukhori)
6) Senin Subuh: KM. Suyuti Gaffar, M.Ag (Syarhul
Hikam)
7) Senin Malam: Dr. KM. H. Abdul Waris Ahmad,
M.Hi (Bulugul Marom)
8) Selasa Subuh: Drs. KH. Muhammad Sagena, MA
(Tanwirul Qulub)
9) Selasa Malam: Drs. KH. Muhammad Sagena, MA/
Dr. KH. Muhyiddin Tahir, M.Th.I (Tafsir Jalalain)
10) Rabu Subuh: Drs. KM. M. Syuaib Nawang (Irsyadul
Ibad)
11) Rabu Malam: KH. Nurdin Maratang, S.Ag (Fathul
Mu’in)
12) Kamis Subuh: Drs. KM. M. Syuaib Nawang
(Muhadzab)

Tradisi pengajian Kitab Kuning terus terpelihara


sejak era Gurutta KH. Muh. As’ad sampai sekarang. Hal
tersebut didukung dengan lahirnya generasi penerus/alumni
yang tidak hanya memiliki kemampuan bahasa Arab tetapi
juga pemahaman yang baik atas kitab-kitab yang telah

128 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

dipelajarinya. Distribusi alumni dilakukan ke cabang-cabang


As’adiyah di berbagai daerah, menjadikan pengajian kitab
kuning tidak hanya dilakukan di pusat tetapi juga di cabang-
cabang As’adiyah tersebut.

b. Pengembangan Kurikulum Pendidikan

Sejak didaftarkan menjadi “Yayasan Perguruan As’adiyah”,


perguruan ini sedikit demi sedikit dikembangkan dan diperluas.
Di bidang kurikulum diadakan perubahan yang cukup besar
dengan menyesuaikan sekolah-sekolah pemerintah yaitu
memasukkan pelajaran umum ke dalam semua tingkat yang ada
yaitu Ibtidaiyah dan Tsanawiyah dengan perbandingan 60%
mata pelajaran agama dan 40% mata pelajaran umum. Pada
tahun 1955 dibukalah tingkat Aliyah untuk menampung
tamatan Tsanawiyah yang selalu bertambah dari tahun ke tahun
dan ingin melanjutkan pelajaran ke tingkat yang lebih tinggi.
Tahun 1956 dibuka pula Madrasah Menengah Pertama (MMP)
yang kemudian dilebur menjadi Pendidikan Guru Agama 4

Nama Penulis | 129


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Tahun (PGA 4 Tahun).112 Kurikulum yang diterapkan di


madrasah ini menggunakan kurikulum terpadu yaitu Kurikulum
Nasional, Kurikulum Kementrian Agama, serta Kurikulum
As’adiyah sendiri. Arah dan tujuan kurikulum diterapkan secara
integratif. Jumlah mata pelajaran dan beban belajar memang
sedikit bertambah tapi perimbangan materi umum dan ke-
Islaman berbanding proposional 40-60. Oleh karena itu,
Muhammad Haderawi kepala MTs. As’adiyah Putra II Pusat
Sengkang mengatakan bahwa implementasi kurikulum terpadu
sesungguhnya menjadi ciri khas dan keunggulan yang sulit
ditemukan di satuan pendidikan lain di luar pesantren
As’adiyah.113

112
Pimpinan Pusat As’adiyah,Op.cit.,h. 13 Jenis dan jenjang
pendidikan madrasah yang dibina As'adiyah pada saat ini terdiri atas
Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Diniyah (MD), Madrasah Tsanawiyah
(MTs.), dan Madrasah Aliyah (MA). Kurikulum yang diterapkan pada
madrasah-madrasah ini adalah kurikulum Departemen Agama dengan
penambahan mata-mata pelajaran agama berdasarkan kurikulum As'adiyah
sendiri, seperti: Qur'an, Tajwid, Ushul Tafsir, Nahwu Sharaf, Qiraah
Muthalaah, Ushul Hadits, Faraid, ilmu Rasmi, dan pendidikan dakwah. Di
samping membina madrasah, untuk merespon animo masyarakat terhadap
sekolah umum, As'adiyah juga mendirikan sekolah dari tingkat SD sampai
SMU. Kurikulum yang diterapkan pada sekolah ini adalah kurikulum
Departemen Pendidikan dengan menambahkan mata-mata pelajaran agama
berdasarkan kurikulum As'adiyah. Lihat, Muhammad As’ad, Op.cit.,h. 343

130 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Sampai Tahun 1994, tercatat Pesantren As’adiyah telah


tersebar pada 9 provinsi dengan 272 cabang yang meliputi
provinsi; Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,
Maluku, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, Jambi, Riau,
Nusa Tenggara Timur. Lembaga pendidikan yang dibina di
tingkat pusat meliputi; 1) Perguruan Tinggi (Institut Agama
Islam As’adiyah) dengan tiga fakultas (Ushuluddin, Tarbiyah,
dan Syariah); 2) Madrasah Aliyah Putra dan Putri; 3) Madrasah
Tsanawiyah I dan II/Putra dan Putri; 4) Madrasah Ibtidaiyah;
5) Sekolah Menengah Atas (SMA); Sekolah Menengah Pertama
(SMP); Sekolah Dasar As’adiyah (SDA); Taman Kanak-Kanak
(Raodatul Atphal). sedangkan di tingkat cabang meliputi; 1)
Madrasah Aliyah sebanyak 5 cabang; 2) Madrasah Tsanawiyah
24 cabang; 3) Madrasah Ibtidaiyah 272 cabang; 4) Madrasah
Menengah Atas 2 cabang; 5) Sekolah Menengah Pertama 3
cabang; 6) Sekolah Dasar As’adiyah 7 cabang; 6) SLB 1
cabang.114 Seiring kebutuhan pendidikan di berbagai daerah,

113
Nurul Mawaddah, Urgensi Pendidikan Karakter Sebagai
Pengembangan Mental Peserta Didik Di Mts. As’adiyah Putra Ii Pusat
Sengkang, Jurnal Al-Ishlah Vol. XV No. 1, Januari – Juni 2017, h. 74-75
114
Pengurus Besar As’adiyah Periode 1993-1998, Pondok Pesantren
As’adiyah 1930-1994. h. 8-11

Nama Penulis | 131


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

pondok pesantren As’adiyah terus mendirikan cabang dan


memberikan pendampingan dari sisi SDM guru dengan
mendistribusikan para alumni.
Hubungan antara Madrasah As’adiyah di Sengkang dengan
Madrasah As’adiyah di cabangcabang itu terbatas hanya pada
supervisi, penyediaan tenaga pengajar dan penyediaan
kurikulum yang akan digunakan di cabang masing-masing.
Setiap cabang bertanggung jawab untuk pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan serta nafkah tenaga-tenaga pengajarnya.
Sejak berdirinya secara resmi pada tahun 1930, sampai
sekarang, Madrasah As’adiyah telah memiliki 381 cabang yang
tersebar di berbagai tempat di Indonesia. Cabang terbanyak
terdapat di Kabupaten Wajo sendiri, kemudian di berbagai
Kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, Riau,
dan Jambi. Jumlah santri yang tercatat, baik yang ada di
Sengkang maupun di cabang-cabang, berjumlah sekitar 34.000
santri. Di Sengkang sendiri, jumlah keseluruhan santri yang ada
dari tingkat TK/RA sampai Perguruan Tinggi, adalah sekitar

132 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

3110 orang, yang dibina oleh, 220 orang tenaga pengajar. 115
Jumlah tersebut mengalami perkembangan dari tahun ke tahun
seiring pertumbuhan cabang setiap tahunnya.
Di samping lembaga-lembaga yang disebutkan di atas,
Pondok pesantren As’adiyah sejak awal kehadirannya sampai
saat ini tetap mempertahankan system halaqah (pengajian kitab
kuning) yang dilaksanakan setiap malam sesudah shalat magrib
dan setiap subuh sesudah shalat shubuh yang diikuti oleh santri
dan santriwati As’adiyah dari tingkatan Ibtidaiyah sampai
tingkatan Perguruan Tinggi. 116
Untuk menampung jumlah santri yang begitu besar
jumlahnya, maka pengajian halaqah dilaksanakan pada tiga
tempat yaitu; 1) Masjid Agung Ummul Qura Kabupaten Wajo;
2) Masjid Jami, kampus putri As’adiyah; 3) Masjid Al-Ihlas,
kampus putra As’adiyah. Adapun kitab-kitab yang dipergunakan
sebagai pegangan dalam pengajian halaqah tersebut adalah; 1)
Tafsir Jalalain; 2) Shahibul Bukhari; 3) Sunan Abi Daud; 4)

115
Amiruddin Mustam, Pesantren Dalam Dinamika; Studi pada
Peranan As’adiyah dalam Pengembangan Pendidikan, Jurnal Al-Ishlah Vol. XV
No.I, Januari – Juni 2017, h. 22
116
Pengurus Besar As’adiyah Periode 1993-1998, Loc. cit.

Nama Penulis | 133


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Riyadhul Shalihin; 5) Tanwirul Qulub; 6) Mauidzatul


Mu’minin;7) Hikam; 8) Fathul Mu’in; 9) Muhadzdzab; 10)
Irsyad Ibad. Selanjutnya untuk mempersiapkan kader-kader
ulama, maka Pondok Pesantren As’adiyah sejak tahun 1994
telah melembagakan suatu lembaga pengkaderan ulama yang
diberi nama “Ma’had Dirasatul Islamiyah Al-Ulya Al-
As’adiyah”.117 Ma’had ini melahirkan kader ulama dengan
predikat Kiyai Muda (KM).118 Alumni yang akan dihasilkan oleh
lembaga tersebut, telah dibekali berbagai disiplin ilmu
pengetahuan agama seperti; aqidah, tafsir, usul al-fiqh, fikih
kalasik dan kontemporer serta beberapa ilmu alat lainnya. Agar
kualitas alumni terjamin maka mulai dari proses perekruitan
calon-calon peserta kader ulama dilaksanakan melalui seleksi
ketat.119
Bagi Ma’had al-Aliy Pondok Pesantren Sengkang, Awal dari
program ini dibentuk atas kerja sama antar beberapa pesantren

117
Ibid., h. 12

118
Muh. Yunus Pasanreseng, Sejarah Lahir dan Pertumbuhan Pondok
Pesantren As’adiyah Sengkang, PB As’adiyah 1989-1992, 1992, h.39

119
Agus Muchsin, Penerapan Manhaj Terhadap Penguatan Fikih
Kaderisasi Ulama Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang, Jurnal Hukum
Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016, h. 164

134 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

ternama di Sulawesi Selatan yakni: Pesantren As’adiyah,


Pesantren Darud Dakwah wal Irsyad (DDI), Urwatul Wutsqa
dan Pesantren Yasrib Soppeng. Pengelolaan program ini pernah
dilakukan secara bergilir. Namun, dalam perkembangan
selanjutnya dilaksanakan dalam lingkungan masing-masing
pesantren. Program ini dilaksanakan untuk melahirkan ulama-
ulama muda yang diharapkan mampu menjawab problematika
umat, dan mudah diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu,
dalam proses kaderisasi, mereka yang ikut pada program ini
mulai dicitrakan sebagai calon ulama secara perlahan dengan
pembentukan karakter melalui penugasan untuk membawakan
pengajian-pengajian kitab kuning secara rutin di beberapa
masjid. Di bidang fikih, kitab-kitab yang dijadikan referensi
antara lain: Kifayah al- Akhyar, Irsyad al-Ibad dan beberapa
kitab fikih lainnya sebagai kajian dasar. Sementara pada kajian
lanjutan difokuskan pada kitab-kitab perbandingan (al-
maqarin) seperti Bidayah al-Mujtahid, Kitab al-Fiqh ‘ala al-Mazahib
al-Arba’ah, dan pengkajian beberapa disiplin ilmu alat, yang

Nama Penulis | 135


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

bakal dijadikan metode (manhaj) dalam penemuan hukum dari


berbagai problematika sosial.120
Pada pengajian halaqah kitab kuning di As’adiyah Sengkang,
beberapa sumber keilmuan klasik tetap konsisten diajarkan baik
pada pendidikan formal di kelas maupun pendidikan halaqah di
masjid antara lain: Tafsir al-Jalalayn, Riyad al-Shalihin, Irsyad al-
Ibad, Bulugh al-Maram, Fath al-Mu’in, Tanwir alQulub, Al-
Muhazzab, Syarh al-Hikam, Sunan Abi Daud, Shahih al-Bukhari,
Mauidsat al-Mukminin, and Khuluq al-Mu’minin. Sedangkan kitab-
kitab yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab antara
lain: al-Qawaid alAsasiyah, Alfiyah Ibn Malik, Jami’ al-Durus al-
‘Arabiyah dan kitab al-Jurumiyah.121 Pada perkembangan
selanjutnya, sentra pembelajaran pengajian halaqah di pesantren
As’adiyah tersebar pada beberapa masjid. Pengajian halaqah di
Masjid Ummul Qura’ (Sengkang) diikuti oleh santri Ma’had Ali
tingkat lanjut, Mesjid Jami’ (Sengkang) sebagai tempat pengajian

120
Ibid., h. 165

121
Muhammad Irfan H dan Sudirman, Transformasi Elemen
Pesantren pada Pembelajaran Bahasa Arab di Pesantren As’adiyah
Sengkang: Kontinuitas dan Perubahan IQRO: Journal of Islamic Education Vol.
3, No.1, Juli 2020, h. 111

136 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

halaqah bagi santri MTs Putri, Masjid Zuljmaatil Ikhlas


(Kompleks Lanpongkoda Sengkang) diperuntukkan bagi santri
MTs Putra, Aula Khadijah (Kompleks Lapongkoda Sengkang)
sebagai masjid sementara santri Madrasah Aliyah Putri, dan
Masjid Kampus IV di Bulu Pabbulu Sengkang. Aktifitas
pembelajaran kitab kuning pada masjid tersebut secara langsung
maupun tidak langsung berkontribusi pada pengayaan
pembelajaran bahasa Arab pada pesantren As’adiyah
Sengkang.122
Selain pengkaderan ulama melalui ma’had Al-Jamiah, juga
diadakan pengkaderan dai dalam rangka menyambut bulan suci
ramadhan. Pontren As’adiyah tiap tahun mengadakan
pengkaderan muballigh sebagai bentuk persiapan dan
pemantapan para penceramah/dai sebelum dikirim ke berbagai
tempat di seleruh pelosok desa, baik di Sulawesi selatan
maupun di Sumatra, Papua dan Kalimantan. Para da’i ini juga
terbagi dalam dua bentuk. Ada yang keluar sebagai tim
muballigh, dan ada juga sebagai imam tarwih. Bahkan tak jarang

122
Ibid., h. 112

Nama Penulis | 137


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

ada yang merangkap sebagai penceramah sakaligus imam tarwih


selama 1 bulan di masjid tertentu. 123
Melalui pengalaman sebagai seorang dai selama 1 bulan
penuh di masyarakat, para santri banyak mendapatkan pelajaran
berharga. Proses ini menunjukkan bahwa cita-cita As’adiyah
tidak hanya sebatas penyampaian dan pengisian materi kepada
santri, tapi lebih darpada itu. As’adiyah mengkader dan
membentuk karakter semua santri untuk menjadi pewaris nabi,
khususnya dalam menjadi penceramah 1 bulan. Sebagaimana
yang sering disampaiakan oleh AG. Abunawas Bintang kepada
santri menjelang pelepasan tim muballigh, ancaji nabiko si wuleng
(jadilah kalian seperti seorang nabi selama 1 bulan!) Pesan itu
benar-benar menjadi pelecut semangat kepada seluruh santri,
sehingga meskipun dalam kasus tertentu ada santri yang dalam
keseharian termasuk santri yang nakal, namun di saat keluar
ceramah Ramadan, dia benar-benar tampil berperilaku seoang
layaknya seorang kyai. Tampil di tengah masyarakat sebagai
contoh menyampaikan pesan-pesan ayat, hadis dan kata-kata

123
Darlis, Peran Pesantren As’adiyah Sengkang dalam Membangun
Moderasi Islam Di Tanah Bugis, Jurnal Mishbah, Vol. XII No. 1, Januari-Juni
2016, h. 126

138 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

hikmah dan benar-benar melaksanakan amanahya sebagaimana


yang dipesankan oleh Anregurutta.124
Selanjutnya, Madrasah As’adiyah dalam mengakhiri tahun
ajarannya juga mengadakan Evaluasi Tahap Akhir (EBTA) di
samping mengikuti EBTA persamaan yang diadakan oleh
lembaga yang berwenang dari masing-masing tingkatan. Setelah
mengikuti dan mendapat nilai baik maka mereka yang berhasil
diberikan syahadah (ijazah) sebagai tanda selesainya melewati
satu jenjang (tingkatan). Dan bagi mereka yang berhasil pada
ujian persamaan negeri, maka kepadanya juga diberikan surat
tanda tamat belajar dari lembaga yang mengelola pelaksanaan
ujian tersebut.125
Terkait biaya pendidikan, para santri (siswa) mulai dari
Taman Kanak-kanak diberi tanggungjawab berupa beban
kewajiban untuk membayar uang madrasah (uang pembinaan)
dengan jumlah yang tidak memberatkan kalau dibandingkan
dengan lembaga pendidikan yang lain baik ia negeri maupun
swasta, mereka langsung membayar pada kepala tingkatan

124
Ibid., h. 127

125
Muh. Yunus Pasanreseng, Op.cit., h. 40.

Nama Penulis | 139


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

masing-masing selanjutnya diteruskan kepada Bendahara


Pengurus Besar As’adiyah.126
Sebagai santri yang hanya sebagian besar adalah anak
rantau, maka setelah mereka tiba di kota Sengkang, sebagian
ditampung dalam asrama yang disedikan oleh pengurus
As’adiyah dan yang tidak sempat memperoleh fasilitas asrama
tersebut, maka mereka mencari pemondokan yang lain apakah
dengan jalan kontrak atau lainnya. Dalam hidup asrama yang
disiapkan pengurus, itupun belum seketat dengan peraturan-
peraturan pemondokan. melainkan mereka masih memenuhi
kebutuhan sendiri, dengan memasak sendiri dan belanja
sendiri.127
Pada perkembangan selanjutnya, Jumlah santriwati yang
menetap di asrama Pondok Pesantren As’adiyah Putri Sengkang
kurang lebih sekitar 200 santriwati yang datang dari berbagai
daerah seperti: Wajo, Soppeng, Bone, Bulukumba, Sidrap,
Luwu, Manado, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara dan
berbagai daerah lain yang ada di Indonesia. Pihak pembina

126
Ibid., h. 41

127
Ibid.

140 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

asrama di Pondok Pesantren As’adiyah Putri Sengkang telah


menetapkan beberapa peraturan yang harus dipatuhi oleh para
penghuni asrama. Seperti: harus mengikuti upacara bendera
pada setiap hari Senin, kerja bakti pada setiap hari Jum’at pagi,
tidak boleh memakai pakaian ketat, harus memakai id card,
harus mengikuti pengajian sesudah shalat magrib dan subuh,
harus shalat berjamaah di mesjid/mushallah, harus
menggunakan jilbab di luar batas pintu asrama, tidak boleh
mencuri, tidak boleh membawa benda terlarang seperti
handphone (hp), dan harus minta izin jika ingin keluar dari
lingkungan pesantren. Namun pada kenyataannya masih banyak
yang melanggar aturan tersebut.128
Adapun terkait SDM, dalam Perguruan As’adiyah, tenaga
pengajar dikelola secara intern yang dikenal guru-guru madrasah
Top sementara dari Departemen Agama dan Dikbud memberi
bantuan tenaga guru, sehingga pengaturan tata administasi ketenaga
guruan ini terpadu antara Pengaturan Departemen Agama dan
Dikbud dengan pihak Perguruan As’adiyah ini. selanjutnya mereka

128
Irdayanti, Strategi Komunikasi dalam Pembinaan Santriwati di
Pondok Pesantren As’adiyah Putri Sengkang, Skripsi UIN Alauddin Makassar,
2017, h. 3-4

Nama Penulis | 141


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

yang atas nama bantuan Departemen Agama mengajar tetap maka


ia mempertanggungjawabkan sejumlah jam pelajaran dan selebihnya
itu dibayar oleh As’adiyah (honorer). Dan tenaga Top As’adiyah
dalam arti tenaga yang tidak tetap (sesuai pa pendata) masing-
masing tingkatan itu hanya mendapatkan tunjangan berdiri volume
sesuai tingkatan di mana ia mengajar. 129
Menyikapi pembahasan di atas, apabila diperhatikan secara
lebih dekat, paling tidak ada dua sifat yang dimiliki As’adiyah
sehingga tetap bertahan hingga hari ini, yakni: adjustment
(akomodasi) dan rejustment (penyesuaian). Akomodasi misalnya,
dapat dilihat dalam dua bentuk, yakni: pertama, sistem pesantren
yang dikelola secara modern - secara jelas memuat prinsip
demokrasi; dan kedua, berlakunya sistem kurikulum terpadu -
dimasukannya kurikulum pemerintah pada semuan jenjang
pendidikan, mulai dari Ibtida’iyah hingga Aliyah, serta mendapat
porsi yang besar; 60 persen.130

129
Muh. Yunus Pasanreseng, Loc. Cit.

130
Muhammad Takbir Malliongi, Negosiasi Antara Tradisi dan
Modernitas di Pesantren As’adiyah Sengkang Sulawesi Selatan, Jurnal
Kenosis, Vol. 4 No. 2, Desember 2018, h. 229

142 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Adapun akomodasi lainnya adalah dengan lahirnya


kurikulum terpadu (kurikulum umum dan agama). Penerapan
kurikulum ini selain karena alasan tuntutan pemerintah juga karena
keharusan mereka untuk menyesuian diri dengan kebutuhan
madrasah (sekolah). Namun, agar tidak kehilangan identitas
kepesantrenannya, As’diyah tetap menggunakan kurikulum agama,
meski dengan komposisi yang relatif lebih sedikit. Bahkan,
beberapa pelajaran agama hanya dimasukkan dalam kurikulum
ekstrakurikuler. Muhammad Hadrawi, kepala MTs II As’adiyah,
percaya bahwa implementasi dari kurikulum terpadu sesungguhnya
menjadi ciri khas dan keunggulan yang sulit ditemukan di satuan
pendidikan di luar As’diyah. Tidak berhenti di situ, As’adiyah ke
depan bahkan diimajinasikan bisa menjadi MTs Model. Ia berharap
kedepan sistem madrasah memiliki aktivitas kegiatan belajar
mengajar dari jam 7.30 sampai 13.00 semuanya bermuatan pelajaran
umum. Adapun pelajaran keagamaan dan pelajaran kepesantren
dilakukan setelahnya dan menjadi kegiatan ekstrakurikular
madrasah.131

131
Ibid., h. 230

Nama Penulis | 143


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Fotret kurikulum pondok pesantren di atas menjadi penciri


yang membedakan dengan pondok pesantren lainnya di nusantara,
selain mempertahankan model pendidikan tradisional juga terbuka
dengan model pendidikan modern sehingga mampu eksis sampai
sekarang. Alumninya pun tidak hanya mampu menguasai ilmu-ilmu
agama namun juga menguasai ilmu umum dan perkembangan
teknologi kekinian.

C. Ulama, Usaha Dan Kuasa: Relasi Triadik Pilar


Pengembangan Pondok Pesantren As’adiyah
Sejak semula pesantren As'adiyah merupakan bagian tak
terisahkan dari masyarakat. Perkembangan pesantren ini terjadi
karena partisipasi masyarakat sangat baik, baik animo masyarakat
dalam mengikuti pendidikan padanya maupun dalam
berpartisipasi secara material. Pada satu sisi, orang-orang
Sengkang yang terkenal ulet dalam berusaha telah banyak
memberikan sumbangan material, namun pada sisi lain tidak ada
tercatat sebagai santri yang menonjol yang pada gilirannya
menjadi ulama terkenal. Ulama-ulama terkenal cetakana dari

144 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

As'adiyah semuanya adalah pendatang, baik dari daerah Wajo


sendiri, maupun dari luarnya.132

a. Aktor Keagamaan (Ulama/Anregurutta)


Istilah pengasuh di Jawa disebut kyai; di Sunda
disebut ajengan; di Madura disebut nun atau bendara yang
disingkat ra; di Aceh disebut tengku, di Sumatera Utara atau
Tapanuli disebut syaikh, di Minangkabau disebut buya, di
Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
atau Kalimantan Tengah disebut tuan guru, dan beragam
sebutan lagi di berbagai daerah di Nusantara. Di kalangan
orang Bugis, penyebutan kiyai biasa disebut Anregurutta
(AGH) yang menandakan seseorang telah memiliki
keilmuan dan karakter keulamaan. Sejak lebih dasawarsa,
penyebutan kata Anregurutta semakin resmi pada acara
formal maupun non formal digunakan secara meluas di
Sulawesi Selatan, meskipun tradisi penyebutan ini sudah
lama berakar dan massif di kalangan pesantren di Sulawesi
Selatan, termasuk di Pesantren As’adiyah Sengkang.

132
Muhammad As’ad, Op. cit., h. 350

Nama Penulis | 145


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Perkembangan kaderisasi ulama di pesantren As’adiyah


relatif menggemberikan dengan segala dinamikanya,
terutama pada saat transformasi Ma’had Ali dari non formal
menjadi pendidikan formal dengan legalitas Negara yang
diwakili Kementerian Agama RI. Terdapat kurang lebih 545
pembina baik yang berstatus kiyai (anregurutta disingkat
AG), ustadz (gurutta), kiyai muda (gurutta maloloe atau
disingkat GM), dan 37 di antaranya yang berkualifikasi kiyai
dan kiyai muda (GM).133
Pondok Pesantren As’adiyah didirikan pada tahun
1930. Pondok ini sudah memiliki 500 cabang. Pesantren
As’adiyah menghasilkan banyak ulama ternama dan pada
akhirnya membuat Wajo digelari sebagai kota santri.
Keberadaan Pondok Pesantren As’adiyah dikenang sebagai
mesin pencetak baik mubalig maupun ulama. Pondok ini
dikenal di seantero nusantara. Selain melahirkan ulama,
banyak juga alumninya yang jadi ilmuwan.134

133
Muhammad Irfan Hasanuddin dan Sudirman, Op. Cit., h. 107-108

134
Faridah Rahman, dkk., Penerapan Program Aksara Lontara Dan
Ms Office Untuk Menerjemahkan Al-Quran Ke Dalam Bahasa Bugis Di

146 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Sebagai lembaga dakwah, P.P. As'adiyah


mengembangkan jaringan dakwah sejak dahulu. Kegiatan
dakwah dilakukan oleh As'adiyah baik secara kelembagaan
maupun secara perorangan oleh para kiyai, ustaz dan santri.
Mereka melayani kebutuhan-kebutuhan dakwah masyarakat
pada pelaksanaan khutbah Jum'at dan ceramah-ceramah
agama pada peringatan-peringatan hari-hari besar Islam dan
pada acara perkawinan serta lainnya. Terutama pada Bulan
Suci Ramadhan, tiem-tiem dakwah dari para santri
As'adiyah, atas permintaan masyarakat Islam pada berbagai
daerah, melakukan kegiatan dakwah secara penuh selama
sebulan pada daerah-daerah itu.135
Kegiatan dakwah melalui medya massa telah
dilakukan sejak Gurutta H.As,ad dengan penerbitan medya
cetak berupa majalah Al Mauizah Al Hasanah, meskipun
tempo penerbitannya sangat terbatas. Pembentukan
jaringan dakwah dengan medya cetak ini dilanjutkan sekitar
tahun 1965 dengan penerbitan majalah Risalah As'adiyah

Pesantren As’adiyah, Kabupaten Wajo, Jurnal Khazanah Pengabdian, Vol. II


No. I, Januari 2020, h. 26

135
Muhammad As’ad, Op. cit., h. 351

Nama Penulis | 147


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

yang penerbitannya cukup lama, mencapai puluhan tahun,


namun juga berhenti. Jaringan dakwah melalui medya cetak
dapat berlaku pada waktu yang lama dan dapat menjangkau
wilayah yang lebih luas. Penerbitan buku-buku buah karya
para ulama As'adiyah melengkapi jaringan medya cetak ini.
Buku dan majalah membangun jaringan dengan
pembacanya dengan mentransfer ilmu pengetahuan yang
terdapat didalamnya. sehingga merupakan juga medya
pendidikan. Peranan Radio Suara As'adiyah yang tetap eksis
sampai saat ini sangat penting dalam memelihara jaringan
As'adiyah dengan masyarakat atau umat. Pengajian-
pengajian yhanag dilakukan oleh para ulama As'adiyah, baik
di masjid Raya Sengkan maupun di studio dipancar luaskan
melalui pemancar radio ini. Secara rutin setiap selesai shalat
Magrib dan Sjalat Shubuh pengajian atau dakwah
dipancarkan melalui pemancar radio Suara As'adiyah136
Bentuk peran dakwah As’adiyah di tengah
masyarakat melalui suara As’adiyah (radam), tim muballigh,
majalah bulanan (Risalah As’adiyah), dan buku-buku

136
Ibid.

148 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

keIslaman karangan Anregurutta.137 Dan seiring


perkembangan pondok Pesantren As’adiyah terus
berinovasi dengan memanfaatkan berbagai media sosial
sebagai media dakwahnya.
b. Aktor Pemerintahan dan Sosial Politik
Pada tahun 1348 H/1929 M, Petta Arung Matoa
Wajo, Andi Oddang, meminta nasehat H. M. As’ad tentang
pembangunan kembali masjid yang dikenal dengan nama
Masjid Jami, yang terletak di tengah-tengah kota Sengkang
pada waktu itu. Setelah mengadakan permusyawaratan
dengan beberapa tokoh masyarakat Wajo, yaitu : (1) H. M.
As’ad, (2) H. Donggala, (3) La Baderu, (4) La Tajang, (5)
Asten Pensiun, dan (6) Guru Maudu, maka dicapailah
kesepakatan bahwa mesjid yang sudah tua itu perlu
dibangun kembali. Pembangunan kembali masjid itu
dimulai pada bulan Rabiul Awal 1348 H/1929 M, dan
selesai pada bulan Rabiul Awal 1349/1930 M. Setelah
selesai pembangunannya, maka Masjid Jami itu diserahkan
oleh Petta Arung Matoa Wajo Andi Oddang kepada . H. M.

137
Darlis, Op. Cit., h. 128-129

Nama Penulis | 149


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

As’ad untuk digunakan sebagai tempat pengajian,


pendidikan, dan da’wah Islam. Sejak itulah HM. As’ad
mendirikan lembaga pendidkan di Mesjid Jami’tersebut,
yang kemudian diberi nama al-Madrasah al-‘Arabiyyah al-
Islamiyyah (MAI) Wajo. Dengan tinkatan pendidikan,
(1)Tahdiriyah, 3 tahun, (2) Ibtidaiyah, 4 tahun, (3)
Tsanawiyah, 3 tahun, (4) I’dadiyah, 1 tahun, dan (5) Aliyah,
3 tahun. Lembaga-lembaga pendidikan ini, dipimpin
langsung oleh H. M. As’ad, dibantu oleh dua orang ulama
besar, yaitu Sayid Abdullah Dahlan garut, ex. Mufti Besar
Madinah alMunawwarah, dan Syekh Abdul Jawad Bone.
Beliau juga dibantu oleh muridmurid senior beliau seperti
H. Daud Ismali, dan H. Abd. Rahman Ambo Dalle .138
Selanjutnyapada tahun 1350 H/1931 M, H. M.
As’ad membuka lembaga pendidikan baru, yaitu Tahfizul
Qur’an, yang dipimpin langsung sebagai bagian dari
lembaga pendidikan yang didirikan sebelumnya, dan
bertempat di Masjid Jami Sengkang. Pada tahun yang sama,
atas prakarsa Andi Cella Petta Patolae (Petta Ennengnge),

138
Amiruddin Mustam, Op. Cit., h. 20-21

150 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

dengan dukungan tokoh-tokoh masyarakat Wajo,


dibangunlah gedung berlantai dua di samping belakang
Masjid Jami Sengkang. Bangunan itu diperuntukkah bagi
kegiatan al-Madrasah al-Arabiyyah al-Islamiyyah (MAI)
Wajo, karena santrinya semakin bertambah. 139
P.P. As'adiyah senantiasa menjalin komunikasi yang
baik dengan Pemerintah, khususnya di Kabupten Wajo.
Keterlibatannya pada berbagai program sosial dan
keagamaan bersama pemerintah daerah sering terjadi,
sebagai contoh keterlibatannya dalam pengelolaan Dana
Abadi Umat (DAU). Secara formal As'adiyah tidak memiliki
jaringan formal dengan partai politik, seperti Golkar dan
PPP; dengan juga dengan organisasai keagamaan seperti
NU. Namun tidak bisa dikatakan sdama sekali tidak
mempunyai jaringan.140
Pada era Orde Baru, keeratan jaringan politik antara
As'adiyah dengan Golkar sangat terasa, hal ini dikarenakan
keterlibatan K.H.M.Yunus Maratan secara formal. Hal ini

139
Ibid.
140
Muhammad As’ad, Op. cit., h. 351

Nama Penulis | 151


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

juga terjadi pada DDI dengan keterlibatan


K.H.Abd.Rahman Ambo Dalle secara formal dalam
Golkar. Hal yang berbeda dipertunjukkan oleh K.H.Abduh
Pabbaja, seorang ulama As'adiyah dan DDI. dengan
bergabung secara formal dengan PPP. Sikap yang dapat
dinilai paling bijaksana saat itu adalah yang diperpegangi
KH. Daud Ismail di Soppeng. dengan tidak melibatkan diri
secara formal pada salah satu kontestan politik. namun
tetap bersedia menjalin hubungan baik dengan semua
pihak.141
Pada perkembangan selanjutnya, beberapa alumni
As’adiyah terjun dalam dunia politik namun As’adiyah
secara kelembagaan tidak melalukan politik praktis sehingga
tidak tersandera dengan kepentingan penguasa.
c. Aktor Ekonomi
Keberhasilan Pondok Pesantren As’adiyah untuk
eksis di tengah masyarakat tidak lepas dari tangan-tangan
dermawan yang sejak awal memberikan dukungan dana bagi
pengembangan pesantren. Selain didorong oleh semangat
beramal jariah juga rasa memiliki dan tanggungjawab oleh

141
Ibid., h. 352

152 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

para dermawan mengantarkan pesantren ini mampu


melewati berbagai krisis ekonomi yang pernah melanda
Indonesia. Hal yang sama juga terjadi di setiap cabang di
daerah dimana mereka mampu mengelolah keuangannya
masing-masing.
Seiring perkembangan pesantren, kini Pondok
Pesantren tidak hanya bertumpuh pada kemurahan hati
para dermawan tetapi juga mampu mengelolah berbagai
tanah wakaf dan tanah milik sendiri serta mengembangkan
berbagai bisnis di berbagai bidang yang kesemuanya
mendukung keuangan pondok pesantren.
Selain itu, kesadaran para ulumni dan keluarga besar
As’adiyah untuk pengembangan pondok pesantren juga
sangat membantu baik berupa bantuan langsung tunai
maupun dalam bentuk non tunai. Rencana pembelian lahan
untuk pembangunan kampus 5 misalnya, hanya lewat WA
Group mampu mengumpulkan bantuan tidak kurang dari 1
milyar dalam kurung waktu 1 bulan di tahun 2021.

Nama Penulis | 153


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

D. PONDOK PESANTREN AS’ADIYAH DAN


JARINGAN ULAMA DI SULAWESI SELATAN
Ulama pertama yang dikenal membentuk jaringan Sulawesi-
Mekah adalah Syekh Yusuf Al-Makassari. Dalam perjalanannya
belajar ke Mekah, ia singgah di beberapa daerah seperti Banten,
Aceh dan Yaman . Gambaran perjalanan ini secara langsung
membentuk ulama Nusantara-Timur Tengah. Azra dalam bukunya
memaparkan secara khusus figur Syekh beserta perjalanan hidupnya
mengembara mencari ilmu serta berjuang menyebarkan dakwah
Islam. Dalam perkembangannya, banyak ulama Sulawesi yang
kemudian belajar ke Mekah seperti Syekh Abd. Rasyid Bugis dan
putranya KH. Muh. As’ad dari Sengkang Wajo. Tradisi belajar ke
Mekah ini juga dilakukan oleh beberapa calon Qadhi Kerajaan
Bone, diantaranya: Syekh Ahmad, KH. Adam, KH. Safiyanah, KH.
Muhammad Yusuf, KH. Abd. Wahid, KH. Sulaiman, KH. Muh.
Rafi dan KH. Junaid. Selanjutnya terdadapat ulama-ulama yang
belajar di Nusantara, atau belajar dari ulama alumni Mekkah, seperti
AGH. Huzaifah dan AGH Muhammad Abduh Pabbajah.142

142
Lihat, Syarifuddin, Jaringan Intelektual Ulama Pinrang, Pusaka
Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 8, No. 2, 2020, h. 229

154 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Sejak dahulu Mekah menjadi tujuan para ulama belajar agama


tak terkecuali ulama di Sulewesi Selatan. Diantaranya yang terkenal
yaitu pendiri MAI Sengkang KH. Muh. Asad. Ia berguru kepada
banyak ulama di Mekah diantara gurunya yakni Sykeh Said
alYamani, Ia merupakan ulama keturunan Bugis kelahiran Mekah,
ayahnya adalah Syekh Abdul Rasyid ulama Bugis yang sudah lama
bermukim di Mekah. Disamping belajar pada Syekh Said Al
Yamani, ia juga belajar pada Syekh Umar Hamdani al-Magribi,
Syekh Jamal al Makki, Syekh Ahamd Nazirin, Syekh Hasan al
Yamani (putra Syekh Said al Yamani) dan lain sebagainya. Gurutta
Muh. As’ad kemudian pulang ke Sengkang dan mendirikan MAI
Sengkang Wajo. Banyak dari murid-muridnya yang kemudian
melanjutkan perjuangannya menyebarkan pendidikan agama di
Sulawesi termasuk Pinrang seperti, Abdurrahman Ambo Dalle yang
mendirikan Pesantren DDI Manahil Ulum Kaballangan Pinrang
atau KH. Zainal Abidin yang mendirikan pengajian tradisional di
Pinrang.143
Kiprah Gurutta H. Muhammad As’ad di tengah-tengah
masyarakat tidak diragukan lagi, baik ketika masih berada di Timur

143
Ibid., h. 235-236

Nama Penulis | 155


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Tengah terlebih-lebih lagi setelah berada di Indonesia, Sengkang


Wajo, Sulawesi Selatan. Ketika berada di Timur Tengah, pada usia
14 tahun ia diangkat menjadi Imam Shalat Tarawih di Masjid
Haram Mekah selama tiga tahun berturut-turut.144 Pada usia 21
tahun, ia diangkat menjadi sekretaris pribadi Sayyid Ahmad Syarif
Sanusia di Madinah. Dan, hanya beberapa bulan kemudian, ia
disuruh pulang ke Mekah oleh gurunya dan mendapat izin memberi
fatwa (menjadi mufti di kota itu). 145
Di Indonesia, pada akhir tahun 1929, ia mencurahkan
tenaga dan pikirannya untuk melakukan pemurnian ajaran Islam
dari perbuatan-perbuatan maksiat yang dilakukan oleh masyarakat
Wajo pada saat itu. Umpamanya penyembahan berhala, bidah,
khurafat dan takhyul. Untuk mencapai tujuan tersebut, ia
melakukan langkah-langkah konkret, yaitu:
Pertama, ia membentuk perkumpulan Mubaligh (Koor
Muballigh). Organisasi ini bertugas menyampaikan ceramah agama
guna menyadarkan masyarakat agar setiap aktivitas keagamaan yang

144
Hamzah Manguluang, Riwayatku dan Riwayat Guru Besar K.H.
M. As’ad, h. 1.

145
Zainuddin Hamka, Corak Pemikiran Keagamaan Gurutta Muh.
As’ad (Disertasi), h. 143

156 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

dilakukan harus seiring dengan petunjuk-petunjuk yang terkandung


dalam al-Qur’an dan al-Sunnah.
Kedua, mengadakan tadrîs dan ta‘lîm. Pada awal mulanya,
yaitu pada tahun 1928, ia mengadakan di rumahnya sendiri, dan
kegiatan ini masih dalam bentuk pendidikan informal, yatu dengan
bentuk pengajian halaqa (duduk bersila). Namun, dari hari ke hari
santrinya semakin banyak sehingga akhirnya dilaksanakan di Masjid
Jami’. Dari hari ke hari, tepatnya pada tahun 1930M terbentuklah
pendidikan formal yang ditempatkan di samping Masjid Jami.
Dengan demikian, terbentuklah dua sistem pendidikan, yaitu
pendidikan formal dan pendidikan non-formal.
Ketiga, di samping Gurutta H. Muhammad As’ad
menyelenggarakan pendidikan formal dan non-formal di Masjid
Jami’, juga memimpin hafalan al-Qur’an di cela-cela kesibukannya
yang dilaksanakan di rumahnya sendiri.146
Sejak berdirinya, As’adiyah telah memberikan pengaruh
signifikan terhadap perubahan wajah Islam di jazirah Sulawesi, dan
bahkan menjadi rule model dan embrio berdirinya ratusan
pesantren di kawasan ini. Pesantren As'adiyah dapat dikatakan

146
Daud Ismail, Op. cit., h. 9-11.

Nama Penulis | 157


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

induk pesantren di Sulawesi Selatan. Santri senior dari As'adiyah


memegang peranan penting dalam pengembangan pesantren di
Sulawesi Selatan dan sekitarnya. K.H.Abd.Rahman Ambo Dalle
mendirikan Pondok Pesantren Daru Da'wah wal Irsyad (DDI) pada
tahun 1938 di Mangkoso. Ia berhasil mengembangkan pesantren ini
melampaui induknya (As'adiyah). K.H.Daud Ismail
mengembangkan As'adiyah kemudian mendirikan Perguruan Islam
YASRIB pada tahun 1961 di tempat kelahirannya Soppeng.
Selanjutnya perguruan ini membina pondok pesantren Beowe.
K.H.M.Yunus Maratan mengembangkan As'adiyah di kampungnya
Belawa kemudia menghabiskan waktunya membina pesantren
As'adiyah di Sengkang. K.H.Abd.Rahman Pakkanna merupakan
tokoh utama dalam membina Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI)
Ganra yang didirikan oleh masyarakat pada tahun 1939. H.
Abd.Kadir Khalid mendirikan Ma 'had Dirasatil Islamiyah wal
Arabiyah (MDIA) di Makassar pada tahun 1965. K.H.Abduh
Pabbaja ikut membina DDI di Pare-Pare kemudian mendirikan
pesantren sendiri. K.H. Abd.Muin Yusuf mendirikan pesantren di
Sidrap.147

147
Muhammad As’ad, Op. Cit., h. 348

158 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Langkah santri-santri senior ini diikuti oleh santri-santri


berikutnya dengan mendirikan pesantren baru atau mengabdikan
diri pada pesantren yang ada. K.H.Abd.Rahman Pakkanna
misalnya, merupakan tokoh utama yang sangat berjasa dalam
pembinaan Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) Ganra, Kabupaten
Soppeng. K.H.Harisah HS mendirikan pesantren An Nahdhah di
Makassar. DR.K.H.Baharuddin HS diberi kepercayaan memimpin
Pesantren Modern IMMIM Makassar sebagai direktur.
K.H.Rusyaid membina pesantren yang didirikan oleh K.H.Junaid
Sulaiman. Dan masih banyak santri-santri lainnya. Para Pembina di
As'adiyah adalah alumni sendiri, seperti K.H. Abunawas Bintang
dan K.H.Halim Aco. Prof.DR.K.H.Rafi Yunus, meskipun alumni
IAIN Yogya dan selanjutnya S2 dan S3 di Canada namun juga
alumni As'adiyah sendiri.148
Pada saat santri-santri senior As'adiyah masih hidup, yaitu KH.
Daud Ismail di Soppeng, K.H.Abd.Rahman Ambo Dalle di Pare-
Pare/Kabalangan, dan KHMuhYunus Maratan di Sengkang
bersama dengan KHJunaid Sulaeman di Bone diusahakan
mempererat jaringan-jaringan pesantren di Sulawesi Selatan dengan

148
Ibid., h. 349

Nama Penulis | 159


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

pembentukan Haiatut Takaful sebagaimana telah dikemukakan.


Usaha riel yang dilakukan adalah upaya pengkaderan ulama melalui
Ma' had Aly. Rencana pengkaderan ini secara bergilir pada setiap
pesantren yang tergabung dalam aliansi pesantren tersebut. Hanya
saja program ini tidak terlaksana dengan baik. Haetatut Takaful
tinggal kenangan dan pelaksanaan Ma'had Aly hanya dilakukan oleh
As'adiyah.149
Jaringan pesantren As'adiyah dengan pesantren-pesantren lain
maupun dengan masyarakat dan institusi lainnya banyak ditentukan
oleh kyainya. Kyai yang memimpin pesantren merupakan sentral
pesantren itu. Kharisma dan ketenaran kiyai pemimpin pesantren
sangat relevan dengan popularitas pesantren yang dipimpinnya
sehingga menarik minat masyarakat terhadapnya, terutama pada
masyarakat primordial.150
Jaringan Pondok Pesantrean As’adiyah dengan ulama Sulawesi
Selatan adalah jaringan guru murid sedangkan jaringan As’adiyah
dengan ulama Nusantara dipertemukan pada sanad keilmuan
mereka yang dapat dirunut sampai di Timur Tengah di mana
mereka menimba ilmu keislaman pada awalnya.

149
Ibid.
150
Ibid., h. 353

160 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

BAB 4
Dari Masa ke Masa: Jejak Inovasi Dan Pengabdian Pimpinan
Dan Tokoh Pondok Pesantren As’adiyah
A. Lintas Pimpinan
a. Anregurutta K.H. Daud Ismail (1953-1961)
AG. K.H. Daud Ismail memimpin As’adiyah sejak ia
tunjuk oleh Panitia Pelanjut Madrasah Arabiyah Islamiyah pasca
wafatnya AG. K.H.M. As’ad. Dalam masa kepemimpinannya,
ia bersama-sama dengan AG. K.H.M. Yunus Martan
menakhodai As’adiyah dalam tahun 1953 hingga 1961.
Ketika AG. K.H.M. As’ad wafat 29 Desember 1952, ia
tidak meninggalkan pesan atau petunjuk tentang siapa yang
akan melanjutkan kepemimpinannya. AG. K.H.M. As’ad juga
tidak mengharuskan pelanjut kepemimpinannya mesti dari
Bani As’ad. Sebaliknya AG. K.H.M. As’ad justru pernah
berwasiat bahwa “MAI tidak boleh diserahkan baik kepada
organisasi lebih-lebih kepada perorangan, karena MAI milik
Allah bukan milik Muhammad As’ad”151

151
Hamzah Manguluang, 1990, Anâ wa Syaikhî, Riwayatku dan
Riwayat Guru Besar Ky. H. M. As-ad, Sengkang, h. 12

Nama Penulis | 161


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Sementara itu, dari kalangan guru dan santri yang


mendampingi AG. K.H.M. As’ad hingga akhir hayatnya, juga
tidak melihat salah seorang diantara mereka yang layak menjadi
pelanjut AG. K.H.M. As’ad. Sedangkan H. Andi Rumpang,
sebagai kerabat yang paling dekat dari pihak keluarga (menantu
AG. K.H.M. As’ad) juga merasa belum pantas, dan hanya
bersedia menjadi pelaksana sementara sebelum ditujuknya
pengganti AG. K.H.M. As’ad.
Panitia Pelanjut MAI yang beranggotakan tokoh-tokoh
agama, pejabat pemerintah, santri, guru-guru dan abituren MAI
melakukan pertemuan pada tanggal 1 Januari 1953 yang
menghasilkan keputusan dengan menunjuk AG. K.H. Daud
Ismail sebagai pelanjut kepemimpinan MAI. Pertemuan
kemudian dilanjutkan dikediaman AG. K.H. Daud Ismail di
Watampone152. AG. K.H. Daud Ismail menerima
penunjukannya sebagai pelanjut kepemipinan MAI, namun
meminta kepada Panitia Pelanjut MAI untuk menemui AG.

152
AG. K.H. Daud Ismail bermukim di Watampone, sejak diangkat
sebagai pejabat Penghulu Syara’ pada tanggal 16 Mei 1951

162 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

K.H.M. Yunus Martan, agar bersedia mendampinginya


bersama-sama melanjutkan kepemimpinan MAI153.
AG. K.H. Daud Ismail lahir di Cenrana Soppeng pada
tanggal 30 Desember 1908 dari pasangan H. Ismail Baco Poso
dan Hj. Pompala Latalibe. Ayahnya seorang parewa sara’ dengan
jabatan sebagai katte di Distrik Soppeng, ayahnya dikenal
dengan nama Katte Maila.
AG. K.H. Daud Ismail, belajar Al-Qur’an untuk
pertama kalinya pada orang tuanya H. Ismail, kemudian kepada
seorang perempuan yang bernama Maryam. Ketika itulah,
orang tuanya melihat ketekunan, kecerdasan dan perhatiannya
kepada ilmu pengetahuan, maka setelah itu AG. K.H. Daud
Ismail dibawa berguru kepada beberapa ulama di sekitar
Soppeng untuk mempelajari masalah agama, seperti H.
Muhammad Shaleh, Imam Lompo di Cangadi, H. Ismail (Kali

153
Panitia Pelanjut MAI kemudian menemui AG. K.H.M. Yunus
Martan di Belawa. Diutuslah H.M. Yunus Tancung untuk menyampaikan
harapan AG. K.H. Daud Ismail. AG. K.H.M. Yunus Martan ternyata bersedia
meninggalkan segala aktivitasnya (pejabat syara’/kali dan pimpinan Madrasah
Arabiah Belawa) untuk bersama-sama AG. K.H. Daud Ismail menjalankan
amanah. Lihat dalam Muh. Yunus Pasanreseng, 1989, Sejarah Lahir dan
Pertumbuhan Pondok Pesantren As’adiyah, Sengkang: Pengurus Besar
As’adiyah, 1989-1992, h. 78

Nama Penulis | 163


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Soppeng), dan Guru Tengnga di Ganra. Selain itu, beliau juga


memperdalam kitab Qawaid kepada H. Daeng Sumange di
Kampung Ceppie Lapasu Soppeng Riaja dan belajar kepada H.
Kitta (Kali Soppeng Riaja). Setelah itu, AG. K.H. Daud Ismail
berangkat ke Sengkang dan belajar kepada H. Syamsuddin,
Imam Singkang sebelum kemudian berguru kepada AG.
K.H.M. As’ad154.
Awal kunjungan AG. K.H. Daud Ismail ke Sengkang
hanya untuk berdiskusi dengan AG. K.H.M. As’ad. Tetapi
setelah memperhatikan keilmuan yang dimiliki AG. K.H.M.
As’ad, maka ia memutuskan untuk tinggal dan berguru
kepadanya. Selama 12 tahun ia belajar langsung kepada AG.
K.H.M. As’ad, yaitu dari tahun 1929 hingga 1942. Selama
berguru kepada AG. K.H.M. As’ad, ia juga diserahi tugas
untuk mengajar santri MAI ditingkat Ibtidaiyah dan
Tsanawiyah. Santri sekaligus guru bantu di MAI Sengkang ia
jalani hingga tahun 1942155.

154
Ahmad Muktamar Badruddin, Kepemimpinan K.H.M. Yunus
Martan dalam Mengembangankan Pesantren As’adiyah (1961-1986)
Disertasi, PPS UMI Makassar, 2019, h. 143
155
Ibid. h. 144

164 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Berbagai aktivitas yang dijalani setelah meninggalkan


Sengkang dan berkiprah di Soppeng. Dalam tahun 1942-1951,
AG. K.H. Daud Ismail mengajar di Madrasah Amiriyah
Watang Soppeng, sekaligus juga menjadi Imam Lompo di
Masjid Raya Lalabata Soppeng (1942-1943). Setahun
berikutnya (1944) ia menjadi guru di lingkungan keluarga Datu
Pattojo Andi Sumange Rukka. Kemudian tahun 1945 menjadi
kali dengan wilayah Swapraja Soppeng hingga tahun 1951.
Tanggal 16 Mei 1951, AG. K.H. Daud Ismail diangkat sebagai
penghulu syara’ (kali) di Kabupaten Bone156. Satu tahun tujuh
bulan dalam jabatan terakhirnya itu, ia kemudian diminta
menjadi pelanjut AG. K.H.M. As’ad yang wafat 29 Desember
1952 untuk memimpin MAI Sengkang.
Setelah AG. K.H.M. Yunus Martan menyatakan
bersedia bersama-sama AG. K.H. Daud Ismail melanjutkan
pembinaan lembaga peninggalan AG. K.H.M. As’ad, maka
dalam waktu yang tidak terlalu lama, kepengurusan baru MAI
Sengkang segera terbentuk. AG. Daud Ismail dan AG. K.H.M.
Yunus Yunus Martan kemudian menjalankan

156
Ibid.

Nama Penulis | 165


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

kepemimpinannya secara bersama-sama. AG. Daud Ismail


sebagai Ketua dan AG. K.H.M. Yunus Martan memegang
keuangan. Kepemimpinan mereka dimulai sekitar bulan Mei
1953157.
Kepemimpinan AG. K.H. Daud Ismail yang
didampingi AG. K.H.M. Yunus Martan dapat dikatakan
sebagai kepemimpinan Dwi Tunggal. Sejarah telah membuktikan
bahwa perkembangan MAI Sengkang, untuk keberlanjutan
lembaga peninggalan AG. K.H.M. As’ad, memang
memerlukan kedua muridnya tersebut. AG. K.H.M. As’ad
adalah sosok mahaguru yang sulit tergantikan setidaknya dalam
beberapa dekade berikutnya, baik dalam kapasitas keilmuannya
maupun dalam bidang manajerialnya. Maka duet AG. K.H.
Daud Ismail dan AG. K.H.M. Yunus Martan, adalah model
kombinasi kepemimpinan yang ideal ke arah pengembangan
MAI. Beliau berdua berfungsi sejajar yang bisa diibaratkan
seperti pilot dan copilot dalam pesawat, serta bisa diibaratkan
kepakan sayap burung yang harus berfungsi simultan, atau dua

Yunus Martan, Setengah Abad As’adiyah, Pimpinan Pusat


157

As’adiyah, 1982, h. 12

166 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

dayung yang harus dikayuh serempak untuk melajukan sebuah


perahu.
Meskipun kepemimpinan Dwi Tunggal dijalankan oleh
dua figur yang berbeda, namun tidak pernah sekalipun
terdengar kabar bahwa AG. K.H. Daud Ismail dan Ag. K.H.M.
Yunus Martan pernah berselih faham dalam mengambil suatu
kebijakan158. Karena kepemimpinan mereka dibangun dengan
pondasi kebersamaan dan persahabatan yang kuat.
Kebersamaan keduanya selalu diwujudkan pada setiap derap
langkah, dalam pengambilan keputusan dan tanggungjawab
bersama. Inilah yang membuat kepemimpinan mereka berjalan
awet dan bisa bertahan hingga sewindu berikutnya, dari tahun
1953 hingga 1961.
Ada beberapa hal mendasar bagi perkembangan
lembaga pendidikan peninggalan AG. K.H.M. As’ad, dalam
kepemimpinan duet AG. K.H.M. Daud Ismail dan AG.
K.H.M. Yunus Martan. Pertama, dilakukannya perubahan nama
Madrasah Arabiyah Islamiyah menjadi Madrasah
As’adiyah. Nama ini adalah penisbahan kepada nama AG.

158
Amin Zakaria wawancara, 23 Januari 2019 dalam Ahmad
Muktamar Badruddin, Op.Cit. h. 148

Nama Penulis | 167


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

K.H.M. As’ad, sang pendiri madrasah. Perubahan nama


ditetapkan pada tanggal 25 Sya’ban 1372 H/9 Mei 1953159.
Kedua, pembentukan suatu yayasan untuk
mengkoordinir penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.
Yayasan ini dibentuk 15 Oktober 1953 dihadapan Notaris B.E.
Dietz di Makassar yang diberi nama Yayasan Perguruan
As’adiyah dengan akte Nomor 29160.
Ketiga, melanjutkan sistem pendidikan pesantren yang
telah berjalan sebelumnya dengan beberapa pengembangan
mata pelajaran. Pengembangan ini dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam berbagai bidang ilmu161.
Dilakukanlah perubahan kurikulum menjadi 60-40 (mata
pelajaran agama dengan mata pelajaran umum) sebagai
penyesuaian kurikulum dengan sekolah pemerintah162.
Keempat, pembukaan jenis sekolah baru, yaitu Madrasah
Menengah Pertama (MMP) yang dibuka pada tahun 1956 dan

159
Yunus Martan, Loc.Cit.
160
Ibid. h. 13
161
Rafii Yunus Martan, As’adiyah, Dulu dan Kini, makalah
disampaikan dalam Workshop Jaringan Ulama Sulawesi Selatan, STAI
As’adiyah kerja sama dengan Balai Litbang Kemenag Makassar, Sengkang,
2015, h. 12
162
Yunus Martan, Loc. Cit

168 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Madrasah Menengah Atas (MMA) pada tahun 1959, yang mata


pelajarannya 50 persen pelajaran agama dan 50 persen mata
pelajaran umum.
Melihat lulusan Tsanawiyah kian banyak jumlahnya,
maka pada tahun 1955 dibukalah Aliyah. Dan kurikulum yang
digunakan merupakan kelanjutan dari tingkat Tsanawiyah 163.
Pada periode ini juga mulai diadakan pembukaan cabang di
berbagai daerah164.
b. Anregurutta K.H.M.Yunus Martan (1961-1986)

Kepemimpinan As’adiyah pada periode ketiga (1961-


1986) dilanjutkan oleh AG. K.H.M. Yunus Martan. Beliau
memegang estafet kepemimpinan menyusul AG. K.H. Daud
Ismail pulang ke Soppeng untuk membangun dan memimpin
Pesantren Yasrib165. Serah terima jabatan berlangsung di Masjid
Jami’ Sengkang pada tanggal 30 April 1961166.
Dalam periode ketiga ini, Pengelolaan madrasah dan
yayasan yang sebelumnya terpisah, kini berada dalam

163
Rafii Yunus Martan, Op.Cit. h. 13
164
Yunus Martan, Op.Cit. h. 46-47
165
Ibid. h. 13
166
Amin Zakaria, wawancara, tgl. 23 Januari 2019 dalam Ahmad
Muktamar Badruddin (2019), Op.Cit. h. 150

Nama Penulis | 169


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

tanggungjawab penuh AG. K.H.M. Yunus Martan. Pesantren


dan yayasan dikelola dengan manajemen satu pintu dan AG.
K.H.M. Yunus Martan sebagai pusat kendali167. Setelah
kepemimpinan tunggal berada ditangannya, maka beliau
berusaha lebih memantapkan pembinaan dan pengelolaan
Pesantren As’adiyah.
Dalam kurung waktu 25 tahun kepemimpinan AG.
K.H.M. Yunus Martan, berbagai perkembangan yang
berlangsung pada periode ini. Mulai dari pembentukan unit-
unit usaha seperti koperasi, toko-mini market (toko
kesejahteraan), peternakan, perkebunan, klinik kesehatan (Balai
Pengobatan), Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), dan
usaha photo.
Dibidang media, AG. K.H.M. Yunus Martan
membentuk majalah Risalah As’adiyah dan stasiun Radio Suara
As’adiyah. Dibidang pengembangan misi dakwah,
dikembangkan aktivitas muballig dengan penugasan muballig
ke desa-desa pada bulan ramadhan. Demikian pula dengan

167
Rafii Yunus Martan, Op.Cit. h. 14

170 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

tenaga khatib yang bertugas di masjid-masjid, baik dalam


wilayah Wajo maupun daerah-daerah lainnya168.
Tahun 1962 dibuka Taman-kanak As’adiyah, Sekolah
Dasar As’adiyah (1964) dan Perguruan Tinggi Islam As’adiyah
(PTIA) tahun 1964. Kemudian menyusul pembentukan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah
Atas (SMA). Dengan dibukanya jenis dan tingkatan tersebut,
maka Pesantren As’adiyah telah memiliki tiga jenis pendidikan,
yaitu pendidikan yang mengkhususkan pelajaran agama
(Ma’had Aly), jenis pendidikan khusus umum (TK, SD, SMP
dan SMA) serta jenis pendidikan yang mencirikan gabungan
pendidikan umum dan agama (MI, MTs, MA dan Perguruan
Tinggi/PTIA). Pesantren As’adiyah juga telah memiliki semua
tingkatan pendidikan mulai pra sekolah (taman kanak-kanak)
hingga perguruan tinggi.
Pada periode ini, kaum wanita diberi kesempatan untuk
belajar di As’adiyah. Sebelumnya berlaku kebijakan menerima
santri hanya dari kaum laki-laki saja. Dalam hal pakaian bagi
santri putera juga dilakukan terobosan, dengan memberinya

168
Ibid.

Nama Penulis | 171


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

kelonggaran untuk memakai celana panjang. Ketika era MAI


kemudian dilanjutkan pada masa kepemimpinan AG. K.H.
Daud Ismail, seragam yang dikenakan para santri mirip pakaian
ala orang Arab169. Di kalangan wanita, juga mulai diterapkan
pemakaian seragam jilbab, menggantikan kerudung yang
berlaku sebelumnya
Demikian pula dengan pembukaan cabang-cabang di
daerah-daerah. Pada periode ini, Pesantren As’adiyah
membuka cabang-cabangnya di hampir seluruh
kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Beberapa cabang
juga dibuka di Provinsi Kaltim (Balikpapan, Samarindah, Kutai
Kartanegara, Kutai Timur, Pasir, Penajam, dan Nunukan), di
pulau Sumatera, terdapat di Indragiri Hilir-Riau (Kuala Enok,
Reteh, Tembilahan, Pulau Kijang), terdapat juga di wilayah
Sumtera lainnya, misalnya Jambi dan Palembang. Demikian
pula di provinsi lainnya, seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Tengah, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua (Irian Jaya)
Barat170, hingga akhir hayatnya, AG.K.H.M. Yunus Martan
berhasil membuka sekitar 400-an cabang

169
Ibid. h. 18
170
Yunus Martan, Op.Cit. h. 4

172 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Dapat disimpulkan bahwa ciri khas periode ini adalah


mengadakan pembaharuan kurikulum dan mendorong lahirnya
sekolah-sekolah baru, serta pembentukan perguruan tinggi.
Juga membuka usaha-usaha terutama mempertajam aktivitas
dakwah, pengembangan bidang ekonomi dan kesejahteraan.
AG. H.M. Rafii Yunus Martan, yang memimpin Pesantren
As’adiyah beberapa periode setelah ini (2002-2018),
mengemukakan bahwa, sepanjang sejarah keberadaannya,
maka dalam periode ketiga inilah, Pesantren As’adiyah
menunjukkan puncak perkembangannya171.
AG. K.H.M. Yunus Martan, lahir di Wattang,
Leppangeng, (sekarang masuk wilayah Kecamatan Belawa
Kabupaten Wajo), pada hari Jum’at 28 Muharram 1332 H,
bertepatan 26 Desember 1913 M. AG. K.H.M. Yunus Martan
adalah putera dari pasangan, ayah AG. K.H.Martan, dan Ibu
Hj.Tarimpung (Hj. Shafiyah) AG. K.H. Martan adalah panrita
(ulama) yang berpengaruh dan dikenal luas di Wajo pada awal
abad ke 20172. Sedangkan Hj. Tarimpung, adalah bangsawan

171
Rafii Yunus Martan, Op.Cit. h. 14
Sitti Salmiah Dahlan, Rihlah Ilmiah AGH. Muhammad As’ad Dari
172

Haramain ke Wajo Celebes: Sebuah Perjalanan Religi Untuk Membangun

Nama Penulis | 173


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

asal Lompulle Soppeng, yang silsilahnya bersambung dengan


Kali Pekki173, (Fakih Amrullah), kadhi pertama Bone.
AG. K.H.M. Yunus Martan memperoleh pendidikan
pertamanya melalui tempaan kedua orang tuanya. Belajar baca
tulis Arab dan Aksara Melayu Jawi pada ayahandanya AG.
K.H. Martan. Sedangkan huruf Latin belajar dari ibundanya Hj.
Tarimpung. Sebagai dasar utama, AG. K.H. Martan juga
mengajarkan pendidikan Al-Qur’an sejak dini sebelum
mengenyam ilmu lainnya. Setelah itu, K.H. Martan
mempermantap ilmu ke-Islaman kepada Yunus Martan,
sementara Hj. Tarimpung sangat berperan dalam membina
dasar-dasar pengetahuan berhitung, ilmu pasti, dan
menggambar. Bakat kepemimpinan dan ketegasan mengalir
dan terbentuk melalui binaan AG. K.H. Martan. Sedangkan
kelembutan dan kerapihan dalam berbusana, serta keselarasan
hidup berkembang melalui tangan dingin Hj. Tarimpung.
Setelah menempuh pendidikan di lingkungan keluarga,
Yunus Martan dibawa oleh orang tuanya untuk makkanre guru

Madrasah Arabiyah Islamiyah di Wajo Sulawesi Selatan. Rabbani Press,


Jakarta, 2013, h. 209
173
Marhumi, Wawancara, tgl. 16 Desember 2018, dalam Ahmad
Muktamar Badruddin (2019), h. 197

174 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

kepada seorang guru bernama H. Mappangewa di Belawa.


Setelah cukup usia, maka dalam tahun 1920 Yunus Martan
mulai bersekolah di SR (Sekolah Rakyat) Belawa dan tamat
tahun 1926.
Tahun 1927, AG. K.H.M. Yunus Martan kemudian
mengaji di Tosora dan Soppeng174. Di Ganra Soppeng AG.
K.H.M. Yunus Martan mengaji pada H. Katu, dan di Tosora
belajar pada H. Makkatu175. Bulan Rajab 1347 H/Desember
1928, AG. K.H.M. Yunus Martan berangkat sekeluarga
bersama ayahanda, ibunda dan adiknya Abd. Halim ke Mekah.
Melalui bantuan ulama Bugis (Syekh Jami’ bin Abd. Rasyid al-
Rifa’I ?), AG. K.H.M. Yunus Martan mendaftar dan mulai
belajar di Madrasah Al-Falah Mekah. Ia menempuh pendidikan
di Madrasah Al-Falah antara tahun 1929 hingga 1931 176. Selain
itu, AG. K.H.M. Yunus Martan juga memperdalam ilmunya
pada pengajian halaqah di Masjidil Haram Mekah hingga tahun
1933. Pada tahun yang sama, AG. K.H.M. Yunus Martan

174
Azhar Nur, “AGH. Yunus Martan : Pendidik dan Penulis” dalam
Muhammad Ruslan dan Waspada Santing (ed). Ulama Sulawesi Selatan:
Biografi Pendidikan dan Dakwah, Komisi Informasi dan Komunikasi MUI
Sulawesi Selatan, Makassar. 2007, h. 318-319
175
Ahmad Muktamar Badruddin (2019), Op.Cit. h. 204-205
176
Lihat dalam Ibid. h. 206-213

Nama Penulis | 175


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

meninggalkan Mekah dan melanjutkan pendidikannya di


Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) Sengkang, yakni
Tsanawiyah (1935), Aliyah (1939) dan menjalani takhassus
bersama AG. K.H. Daud Ismail hingga tahun 1945.

c. Anregurutta K.H. Hamzah Badawi (1986-1988)


Pada tanggal 22 Juli 1986, AG. K.H.M. Yunus Martan
berpulang kerahmatullah. Ketua I Pengurus Besar As’adiyah
(Periode 1983-1988) yang dijabat oleh AG. K.H. Hamzah
Badawi ketika itu, ditetapkan menjadi pelaksana tugas Ketua
Umum sekaligus pimpinan Yayasan As’adiyah hingga periode
ini berakhir pada tahun 1988.
K.H. Hamzah Badawi lahir di Baru Impa-impa
Sempange Kecamatan Tanasitolo Kab. Wajo pada tahun 1920.
Pendidikan formalnya diselesaikan di Madrasah Arabiyah
Islamiyah (MAI) Sengkang, ia merupakan murid AG. K.H.M.
As’ad angkatan ke tiga. AG. K.H. Hamzah Badawi
menamatkan pendidikan formalnya di Madrasah Ibtidaiyah
tahun 1940 dan Madrasah Tsanawiyah tahun 1943. Setamat
dari MAI Sengkang, AG. K.H.M. As’ad mengutusnya ke
Jalang—masuk dalam wilayah Kecamatan Sajoanging Wajo

176 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

sekarang, untuk mendirikan Madrasah Arabiyah Islamiyah


(MAI) dan sekaligus menjadi pembina MAI di Jalang177. Beliau
kemudian berkarir di lingkungan peradilan agama dan sempat
lama menjabat sebagai Ketua Pengadilan Agama/Mahkamah
Syari’ah Sengkang antara tahun 1965 hingga 1979.
Di lingkungan As’adiyah, AG. K.H. Hamzah Badawi
pernah menjabat Ketua organisasi As’adiyah tahun 1969
hingga 1972. Pada periode 1975-1980, ia menjabat Wakil
Ketua I merangkap Ketua Majlis Da’wah dan Fatwa Pimpinan
Pusat As’adiyah. Hingga kemudian dalam masa kepemimpinan
AG. K.H.M. Yunus Martan periode 1983-1988, ia mengemban
amanah sebagai Ketua I. Dalam periode inilah, beliau
dipercaya sebagai pelaksana Ketua Umum Pengurus Besar,
pasca wafatnya AG. K.H.M. Yunus Martan pada tahun 1986.
Beliau melanjutkan sisa periode itu dalam tahun 1986 hingga
1988. Jabatan terakhirnya di As’adiyah adalah sebagai
Penasehat Pengurus Besar As’adiyah dari tahun 1988 hingga
2000.

177
Andi Muhammad Hatta Walinga, Warisan Intlektual Sang Maha
Guru, Biografi K.H. Muhammad As’ad, Zadahaniva, Solo, 2017, h. 5

Nama Penulis | 177


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

AG. K.H. Hamzah Badawi dikenal sebagai tokoh yang


sangat konsisten berjuang membela agama, khususnya di
bidang pendidikan dan dakwah. Hal itu ditunjukkannya ketika
usianya yang sudah sepuh, ia masih terus mengasuh pengajian
kitab (mappangaji kitta) hingga akhir hayatnya. Suatu ketika AG.
Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus Martan, M.A, Ph.D (saat itu,
Ketua Umum PB As’adiyah) pernah mendapat teguran keras
dari beliau lantaran AG. Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus Martan,
M.A, Ph.D menyarankannya untuk tidak terlalu menyusahkan
diri mappangaji (mengajar kitab kuning) karena khawatir
terhadap kesehatannya178. AG. K.H. Hamzah Badawi wafat
pada hari Kamis, 2 November 2006 di Rumah Sakit Umum
Lamaddukkelleng Sengkang dalam usia 86 tahun.
Masa kepemimpinan AG. K.H. Hamzah Badawi ini,
dengan rentang waktu 2 tahun, program pendidikan disemua
tingkatan berjalan secara rutin tanpa memerlukan kebijakan
strategis. Pengajian halaqah yang menjadi ciri utama Pesantren
As’adiyah, juga berjalan seperti biasanya.

178
Rafii Yunus Martan dalam https://patauntung.blogspot.
com/search?q =Hamzah+Badawi, diakses 15 Desember 2021)

178 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Menjelang Muktamar VIII, sempat beredar pernyataan


bahwa dalam periode ini (kepemimpinan K.H. Hamzah
Badawi), Pesantren As’adiyah mengalami masa kemunduran
tajam. Bahkan ada yang menyatakan bahwa telah terjadi
kevakuman dalam tubuh Pesantren As’adiyah. Pernyataan
seperti ini tentu saja wajar adanya. AG. K.H.M. Yunus Martan
yang memimpin Pesantren As’adiyah selama 25 tahun
sebelumnya, telah menyisakan duka yang dalam, baik dari
warga masyarakat, namun terutama bagi kalangan As’adiyah.
Ulama yang telah mengantarkan pesantren ini berada dalam
puncak perkembangannya, memang begitu sulit dilupakan
dalam seketika. Maka jika pencapaian itu diperbandingkan
dengan progres kepemimpinan periode ini, maka tentu
perbedaan kinerja kepemimpinan keduanya akan terlihat
dengan sangat nyata.
Namun dalam bebeberapa kali kesempatan, AG. K.H.
Hamzah Badawi selalu menyamapaikan bahwa saat itu
Pesantren As’adiyah sama sekali tidak mengalami kemunduran,

Nama Penulis | 179


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

bahkan menurutnya Pesantren As’adiyah maju simaju majunna


(Pesantren As’adiyah semakin maju/meningkat)179.
Tidak banyak perkembangan yang bisa dilihat pada
periode ini. Mengingat Kepemimpinan AG. K.H. Hamzah
Badawi memang relatif singkat. Meskipun demikian, dalam
periode ini beberapa cabang berhasil berdiri, masing-masing
sebuah Madrasah Ibtidaiyah di Bulu Pabbulu Sengkang, Siyo,
Bola Aserae dan Malakke, ketiganya di Kecamatan Belawa
Wajo, Tosewo Maniangsalo Kecamatan Takkalalla Wajo,
Lajokka Kecamatan Tanasitolo Wajo, Ngapa Kabupaten
Kolaka Sultra, serta Tanjung Ilir di Provinsi Riau. Kemudian
sebuah MTs di Kajuara Kecamatan Cenrana Bone, serta
sebuah Sekolah Luar Biasa (SLB) di Cabbenge Kecamatan
Lilirilau Soppeng180. Dalam dua tahun (1986-1988) masa
kepemimpinan ini, lebih memfokuskan diri pada persiapan
Muktamar VIII. Warga dan abituren As’adiyah pada masa itu,
dalam kesibukan mencari figur yang tepat menakhodai
Pesantren As’adiyah periode berikutnya.

179
Rafii Yunus Martan, Op.Cit. h. 19
180
Dokumen Pengurus Pusat Pesantren As’adiyah, 12 Desember 2018

180 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

d. Anregurutta K.H. Abdul Malik (1988-2000)


Muktamar VIII yang berlangsung tanggal 14 s/d 16
Juni 1988 di Kampus Lapongkoda Sengkang menetapkan AG.
K.H. Abdul Malik sebagai Ketua Umum Pengurus Besar
As’adiyah periode 1988-1993. Kemudian setelah itu, berturut-
turut terpilih kembali memimpin Pesantren As’adiyah, masing-
masing dalam Muktamar IX Tahun 1993 untuk periode 1993-
1998, dan Muktamar X Tahun 1998 untuk periode 1998-2003.
AG. K.H. Abdul Malik adalah alumni MAI Sengkang
Angkatan II. Ia lahir dari pasangan H. Muhammad dan Hj.
Muhana pada tahun 1922 di Timoreng Belawa. Belajar
pengetahuan agama untuk pertama kalinya dibawah bimbingan
langsung H. Muhammad ayahandanya. Dalam tiga bulan beliau
sudah mampu dan lancar membaca Al-Qur’an.
Tahun 1930-1935, AG. K.H. Abdul Malik
disekolahkan orang tuanya di Sekolah Muhammadiyah Belawa.
Tamat dari sekolah itu, tahun 1935 ia dibawa orang tuanya ke
Sengkang untuk melanjutkan pendidikannya di MAI Sengkang.
Kesuksesan AG. K.H.M. As’ad dalam mengelola pengajian dan
sekolah formal sangat memengaruhi orang Wajo dan

Nama Penulis | 181


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

sekitarnya (bahkan seluruh kawasan selatan Sulawesi) untuk


melanjutkan pendidikan di MAI Sengkang181.
Di MAI Sengkang, AG. K.H. Abdul Malik dibina oleh
AG. K.H.M. As’ad serta tiga ulama Timur Tengah yang khusus
didatangkan, yakni Syekh Ahmad Afifi, Syekh Abdullah
Dahlan dan Syekh Abdul Jawad. Selain itu ia juga
berkesempatan mendapatkan pelajaran dari para santri senior
yang dipercaya AG. K.H.M. As’ad untuk mengajar santri kelas
bawah, seperti Daud Ismail, Yunus Martan dan Adurrahman
Ambo Dalle (ketiganya kelak menjadi ulama besar di Sulawesi
Selatan). MAI Sengkang memang menerapkan kewajiban santri
senior untuk berperan ganda, sebagai santri dan guru
sekaligus182.
AG. K.H. Abdul Malik dengan mudah menyerap
pengetahuan yang diajarkan kepadanya. Seperti tafsir, hadits,
fiqhi, tauhid, dan tasawuf, serta ilmu agama lainnya. Ilmu-ilmu
subtansi dipelajari di masjid, sedangkan ilmu-ilmu alat
dipelajari di madrasah. Hasil dari belajar di MAI Sengkang ini,
kemudian membentuk pemahaman keagamaanya. Dia tumbuh

181
Saprillah, Pengabdian Tanpa Batas, Biografi Anregurutta Hji
Abdul Malik Muhammad, Zadahaniva, Solo, 2014, 26
182
Ibid. h. 28

182 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

menjadi santri yang cerdas dan pandai berceramah.


Kesenangannya membaca seluruh kitab yang diajarkan, serta
hobinya membeli buku membuat pengetahuan keagamannya
luas dan konprehensif 183.
Tahun 1947 AG. K.H. Abd. Malik bersama istrinya
berangkat ke Mekah, dengan tujuan utama untuk menghafal
Al-Qur’an. Keberangkatannya ini atas obsesi orang tuanya H.
Muhammad serta pengaruh kuat dari AG. H. Martan yang
lebih duluan menyekolahkan puteranya (K.H.M. Yunus
Martan) ke Mekah (AG. H. Martan adalah mertua AG. K.H.
Abd. Malik yang menikahi salah seorang puterinya yang
bernama Hj. Zubaidah)184.
AG. K.H. Abdul Malik memilih Madrasah Al-Fahriyah
sebagai tempat belajarnya menghafal Al-Qur’an. Di sini beliau
seangkatan dengan AG. K.H. Muhammad Nur. Guru-guru
yang mengajar beliau adalah Syekh Abdurrahman Gusyaisyah
dan Syekh Abdul Fattah yang direkomendasikan AG. K.H.
Martan185. Beliau juga sempat belajar kepada Syekh Alwy

183
Ibid. h. 33
184
Ibid. h. 35
185
Anwar Sadat dalam Ibid. h. 33

Nama Penulis | 183


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Abbas Al-Maliky (ayah Syekh Muhammad Alwy Abbas Al-


Maliky) yang bermazhab Syafii. Karena kecerdasannya, dalam
delapan bulan AG. K.H. Abdul Malik Muhammad dapat
menghafal Al-Qur’an 30 juz186
Tahun 1948-1949, AG. K.H. Abdul Malik Muhammad
melanjutkan pendidikannya di Madrasah Darul Ulum Al-
Diniyah Mekah. Banyak guru yang pernah mengajar di
madrasah ini. Namun diperkirakan di sini beliau berguru
kepada Syekh Abu Yasin Al-Fadani atau kepada Syekh
Muhammad Zainuddin Al-Baweani. Namun satu-satunya guru
yang disebutnya dengan jelas dan diketahui oleh banyak
santrinya adalah Syekh Umar Hamdani yang direkomendasikan
oleh AG. K.H.M. As’ad sesaat sebelum beliau berangkat ke
Mekah187.
Setelah belajar dua tahun lamanya, tahun 1949 AG.
K.H. Abdul Malik meninggalkan Mekah menuju tanah air.
Setelah tiba di Belawa, hal yang pertama yang dilakukan adalah

186
Azhar Nur, AGH. Yunus Martan : Pendidik dan Penulis” dalam
Muhammad Ruslan dan Waspada Santing (ed). Ulama Sulawesi Selatan:
Biografi Pendidikan dan Dakwah, Komisi Informasi dan Komunikasi MUI
Sulawesi Selatan, Makassar, 2007, h. 78
187
Saprillah, Op.Cit. h. 40

184 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

menjadi pengajar di Madrasah Arabiyah Belawa, sekolah yang


didirikan oleh AG. K.H.M. Yunus Martan188.
AG. K.H. Abdul Malik, relatif lama menjadi pengajar di
Madrasah Arabiyah Belawa. Bahkan ia juga diamanahi tugas
sebagai Kepala Madrasahnya menggantikan AG. K.H.M.
Yunus Martan yang hijrah ke Sengkang189. Setelah 35 tahun
kemudian, beliau diminta hijrah ke Sengkang untuk menjadi
pimpinan Pesantren As’adiyah.
Pada awalnya, AG. K.H. Abdul Malik tidak segera
mengiyakan permintaan untuk menjadi pelanjut kepemimpinan
As’adiyah. Namun keinginan para guru dan segenap abituren
As’adiyah begitu kuat, dan diantara mereka yang bisa
disebutkan adalah Abd. Karim Hafid (kelak Prof. Dr. AGH)
yang menggalang dukungan ke cabang-cabang190. Maka setelah
bertemu dengan AG. K.H. Daud Ismail, akhirnya beliau
membulatkan diri memenuhi keinginan warga As’adiyah untuk
memegang pucuk pimpinan di Pesantren As’adiyah191.

188
Ibid. h. 51
189
Rafii Yunus Martan dalam Ibid. h. 52
190
Arsyad Abdullah, wawancara, tgl. 25 Januari 2019 dalam Ahmad
Muktamar Badruddin, Op.Cit. h. 160
191191
Andi Rasyadi dalam Saprillah, Op.Cit, h. 98

Nama Penulis | 185


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Dalam forum Muktamar VIII yang berlangsung tanggal


14 s/d 16 Juni 1988 di Kampus II Lapongkoda Sengkang,
sebagaimana yang terduga sebelumnya, AG. K.H. Abdul Malik
mendapat dukungan penuh dan terpilih sebagai Ketua Umum
Pengurus Besar As’adiyah Periode 1988-1993. Sejak saat itu
beliau berkiprah di Sengkang sebagai pimpinan puncak
As’adiyah. Dalam dua Muktamar berikutnya beliau terpilih
kembali, masing-masing Muktamar IX untuk periode 1993-
1998, dan Muktamar X untuk periode 1998-2003. Sayang
sekali, beliau tidak sempat menyelesaikan masa khidmat pada
periode ketiganya. Tanggal 14 Juni 2000 beliau wafat di Rumah
Sakit Akademis Ujungpandang (Makassar).
Pada periode kelima ini, AG. K.H.Abdul Malik,
berupaya untuk melanjutkan usaha yang telah dikembangkan
pimpinan sebelumnya. Pada masa-masa awal
kepemimpinannya, AG. K.H. Abd. Malik melakukan
pembenahan dan mengoptimalkan kembali kinerja seluruh
stake holder dilingkungan Pesantren As’adiyah, dimana dalam

186 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

dua tahun masa transisi, banyak komponen yang tidak


berfungsi sebagaimana mestinya192.
Beberapa hal yang dapat dilihat sebagai upaya
pengembangan yang dilakukan AG. K.H. Abdul Malik, antara
lain, pertama, melakukan pembukaan lahan baru seluas 100
hektar. Lahan terebut adalah bantuan dari Pemerintah
Kabupaten Wajo, yang terdiri atas 50 hektar bantuan pada
masa pemerintahan Bupati Dr. Ir. H. Radi A. Gani (1989-
1994) dan 50 hektar selebihnya pada masa Bupati Drs. H.
Dahlan Maulana, MS (1994-1999). Lahan ini terletak di
Macanang Kec. Majauleng Kabupaten Wajo, 26 Km sebelah
utara kota Sengkang193.
Upaya pengembangan yang kedua dalam periode ini
adalah pengoperasian kampus baru yang berlokasi di
Macanang. Madrasah Aliyah Putera dipindahkan mulai tahun
1999 ke kampus baru ini. Tempatnya yang lama sebagiannya
digunakan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) As’adiyah—
kini Institut Agama Islam (IAI) As’adiyah, serta diisi Madrasah

192
Ahmad Muktamar Badruddin, Prospek Pondok Pesantren
As’adiyah : Telaah Tentang Pengembangan Pesantren As’adiyah, Faktar
IAIN Alauaddin, 1993, (skripsi), h. 44
193
Rafii Yunus Martan, Op.Cit. h. 20

Nama Penulis | 187


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Aliyah Puteri yang pindah dari kampus I Masjid Jami. Kampus


I yang berlokasi di Jalan K.H.M. As’ad, ketika itu memang
tidak memadai lagi untuk menampung santri-santri puteri dari
berbagai tingkatan.
Ketiga, pengembangan pendidikan tinggi Ma’had Aly.
Pengkaderan ulama yang dimulai tahun 1994 ini adalah upaya
menghidupkan kembali pengkaderan ulama yang sebagaimana
program Hai’at at-Takaful yang pernah ada namun tidak
berlanjut. Ma’had Aly pertama kali digagas AG. K.H.M. Yunus
Martan tahun 1966194, kemudian menjadi program gabungan
empat pesantren jaringan alumni MAI/As’adiyah yang terdiri
atas Pesantren As’adiyah Sengkang, DDI Parepare, Yasrib
Watansoppeng, dan Ma’had Hadits Watampone. Program ini
banyak melahirkan ulama dikemudian hari. Tradisi inilah yang
hendak dilanjutkan. Dan untuk menjaga kualitasnya, maka
penerimaan santri untuk Ma’had Aly ini dibatasi
pelaksanaannya hanya tiga tahun sekali, dengan jumlah yang
diterima paling banyak 20 orang per angkatan195.

194
Abdul Malik dalam Ahmad Muktamar Badruddin, Op.Cit. h. 162
195
Rafii Yunus Martan, Loc. Cit.

188 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Keempat, menjalin komunikasi dan kerja sama dengan


Rais al-Bi’tsa. Bentuk kerja sama ini sangat menguntungkan
bagi pengembangan Pesantren As’adiyah, antara lain bantuan
tenaga pengajar dari Mesir, serta pengiriman santri-santri
berprestasi untuk mengikuti program beasiswa ke Universitas
Al-Azhar Mesir196

e. Anregurutta Prof. Dr. H. Abd. Rahman Musa (2000-


2002)
Setelah AG. K.H. Abdul Malik wafat tanggal 14 Juni
2000, maka dua tahun akhir periode ketiga kepemimpinannya
(1998-2003) dilanjutkan oleh Prof. Dr. H. Abd. Rahman Musa
yang ketika itu menjabat Ketua I (Ketua Harian) Pengurus
Besar As’adiyah. Dalam regulasi internal As’adiyah waktu itu
memang mengatur tentang posisi Ketua Harian yang bertindak
sebagai pelaksana tugas kepemimpinan As’adiyah jika Ketua
Umum berhalangan tetap.
Prof. Dr. H. Abd. Rahman Musa, adalah alumni
Madrasah Arabiyah (MA) Belawa kemudian dilanjutkan ke

196
K.H.Abdul Malik dalam Ahmad Muktamar Badruddin (1993),
Op.Cit. h. 45-46

Nama Penulis | 189


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Madrasah As’adiyah Sengkang. Ia dilahirkan di Belawa, pada


tanggal 10 Oktober 1934. Latar pendidikannya dijalani di
Madrasah Arabiyah (MA) Belawa, tingkat Ibtidaiyah tamat
1948 dan Tsanawiyah tamat tahun 1951. Belajar Alqur’an
tingkat dasar kepada AG. K.H. Martan. Kemudian menghafal
Al-Qur’an kepada AG. K.H.M. Yunus Martan dan AG. K.H.
Abdul Malik. Sedangkan kitab kuning untuk pertama kali,
dipelajarinya langsung kepada AG. K.H.M. Yunus Martan,
mulai ketika belajar di Madrasah Arabiyah Belawa. Ketika
belajar di Sengkang, Prof. Dr. H. Abd. Rahman Musa, ikut
kepada AG. K.H.M. Yunus Martan untuk melanjutkan hafal
Al-Qur’an serta memperdalam belajar kitab kuning197.
Pendidikan tingginya diselesaikan di IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, yakni Sarjana Muda (BA) tahun 1961, dan
Sarjana Lengkap (Drs) tahun 1964. Pendidikan Doktornya
dicapai setelah mempertahankan disertasinya yang berjudul
“Corak Tasawuf Syekh Yusuf” pada tahun 1997 di IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Kemudian dikukuhkan sebagai guru besar

197
Ahmad Muktamar Badruddin, Op.Cit. h. 164

190 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

dalam ilmu Filsafat Islam di Fakultas Ushuluddin IAIN


Alauddin Ujungpandang pada tahun 2000198.
Prof. DR. H. Abd. Rahman Musa mendedikasikan
hampir seluruh hidupnya dibidang keilmuan. Setelah tamat di
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, beliau mengabdi sebagai
dosen tetap sejak IAIN Alauddin Ujungpandang resmi
terbentuk tahun 1965. Beberapa jabatan yang pernah dipegang
dalam kiprahnya di perguruan tinggi Islam negeri ini, antara
lain :
1) Wakil Rektor I IAIN Alauaddin Makassar (1968-1973)
2) Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin
Ujungpandang (1973-1979)
3) Pembantu Rektor I IAIN Alauddin Ujungpandang
(1979-1985)
4) Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin
Ujungpandang (1985-1989)
5) Ketua Jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin
IAIN Alauaddin Ujungpandang (1989-1993)199.

198
Ibid.
199
Baharuddin Rahman, Wawancara, tgl. 13 Desember 2018, dalam
Ibid. h. 165

Nama Penulis | 191


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Sementara pengabdiannya di As’adiyah, antara lain:


1) Koordinator Pembantu Umum Pengurus Besar
As’adiyah periode 1983-1988, dan 1988-1993
2) Wakil Rektor I Perguruan Tinggi Islam As’adiyah
(PTIA) Periode 1980-1988
3) Pembantu Rektor I Institut Agama Islam (IAI)
As’adiyah Periode 1988-1995
4) Pembantu Ketua I Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
As’adiyah Periode 1995-2000
5) Ketua Harian Pengurus Besar As’adiyah Periode 1998-
2003
6) Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) As’adiyah
Periode 2000-2005
7) Pelaksana Ketua Umum Pengurus Besar As’adiyah
(2000-2002)200.

Ketika menempuh pendidikan, baik di Madrasah


Arabiyah Belawa maupun ketika belajar tahfidz di Madrasah
As’adiyah Sengkang, Prof. Dr. H. Abd. Rahman Musa tinggal

200
Ibid. h. 166

192 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

di rumah AG. K.H.M. Yunus Martan. Inilah penyebabnya


beliau dikenal sebagai salah seorang murid yang sangat dekat
dengan AG. K.H.M. Yunus Martan. Apalagi dikemudian hari,
beliau juga menikah dengan Hj. Ruqayah, salah seorang puteri
AG. K.H.M. Yunus Martan. Dengan kedekatan itulah maka
beliau seringkali dimintai pertimbangan dan masukan oleh AG.
K.H.M. Yunus Martan, tentang berbagai hal, terutama
berkaitan dengan perkembangan pendidikan201.
AG. K.H.M. Yunus Martan memang sering ke
Makassar untuk berbagai keperluan. AG. K.H.M. Yunus
Martan mejadwalkan minimal sekali dalam sebulan untuk
beristirahat di kediaman salah seorang puterinya yakni Hj.
Ruqayah yang juga istri Prof. Dr. H. Abd. Rahman Musa.
Dalam kunjungannya inilah AG. K.H.M. Yunus Martan
biasanya meminta Prof. Dr. H. Abd. Rahman Musa
membantunya untuk mengkaji suatu hal secara konprehensif,
yang biasanya berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan

201
Baharuddin Rahman, Wawancara, tgl. 13 Desember 2018, dalam
Ibid.

Nama Penulis | 193


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

dan pesantren, atau tentang dinamika politik yang sedang


trend202.
Prof. Dr. H. Abd. Rahman Musa menjabat sebagai
pelaksana Ketua Umum Pengurus Besar As’adiyah selama dua
tahun dari sisa kepemimpinan AG. K.H. Abdul Malik yang
seharusnya tiga tahun. Tahun 2002, Muktamar As’adiyah
dipercepat pelaksanaannya atas permintaan cabang-cabang
As’adiyah.
Tidak banyak yang bisa dilihat mengenai
perkembangan As’adiyah dalam masa kepemimpinan Prof. Dr.
H. Abd. Rahman Musa yang singkat. Meskipun demikian,
selama kepemimpinannya, roda organisasi berjalan normal
sebagaimana biasanya. Bahkan beberapa cabang berhasil
dibentuk dalam periode ini203. Institut Agama Islam (IAI)
As’adiyah Sengkang yang dipimpinnya juga berkembang
dengan baik. Kegiatan pendidikan, madrasah dan sekolah-
sekolah baik di tingkat pusat maupun di cabang-cabang
berjalan normal. Demikian pula dengan pengajian pesantren

202
Hj. Husnah, Wawancara, tgl. 14 Desember 2018, dalam Ibid. h.
167
203
Dokumen Nomor Urut Cabang, Pengurus Pusat Pondok Pesantren
As’adiyah tahun 2021

194 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

yang berjalan seperti biasa. Sedangkan tahfidz justru


menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, dengan
jumlah santrinya yang semakin bertambah banyak.
Satu tahun terakhir periode kepemimpinan Prof. Dr.
H. Abd. Rahman Musa, kegiatan Pengurus Besar As’adiyah
lebih difokuskan pada persiapan Muktamar As’adiyah ke XI.
Meskipun masa kepemimpinan ini tidak lebih dari periode
transisi kepemimpinan sebelumnya (kepemimpinan AG. K.H.
Abdul Malik) hingga lahirnya kepemimpinan baru periode
2002-2007, namun Prof. Dr. H. Abd. Rahman Musa berhasil
memimpin proses transisi itu dengan mulus tanpa
meninggalkan masalah pasca suksesi kepemimpinan.
Prof. Dr. H. Abd. Rahman Musa dikarunia 4 puter dan
1 puteri, masing-masing Baharuddin Rahman, SH, Salahuddin
Rahman, SH, Musdalifah Rahman (almh), Hasanuddin
Rahman, SH dan Muskim Rahman. Prof. Dr. H. Abd. Rahman
Musa wafat pada tanggal 27 Juni 2005 di Rumah Sakit Islam
Faisal Makassar dan dimakamkan di Belawa Wajo.

Nama Penulis | 195


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

f. Anregurutta Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus Martan, M.A,


Ph.D (2002-2018)
Muktamar As’adiyah ke XI yang berlangsung pada
tanggal 8 hingga 10 Oktober 2002 menetapkan Prof. Drs.
H.M. Rafii Yunus Martan, M.A, Ph.D sebagai ketua umum
Pengurus Besar As’adiyah periode 2002-2007. Berturut-turut
setelah itu, beliau terpilih kembali dalam Muktamar ke XII di
Sengkang untuk periode 2007-2012, Muktamar ke XIII di
Belawa Kab. Wajo untuk periode 2012-2017, dan Muktamar ke
XIV di Balikpapan Kaltim untuk 2017-2021. Namun
sayangnya, beliau tidak sempat menyelesaikan masa khidmat ini
(2017-2021) hingga akhir periode. Beliau wafat tanggal 29
Januari 2018, hampir tiga bulan setelah penetapannya sebagai
Ketua Umum periode 2017-2021.
Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus Martan, M.A, Ph.D, lahir
di Belawa Wajo, 15 Juli 1941. Bakat keilmuannya sudah terbina
sejak ia masih kanak-kanak. Ia ditempa oleh kedua orang tunya
sejak ia belum memasuki usia sekolah. Belajar Al-Qur’an untuk
pertama kalinya pada kakeknya AG. K.H. Martan dan
ayahandanya sendiri AG. K.H.M. Yunus Martan. Belajar
menulis dan membaca dibina langsung oleh ibudanya Hj.

196 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Kartini. Tempaan selanjutnya diterima dengan belajar di


Madrasah Arabiyah Belawa yang diasuh ayahandanya AG.
K.H.M. Yunus Martan. Rafii kecil belajar di Madrasah
Arabiyah Belawa ini sejak usia 6 tahun atau sekitar tahun 1947.
Di madrasah inilah Rafii kecil belajar kitab kuning dan Bahasa
Arab dari AG. K.H.M. Yunus Martan, sedangkan menghafal
Al-Qur’an beliau bersama AG. K.H. Abdullah Martan dibina
oleh AG. K.H.M. Yunus Martan dan AG. K.H. Abdul Malik.
Ia tamat Madrasah Ibtidaiyah di Madrasah Arabiyah Belawa
tahun 1953204.
Setamat dari Madrasah Arabiyah Belawa AG. Prof.
Drs. H.M. Rafii Yunus Martan, M.A, Ph.D ikut ayahandanya
AG. K.H.M. Yunus Martan hijrah ke Sengkang, bersamaan
ketika itu AG. K.H.M. Yunus Martan diminta AG. K.H. Daud
Ismail untuk mendampinginya bersama-sama memimpin dan
mengelola Madrasah As’adiyah. Ketika menetap di Sengkang,
ia melanjutkan pendidikan di MTs As’adyah hingga tamat

Ahmad Muktamar Badruddin “AG Prof. Dr. H.M. Rafii Yunus


204

Martan, MA : Terpanggil Memimpin As’adiyah Karena Tanggungjawab


Sebagai Alumni”, Majalah Mimbar As’adiyah Edisi No. 1, Desember 2015, h.
31

Nama Penulis | 197


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

tahun 1956. Pertama kali belajar di MTs, mata pelajarannya 100


% pelajaran agama, yang masih menggunakan kurikulum asli
Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI). Memasuki tahun kedua
(1954), ia sudah mulai belajar mata pelajaran umum dari guru-
guru seperti bapak Mutaong (Aljabar), Kulasse Habe (Ilmu
Hayat), dan Abd. Rahman (Bahasa Inggris). Sedangkan mata
pelajaran agama diajar oleh K.H. Andi Bau Rumpang (Datu
Rumpang) yang mengajarkan Ushul Hadits, serta K.H. Abd.
Rahman Ganra, dan K. H. Said. Disela-sela sekolah di MTs
As’adiyah, AG. Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus Martan, M.A,
Ph.D juga memanfaatkan waktu sore harinya untuk menimbah
ilmu selama satu tahun di SMP Sawerigading Sengkang, dan
lulus ujian Extranei tahun 1957 205.
Setelah tamat MTs dan SMP, AG. Prof. Drs. H.M.
Rafii Yunus Martan, MA, Ph.D melanjutkan pendidikannya di
Madrasah Aliyah As’adiyah, namun tidak sempat tamat, ia
hanya menjalaninya hingga tahun 1958. Selanjutnya ia hijrah ke
Makassar untuk melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1
Makassar dan tamat pada tahun 1961. Ia menikah dengan Hj.
Wafiyah saat masih belajar di SMA ini. Hasil pernikahannya ini,

205
Ibid. 32

198 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

dikaruniai 3 orang putera, masing-masing Drs. H. Ahmad


Sunnari Rafii, Ahmad Yani Rafii, dan Abdul Mukti Rafii.
AG. Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus Martan, M.A, Ph.D
kemudian melanjutkan pendidikan tingginya di Fakultas Sastra
Universitas Hasanuddin. Sebelum itu, ia juga pernah menjalani
kuliah beberapa semester di Fakultas Syari’ah Universitas
Muslim Indonesia (UMI) Makassar, namun mengurungkan
lanjut di kampus ini, setelah melihat buku repferens mata
kuliah yang ajarkan di fakultas itu, pada umumnya sudah
dipelajarinya di Madrasah As’adiyah. Maka AG. Prof. Drs.
H.M. Rafii Yunus Martan, M.A, Ph.D, meninggalkan kuliahnya
di Universitas Muslim Indonesia (UMI) dan dimantapkan
pilihannya untuk lanjut di Fakultas Sastra Universitas
Hasasnuddin Makassar. AG. Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus
Martan, M.A, Ph.D kemudian menjalani aktivitasnya sebagai
mahasiswa di fakultas ini hingga tingkat III.
Suatu ketika, AG. Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus Martan,
M.A, Ph.D mengalami sakit, dan menyebabkannya
meninggalkan perkuliahan selama menjalani perawatan sekitar
2 bulan. Setelah pulih dari sakitnya, AG. Prof. Drs. H.M. Rafii
Yunus Martan, M.A, Ph.D berniat untuk kuliah kembali,

Nama Penulis | 199


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

namun ia diperhadapkan pada aturan kampusnya yang


mengharuskannya mengulang semua mata kuliah di tingkat III.
Sehingga AG. Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus Martan, M.A, Ph.D
memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliahnya di Fakultas
Sastra Universitas Hasanuddin Makassar 206.
Pada tahun 1964, AG Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus
Martan, M.A, Ph.D kemudian melanjutkan pendidikan
tingginya di Yogyakarta, dan memilih Fakultas Ushuluddin
Jurusan Perbandingan Agama IAIN Sunan Kalijaga. Di
Yogyakarta ia serumah dengan Prof. Dr. Abd. Rahman Musa
(Ketua PB As’adiyah Periode 2000-2002) dan AG. Drs. H.
Muhammad Sagena (Ketua Umum PP As’adiyah Periode
2018-sekarang) yang telah lebih dulu menetap di Yogyakarta 207.
Di IAIN Sunan Kalijaga ia menjalani aktivitasnya sebagai
mahasiswa, hingga berhasil meraih gelar BA (Sarjana Muda)
dalam tahun 1968, dan Doktoral (Drs) pada tahun 1971.
Tamat dari IAIN Yogyakarta, AG. Prof. Drs. H.M.
Rafii Yunus Martan, M.A, Ph.D kembali ke Sengkang, dan
mengabdi di Pesantren As’adiyah. Beliau antara lain

206
Ibid
207
Muhammad Sagena, Wawancara, tgl. 26 Januari 2019, dalam
Ahmad Muktamar Badruddin, Op.Cit. h. 171

200 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

memberikan pengajian pesantren berbahasa Bugis di Masjid


Raya Sengkang, serta mengajar di Madrasah Aliyah As’adiyah,
serta dosen di Fakultas Ushuluddin PTIA Sengkang, antara
tahun 1971-1973.
Setelah itu, AG. Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus Martan,
M.A, Ph.D melanjutkan pendidikan S2 ke Intitute of Islamic
Studies, Mc.Gill University Montreal, Quebec, Canada Jurusan
Studi-studi Ke-Islaman, dengan bidang kekhususnan Teologi
Islam, dan tamat tahun 1976. Beberapa tahun kemudian, dia
kembali kuliah S3 di Amerika, dan meraih Ph.D (Doktor) di
Departemen of Near Eastern Studies University of Michigan,
Ann Arbor, Michigan USA, jurusan Studi-studi Ke-Islaman
bidang kekhususan Ulumul Qur’an, dan lulus tahun 1994 208.
Sejak tahun 1976 atau setamat dari Mc.Gill University,
AG. Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus Martan, M.A, Ph.D pulang
ke Indonesia dan berkiprah di IAIN Alauddin Makassar. Ia
diamanahkan berbagai jabatan di perguruan tinggi Islam itu
sejak 1976 hingga akhir hayatnya tahun 2018, antara lain yang
tercatat adalah :

208
Ahmad Muktamar Badruddin, 2015, Op.Cit. h. 32-33

Nama Penulis | 201


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

1) Dosen negeri di Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin


Makassar (1976-2007)
2) Sekretaris Fakultas Ushuluddin (1979-1980)
3) Wakil Dekan Fak. Ushuluddin (1980-1986)
4) Ketua Jurusan Perbandingan Agama (1981-1986)
5) Ketua Jurusan Tafsir Hadits (1994-1996)
6) Asdir I Bidang Akademik Program Pascasarjana IAIN
Alauddin Makassar (1995-2003)
7) Guru Besar bidang Ulumul Qur’an Fak. Ushuluddin
Makassar (2002-2006).
8) Profesor Emeritus bidang Ulumul Qur’an Fak.
Ushuluddin Makassar (2006-2018).
9) Dosen Program Magister (S2) dan Doktor (S3) pada
Program pascasarjana IAIN Alauddin Makassar (1990-
2018)209.

Aktivitas dibidang pendidikan dan keagamaan lainnya


selama berkiprah di Makassar, antara lain sebagai Imam Besar
dan Ketua Badan Pelaksana Harian Ibadah, Dakwah dan
Pengkajian Islam Masjid Al-Markaz Al-Islami Makassar (1997-

209
Ibid. h. 33

202 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

2003), serta aktif memberikan pengajian ba’da maghrib di


masjid yang sama (1997-2004).
Sebelum dan sesudah terpilih menjadi Ketua Umum
Pengurus Besar As’adiyah, beberapa jabatan yang pernah
diemban sebagai bentuk pengabdiannya kepada As’adiyah,
antara lain :
1) Mengasuh Pengajian Kitab Kuning di Masjid Raya
Sengkang (1971-1973)
2) Mengajar di Madrasah Aliyah As’adiyah (1971-1973)
3) Dosen Fakultas Ushuluddin Perguruan Tinggi Islam
As’adiyah (1971-2017)
4) Pemegang saham PT Radio Suara As’adiyah (1972-
2017)
5) Direktur PT Radio Suara As’adiyah (1972-1977)
6) Wakil Rektor III Perguruan Tinggi Islam As’adiyah
(PTIA) Periode 1980-1988
7) Komisaris PT Radio Suara As’adiyah (2002-2017)
8) Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) As’adiyah
(2015-2017)

Nama Penulis | 203


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

9) Ketua Umum Pengurus Besar As’adiyah (2002-2007,


2007-2012, 2012-2017, dan terpilih untuk 2017-2022)210

Pada tahun 2002, AG. Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus


Martan, M.A, Ph.D terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus
Besar As’adiyah (periode 2002-2007) dalam forum Muktamar
As’adiyah ke XI di Sengkang. Inilah awal kembalinya AG.
Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus Martan, M.A, Ph.D ke Pesantren
As’adiyah Sengkang. Berturut-turut dari Muktamar ke
Muktamar berikutnya, beliau terpilih kembali memimpin
As’adiyah.
Alasan utama sehingga AG. Prof. Drs. H.M. Rafii
Yunus Martan, M.A, Ph.D bersedia kembali ke Sengkang
untuk mengabdi di Pesantren As’adiyah (saat terpilih tahun
2002, beliau sementara memangku berbagai jabatan, antara lain
Asdir I Program Pascasarjana IAIN Alauaddin Makassar, serta
Imam Besar Masjid Al-Markas Al-Islami). AG. Prof. Drs. H.M.
Rafii Yunus Martan, M.A, Ph.D pernah menuturkan, bahwa
suatu ketika, ia diliputi perasaan bersalah terhadap ayahandanya
AG. K.H.M. Yunus Martan (Pimpinan Pesantren As’adiyah

210
Ahmad Muktamar Badruddin (2019), Op.Cit. h. 173-174

204 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

1961-1986). AG. Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus Martan merasa


ditegur, seolah-olah sibuk dengan berbagai kifrahnya di instansi
lain dan tidak punya waktu untuk mengurus As’adiyah. Ia takut
saat bertemu ayahandanya di akhirat kelak, lalu ditanya hal apa
saja yang telah ia lakukan untuk As'adiyah 211. Karena itulah,
ketika diminta mayoritas cabang As’adiyah, maka ia bersedia
untuk menjadi Ketua Umum Pengurus Besar As’adiyah, dan
bercita-cita untuk mengembalikan kejayaan As’adiyah yang
pernah dibesarkan ayahandanya AG. K.H.M. Yunus Martan 212.
Ketika terpilih untuk pertama kalinya, segelintir orang
termasuk beberapa media sempat mempertanyakan
kemampuan AG. Prof Drs. H.M. Rafii Yunus Martan, M.A,
Ph.D memimpin As’adiyah dengan kultur yang sangat berbeda
dengan dunia pendidikan yang digelutinya baik di Canada
(magister) maupun USA (doktor). AG. Prof. Drs. H.M. Rafii
Yunus Martan, M.A, Ph.D sangat memahami keraguan
tersebut. Namun demikian, jika ditelisik perjalan hidupnya

211
Sulaeman Abdullah, Wawancara, tgl. 14 Desember 2018 dalam
Ibid. h. 174-175
212
Harian “Fajar” Rafii Yunus Setelah Terpilih Jadi ketua Umum
As’adiyah, Terobesesi Kembalikan Kejayaan As’adiyah, Makassar, 2002, h.
18

Nama Penulis | 205


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

sejak kecil, hingga dewasa, maka kemampuan AG. Prof. Drs.


H.M. Rafii Yunus Martan, M.A, Ph.D berkifrah di dunia
pesantren tidak perlu diragukan. Mulai dari pembinaan di
lingkungan keluarga, belajar di Madrasah Arabiyah Belawa,
hingga belajar di MAI (Tsanawiyah dan Aliyah), membuatnya
sangat dekat dengan kultur pesantren. Terbukti kemudian, AG.
Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus Martan, M.A, Ph.D dapat
dikatakan tidak ada masalah dalam 15 tahun masa
kepemimpinannya. Bahkan jumlah peserta didik yang belajar
baik di Pesantren As’adiyah pusat maupun cabang-cabang
semakin bertambah banyak jumlahnya. Lembaga-lembaga di
bawah naungan Pesantren As’adiyah semakin beragam dan
bervariasi jenis dan fungsinya.
Pada masa kepemimpinan AG. Prof. Drs. H.M. Rafii
Yunus Martan, M.A, Ph.D Pesantren As’adiyah diarahkan
menjadi lembaga pendidikan yang lebih terbuka terhadap dunia
luar dengan cara pandang baru yang beragam, kendati tetap
mempertahankan identitasnya sebagai sebuah lembaga
pendidikan dan dakwah. Pesantren As’adiyah menurut AG.
Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus Martan, M.A, Ph.D213, adalah

213
Rafii Yunus Martan, Op.Cit. h. 21

206 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

reperesentasi jenis pesantren yang bersifat terbuka dan


berusaha mengakomodasi perkembangan baru disekelilingnya
yang dianggap positif. Beliau menekankan bahwa “Memelihara
tradisi lama yang baik, seraya mengakomodasi tradisi baru yang
dianggap lebih baik”214, adalah adegium yang tepat untuk
menggambarkan sifat dan kecenderungan Pesantren As’adiyah
periode kepemimpinan AG. Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus
Martan, M.A, Ph.D.
Dalam tiga periode lebih masa khidmatnya, beberapa
pengembangan yang beliau lakukan, antara lain : Pertama, pada
periode pertama (2002-2007) dan keduanya (2007-2012), visi
dan misi diarahkan kepada pengembangan pendidikan dan
dakwah. Slogan itu dikembangkan lagi penerapannya pada
periode ketiganya (2012-2017) dan dipertajam pada peroide
keempat (2017-2021) menjadi “Lembaga Pendidikan, Dakwah
dan Ekonomi Syari’ah”215
Untuk lebih memperkembangkan Pesantren As’adiyah
sebagai lembaga ekonomi (selain sebagai lembaga pendidikan
dan dakwah), maka upaya pengembangan Kedua dalam periode

214
Ibid.
215
Ibid.

Nama Penulis | 207


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

AG. Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus Martan, M.A, Ph.D dapat
disaksikan pada kemajuan-kemajuan antara lain,
mengoptimalkan Koperasi Pondok Pesantren As’adiyah
(KPPA), Baitul Mal wat-Tamwil (BMT), Pertokoan As’adiyah
Mart, Unit Usaha Kantin, lembaga sektor ril bidang perumahan
(baik di dalam kota Sengkang maupun di daerah lain).
Demikian pula dengan lembaga sektor ril penjualan kapling
perumahan yang terletak di Sengkang, Bone dan Makassar.
Upaya pengembangan yang Ketiga dalam periode ini,
yaitu pengadaan area kampus baru sebagai penambahan
kampus-kampus sebelumnya (Kampus I/Kampus Puteri yang
berlokasi di Kompleks Masjid Jami Jl. K.H.M. As’ad Sengkang,
Kampus II yang berlokasi di Jl. Veteran Lapongkoda
Sengkang, dan Kampus III yang berlokasi di Macanang Kec.
Majauleng Kab. Wajo). Dalam periode ini berhasil diusahakan
pembangunan Kampus IV yang bertempat di Jl. Andi Unru
Sempange Kec. Tanasitolo Kab. Wajo. Di lokasi Kampus IV
ini telah terbangun gedung-gedung peruntukan kegiatan belajar
Ma’had Aly dan Pendidikan Diniya Formal (PDF) Ulya. Di
tempat ini juga telah berdiri serta telah digunakan sebuah

208 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

masjid. Hingga saat pembangunan masjid ini masih dalam


proses penyelesaian hingga sekarang216.
Keempat, adalah pengembangan Ma’had Aly. Sejak
tahun 2013, Ma’had Aly tidak lagi menerima mahasantri tiga
tahun sekali sebagaimana sebelumnya, namun dilakukan setiap
tahun seiring dengan peningkatan peminatnya. Pada tahun
2016, status Ma’had Aly berubah menjadi lembaga pendidikan
tinggi formal, ia merupakan salah satu dari 13 Ma’had Aly di
Indonesia yang berhasil memperoleh izin operasional
penyelenggaran penddikan tinggi Ma’had Aly dari Kementerian
Agama RI217.
Sebagai salah satu lembaga pendidikan yang diharapkan
menjadi lokasi reproduksi dan pelestarian jaringan ulama,
Ma’had Aly dinilai oleh pemerintah (Direktorat Pendidikan
Diniyah dan Pesantren Kemenag RI) sebagai salah satu pusat
jaringan di Sulawesi Selatan. Karena itu, dilakukan
pengembangan kurikulum yang diramu oleh Pengurus Besar,
Yayasan As’adiyah dan Ma’had Aly. Kecenderungan program

216
Masjid AG.K.HM. Yunus Martan, Kampus IV, Observasi, tgl. 25
Desember 2021
217
Muhyiddin Tahir, Wawancara, tgl. 7 Desember 2018, dalam
Ahmad Muktamar Badruddin (2019) Op.Cit. h. 178

Nama Penulis | 209


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

studi untuk seluruh angkatan adalah Tafsir. Namun dalam


beberapa tahun terakhir, bidang keilmuan lainnya misalnya
Fiqhi dan Hadits juga mendapat penekanan para pengasuh, di
samping juga kemahiran berbahasa Arab218.
Sarana dan prasarana terutama gedung asrama juga
mendapat perhatian AG. Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus Martan,
M.A, Ph.D. Jumlah mahasantri Ma’had Aly meningkat tajam
setelah berlakunya penerimaan setiap tahun, dan mereka semua
wajib mondok. Maka AG. Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus
Martan, M.A, Ph.D mengupayakan pengadaan asrama untuk
menampung semua mahasantri. Sebelum Kampus IV
digunakan, pusat kegiatan Ma’had Aly ditempatkan di komplek
rumah jabatan Ketua Umum Pengurus Besar As’adiyah. AG.
Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus Martan, M.A, Ph.D sangat
antusias dan gembira menyusul mulai dioperasikannya kegiatan
di Kampus IV. Menurut AG. Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus
Martan, M.A, Ph.D dalam bukunya “As’adiyah, Dulu dan
Kini”, pembinaan mahasantri akan lebih mudah ilusereng (Bugis

218
Rafii Yunus Martan, Op.Cit. h. 23

210 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

= diasuh) jika mereka diasramakan dan itu diwujudkan di


Kampus IV219.
Dalam periode ini, AG. Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus
Martan, M.A, Ph.D menggalang kerja sama dengan berbagai
pihak. Beberapa yang menonjol antara lain kerja sama dengan
Pemerintah Kabupaten Paser Kaltim. Kerja sama dilakukan
dalam rangka Pendidikan Kader Muballigh Pembangunan.
MoU dilakukan sebanyak dua angkatan, 2004-2010 (Angkatan
I), dan 2009-2013 (Angktan II). Dari 45 orang peserta yang
didatangkan dari Kabupaten Paser, semuanya berhasil
menyelesaikan program serta sukses meraih predikat double
degree, yakni Ijazah Ma’had Aly As’adiyah dan Ijazah STAI
As’adiyah sekaligus.
Program kerja sama lainnya adalah MoU dengan
perusahaan pengembang tanaman kelapa sawit. Pada akhir
tahun 2014 dan awal tahun 2016 telah dilakukan penggarapan
lahan milik Pesantren As’adiyah yang berlokasi di kawasan
kampus III Macanang Kec. Majauleng Kab. Wajo. 88 hektar
dari 100 hektar keseluruhan lahan milik Pesantren As’adiyah di

219
Ibid.

Nama Penulis | 211


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Macanang digarap dalam bentuk sewa selama 30 tahun.


Keuntungan yang diperoleh dari kerja sama ini, adalah
Pesantren As’adiyah memperoleh minimal Rp 1 juta per hektar
per musim petik.
Bidang Tahfidz Al-Qur’an adalah salah satu bentuk
kemajuan dicapai pada periode ini. Orang-orang yang hendak
menghafal Al-Qur’an dan berminat mengikuti program
Tahfidz di Pesantren As’adiyah meningkat tajam jumlahnya.
Setidakya ada empat tempat sebagai pusat penghafalan Al-
qur’an yang terbentuk di Sengkang. Tahfidz Al-qur’an di
Masjid Jami’, Kampus Lapongkoda, Lompo, dan Pattirosompe
terkelola dengan baik dan masing-masing memiliki peserta
yang tidak sedikit. Para santri yang telah menyelesaikan hafalan
30 juznya wajib megikuti serangkaian ujian, dan yang menguji
bukan dari guru, tapi dari Pimpinan Pesantren As’adiyah, para
undangan terhormat yang biasanya dari pejabat pemerintah
setempat, Kepala Kementerian Agama, dan ulama dari
pesantren lain. Tradisi yang dimulai sejak tahun 2004 ini, tidak
saja dilaksanakan di Sengkang (misalnya pada acara penamatan
atau wisuda dilingkungan Pesantren As’adiyah), tetapi juga

212 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

ditempat lain yang biasanya dilaksanakan dikediaman santri


bersangkutan.
Ratusan alumni dengan prestasi yang berhasil
ditorehkan oleh para hafidz yang pernah dibina pada masa
kepemimpinan AG. Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus Martan, M.A,
Ph.D melalui Majlis Qurra Wal-Huffad. Diantara mereka yang
bisa dicatat, pernah menjadi juara MTQ tingkat dunia, antara
lain :
a. H. Martomo (Imam Rawatib Masjid Istiqlal Jakarta)
- Juara III MTQ Internasional di Makah
- Juara I MTQ Internasional di Libia
b. Ansar (Juara II MTQ Tingkat ASEAN di Jakarta)
c. Aman Hamzah (Juara II MTQ di Saudi Arabiyah)
d. Lukman Saraji (Juara I MTQ Internasional di Cayro)
e. Abdul Rahim Dani, (Juara I MTQ Internasional di
Cayro)220.

220
Abd. Wahid Hasyim, “Strategi Pembelajaran Al-Quran Pada
Lembaga Majelis Al-Qurra’ Wa Al-Huffaz Pondok Pesantren As’adiyah
Sengkang Kabupaten Wajo”, Jurnal UIN Alauddin Vol. 6 No. 2, Makassar,
2017, h. 363

Nama Penulis | 213


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

g. Anregurutta Drs. H. Muhammad Sagena (2018 sampai


sekarang)
Setelah AG. Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus Martan, M.A,
Ph.D wafat 29 Januari 2018, maka kepemimpinan Pesantren
As’adiyah dilanjutkan oleh AG. Drs. H. Muhammad Sagena.
Beliau disepakati dalam forum musyawarah yang diadakan oleh
Pengurus Pusat Pondok Pesantren As’adiyah, untuk
melanjutkan estafet kepemimpinan periode 2017-2021.
Berdasarkan keputusan musyawarah yang berlangsung 10
Maret 2018, maka AG. Drs. H. Muhammad Sagena ditetapkan
sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Pesantren As’adiyah
melanjutkan sebagian besar sisa periode kepemimpinan AG.
Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus Martan, M.A (2017-2021).
AG. Drs. H. Muhammad Sagena, lahir di Sanrangeng
Sabbangparu Wajo, 2 Juli 1942. Pendidikan formalnya
diselesaikan masing-masing di SR Negeri Caleko Sabbangparu
Wajo, tahun 1955. Selanjutnya menamatkan pendidikan
menengahnya di Madrasah Tsanawiyah As’adiyah Sengkang,
tahun 1959, dan PGA 6 Tahun di Makassar tahun 1961.
Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan ke Fakultas Adab IAIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ketika kuliah ia serumah dengan

214 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Prof. Rahman Musa (pimpinan As’adiyah Periode 200-2002)


dan AG. Rafii Yunus (pimpinan As’adiyah Periode 2002-2017.
Mereka juga kuliah di almamater yang sama namun beda
fakultas. Prof. Dr. Abd. Rahman Musa dan AG. Prof. Drs.
H.M. Rafii Yunus Martan, M.A, Ph.D masing-masing di
Jurusan Aqidah Filsafat dan Jurusan Perbandingan Agama,
Sedangkan AG. Drs. H. Muhammad Sagena di Jurusan Sastra
Arab Fakultas Adab. AG. Drs. H. Muhammad Sagena berhasil
meraih predikat Sarjana Muda (BA) tahun 1964, dan Doktoral
(Drs) tahun 1967 di fakultas ini221. Ketika kuliah di Yogyakarta,
ia juga mempersunting wanita bernama Fasaha, BA. Hasil
perkawinannya dengan wanita asal Palembang itu, dikaruniai 6
putera-puteri, masing-masing Indriati, SE, Istiqamah, SH, MH,
Mustafa Kamal, Syamsu Rijal, S.Sos, Abd. Jalil, SH, dan Muh.
Fadhil, S.Sos.I serta 13 cucu.
Setelah menyelesaikan kuliahnya di Yogyakarta, AG.
Drs. H. Muhammad Sagena pulang ke Sengkang dan mengabdi
di Pesantren As’adiyah hingga tahun 1977. Beberapa jabatan

221
Muhammad Sagena, Wawancara, tgl. 26 Januari 2019, dalam
Ahmad Muktamar Badruddin (2019), Op.Cit. h. 183

Nama Penulis | 215


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

penting di As’adiyah yang pernah diamanahkan kepadanya,


antara lain :
1) Dekan Fakultas Ushuluddin PTIA periode 1969-1977
2) Ketua Panitia Pembangunan Masjid Jami periode 1971-
1977
3) Penanggungjawab PT Radio Suara As’adiyah Periode
1975-1980
4) Wakil Rektor III Perguruan Tinggi Islam As’adiyah
(PTIA) Periode 1980-1988
5) Ketua Majlis Pemuda, Pelajar dan Mahasiswa Pimpinan
Pusat As’adiyah Periode 1975-1980
6) Anggota Pembantu Umum Pengurus Besar As’adiyah
Periode 1988-1993222

Pada tahun 1977, AG. Drs. H. Muhammad Sagena


hijrah ke Ujungpandang (Makassar), seiring dengan
pengangkatannya sebagai Dosen Negeri di Fakultas Adab
IAIN Alauddin Ujungpandang. Beberapa jabatan yang pernah
diemban selama berkiprah di Ujungpandang antara lain sebagai
berikut :

222
Ibid.

216 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

1) Dosen Negeri di Fakultas Adab IAIN Alauddin


Ujungpandang sejak tahun 1977 hingga 2007
2) Sekretaris Fakultas Adab IAIN Alauddin Ujungpandang
Periode 1980-1982
3) Ketua DPD I Guppi Sulawesi Selatan 1982-1987
4) Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan Periode 1982-
1987
5) Wakil Dekan I Fakultas Adab IAIN Alauddin
Ujungpandang 1988-1992
6) Anggota Dewan Penasehat Pengurus Besar As’adiyah
dari tahun 1998-2017
7) Wakil Ketua Umum Pengurus Pusat Pondok Pesantren
As’adiyah Periode 2017-2022
8) Pelaksana Ketua Umum Pengurus Pusat Pondok
Pesantren As’adiyah Periode 2018-2022223

AG. Drs. H. Muhammad Sagena tidak pernah


membayangkan bakal diserahi amanah sebagai pucuk
kepemimpinan Pesantren As’adiyah. Namun bagi beliau,

223
Muhammad Sagena, Wawancara, tgl. 26 Januari 2019 dalam Ibid.
h. 184

Nama Penulis | 217


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

kepemimpinan ini adalah amanah yang harus dijalankan


dengan penuh tanggungjawab224.
AG. Drs. H. Muhammad Sagena menilai bahwa
kepemimpinan AG. Prof. Drs. H.M. Rafii Yunus Martan, M.A,
Ph.D telah menghasilkan banyak kemajuan dalam
pengembangan Pesantren As’adiyah. Maka program-program
yang dijalankan AG. Drs. H. Muhammad Sagena bersifat
melanjutkan kemajuan yang telah dicapai itu. Namun demikian,
prioritas utama dalam kepemimpinannya adalah
mengoptimalkan fungsi-fungsi semua lini, terutama personalia
yang terlibat di kepengurusan pusat Pesantren As’adiyah,
sehingga dapat berjalan sesuai dengan job masing-masing225.
Penataan pengelolaan keuangan adalah perioritas
lainnya dalam kepemimpinan AG. Drs. H. Muhammad Sagena.
Keberhasilan penyelenggaraan seluruh kegiatan di As’adiyah
ditentukan oleh pengelolaan keuangan yang sehat. Oleh karena
sinergitas Pengurus Pusat dan Pengurus Yayasan As’adiyah
dalam pengelolaan keuangan sangat mendukung keberhasilan

224
Muhammad Sagena, Wawancara, tgl. 26 Januari 2019 dalam Ibid.
h. 185
225
Muhammad Sagena, Wawancara, tgl. 26 Januari 2019 dalam Ibid.

218 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

jalannya organisasi As’adiyah sebagai lembaga pendidikan dan


dakwah226.
Dalam masa kepemimpinan AG. Drs. H. Muhammad
Sagena, beberapa aktivitas yang bisa disaksikan antara lain,
kegiatan pendidikan disemua jenjang, dari pusat hingga cabang-
cabang tidak terlihat adanya masalah yang membutuhkan
keputusan strategis dalam sembilan bulan kepemimpinannya.
Pengajian kitab kuning (mangaji kitta) dan kegiatan tahfidz
berjalan sebagaimana adanya. Masjid Ummul; Qura, Masjid
Jami’, Masjid Al-Ikhlas, Masjid Kampus III Macanang, serta
Masjid Kampus IV Sempange tetap ramai didatangi santri-
santri untuk pengajian kitab kunging (mangaji kitta). Masjid
Jami’, Lapongkoda, Pattirosompe, dan Lompo masih ramai
dan sarat dengan aktivitas penghafalan Al-Qur’an. Ketiga
kegiatan itu wajib terselenggara dengan baik di Pesantren
As’adiyah. Karena ia merupakan pilar utama yang terpola sejak
masa kepemimpinan AG. K.H.M. As’ad. Dinamika
perkembangan pesantren ini sangat ditentukan oleh ketiga pilar
tersebut.

226226
Andi Syahrul Yali Razaq, Wawancara, tgl. 23 Mei 2021 di
Sengkang

Nama Penulis | 219


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Selain kegiatan pokok yakni pendidikan madrasah,


mangaji kitta dan tahfidz, berbagai kegiatan yang rutin dan
berjalan normal sebagaimana adanya. Seperti persiapan bulan
Ramadhan. Biasanya dalam bulan suci, Pesantren As’adiyah
mengirim tenaga muballigh dan imam tarwih ke masjid-masjid
baik di Kabupaten Wajo, maupun ke daerah lain. Mengawali
itu maka diadakan pembekalan kepada calon muballigh dan
imam tarwih.
Kegiatan rutin lainnya adalah pelaksanaan ujian
nasional dan ujian intern yang diadakan baik di tingkat pusat
maupun di cabang-cabang. Kegiatan lain juga terlihat pada
awal tahun pelajaran. Di Sengkang (madrasah-madrasah tingkat
pusat) diadakan penerimaan santri mulai dari Taman Kanak-
kanak hingga Aliyah yang dilaksanakan secara terpusat dengan
satu tim penyelenggara. Terlihat dalam penerimaan santri
ditingkat pusat untuk tahun 2021-2022 menunjukkan grafik
yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
B. Lintas Tokoh
a. AG. K.H. Abu Nawas Bintang
Salah seorang ulama kharismatik yang begitu dicintai dan
disegani, adalah AG. K.H. Abu Nawas Bintang. Beliau dikenal

220 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

dengan sapaan Anregurutta Abu Nawas, atau oleh kalangan


santri As’adiyah menyebutnya Abbah. Beliau lahir Kajuara,
Cenrana Kabupatern Bone, pada 31 Desember 1946.
Informasi lain menyebutkan bahwa Gurutta Abu Nawas lahir
pada masa penjajahan Jepang yang ditandai dengan “asera
kappala luttu tellu makkaserang, asera luttu ta tellu tellu, gangkanna
akko wenniwi pelleng risaliweng boco ripeddei, naiyya napatuoi pelleng ri
laleng boco” (Sembilan pesawat tempur atau pesawat sekutu
yang mengudara dan mencari mangsa di bawah pada saat itu
dengan formasi tiga-tiga, kalau malam tiba pelita yang diluar
kelambu dimatikan dan pelita yang ada di dalam kelambu tetap
dinyalakan).
Dikisahkan bahwa ketika kecil, AG. K.H. Abu Nawas
Bintang, tidak lancar berbicara, disaat anak-anak seusianya
sudah bisa berbicara dengan normal. Ini lantaran, beliau sangat
disayangi dan dimanja oleh neneknya. AG. K.H. Abu Nawas
Bintang pernah bercerita prihal masa kecilnya itu bahwa
“benneng denamate magatti neneku, iyya’na tau massesse’kale
(seandainya saja nenek saya belum meninggal, saya termasuk
orang yang menyesal). Dalam arti bahwa seandainya nenekda
AG. K.H. Abu Nawas Bintang belum meninggal kala itu,

Nama Penulis | 221


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

beliau tidak bisa membaca Alquran. Karena rasa sayang sang


nenek kepada cucunya, maka setiap kali diperintahkan pergi
mengaji, maka Abu Nawas kecil merasa enggan, dan sikap ini
dibela serta didukung sang nenek. Oleh karena itu, setelah sang
nenek meninggal, tidak ada lagi yang membela Abu Nawas
kecil jika ia enggan dan berat pergi mengaji. Sehingga sejak saat
itu, Abu Nawas kecil mampu mengaji. Sejak saat itu pula Abu
Nawas kecil sudah mampu berbicara dengan normal bahkan
melebihi anak-anak seusianya.
AG. K.H. Abu Nawas Bintang merasa sangat beruntung
karena ia tumbuh dan berkembang di lingkungan yang sarat
dengan nuansa keilmuan. Ini lantaran di kampungnya Kajuara,
pernah didatangi oleh dua ulama (panrita), yakni Assyaikh al-
Hajj Abdul Shofa (orang tua AG. K.H.M. Haritsah HS) dan al-
Hajj Abd. Rahman (orang tua Dr. H. Hasan Basri Rahman-
Ketua IKAKAS). Kepada kedua ulama inilah AG. K.H. Abu
Nawas Bintang belajar pertama kali dasar-dasar Agama, seperti
Nahwu Sharaf dan kaedah-kaedah lainnya. Ketika kedua ulama
ini berpindah ke Cakkeware beliau juga ikut serta ke tempat
desa tersebut.

222 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Ketika itu Assyaikh al-Hajj Abdul Shofa, menyatakan


bahwa bahwa setiap santri yang pernah belajar dari beliau serta
mendapat pengakuannya, maka akan dikirim ke Sengkang.
Pada tahun 1962, AG. Abu Nawas Bintang salah satu santri
yang mendapat mengakuan dan dikirim ke Sengkang untuk
menuntut ilmu.
Berturut-turut setelah itu, AG. K.H. Abu Nawas Bintang
menempuh pendidikannya di Madrasah As’adiyah, mulai dari
tingkat Madrasah Tsanawiyah (1962-1965), kemudian
Madrasah Aliyah, hingga meraih gelar Sarjana Muda (B.A0 di
Fakultas Ushuluddin Perguruan Tinggi Islam As’adiyah. Gelar
Sarjananya (S1) diperoleh di Fakultas Ushuluddin IAIN
Alauddin Makassar pada tahun 1984.
Sepanjang hidupnya, AG. K.H. Abu Nawas Bintang
didedikasikan untuk mengabdi di dunia pendidikan. Setelah
tamat di MTs As’adiyah beliau diangkat sebagai PNS (guru) di
Welado. Setelah itu dipindahkan ke Atapangnge (1971),
kemudian ke SDA Ta’e.
Pada tahun 1972, AG. K.H. Abu Nawas Bintang
dipanggil oleh AG. K.H.M. Yunus Martan untuk mengasuh
pengajian halaqah. Beliau membina di pengajian ini hingga

Nama Penulis | 223


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

wafat. Pada saat yang sama, beliau juga diserahi amanah untuk
mengajar di MTs dan Madrasah Aliyah As’adiyah, serta
menjabat Kepala Madrasah Aliyah As’adiyah Putera hingga
tahun 2006.
Di perguruan tinggi, AG. K.H. Abu Nawas Bintang juga
mengabdi di Institut Agama Islam As’adiyah. Mulai dari dosen,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, Ketua Jurusan
Aqidah Filsafat, Dekan Fakultas Ushuluddin, dan terakhir
sebagai Pembantu Ketua I Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI) As’adiyah Sengkang. Selain itu, beliau juga menjabat
sebagai Syaikhul Ma’had hingga ahir hayatnya. di sela-sela
mengajar di Ma’had Aly. Gurutta juga aktif memberikan
halaqah/mappesantren magrib dan subuh hari di Kampus dan
Masjid Raya Sengkang sampai beliau wafat pada tahun 2015
bertepatan 24 zulqaidah 1437 H dan persis 15 hari Idul Adha.
AG. K.H. Abu Nawas Bintang menikah dengan Hj Sitti
Bahra pada tahun 1965. Dari pernikahan ini, beliau dikaruniai 2
putera dan puteri, masing-masing :
a. Dr. H. Kamaluddin Abu Nawas, M.A (lahir 25 agustus
1966)
b. Sitti Husna Abu Nawas, S.Pd.I (lahir 17 Februari 1968)

224 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

c. Dr. H. Muhammad Zuhri Abu Nawas, Lc, M.A (lahir 27


September 1971)
d. Dr. Sitti Syakira Abu Nawas (lahir 18 Juni 1979)

b. AG. Dra. Hj. Sitti Aminah Adnan, M.Ag


Anregurutta Aminah adalah salah satu ulama wanita
As’adiyah. Nama lengkap beliau adalah AG. Dra. Hj. Sitti
Aminah Adnan, M.Ag. Beliau lahir di Sengkang pada tahun
1947.
AG. Dra. Hj. Sitti Aminah Adnan, M.Ag, merasa sangat
beruntung, telah ditakdirkan lahir, tumbuh dan berkembang di
lingkungan santri. Salah satunya adalah ketika usia enam tahun,
mengaji Alquran dengan metode Bagdadi (khas Bugis) yang
dibina langsung Hj. Sitti Seng (saudara AG. K.H. Muhammad
As’ad). Dengan kemampuan dan keuletannya, maka AG. Hj.
Sitti Aminah Adnan, akhirnya khatam Alquran 30 Juz dalam
tempo satu tahun.
Pada umur 7 tahun AG. Dra. Hj. Sitti Aminah Adnan,
M.Ag masuk Sekolah Rakyat pada pagi hari dan belajar agama
di Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah di sore hari. Beliau
menempuh pendidikan pagi dan sore tersebut selama 6 tahun,

Nama Penulis | 225


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

yakni antara tahun 1954 hingga 1960. Pada tahun 1960 hingga
1963 beliau melanjutkan pendidikannya di Madrasah
Menengah Pertama (MMP) dan sekaligus merangkap di
Madrasah Tsanawiyah As’adiyah. Kemudian, pada tahun 1963-
1965, beliau melanjutkan pendidikannya di Madrasah
Menengah Atas (MMA) sekaligus merangkap Aliyah As’adiyah.
Selama belajar mulai tingkat dasar hingga menengah atas, ia
sangat berminat pada mata pelajaran Tajwid dan Berhitung.
Pada tahun 1966, AG. Dra. Hj. Sitti Aminah Adnan,
M.Ag melanjutkan pendidikannya di Perguruan Tinggi Islam
As’adiyah (PTIA) dengan jurusan Ushuluddin (Sarjana
Muda/B.A). Sementara program sarjana ditempuh pada tahun
1977-1986 pada Fak. Ushuluddin IAIN Alauddin
Ujungpandang. Sedangkan gelar Magister diperoleh di Program
Studi Pengkajian Islam Pascasarjana Universitas Muslim
Indonesia (UMI) pada tahun 2003. Kuliahnya di perguruan
tingi, dijalaninya tanpa melepaskan tugas pokoknya sebagai
PNS (guru).
AG. Dra. Hj. Sitti Aminah Adnan, M.Ag, memiliki
ketekunan dan keuletan yang sangat tinggi. Karena
kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan, maka beliau tidak

226 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

membiarkan waktunya tanpa diisi dengan belajar. Salah satunya


adalah ketekunannya belajar Nahwu Sharaf dan mengaji kitab-
kitab kuning lainnya, meskipun ketika itu, santri wanita yang
ikut pengajian masih dihitung jari. Beberapa santri wanita di
antara yang sedikit itu adalah Badriyah Syam (dosen di Jambi),
Nurul Qamri Badar (Sengkang), Zainab (Bone), Dineng
(Soppeng), dan AG. Aminah Adnan sendiri.
AG. Dra. Hj. Sitti Aminah Adnan, M.Ag adalah akvitas
wanita dengan sederet jabatan dan amanah yang pernah dan
sedang diembannya. Ketika kuliah sudah mengenal organisasi,
dan aktif serta membesarkannya yakni Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII).
Pada tahun 1972, AG. Hj. Sitti Aminah Adnan, M.Ag
sempat menjadi calon legislatif dari Partai NU. Namun tidak
sempat menjalaninya, karena ketika itu bertepatan dengan
kelulusannya sebagai CPNS. Setelah menjadi PNS tahun 1972,
beliau mulai aktif di berbagai forum-forum dakwah. Ia juga
aktif sebagai anggota di Majlis Dakwah Islamiyah (MDI), al-
Hidayah (Perempuan Golkar). Sementara di Majlis Wanita
As’adiyah beliau adalah Ketua periode 1975-1980, dan periode
tahun 1983-1988. Selain itu beliau juga juga aktir di Muslimat

Nama Penulis | 227


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

NU sebagai Ketua bidang Pakar (2011). Saat ini masih aktif di


Pengurus Pusat Pontren As’adiyah, Majlis Ulama Indonesia
Kabupaten Wajo sejak 2007, serta anggota dewan Pendidikan
Kabupaten Wajo.
Ketika masih duduk di bangku Madrasah Aliyah, AG.
Dra. Hj. Sitti Aminah Adnan, M.Ag telah diminta untuk
mengajar, namun beliau masih sungkan dan merasa berat
untuk mejalaninya. Namun atas dorongan dan nasehat AG.
K.H.M. Yunus Martan “melo koga mancaji ana’ guru tuttu”
(apakah kamu mau menjadi murid terus meneru), maka AG.
Dra. Hj. Sitti Aminah Adnan, M.Ag termotivasi dan tergerak
untuk menjalani tugas dan perintah itu. Sejak saat itulah, beliau
mengajar sampai sekarang.
Pada tahun 1971 AG. Dra. Hj. Sitti Aminah Adnan,
M.Ag, mulai menjadi guru di Madrasah Tsanawiyah As’adiyah
Putri, dan setahun setelahnya (1972) diangkat menjadi Kepala
MTs. As’adiyah Putri (SK Yayasan As’adiyah) hingga tahun
1982. Sepuluh tahun dengan status Kepala Madrasah yang
diangkat oleh Yayasan As’adiyah, maka pada 1982 diangkat
oleh Kementerian Agama untuk pertama kalinya sebagai
Kepala MTs. As’adiyah. Berturut-turut setelah itu, selama 3

228 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

periode beliau menjabat sebagai Kepala MTs As’adiyah Puteri


hingga tahun 1997. Pada tahun 1997 dimutasi menjadi Kepala
Madrasah Aliyah Putri. AG. Dra. Hj. Sitti Aminah Adnan,
M.Ag memangku jabatan ini hingga pensiun dari PNS tahun
2007.
Selain sebagai guru, AG. Dra. Hj. Sitti Aminah Adnan,
M.Ag juga mengabdi di Institut Agama Islam (IAI) As’adiyah.
Mulai dari dosen, kemudian menjadi Ketua Program
Studi/Jurusan Aqidah Filsafat, dan sejak tahun 2017 beliau
merupakan Dekan Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan
Komunikasi Institut Agama Islam As’adiyah Sengkang.
c. AG. Hj. Nurul Qamri Badar, B.A
Seorang tokoh wanita As’adiyah yang pernah berguru
langsung dan sekaligus menjadi murid dari AG. K.H.
Muhammad As’ad adalah Gurutta puang aji Nurung. Nama
lengkapnya adalah Hj. Nurul Qamri Badar, B.A. Beliau
kelahiran Pallime Kab. Bone 1935. Nama ayahnya adalah H.
Donggal (H. Badruddin) sedangkan ibunya bernama Hj. Sitti
Athirah Razaq. Ayahandanya bersahabat karib dengan AG.
K.H.M. As’ad.

Nama Penulis | 229


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Hj. Nurul Qamri Badar, B.A. Adalah anak bungsu dari


enam (6) bersaudara yakni: H. Johar Badar, H. Syamsuddin
Badar (mantan ketua Yayasan As’adiyah), H. Junaid Badar
(hafidz quran), Hj. Maccayya Badar (ibunda dari AG Dra. Hj.
Sitti Aminah Adnan, M.Ag), Hj. St. Jawahir Badar, dan yang
terakhir adalah gurutta sendiri (Hj. Nurul Qamri Badar).
Hj. Nurul Qamri Badar, B.A wafat pada tanggal 21
Desember 2017 di rumah kediamannya Jl. K.H. Muhammad
As’ad Sengkang.
Hj. Nurul Qamri Badar belajar dan menerima ilmu
langsung dari AG. K.H.M. As’ad. Dalam usianya yang masih
belia (6 tahun), beliau merupakan sosok yang sempat
merasakan pengalaman langka belajar kepada AG. K.H.M.
As’ad bersama dengan kerabat, istri, dan putra-putrinya.
Pelajaran dasar agama dan kitab yang diajarkan langsung AG.
K.H.M. As’ad di antaranya adalah sullamuddiyanah ) ‫) سلّم الدّيانة‬,
dll.
Selain itu, AG. Hj. Nurul Qamri Badar, B.A juga belajar
mengaji pada anregurutta Assayyid Ahmad Afifi al-Mishri
(alumni universitas al-azahar Mesir), ulama yang membantu
AG. K.H.M. As’ad dalam kegiatan penghafalan Alquran.

230 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Assayyid Ahmad Afifi Al-Mishri menerapkan metode al-


bagdadi dalam kegiatan pembelajarannya.
Hj. Nurul Qamri Badar, B.A menempuh pendidikan
formalnya Madrasah As’adiyah, antara lain di Ibtidaiyah tahun
1956, Madrasah Tsanawiyah tahun 1957. Di Tsanawiyah ini,
Hj. Nurul Qamri Badar, B.A. seangkatan dengan AG. Prof.
drs. H.M. Rafii Yunus Martan, M.A, Ph.D. Selain itu, Hj.
Nurul Qamri Badar, B.A menyelesaikan pendidikannya di
MMP (Madrasah Menengah Pertama) dan tamat tahun 1960.
Sedangkan sekolah menengah atas diselesaikan di Madrasah
Aliyah As’adiyah Sengkang dan tamat tahun 1963. Sementara
gelar sarjana muda (B.A) diperoleh di Fakultas Ushuluddin PTI
As’adiyah Sengkang tahun 1970.
Hj. Nurul Qamri Badar, B.A mendedikasikan segenap
hidupnya untuk mengabdi di As’adiyah. Pengabdiannya antara
lain :
a. Ditugaskan langsung dari AG. K.H.M. Yunus Martan untuk
menjadi Koordinarot pelaksanaan Hari-hari Besar Islam
khusus Wanita As’adiyah di Masjid Jami’ (1961-1965)
b. Mengajar di Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah
c. Mengajar di MMP As’adiyah

Nama Penulis | 231


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

d. Mengajar di Aliyah Putri As’adiyah


e. Mengajar di MTS 1 Putri sampai akhir hayatnya
f. Wakil kepala MTS 1 Putri tahun 1980 sampai 1997
g. Mengasuh pengajian pesantren di Masjid Jami dengan kitab
Tafsir Jalalain.
h. Menerjemahkan beberapa kitab pelajaran Madrasah
Ibtidaiyyah / MDA As’adiyah ke dalam bahasa Bugis :
antara lain:
1) ‫ ( العقائد اإلسالمية‬al-aqidatul islamiyah )
2) ‫األخالق للبنين‬ ( al- akhlakul lil banin )
3) ‫ ( خالصة نور اليقين‬Khulasatu nurul yakin )
4) ‫ ( المنتخبات فى المحفوظات‬al-muntakhabatu fil mahfudzat )
i. Menulis ‫ ( سيرة النبوية‬sirah annabawiyah ) dalam bahasa
bugis.

232 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

BAB 5
Membangun Jaringan Ulama Lokal, Nasional Dan Global
A. Jaringan Ulama Pondok Pesantren As’adiyah dari Lokal,
Nasional, dan Global: Sebuah Refleksi Historis
Keberadaan Anegurutta Muhammad As’ad dalam merintis
Pondok Pesantren As’adiyah telah melewati fase waktu yang cukup
panjang sejak awal berdirinya dari 1930 sampai sekarang. Dalam
fase waktu tersebut, Pondok Pesantren As’adiyah, yang pada awal
berdirinya bernama Madrasah ‘Arabiyah Islamiyah, telah melahirkan
banyak ulama dan cendekiawan muslim yang telah turut
berpartisipasi dalam mewarnai kancah nasional dan global dalam
transformasi ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari
keberadaan alumni Pondok Pesantren As’adiyah yang banyak
menduduki jabatan strategis baik dalam institusi kelembagaan
pemerintah atau sosial kemasyarakatan. Tampilnya para alumni
Pondok Pesantren As’adiyah dalam berbagai institusi kelembagaan
pemerintah atau sosial kemasyarakatan tersebut telah memberikan
beberapa implikasi konstruktif bagi salah satu pondok pesantren
tertua di Sulawesi Selatan ini misalnya semakin dikenalnya pondok
pesantren bagi berbagai kalangan khususnya bagi pihak-pihak yang

Nama Penulis | 233


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

ada pada lembaga tempat para alumni tersebut bekerja, semakin


menguatnya partisipasi jejaring alumni dalam pertisipasi
pembangunan dan pengembangan pondok pesantren, semakin
terbukanya akses bagi Pondok Pesantren As’adiyah dalam
mentransformasikan nilai Islam moderat yang selama ini menjadi
tipologi kajian ilmu-ilmu ke-Islaman yang dikembangkan, dan
berbagai implikasi konstruktif lainnya.

Di samping berbagai implikasi konstruktif yang diberikan


alumni dalam kiprah mereka setelah berkiprah dalam berbagai
institusi kelembagaan pemerintah atau sosial kemasyarakatan, para
alumni tersebut, secara langsung ataupun tidak langsung, telah
membentuk suatu jaringan ulama lokal, nasional, dan global, baik
secara struktural ataupun kultural. Dalam melacak bagaimana
jaringan ulama lokal, nasional, dan global yang dibangun oleh
Pondok Pesantren As’adiyah melalui kiprah alumninya dalam
berbagai institusi kelembagaan pemerintah atau sosial
kemasyarakatan, keberadaan Anregurutta Muhammad As’ad yang
biasa disapa Anregurutta Sade’ sebagai perintis awal pondok
pesantren yang pada awalnya bernama Madrasah ‘Arabiyah
Islamiyah tersebut. Dalam rekam historisnya, tercatat bahwa setelah
Anregurutta Sade’ memiliki beberapa orang murid yang pada

234 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

gilirannya menjadi perpanjangan tangan beliau dalam jaringan


ulama lokal, nasional dan global yang dibangun oleh Pondok
Pesantren As’adiyah. Diantara nama-nama yang merupakan murid
langsung dari beliau adalah Anregurutta Abdurrahman Ambo
Dalle, Anregurutta Daud Ismail, Anregurutta Muhammad Ramli,
Anregurutta Yunus Maratan, Anregurutta Abduh Pabbaja,
Anregurutta Muhammad Yusuf, dan yang lainnya.

Kontribusi Pondok Pesantren As’adiyah terhadap


pengembangan pendidikan Islam yang khas dengan nilai-nilai ke-
As’adiyahannya terus menunjukkan pergerakan yang sangat
progresif dan akomodatif terhapa perkembangan sistem pendidikan
di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan Pondok
Pesantren As’adiyah yang terus berkiprah dengan penyelenggaraan
pendidikan yang tidak hanya berkutat pada wilayah formal tapi juga
pada wilayah non-formal. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan Mastuhu bahwa tipologi pendidikan Islam yang
dikembangkan oleh pondok pesantren bukan hanya terbatas pada
penyelenggaraan lembaga pendidikan dari jenjang pendidikan dasar
sampai pada jenjang perguruan tinggi tapi lebih dari itu, untuk tidak
mengatakan dengan alokasi waktu yang lebih banyak, pondok

Nama Penulis | 235


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

pesantren juga menyelenggarakan menyelenggarakan pendidikan


non-formal dengan tradisi keilmuan yang lebih komprehensif dan
holistis terhadap berbagai ilmu agama seperti fikih, hadits, tafsir,
tauhid, tasawuf, dan yang lainnya.227 Fenomena dapat ditemukan
pada berbagai pondok pesantren di Indonesia yang pada awalnya
banyak berkutat pada wilayah pendidikan non-formal tapi
kemudian juga mulai menyelengarakan pendidikan formal dengan
berbagai jenjang pendidikannya. Salah satu alasan dari pilihan untuk
fokus pada pendidikan non-formal di lingkungan pondok pesantren
pada masa-masa awal karena paradigma pengembangan keilmuan
yang diterapkan di dalamnya adalah paradigma pendidikan yang
lebih kultral sehingga kurang tertarik pada segala bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang berdimensi struktural yang dalam
hal ini berupa pendidikan formal. Pendidikan non-formal
dipandang lebih fleksbel dalam melakukan inovasi-inovasi
penyelenggaraan pendidikan Islam yang notabene merupakan cirri
dari pendidikan kultural yang memang sejak awal menjadi
karakteristik penyelenggaraan pondok pesantren. Di samping itu,

227
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian
tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994),
h. 60

236 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

pilihan untuk tidak tertarik akan penyelenggaraan pendidikan


formal karena sistem pendidikan tersebut dipandang sebagai sistem
pendidikan warisan pemerintah kolonial Belanda. Seirng dengan
perjalanan waktu, penyelenggaraan pendidikan formal dalam
lingkungan Pondok Pesantren As’adiyah menjadi suatu pilihan yang
tidak boleh diabaikan demi menjaga eksistensi Pondok Pesantren
As’adiyah dalam kerangka normatif-yuridis sistem penyelenggaraan
pendidikan nasional di Indonesia.

Dalam rekam historisnya, pengembangan sistem pendidikan


dalam lingkungan Pondok Pesantren As’adiyah dengan membuka
sistem pendidikan formal dilakukan pada 1930 dengan nama
Madrasah ‘Arabiyah Islamiyah yang pada gilirannya menjadi titik tolak
dari Pondok Pesantren As’adiyah dalam membangun jaringan
ulama lokal, nasional dan global. Perpaduan apik dari sistem
pendidikan non-formal yang selama ini dikembangkan kemudian
dipadukan dengan sistem pendidikan formal telah memberikan
bekal kuat bagi para santri Pondok Pesantren As’adiyah menjadi
ulama yang memiliki kadalaman kajian ilmu-ilmu ke-Islaman
berbasis turats yang didapatkan pada pendidikan non-formal serta
didukung oleh pengetahuan umum yang integrative terhadap ilmu-

Nama Penulis | 237


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

ilmu ke-islaman sesuai dengan kurikulum penyelenggaraan


pendidikan oleh pemerintah. Kemampuan yang diperoleh santri
Pondok Pesantren As’adiyah tersebut telah mendudukkan mereka
sebagai sosok-sosok ulama yang memiliki kemampuan yang dalam
bahasa metaforis BJ. Habibie sebagai generasi berotak Jerman
berhati Ka’bah.

Dalam fakta empirisnya, para alumni Pondok Pesantren


As’adiyah telah tampil dalam berbagai kancah penyebaran Islam,
mulai dari tingkat lokal, nasional, sampai global, yang masif dengan
tetap membawa ciri ke-As’adiyahan yang dimilikinya. Disinilah
kekuatan daya rekat jaringan ulama yang terbangun dari para alumni
Pondok Pesantren As’adiyah dimana keterikatan mereka bukan
hanya terikat pada dimensi formal berupa kesamaan lembaga
pendidikan tempat menuntut ilmu pengetahuan dan memperoleh
ijazah penguat legalitas penyelesaian studi tapi lebih dari itu mereka
memiliki keterikatan ideologis yang mengikat mereka satu sama
lain. Beberapa karakteristik pengembangan ilmu pengetahuan yang
dikembangkan oleh Pondok Pesantren As’adiyah misalnya dalam
wilayah teologis banyak merujuk pada Asy’ariyah, pada wilayah
fiqih banyak merujuk pada Imam Syafi’i, dalam wilayah tasawuf
banyak merujuk pada Imam al-Ghazali, dan semacamnya telah

238 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

mewarnai sekaligus membentuk kesadaran ideologis mereka bahwa


mereka memiliki suatu pijakan normatif pengembangan pendidikan
dan dakwah yang sama untuk diperjuangkan secara bersama-sama
pula. Kesadaran ideologis tersebut telah menjadi perekat jaringan
ulama yang terbentuk pada Pondok Pesantren As’adiyah baik pada
tingkat lokal, nasional, sampai global. Tidak mengherankan
kemudian ketika para ulama tersebut mengembangkan Islam pada
daerah masing-masimg lalu kemudian melahirkan lagi kader-kader
ulama yang siap mengembangkan pendidikan dan dakwah dalam
kehidupan umat maka ketika mereka dipertemukan oleh suatu
kondisi sosial dimana murid ulama yang satu yang notabene
merupakan alumni Pondok Pesantren As’adiyah bertemu dengan
murid alumni Pondok Pesantren As’adiyah lainnya maka mereka
mereka cepat akrab satu sama lain karena paradigma pendidikan
dan dakwah yang mereka kembangkan memiliki persentuhan
ontologis, epistemologis, dan aksiologis satu sama lain.

Dalam kaitannya dengan jaringan ulama tingkat lokal,


kedatangan Anregurutta Sade’ di Kota Sengkang telah menarik
perhatian banyak ulama-ulama lokal untuk kemudian datang belajar
kepada beliau. Kedatangan ulama-ulama lokal untuk berguru

Nama Penulis | 239


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

tersebut tentu dapat dipahami bahwa keberadaan mereka bukan


datang dengan pengetahuan yang kosong tapi justru sebaliknya
kedatangan mereka telah menghadirkan proses dialektika yang kuat
mengingat para ulama lokal yang datang berguru tersebut juga
memiliki pengetahuan awal yang cukup mendalam terkait dengan
ilmu-ilmu ke-Islaman. Sentuhan pencerahan yang diberikan
Anregurutta Sade’ dalam pengajian beliau yang sangat interaktif,
komunikatif, dan inklusif mampu membentuk karakter ulama yang
sangat moderat dalam pengembangan pendidikan dan dakwah ke
depannya. Para murid langsung dan lokal inilah yang pada
gilirannya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam jaringan
ulama Pondok Pesantren As’adiyah baik dalam skala lokal, nasional,
sampai global. Dengan ilustrasi matoforis berupa pohon dalam
menggambarkan jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah
tersebut, maka ketika ketika keberadaan Anregurutta Sade’
diilustrasikan sebagai akar yang menyerap dan mengalirkan saripati
keilmuan ke bagian-bagian dari pohon jaringan ulama Pondok
Pesantren As’adiyah, para murid langsung dan lokal tersebut yang
menjadi batang untuk selanjutnya menjadi media transformasi
sanad keilmuan jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah dari
Anregurutta Sade’ dari generasi ke generasi sampai pada saat

240 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

sekarang ini. Hal ini tergambar jelas dalam lokus empiris-historisnya


ketika mereka berupaya untuk mengembangkan pendidikan dan
dakwah dengan tetap bertahan pada Pondok Pesantren As’adiyah
Sengkang untuk melanjutkan apa yang telah dirintis Anregurutta
Sade’ serta ada pula yang memilih untuk kembali ke daerah asal
masing-masing untuk selanjutnya mendirikan pondok pesantren.
Dalam kaitannnya dengan ilustrasi matoforis berupa pohon dalam
menggambarkan jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah,
murid-murid yang kemudian dihasilkan, baik langsung dari Pondok
Pesantren As’adiyah ataupun dari berbagai pondok pesantren yang
kembangkan oleh para murid langsung Anregurutta Sade’, telah
menyempurnakan pohon jaringan ulama Pondok Pesantren
As’adiyah dari cabang, dahan, ranting, daun, bahkan sampai pada
buahnya.

Di antara murid-murid langsung dari Anregurutta Sade’


yang memiliki inisiasi untuk mengembangkan jaringan ulama
Pondok Pesantren As’adiyah dengan inovasi keilmuan pada bidang
pendidikan dan dakwah, baik dalam lingkungan Pondok Pesantren
As’adiyah atau dengan mendirikan pondok pesantren sendiri adalah
sebagai berikut:

Nama Penulis | 241


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

1. Anregurutta Abdurrahman Ambo Dalle yang mendirikan


Pondok Pesantren Darul Da’wah wa Irsyad

2. Anregurutta Daud Ismail yang mendirikan Pondok


Pesantren Yasrib Soppeng

3. Anregurutta Abduh Pabbajah yang mendirikan Pondok


Pesantren al-Furqan Parepare

4. Anregurutta Abd. Kadri Khalid yang mendirikan Pondok


Pesantren MDIA Taqwa Makassar

5. Anregurutta Ahmad Marzuki Hasan yang mendirikan


Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maccopa Maros

6. Anregurutta Abd. Muin Yusuf yang mendirikan Pondok


Pesantren al-Urwatul Wutsqo Sidrap

7. Anregurutta Muhammad Said yang mendirikan Pondok


Pesantren 77 Kajuara Bone

8. Anregurutta Muhammad Hasyim yang mendirikan Pondok


Pesantren al-Fakhriyah Luwu

9. Anregurutta Burhanuddin yang mendirikan Pondok


Pesantren Darul Da’wah wa Irsyad Polmas, dan yang
lainnya.

242 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Di samping itu, ada pula di antara murid langsung


Anregurutta Sade’ tersebut yang memilih untuk menetap di
Sengkang dan membesarkan Pondok Pesantren As’adiyah seperti
yang dilakukan oleh Anregurutta Yunus Maratan. Dalam kaitannya
dengan jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah, komitmen
Anregurutta Yunus Maratan untuk tetap bertahan di sengkang dan
membesarkan Pondok Pesantren As’adiyah telah menguatkan
posisi beliau sebagai salah satu murid langsung Anregurutta Sade
yang memiliki kharismatik keilmuan yang menjadi jembatan
transformasi jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah lintas
generasi. Bagaimana tidak, di bawah bimbingan Anregurutta Yunus
Maratan, lahir ulama-ulama generasi berikutnya yang memiliki
posisi yang sangat konstruktif dalam jaringan ulama Poondok
Pesantren As’adiyah seperti Anregurutta Abu Nawas Bintang,
Anregurutta Ilyas Salewe, Anregurutta Ali Pawellangi, Anregurutta
Muhammad Hasan, Anregurutta Haritsah, dan yang lainnya. Di
antara nama-nama yang disebutkan tersebut, banyak di antaranya
yang menetap di Sengkang dan membesarkan Pondok Pesantren
As’adiyah sementara nama yang disebutkan terakhir yaitu
Anregurutta Haritsah memilih mendirikan lembaga pendidikan
Islam tersendiri di Kota Makassar yang dalam hal ini adalah

Nama Penulis | 243


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Pondok Pesantren al-Nahdlah yang berlokasi tepatnya di


Pannampu Makassar. Upaya yang sama juga banyak dilakukan oleh
angkatan Haritsah dan lintas generasi setelahnya dengan memilih
untuk mendirikan pondok pesantren di luar Pondok Pesantren
As’adiyah dengan nama-nama yang berbeda tapi tetap mengadopsi
dan mengembangkan paradigma pendidikan dan dakwah yang sarat
dengan nilai-nilai moderat, toleran, sejuk, dan berbagai karakteristik
lainnya. Peran sentral yang dimainkan Anregurutta Yunus Maratan
dengan menjadi jembatan transformasi jaringan ulama Pondok
Pesantren As’adiyah lintas generasi tersebut, dengan tidak
menafikan peran dari murid-murid langsung Anregurutta Sade’
lainnya, membuat sosok ulama kharismatik dari Belawa ini biasa
dikenal dengan sebutan Guru Kedua (al-Mu’allim al-Tsaniy) setelah
Anregurutta Sade dikenal dengan sebutan Guru Pertama (al-
Mu’allim al-Awwal). Apa yang dilakukan oleh Anregurutta Yunus
Maratan banyak mengembangkan cabang-cabang Pondok
Pesantren As’adiyah merupakan suatu langkah terstruktur dalam
memperkuat jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah yang
tidak hanya terpusat pada satu titik semata yang dalam hal ini adalah
Kota Sengkang sebagai pusat Pondok Pesantren As’adiyah tapi juga
memiliki titik-titik yang bervariasi sehingga hal tersebut semakin

244 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

mempercepat dan mengakselerasi transformasi paradigma


pendidikan dan dakwah yang dikembangkan Pondok Pesantren
As’adiyah. Di samping itu, dengan adanya pembukaan berbagai
cabang di berbagai wilayah mulai dari lokal sekitar Kota Sengkang,
lalu mengembang pada berbagai wilayah Indonesia seperti
Kalimantan, Sumatera, dan yang lainnya telah memperluas
jangkauan pendidikan dan dakwah yang dikembangkan Pondok
Pesantren As’adiyah. Apa yang dilakukan Anregurutta Yunus
Maratan dengan mendorong pendirian cabang-cabang Pondok
Pesantren As’adiyah pada berbagai wilayah di Indonesia telah
mendorong pengembangan paradigma pendidikan dan dakwah dari
Pondok Pesantren As’adiyah pada satu sisi serta memperkuat
jaringan ulamanya pada sisi yang lainnya.

Mengacu pada website resmi Pondok Pesantren As’adiyah,


terlihat bahwa beberapa cabang masih tetap eksis dengan berpijak
pada jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah sebagai pijakan
kultural dengan tidak menafikan kekuatan strukturalnya yang tetapa
terjalin sistemik-administratif ke Pengurus Besar As’adiyah Pusat
Sengkang. Beberapa cabang Pondok Pesantren As’adiyah yang
masih tetap eksis sampai saat sekarang ini adalah:

Nama Penulis | 245


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

1. Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah Sungai Nyamuk

2. Madrasah Tsanawiyah As’adiyah Sungai Nyamuk

3. Madrasah Aliyah As’adiyah Sungai Nyamuk

4. Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah 1 Belawa

5. Madrasah Aliyah As’adiyah No. 170 Layang

6. Cabang As’adiyah Raodhatut Thalibin

7. Raudhatul Athfal As’adiyah Cabang No.8 Lautang Belawa

8. Cabang As’adiyah No. 8 Lautang Belawa

9. Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah Cabang No. 66 Timoreng


Belawa

10. Raudhatul Athfal As’adiyah Cabang No. 21 Menreli Belawa

11. Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah Cabang No. 147 Lautang


Belawa

12. Madrasah Tsanawiyah As’adiyah Cabang No. 6 Belawa

13. Madrasah Tsanawiyah As’adiyah Cabang No. 1 Belawa

14. Raudhatul Athfal As’adiyah Cabang No. 21 Menreli Belawa

246 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

15. Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah Cabang No.153 Macero


Belawa

16. Raudhatul Athfal As’adiyah Cabang No.7 Malakke Belawa

17. Cabang As’adiyah Lonra Belawa

18. Madrasah Tsanawiyah As’adiyah Cabang No. 45 Lonra


Belawa

19. Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah Cabang No. 252 Lonra


Belawa

20. Raudhatul Athfal As’adiyah Cabang No.18 Lonra Belawa

21. Madrasah Tsanawiyah Nurul Ulum As’adiyah Pammana

22. Cabang As’adiyah Galung Beru Bulukumba

23. Madrasah Diniyah Awaliyah As’adiyah Cabang No.7 Telle


Bone

24. Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah Cabang No. 149 Malakke

25. Madrasah Diniyah Awaliyah As’adiyah Cabang No. 267


Kalola

26. Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah Cabang No. 29 Wele Belawa

Nama Penulis | 247


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

27. Raudhatul Athfal As’adiyah Cabang No. 24 Wele Belawa

28. Madrasah Diniyah Awaliyah As’adiyah Cabang No 58


Maroanging

29. Cabang As’adiyah Watu Cenranae

30. Cabang As’adiyah Dapoko Bantaeng

31. Cabang As’adiyah Ereng Ereng Bantaeng

32. Cabang As’adiyah Pattiro Bantaeng

33. Cabang As’adiyah Kaloling Bantaeng

34. Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah Cabang No. 150. Tokadde


Belawa

35. Raudhatul Athfal As’adiyah Cabang No.33 Tokadde Belawa

36. Raudhatul Athfal As’adiyah Cabang No.15 Tampangeng

37. Madrasah Diniyah Awaliyah As’adiyah Cabang No.334


Katoi Kolaka Utara

38. Cabang As’adiyah No. 37 Palla’e Bone

39. Cabang As’adiyah Pongkeru Luwu Timur

40. Cabang As’adiyah Wonomulyo Polewali Mandar

248 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

41. Cabang As’adiyah No. 20 Pompanua Riattang

42. Cabang As’adiyah Lakoro Belawa

43. Cabang As’adiyah Menge Belawa

44. Madrasah Diniyah Awaliyah As’adiyah Cabang 320 Palattae


Pammana

45. Raudhatul Athfal As’adiyah No.22 Lompulle Soppeng

46. Madrasah Ibtidaiyah 185 Lompulle Soppeng

47. Madrasah Diniyah Awaliyah NO. 42 Callaccu

48. Cabang As’adiyah Mota 336 Timoro

49. Cabang As’adiyah Latimmu Kec. Bola Wajo

50. Cabang As’adiyah No.09 Solo Kec. Bola Wajo

51. Raudhatul Athfal As’adiyah Cabang No. 19 Patila

52. Madrasah Aliyah As’adiyah Cabang No. 21 Kampiri

53. Madrasah Tsanawiyah As’adiyah Cabang No. 8 Kampiri

54. Sekolah Dasar As’adiyah Cabang No.2 Kampiri

55. Madrasah Diniyah Awaliyah As’adiyah Cabang No.32


Kampiri

Nama Penulis | 249


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

56. Raudhatul Athfal As’adiyah Cabang No.1 Kampiri

57. Madrasah Diniyah Awaliyah As’adiyah Cab, No.318 Jl.


Dahlia

58. Madrasah Diniyah Awaliyah As’adiyah Cabang No. 64


Toculle

59. Madrasah Diniyah Awaliyah As’adiyah Cabang No. 138


Keera Wajo

60. Madrasah Diniyah Awaliyah As’adiyah Cab, No.246 Opo


Bone

61. Cabang As’adiyah Santan Tengah

62. Dan beberapa lagi yang lainnya. 228

Dalam perkembangannya, berbagai upaya konstruktif-


inovatif yang dikembangkan oleh para ulama generasi berikutnya
pasca kepemimpinan Anregurutta Sade dalam menguatkan syiar
pendidikan dan dakwah telah mengembangkan jaringan ulama
Pondok Pesantren As’adiyah bukan hanya pada tingkat lokal tapi

228
Website Pondok Pesantren As’adiyah, Cabang Pondok Pesantren
As’adiyah, https://asadiyahpusat.org/pendidikan/cabang-asadiyah/ (23 Juni
2021)

250 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

juga sudah mulai merambah ke tingkat berikutnya yang dalam hal


ini adalah tingkat nasional bahkan global. Pengembangan cabang-
cabang Pondok Pondok Pesantren As’adiyah pada beberapa daerah
yang ada di Pulau Sulawesi maupun pulau-pulau yang ada di
Indonesia seperti Kalimantan, Sumatera, dan yang lainnya telah
menjadi embrio jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah pada
tingkat nasional karena dari cabang-cabang Pondok Pesantren
As’adiyah tersebut lahir ulama-ulama yang siap mengembangkan
syiar pendidikan dan dakwah yang bercorak tradisi keilmuan yang
dikembangkan Pondok Pesantren As’adiyah.

Lahirnya alumni-alumni Pondok Pesantren As’adiyah, baik


dari pusat Sengkang ataupun cabang-cabangnya sebagaimana telah
disebutkan di atas, bisa diilustrasikan sebaga salah satu pendorong
peningkatan status jaringan ulamanya yang tadinya masih banyak
diwarnai dengan pendirian pesantren-pesantren yang ada di
Sulawesi Selatan yang dalam hal ini seperti Anregurutta
Abdurrahman Ambo Dalle yang mendirikan Pondok Pesantren
Darul Da’wah wa Irsyad di Parepare, Anregurutta Daud Ismail
yang mendirikan Pondok Pesantren Yasrib Soppeng, Anregurutta
Abduh Pabbajah yang mendirikan Pondok Pesantren al-Furqan

Nama Penulis | 251


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Parepare, Anregurutta Abd. Kadri Khalid yang mendirikan Pondok


Pesantren MDIA Taqwa Makassar, Anregurutta Ahmad Marzuki
Hasan yang mendirikan Pondok Pesantren Darul Istiqamah
Maccopa Maros, Anregurutta Abd. Muin Yusuf yang mendirikan
Pondok Pesantren al-Urwatul Wutsqo Sidrap, Anregurutta
Muhammad Said yang mendirikan Pondok Pesantren 77 Kajuara
Bone, Anregurutta Muhammad Hasyim yang mendirikan Pondok
Pesantren al-Fakhriyah Luwu, Anregurutta Burhanuddin yang
mendirikan Pondok Pesantren Darul Da’wah wa Irsyad Polmas,
dan yang lainnya. Dalam kaitannya dengan penguatan jaringan
ulama Pondok Pesantren As’adiyah pada tingkat lokal, Idham
mengemukakan bahwa Anregurutta Yunus Maratan dalam masa
kepemimpinannya pada Pondok Pesantren As’adiyah pernah
membentuk suatu organisasi yang meyatukan beberapa pondok
pesantren yang pada dasarnya dikelola oleh para alumni Madrasah
‘Arabiyah Islamiyah yang dalam hal ini adalah Pondok Pesantren
As’adiyah Sengkang. Pondok Pesantren Modern al-Junaidiyah Biru
Bone, Pondok Pesantren Dar al-Da’wah wa al-Irsyad Parepare,
serta Pondok Pesantren Yastrib Soppeng dimana penyatuan
keempatnya disebut dengan Haiah Takaful li Munadzamah al-Tarbiyah

252 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

229
al-Islamiyah. Dalam implementasinya, Haiah Takaful li
Munadzamah al-Tarbiyah al-Islamiyah melaksanakan suatu program
pengkaderan ulama yang bertujuan untuk menjaga regenerasi ulama
yang diyakini akan semakin berkurang dari waktu ke waktu, paling
tidak ulama yang memiliki kharisma kebijaksanaan dalam
memgamalkan ilmu yang dimilikinya. Pada waktu itu, dari keempat
pondok pesantren tersebut yang tergabung dalam Haiah Takaful li
Munadzamah al-Tarbiyah al-Islamiyah maka Pondok Pesantren Dar al-
Da’wah wa al-Irsyad Parepare mendapatkan giliran pertama untuk
melaksanakan program pengkaderan ulama dimana yang menjadi
peserta adalah para mahasantri yang berasal dari keempat pondok
pesantren tersebut. Pelaksanaan program pengkaderan ulama pada
Pondok Pesantren Dar al-Da’wah wa al-Irsyad Parepare ini
berlangsung pada 1966 yang menjadi suatu barometer dalam
melihat bagaimana jaringan ulama berkembang pada Pondok
Pesantern As’adiyah dan berbagai pondok pesantren yang memiliki
hubungan emosional-historis dengannya. Karena adanya persoalan
keterbatasan dana, pelaksanaan program pengkaderan ulama pada

229
Idham, Pola Pengkaderan Ulama di Sulawesi Selatan: Studi pada
Program Ma’had Aly Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang kabupaten
Wajo. (Jurnal al-Ulum Vol. 17 No. 2 Tahun 2017), h. 450

Nama Penulis | 253


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Pondok Pesantren Dar al-Da’wah wa al-Irsyad Parepare ini hanya


berlangsung satu angkatan. Didorong oleh semangat untuk
menguatkan jaringan ulama dan untuk melajutkan perjuangan yang
sempat terhenti karena keterbatasan dana maka pada 1982,
program pengkaderan ulama oleh keempat pondok pesantren yang
tergabung dalam Haiah Takaful li Munadzamah al-Tarbiyah al-
Islamiyah kembali dibuka dan saat itu Pondok Pesantren As’adiyah
Sengkang bertindak sebagai tuan rumah dengan peserta tetap dari
keemapt pondok pesantren yang tergabung dalam Haiah Takaful li
Munadzamah al-Tarbiyah al-Islamiyah yang dalam hal ini adalah
Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang. Pondok Pesantren Modern
al-Junaidiyah Biru Bone, Pondok Pesantren Dar al-Da’wah wa al-
Irsyad Parepare, serta Pondok Pesantren Yastrib Soppeng.
Kemudian pada tahun 1988, Pondok Pesantren Yastrib Soppeng
mendapatkan giliran untuk menyelenggarakan kegiatan yang sama
yang pada gilirannya berhasil menamatkan tiga angkatan sebelum
dihentikan karena persoalan pendanaan yang terbatas. 230

230
Saddam Husein, Nilai-Nilai Moderasi Islam di Pesantren: Studi
Kasus pada Ma’had Aly As’adiyah Sengkang Kabupaten Wajo Sulawesi
Selatan, (Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2020), h. 56

254 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Daftar nama-nama Anregurutta yang telah mengukuhkan


jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah pada tingkat lokal di
atas dengan menggunakan barometer titik batas demografis dimana
mereka mengembangkan keilmuan dan dakwahnya yang
disimbolkan dengan pondok pesantren yang dididirikan merupakan
tokoh-tokoh kharismatik yang pada gilirannya, secara tidak
langsung, memberikan kontribusi yang sangat berharga dalam
penguatan jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah. Bahkan
tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa keberadaan jaringan
ulama Pondok Pesantren As’adiyah pada tingkat lokal tersebut
dapat diilustrasikan secara metaforis sebagai akar dari sebuah
pohon jaringan ulama yang dimiliki Pondok Pesantren As’adiyah.
Mereka memiliki implikasi konstruktif pada tingkat nasional bahkan
global, baik melalui karya-karya tulis mereka ataupun pada peserta
didik yang telah dibimbing lalu kemudian tumbuh berkembang dan
berkiprah pada sebagai tokoh nasional ataupun global. Ibarat air,
maka keberadaan jaringan ulama lokal tersebut merupakan hulu
keilmuan dari jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah untuk
selanjutnya seiring dengan perjalanan waktu mengalirkan air ke
muara keilmuan dari jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah
baik pada tingkat lokal, nasional, ataupun global. Ikatan sanad

Nama Penulis | 255


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

keilmuan yang mengikat jaringan ulama Pondok Pesantren


As’adiyah dengan kategori lokal, nasional, ataupun global tersebut,
dalam kerangka historisnya, tidak cukup hanya dilihat dengan
tingkatan grafik menanjak dari lokal, nasional, ke global ketika yang
dijadikan barometer adalah jangkauan kiprah jaringan ulamanya
serta juga tidak cukup hanya dilihat dengan tingkatan grafik
menanjak dari global, nasional, ke lokal ketika yang dijadikan
barometer adalah hirarki sanad keilmuannya tapi yang perlu
kemudian dilihat adalah bahwa masing-masing memiliki nilai lebih
dan kontribusi keilmuan yang sangat berarti dalam jaringan ulama
Pondok Pesantren As’adiyah.

Pada dasarnya kategori jaringan ulama yang bisa


dimasukkan dalam tingkat lokal ataupun nasional masih perlu
didiskusikan mengingat ketika yang menjadi indikator dari jaringan
ulama pada tingkat nasional adalah yang berkiprah di Jakarta
sebagai episentrum tokoh-tokoh nasional, banyak tokoh-tokoh
alumni Pondok Pesantren As’adiyah yang selama ini banyak
bermukim di daerah seperti di Sulawesi, Kalimantan, dan yang
lainnya tapi pada faktanya mereka memiliki kontribusi yang sangat
besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan pada level nasional.
Salah satu tokoh alumni Pondok Pesantren As’adiyah yang bisa

256 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

masuk dalam kategori ini adalah Prof. Dr. H. Najamuddin Abduh


Shafa, M.A. yang merupakan alumni Pondok Pesantren As’adiyah
kelahiran Bone pada 15 Juli 1951 dan merupakan salah seorang
guru besar bahasa Arab pada Universitas Hasanuddin. Dalam
kiprah intelektualnya, karya-karya intelektualnya yang banyak
berbicara terkait bahasa Arab dan sastranya telah mewarnai kajian-
kajian pembelajaran sastra Arab pada tingkat nasional. Dalam
lingkungan organisasi pendidik bahasa Arab yang dikenal dengan
Ittihad Mu’allimiy al-Lugah al-‘Arabiyyah (IMLA), sosok alumni
Pondok Pesantren As’adiyah dikenal luas sebagai salah satu pemuka
organisasi pendidik bahasa Arab tersebut. Posisi tersebut tentu
semakin menguatkan nilai tawar jaringan ulama Pondok Pesantren
As’adiyah pada tingkat nasional. Hal yang sama juga dapat dilihat
dari sosok Dr. H. Hasan Basri, M.A. yang merupakan Ketua
Umum Pengurus Pusat Ikatan Alumni dan Keluarga As’adiyah,
sosok yang memiliki berkarir dalam jalur usaha ini juga memiliki
kiprah yang sangat kuat pada tingkat yang salah satu di antaranya
adalah menjadi Ketua Umum Persaudaraan Muslim Sedunia. Pada
dasarnya, masih banyak tokoh alumni Pondok Pesantren As’adiyah
yang dapat dimasukkan dalam daftar tokoh alumni yang menjadi
lokomotif gerbong jaringan ulama pada tingkat nasional berikut

Nama Penulis | 257


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

dengan sederat kiprah yang telah ditunjukkan dalam mengakselerasi


jaringan ulama tersebut pada level nasional.

Beberapa nama alumni yang tidak bisa dipisahkan dari


jaringan ulama dalam jaringan tingkat global salah satu di antaranya
adalah sosok Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, M.A. yang saat ini
dalam kiprah nasionalnya menjabat sebagai Imam Besar Mesjid
Istiqlal tapi mengacu pada jejak akademiknya beliau telah
menembus tingkat global yang salah satu di antaranya menjadi
anggota Tim Penasehat Inggris-Indonesia yang digagas oleh
Perdana Menteri Inggris, Tony Blair. Di samping pernah menjelajah
beberapa negara di dunia dalam kiprah intelektualnya sebagai
seorang akademisi. Hal ini tergambar dalam biografi intelektualnya
dimana selain menempuh pendidikan formal pada tingkatan
pascasarjana pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, sosok yang dikenal sangat sejuk dalam menyampaikan
kajian-kajian Islam kontemporer ini memiliki jejak intelektual pada
beberapa lembaga terkemuka di luar negeri dimana selama studi
kedoktorannya, dia sempat menjadi salah satu mahasiswa yang
menjalani Program Ph.D di Universitas McGill, Montreal, Kanada
(1993-1994), dan juga sebagai salah satu mahasiswa yang menjalani
Program Ph.D di Universitas Leiden, Belanda (1994-1995). Setelah

258 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

mendapatkan gelar doktoral, ia pernah menjadi sarjana tamu di


Shopia University, Tokyo (2001), sarjana tamu di Saos University of
London (2001-2002), dan sarjana tamu di Georgetown University,
Washington DC (2003-2004).231

Hal yang sama juga ditunjukkan Prof. Dr. Musdah Mulia,


M.A. yang juga merupakan alumni Pondok Pesantren As’adiyah.
Beberapa jejak pendidikan yang tekah dilewatinya antara selain
pendidikan formal yang diselesaikan pada Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta di antaranya adalah Pendidikan Civil
Society di Universitas Melbourne, Australia (1998); Pendidikan
HAM di Universitas Chulalongkorn, Thailand (2000); Pendidikan
Advokasi Penegakan HAM dan Demokrasi di Amerika Serikat
(2000); Pendidikan Kepemimpinan di Universitas George Mason,
Virginia, Amerika Serikat (2001); Pendidikan Pelatih HAM di
Universitas Lund, Swedia (2001); Manajemen Pendidikan dan
Kepemimpinan Perempuan di Dhaka, Bangladesh (2002). Visiting
Professor di EHESS, Perancis (2006); International Leadership
Visitor Program, USA, Washington (2007). Sejumlah penghargaan

231
Wikipedia: Ensiklopedia Bebas, Nasaruddin Umar,
https://id.wikipedia.org/wiki/Nasaruddin_Umar#Penghargaan (13 Juni 2021)

Nama Penulis | 259


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

nasional dan internasional yang telah diraih sosok alumni Pondok


Pesantren As’adiyah kelahiran Bone pada 03 Maret 1958 ini antara
lain International Women of Courage Award dari Pemerintah Amerika
Serikat (2007) atas kegigihannya memperjuangkan demokrasi; Yap
Thiam Hien Human Rights Award (2008) atas ketekunannya membela
keadilan bagi kaum rentan dan minoritas di Indonesia; Plangi
Tribute to Women dari Kantor Berita Antara (2009) karena
kegigihannya mengembangkan literasi damai; International Woman of
The Year 2009 dari Pemerintah Italia atas kiprahnya
memperjuangkan hak-hak perempuan dan kelompok minoritas.
NABIL Award (2012) karena gigih menyuarakan prinsip
kebhinekaan dan kebangsaan. Penghargaan dari Himpunan
Indonesia untuk Ilmu-Ilmu Sosial (2013) sebagai ilmuwan yang
melahirkan karya-karya berpengaruh dalam bidang ilmu sosial di
Indonesia. The Ambassador of Global Harmony (2014) dari Anand
Ashram Foundation karena aktif memperjuangkan pluralisme dan
hak kebebasan beragama di Indonesia. Humanity Award (2019) dari
International Forum for Peace and Human Rights atas kiprahnya merajut
perdamaian melalui upaya-upaya penegakan HAM di Indonesia.232

232
Mulia Raya Foundation, Curriculum Vitae Prof. Dr. Musdah
Mulia, M.A.

260 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Tokoh As’adiyah berikutnya yang bisa dikategorikan sebagai


salah satu lokomotif dari gerbong jaringan ulama Pondok Pesantren
As’adiyah pada tingkat global adalah Prof. Dr. Phil. Kamaruddin
Amin, M.A. yang saat ini menjabat sebagai Direktur Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Republik
Indonesia setelah sebelumnya menjabat Direktur Jenderal
Pendidikan Islam di bawah naungan kementerian yang sama.
Dalam jejak intelektualnya yang dapat menjadi barometer jaringa
ulama Pondok Pesantren As’adiyah pada tingkat global dari alumni
kelahiran Bontang, 05 Januari 1969 ini adalah dari jejak
intelektualnya dimana jenjang pendidikan magister pada Universitas
Leiden Belanda lalu kemudian dilanjutkan pada jenjang doktor pada
Universitas Bonn Jerman. Pemikiran-pemikiran konstruktif yang
kembangkannya dalam hal metode kritik hadits seperti pada karya-
karya intelektualnya seperti Isnad cum Matn Analysis: In Search of a
New Methodology, The Reliability of Hadith Transmission: A
Reexamination of Hadith Critical Method, dan yang lainnya telah
mewarnai khazanah keilmuan kritik hadits bukan hanya pada level
nasional tapi telah mewarnai metode kritik hadits oleh para peneliti

https://muslimahreformis.org/beranda/post_profil_musdah/curriculum-vitae-
musdah-mulia/ (28 Juni 2012)

Nama Penulis | 261


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

hadits di berbagai belahan dunia karena dianggap memiliki suatu


nilai kebaruan (novelty) yang sangat inovatif dan konstruktif dari
beberapa metode kritik hadits yang berkembang sebelumnya.

Keberadaan jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah


baik lokal, nasional ataupun global telah menjadi suatu relasi
sistemik dari sebuah dialektika proses pendidikan dan dakwah yang
dikembangkan salah satu pondok pesantren tertua di Sulawesi
Selatan tersebut. Fakta empiris membuktikan bahwa masing-masing
pihak yang imanen dalam jaringan ulama tersebut tetap memiliki
hubungan emosional satu sama lain sekaligus visi keilmuan yang
sama untuk mengembangkan konsep pendiddkan dan dakwah yang
dikembangkan oleh Pondok Pesantren As’adiyah sebagai pijakan
awal hirarki sanad keilmuannya.

B. Peran Alumni sebagai Akar Jaringan Ulama Lokal,


Nasional dan Global Pondok Pesantren As’adiyah

Keberadaan alumni sebagai ouput pondok pesantren


memiliki nilai tawar yang tidak bisa dipandang sebelah mata dalam
kaitannya dengan peran yang dapat mereka berikan bagi
almamaternya yang daam hal ini adalah Pondok Pesantren
As’adiyah. Dalam kaitannya dengan peran alumni sebagai akar

262 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

keilmuan jaringan ulama lokal, nasional, dan global Pondok


Pesantren As’adiyah, bisa dikatakan bahwa sejak berdirinya pada
1930 dari awalnya yang bernama Madrasah ‘Arabiyah Islamiyah lalu
kemudian diubah menjadi Pondok Pesantren As’adiyah sebagai
wujud penghargaan atas jasa Anregurutta Sade’ dalam
mendirikannya maka salah satu pondok pesantren terbesar di
Sulawesi Selatan telah mengeluarkan alumni yang tidak terbilang
jumlahnya secara pasti. Meskipun kemudian, secara umum, bisa
dikatakan bahwa jumlah alumni Pondok Pesantren As’adiyah
sangat banyak dan telah menempati banyak pos-pos penting dalam
berbagai lembaga pemerintahan, lembaga pendidikan, organisasi
sosial kemasyarakatan, dan yang lainnya.

Dalam menyatukan potensi yang dimiliki alumni sebagai


akar jaringan ulama lokal, nasional, dan global Pondok Pesantren
As’adiyah, alumni membentuk organisasi alumni seperti yang dapat
ditemukan pada tingkatan mahasiswa yang disebut dengan Forum
Komunikasi Mahasiswa Alumni (FKMA) As’adiyah serta yang
dapat ditemukan pada tingkatan alumni yang lebih senior disebut
dengan Ikatan Keluarga Alumni Pondok Pesantren As’adiyah
(IKAKAS). Dalam perkembangannya, keberadaan dari kedua

Nama Penulis | 263


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

organisasi alumni tersebut sangat mendukung peran alumni sebagai


akar jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah. Hal dapat
terlihatdari adanya organisasi alumni seperti Forum Komunikasi
Mahasiswa Alumni (FKMA) As’adiyah ataupun Ikatan Keluarga
Alumni Pondok Pesantren As’adiyah (IKAKAS), para alumni dapat
mengintensifkan silaturrahim dan kooordinasi terkait dengan
kontribusi konstruktif apa yang dapat mereka berikan bagi
almamaternya yang dalam hal ini adalah Pondok Pesantren
As’adiyah dalam skala mikro ataupun kontribusi konstruktif apa
yang dapat mereka berikan bagi nusa, bangsa, dan agama dalam
skala makro.

Dalam kaitannya dengan Forum Komunikasi Mahasiswa


Alumni (FKMA) As’adiyah sebagai salah satu organisasi alumni
pada tingkatan mahasiswa, kelahirannya pada 14 September 1994 di
Makassar yang saat itu masih disebut Ujung Pandang, organisasi
sebagaimana digambarkan dalam Anggaran Dasar menegaskan
bahwa keberadaannya merupakan organisasi yang menggerakkan
potensi kreatif mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan
Pondok Pesantren As’adiyah dan simpatisannya untuk menyatakan
sikap, tekad, gerak dalam menetapkan posisi tulang punggung
As’adiyah yang menitikberatkan kader-kader muslim Indonesia

264 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

guna membangun agama, bangsa dan negara. Beberapa fungsi yang


imanen dalam keberadaan Forum Komunikasi Mahasiswa Alumni
(FKMA) As’adiyah tersebut adalah:

1. Sebagai wadah yang menggerakkan potensi mahasiswa


untuk mengatur sikap, tekad dan gerak dalam mengamalkan
amanah, ibadah dan khalifah dalam rangka pelaksanaan
nilai-nilai ajaran Islam

2. Sebagai wadah pendidikan dan pembinaan mahasiswa untuk


meningkatkan sikap mental, pengetahuan, keterampilan
menuju kemandirian mahasiswa yang berwawasan luas.

3. Sebagai wadah untuk menumpuk dan mengembangkan


semangat ukhuwah dan kegotongroyongan.

4. Sebagai wadah memantapkan ajaran tauhid pada generasi


muda Islam khususnya mahasiswa dalam rangka membina
mahasiswa yang seutuhnya 233

Dalam kiprahnya sebagai akar jaringan ulama Pondok


Pesantren As’adiyah, Forum Komunikasi Mahasiswa Alumni
233
PP FKMA As’adiyah Makassar, Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga PP-FKMA, https://ppfkmaasadiyah.blogspot.com. (23 Juni
2021)

Nama Penulis | 265


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

(FKMA) As’adiyah telah melakukan berbagai upaya inovatif


termasuk dalam hal ini adalah memberikan pendampingan pada
senior-senior alumni Pondok Pesantren As’adiyah yang dapat
dikategorikan sebagai bagian dari jaringan ulama Pondok Pesantren
As’adiyah untuk pengurusan administrasi kepangkatan mereka
termasuk dalam hal ini adalah pendampingan dalam proses submit
artikel pada jurnal-jurnal internasional bereputasi seperti yang
selama ini dilakukan oleh Mukrimin Amin, salah seorang dosen
pada Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo dan
merupakan salah seorang alumni Pondok Pesantren As’adiyah yang
pernah berkiprah pada Forum Komunikasi Mahasiswa Alumni
(FKMA) As’adiyah yang saat ini menempuh pendidikan jenjang
doktoral pada salah satu universitas di Australia. Hal yang sama juga
dilakukan pada Sukirman, salah seorang dosen pada Institut Agama
Islam Negeri Palopo dan merupakan salah seorang alumni Pondok
Pesantren As’adiyah yang pernah berkiprah pada Forum
Komunikasi Mahasiswa Alumni (FKMA) As’adiyah yang saat ini
menempuh pendidikan jenjang doktoral pada salah satu universitas
di Inggris. Demikian pula sosok alumni Pondok Pesantren
As’adiyah lainnya seperti Husnul Fahimah, seorang peneliti pada
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar, yang juga

266 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

banyak membantu penerbitan jurnal-jurnal dari para senior alumni


Pondok Pesantren As’adiyah pada jurnal-jurnal nasional
terakreditasi. Tiga nama yang disebutkan hanya sebagian kecil dari
alumni yang telah berkontribusi maksimal sebagai akar jaringan
ulama Pondok Pesantren As’adiyah. Bisa dikatakan bahwa relasi
antara guru dan murid yang selama ini terbangun di antara mereka
telah menanamkan dalam diri alumni bahwa membantu mereka
yang imanen dalam jarigan ulama tersebut atau yang lazim dikenal
dengan “anregurutta” atau “gurutta” adalah salah satu syarat untuk
memperoleh “barakka”. Penulis teringat dalam sebuag analogi yang
pernah disampaikan oleh salah seorang anregurutta yang dalam hal
ini adalah Anregurutta Ali Pawellangi bahwa barakka itu adalah
sumber ketenangan hidup. Kata “barakka” memiliki persentuhan
morfologis dengan kata “al-birkah” yang dalam bahasa Arab
bermakna kolam. Ketenangan yang ada pada sesuatu yang
berberkah atau “mabbarakka” persis seperti air dalam kolam yang
ketika beriak maka akan segera kembali ke bentuk semula.
Demikian pula suatu perolehan yang berberkah maka tidak ada
kesulitan yang tidak akan berujung pada kemudahan, tidak ada
kegundahan yang tidak akan berujung pada ketenangan, dan yang
lainnya. Motivasi perolehan “barakka” ini yang terus mendorong

Nama Penulis | 267


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

para alumni untuk memiliki perhatian untuk membantu


“anregurutta” atau “gurutta” yang membutuhkan bantuan dalam hal-
hal tertentu.

Bukti lain dari posisi Forum Komunikasi Mahasiswa


Alumni (FKMA) As’adiyah dalam menguatkan perannya sebagai
akar jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah adalah adanya
kegiatan bimbingan intensif yang dilakukan bagi mahasiswa yunior
yang baru saja tamat dari Pondok Pesantren As’adiyah dengan
melibatkan mahasiswa senior bekerjasama dengan senior-senior
alumni yang kebanyakan sudah menyelesaikan studi pada jenjang
pendidikan tinggi dan telah naik setingkat lebih tinggi dengan
bergabung pada Ikatan Keluarga Alumni Pondok Pesantren
As’adiyah (IKAKAS). Proses bimbingan intensif dengan beberapa
materi bimbingan seperti Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Retorika
Berbicara Depan Umum (Ceramah atau Khutbah), serta Pemikiran
Islam dengan tema-tema sentral seperti Aswaja sebagai Metode
Berpikir, Peran Mahasiswa dalam Transformasi Keilmuan Islam,
Epistemologi Keilmuan Pondok Pesantren As’adiyah: Dari Dulu sampai
Sekarang, dan tema-tema lainnya. Apa yang dilakukan oleh Forum
Komunikasi Mahasiswa Alumni (FKMA) As’adiyah merupakan
saah satu paya untuk mempersiapkan kader-kader ulama masa

268 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

depan yang notabene merupakan alumni Pondok Pesantren


Asadiyah sehingga pada gilirannya akan semakin memperkuat
jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah baik lokal, nasional,
ataupun global.

Dalam mewujudkan eksistensinya sebagai bagian dari


alumni Pondok Pesantren As’adiyah pada tingkat yang lebih tinggi
dari Forum Komunikasi Mahasiswa Alumni (FKMA) As’adiyah,
Ikatan Keluarga Alumni Pondok Pesantren As’adiyah (IKAKAS)
juga memiliki beberapa upaya inovatif-konstruktif dalam
menguatkan jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah> bahkan
bisa dikatakan bahwa sebagian dari anggota Ikatan Keluarga
Alumni Pondok Pesantren As’adiyah (IKAKAS) adalah mereka
yang imanen dalam jaringan ulama itu sendiri. Keberadaan
organisasi alumni Pondok Pesantren As’adiyah, dalam berbagai
kiprahnya, bisa juga dikatakan sebagai wujud keberadaan dari
jaringa ulama Pondok Pesantren As’adiyah dimana organisasi ini
dikelola oleh para tokoh As’adiyah yang memiliki kapasitas yang
cukup untuk dikatakan sebagai ulama. Beberapa upaya yang telah
dilakukan dalam mengukuhkan kiprah Ikatan Keluarga Alumni
Pondok Pesantren As’adiyah (IKAKAS) sebagai akar jaringan

Nama Penulis | 269


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

ulama Pondok Pesantren As’adiyah dapat terlihat dari beberapa


terobosan yang dilakukan seperti dengan adanya upaya untuk
mendirikan suatu lembaga pendidikan tinggi di Makassar dengan
nama Universitas As’adiyah yang dalam hal ini dimotori oleh
beberapa anggota Ikatan Keluarga Alumni Pondok Pesantren
As’adiyah (IKAKAS) yang tergabung dalam Nahnu As’adiyah.
Terobosan ini ditempuh oleh Ikatan Keluarga Alumni Pondok
Pesantren As’adiyah (IKAKAS) mengingat banyaknya alumni
As’adiyah yang berkiprah pada beberapa lembaga pendidikan tinggi
terkemuka di Makassar sebagai ibu kota {Propinsi Sulawesi Selatan
seperti Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Universitas
Hasanuddin, Universitas Negeri Makassar, Universitas Muslim
Indonesia, Institut Parahikma Indonesia, dan yang lainnya sehingga
mereka dapat dimaksimalkan tenaga dan potensinya dalam suatu
wadah lembaga pendidikan yang bernuansa nilai-nilai paradigma
pendidikan dan dakwah yang dikembangkan oleh Pondok
Pesantren As’adiyah selama ini. Upaya ini menjadi salah satu bukti
komitmen kuat Ikatan Keluarga Alumni Pondok Pesantren
As’adiyah (IKAKAS) dalam posisinya sebagai akar jaringan ulama
Pondok Pesantren As’adiyah. Dengan jejaring yang tersebar
beberapa wilayah di Indonesia seperti Ikatan Keluarga Alumni

270 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Pondok Pesantren As’adiyah (IKAKAS) Makassar, Ikatan Keluarga


Alumni Pondok Pesantren As’adiyah (IKAKAS) Bone, Ikatan
Keluarga Alumni Pondok Pesantren As’adiyah (IKAKAS) Sungai
Nyamuk, Ikatan Keluarga Alumni Pondok Pesantren As’adiyah
(IKAKAS) Bontang, Ikatan Keluarga Alumni Pondok Pesantren
As’adiyah (IKAKAS) Samarinda, Ikatan Keluarga Alumni Pondok
Pesantren As’adiyah (IKAKAS) Jakarta, dan yang lainnya, Ikatan
Keluarga Alumni Pondok Pesantren As’adiyah (IKAKAS)
menunjukkan diri sebagai suatu organisasi alumni yang memiliki
struktur jaringan yang kuat dari berbagai wilayah di Indonesia.
Adanya struktur jaringan yang tersebar dari berbagai wilayah di
Indonesia tersebut, Keluarga Alumni Pondok Pesantren As’adiyah
(IKAKAS) dapat menjadi semacam platform komunikasi jaringan
ulama dari berbagai lintas ruang dan waktu yang berbeda ibarat
sebuah kabel yang jaringan yang tersedia jaringan instalasinya pada
berbagai wilayah yang berbeda maka daya listrik akan lebih mudah
untuk dialirkan sampai ke bagian-bagian yang telah terjangkau oleh
instalasi kabel tersebut.

Disamping upayanya untuk mendirikan Universitas


As’adiyah, Ikatan Keluarga Alumni Pondok Pesantren As’adiyah

Nama Penulis | 271


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

(IKAKAS) juga mengadakan beberapa kegiatan ilmiah yang


menjadi salah satu wadah silaturrahim jaringan ulama Pondok
Pesantren As’adiyah misalnya ketika Pengurus Pusat Ikatan
Keluarga Alumni Pondok Pesantren As’adiyah (IKAKAS)
mengadakan Peringatan 1 Muharram 1440 Hijriyah tepatnya pada
11 September 2018 dengan mengusung tema “Rekonstruksi 1 Baru
Hijriyah sebagai Syiar Islam” dengan menghadirkan empat
narasumber yag dalam hal ini adalah Dr. H. Hamzah Harun al-
Rasyid, M.A., Dr. H. Baharuddin HS, M.A., Prof. Dr. H.
Najamuddin Abduh Shafah, M.A., serta Prof. Dr. H. Jalaluddin
Rahman, M.A. Masih pada tempat yang sama yang dalam hal ini
adalah Hotel Arthama Makassar tepatnya pada 06 Juli 2019,
Pengurus Pusat Ikatan Keluarga Alumni Pondok Pesantren
As’adiyah (IKAKAS) juga pernah mengadakan Rapar Kerja
Nasional untuk memilih pengurus periode 2018-2023 yang
menghadirkan banyak tokoh-tokoh alumni Pondok Pesantren
As’adiyah yang telah berkiprah pada berbagai bidang dan
megharumkan nama As’adiyah seperti Prof. Dr. H. Nasaruddin
Umar, M.A. yang saat ini menjabat sebagai Imam Besar Mesjid
Istiqlal Jakarta, Prof. Dr. Hj. Syamsiah Badruddin, M.A. yang
merupakan guru besar Universitas Nasional Jakarta, Drs. H.

272 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Haruna, M.A. yang merupakan pendiri Universitas Indonesia


Timur, serta Dr. H. Hamzah Harun al-Rasyid, M.A. yang
merupakan Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama
Sulawesi Selatan. Dalam kegiatan yang mengusung tema “Merajut
Kebersamaan dalam Membangun Nilai-Nilai Ke Asadiyah-an sebagai
Lembaga Pendidikan dan Dakwah di Era Globalisasi” tersebut, dibahas
terkait bagaimana alumni Pondok Pesantren As’adiyah yang telah
berkiprah pada berbagai bidang untuk senantiasa mengingat ajaran-
ajaran hidup yang telah diwariskan oleh pendiri Pondok Pesantren
As’adiyah yang dalam hal ini adalah Anregurutta Sade serta semua
anregurutta yang telah mengabdikan hidupnya hiduonya dalam
membesarkan Pondok Pesantren As’adiyah. Upaya yang dilakukan
oleh para alumni untuk menguatkan ikatan emosional terhadap
pengamalan ajaran-ajaran hidup yan telah diajarkan oleh para ulama
dari Pondok Pesantren As’adiyah merupakan suatu upaya untuk
menguatkan kembali eksistemsi mereka sebagai akar dari jaringan
ulama Pondok Pesantren As’adiyah. Dari temanya saja yang
berorientasi untuk merajut kebersamaan dalam membangun nilai-
nilai ke-As’adiyah-an sebagai lembaga pendidikan dan dakwah di
era globalisasi, terlihat bahwa para alumni sekaligus sebagai pihak-
pihak yang imanen dalam jaringan ulama Pondok Pesantren

Nama Penulis | 273


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

As’adiyah tersebut menyadari bahwa tantangan di masa depan


semakin besar dan berat sehingga dibutuhkan suatu kebersamaan
dalam menghadapinya. Dalam setiap pelaksanaan kegiatan ilmiah
yang dilaksanakan oleh Pengurus Pusat Ikatan Keluarga Alumni
Pondok Pesantren As’adiyah (IKAKAS) ataupun Pengurus Ikatan
Keluarga Alumni Pondok Pesantren As’adiyah (IKAKAS) pada
berbagai daerah di Indonesia, para alumni yang memiliki kiprah
yang bermacam-macam pada berbagai lembaga pemerintahan,
lembaga pendidikan, lembaga sosial kemasyarakatan dan yang
lainnya sehingga sangat layak dimasukkan dalam jaringan ulama
Pondok Pesantren As’adiyah selalu banyak menghadiri kegiatan
yang diseleggarakan.

C. Kontribusi Jaringan Ulama Lokal, Nasional dan Global


Pondok Pesantren As’adiyah pada Agama dan Negara
Kontribusi jaringan ulama lokal, nasional, dan global
Pondok Pesantren As’adiyah pada agama dan negara bisa dilihat
kiprah alumni dari Pondok Pesantren As’adiyah. Dalam
perkembangannya, penguatan jaringan ulama Pondok Pesantren
As’adiyah yang merupakan simbiosis mutualisme antara Pengurus
Besar Pondok Pesantren As’adiyah Pusat Sengkang dengan cabang-
cabangya berikut dengan kiprah alumninya pada berbagai bidang,

274 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

dalam perkembangannya, telah menunjukkan suatu perkembangan


yang cukup mengembirakan yang ditandai dengan adanya
keterlibatan alumni dalam berbagai lembaga pemerintahan, lembaga
pendidikan, lembaga sosial kemasyarakatan, dan semacamnya.
Keberadaan Pondok Pesantren As’adiyah yang memiliki reputasi
yang sangat baik dengan paradigma keilmuan yang kuat serta
didukung dengan pengelolaan yang dilakukan ulama-ulama
kharismatik yang lazim dikenal dengan sebutan “Anregututta” atau
“Gurutta” dalam lingkungan masyarakat Bugis telah menarik
perhatian masyarakat umum pada salah lembaga pendidikan
keagamaan tertua di Sulawesi Selatan tersebut sehingga tidak
mengherangkan kemudian apabila terbangun suatu relasi sosial yang
kuat antara Pondok Pesantren As’adiyah dengan masyarakat di
sekitarnya. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan Bahaking
Rama bahwa posisi Pondok Pesantren As’adiyah sebagai suatu
lembaga pendidikan keagamaan dengan transformasi nilai-nilai
pendidikan yang kuat telah mendorong masyarakat sekitar untuk
senantiasa menjadikan pihak-pihak yang terlibat dalam
pengelolaannya sebagai sebuah model rujukan atas nilai-nilai

Nama Penulis | 275


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

moral.234 Apa yang dikemukakan Bahaking Rama tersebut, secara


tidak langsung, menegaskan bahwa keberadaam alumni dari
Pondok Pesantren As’adiyah yang tersebar dimana-mana telah
menjadi suatu model rujukan atas nilai-nilai moral sesuai dengan
paradigma pendidikan dan dakwah yang dikembangkan
almamaternya. Relasi konstruktif yang terbangun antara Pondok
Pesantren As’adiyah dengan masyarakat sekitar terkait dengan nilai-
nilai moral dapat diilustrasikan dengan siklus duta yang bersifat
timbal balik dimana ketika lembaga pendidikan hadir di tengah-
tengah kehidupan masyarakat sambil menawarkan suatu pola
pengembangan pendidikan dan dakwah sesuai dengan paradigma
yang dianutya maka input yang masuk adalah duta-duta masyarakat
yang sangat plural dari sisi karakter yang dimilikinya. Ketika mereka
telah dididik dan ditempa dalam lingkungan Pondok Pesantren
As’adiyah dari berbagai tingkatannya seperti Madrasah Ibtidaiyah,
Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, sampai Perguruan Tinggi
maka mereka akan keluar sebagai alumni yang dalam keberadaannya
disematkan sebagai duta-duta Pondok Pesantren As’adiyah yang

234
Bahaking Rama, Jejak Pembaharuan Pendidikan Pesantren:
Kajian Pesantren As’adiyah Sengkang, (Jakarta: Parodatama Wiragemilang,
2003), h. 166

276 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

selanjutnya diterjunkan kembali ke tengah-tengah kehidupan sosial


masyarakat yang sangat plural. Duta-duta Pondok Pesantren
As’adiyah tersebut yang kemudian membentuk jejaring yang kuat
dalam berbagai tingkatan mulai dari tingkat lokal, nasional, sampai
internasional. Sampai saat sekarang ini, jumlah alumni Pondok
Pesantren As’adiyah yang cukup banyak dan tersebar pada berbagai
lembaga pemerintahan dan pendidikan terus mengembangkan
berbagai karya-karya inovatif-konstruktif yang pada gilirannya
memberikan suatu nyata dalam paradigma pengembangan
pendidikan dan dakwah yang dikembangkan oleh Pondok
Pesantren As’adiyah. Dalam perkembangannya, paradigma
pengembangan pendidikan dan dakwah yang dikembangkan oleh
Pondok Pesantren As’adiyah yang selama ini yang dalam hal ini
adalah paradigma pendidikan dan dakwah yang sarat dengan nilai-
nilai moderat yang identik dengan , 1) komitmen kebangsaan, 2)
toleransi, 3) anti-kekerasan, 4) serta akomodatif terhadap
235
kebudayaan lokal. Upaya ulama Pondok Pesantren As’adiyah
dalam jejaringnya pada upaya mengembangkan sikap moderat
dengan berbagai indikator tentu tidak lepas dari paradigma
235
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Moderasi
Beragama, (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2019), h. 43

Nama Penulis | 277


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

pendidikan dan dakwah yang dikembangkan Pondok Pesantren


As’adiyah selama ini dimana dalam upaya ini dapat digambarkan
sebagai berikut:

1. Kontribusi jaringan ulama dalam mewujudkan sikap


komitmen kebangsaan

Komitmen kebangsaan yang menjadi salah satu paradigma


pengembangan pendidikan dan dakwah yang dikembangkan
Pondok Pesantren As’adiyah telah ditunjukkan dari awal sejak
pendirian salah satu pondok pesantren tertua di Sulawesi Selatan
ini. Sikap inklusif yang ditunjukkan oleh pendirnya sampai saat
sekarang ini oleh pengelola Pondok Pesantren As’adiyah ternyata
juga mewujud dalam pembentukan karakter ulama dari alumninya
yang memiliki komitmen kebangsaan yang tinggi. Dalam proses
tersebut, terlihat bagaimana para alumni terus mengembangkan
sikap komitmen kebangsaan seperti yang telah dikembangkan oleh
almamaternya dari dulu sampai sekarang. Sikap Anregurutta Sade’
yang pada awal mulanya diberikan kewenangan oleh pihak
pemerintah setempat dalam mengembangkan suatu lembaga
pendidikan dan dakwah di Kota Sengkang masa-masa awal tepatnya
pada 1929 menunjukkan bahwa apa yang beliau lakukan merupakan
wujud komitmen kebangsaan yang kuat karena upaya tersebut

278 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

merupakan wujud komitmen kabangsaan beliau dengan terus


menjalin komunikasi dengan pihak pemerintah dalam
pengembangan Pondok Pesantren As’adiyah yang pada awal
berdirinya bernama Madrasah ‘Arabiyah Islamiyah. Komitmen
kebangsaan yang ditunjukkan oleh para alumni Pondok Pesantren
As’adiyah tentu tidak bisa dilepaskan dari keberadaan pondok
pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan yang memiliki
kontribusi besar dalam meraih dan mengisi kemerdekaan Republik
Indonesia. Wawan Wahyuddin dalam salah satu artikel jurnalnya
mengemukakan komitmen kebangsaan yang dikembangkan pada
pondok pesantren tidak bisa diragukan lagi mengingat kelahiran
banyak tokoh perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia dalam
meraih dan mengisi kemerdekaan tdak bisa dipisahkan dari dimensi
historis pondok pesantren. Sosok seperti Imam Bonjol, Teuku
Umar, Cut Nyak Dien, dan yang lainnya merupakan tokoh yang
ditempa komitmen kebangsaannya dalam lingkungan pondok
pesantren.236 Perang pesantren dalam kaitannya dengan komitmen
kebangsaan ini juga dikemukakan oleh Ahmad Muhakamurrohman

236
Wawan Wahyuddin, Kontribusi Pondok Pesantren terhadap
NKRI, (Saintifica Islamica: Jurnal Kajian Keislaman Vol. 3 No. 1 Tahun
2016), h. 34

Nama Penulis | 279


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

dalam Saddam Husein bahwa pesantren dalam kerangka historisnya


merupakan suatu lembaga pendidikan indigeneos.
Pesantren telah ada sejak dahulu, lebih dahulu hadir sebelum
adanya negara
Indonesia, tepatnya pada saat kekuasaan Hindu-Buddha. Sehingga
sistem pendidikan di pesantren bercirikhaskan keislaman yang
merupakan agama mayoritas masyarakat Indonesia lalu meneruskan
serta mengembangkan pola pendidikan yang
sudah ada sebelumnya. Hal itu bukan berarti bahwa peran Islam
dalam mempelopori pendidikan pada Nusantara ini, semenjak masa
para penjajahan dianggap kecil.
Pendidikan pesantren bercirikhaskan keislaman tetap mengambil
peran penting dalam pendidikan nasional sebab bagaimanapun
pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang banyak
237
berkontribusi bagi pembentukan negara Indonesia. Mengacu
pada apa yang dikemukakan Wawan wahyuddin dan Ahmad
Muhakamurrohman di atas, terlihat keberadaan komitmen
kebangsaan dalam pondok pesantren tidak bisa diragukan. Hal yang

237
Saddam Husein, Nilai-Nilai Moderasi Islam di Pesantren: Studi
Kasus pada Ma’had Aly As’adiyah Sengkang Kabupaten Wajo Sulawesi
Selatan, (Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2020), h. 6

280 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

sama juga dapat dtemukan pada jaringan ulama Pondok Pesantren


As’adiyah baik pada level lokal, nasional sampai global yang sedikit
banyak memiliki peran konstruktif, baik langsung ataupun tidak
langsung, dalam memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan
Republik Indonesia dengan berbagai bentuknya.

2. Kontribusi jaringan ulama dalam mewujudkan sikap


toleransi

Toleransi yang dalam lokus tradisi keilmuan Islam biasa


dikenal dengan istilah “tasamuh” menjadi salah satu indikator dari
nilai-nilai moderat yang dikembangkan oleh para ulama Pondok
Pesantren As’adiyah dengan jaringan ulamanya baik pada level
lokal, nasional sampai global. Tidak bisa dipungkiri bahwa
keberadaan suatu lembaga pendidikan dan dakwah yang sarat
dengan dinamika perbedaan pendapat sangat menuntut adanya
sikap toleransi yang harus dimiliki oleh lembaga pendidikan dan
dakwah tersebut. Fenomena penguatan sikap toleransi dalam
memahami suatu perbedaan telah ditunjukkan oleh para ulama-
ulama terdahulu seperti yang digambarkan Husein Muhammad
bahwa Rasulullah saw. sebagai uswah hasanah dalam kehidupan
umat Islam telah memberikan contoh bagaimana bersikap toleran

Nama Penulis | 281


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

dalam kehidupan sosial yang profan serta sarat dengan perbedaan


pandangan dan kepentingan individu atau kelompok yang dinamis.
Pada suatu waktu Rasulullah saw. kedatangan rombongan umat
Nasrani, beliau menyambut mereka di mesjid. Saat masa kebaktian
tiba dimana rombongan umat Nasrani tersebut harus beribadah
maka beliau mempersilahkan rombongan umat Nasrani tersebut
untuk melakukan kebaktian di mesjid. Setelah itu, rombongan umat
Nasrani tersebut mengajak Rasululullah saw. untuk berdebat terkait
debgan berbagai obyek diskusi yang selama ini menghasilkan
pertentangan-pertentangan antara Islam dan Nasrani, beliau
melayani mereka dengan senang hati. Dan akhirnya perdebatan
berakhir dengan kemenangan Rasulullah saw. akan tetapi beliau
tidak memaksa rombongan umat Nasrani tersebut untuk masuk
dalam Islam. 238

Melalui pengembangan pendidikan dan dakwah yang


moderat dengan persentuhan ontologis, epistemologis, dan
aksiologis dari sikap toleran, para alumni menunjukkan sikap
tersebut dalam kiprah mereka pada berbagai bidang dimana mereka

238
Husein Muhammad, Islam yang Mencerahkan dan
Mencerdaskan: Memikirkan Kembali Pemahaman Islam Kita, (Yogyakarta:
IRCiSoD, 2020), h. 113

282 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

berada. Pola pendidikan dan dakwah yang dikembangkan dalam


jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah dengan nilai-nilai
toleran tersebut menunjukkan sikap inklusivitas dalam kehidupan
beragama termasuk dalam pendidikan dan dakwahnya. Hal ini tentu
berbeda dengan beberapa lembaga pendidikan yang cenderung
menunjukkan sikap ekslusif dalam paradigma pendidikan dan
dakwah yang dikembangkannya sehingga kadang-kadang hal
tersebut mereduksi konsep Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam
semesta sehingga alih-alih pendidikan dan dakwah yang
dikembangkan menunjukkan wajah Islam yang ramah justru yang
muncul kemudian wajah Islam yang marah.

3. Kontribusi jaringan ulama dalam mewujudkan sikap anti-


kekerasan

Konsep Islam sebagai agama yang pijakan magnum opus


Pondok pesantren As’adiyah tidak bisa dilepaskan dari orientasi
agama Islam untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta. Ha
ini, pada gilirannya, menjadikan transformasi keilmuan yang
dikembangkan dalam lingkungan Pondok pesantren As’adiyah
selalu menenkankan nilai-nilai kedamaiaian sesuai dengan makna
etimalogis dari Islam yang bermakna keselamatan. Sikap ini

Nama Penulis | 283


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

mewarnai karakter jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah


yang selalu menekankan sikap anti kekerasan dalam kiprah mereka
pada berbagai lembaga, baik pemerintahan ataupun pendidikan.
Sikap anti kekerasan dapat terlihat misalnya dalam beberapa proses
pemilihan pucuk pimpinan di lingkungan Pondok Pesantren
As’adiyah yang kemudian berakhir dengan musyawarah mufakat
berbasis islah ketika terjadi konflik. Kekerasan dipandang sebagai
sebuah fenomena sosial yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar
paradigma pengembangan pendidikan dan dakwah yang
dikembangkan Pondok Pesantren As’adiyah. Dalam kiprahnya,
beberapa alumni Pondok Pesantren As’adiyah dengan kharisma
keulamaan yang dimilikinya terlibat dalam penyelesaian tindakan
kekerasan bernuansa konflik sosial keagamaan pada berbagai
daerah. Kehadiran pondok pesantren sebagai suatu lembaga yang
memiliki peran strategis dalam meminimalisir berbagai tindaan
kekerasan yang banyak terjadi dimana-mana yang parahnya lagi
menggunakan media agama sebagai basis pembenaran atas apa yang
dilakukannya meskioun bisa diyakini bahwa apa yang kemukakan
tersebut merupakan suatu pola penafsiran teks-teks yang sifatnya
sangat skriptual dan ekslusif. Dalam konteks kekinian, jaringan
ulama pondok pesantren, termasuk di dalamnya jaringan ulama

284 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Pondok Pesantren As’adiyah, harus tambil dalam memberikan


suatu kontribusi dalam meminimalisir kekerasan. Fakta empiris
menunjukkan bahwa kekerasan atas nama agama merupakan suatu
fenomena yang banyak ditemukan dalam era kekinian dimana hal
tersebut sevara subtstansi bertentangan dengan fungsi agama di
tengah-tengah kehidupan manusia. Bukan rahasia lagi ketika agama
dalam era kekinian telah bermetamorfosis menjadi sumber
permusuhan berbagai komunitas satu sama lain karena adanya
sekelompok manusia yang menjadikan agama sebagai justifikasi dari
berbagai tindakan kekerasan yang dilakukannya. Parahnya, konflik
antar umat beragama yang berlangsung biasanya ditandai dengan
tindakan barbarian dan vandalisme yang tidak mencerminkan
seseorang yang bertindak atas nama agama. Agama apapun itu,
tentu tidak akan memberikan justifikasi untuk melakukan berbagai
tindakan barbarian dan vandalisme tersebut. Sungguh ironis
memang, agama yang seharusnya menjadi akselator nilai-nilai
universal seperti kemanusiaan, cinta, kasih sayang, keadilan, dan
semacamnya justru kontra produktif dengan semangat awalnya
sehingga bermetamprfosis sebagai pemantik konflik yang diwarnai
kekerasan.

Nama Penulis | 285


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

4. Kontribusi jaringan ulama dalam mewujudkan sikap


akomodatif terhadap kebudayaan lokal

Dalam kerangka historisnya, keberadaam Pondok Pesantren


As’adiyah yang pada awalnya bernama Madrasah ‘Arabiyah Islamiyah
tentu bisa dipahamis sebagai salah satu wujud keprihatinan
Anregurutta Sade’ yang melihat merebaknya paham animisme dan
dinamisme di kalangan masyarakat Bugis termasuk di dalamnya
adalah mereka yang berada di Kota Sengkang dan sekitarnya.
Semangat ini pula yang kemudian membentuk karakter ulama yang
berasal dari Pondok Pesantren As’adiyah untuk melanjutkan
perjuangan Anregurutta Sade’ dalam memberantas paham
animisme dan dinamisme yang jelas bertentangan dengan konsep
Islam sebagai agama monoteisme atau agama tauhid yang
mengesakan Allah swt. Dalam fakta empirisnya, berbagai
kebudayaaan lokal yang berkembangan di kalangan masyarakat
Bugis uutu upaya yang dilakukan oleh alumni Pondok Pesantren
As’adiyah dalam menunjukkan sikap moderat dengan mengikis
paham animisme dan dinamisme tanpa harus memberangus
kebudayaan lokal yang selama ini telah mewarnai kesadaran historis
masyarakat Bugis yang ada di Kota Sengkang dan sekitarnya adalah
berupaya mewarnai ritual Maccera’ Tappareng tesebut dengan nilai-

286 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

nilai Islam. Salah satu wujud konkrit dari upaya untuk mewarnai
Maccera’ Tappareng dengan nilai-nilai Islam yang berbasis etika
tauhidik adalah merubah beberapa bagian imanen dalam ritual
Maccera’ Tappareng tersebut yang mengandung paham animisme dan
dinamisme lalu menggantinya dengan nilai Islam adalah ketika
kerbau yang biasanya disembelih sebagai wujud pengorbanan
dengan mengalirkan darah hewan sembelihan (maccera’) untuk
penjaga danau diganti dengan wujud kesyukuran pada Allah swt.
atas limpahan hasil ikan dari Danau Tempe sebagai rezeki yang
dianugerahkan-Nya. Salah satu implikasi praktisnya adalah kepala
kerbau yang selama ini dibuang di tengah danau kemudian tidak lagi
di buang di tengah danau tapi dikonsumsi bersama-bersama.
Disinilah wujud kontribusi ulama Pondok Pesantren As’adiyah
yang banyak terlibat dalam pelaksanaan ritual Maccera’ Tappareng
baik sebagai tokoh dalam pemerintahan ataupun sebagai tokoh
masyarakata yang memiliki otoritas dalam melakukan perbaikan-
perbaikan pada kebudayaan lokal dari sistem sosial masyarakat dari
yang tadinya bernuansa animisme dan dinamisme dengan
politeismenya menjadi kebudayaan lokal yang bernuansa Islam
dengan konsep monoteismenya.

Nama Penulis | 287


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Apa yang dilakukan oleh jarungan ulama Pondok Pesantren


As’adiyah dalam mengembangkan nalar moderat dalam
menghadapi fenomena kehidupan beragama, berbangsa dan
bernegara tersebut dengan selalu menekankan keempat indikator
moderasi beragama yang dalam hal ini adalah, a) komitmen
kebangsaan, b) toleransi, c) anti-kekerasan, d) serta akomodatif
terhadap kebudayaan lokal sudah sangat tepat. Hal ini penting
untuk dilakukan mengingat jaringan ulama Pondok Pesantren
As’adiyah yang dikenal sebagai ulama-ulama yang moderat dalam
menjabarkan kerangka praksis dari Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Dalam penjabarannya, komitmen kebangsaan dapat dipahami
sebagai cara pandang, sikap, dan praktik beragama seseorang
berdampak pada kesetiaan terhadap konsensus dasar kebangsaan,
terutama terkait dengan penerimaan Pancasila sebagai ideologi
negara, sikapnya terhadap tantangan ideologi yang berlawanan
dengan Pancasila, serta nasionalisme. Adapun toleransi sebagai
indikator selanjutnya dapat dipahami sebagai sikap dalam
menghadapi perbedaan yang pada dasarnya dapat menjadi
barometer dari demokrasi yang ada sehingga bisa dikatakan bahwa
semakin tinggi toleransi yang dimiliki warga negara terhadap
perbedaan, maka bangsa itu cenderung semakin demokratis,

288 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

demikian juga sebaliknya. Aspek toleransi ini bukan hanya dapat


dilihat dari keyakinan agama, namun bisa terkait dengan perbedaan
ras, jenis kelamin, perbedaan orientasi seksual, suku, budaya, dan
sebagainya. Dalam kaitannya dengan anti-kekerasan sebagai
indikator ketiga dari pengarusutamaan moderasi beragama dapat
dipahami sebagai sikap yang menolak ideologi dan paham yang
ingin melakukan perubahan pada sistem sosial dan politik dengan
menggunakan cara-cara kekerasan/ekstrem atas nama agama, baik
kekerasan verbal, fisik dan pikiran. Adapun akomodatif terhadap
kebudayaan lokal dapat dipahami sebagai penerimaan tradisi dan
budaya lokal dalam perilaku keagamaannya, sejauh tidak
bertentangan dengan pokok ajaran agama. Tradisi keberagamaan
yang tidak kaku, antara lain, ditandai dengan kesediaan untuk
menerima praktik dan perilaku beragama yang tidak semata-mata
menekankan pada kebenaran normatif, melainkan juga menerima
praktik beragama yang didasarkan pada keutamaan, tentu, sekali
lagi, sejauh praktik itu tidak bertentangan dengan hal yang prinsipil
dalam ajaran agama misalnya dalam lokus etika tauhidik dengan
prinsip monoteismenya. 239

239
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Moderasi

Nama Penulis | 289


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Perkembangan jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah


dari waktu ke waktu terus menunjukkan geliat yang semakin
mengembirakan. Semakin menjamurnya berbagai pondok
pesantren dengan menawarkan berbagai paradigma keilmuan
seperti konsep pondok pesantren Islam terpadu, konsep pondok
pesantren berbasis alam, konsep pondok pesantren berbasis
kewirausahaan, dan semacamnya ternyata bukan menjadi suatu
matahari lain yang meredupkan sinar kharisma yang dimiliki
jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah. Sejarah membuktikan
bahwa fenomena tersebut justru semakin menguatkan ikatan
jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah untuk bahu membahu
memikirkan perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah yang terus
bergeliat di tengah persaingan yang sangat kompetitif. Hal yang
cukup mengembirakan bahwa keberadaan alumni yang banyak
berkiprah setelah tamat pada Pondok Pesantren As’adiyah dengan
mendirikan berbagai lembaga pendidikan dan dakwah dalam
bentuk pondok pesantren, madrasah, lembaga dakwah, lembaga
pengajian, dan semacamnya tetap merasakan adanya keterhubungan
jaringan secara kultural meskipun boleh jadi mereka tidak lagi
terhubung secara struktural seperti hubungan yang selama ini

Beragama, h. 43-46

290 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

terjadi antara Pengurus Besar As’adiyah Pusat Sengkang dengan


cabang-cabang As’adiyah yang tersebar pada beberapa wilayah di
Indonesia namun hubungan yang bersifat kultural tersebut justru
terasa semakin memperat ikatan jaringan ulama Pondok Pesantren
As’adiyah.

Kontribusi jaringan ulama lokal, nasional, dan global


Pondok Pesantren As’adiyah pada agama dan negara dapat dilihat
dari berbagai aspek yang salah satu di antaranya adalah alumni yang
telah berkiprah dimana-mana khususnya dengan latar belakang
keilmuan agama yang dimilkinya sehingga layak untuk disebut
sebagai seorang ulama. Hal ini dapat ditemukan pada beberapa
alumni yang telah menduduki jabatan strategis pada berbagai
lembaga pemerintahan, lembaga pendidikan, lembaga sosial
kemasyarakatan, dan yang lainnya. Berbagai bentuk pengabdian
mereka tersebut telah menjadi kontribusi nyata jaringan ulama
lokal, nasional, dan global Pondok Pesantren As’adiyah pada agama
dan negara. Contoh sederhana yang dapat ditunjukkan dalam
proses pengabdian berupa penyampaian dakwah dan ceramah
agama di Kota Makassar maka Lembaga Dakwah al-Mishriyah yang
dikelola oleh Dr. H. Abd. Syukur Abu Bakar, Lc., M.A. serta

Nama Penulis | 291


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Lembaga Dakwah al-Ishlah yang dikelola H. Abdullah Badru,


S.Pd.I. merupakan dua contoh wujud kontribusi nyata dari jaringan
ulama Pondok Pesantren As’adiyah dalam mendukung program
pemerintah yang berorientasi pada terwujudnya masyakat yang
agamis dengan kemampuan untuk menjabarkan nilai-nilai normatif
teologis dari dimensi teosentris yang melangit ke dimensi
antroposentris yang membumi. Dalam setiap jum’at dan bulan suci
Ramadhan, kedua lembaga dakwah yang notabene dikelola oleh
kedua alumni Pondok Pesantren As’adiyah tersebut
mendistribusikan puluhan khatib dan penceramah pada mesjid-
mesji yang ada di Kota Makassar, Gowa dan Maros. Hal yang perlu
diapresiasi dari kedual tokoh ulama alumni Pondok Pesantrena
As’adiyah tersebut adalah dari puluhan khatib dan penceramah
yang didistribusikan tersebut mereka selalu mengutamakan alumni
Pondok Pesantren As’adiyah baik dari anggota Forum Komunikasi
Mahasiswa Alumni (FKMA) As’adiyah ataupun Ikatan Keluarga
Alumni Pondok Pesantren As’adiyah (IKAKAS). Jaringan ulama
yang mengikat secara emosional para alumni Pondok Pesantren
As’adiyah tersebut telah menjadi suatu pertimbangan dalam
pemilihan khatib dan penceramah yang akan didistribusikan ke
mesjid-mesjid yang dikelola oleh kedua lembaga dakwah tersebut.

292 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

{Pada dasarnya apa yang dilakukan oleh kedua lembaga dakwah


tersebut dalam menunjukkan kontribusi alumni bagi agama dan
negara telah menjadi tradisi keagamaan berbasis paradigma
pendidikan dan dakwah yang dikembangkan Pondok Pesantren
As’adiyah dimana Pondok Pesantren As’adiyah dari dulu sampai
sekarang selalu mendistribusikan khatib setiap jumat pada beberapa
daerah yang ada di Kabupaten Wajo yang dalam hal ini di Kota
sengkan dan sekitarnya sementara pada bulan suci Ramadhan,
pihak Pondok Pesantren As’adiyah juga selalu mendistribusikan
penceramah dan imam tarwih setiap bulan Ramadhan pada
berbagai daerah seperti Kabupaten Wajo, Kabupaten Bone,
Kabupaten Soppeng, Kabupaten Luwu, Propinsi Sulawesi
Tenggara, K Propinsi alimantan Timur, Propinsi Papua, dan yang
lainnya. Kontribusi jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah
dalam bidang dakwah tidak perlu diragukan lagi. Bahkan
penceramah kondang sekelas Nur Maulana yang wajahnya akrab
mengisi ceramah-ceramah di layar televise merupakan hasil didikan
Pondok Pesantren al-Nahdlah Makassar di bawah pimpinan
Anregurutta Drs. H. Haritsah HS yang merupakan alumni Pondok
Pesantren As’adiyah.

Nama Penulis | 293


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Kontribusi jaringan ulama lokal, nasional, dan global


Pondok Pesantren As’adiyah pada agama dan negara dapat dilihat
datri berbagai karya-karya yang telah dihasilkan para anregurutta
yang sampai saat ini dapat dibaca oleh pada penuntut ilmu.
Banyaknya ulama-ulama yang merupakan pihak-pihak yang imanen
dalam jaringan ulama Pondok Pesantren As’adiyah misalnya
Anregurutta Sade’ yang telah menulis buku Mahya’ al-Taisir fi ‘ilm al-
Tafsir, Izhar al-Haqiqah, Kitab al-Aqa’id, Kitab Ma La Yasa’u al-
Muslim Jahluh: Majmal ‘Aqaid Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah, dan yang
lainnya ataupun Anregurutta Daud Ismail yang telah mengarang
tafsir berbahasa Bugis yang dalam hal ini adalah Tafsir al- Munir atau
Anregurutta Abd. Muin Yusuf yang telah mengarang tafsir
berbahasa Bugis yang dalam hal ini adalah Tafsir al-Muin, dan yang
lainnya merupakan wujud warisan khazanah intelektual sekaligus
kontribusi nyata jaringan ulama lokal, nasional, dan global Pondok
Pesantren As’adiyah pada agama dan negara. Wujud lain dari
kontribusi tersebut juga dapat dilihat dalam partisipasi aktif jaringan
ulama Pondok Pesantren As’adiyah dalam memberikan
pendampingan keagamaan bagi berbagai pihak dalam kehidupan
beragama dan berbangsa.

294 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

DAFTAR PUSTAKA
Abd Rahman As’ad, H., Riwayat hidup Singkat dan Perjuangan Al
Marhum Asysch Al Allama K. H. Muh As’ad Pendiri
Perguruan As’adiyah Sengkang Wajo.
Aguswandi, Kontribusi AGH. Muhammad As’ad Terhadap
Pengembangan Dakwah di Sengkang Kabupaten Wajo (Suatu
Kajian Tokoh Dakwah), Jurnal Al-Khitabah, Vol. V, No. 2,
November 2018
As’ad, Muhammad. Pondok Pesantren As’adiyah, Jurnal "Al-Qalam"
Volume 15 Nomor 24 Juli - Desember 2009

Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Moderasi


Beragama, Jakarta: Kementerian Agama RI, 2019.

Badruddin, Ahmad Muktamar, 1993, Prospek Pondok Pesantren


As’adiyah, (Telaah Tentang Pengembangan dan Pembaharuan
Pendidikan Islam), skripsi tidak dipublikasikan, Fak.
Tarbiyah IAIN Alauaddin, Ujungpandang

Badruddin, Ahmad Muktamar, 2015, “AG Prof. Dr. H.M. Rafii


Yunus Martan, MA : Terpanggil Memimpin As’adiyah

Nama Penulis | 295


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Karena Tanggungjawab Sebagai Alumni”, Majalah Mimbar


As’adiyah Edisi No. 1, Desember 2015. Sengkang

Badruddin, Ahmad Muktamar, 2019, Kepemimpinan K.H.M. Yunus


Martan dalam mengembangkan Pesantren As’adiyah (1961-
1986), Disertasi, PPs UMI Makassar

Biografi Singkat AG. H. Muhammad As’ad, oleh H. Andi


Syahrulyali Razak, pada Haul ke 62 dan Milad As’adiyah ke
86 di Sengkang Kabupaten Wajo, tanggal 1 Februari 2015
Dahlan, Sitti Salmiah, 2013, Rihlah Ilmiah AGH. Muhammad As’ad
Dari Haramain ke Wajo Celebes: Sebuah Perjalanan Religi
Untuk Membangun Madrasah Arabiyah Islamiyah di Wajo
Sulawesi Selatan. Rabbani Press, Jakarta

Darlis, Peran Pesantren As’adiyah Sengkang dalam Membangun Moderasi


Islam Di Tanah Bugis, Jurnal Mishbah, Vol. XII No. 1,
Januari-Juni 2016.
Fajar, Harian Pagi, 2002, Rafii Yunus Setelah Terpilih Jadi ketua Umum
As’adiyah, Terobesesi Kembalikan Kejayaan As’adiyah,
Makassar

296 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Geogle : blogspot.com/2012/06/riwayat-hidup-singkat-guru-
besar-kh.html.
Geoogle : http://staiasadiyah.ac.id/blog/2013/10/25/anre-
gurutta-ag-muhammad-asad-ulamaproduktif/#comment-25
Geoogle : http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,13-
id,19157-lang;id c,tokoh-t,Tawadhu-.phpx.
Geoogle : httpsbundokanduang.wordpress.com/2008/10/10
Hamka, Zainuddin Corak Pemikiran Keagamaan Gurutta Muh. As’ad
(Disertasi)
Hasyim, Abd. Wahid, 2017, “Strategi Pembelajaran Al-Quran Pada
Lembaga Majelis Al-Qurra’ Wa Al-Huffaz Pondok
Pesantren As’adiyah Sengkang Kabupaten Wajo”, Jurnal
UIN Alauddin Vol. 6 No. 2, Makassar

Husein Muhammad, Islam yang Mencerahkan dan Mencerdaskan:


Memikirkan Kembali Pemahaman Islam Kita, Yogyakarta:
IRCiSoD, 2020

Idham, Pola Pengkaderan Ulama di Sulawesi Selatan: Studi pada Program


Ma’had Aly Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang kabupaten Wajo,
Jurnal al-Ulum Vol. 17 No. 2 Tahun 2017.

Nama Penulis | 297


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Irdayanti, Strategi Komunikasi dalam Pembinaan Santriwati di Pondok


Pesantren As’adiyah Putri Sengkang, Skripsi UIN Alauddin
Makassar, 2017.
Irfan, Muhammad dan Sudirman, Transformasi Elemen Pesantren pada
Pembelajaran Bahasa Arab di Pesantren As’adiyah Sengkang:
Kontinuitas dan Perubahan IQRO: Journal of Islamic
Education Vol. 3, No.1, Juli 2020,
Ismail, Syekh Daud Riwayat Hidup K.H. Muh. As’ad Pendiri Utama
As’adiyah Sengkang Wajo. 1989.
Malliongi, Muhammad Takbir. Negosiasi Antara Tradisi dan
Modernitas di Pesantren As’adiyah Sengkang Sulawesi Selatan,
Jurnal Kenosis, Vol. 4 No. 2, Desember 2018, h. 229
Manguluang, Hamzah, 1990, Anâ wa Syaikhî, Riwayatku dan Riwayat
Guru Besar Ky. H. M. As-ad, Sengkang

Manguluang, Hamzah. Riwayatku dan Riwayat Guru Besar K.H. M.


As’ad,
Martan, Yunus, K.H.M, 1965, Risalah Ulang Tahun I Perguruan Tinggi
Islam As’adiyah (PTIA), Jajasan Perguruan As’adiyah,
Sengkang

298 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Martan, Yunus, K.H.M, 1982, Setengah Abad As’adiyah, Pimpinan


Pusat As’adiyah, Sengkang

Martan, Yunus, Rafii, AG.H.M, 2015, As’adiyah, Dulu dan Kini,


makalah disampaikan dalam Workshop Jaringan Ulama
Sulawesi Selatan, STAI As’adiyah kerja sama dengan Balai
Litbang Kemenag Makassar, Sengkang

Mas Alim Katu dkk, 2010, Ulama Perintis Biografi Mini Ulama Sul-
Sel, Penerbit Al-Zikra.

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian tentang


Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS,
1994.

Mastuki dan M. Ishom El-Saha, ed. Intelektualisme Pesantren;Potret


Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era Perkembangan Pesantren.
Cet. III; Jakarta: Diva Pustaka, 2006.
Mawaddah, Nurul. Urgensi Pendidikan Karakter Sebagai Pengembangan
Mental Peserta Didik Di Mts. As’adiyah Putra Ii Pusat Sengkang,
Jurnal Al-Ishlah Vol. XV No. 1, Januari – Juni 2017

Nama Penulis | 299


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Muchsin,Agus. Penerapan Manhaj Terhadap Penguatan Fikih Kaderisasi


Ulama Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang, Jurnal Hukum
Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016.
Mulia Raya Foundation, Curriculum Vitae Prof. Dr. Musdah Mulia,
M.A.
https://muslimahreformis.org/beranda/post_profil_musdah
/curriculum-vitae-musdah-mulia/ (28 Juni 2012)

Mustam, Amiruddin. Pesantren Dalam Dinamika; Studi pada Peranan


As’adiyah dalam Pengembangan Pendidikan, Jurnal Al-Ishlah
Vol. XV No.I, Januari – Juni 2017.
Nur, Azhar, 2007, “AGH. Yunus Martan : Pendidik dan Penulis”
dalam Muhammad Ruslan dan Waspada Santing (ed).
Ulama Sulawesi Selatan: Biografi Pendidikan dan Dakwah,
Komisi Informasi dan Komunikasi MUI Sulawesi Selatan,
Makassar.

Pasanreseng, Muh. Yunus. Sejarah Lahir dan Pertumbuhan Pondok


Pesantren As’adiyah Sengkang, PB As’adiyah 1989-1992, 1992,
Pasanreseng, Yunus, Muh, 1989, Sejarah Lahir dan Pertumbuhan
Pondok Pesantren As’adiyah, Sengkang: Pengurus Besar
As’adiyah, 1989-1992

300 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Pengurus Besar As’adiyah Periode 1993-1998, Pondok Pesantren


As’adiyah 1930-1994.
Pimpinan Pusat As’adiyah, Buku Setengah Abad As’adiyah 1930-1980,
Sengkang, 1979
PP FKMA As’adiyah Makassar, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga PP-FKMA, https://ppfkmaasadiyah.blogspot.com.
(23 Juni 2021)

Rahman, Faridah. dkk., Penerapan Program Aksara Lontara Dan Ms


Office Untuk Menerjemahkan Al-Quran Ke Dalam Bahasa Bugis
Di Pesantren As’adiyah, Kabupaten Wajo, Jurnal Khazanah
Pengabdian, Vol. II No. I, Januari 2020.

Rama, Bahaking, Jejak Pembaharuan Pendidikan Pesantren: Kajian


Pesantren As’adiyah Sengkang, Jakarta: Parodatama
Wiragemilang, 2003.

Saddam Husein, Nilai-Nilai Moderasi Islam di Pesantren: Studi Kasus


pada Ma’had Aly As’adiyah Sengkang Kabupaten Wajo Sulawesi
Selatan, Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.

Nama Penulis | 301


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Saprillah, 2014, Pengabdian Tanpa Batas, Biografi Anregurutta Hji Abdul


Malik Muhammad, Zadahaniva, Solo

Syarifuddin, Jaringan Intelektual Ulama Pinrang, Pusaka Jurnal


Khazanah Keagamaan, Vol. 8, No. 2, 2020
Taqwa dan Muhammad Irfan Hasanuddin, Anregurutta H.M. As’ad
Dan Genealogi dan Studi Islam Asia Tenggara di Tanah Bugis Abad 20,
Palita: Journal of Social Religion Research, Vol.5, No.2 Oktober-
Tudjimah, 1997, Syekh Yusuf Makassar Riwayat dan Ajarannya,
Penerbit Universitas Indonesia.

Wahyuddin, Wawan, Kontribusi Pondok Pesantren terhadap NKRI,


Saintifica Islamica: Jurnal Kajian Keislaman Vol. 3 No. 1
Tahun 2016.

Walinga, Muh. Hatta, 1981, Kiai Haji Muhammad As’ad: Hidup dan
Perjuangannya, Skripsi Sarjana, Fakultas Adab IAIN
Alauddin Ujung Pandang

Walinga, Muh. Hatta, 2017, Warisan Intlektual Sang Maha Guru, Biografi
K.H. Muhammad As’ad, Zadahaniva, Solo

302 | Nama Penulis


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

Website Pondok Pesantren As’adiyah, Cabang Pondok Pesantren


As’adiyah, https://asadiyahpusat.org/pendidikan/cabang-
asadiyah/ (23 Juni 2021)

Wikipedia: Ensiklopedia Bebas, Nasaruddin Umar,


https://id.wikipedia.org/wiki/Nasaruddin_Umar#Pengharga
an (13 Juni 2021)

NARA SUMBER
1. Hj. St. Syari Banong, isteri Anregurutta K.H. Muhammad
As’ad
2. H. Yahya A’sad, Anak Asyekh H. Muh As’ad.
3. H. Abd Rahman As’ad, santri dan anak Asyek H. Muh As’ad.
4. Hj. St Seng, saudara kandung Anregurutta K.H. Muhammad
As’ad.
5. H. Datu Rumpang, santri dan menantu Anregurutta K.H.
Muhammad As’ad, mantan Ketua Pengadilan Agama Soppeng
dan Mamuju dan mantan Hakim Tinggi Agama Islam Sul-Sel
6. Abd Samad, santri dan kemanakan Anregurutta K.H.
Muhammad As’ad
7. K. H. Muh Abduh Pabbaja, santri dan sekretaris Anregurutta
K.H. Muhammad As’ad, serta mantan anggota MPR RI.

Nama Penulis | 303


Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren As’adiyah:
Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dari Tanah Sengkang -
Wajo

8. K. H. Abd Kadir, Lc, santri Anregurutta K.H. Muhammad


As’ad dan Dosen IKIP Ujung Pandang.
9. Prof. Dr. Mr. Andi Zainal Abidin Farid, pakar Hukum
Universitas Hasanuddin Makassar, mantan Dekan Fakultas
Hukum UNHAS, mantan Koordinator Kopertis Wil. IX
mantan Ketua BPH Yayasan 45, dan mantan anggota MPR RI.
10. Ustadz Drs.H. Amin Zakaria, santri Anregurutta K.H.
Muhammad As’ad dan Imam Mesjid Jami Sengkang.
11. Latangkoro, Purnawirawan Ankatan Darat.

304 | Nama Penulis

Anda mungkin juga menyukai