1. –Aspek bahasa:
a. Bahasa yang digunakan relevan dan nyata, masih digunakan hingga saat ini untuk
membantu pembelajar bahasa indonesia pemula dengan memperhatikan situasi dan
kondisi konkret yang terjadi dan dialami oleh masyarakat sehari-hari.
b. Adanya sebuah tujuan belajar, masalah penyesuaian level-level kompetensi bahasa dan
konten-konten bahasa yang diajarkan.
-Isi Bahasa
a. Materi aktivitas bahan ajar disesuaikan dengan aktivitas nyata. Seperti kegiatan
memesan makanan, menjual sayuran, menyapa, salam, dan lain sebagainya. Sehingga
pesera didik bisa memahami maksud dan inti dari apa yang dipelajari karena ia juga akan
mengalami. Contoh: (kegiatan menyapa)
Tetangga: “Selamat pagi mbak laura”.
Laura: “Selamat pagi juga ibu”.
Tetangga: “Mbak Laura sudah makan?”.
Laura: “Sudah bu, tadi makan roti”.
Tetangga: “wah yasudah selamat belajar, hati-hati di jalan”.
Laura: “ Iya bu terimakasih, sampai jumpa”
Tetangga: “sampai jumpa lagi”
Kelebihan Behaviorisme :
a. Dianggap cocok bagi pengajaran bahasa karena teori ini menekankan pada praktik
pembiasaan dan pengulangan (pelatihan-pelatihan).
b. Teori ini cocok diterapkan pada anak-anak, yang suka dan masih belajar proses
berbahasa dengan cara mengamati dan meniru orang dewasa.
c. Karena behavioristik lebih menekankan pada stimulus-respon, maka tingkah laku
manusia dipandang sebagai akibat dari interaksi.
f. Bahan ajar disusun secara sistematis mulai dari kata-kata sederhana hingga yang
kompleks, hal ini disusun guna memudahkan orang yang belajar bahasa.
g. Dalam proses pembelajaran, pengajar dituntun untuk lebih peka terhadap situasi
dan kondisi belajar.
h. Pembelajaran bahasa berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
Kekurangan behaviorisme :
b. Kurang menekankan aktivitas secara kognitif pada orang yang sedang mempelajari
bahasa, Hal ini menyebabkan orang yang sedang belajar bahasa tidak dapat
mengoptimalkan pengetahuannya secara baik, padahal potensi alami yang dimiliki
oleh seseorang sudah sepatutnya diperhatikan.
c. Teori ini menganggap bahwa proses manusia dalam belajar bahasa bersifat
otomatis-mekanis, hal ini tentu saja tidak sesuai karena tiap manusia memiliki self
control dan self regulation yang bersifat kognitif.
f. Orang yang belajar bahasa terkesan pasif dan tidak kreatif karena hanya
mengandalkan materi pengulangan yang diajarkan oleh pengajar.
g. Kurang mempertimbangkan faktor perbedaan emosi dan mental orang yang sedang
belajar.
f.. Praktik dialog. Misal 4 mahasiswa, membagi kelompok berdialog dengan langsung
menunjuk peran. Kalau masih ada waktu, penukaran peran. Jika jumlah mahasiswa
banyak, dilatih dg melihat orang lain (perwakilan) mempraktikan dialog tersebut.
Contoh: Dosen: “Ada yang bisa menjelaskan apa yang dilakukan orang dalam dialog
ini?”.
Pelayan: “ iya, ada nasi bakar, balado, ayam geprek, es manado, es siwalan”.
Chika: “Terimakasih”.
Pelayan: “sama-sama”.
Namaku Jessi, aku berasal dari cina, saat ini aku sedang belajar bahasa indonesia di
Uiversitas airlangga. Aku tinggal di jl darmawangsa gang 5 nomer 56, itu ada diseberang
rumah sakit Dr Soetomo. Disamping kanan kos ku ada warung ayam geprek dan es degan,
lalu didepan kos ku ada indomaret. Aku tinggal bersama temanku, namanya hyang, dia juga
berasal dari cina. Aku nyaman tinggal di kosku karena tetangga dan teman-temanku baik
semua, mereka sangat ramah.