Anda di halaman 1dari 2

D.

Realitas Pembelajaran Bahasa

Hari ini, tensi pembelajaran bahasa Indonesia makin mengalami penurunan. Banyak guru
yang semakin sibuk mengurus program “sertifikasi”untuk mencapai kualitas kesejahteraan yang
juga penting. Tanpa rasa pesimis, sejujurnya, pembelajaran bahasa Indonesia semakin
dihadapkan pada tantangan yang semakin berat. Apalagi meniliki realitas berbahasa masyarakat
“di luar kelas” yang makin marak dan bergerak cepat, semakin meninggalkan bahasa Indonesia
pada level pembelajaran dan kurikulum. Realitas pembelajaran saat ini dihadapkan pada kondisi
berikut.

Pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung monoton dan membosankan. Metode


pembelajaran terkesan itu-itu saja, metode ceramah, dikte, meringkas, membaca dalam hati, dan
latihan/tugas yang evaluasinya sering tidak dapat dipertanggung jawabkan. Belajar bahasa
Indonesia tidak diintegrasikan dengan pemanfaatan media seperti: film, video, lagu, gambar, atau
alam terbuka.

Siswa semakin malas belajar bahasa Indonesia. Sikap memandang remeh dan acuh
terhadap bahasa Indonesia “menyelimuti” sebagian besar siswa. Gejalanya, siswa sering
ngantuk, tidak bergairah, under estimate saat mengikuti pelajaran bahasa Indonesia di kelas.
Siswa tidak memiliki kesadaran dan pemahaman yang cukup tentang pentingnya keterampilan
berbahasa dan tata bahasa praktis bahasa Indonesia.

Gejala bahasa “di luar kelas” makin “menyudutkan” pembelajaran bahasa Indonesia.
Fenomena bahasa jejaring sosial (facebook, twitter, bahasa gaul, bahasa alay) dapat dianggap
mengontaminasi perilaku bahasa siswa. Siswa beranggapan bahasa Indonesia terlalu bersifat
teoretik dan dipenuhi kaidah, sedangkan dinamika perkembangan bahasa di masyarakat lebih
bersifat praktis dan berkembang pesat.

Sikap inferior atau rendah hati siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Siswa tidak mendapatkan “model” yang pas dalam berbahasa Indonesia yang indah.
Maka, siswa merasa lebih memiliki “gengsi” apabila dapat menggunakan bahasa asing atau
bahasa Inggris dalam peristiwa tutur sehari-hari, baik secara lisan maupun tulis.

Realitas pembelajaran di atas patut menjadi perhatian semua pihak. Jika tidak, bahasa
Indonesia akan semakin tergerus eksistensinya di mata pemakainya sendiri. Semua pihak harus
menyadari “posisi” pembelajaran bahasa Indonesia saat ini harus dievaluasi. Apapun jalan yang
ditempuh, pembelajaran bahasa Indonesia harus dikondisikan menjadi lebih “bergairah dan
antusias” dari sekarang!

Daftar Pustaka

Setyawati, Nanik. (2010). Analisis kesalahan Berbahasa Indonesia teori dan Praktik.
Surakarta: Yuma Pustaka.

Widharyanto, B (2018). Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk SD(Pendekatan dan


teknis). Media Maxima: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai