Anda di halaman 1dari 121

ANALISIS PERTUMBUHAN ASET DAN STRUKTUR

MODAL YANG MEMPENGARUHI PROFITABILITAS


PERUSAHAAN PADA PT. SEMEN TONASA DI
PANGKEP

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi

Diajukan Oleh :

JULIANVIDIANI TJIKOUWA

A 211 07 074

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, para sahabat hingga

pengikutnya hingga akhir xaman, tiada kata yang dapat penulis sampaikan selain

ucapan syukur ke hadirat-Nya, karena hanya dengan kemurahan-Nya lah penulis

dapat menyelesaikan penyusunan proposal yang berjudul “ANALISIS

PERTUMBUHAN ASET DAN STRUKTUR MODAL YANG

MEMPENGARUHI PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN PT.

SEMEN TONASA DI PANGKEP” sebagai upaya untuk melengkapi syarat

untuk mencapai jenjang Sarjana Strata 1 pada jurusan Manajemen Fakultas

Ekononomi Universitas Hasanuddin Indonesia.

Dalam penulisan proposal ini penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan

rintangan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka segala macam

hambatan dapat teratasi. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih dan yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Ali, SE., MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bapak Dr. Muh. Yunus Amar, MT selaku Ketua Jurusan Manajemen.

2. Bapak Dr. Darwis Said, SE., MSA., Ak selaku Pembantu Dekan I.

3. Bapak Dr. Maat Pono, SE., M. Si selaku Penasehat Akademik sekaligus

Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan kepada Penulis.

4. Ibu Dr. Idayanti, SE., M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan

gagasan dan masukan kepada Penulis.


iii
5. Bapak Dr. Sumardi, SE., M.Si, Bapak Drs. Yansor Djaya, MA dan Bapak Dr.

A Rakhman Laba, SE., MBA selaku dewan penguji pada penyusunan skripsi

ini.

6. Seluruh dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin,

terima kasih atas semua ilmu yang telah diberikan.

7. Kedua orangtua Penulis, Papa H. S. Tjikouwa dan Mama M. E. Wattimena,

terima kasih untuk kasih sayangnya, doa tiada henti serta dukungan selama

ini. Khususnya buat Mama, yang selalu siap mengantar dan menjadi sandaran

buat Penulis, I LOVE YOU, MOM.

8. Saudari-saudari Marvini E. Tjikouwa dan Aprilini Viciariesta Tjikouwa,

terima kasih dukungannya.

9. Bapak Sulaiman sekeluarga yang menjadi tempat tinggal penulis selama ber-

KKN, teman-teman KKN, dan seluruh aparat Desa Manuba, Kecamatan

Mallusetasi, Kabupaten Barru, serta Bapak Zainal selaku supervisor KKN

Gelombang 80 Universitas Hasanuddin.

10. Ibu perpustakaan yang baik hati, para pegawai akademik, dan pegawai

jurusan.

11. Kepada Pak Anwar, Pak Randy, Ibu Endah, Kak Pia dan seluruh staf PT.

Semen Tonasa yang membantu penulis dalam penelitian dan memperoleh data

untuk penyusunan skripsi ini.

12. Aven S. Purwantan yang beberapa bulan terakhir menemani dan mengantar

dalam pengurusan skripsi ini. Makasih yah, cepat nyusul.

iv
13. Teman seperjuangan, Eka, yang selalu hadir mengingatkan dan memberi

semangat untuk menyelesaikan skripsi dan tidak membuang-buang waktu, dan

iin, penolong terakhir dalam membantu menyelesaikan skripsi dengan tepat.

Fian, Aswin, dan Ipul tiga sekawan yang selalu ada buat saya, ayo dong

bereskan kuliah dan cepat-cepat mengikuti jejak. Serta teman-teman G07HIC

lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

14. Ria-Bothy, Fandi, Wais, Tri, Tepi, Yuyun, Adelin yang telah member

dukungan semangat kepada penulis.

15. Para ibu-ibu kantin (Mace Gondrong, Neneknya Kiki, Kak Tia, Kak Ani, Kak

Santi dkk) dan pegawai (Pak Asri dkk). Terima kasih untuk semua

kebaikannya selama ini.

16. Seluruh pihak yang telah memberikan kontribusi dan bantuannya bagi penulis

namun tidak sempat dicantumkan namanya satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, oleh

karena itu saran dan kritik akan selalu penulis harapkan untuk perbaikan di masa

yang akan datang.Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat baik

bagi penulis maupun pihak lain yang membacanya. Semoga kebaikan yang telah

diberikan oleh semua pihak mendapatkan berkah dari Allah SWT, Amin.

Makassar, 11 Januari 2012

Penulis

JULIANVIDIANI TJIKOUWA

v
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………. ii

KATA PENGANTAR ………………………………………………… iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………… vi

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………... ix

DAFTAR TABEL ………………………………………………………. x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang masalah…………………………………………………….


1
1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………………
6
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian …………………………………………..
7
1.3.1. Tujuan Penelitian …………………………………………………..
7
1.3.2. Kegunaan Penelitian ……………………………………………….
8
1.4. Sistematika Penulisan ……………………………………………………..
8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.
2.
2.1. Landasan Teori …………………………………………………………. 11
2.1.1. Manajemen Keuangan …………………………………………. 11
2.1.2. Teori Struktur Modal …………………………………………… 14
2.1.2.1. Teori Modigliani-Miller Model ………………… 15
2.1.2.2. The Trade Off Model ……………………………
18
2.1.2.3. Pecking Order Theory
…………………………….19
2.1.2.4. Agency Theory ……………………………………
21
2.1.2.5. Signaling Theory
………………………………….22
2.1.2.6. Asymetric Information Theory
…………………...23
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan ...24
2.1.3.1. Pertumbuhan Aktiva (Growth of Assets) …………..
25
2.1.3.2. Profitabilitas ………………………………………..
31
2.1.4. Pengaruh Pertumbuhan Aset Terhadap Profitabilitas ……… …….
36
2.1.5. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas …………………
37
2.2. Kerangka Pemikiran ………………………………………………………
38
2.3. Hipotesis ……………………………………………………………………
40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1.
2.
3.
3.1. Lokasi Penelitian …………………………………………………………..
41
3.2. Metode Pengumpulan Data ………………………………………………..
41
3.3. Jenis dan Sumber Data …………………………………………………….
41
3.3.1. Jenis Data ………………………………………………………….
41
3.3.2. Sumber Data ……………………………………………………….
42
3.4. Metode Analisis ………………………………………………………….
42
3.4.1. Analisis Pertumbuhan Aset ………………………………………..
43
3.4.2. Analisis Rasio Struktur Modal ….. …………………………
43
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5. Teknik Analisis Data …………… ………………………………………..
44
3.5.1. Pengujian Asumsi Regresi .……………………………………….
44
a. Uji Multikolinearitas…………………………………………
45
b. Uji Autokorelasi ………………………………………………
45
c. Uji Heteroskedastisitas
…………………………………….....46
d. Uji Normalitas
………………………………………………...47
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.5.1.
3.5.2.
3.5.2. Rancangan Pengujian
Hipotesis…………………………………….47
a. Uji
F…………………………………………………………..47
b. Uji t……………………………………………………………
49
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)………………………………
50
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6. Identifikasi Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional…………………
52

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.
4.1. Sejaran Singkat Perusahaan ……………………………………………...
55
4.1.1. Pabrik Semen Tonasa Unit I …………………………………...
57
4.1.2.
4.1.2.
4.1.2. Pabrik Semen Tonasa Unit II ………………………………….
58
4.1.3.
4.1.3.
4.1.3.
4.1.3. Pabrik Semen Tonasa Unit III …………………………………
60
4.1.4.
4.1.4.
4.1.4.
4.1.4.
4.1.4. Pabrik Semen Tonasa Unit IV …………………………………
60
4.2. Visi Misi Perusahaan …………………………………………………….
62
4.2.1. Visi …………………………………………………………….
62
4.2.2.
4.2.2.
4.2.2. Misi ……………………………………………………………
62
4.2.3.
4.2.3.
4.2.3.
4.2.3. Sistem Manajemen ……………………………………………..
62
4.2.4.
4.2.4.
4.2.4.
4.2.4.
4.2.4. Sistem Manajemen Mutu ………………………………………
63
4.2.5.
4.2.5.
4.2.5.
4.2.5.
4.2.5.
4.2.5. Manajemen Keselamatan Kerja ………………………………..
63
4.3. Tujuan Perusahaan ……………………………………………………….
64
4.4. Produk ……………………………………………………………………
67
4.5. Pemasaran ………………………………………………………………..
69
4.6. Struktur Organisasi ………………………………………………………
70

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1.
2.
3.
4.
5.
5.1. Analisis Data ……………………………………………………………
74
5.2. Analisis Deskriptif Pertumbuhan Aset dan Struktur Modal.……………
75
5.2.1. Analisis Deskriptif Pertumbuhan Aset ……………………….
75
5.2.2.
5.2.2.
5.2.2. Analisis Deskriptif Struktur Modal………………………….. 76
5.3. Analisis Deskriptif Profitabilitas ………………………………………. 77
5.4. Analisis Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen ...
79
5.4.1. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Aset terhadap Profitabilitas ..
79
5.4.2.
5.4.2.
5.4.2. Analisis Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas ……
81
5.5. Statistika Deskriptif ……………………………………………………..
82
5.6. Hasil Analisis Data ……………………………………………………..
84
5.6.1. Pengujian Asumsi Regresi ……………………………………
84
5.6.1.1. Uji Multikolinearitas ………………………………
84
5.6.1.
5.6.1.2.1.
5.6.1.2.
5.6.1.2. Uji Autokorelasi …………………………………..
85
5.6.1.
5.6.1.3.1.
5.6.1.3.
5.6.1.3.
5.6.1.3. Uji Heteroskedastisitas ……………………………
86
5.6.1.
5.6.1.4.1.
5.6.1.4.
5.6.1.4.
5.6.1.4.
5.6.1.4. Uji Normalitas …………………………………….
87
5.6.2.
5.6.2.
5.6.2.
5.6.2.
5.6.2.
5.6.2. Pengujian Hipotesis …………………………………………..
89
5.6.2.1. Uji F ……………………………………………..
90
5.6.2.2 Uji t ………………………………………………
91
1.
2.
3.
4.
5.
5.1.
5.2.
5.3.
5.4.
5.5.
5.6.
5.6.1.
5.6.2.
5.6.3.
5.6.3. Uji Korelasi …………………………………………………..
92
5.6.4.
5.6.4.
5.6.4. Uji Koefisien Determinasi (R2) ……………………………….
94
5.7. Hasil Analisis Regresi Berganda ……………………………………….
95

BAB VI PENUTUP

1.
2.
3.
4.
5.
6.
6.1. Kesimpulan ……………………………………………………………..
97
6.2. Saran ……………………………………………………………………
99

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ..………………………… 38

Gambar 5.1 Kurva Pengaruh Pertumbuhan Aset terhadap ROA …... 80

Gambar 5.2 Kurva Pengaruh DER terhadap ROA ………………… 82

Gambar 5.3 Uji Heteroskedastisitas ……………………………….. 86

Gambar 5.4 Uji Normalitas Histogram ……………………………. 88

Gambar 5.5 Uji Normalitas Probability Residual …………………. 88


DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Perhitungan Pertumbuhan Aset PT. Semen Tonasa ………………… 76

Tabel 5.2 Perhitungan DER pada PT. Semen Tonasa ………………………… 77

Tabel 5.3 Total ROA pada PT. Semen Tonasa ……………………………….. 79

Tabel 5.4 Data Pertumbuhan Aset dan ROA ………………………………….. 80

Tabel 5.5 Data Pertumbuhan DER dan ROA …………………………………. 81

Tabel 5.6 Statistik Deskriptif Variabel Independen ………………………….. 82

Tabel 5.7 Uji Multikulinearitas ………………………………………………. 84


Tabel 5.8 Uji Autokorelasi …………………………………………………… 85

Tabel 5.9 Hasil Uji F ……………………………………...………………….. 90

Tabel 5.10 Hasil Uji t …………………………………………………………. 91

Tabel 5.11 Uji Korelasi ……………………………………………........……. 93

Tabel 5.12 Koefisien Determinasi (R2) ………………………………………. 94

Tabel 5.13 Hasil Analisis Regresi Berganda …………………………………. 95

ABSTRAK

JULIANVIDIANI TJIKOUWA. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Struktur Modal Pada PT. Semen Tonasa di Pangkep (dibimbing
oleh Maat Pono dan Idayanti).
Kinerja suatu perusahaan ditentukan oleh seberapa baiknya suatu
perusahaan dalam mengelola modal kerja sehingga dapat memperoleh
profitabilitas yang maksimal. Dalam usahanya untuk memperoleh profit, dapat
dilihat melalui indikator struktur modal pada PT. Semen Tonasa.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal pada PT. Semen Tonasa dengan pertumbuhan aset
dan Debt Equity to Ratio yang merupakan variabel independen yang akan
menjelaskan pengaruhnya terhadap profitabilitas (ROA) sebagai variabel
dependen dalam mencapai kinerja yang maksimal bagi perusahaan. Teknik
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan
pengolahan data menggunakan SPSS 19.
Dari hasil pengujian statistik nilai t, hanya variabel pertumbuhan aset dan
struktur modal berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Sedangkan hasil
pengujian secara simultan diperoleh bahwa variabel pertumbuhan aset dan Debt
Equity to Ratio secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal dengan nilai Fhitung sebesar 3,217 dan signifikansi 0,003 pada taraf
kepercayaan 95% pada PT Semen Tonasa. Variabel bebas mampu menjelaskan
76,3% terhadap variabel terikat (ROA) dan sisanya 22,7% merupakan variabel-
variabel yang tidak termasuk dalam model estimasi.

Kata Kunci : Stuktur Modal, Pertumbuhan Aset, Return On Asset, dan Debt
Equity to Ratio

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan krisis multi dimensi yang melanda Indonesia, banyak

masalah dan penderitaan yang dialami bangsa ini. Yang termasuk menonjol
adalah dalam aspek ekonomi, yakni terpuruknya kegiatan ekonomi karena

semakin banyak perusahaan yang bangkrut, perbankan yang dilikuidasi dan

meningkatnya jumlah tenaga kerja yang menganggur. Persaingan dalam

dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah membuat suatu

perusahaan berusaha meningkatkan nilai perusahaan. Meningkatkan nilai

perusahaan salah satunya dapat dilakukan melalui peningkatan kemakmuran

kepemilikan atau pemegang saham. Keberadaan para pemegang saham dan

peranan manajemen sangatlah penting dalam menentukan besar keuntungan

yang nantinya akan diperoleh.

Menghadapi kondisi demikian, setiap perusahaan dituntut untuk mampu

membaca dan melihat situasi yang terjadi sehingga dapat melakukan

pengelolaan fungsi-fungsi manajemen dengan baik di bidang pemasaran,

produksi, sumber daya manusia, dan keuangan dengan baik agar dapat lebih

unggul dalam persaingan.

Suatu keputusan yang diambil manajer dalam suatu pembelanjaan adalah

1 sifat dan biaya dari sumber dana yang


harus dipertimbangkan secara teliti

akan dipilih karena masing-masing sumber dana tersebut memiliki

konsekuensi finansial yang berbeda. Sumber dana perusahaan adalah semua

perkiraan yang terdapat pada sisi pasiva neraca, mulai dari utang dagang

hingga laba ditahan. Kesemuanya itu lebih dikenal sebagai struktur keuangan.

Kebutuhan modal akan sangat penting dalam membangun dan menjamin

kelangsungan perusahaan selain faktor pendukung lainnya. Modal

dibutuhkan setiap perusahaan, apalagi jika perusahaan tersebut akan


melakukan ekspansi. Oleh karena itu, perusahaan harus tahu berapa besarnya

modal yang dibutuhkan untuk memenuhi atau membiayai usahanya.

Kebutuhan akan modal tersebut dapat dipenuhi dari berbagai sumber dan

mempunyai jenis yang berbeda-beda. Modal terdiri atas ekuitas (modal

sendiri) dan hutang (debt), perbandingan hutang dan modal sendiri dalam

struktur finansial perusahaan disebut struktur modal.

Dalam kegiatan usahanya pemilik perusahaan melimpahkan tanggung

jawab kepada pihak lain yaitu manajer. Manajer harus mampu menghimpun

modal, baik yang bersumber dari dalam perusahaan maupun yang bersumber

dari luar perusahaan yang efisien, dalam arti keputusan pendanaan tersebut

mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan.

Biaya modal yang timbul dari keputusan pendanaan tersebut merupakan

konsekuensi yang secara langsung timbul yang diambil dari keputusan

manajer. Ketika manajer menggunakan hutang, biaya modal yang timbul

adalah sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur. Sedangkan jika

manajer menggunakan dana internal atau dana sendiri akan timbul

opportunity cost dari dana atau modal sendiri yang digunakan. Keputusan

pendanaan yang dilakukan secara tidak cermat akan menimbulkan biaya tetap

dalam bentuk biaya modal yang tinggi, yang selanjutnya dapat berakibat pada

rendahnya profitabilitas perusahaan.

Sumber dana dapat dibedakan menjadi, sumber dana perusahaan intern

dan sumber dana perusahaan ekstern. Dana intern adalah dana yang dibentuk

atau dihasilkan sendiri dalam perusahaan yaitu laba ditahan dan akumulasi
depresiasi. Dana ekstern adalah dana dari para kreditur dan pemilik, peserta

atau pengambil bagian dalam perusahaan. Metode pemenuhan kebutuhan

akan dana dengan cara ini disebut dengan metode pembelanjaan dengan

hutang (debt financing). Sedangkan dana pemilik, peserta pengambil bagian

dalam perusahaan akan menjadi modal sendiri perusahaan tersebut. Metode

pemenuhan dana dengan cara ini disebut metode pembelanjaan modal sendiri

(equity financing).

Penentuan proporsi hutang dan modal dalam penggunaannya sebagai

sumber dana perusahaan berkaitan erat dengan istilah struktur modal.

Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara hutang jangka

panjang dan modal sendiri (Weston and Copeland, 1997). Dalam mengambil

keputusan yang berhubungan dengan struktur modal, manajemen yang

kekayaannya tidak terdiversifikasi secara baik mungkin cenderung

mengambil keputusan yang menguntungkan mereka dan tidak terlalu

berisiko. Hal ini karena pendapatan, masa jabatan dan sebagian dari kekayaan

mereka hanya tergantung dari perusahaan yang mempekerjakan mereka.

Pengertian struktur modal itu sendiri adalah bauran (proporsi) pendanaan

permanen jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh hutang, ekuitas

saham preferen dan saham biasa (Van Home dan Wachowicz, 1997).

Sedangkan struktur modal perusahaan adalah pembiayaan permanen yang

terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang

saham. Menurut Weston and Copeland (1996) struktur keuangan adalah cara

bagaimana perusahaan membiayai aktivanya dan dapat dilihat pada seluruh


sisi kanan neraca yang terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka

panjang, dan modal pemegang saham. Jadi, struktur modal suatu perusahaan

hanya sebagian dari struktur keuangannya.

Menurut Brigham dan Houston (2001) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi keputusan struktur modal perusahaan, antara lain: stabilitas

penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan,

profitabilitas, pajak, pengawasan, sifat manajemen, sikap kreditur dan

konsultan, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas

keuangan. Dalam penelitian ini tidak akan dibahas semua faktor yang

mempengaruhi keputusan struktur modal perusahaan, hanya beberapa faktor

yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu antara lain: pertumbuhan asset

(Growth of Asset) dan profitabilitas.

Pertumbuhan aset merupakan variabel yang dipertimbangkan dalam

keputusan hutang. Biasanya biaya emisi perusahaan akan lebih besar dari

biaya penerbitan surat hutang. Dengan demikian, perusahaan yang tingkat

pertumbuhannya lebih tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang,

sehingga ada hubungan positif antar growth dan debt ratio. Perusahaan yang

mempunyai tingkat pertumbuhan tinggi cenderung menggunakan sumber

dana dari luar. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus

lebih banyak ,mengandalkan modal eksternal daripada perusahaan yang

lambat pertumbuhannya. Untuk variabel pertumbuhan aset, pertumbuhan aset

berpengaruh positif terhadap struktur modal.


Tingkat profitabilitas suatu perusahaan menjadi salah satu faktor yang

dipertimbangkan dalam kebijakan struktur modal. Dikutip dari Brigham dan

Gapenski, perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi cenderung

menggunakan hutang tetapi perusahaan dengan tingkat pengembalian yang

rendah cenderung menggunakan hutang yang besar untuk membiayai

aktivitas perusahaan.

Penelitian ini mencoba untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang

berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan PT. Semen Tonasa periode

2006-2010.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pertumbuhan aset dan struktur modal yang diuji pengaruhnya terhadap

profitabilitas.

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul “Analisis

Pertumbuhan Aset dan Struktur Modal yang Mempengaruhi Profitabilitas

Perusahaan pada PT. Semen Tonasa di Pangkep”.

1.2. Rumusan Masalah

Dilihat dari sisi perusahaan, setiap perusahaan pasti membutuhkan dana

dan pemenuhan dana tersebut dapat berasal dari sumber intern maupun
sumber ektern, namun umumnya perusahaan menggunakan modal sendiri

sebagai modal permanen daripada modal asing (hutang). Perusahaan dalam

memilih struktur modal harus melihat faktor yang berpengaruh sesuai dengan

kondisi dari perusahaan itu sendiri. Selain itu dilihat dari sisi investor, hal

penting yang dapat mempengaruhi investor dalam menentukan investasi

adalah pengharapan mereka dalam memperoleh laba sebanyak-banyaknya.

Masalah perolehan laba disini menjadi sangat penting karena hal tersebut

berhubungan dengan pendapatan atau keuntungan yang nantinya akan

diterima oleh investor tersebut yang tercermin dari struktur modal yang

dimiliki perusahaan, hal ini dapat dipakai sebagai sinyal oleh investor

mengenai prospek perusahaan di masa mendatang.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang

mempengaruhi struktur modal antara lain tingkat pertumbuhan, pajak,

profitabilitas, struktur aktiva, resiko bisnis, ukuran perusahaan, sikap

manajer, sikap pemberi pinjaman, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan,

fleksibilitas keuangan dan sebagainya. Namun hanya variabel pertumbuhan

aset dan profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini.

Penelitian ini mencoba menganalisis perusahaan PT. Semen Tonasa di

Pangkep mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modalnya.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal dan yang


menjadi pertanyaan dalam penelitian (research question) adalah sebagai

berikut:

1. Apakah pertumbuhan aset dan profitabilitas berpengaruh secara

simultan terhadap struktur modal pada PT. Semen Tonasa ?

2. Variabel manakah yang paling berpengaruh dominan terhadap struktur

modal ?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.

1.3.1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian, maka

tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pertumbuhan aset

dan struktur modal.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis variabel yang paling dominan

pengaruhnya terhadap profitabilitas.

1.
1.1.

1.2.

1.2.1.

1.2.2.

1.3.2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Bagi manajemen perusahaan dapat dijadikan pertimbangan dalam

penentuan profitabilitas yang optimal.

2. Bagi akademis penelitian ini memberikan bukti empiris mengenai

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap DER sehingga dapat

memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam

mengenai kebijakan struktur modal yang optimal.

3. Bagi investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk

pengambilan keputusan investasi pada perusahaan yang akan

ditanamkan dananya dengan melihat profitabilitas perusahaan

tersebut.

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini berisi penjelasan tentang isi yang terkandung

dari masing-masing bab secara singkat dari keseluruhan isi skripsi ini. Skripsi

ini disajikan dengan sistematika sebagai berikut:


Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, yang menampilkan landasan

pemikiran secara garis besar baik dalam teori maupun fakta yang ada menjadi

salah satu alasan dibuatnya penelitian ini. Perumusan masalah berisi

mengenai pernyataan tentang keadaan, fenomena dan atau konsep yang

memerlukan jawaban melalui penelitian. Tujuan dan kegunaan penelitian

yang merupakan hal yang diharapkan dapat dicapai mengacu pada latar

belakang masalah, perumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Pada

bagian terakhir bab ini adalah sistem penulisan, diuraikan mengenai

ringkasan materi yang akan dibahas pada setiap bab yang ada dalam skripsi.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini menguraikan landasan teori, yang berisi jabaran teori-teori dan

menjadi dasar dalam perumusan hipotesis serta membantu dalam analisis

hasil penelitian. Kerangka pemikiran adalah skema yang dibuat untuk

menjelaskan secara singkat permasalahan yang akan diteliti. Hipotesis adalah

pernyataan yang disimpulkan dari tinjauan pustaka, serta merupakan jawaban

sementara atas masalah penelitian.

Bab III Metode Penelitian

Dalam bab ini akan menguraikan variabel penelitian dan definisi operasional

dimana diskripsi terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian akan

dibahas sekaligus pendefinisian secara operasional. Jenis dan sumber data


adalah gambaran tentang jenis data yang digunakan untuk variabel penelitian.

Metode analisis mengungkapkan bagaimana gambaran model analisis yang

digunakan dalam penelitian.

Bab IV Gambaran Umum Perusahaan

Membahas secara singkat tentang perusahaan, visi dan misi, sistem

manajemen, tujuan perusahaan, produk, sistem pemasaran, serta struktur

organisasi perusahaan.

Bab V Analisis dan Pembahasan

Menguraikan analisis struktur modal, analisis rasio pertumbuhan asset,

analisis rasio profitabilitas, analisis hubungan variabel beserta ujian hipotesis.

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Membahas mengenai kesimpulan dari analisis yang dilakukan oleh penulias

dan saran yang diberikan penulis terhadap PT. Semen Tonasa sebagai obyek

penelitian terkait kesimpulan analisis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.

2.

2.1. Landasan Teori

Landasan teori ini menjelaskan teori-teori yang mendukung hipotesis serta

sangat berguna dalam analisis hasil penelitian. Landasan teori berisi pemaparan

teori serta argumentasi yang disusun sebagai tuntutan dalam memecahkan

masalah penelitian perumusan hipotesis.

2.1.1. Manajemen Keuangan

Dalam suatu organisasi, pengaturan kegiatan keuangan sering disebut

sebagai manajemen keuangan. Manjemen keuangan menyangkut kegiatan

perencanaan, analisis dan kegiatan pengendalian kegiatan keuangan. Walaupun

berbeda-beda dari suatu perusahaan dengan perusahaan lain tetapi semuanya

memiliki dasar yang sama. Manajemen keuangan adalah keseluruhan aktivitas

yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau

mengalokasikan dana tersebut. Pelaksana dari manajemen keuangan adalah

manajer keuangan. Sebagai contoh perusahaan memerlukan berbagai kekayaan

atau aktiva untuk operasinya. Untuk itu perusahaan perlu mencari dana untuk

membiayai kebutuhan operasional tersebut.


11
Fungsi utama dari manajer keuangan adalah merencanakan,

mencari dan memanfaatkan dana dengan berbagai cara untuk

memaksimumkan efisiensi (daya guna) dari operasi-operasi perusahaan.

Hal ini memerlukan pengetahuan akan pasar uang darimana modal

diperoleh dan bagaimana keputusan-keputusan yang tepat di bidang

keuangan harus dibuat dan efisiensi dalam operasi perusahaan yang

digalakkan. Manajer harus mempertimbangkan berbagai sumber-sumber

keuangan yang luas dan cara-cara menggunakan uang tersebut sewaktu

melakukan pilihan.

Tujuan manajemen keuangan telah terlihat dalam proses penilaian

yang telah dilakukan oleh pasar uang. Tujuan utama manajemen

keuangan adalah memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Tingkah

laku pasar keuangan harus dipakai dalam menetapkan tujuan-tujuan

perusahaan yang bersifat membela kepentingan pemegang saham.

Manajemen keuangan dalam kegiatannya harus mengambil

keputusan tentang:

a. Penggunaan dana, disebut sebagai keputusan investasi.

b. Memperoleh dana, disebut sebagai keputusan pendanaan.

c. Pembagian laba, disebut kebijakan dividen.

Keputusan investasi akan tercermin pada sisi aktiva perusahaan.

Dengan demikian akan mempengaruhi struktur perusahaan, yaitu

perbandingan antara aktiva lancar dan aktiva tetap. Sebaliknya

keputusan pendanaan dan kebijakan dividen akan tercermin dalam sisi


pasiva perusahaan. Apabila hanya memperhatikan dana yang tertanam

dalam jangka waktu yang lama maka perbandingan itu dikatakan sebagai

struktur modal.

Keputusan pendanaan dan kebijakan dividen mempengaruhi

struktur modal tersebut. Keputusan yang diambil oleh manajer keuangan

tersebut ditunjukkan oleh nilai perusahaan. Nilai perusahaan pada

dasarnya sama dengan nilai pasar saham ditambah nilai pasar hutang.

Apabila besarnya nilai hutang konstan maka setiap peningkatan

nilai saham dengan sendirinya akan meningkatkan nilai perusahaan.

Namun bila nilai hutang berubah maka struktur modal akan berubah

pula. Perubahan dana struktur modal akan menguntungkan bagi

pemegang saham jika nilai perusahaan meningkat. Untuk itu penting

bagi manajemen keuangan untuk memahami kondisi perusahaan

perusahaan dan lingkungan keuangan yang dihadapinya, dimana

lingkungan keuangan perusahaan merupakan faktor-faktor eksternal

perusahaan yang mempengaruhi keputusan keuangan yang diambil.

2.1.2. Teori Struktur Modal


Dalam rencana perubahan (balance sheet) yang terdiri dari sisi

aktiva yang mencerminkan struktur kekayaan dan sisi pasiva sebagai

struktur keuangan. Struktur modal sendiri merupakan bagian dari

struktur keuangan yang dapat diartikan sebagai pembelanjaan permanen

yang mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan

modal sendiri. Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan

antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Menurut

Weston dan Copeland (1996) struktur keuangan adalah cara bagaimana

perusahaan membiayai aktivanya dan dapat dilihat pada seluruh sisi

kanan dari neraca yang terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka

panjang, dan modal pemegang saham. Sedangkan struktur modal

perusahaan adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka

panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Jadi, struktur

modal perusahaan hanya merupakan sebagian dari struktur keuangannya.

Sedangkan menurut Van Home dan Wachowicz (1998) struktur modal

adalah bauran (proporsi) pendanaan permanen jangka perusahaan yang

ditunjukkan oleh hutang, ekuitas saham preferen dan saham biasa.

Pemenuhan akan kebutuhan dana dapat diperoleh dengan baik

secara internal perusahaan maupun secara eksternal. Bentuk pendanaan

secara internal (internal financing) adalah laba ditahan dan depresiasi.

Pemenuhan kebutuhan yang dilakukan secara eksternal dapat dibedakan

menjadi pembiayaan hutang (debt financing) dan modal sendiri (equity


financing). Pembiayaan hutang dapat diperoleh melalui pinjaman,

sedangkan modal sendiri melalui penerbitan saham baru.

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan

struktur modal terhadap nilai perusahaan (yang tercermin dari harga

saham perusahaan), kalau keputusan investasi dan kebijakan deviden

dipegang konstan. Dengan kata lain, seandainya perusahaan mengganti

sebagian modal sendiri dengan hutang (atau sebaliknya) apakah harga

saham akan berubah, apabila perusahaan tidak merubah keputusan-

keputusan keuangan lainnya. Dengan kata lain, kalau perubahan struktur

modal tidak mengubah nilai perusahaan, berarti tidak ada struktur modal

yang terbaik. Semua struktur modal adalah baik. Akan tetapi, kalau

dengan merubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka

akan diperoleh struktur modal yang terbaik. Yang dimaksud dengan nilai

perusahaan adalah harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli

apabila perusahaan tersebut dijual. Teori mengenai struktur modal telah

banyak dibicarakan oleh banyak peneliti. Berikut ini akan diuraikan oleh

peneliti-peneliti tersebut.

1.

2.

2.1.

2.1.1.

2.1.2.

2.1.2.1. Teori Modigliani-Miller Model


Teori mengenai struktur modal bermula pada tahun 1958, ketika

Professor Franco Modigliani dan Professor Merton Miller (yang

selanjutnya disebut MM) mempublikasikan artikel keuangan yang paling

berpengaruh yang pernah ditulis yaitu “The Cost of Capital, Corporation

Finance, and The Theory of Investment” . MM membuktikan bahwa

nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya. MM

berpendapat bahwa dalam keadaan pasar sempurna maka penggunaan

hutang adalah tidak relevan dengan nilai perusahaan, tetapi dengan

adanya pajak maka hutang akan menjadi relevan. Namun, studi MM

didasarkan pada sejumlah asumsi yang tidak realistis, antara lain:

a. Tidak ada biaya broker (pialang)

b. Tidak ada pajak

c. Tidak ada biaya kebangkrutan

d. Para investor dapat meminjam dengan tingkat suku

bunga yang sama dengan perseroan

e. Semua investor mempunyai informasi yang sama

seperti manajemen mengenai peluang investasi

perusahaan pada masa mendatang

f. EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan hutang

Tahun 1963, MM menerbitkan makalah lanjutan yang berjudul

“Corporate Income Taxes and The Cost of Capital: A Correction” yang

melemahkan asumsi tidak ada pajak perseroan. Peraturan perpajakan

memperbolehkan pengurangan pembayaran bunga sebagai beban, tetapi


dividen kepada pemegang saham tidak dapat dikurangkan. Perlakuan

yang berbeda ini mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang

dalam struktur modalnya. MM membuktikan bahwa karena bunga atas

hutang dikurangkan dalam perhitungan pajak, maka nilai perusahaan

meningkat sejalan dengan makin besarnya jumlah hutang dan nilainya

akan mencapai titik maksimum bila seluruhnya dibiayai dengan hutang.

Hasil studi MM yang tidak relevan juga tergantung pada asumsi

bahwa tidak ada biaya kebangkrutan. Namun, dalam praktek, biaya

kebangkrutan bisa sangat mahal. Perusahaan yang bangkrut mempunyai

biaya hukum dan akuntansi yang sangat tinggi, serta sulit menahan

pelanggan, pemasok, dan karyawan. Masalah yang terkait kebangkrutan

cenderung muncul apabila perusahaan menggunakan lebih banyak

hutang dalam struktur modalnya. Apabila biaya kebangkrutan semakin

besar, tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemegang saham juga

semakin tinggi. Biaya modal hutang juga akan semakin tinggi karena

pemberi pinjaman akan membebankan bunga yang tinggi sebagai

kompensasi kenaikan risiko kebangkrutan. Oleh karena itu, perusahaan

akan terus menggunakan hutang apabila manfaat hutang (pemanfaat

pajak dari hutang) masih lbih besar dibandingkan dengan biaya

kebangkrutan. Jika biaya kebangkrutan lebih besar dibandingkan dengan

penghematan pajak dari hutang, perusahaan akan menurunkan tingkat

hutangnya. Tingkat hutang yang optimal, dengan demikian modal yang


optimal, terjadi pada saat tambahan penghematan pajak sama dengan

tambahan biaya kebangkrutan.

2.1.2.2. The Trade Off Model

Model trade-off mengasumsikan bahwa struktur modal

perusahaan merupakan hasil trade-off dari keuntungan pajak dengan

menggunakan hutang dengan biaya yang akan timbul sebagai akibat

penggunaan hutang tersebut. Esensi trade-off theory dalam struktur

modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul

sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar,

tambahan hutang masih diperkenankan. Apabila pengorbanan karena

penggunaan hutang sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah

tidak diperbolehkan. Trade-off theory sudah mempertimbangkan

berbagai faktor seperti corporate tax, biaya kebangkrutan, dan

personal tax dalam menjelaskan mengapa suatu perusahaan memilih

struktur modal tertentu. Kesimpulannya adalah penggunaan hutang

akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya pada sampai titik

tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan hutang justru menurunkan

nilai perusahaan tersebut.

Walaupun model trade-off theory tidak dapat menentukan secara

tepat struktur modal yang optimal, namun model tersebut memberikan

kontribusi penting yaitu: (1) perusahaan yang memiliki aktiva yang

tinggi, sebaiknya menggunakan sedikit hutang; (2) perusahaan yang


membayar pajak tinggi sebaiknya lebih banyak menggunakan hutang

dibandingkan perusahaan yang membayar pajak rendah.

2.1.2.3. Pecking Order Theory

Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun

1961, sedangkan penamaan pecking order theory dilakukan oleh

Myers pada tahun 1984. Teori ini disebut pecking order karena teori

ini menjelaskan bagaimana perusahaan akan menentukan hierarki

sumber dana yang paling disukai. Secara ringkas teori tersebut

menyatakan bahwa:

1. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari

hasil operasi perusahaan).

2. Perusahaan berusaha menyesuaikan rasio pembagian

dividen yang ditargetkan dengan berusaha menghindari

perubahan pembayaran dividen secara drastis.

3. Kebijakan dividen yang relatif segan untuk diubah, disertai

dengan fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi

yang tidak bisa diduga, mengakibatkan bahwa dana hasil

operasi kadang-kadang melebihi kebutuhan dana untuk

investasi, meskipun pada kesempatan yang lain, mungkin

kurang. Apabila dana hasil operasi kurang dari kebutuhan

investasi, maka perusahaan akan mengurangi saldo kas atau

menjual sekuritas yang dimiliki.


4. Apabila pendanaan dari luar (external financing)

diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas

yang paling “aman” terlebih dahulu yaitu dengan

penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang

berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru

akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru

diterbitkan.

Implikasi pecking order theory adalah perusahaan tidak

menetapkan struktur modal optimal tertentu, tetapi perusahaan

menetapkan kebijakan prioritas sumber dana. Pecking order

theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan

yangmenguntungkan umumnya meminjam dalam jumlah

sedikit. Hal tersebut bukan karena perusahaan mempunyai

target debt ratio yang rendah, tetapi karena memerlukan

external financing yang sedikit. Sedangkan perusahaan yang

kurang menguntungkan cenderung mempunyai hutang yang

lebih besar karena dana internal tidak cukup dan hutang

merupakan sumber eksternal yang paling disukai. Penggunaan

dana eksternal dalam bentuk hutang lebih disukai daripada

modal sendiri karena dua alasan: pertama, pertimbangan biaya

emisi dimana biaya emisi obligasi akan lebih murah daripada

biaya emisi saham baru. Hal ini disebabkan karena penerbitan

saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua,


manajer khawatir penerbitan saham baru akan ditafsirkan

sebagai kabar buruk kepada pemodal, dan membuat harga

saham akan turun, hal ini disebabkan antara lain oleh

kemungkinan adanya ketidaksamaan informasi antara pihak

manajemen dengan pihak pemodal.

1.

2.

2.1.

2.1.3

2.1.3

2.1.2.1.

2.1.2.2.

2.1.2.3.

2.1.2.4. Agency Theory

Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William

H. Meckling (1976). Mneurut pendekatan ini, struktur modal

disusun sedemikian rupa untuk mengurangi konflik antar

berbagai kelompok kepentingan. Manajemen merupakan agen

dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para

pemegang saham berharap agen akan bertindak atas

kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang

kepada agen. Untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik,

manajemen harus diberikan imbalan dan pengawasan yang


memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti

pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan

pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen.

Kegiatan pengawasan membutuhkan biaya yang disebut dengan

biaya agensi. Biaya agensi adalah biaya-biaya yang

berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk

meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai

dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan

pemegang saham.

Pada dasarnya agency theory adalah teori mengenai

struktur kepemilikan perusahaan yang dikelola oleh manajer

bukan pemilik, berdasarkan kenyataan bahwa manajer

professional bukan agen yang sempurna dari pemilik

perusahaan, dengan demikian belum tentu selalu bertindak

untuk kepentingan pemilik. Dengan kata lain, manajer sebagai

manusia rasional, dalam pengambilan keputusan perusahaan

akan memaksimalkan kepuasan dirinya sendiri. Jensen dan

Meckling (1976) dalam Weston dan Copeland (1996)

menyatakan bahwa masalah keagenan berhubungan dengan

penggunaan ekuitas eksternal. Misalnya sebuah perusahaan

yang semula dimiliki seluruhnya oleh satu orang, maka semua

tindakannya hanya mempengaruhi posisinya sendiri. Jika

pemilik yang juga manajer perusahaan itu menjual sebagian dari


sahamnya kepada orang lain, maka akan timbul konflik

kepentingan. Keuntungan sampingan yang dibayarkan kepada

pemilik manajer yang semula sepenuhnya dinikmati sendiri,

sekarang dibayar sebagian kepada pemilik baru.

2.1.2.5. Signaling Theory

Isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil

manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor

tentang bagaimana manajemen memandang prospek

perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan

akan mencoba menghindari penjualan saham dan

mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-

cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target

struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang

kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual

sahamnya, yang berarti mencari investor baru untuk berbagi

kerugian. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan

umumnya merupakan suatu isyarat bahwa manajemen

memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu

perusahaan menawarkan penjualan saham baru, lebih sering dari

biasanya, maka harga sahamnya akan menurun karena

menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif


yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun harga

prospek perusahaan cerah.

2.1.2.6. Asymetric Information Theory

Asymmetric information atau ketidaksamaan informasi

menurut Brigham and Houston (2001) adalah situasi dimana

manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik)

mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor.

Ketidaksamaan informasi ini terjadi karena pihak manajemen

mempunyai informasi yang lebih banyak daripada para

pemodal. Dengan demikian, pihak manajemen berpikir bahwa

harga saham saat ini sedang overvalue (sangat mahal). Kalau

hal ini yang dieprkirakan terjadi, maka manajemen tentu akan

berpikir untuk lebih baik menawarkan saham baru (sehingga

dapat dijual dengan harga yang mahal dari yang seharusnya).

Tetapi pemodal akan menafsirkan kalau perusahaan

menawarkan saham baru, salah satu kemungkinannya adalah

harga saham saat ini sedang terlalu mahal (sesuai dengan

persepsi dengan manajemen). Sebagai akibatnya para pemodal

akan menawar harga saham tersebut dengan harga yang lebih

rendah. Oleh karena itu emisi saham baru akan menurunkan

harga saham.

2.2.
2.1.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Perusahaan

Beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan yaitu

tingkat pertumbuhan, penjualan, stabilitas penjualan, karakteristik industri,

struktur aktiva, sikap manajemen, dan sikap pemberi pinjaman. Menurut Weston

dan Brigham (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan

adalah stabilitas perusahaan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat

pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi

pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas, kondisi pasar, kondisi internal

perusahaan, dan fleksibilitas internal perusahaan. Yang paling mempengaruhi

struktur modal perusahaan adalah lokasi distribusi keuntungan, stabilitas

penjualan dan keuntungan, kebijakan dividen, pengendalian dana resiko

kebangkrutan. Menurut Bambang Riyanto (2001) faktor-faktor yang

mempengaruhi struktur modal antara lain tingkat bunga, stabilitas pendapatan,

susunan aktiva, kadar resiko aktiva, besarnya jumlah modal yang dibutuhkan,

keadaan pasar modal,sifat manajemen, besarnya suatu perusahaan.

Dalam penelitian ini, menggunakan variabel pertumbuhan aktiva dan

profitabilitas sebagai faktor yang mempengaruhi struktur modal

poerusahaan.

1.

2.

2.1.
2.1.1.

2.1.2.

2.1.3.

2.1.3.1. Pertumbuhan Aktiva (Growth of Assets)

Aset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional

perusahaan. Semakin besar aset diharapkan semakin besar hasil operasi

yang dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan aset yang diikuti

peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak

luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar

terhadap perusahaan, maka proporsi hutang akan semakin besar

dibandingkan modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditor

atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya

asset yang dimiliki perusahaan.

Perusahaan yang struktur asetnya fleksibel, cenderung menggunakan

leverage yang fleksibel dimana adanya kecenderungan menggunakan

leverage yang lebih besar daripada perusahaan yang struktur asetnya tidak

fleksibel. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus lebih

banyak mengandalkan pada modal eksternal. Floating cost pada emisi

saham biasa adalah lebih tinggi dibanding pada emisi obligasi. Dengan

demikian perusahaan dengan tingkat pertumbuhan aset yang tinggi

cenderung lebih banyak menggunakan hutang (obligasi) dibanding

perusahaan yang lambat pertumbuhannya.


Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang

dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk

mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya

perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya di bidang penjualan,

sediaan, penagih piutang dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio aktivitas

juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam

melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio

aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam

mengelola asset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya.

Dari hasil pengukuran ini, akan diketahui berbagai hal yang berkaitan

dengan aktivitas perusahaan sehingga manejemen dapat mengukur kinerja

mereka selama ini. Hasil yang diperoleh misalnya dapat diketahui

seberapa lama penagihan suatu piutang dalam periode tertentu. Kemudian

hasil ini dibandingkan dengan target yang telah ditentukan atau

dibandingkan dengan hasil pengukuran beberapa periode sebelumnya. Di

samping itu, rasio ini juga digunakan untuk mengukur hari rata-rata

sediaan tersimpan di gudang, perputaran modal kerja, perputaran aktiva

tetap dalam satu periode, penggunaan seluruh aktiva terhadap penjualan

dan rasio lainnya.

Dengan demikian, dari hasil pengukuran ini jelas bahwa kondisi

perusahaan periode ini mampu atau tidak untuk mencapai target yang

ditentukan. Apabila tidak mampu untuk mencapai target, pihak


manajemen harus mencari sebab-sebab tidak tercapainya target yang telah

ditentukan tersebut. Kemudian, dicarikan upaya perbaikan yang

dibutuhkan. Namun, apabila mampu mencapai target yang telah

ditentukan, hendaknya dapat dipertahankan atau ditingkatkan untuk

periode berikutnya.

Penggunaan rasio aktivitas adalah dengan cara membandingkan

antara tingkat penjualan dengan investasi dalam aktiva untuk satu

periode. Artinya diharapkan adanya keseimbangan seperti yang

diinginkan antara penjualan dengan aktiva seperti sediaan, piutang dan

aktiva tetap lainnya. Kemampuan manajemen untuk menggunakan dan

mengoptimalkan aktiva yang dimiliki merupakan tujuan utama rasio ini.

Dalam praktiknya rasio aktivitas yang digunakan perusahaan

memiliki beberapa tujuan yang hendak dicapai. Rasio aktivitas juga

memberikan banyak manfaat bagi kepentingan perusahaan maupun bagi

pihak luar perusahaan, untuk masa sekarang maupun di masa yang akan

datang.

Berikut ini adalah beberapa tujuan yang hendak dicapai perusahaan

dari penggunaan rasio aktivitas antara lain:

1. Untuk mengukur berapa lama penagih piutang selama satu periode

atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam

satu periode;
2. Untuk menghitung hari rata-rata penghasilan piutang (days of

receivable), di mana hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah hari

(berapa hri) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih;

3. Untuk menghitung berapa hari rata-rata sediaan tersimpan dalam

gudang;

4. Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal

kerja berputar dalam satu periode atau berapa penjualan yang dapat

dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan (working capital turn

over);

5. Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva

tetap berputar dalam satu periode;

6. Untuk menggukur penggunaan semua aktiva perusahaan

dibandingkan dengan penjualan.

Kemudian, disamping tujuan yang ingin dicapai di atas, terdapat

beberapa manfaat yang dapat dipetik dari rasio aktivitas, yakni sebagai

berikut.

1. Dalam bidang piutang

a. Perusahaan atau manajemen dapat mengetahui berapa lama

piutang mampu ditagih selama satu periode. Kemudian,

manajemen juga dapat mengetahui berapa kali dana yang

ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Dengan

demikian, dapat diketahui efektif atau tidaknya kegiatan

perusahaan dalam bidang penagihan.


b. Manajemen dapat mengetahui jumlah hari dalam rata-rata

penagihan piutang (days of receivable) sehingga manajemen

dapat pula mengetahui jumalh hari (berapa hari) piutang tersebut

rata-rata tidak dapat ditagih.

2. Dalam bidang sediaan

Manajemen dapat mengetahui hari rata-rata sediaan tersimpan dalam

gudang. Hasil ini dibandingkan dengan target yang telah ditentukan

atau rata-rata industry. Kemudian perusahaan dapat pula

membandingkan hasil ini dengan pengukuran rasio beberapa periode

yang lalu.

3. Dalam bidang modal kerja dan penjualan.

Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan

dalam modal kerja berputar dalam satu periode atau dengan kata lain,

berapa penjualan yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang

digunakan.

4. Dalam bidang aktiva dan penjualan.

a. Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan

dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.

b. Manajemen dapat mengetahui penggunaan semua aktiva

perusahaan dibandingkan dengan penjualan dalam suatu periode

tertentu.

Rasio aktivitas yang dapat digunakan manajemen untuk mengambil

keputusan terdiri dari beberapa jenis. Penggunaan rasio yang diinginkan


sangat tergantung dari keinginan manajemen perusahaan. Artinya lengkap

tidaknya rasio aktivitas yang akan digunakan tergantung dari kebutuhan

dan tujuan yang ingin dicapai pihak manajemen perusahaan tersebut.

Secara umum apabila seluruh rasio aktivitas yang ada digunakan,

akan mampu memperlihatkan efektifitas perusahaan secara maksimal,

jika dibandingkan dengan penggunaan hanya sebagian saja.

Berikut ini beberapa jenis-jenis rasio aktivitas yang dirangkum dari

beberapa ahli keuangan, yaitu:

1. Perputaran piutang (receivable turn over); merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama

satu periode, atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini

berputar dalam satu periode.

2. Hari rata-rata pengihan piutang (days of receivable).

3. Perputaran sediaan (inventory turn over); merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam

sediaan ini berputar dalam satu periode.

4. Hari rata-rata penagihan sediaan (days of inventory).

5. Perputaran modal kerja (working capital turn over); merupakan raio

yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan

dalam modal kerja berputar dalam satu periode atau berapa penjualan

yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan.


6. Perputaran aktiva tetap (fixed assets turn over); merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam

aktiva tetap berputar dalam satu periode.

7. Perputaran aktiva (asset turn over); merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan dan jumlah

penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.

2.1.3.2. Profitabilitas

Pofitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam

memperoleh laba. Para investor menanamkan saham adalah

untuk mendapatkan return, yang terdiri dari yield dan capital

gain. Semakin tinggi kemampuan memperoleh laba, maka

semakin besar return yang diharapkan investor. Seringkali

pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat

pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang

yang relatif kecil. Meskipun tidak ada pembenaran teoritis

mengenai hal ini, namun penjelasan praktis atas kenyataan ini

adalah bahwa perusahaan yang profitable tidak memerlukan

banyak pembiayaan dengan hutang. Tingkat pengembaliannya

yang sangat tinggi memungkinkan perusahaan tersebut untuk

membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka

dengan dana yang dihasilkan secara internal.


Fungsi manajemen keuangan dalam kaitannya dengan

profitabilitas akan membuat seorang manajer keuangan perlu

membuat keputusan. Beberapa fungsi spesifik yang berkaitan

dengan profitabilitas yaitu (Hampton, 1990):

1. Pengaturan Biaya. Posisi manajer keuangan adalah

memonitor dan mengukur jumlah uang yang dikeluarkan

dan dianggarkan dengan perusahaan. Ketika terjadi

kenaikan biaya, manajer dapat membuat rekomendasi yang

diperlukan agar dapat dikendalikan.

2. Penentuan Harga. Manajer keuangan dapat mensuplai

informasi mengenai harga, perubahan biaya serta profit

margin yang diperlukan agar bisnis dapat berjalan lancar

dan sukses.

3. Memproyeksi keuntungan. Manajer keuangan bertanggung

jawab untuk mendapatkan dan menganalisis data relevan

dan membuat proyeksi keuntungan perusahaan. Untuk

memperkirakan keuntungan dari penjualan di masa yang

akan datang, perusahaan perlu mempertimbangkan biaya

dan perubahan kemapuan perusahaan untuk menjual barang

dan harga yang telah ditetapkan.

4. Mengukur keuntungan yang diisyaratkan. Keuntungan yang

diisyaratkan harus diperkirakan dari proposal sebelum

diterima. Kadang dikenal sebagai biaya modal.


Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting

adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-

hal lainnya. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah

ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik,

karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi

baru. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut

harus mampu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan. Artinya,

besarmya keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan

dan bukan berarti asal untung. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu

perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang

dikenal juga dengan nama rasio rentabilitas.

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan

ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini

ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan

investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi

perusahaan.

Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan

perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan,

terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran

dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar

terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik


penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan

tersebut.

Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja

manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau

tidak. Jika berhasil mencapai target yang telah ditentukan, mereka

dikatakan telah berhasil mencapai target untuk periode atau beberapa

periode. Namun, sebaliknya jika gagal atau tidak berhasil mencapai target

yang telah ditentukan, ini akan menjadikan pelajaran bagi manajemen

untuk period eke depan. Kegagalan ini harus diselidiki dimana letak

kesalahan dan kelemahannya sehingga kejadian tersebut tidak terulang.

Kemudian, kegagalan atau kelemahan dapat dijadikan sebagai bahan

acuan untuk perencanaan laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk

menggantikan manajemen yang baru terutama setelah manajemen lama

mengalami kegagalan. Oleh karena itu, rasio ini sering disebut sebagai

salah satu alat ukur kinerja manajemen.

Seperti rasio-rasio lain yang sudah dibahas sebelumnya, rasio

profitabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi pemilik

usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak di luar perusahaan,

terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan

perusahaan.

Tujuan penggunaan profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak

luar perusahaan, yaitu:


1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan

dalam satu periode tertentu.

2. Untuk menilai laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang.

3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri.

5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal sendiri.

7. Dan tujuan lainnya.

Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk:

1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam

satu periode;

2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang;

3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu;

4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri;

5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri;

6. Manfaat lainnya.
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis

rasio profitabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio

profitabilitas digunakan untuk menilai serta mengukur posisis keuangan

perusahaan dalam suatu periode tertentu atau untuk beberapa periode.

Penggunaan seluruh atau sebagian rasio profitabilitas tergantung dari

kebijakan manajemen. Jelasnya semakin lengkap, jenis rasio yang

digunakan, semakin sempurna hasil yang akan dicapai. Artinya

pengetahuan tentang kondisi dan posisi profitabilitas perusahaan dapat

diketahui secara sempurna.

Dalam praktiknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat

digunakan adalah:

1. Profit margin (profit margin on sales) digunakan untuk mengukur

margin laba atas penjualan pada suatu periode tertentu atau beberapa

periode.

2. Return on investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan hasil

(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau

suatu ukuran tentang aktivitas manajemen.

3. Return on Equity (ROE) atau rentabilitas modal sendiri merupakan

rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan ekuitas.

4. Earning per share of common stock atau rasio laba per lembar saham

atau disebut juga rasio nilai buku untuk mengukur keberhasilan

manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham


2.1.4. Penngaruh Pertumbuhan Aset Terhadap Profitabilitas

Peningkatan aset yang diikuti dengan peningkatan hasil operasi

akan semakin menambah kepercayan pihak luar terhadap perusahaan.

Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar (kreditor) terhadap

perusahaan, maka proporsi hutang semakin besar daripada modal

sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditor atas dana yang

ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya aset yang

dimiliki perusahaan.

Di sisi lain peningkatan proporsi hutang yang lebih besar daripada

modal sendiri menunjukkan debt to equity ratio semakin besar.

Dengan demikian pertumbuhan aset diprediksi berpengaruh positif

terhadap struktur modal.

2.1.5. Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas

Pada umumnya perusahaan lebih menyukai pendapatan yang

mereka terima digunakan sebagai sumber utama dalam pembiayaan

untuk investasi. Apabila sumber dari dalam perusahaan tidak

mencukupi maka alternatif lain yang digunakan dengan menggunakan

hutang baru kemudian mengeluarkan saham baru sebagai alternatif

terakhir untuk pembiayaan. Struktur modal perusahaan ini akan

mencerminkan permintaan kumulatif untuk pembiayaan yang

eksternal. Perusahaan yang dapat menghasilkan laba yang besar

dengan tingkat pertumbuhan yang lambat akan mempunyai tingkat


debt to equity ratio yang rendah jika dibanding dengan rata-rata

industri yang ada. Di lain pihak perusahaan yang cukup

menguntungkan dalam industri yang sama akan memiliki tingkat debt

to equity (DER) yang relatif tinggi.

Meningkatnya net profit margin akan meningkatkan daya tarik

pihak eksternal (investor dan kreditur), dan jika kreditur semakin

tertarik untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan, sangat

memungkinkan debt equity to ratio semakin meningkat (dengan

asumsi peningkatan hutang relatif lebih tinggi daripada peningkatan

modal sendiri). Dengan demikian hubungan antara NPM dan debt to

equity ratio diharapkan mempunyai hubungan positif.

1.

2.

2.1.

2.2. Kerangka Pemikiran

Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen

dan variabel independen. Variabel dependen yang berupa profitabilitas

perusahaan yang diproksi dengan DER. Variabel dependen dalam penelitian

ini berupa pertumbuhan aktiva (growth of asset) dan struktur modal sebagai

faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan.

Berdasarkan landasan teori dan tujuan penelitian, maka sebagai dasar

untuk merumuskan hipotesis, berikut disajikan kerangka pemikiran yang


dituangkan ke dalam model penelitian pada gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

tersebut menunjukkan variabel independen baik secara parsial maupun

simultan terhadap struktur modal perusahaan PT. Semen Tonasa.

Kerangka Pemikiran Teoritis

PT. SEMEN TONASA

STRUKTUR MODAL ASET

PROFITABILITAS Operasional
Perusahaan

Gambar 2.1

Sumber: (Julianvidiani, 2011)


2.3. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini merupakan pernyataan

singkat yang disimpulkan dari tinjauan pustaka dan merupakan jawaban

sementara dari permasalahan yang perlu diujikan kembali. Suatu hipotesis

akan diterima jika hasil analisis data empiris membuktikan bahwa hipotesis

tersebut benar, begitu pula sebaliknya. Adapun hipotesis yang penulis ajukan

adalah :

1. Diduga pertumbuhan aset dan struktur modal berpengaruh terhadap

profitabilitas.

2. Diduga variabel yang berpengaruh simultan (positif/ signifikan) terhadap

profitabilitas adalah pertumbuhan aset.


BAB III

METODE PENELITIAN

1.

2.

3.

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Semen Tonasa yang berlokasi di desa Biring

Ere, kecamatan Bugoro, kabupaten Pangkep.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode:

1) Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan observasi langsung dan

wawancara dengan beberapa staf dan karyawan guna memperoleh data

yang digunakan dalam penelitian ini.

2) Metode Dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan , mencatat, dan

mengkaji data sekunder yang berupa laporan keuangan PT. Semen

Tonasa.

3.3. Jenis dan Sumber Data

3.3.1. Jenis Data


a. Data Kualitatif, yaitu jenis data yang berupa informasi lisan maupun

tulisan, dan bukan dalam bentuk angka.

b. Data Kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka yang diperoleh


41
dari laporan-laporan yang berhubungan dengan penelitian ini.

1.

2.

3.

3.1.

3.2.

3.3.

3.3.2. Sumber Data

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan dan

wawancara secara langsung pada perusahaan yang bersangkutan, seperti

besarnya volume penjualan, laba perusahaan, jumlah biaya, dan

sebagainya.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari luar perusahaan berupa

buku-buku dan literatur yang relevan dengan masalah yang dibahas dan

juga sebagai dasar untuk peralatan teori penulis.

3.4. Metode Analisis

Metode analisis untuk mengetahui variabel independen yang

mempengaruhi secara signifikan terhadap Debt to Equity Ratio pada


perusahaan PT. Semen Tonasa yaitu pertumbuhan aset (Growth of Asset) dan

struktur modal (Debt to Equity Ratio). Dalam penelitian ini terdapat dua

variabel yaitu variabel independen ( variabel bebas yang mempengaruhi

variabel terikat ) dan variabel dependen (terikat). Variabel independen

dinyatakan dengan symbol X sedangkan variabel dependen dinyatakan

dengan symbol Y.

Untuk menguji kebenaran hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka metode analisis yang digunakan penulis sebagai berikut:

3.4.1. Analisis Pertumbuhan Aset

Rasio aktivitas digunakanuntuk menilai kemampuan perusahaan

dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran rasio ini

akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola

asset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya.

Penggunaan rasio aktivitas adalah dengan cara membandingkan

antara tingkat penjualan dengan investasi dalam aktiva untuk satu

periode. Artinya diharapkan adanya keseimbangan seperti yang

diinginkan antara penjualan dengan aktiva seperti sediaan, piutang dan

aktiva tetap lainnya.

aset t−aset t−1


Pertumbuhan Aset =
aset t−1

……………………………. (1)
1.

2.

3.

3.1.

3.2.

3.3.

3.4.

3.4.1.

3.4.2.

3.4.2. Analisis Rasio Struktur Modal

Analisis ini digunakan untuk mengukur atau menggambarkan

proporsi hutang dibandingkan total ekuitas perusahaan.. Dalam

pembahasan ini rasio yang digunakan untuk mengukur struktur modal

adalah Debt Equity to Ratio atau DER :

Total Debt
Debt Equity to Ratio = …………………………………
Total Equity

(2)

3.4.3.

3.4.3.

1.

2.
3.

3.1.

3.2.

3.3.

3.4.

3.5. Teknik Analisis Data

Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh hubungan antara variabel-

variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan

analisis regresi linear berganda. Statistik untuk menguji hipotesis dalam

penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda dengan rumus:

Y =a+b1 x 1+ b2 x 2 +e

Dalam hal ini,

Y = Profitabilitas

a = konstanta persamaan regresi

b1,b2 = koefisien regresi

x1 = Pertumbuhan Aset

x2 = Struktur Modal

e = standar error

3.5.1. Pengujian Asumsi Regresi

Model regresi yang digunakan dalam menguji hipotesis haruslah

menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan asumsi klasik.

Asumsi klasik regresi meliputi (Imam Ghozali dalam Sugiyono, 2002) :


a. Uji Multikolinearitas

Masalah-masalah yang mungkin akan timbul pada penggunaan

persamaan regresi berganda adalah multikolinearitas, yaitu suatu

keadaan yang variabel bebasnya berkorelasi dengan variabel bebas

lainnya atau suatu variabel bebas merupakan fungsi linier dari variabel

bebas lainnya.

Adanya Multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai

variance inflation factor (VIF). Nugroho (2005) dalam Sujianto (2009)

menyatakan jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10

maka model terbebas dari multikolinearitas.

b. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi di antara

anggota-anggota dari serangkaian observasi yang berderetan waktu

(apabila datanya time series) atau korelasi antara tempat berdekatan

(apabila cross sectional).

Adapun uji yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya

penyimpangan asumsi klasik ini adalah uji Durbin Watson (D-W stat)

dengan ketentuan sebagai berikut (Sujianto, 2009:80) :

1. 1,65 < DW < 2,35 maka tidak ada autokorelasi.


2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 maka tidak dapat

disimpulkan.

3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi auto korelasi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi

heteroskedasitas. Metode yang dapat dipakai untuk mendeteksi gejala

heterokedasitas antara lain: metode grafik, park glejser, rank spearman

dan barlett.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeteksi

gejala heteroskedasitas dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi

variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada

tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada grafik scatterplot antara ZPRED dan SRESID dimana

sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual

(Y prediksi – Y sesungguhnya) yang terletak di Studentized.

1) Jika ada titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka

mengidentifikasikan telah terjadi heterokedasitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan

dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas.


d. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi,

variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi

normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi

data normal atau mendekati normal. Metode yang dapat dipakai untuk

normalitas antara lain: analisis grafik dan analisis statistik.

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis

grafik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)

pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari

residualnya:

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis

diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi

normal (menyerupai lonceng), regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti

arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola

distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

3.5.2 Rancangan Pengujian Hipotesis

a. Uji F
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara

bersama-sama terhadap variabel tidak bebas. Tahapan uji F sebagai

berikut:

1). Merumuskan hipotesis

H0 : b1 = b2 = 0, tidak ada pengaruh perubahan Pertumbuhan Aset

dan Struktur Modal terhadap Profitabilitas.

H1 : b1 ≥ b2 ≥ 0, minimal ada satu pengaruh pada perubahan proporsi

Pertumbuhan Aset dan Struktur Modal terhadap Profitabilitas.

2). Menentukan tingkat signifikasi (α) dengan degree of freedom (df)

dengan rumus n – k – 1 dengan tujuan untuk menentukan F tabel

dengan rumus :

2
R
(k −1)
Fhitung =
( 1−r 2 )
( n−k )

ESS
Dimana R2 = TSS

Keterangan :

R2 = Koefisien Determinasi

ESS = Explained Sum of Squared

TSS = Total Sum of Squared

1 – r2 = Residual Sum of Squared


N = Jumlah Observasi

K = Jumlah Variabel bebas

3). Membandingkan hasil Fhitung dengan Ftabel dengan kriteria sebagai

berikut:

Jika F hitung > F tabel berarti H1 diterima.

Jika F hitung ≤ F tabel berarti H0 diterima.

b. Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

independen yang terdiri atas Pertumbuhan Aset dan Profitabilitas terhadap

Struktur Modal. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam uji

ini adalah sebagai berikut:

1). Merumuskan hipotesis

H0 : b1 = b2 = 0, tidak ada pengaruh perubahan proporsi Pertumbuhan

Aset dan Struktur Modal terhadap Profitabilitas.

H1 : b1 ≥ b2 ≥ 0, minimal ada satu pengaruh pada perubahan proporsi

Pertumbuhan Aset dan Struktur Modal terhadap Profitabilitas.

2). Menentukan tingkat signifikasi (α) dengan degree of freedom (df)

dengan rumus:

n – k – 1 dengan tujuan untuk menentukan t tabel.


3). Menentukan t hitung dengan rumus.

4). Membandingkan hasil thitung dengan t tabel dengan kriteria sebagai

berikut:

Jika thitung > ttabel berarti H1 diterima.

Jika t hitung ≤ t tabel berarti H0 diterima.

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisen determinasi digunakan untuk mengetahui keeratan

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Nilai R2 terletak

antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤ R 2 ≤ 1). Tujuan menghitung koefisien

determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat.

Perhitungan nilai koefisien deteminasi ini diformulasikan sebagai

berikut:

ESS
R2 = TSS

R2 = Koefisien determinasi majemuk (multiple coeficient of

determinant), yaitu proporsi variabel terikat yang dapat dijelaskan

oleh variabel bebas secara bersama-sama.

ESS = Explained sum of squares, atau jumlah kuadrat yang dijelaskan

atau variabel nilai variabel terikat yang ditaksir di sekitar rata-

ratanya.
TSS = Total sum of squares, atau total variabel nilai variabel terikat

sebenarnya di sekitar rata-rata sampelnya.

Bila R2 mendekati 1 (100%), maka hasil perhitungan menunjukkan

bahwa makin baik atau makin tepat garis regresi yang diperoleh.

Sebaliknya jika nilai R2 mendekati 0 maka menunjukkan semakin tidak

tepatnya garis regresi untuk mengukur data observasi.


3.6. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Aset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional

perusahaan. Semakin besar aset diharapkan semakin besar hasil operasi yang

dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan aset yang diikuti peningkatan hasil

operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan.

Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan, maka

proporsi hutang akan semakin besar dibandingkan modal sendiri. Hal ini

didasarkan pada keyakinan kreditor atas dana yang ditanamkan ke dalam

perusahaan dijamin oleh besarnya asset yang dimiliki perusahaan. Rasio

aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau

dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi

(efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan

misalnya di bidang penjualan, sediaan, penagih piutang dan efisiensi di bidang

lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio

aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam

mengelola asset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya.

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran

tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba

yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah

penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.


Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan

perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan,

terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat

dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat

perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau

kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut.


Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

Untuk melihat bagaimana

Pertumbuhan pertumbuhan aset periode

Aset sekarang dan sebelumnya aset t−aset t−1 Rasio


aset t−1
(X1) yang mempengaruhi

(Indepeden) struktur modal.

Untuk mengukur atau

Struktur Modal menggambarkan proporsi DER =

(X2) hutang disbanding totsl Total Debt Rasio


Total Equity
(Independen) ekuitas..

Untuk mengukur seberapa

Profitabilitas jauh kemampuan ROA=

(Y) perusahaan memperoleh Laba Bersih Rasio


Total Aktiva
(Dependen) keuntungan dari seluruh

kekayaan yang dimiliki.


BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAAAN

1.

2.

3.

4.

4.1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. SEMEN TONASA (Persero) adalah pabrik semen terbesar di

Kawasan Timur Indonesia. Berdasarkan keputusan MPRS No. II/MPRS/1960

tanggal 5 Desembaer 1960, ditetapkan untuk mendirikan pabrik semen di

Sulawesi Selatan yang berlokasi di Desa Tonasa, Kecamatan Balocci,

Kabupaten Pangkep, sekitar 54 km sebelah utara Makassar.

Pabrik Semen Tonasa Unit I merupakan proyek di bawah Departemen

Perindustrian dan merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Indonesia

dengan Pemerintah Cekoslowakia yang dimulai sejak tahun 1960 dan

diresmikan pada 2 November 1968. Pabrik ini menggunakan proses basah

dengan kapasitas terpasang 110.000 ton semen/ tahun. Pada tahun 1984
pabrik Semen Tonasa Unit I dihentikan pengoperasiannya karena dianggap

tidak ekonomis lagi.

Berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 54 tahun 1971

tanggal 8 September 1971, Pabrik Semen Tonasa ditetapkan sebagai Badan

Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Umum (Perum). Kemudian,

dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 1 tahun 1975 tanggal 9

Januari 1975 bentuk Perum tersebut diubah menjadi Perusahaan Perseroan

(Persero).

Dalam rangka memenuhi kebutuhan semen yang semakin meningkat,

berdasarkan persetujuan Bappenas No. 032/XC-LC/B.V/78 dan No.

2854/D.1/IX/76 tanggal 2 September 1976 dibangun pabrik Semen Tonasa

Unit II. Pabrik yang merupakan hasil kerjasama Pemerintah Indonesia

dengan Pemerintah Kanada ini beroperasi pada 1980 dengan kapasitas

510.000 ton semen/tahun dan dioptimalisasi menjadi 590.000 ton semen/

tahun pada 1991. Pabrik Semen Tonasa Unit II terletak di Desa Biringere,

Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, yang berjarak sekitar 23 km dari

Pabrik Semen Tonasa Unit I.

Pada tahun 1982, berdasarkan persetujuan Bappenas No. 32

XC-LC/B.V/1981 dan No. 2177/WK/10/1981 tanggal 30 Oktober 1981

dilakukan perluasan dengan membangun Pabrik Semen Tonasa Unit III yang

berada di lokasi yang sama dengan PAbrik Unit II. Pabrik yang berkapasitas

590.000 ton semen/tahun ini merupakan kerjasama antara Pemerintah


Indonesia dengan Jerman Barat, pabrik selesai pada akhir tahun 1984 dan

diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 3 April 1985.

Berdasarkan Surat Menteri Muda Perindustrtian No. 182/MPP-IX/1990

tanggal 2 Oktober 1990 dan Surat Menteri Keuangan RI No.

S1549/MK.013/1990 tanggal 29 November 1990, dilakukan perluasan

dengan membangun Pabrik Semen Tonasa Unit IV yang berkapasitas

2.300.000 ton semen/tahun. Pabrik ini berlokasi dekat Tonasa Unit II dan

Unit III.

Sejak tanggal 15 September 1995, konsolidasi dengan Semen Gresik

Group dilaksanakan, sehingga pemegang saham perseroan adalah PT. Semen

Gresik (Persero) Tbk dan Koperasi Karyawan Semen Tonasa (Kopkar).

Lebih dari satu decade, perseroan memberikan kontribusi yang berarti

terhadap pencapaian kinerja group perusahaan melalui pencapaian produksi

dan penjualan perseroan setiap tahunnya.

4.1.1. Pabrik Semen Tonasa I

Pabrik Semen Tonasa I didirikan berdasarkan Tap MPRS No.

II/MPRS/1960 tepatnya tanggal 5 Desember 1960. Pembangunan pabrik

semen Tonasa I ini dilaksanakan oleh proyek Semen Tonasa dibantu oleh

kontraktor dalam negeri. Besarnya jumlah investasi proyek adalah Rp.

3.100.000.000,00 atau US $ 10,098,000. Dimana kurs yang ditetapkan

adalah US $ 1- Rp. 307,00. Besarnya biaya investasi itu terdiri atas valuta
asing sebesar US $ 6,514,000 dan biaya lokal sebesar Rp.

1.100.000.000,00.

Biaya valuta asing diperoleh dari bantuan pemerintah

Cekoslowakia, dimana disampaikan kepada pemerintah Indonesia berupa

mesin-mesin pabrik, alat-alat kerja, alat-alat berat, serta perangkat lunak

berupa perencanaan/ design dan supply untuk konstruksi, pemasangan

listrik/mesin sampai masa operasi percobaan.

Pelaksanaan pembangunan dimulai pada bulan Juni 1962, sebelum

membangun pembangunan terlebih dahulu diadakan survey bahan baku

untuk keperluan pabrik. Kegiatan survey dilaksanakan oleh Tim

Technoexpert Cekoslavia, pengeboran dan pengambilan bahan baku

berlangsung antara 8 Agustus 1960 sampai dengan 5 Mei 1961 dibantu

oleh lembaga Geologi Bandung, sedangkan analisa contoh bahan baku

dilakukan oleh Balai Penelitian Kimia Ujung Pandang.

Pembangunan pabrik Semen Toanasa Unit I selesai dan diresmikan

pada tanggal 2 November 1968 oleh Menteri Perindustrian M. Yusuf

dengan kapasitas 120.000 ton per tahun dengan menggunakan proses

basah dengan berlokasi di desa Tonasa, Kecamatan Balocci, Kabupaten

Pangkep.

Sesudah masa operasi selama 16 tahun, Pabrik Semen Tonasa I

yang menggunakan proses basah tidak mampu lagi diteruskan secara

ekonomis akibat terjadinya beberapa kali kenaikan harga bahan bakar

minyak. Disamping itu, adanya pabrik Semen Tonasa II dan mulainya


beropeerasi percobaan pabrik Semen Tonasa III menjelang tahun 1984,

menyebabkan kebutuhan semen di wilayah pemasaran PT. Semen Tonasa

masih dapat disuplai oleh pabrik Semen Tonasa Unit II dan III. Oleh

karena itu pada bulan November 1984 diputuskan untuk menghentikan

sementara pabrik Semen Tonasa unit I sambil meneliti kemungkinan

pemanfaatan lebih lanjut.

4.1.2.

4.1.2.

4.1.2. Pabrik Semen Tonasa Unit II

Pabrik Semen Tonasa Unit II berlokasi di Desa Mangilu,

Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan, 25

km disebelah utara pabrik Semen Tonasa Unit I. Didirikan berdasarkan

persetujuan BAPPENAS No. 023/XCL/B.V/76 dan No. 258/D.1/IX/76

tepatnya tanggal 2 September 1976.

Dana pembangunan pabrik Semen Tonasa unit II diperoleh dari

kredit ekspor pemerintah Canada. Biaya valuta asing sebesar Canada $

83,600,000 dan biaya lokal sebesar Rp. 18.307.000.000,00. Jadi jumlah

investasi digunakan untuk membiayai pembangunan pabrik Semen Tonasa

unit II sebesar Rp. 53.178.000.000,00 atau Canada $ 127,325,000 (Can $1-

Rp. 417,00).

Proyek pembangunan pabrik Semen Tonasa unit II secara resi

tanggal 20 Oktober 1967. Perencanaan dan pembangunan pabrik

dilakukan oleh Countinho, Caro & Co, Jerman Barat bersama Swan
Woocter, Canada, secara Fized Fee berdasarkan rencana dasar yang dibuat

oleh Dyckerhoff Engineering.

Pembangunan pabrik Semen Tonasa unit II ini selesai pada tanggal

15 Desember 1979 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 28

Februari 1980 dengan kapasitas terpasang 510.000 ton per tahun dan

menggunakan proses kering. Program Optimalisasi Tonasa unit II

dilaksanakan pada tahun 1994 secara swakelolah dan berhasil

meningkatkan kapasitas terpasang 590.000 ton per tahun.

Pembangunan yang dilakukan pabrik Semen Tonasa unit II ini

meliputi pembangunan pabrik, pembangunan pelabuhan khusus semen di

Biringkassi serta pembangunan jalan raya dari Tonasa Unit II ke

pelabuhan Biringkassi, dimana pembangunan pelabuhan itu berfungsi

sebagai tempat penurunan barang-barang yang merupakan kebutuhan

pabrik antara lain: Gypsum, Spare parts, Fall oil dan sebagainya. Fungsi

lainnya adalah sebagai tempat pengiriman hasil produksi pabrik Semen

Tonasa keluar Sulawesi Selatan.

4.1.3.

4.1.3.

4.1.3.

4.1.3. Pabrik Semen Tonasa Unit III

Pabrik Semen Tonasa III berlokasi ditempat yang sama dengan

pabrik Semen Tonasa unit II yaitu di Desa Mangilu, Kecamatan Bungoro,


Kabupaten Pangkep, Propinsi Sulawesi Selatan. Dibangun berdasarkan

persetujuan BAPPENAS No. 32/XCLC/IIB.V/1981 dan No.

2177/WK/10/1981 tanggal 30 OKTOBER 1981.

Jumlah investasi pada pembangunan pabrik Semen Tonasa ini adalah

sebesar Rp. 98.807.000.000,00. Terdiri atas biaya valuta asing sebesar DM

201,000,000 dan biaya lokal sebesar Rp. 40.055.000.000,00. Dana valuta

asing ini diperoleh dari bantuan kredit ekspor pemerintah Jerman Barat.

Proyek pembangunan Semen Tonasa unit III dimulai pada tanggal 9

Januari 1982, perencanaan dan pembangunan dilakukan oleh Countinho,

Caro & Co, Jerman Barat. Pabrik Semen Tonasa unit III diresmikan oleh

Presiden Soeharto pada tanggal 3 April 1985 dengan didampingi oleh

Perdana Menteri Kee Kwan Yee dari Republik Singapura dengan

kapasitas terpasang 590.000 ton per tahun dan menggunakan proses

kering.

4.1.4.

4.1.4.

4.1.4.

4.1.4.

4.1.4. Pabrik Semen Tonasa Unit IV

Adanya kebijakan pemerintah yang memprioritaskan pembangunan

di kawasan timur Indonesia mengakibatkan pembangunan di kawasan ini

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, untuk mengantisipasi

kebutuhan akan semen maka dibangunlah pabrik Semen Tonasa Unit IV,
dimana pembangunan ini juga ditujukan guna memenuhi jebutuhan dalam

negeri.

Pembangunan pabrik Semen Tonasa unit IV yang lokasinya tidak

jauh dari Unit II dan III yaitu di desa Biringire, kecamatan Bungoro,

kabupaten Pangkep, mulai dibangun pada triwulan III tahun 1994,

berdasarkan SK Menteri Perindustrian No. 182/MPP.IX/1990 tanggal 2

Oktober 1990 dan SK Menteri Keuangan RI No.5 1549/MK.013/1990

tanggal 29 November 1990. Unit IV ini dikerjakan secara swakelola oleh

PT. Semen Tonasa dibantu PT. Rekaysa Industri sebagai konsultan.

Pabrik Semen Tonasa Unit IV diresmikan oleh Presiden Soeharto

pada tanggal 10 September 1996, dengan kapasitas terpasang 2.300.000

ton per tahun dan menggunakan teknologi canggih. Pabrik baru ini mulai

dioperasikan secara komersial pada tanggal 1 November 1996 dengan

tahap percobaan terak (klinker), maka kapasitas terpasang produksi PT.

Semen Tonasa untuk tahun 1996 menjadi 3.480.000 ton per tahun.

Semen Tonasa telah menyelesaikan pembangunan 7 unit

pengantongan semen yang berlokasi di Makassar, Bitung, Samarinda,

Banjarmasin, Bali, Palu, dan Ambon dengan kapasitas terpasang 600.000

ton per tahun.

Pada awal tahun 1997 PT. Semen Tonasa (Persero) telah

merampungkan proyek pembangkit listrik tenaga uap yaitu Boiler Turbin

Generator (BTG) Power Plan dengan kapasitas 2 x 25 MW yang berlokasi


di Biringkassi, Pangkep, Sulawesi Selatan dimana semuanya merupakan

paket proyek Semen Tonasa Unit IV.

4.2. Visi Misi Perusahaan

4.2.1. Visi

Sesuai dengan kesepakatan perseroan mengenai visi perseroan, PT.

Semen Tonasa bertekad menjadi perusahaan persemenan terkemuka

di Asia dengan tingkat efisiensi tinggi. Produsen semen yang lebih

profitabel, berorientasi masa depan, lebih kompetitif di pasar domestic

dan internasional.

Dengan tata nilai mendasar yang mendorong bertumbuhnya

perusahaan, mengutamakan kualitas, efisiensi, ramah lingkungan, dan

profesionalisme, PT. Semen Tonasa bertekad mewujudkan misi

perseroan dalam meningkatkan nilai perseroan kepada stakeholder,

konsumen dan karyawan.

4.2.2.

4.2.2. Misi

PT. Semen Tonasa (Persero) mempunyai misi yaitu:

1. Meningkatkan nilai perusahaan sesuai keinginan stakeholders.

2. Memproduksi semen untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan

kualitas dan harga bersaing serta penyerahan tepat waktu.


3. Menggunakan teknologi yang lebih efisien, aman dan ramah

lingkungan.

4. Membangun lingkungan kerja yang mampu membangkitkan

motivasi karyawan untuk bekerja secara professional.

4.2.3. Sistem Manajemen

Dalam upaya mewujudkan visi dan misi, system manajemen

perusahaan yang terintegrasi dan terpadu mnerapkan Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001, Sistem Manajemen Lingkungan ISO

14001 dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) yang disebut sebagai Sistem Majamenen Semen Tonasa.

Manajemen perseroan mempunyai komitmen untuk “menjadi

produsen semen yang ramah lingkungan”. Komitmen tersebut

diwujudkan dengan penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO

14001 versi 2004 sesuai pemenuhan persyaratan yang berlaku;

meminimasi dampak negative dari operasi dan produk; pelaksanaan

program efisiensi pemakaian sumber daya alam dan energi;

melaksanakan kegiatan konversi lahan bekas tambang; serta membina

hubungan harmonis dengan masyarakat sekitar.

4.2.4. Sistem Manajemen Mutu

Lebih dari satiu decade, perusahaan menetapkan Manajemen Mutu

baru ISO 9001:2000. Jaminan mutu dan kepuasan konsumen

merupakan komitmen manajemen dalam menghadapi persaingan yang

ketat dengan produsen semen lainnya. Pemenuhan komitmen tersebut


terwujud dalam upaya pemenuhan kualitas produk sesuai permintaan

konsumen dan penyerahan produk yang tepat waktu dengan harga yang

bersaing.

1.

2.

3.

4.

4.1.

4.2.

4.2.1.

4.2.2.

4.2.3.

4.2.4.

4.2.5. Manajemen Keselamatan Kerja

Perseroan menyadari bahwa tenaga kerja merupakan aset perseroan

yang sangat penting keberadaannya dalam mendukung kelangsungan

operasional perusahaan, maka kondisi keselamatan dan kesehatan

karyawan harus dijamin. Untuk itu, manajemen perseroan berkomitmen

mempertahankan kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat dan

sejahtera, bebas dari kecelakaan dan pencemaran lingkungan serta

penyakit kerja yang diwujudkan lewat penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan Kerja (SMK3) dengan predikat “Bendera Emas” terhadap

audit SMK3 dari Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia.


4.3. Tujuan Perusahaan

Dalam peraturan pemerintah No. 55 tahun 1990 Bab III pasal 4

disebutkan bahwa tanggung jawab pengelolaan perusahaan dilakukan oleh

direksi sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar perusahaan.

Tujuan perusahaan sesuai dengan yang tercantum dalam anggaran dasar

perusahaan yang telah dirubah dengan akta No. 31 tanggal 9 Januari No. 191

tanggal 29 Mei dan No. 40 tanggal 8 Juni 1991, ketiganya dibuat dihadapan

Ny. Poebaningsih Adiwarsita, SH. Notaris di Jakarta dan telah disetujui oleh

Menteri Kehakiman RI berdasarkan SK No. C2.2102.HT.0104 tahun 1991

tanggal 12 Juni 1991.

1. Perusahaan ini bertujuan turut melaksanakan, menunjang kebijakan

dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan

nasional pada umumnya dan khususnya di bidang persemenan dan

industry lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka perusahaan

menjalankan usaha di bidang:

a. Produksi

Menambah atau mengolah bahan-bahan mentah tertentu menjadi

bahan pokok yang diperlukan guna pembuatan semen, mengolah

bahan-bahan pokok itu menjadi berbagai macam semen (semen

Portland, semen campur, dsb) serta mengolah berbagai macam

semen itu yang selanjutnya menjadi barang-barang jadi yang

bermanfaat.
b. Pemberian Jasa

Member jasa untuk industry semen antara lain: studi penelitian,

pengembangan, rancangan bangunan dan rekayasa industry

konstruksi, manajemen, pengoperasian pabrik, pergudangan dan

angkutan, reparasi atau perbaikan, pemeliharaan peralatan,

pabrikasi alat-alat, konsultasi (kecuali konsultan dalam bidang

hukum) dan jasa industri lainnya.

c. Perdagangan

Penyelenggaraan kegiatan pemasaran dan distribusi macam semen

serta barang-barang hasil produksi lainnya atau barang-barang

lainnya yang menggunakan semen sebagai bahan pokok dengan

cara-cara atau jalan tertentu serta melakukan kegiatan-kegiatan

perdagangan baik dalam maupun luar negeri.

d. Usaha Lainnya

Melakukan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang merupakan

sarana lengkap atau penunjang guna mencapai tujuan perusahaan.

Perusahaan dapat pula mendirikan atau menjalankan perusahaan

dan usaha lainnya yang mempunyai hubungan dengan bidang usaha

tersebut diatas baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan

badan lainnya sepanjang yang demikian tidak bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai dengan

ketentuan dan anggaran dasar perseroan

2. Anak perusahaan dibawah pengendalian PT. Semen Tonasa (Persero)


PT. Semen Tonasa membawahi dua perusahaan yang bersifat

social yaitu Yayasan Kesejahteraan Semen Tonasa (YKST) dan

Yayasan Dana Pensiun dan Tabungan Hari Tua. Disamping itu

terdapat lima perusahaan yang bersifat komersil berada di bawah

pengendalian PT. Semen Tonasa (Persero) yaitu, dua perusahaan yang

seluruh sahamnya dikuasai oleh Yayasan Kesejahteraan Semen

Tonasa dan tiga perusahaan komersil yang sahamnya dimiliki oleh

YKST dan koperasi karyawan.

Kelima perusahaan tersebut bergerak dalam bidang yang erat

kaitannya dengan kegiatan operasional PT. Semen Tonasa atau

distributor semen, transportasi bongkar muat barang yang diangkut

dengan kapal laut, pengurusan dokumen, bongkar muat kapal laut.

Satu unit usaha komersil lainnya yaitu koperasi yang seluruh

sahamnya dikuasai oleh karyawan PT. Semen Tonasa yaitu yang

berasal dari simpanan pokok dan simpanan wajib.

2.

3.

4.

4.1.
4.2.

4.3.

4.4. Produk

PT. Semen Tonasa (Persero) telah menghasilkan produk semen-semen

unggulan, yaitu:

1. Semen Portland Tipe I (OPC)

Semen Portland Jenis I adalah semen hidrolia yang dibuat dengan

menggiling klinker semen dan gypsum. Semen Portland Jenis I

produksi PT. Semen Tonasa memenuhi persyaratan SNI No. 15-2049-

2004 Jenis I dan ASTM C150-2004 tipe 1.

Semen jenis ini digunakan untuk bangunan umum dengan kekuatan

tekanan (tidak memerlukan persyaratan khusus), seperti:

1) Bangunan bertingkat tinggi

2) Perumahan

3) Jembatan dan jalan raya

4) Landasan Bandar udara

5) Beton pratekan

6) Bendungan saluran irigasi

7) Elemen bangunan seperti genteng, hollow, brick/batako, paving

block, buis beton, roster, dan lain-lain

2. Semen Portland Pozzolan (PPC)

Semen Portland Pozzolan adalah semen hidrolis yang terdiri dari

campuran homogen antara semen Portland dan Pozzolan halus, yang


diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan Pozzolan

bersama-sama atau mencampur secara rata bubuk semen Portland dan

Pozzolan atau gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana

kadar Pozzolan 15 s.d 40% massa Semen Portland Pozzolan.

Semen Portland Pozzolan produksi PT. Semen Tonasa (Persero)

memenuhi persyaratan SNI 15-0302-2004 tipe IP-U, kegunaan:

1) Bangunan bertingkat (2-3 lantai)

2) Kosntruksi beton umum

3) Konstruksi beton massa seperti pondasi plat penuh dan

bendungan/dam

4) Konstruksi bangunan di daerah pantai, tanah berair (rawa)

5) Bangunan di lingkungan garam sulfat yang agresif

6) Konstruksi bangunan yang memerlukan kekedapan tinggi seperti

bangunan sanitasi, bangunan perairan, dan penampungan air.

3. Semen Portland Komposit (PCC)

Semen Portland Komposit adalah bahan pengikat hidrolis hasil

penggilingan bersama-sama terak Semen Portland dan gipsum dengan

satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran bubuk semen

Portland dengan bubuk bahan anorganik lain.

Semen Portland Komposit produksi PT. Semen Tonasa memenuhi

persyaratan SNI-15-7064-2004. Kegunaan semen jenis ini adalah:

1) Konstruksi beton umum

2) Pasangan batu dan batu bata


3) Plesteran dan acian

4) Selokan

5) Jalan

6) Pagar dinding

7) Pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pracetak, beton

pratekan, panel beton, bata beton (paving block) dan sebagainya.

4.5. Pemasaran

Keuntungan terbesar perseroan berasal dari hasil penjualan semen dalam

negeri di kawasan timur Indonesia. Kondisi saat ini, konsumsi semen dalam

negeri tinggi memberikan cukup keuntungan bagi produsen semen nasional.

Oleh karena itu, pasar semen dalam negeri tetap merupakan pasar utama yang

potensial, dengan penuh kesadaran perseroan senantiasa melakukan alternatif

strategi-strategi yang terbaik untuk meningkatkan efisiensi operasional dan

keuangan perseroan.

Perseroan berupaya keras menjalin kerjasama yang baik dengan

distributor-distributornya sebagai mediator bisnis penjualan retail semen ke

konsumen akhir di daerah pasar kawasan timur Indonesia seperti Sulawesi,

Kalimantan, Nusa Tenggara, Bali, Ambon, dan Papua. Selain itu, perseroan

juga membangun kerjasama dengan proyek-proyek pembangunan

infrastruktur pemerintah di kawasan timur tersebut dengan menunjuk

distributor yang memadai untuk memediasi suplai semen ke kontraktor

proyek.
Perseroan juga mengekspor kelebihan produksinya ke pasar luar negeri

(ekspor). Berbagai negara yang telah berhasil diterobos seperti Kamboja,

Filipina, Vietnam, dan beberapa Negara tetap seperti Afrika, Bangladesh,

Madagaskar, Malaysia, Singapura, dan Timor-Timur.

4.6. Struktur Organisasi

Sejalan dengan laju perkembangan perusahaan serta bekal pengalaman

dalam beberapa tahun terakhir ini, PT. Semen Tonasa dalam mengemban

misinya selaku BUMN memelihara suatu rangkaian kerja yang harmonis dan

teratur. Keharmonisan ini hanya dapat terwujud dengan adanya suatu unit

organisasi yang tersusun rapi sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya

masing-masing.

Dalam memenuhi hal ini, manajemen PT. Semen Tonasa menyusun unit

organisasi sebagai berikut :

1. Dewan Direksi

Dewan Direksi merupakan tingkat manajemen tertinggi dalam unit

organisasi PT. Semen Tonasa. Dalam mempertanggungjawabkan kegiatan

perusahaan, Dewan Direksi bertanggungjawab kepada Dewan Komisaris

sebagai wakil pemegang saham.

Dewan Direksi terdiri atas seorang Direktur Utama dan 3 (tiga) orang

direktur yang menjadi pengarah/pembina dan penanggung jawab pada


bidangnya masing-masing. Penanggung jawab terakhir terletak pada

Direktur Utama.

Selain bertanggung jawab atas kelancaran jalannya perusahaan, Direktur

Utama juga mempunyai tugas dan tanggung jawab harian terhadap bidang-

bidang tertentu. Adapun bidang-bidang yang mendapat pengawasan secara

langsung dari Direktur Utama adalah bidang umum dan bidang SDM.

Selanjutnya ketiga dewan direktur yang membantu tugas Direktur Utama

setiap harinya adalah :

a. Direktur Keuangan dan Komersial

Direktur ini menyelenggarakan kegiatan administratif perusahaan dan

bertanggung jawab penuh atas semua aktivitas perusahaan. Tugas

Direktur Keuangan dan Komersial meliputi :

1) Pembuatan anggaran pendapatan dan belanja perusahaan serta

mengadakan pengawasan atas pelaksanaan anggaran pendapatan

dan belanja perusahaan tersebut.

2) Menyusun pendistribusian hasil produksi semen dengan jalan

menyusun strategi pemasaran di seluruh daerah pemasaran

termasuk pengangkutannya.

3) Merencanakan kegiatan pengadaan suku cadang, bahan baku, bahan

pembantu, dan mesin-mesin lainnya sebagai kelengkapan dalam

kegiatan produksi.
b. Direktur Produksi

Dalam menjaga stabilitas produksi, tugas Direktur Produksi adalah

sebagai berikut :

1) Terselenggaranya kelancaran operasi Pabrik Unit II, Unit III, dan

Unit IV yang meliputi pencapaian target produksi, pencapaian mutu

produk, dan terlaksananya pemeliharaan masing-masing.

2) Terselenggaranya pemeliharaan fasilitas yang meliputi perumahan

karyawan, gedung pabrik, dan gedung lainnya, pelabuhan khusus

Birinkassi serta lingkungan hidup.

c. Direktur Penelitian dan Pengembangan (Litbang)

Dalam mengembangkan perusahaan, tugas Direktur Litbang adalah

melaksanakan kegiatan untuk merealisasi tujuan perusahaan dengan

baik. Tugas-tugas tersebut meliputi :

1) Terselenggaranya semua aktivitas perencanaan dan pelaksanaan

proyek-proyek perluasan termasuk didalamnya pengurusan sumber

dana untuk pembiayaan proyek-proyek tersebut.

2) Penelitian terhadap efisiensi semua peralatan unit produksi yang

ada dan yang akan digunakan baik dalam unit-unit yang telah ada

maupun dalam proyek perluasan yang direncanakan.

2. Kepala Departemen
Guna mendampingi kegiatan setiap harinya, Dewan Direksi dibantu oleh

staf yang sesuai dengan bidangnya masing-masing yang dalam struktur

organisasi disebut Kepala Departemen. Kepala Departemen yang terdapat

struktur organisasi PT. Semen Tonasa adalah :

a) Kepala Departemen Umum

b) Kepala Departemen Sumber Daya Manusia

c) Kepala Departemen Satuan Pengawasan Intern

d) Kepala Departemen Administrasi Keuangan

e) Kepala Departemen Niaga

f) Kepala Departemen Operasi

g) Kepala Departemen Pemeliharaan

h) Kepala Departemen Litbang Sistem Manajemen

i) Kepala Departemen Litbang Teknis dan Ekonomis


BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1.

2.

3.

4.

5.

5.1. Analisis Data

Sangatlah penting untuk memprediksi bagaimana biaya tertentu bereaksi

terhadap perubahan aktivitas. Perilaku biaya berarti bagaimana biaya akan

bereaksi atau merespon perubahan aktivitas bisnis. Bila aktivitas bisnis


meningkat atau surut, biaya tertentu mungkin akan ikut naik atau turun atau

mungkin juga tetap. Untuk tujuan perencanaan, manajer harus dapat

mengantisipasi apakah yang akan terjadi jika biaya mengalami perubahan,

manajer harus tahu sejauh mana perubahannya.

Hasil penelitian dan pembahasan merupakan penggambaran tentang

hasil yang diperoleh dalam penelitian yang terdiri atas variabel-variabel

independen dan variabel dependen. Dalam penelitian ini juga termasuk data

atau keterangan yang terkait dengan laporan keuangan serta hasil wawancara

yang telah dilakukan oleh penulis.

Data yang diperoleh merupakan data kondisi keuangan PT. Semen

Tonasa yang dipublikasikan dari Tahun 2006 hingga Tahun 2010. Data ini

diperoleh dari laporan keuangan dan laporan tahunan PT. Semen Tonasa

dalam bentuk neraca, laporan laba rugi, dan data-data lainnya yang

mendukung dalam penelitian ini.

Sesuai dengan permasalahan dan perumusan model yang telah

dikemukakan, serta kepentingan pengujian hipotesis, maka teknik analisis

yang Sesuai dengan permasalahan dan perumusan model yang telah

dikemukakan, serta kepentingan pengujian hipotesis, maka teknik analisis

yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan analisis

statistik. Analisis deskriptif merupakan analisis yang mengacu pada deskripsi

kondisi perusahaan dan hasil wawancara yang dilakukan penulis. Analisis

statistik merupakan analisis yang mengacu pada perhitungan data penelitian


yang berupa angka-angka yang dianalisis dengan bantuan komputer melalui

program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.

1.

2.

3.

4.

5.

5.1.

5.2. Analisis Desktriptif Pertumbuhan Aset dan Struktur Modal pada PT.

Semen Tonasa

1.

2.

3.

4.

5.

5.1.

5.2.

5.2.1. Analisis Deskriptif Pertumbuhan Aset

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat

efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, sediaan,

penagihan piutang, dan lainnya) atau rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran


dengan rasio ini akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien atau sebaliknya

dalam mengelola asset yang dimilikinya.

Tabel 5.1
Perhitungan Pertumbuhan Aset PT. Semen Tonasa
Periode 2006-2010

No. TAHUN ASET PERTUMBUHAN ASET

1 2006 1.503.411.326 4,89%

2 2007 1.533.638.112 2,01%

3 2008 1.858.066.211 21,15%

4 2009 2.401.347.403 29,24%

5 2010 3.510.477.336 46,19%

Sumber: PT. Semen Tonasa (Data diolah)

5.2.2. Analisis Deskriptif Struktur Modal

Pasar Modal yang sempurna adalah pasar modal yang sangat kompetitif.

Dalam pakar tersebut antara lain tidak dikenal biaya kebangkrutan, tidak ada

biaya transaksi, bunga simpanan dan pinjaman sama yang berlaku untuk semua

pihak. Sebagai tambahan, diasumsikan tidak ada pajak penghasilan (income tax).
Analisis bisa dilakukan dengan melihat pada nilai perusahaan atau harga

saham. Analisis yang sama juga bisa dilakukan dengan melihat biaya modal

perusahaan. Apabila tujuan kita adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan,

maka tujuan ini analog dengan menurunkan biaya modal perusahaan.

Berikut adalah data total debt dan total equity PT. Semen Tonasa periode

2006 hingga 2010.

Tabel 5.2
Total DER PT Semen Tonasa Tahun
periode 2006-2010

TOTAL
TOTAL
NO. TAHUN MODAL DER
KEWAJIBAN
SENDIRI

1 2006 538.364.278 965.047.048 55,79

2 2007 451.576.354 1.082.061.758 41,73

3 2008 587.415.304 1.270.650.907 37,82

4 2009 848.194.612 1.553.152.791 54,61

5 2010 1.568.794.781 1.941.682.555 80,80

Sumber : Neraca PT. Semen Tonasa 2011

Berdasarkan perhitungan pada tabel 5.3 menunjukkan hasil Debt to Equity

Ratio mengalami penurunan selama 2 tahun dan terjadi kenaikan pada tahun

berikutnya. Rata-rata kenaikan DER adalah 54,15 % yang termasuk kategori


tinggi untuk sebuah perusahaan. Hal ini berarti setiap tahunnya PT. Semen Tonasa

harus menambahkan modal untuk menutupi kewajiban yang terus meningkat.

5.3. Analisis Deskriptif Profitabilitas pada PT. Semen Tonasa

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode

tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu

perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari

pendapatan investasi. Dikatakan perusahaan rentabilitasnya baik apabila mampu

memenuhi target laba yang telah ditetapkan dengan menggunakan aktiva atau

modal yang dimilikinya. Rasio profitabilitas dibagi dua yaitu sebagai berikut.

1) Rentabilitas ekonomi, yaitu dengan membandingkan laba usaha dengan

seluruh modal (modal sendiri dan asing).

2) Rentabilitas usaha (sendiri), yaitu dengan membandingkan laba yang

disediakan untuk pemilik dengan modal sendiri. Rentabilitas tinggi lebih

penting dari keuntungan yang besar.

Perhitungan Profitabilitas
Tabel 5.3
Perhitungan ROA PT. Semen Tonasa periode 2006-2010
(dalam ribuan rupiah)

LABA TOTAL
NO. TAHUN ROA (%)
BERSIH AKTIVA

1 2006 189.379.965 1.503.411.326 12,60

2 2007 211.704.695 1.533.638.112 13,80


3 2008 294.441.494 1.858.066.211 15,85

4 2009 429.722.633 2.401.347.403 17,90

5 2010 543.587.123 3.510.477.336 15,48

Sumber: PT. Semen Tonasa (Data diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan Return On Asset pada PT. Semen Tonasa

selama 5 tahun terakhir hasilnya menunjukkan peningkatan selama Tahun

2006 hingga 2009. Tahun 2006 perusahaan mampu menghasilkan laba bersih

sebesar 12,60 % dari total aktiva, tahun meningkat menjadi 13,80%,

begitupun Tahun 2008 dan 2009 masing-masing sebesar 15,85% dan 17,90%.

Pada Tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 2,42% yang disebabkan oleh

meningkatnya total kekayaan perusahaan yang sangat besar dan tidak mampu

diimbangi dengan laba bersih yang didapatkan, dimana laba bersih meningkat

tetapi tidak begitu besar seperti peningkatan aktiva. Peningkatan aktiva

perusahaan disebabkan oleh adanya peningkatan aktiva tetap (nilai

perolehan) pada Tahun 2006 hingga 2010 yaitu (dalam ribuan rupiah) Rp.

1.511.898.574 ; Rp. 1.547.220.858 ; Rp. 1.649.667.061 ; Rp. 1.700.454.943

dan Rp. 1887.816.453. jadi dapat disimpilkan bahwa profitabilitas dalam hal

ini Return On Asset PT. Semen Tonasa Tahun 2006 hingga 2010 telah

menunjukkan peningkatan yang baik meski mengalami penurunan pada

Tahun 2010.

5.4. Analisis Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen


5.4.1. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Aset terhadap Profitabilitas

Hubungan Pertumbuhan Aset (X1) terhadap Profitabilitas (Y). Hasil

perhitungan kedua variabel tersebut ditunjukkan pada table 5.4

Tabel 5.4
Data Pertumbuhan Aset dan ROA pada PT. Semen Tonasa
Periode 2006-2010

PERTUMBUHAN ASET
No. TAHUN ROA (%)
(%)

1 2006 4,89 12,60

2 2007 2,01 13,80

3 2008 21,15 15,85

4 2009 29,24 17,90

5 2010 46,19 15,48

Sumber: PT. Semen Tonasa, 2011 (data diolah)

Berdasarkan perhitungan pada tabel 5.5 mengenai pertumbuhan aset dan

profitabilitas (ROA) terlihat bahwa pertumbuhan aset berbanding lurus

dengan ROA. Jika pertumbuhan aset meningkat maka ROA juga ikut

meningkat, sebaliknya jika pertumbuhan aset menurun maka ROA menurun.

Gambar 5.1
Kurva Pengaruh Pertumbuhan Aset terhadap ROA
140
120 80.8
100
80 ROA
60 Pertumbuhan Aset
40 17.9 46.19
15.85 29.24
20 12.6 13.8 21.15
0 4.89 2.01
2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: PT. Semen Tonasa (data diolah)

5.4.2.

5.4.2.

5.4.2. Analisis Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas

Hubungan Struktur Modal (X2) terhadap Profitabilitas (Y). Hasil

perhitungan kedua variabel tersebut ditunjukkan pada tabel 5.4

Tabel 5.5
Data pertumbuhan DER dan ROA pada PT. Semen Tonasa
periode 2006 – 2010

NO. TAHUN DER (%) ROA (%)

1 2006 55,79 12,60

2 2007 41,73 13,80

3 2008 37,82 15,85

4 2009 54,61 17,90

5 2010 80,80 15,48

Sumber: PT. Semen Tonasa, 2011 (data diolah)


Berdasarkan perhitungan pada tabel 5.5 mengenai DER dan ROA

terlihat bahwa DER berbanding lurus terhadap ROA. Semakin meningkat

DER maka ROA mengalami peningkatan, begitupun sebaliknya.

Gambar 5.2
Kurva Pengaruh DER Terhadap ROA

180
160
140
120
100
ROA
80 DER
60
40
20
0
2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: PT. Semen Tonasa (data diolah)

1.

2.

3.

4.
5.

5.1.

5.2.

5.3.

5.4.

5.5. Statistika Deskriptif

Untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai data variabel dalam

penelitian ini maka digunakanlah tabel statistik deskriptif. Tabel statistik

deskriptif ini meliputi nilai rata-rata (mean), jumlah data (N) dan standar deviasi

dari dua variabel independen yaitu Growth of Asset dan Debt Equity to Ratio

sebagai variabel yang mempengaruhi Return on Asset pada PT. Semen Tonasa ,

seperti yang terlihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 5.6
Statistik Deskriptif Variabel Independen
(dengan Return On Asset sebagai variabel dependen)

Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
ROA 15.1260 2.03000 5
Pertumbuhan Aset 20.6960 18.18067 5
DER 54.1520 16.83598 5
Sumber: PT. Semen Tonasa (data diolah)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 5 buah, yang diambil dari laporan keuangan PT.

Semen Tonasa dari periode 2006 sampai dengan 2010. Dari tabel di atas, juga

dapat diketahui bahwa nilai mean atau rata-rata ROA adalah sebesar 15.1260%

dengan standar deviasi 2.03000%. Dalam hal ini ROA menunjukkan seberapa
jauh aktiva lancar perusahaan dapat memenuhi kewajiban lancar perusahaan yang

dimiliki PT. Semen Tonasa. Sementara standar deviasi yang lebih kecil dari ROA

menunjukkan bahwa data variabel ROA bisa dikatakan baik.

Pertumbuhan Aset diperoleh rata-rata sebesar 20,6960 dengan standar

deviasi 18,18. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik, selama periode

penelitian Pertumbuhan Aset PT. Semen Tonasa sudah memenuhi standar.

Sehingga dapat disimpulkan rasio struktur modal yang dimiliki dapat dikatakan

tinggi. Sementara standar deviasi yang masih lebih kecil jika dibandingkan nilai

mean-nya menunjukkan bahwa simpangan data pada pertumbuhan aset relatif

baik.

Rata-rata (mean) dari DER adalah sebesar 54.1520% dengan standar

deviasi 16.84%. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode penelitian, secara

statistik dapat dijelaskan bahwa struktur modal PT. Semen Tonasa terhadap ROA

termasuk dalam kategori yang cukup yang baik. Sementara standar deviasi yang

lebih kecil dari DER menunjukkan bahwa data variabel DER bisa dikatakan baik.

5.6. Hasil Analisis Data

5.6.1. Pengujian Asumsi regresi

5.6.1.1. Uji Multikolinearitas


Masalah-masalah yang mungkin akan timbul pada penggunaan

persamaan regresi berganda adalah multikolinearitas, yaitu suatu keadaan

yang variabel bebasnya berkorelasi dengan variabel bebas lainnya atau suatu

variabel bebas merupakan fungsi linier dari variabel bebas lainnya. Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi di antara variabel

independen (Ghozali, 2005).

Adanya Multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai

variance inflation factor (VIF). Nugroho (2005) dalam Sujianto (2009)

menyatakan jika nilai tolerance di bawah 1 dan nilai Variance Inflation

Factor (VIF) tidak lebih dari 10 maka model terbebas dari multikolinearitas.

Tabel 5.7
Uji Multikolinearitas

95% Confidence Interval


for B Correlations Collinearity Statistics
Model
Lower Upper Zero-
Bound Bound order Partial Part Tolerance VIF
(Constant)  -6.325  28.854
Pertumbuhan  2.07
Aset  -.099  .378 .662  .873 .870  .481 9
DER  -.357 .159  .662 -.760  -.570  .481 2.709

a. Dependent Variable: ROA

Sumber: PT. Semen Tonasa (data diolah)

Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat bahwa nilai tolerance dan

VIF dari variabel pertumbuhan aset adalah sebesar 0,481 dan 2.079. Untuk

variabel DER sebesar 0.481 dan 2.709. Oleh karena itu, dapat disimpulkan

bahwa dalam model ini tidak terdapat masalah multikolinearitas antara


variabel bebas karena nilai tolerance berada di bawah 1 dan nilai VIF jauh di

bawah angka 10.

1.

2.

3.

4.

5.

5.1.

5.2.

5.3.

5.4.

5.5.

5.6.

5.6.1.

5.6.1.1.

5.6.1.2. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi di antara

anggota-anggota dari serangkaian observasi yang berderetan waktu (apabila

datanya time series) atau korelasi antara tempat berdekatan (apabila cross

sectional). Adapun uji yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya

penyimpangan asumsi klasik ini adalah uji Durbin Watson (D-W stat) dengan

ketentuan sebagai berikut (Sujianto, 2009:80) :


4. 1,65 < DW < 2,35 maka tidak ada autokorelasi.

5. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 maka tidak dapat

disimpulkan.

6. DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi auto korelasi.

Tabel 5.8
Uji Autokorelasi

Change Statistics Durbin-


Model
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Watson
 1 .873 3.217 2 2 .237 3.216
a. Predictors: (Constant), DER, Pertumbuhan Aset

b. Dependent Variable: ROA

Sumber: PT. Semen Tonasa (data diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS di atas, dapat diketahui bahwa nilai

Durbin Watson pada Model Summary adalah sebesar 3,216. Oleh karena 2,35<

3,216 maka hal ini berarti terjadi autokerelasi pada model regresi yang

digunakan dalam penelitian ini.

5.6.1.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedasitas.

Pengujian untuk melihat ada atau tidaknya Heteroskedisitas dapat dilakukan

dengan melihat scatter plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED)

dengan residual (SRESID). Jika titik-titik pada scatter plot tersebut membentuk

pola tertentu yang teratur (misal bergelombang, melebar kemudian

menyempit), maka dapat diindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Hasil


pengujian heteroskedasitas yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat

pada gambar berikut:

Gambar 5.3
Uji Heteroskedastisitas

Sumber: PT. Semen Tonasa (data diolah)

Berdasarkan scatter plot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar

secara acak serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y.

Maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi

heteroskedasitas.

5.6.1.4. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi,

variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal

atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal

atau mendekati normal. Metode yang dapat dipakai untuk normalitas antara

lain: analisis grafik dan analisis statistik.

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis

grafik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)


pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari

residualnya:

3) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal

atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal (menyerupai

lonceng), regresi memenuhi asumsi normalitas.

4) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi

normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Gambar berikut ini memperlihatkan hasil uji normalitas yang dilakukan dalam

penelitian ini.

Gambar 5.4
Uji Normalitas Histogtam
Sumber: PT. Semen Tonasa (data diolah).

Gambar histogram di atas menunjukkan bahwa data terdistribusi

secara normal karena bentuk kurva memiliki kemiringan yang cenderung

imbang dan kurva berbentuk menyerupai lonceng (mendekati pola distribusi

normal).

Gambar 5.5
Uji Normalitas Probability Residual
Sumber: PT. Semen Tonasa (data diolah).

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa model regresi

memenuhi asumsi normalitas karena data menyebar di sekitar garis diagonal

dan penyebaran data searah mengikuti garis diagonal tersebut.

5.6.2. Pengujian Hipotesis

Dalam menguji hipotesis digunakan analisis regresi linear berganda,

karena variabel bebasnya lebih dari satu yakni terdiri dari variabel Growth of

Asset (X1) dan variabel DER (X2).

5.6.2.1. Uji F

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara

bersama-sama terhadap variabel tidak bebas . Dalam uji ini kita melihat
pengaruh variabel pertumbuhan aset (X1) dan variabel DER (X2) bersama-

sama terhadap variabel ROA (Y) yang digambarkan pada tabel berikut ini:

Tabel 5.9
Hasil Uji F
ANOVAb

Model Sum of df Mean F Sig


Squares Square
Regression 12.575 2 6.287 3.217 .003a
Residual 3.909 2 1.954
Total 16.484 4
a. Predictors: (Constant), ROA, Pertumbuhan Aset
b. Dependent Variable: DER
Sumber: PT. Semen Tonasa (data diolah)

Hipotesis berbunyi:

H0: b1 = b2 = 0, tidak ada pengaruh perubahan pertumbuhan aset dan DER


terhadap ROA.

H1: b1 ≥ b2 ≥ 0, minimal ada satu pengaruh pada perubahan proporsi


pertumbuhan aset dan DER terhadap ROA.

Pada tabel menunjukkan angka hasil uji F menghasilkan Fhitung sebesar

3,217. Sementara itu nilai pada tabel distribusi nilai F pada taraf signifikansi

5% adalah 19,00. Oleh karena Fhitung 3,217 < F tabel 19,00 maka H1 diterima dan

H0 ditolak, dengan tingkat signifikansi 0,003 (lebih kecil dari 0,05) artinya

antara pertumbuhan aset dan DER memiliki pengaruh linear terhadap ROA.

Dengan kata lain, variabel-variabel independen secara bersama-sama

mempengaruhi jumlah ROA secara signifikan.

5.6.2.2. Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

independen yang terdiri atas pertumbuhan aset dan DER terhadap

Return on Assets (ROA). Pada tabel di bawah dapat kita lihat hasil uji-t

tersebut

Tabel 5.10
Hasil Uji t
Coefficientsa

Unstandardized Coeffitients Standardized


Model Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
 (Constant)  17.590  2.618  6.718 .021
 Pertumbuhan
Aset   .140  .055 1.254  3.525  .027
 DER   .099 .060  -.821 3.654  .024
a. Dependent Variable: ROA

sumber: PT. Semen Tonasa (data diolah)

Berdasarkan data hasil olahan SPSS di atas, maka diperoleh penjelasan sebagai

berikut:

1. Variabel Growth of Asset mendapatkan statistik uji t = 6,718 dengan

signifikansi 0,027. Koefisien hasil uji t dari pertumbuhan aset menunjukkan

tingkat signifikansi 0,027 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan 0,05 (> 5%).

Untuk t hitung yang dihasilkan adalah sebesar 3,525 sedangkan t tabelnya

adalah 2,920. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel (3,525 > 2,920),

maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan aset berpengaruh positif namun

signifikan mempengaruhi Return On Asset (ROA) dengan tingkat

kepercayaan 95%.
2. Variabel DER mendapatkan statistik uji t = -1,654 dengan signifikansi 0,024.

Koefisien hasil uji t dari DER menunjukkan tingkat signifikansi 0,024 yaitu

lebih kecil dibandingkan dengan 0,05 (> 5%). Untuk t hitung yang dihasilkan

sebesar 3,654 sedangkan t tabelnya adalah 2,920. Karena nilai t hitung lebih

besar dari t tabel (3,654 < 2,920), maka dapat disimpulkan bahwa DER

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada

tingkat kepercayaan 95%.

Dari hasil uji t di atas dapat disimpulkan bahwa kedua variabel

independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pada

variabel pertumbuhan aset dan DER berpengaruh positif terhadap ROA.

5.6.3. Uji Korelasi

Untuk mengetahui hubungan antara pertumbuhan aset dan DER

terhadap Rreturn On Asset (ROA) pada PT. Semen Tonasa digunakan uji

korelasi. Uji korelasi merupakan sebuah analisis yang digunakan untuk

menyelidiki hubungan antara dua variable

Tabel 5.11
Uji Korelasi
Correlations
ROA Pertumbuhan Aset DER
Pearson ROA  1.000  .662 .052
Correlation Pertumbuhan Aset  .662  1.000  .720
DER  .052  .720  1.000
Sig. (1-tailed) ROA  .  .008  .448
Pertumbuhan Aset  .008  .  .085
DER  .448  .085  .
N ROA  5  5  5
Pertumbuhan Aset  5  5  5
DER  5 5  5
Sumber: PT. Semen Tonasa (data diolah)
Untuk menafsirkan angka korelasi antar variabel menurut Ari Pratisto

(2009:115) digunakan kriteria sebagai berikut:

 0- 0.25 : korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)

 > 0,25 – 0,5 : korelasi cukup

 > 0,5 – 0,75 : korelasi kuat

 > 0,75 – 1 : korelasi sangat kuat

Berdasarkan data yang diperoleh dari SPSS dapat ditafsirkan

hubungan antara variabel-variabel sebagai berikut:

 Hubungan ROA (Y) terhadap Pertumbuhan Aset (X1)

Berdasarkan data dari tabel di atas dapat diperoleh korelasi antara

ROA (Y) dengan Pertumbuhan Aset 0,662 (X1) yaitu sebesar 0,008.

Hal ini berarti terdapat hubungan yang kuat antara ROA dengan

Pertumbuhan Aset. Korelasi dua variabel tersebut signifikan karena

nilai probabilitasnya 0,008 (<0.025).

 Hubungan ROA (Y) terhadap DER (X2)


Berdasarkan data dari tabel di atas dapat diperoleh korelasi antara

ROA (Y) dengan DER (X2) yaitu sebesar 0.052 yang berarti terdapat

hubungan yang cukup. Korelasi dua variabel tersebut signifikan

karena nilai probabilitasnya 0,008 (<0.025).

5.6.4. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisen determinasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan

antara variabel bebas dengan variabel terikat. Nilai R2 terletak antara 0

sampai dengan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Tujuan menghitung koefisien determinasi

adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Dari hasil analisis data diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5.12
Koefisien Determinasi (R2)

Model R R square Adjusted R Std. Error of


Square Estimate
1 .873a .763 .526 1.39801

a. Predictors : (Constant), DER, Pertumbuhan Aset

b. Dependent Variable : ROA

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai adjusted R2 adalah

0,763. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 76,3% ROA dari PT. Semen

Tonasa dipengaruhi oleh variasi dari kedua variabel independen yang

digunakan, yaitu Pertumbuhan Aset dan DER. Sedangkan sisanya sebesar

22,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model penelitian, seperti


Bussiness Risk. Dengan demikian, hubungan kedua variabel bisa dikatakan

sangat kuat karena nilai R square mendekati angka 1.

5.7. Hasil Analisis Regresi Berganda

Pembuatan persamaan regresi berganda dapat dilakukan dengan

menginterpretasikan angka-angka yang ada di dalam unstandardized coefficient

beta pada tabel berikut:

Tabel 5.13
Hasil Analisis Regresi Berganda

Coefficientsa

Unstandardized Coeffitients Standardized


Model Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
 (Constant)  17.590   2.618  6.718 .021
 Pertumbuhan
Aset  .140  .055  1.254 3.525  .027
 DER  .099  .060 -.821 3.654 .024

Sumber: PT. Semen Tonasa (data diolah)

Dari Tabel di atas, dengan memperhatikan angka yang berada pada kolom

Unstandardized Coefficient Beta, maka dapat disusun persamaan regresi berganda

sebagai berikut:

Y = 17,590 + 0,140X1 + 0,099X2

Dari persamaan regresi di atas maka dapat diinterpretasikan beberapa hal, antara

lain:
1. Nilai konstanta persamaan di atas adalah sebesar 17,590. Angka tersebut

menunjukkan tingkat Return On Asset (ROA) yang diperoleh oleh

perusahaan bila tingkat Pertumbuhan Aset dan DER diabaikan.

2. Variabel pertumbuhan aset memiliki nilai koefisien regresi yang positif yaitu

sebesar 14%. Nilai koefisien positif menunjukkan bahwa pertumbuhan aset

terhadap jumlah ROA berpengaruh positif. Hal ini menggambarkan bahwa

jika terjadi kenaikan pertumbuhan aset sebesar 1 persen, maka DER akan

mengalami peningkatan sebesar 14% dengan asumsi variabel independen yang

lain dianggap konstan. Nilai positif yang dihasilkan memberi dampak yang

menguntungkan bagi perusahaan karena semakin besar aset yang dimiliki

semakin besar aktiva yang akan menambah profitabilitas perusahaan jika

dikelola dengan baik.

3. Variabel DER memiliki nilai koefisien regresi yang positif yaitu sebesar 9,9%.

Nilai koefisien yang positif ini menunjukkan bahwa DER berpengaruh positif

terhadap ROA. Hal ini berarti setiap kenaikan tingkat DER sebesar 1 persen

maka DER akan mengalami kenaikan sebesar 9,9% dengan asumsi bahwa

variabel independen yang lain dianggap konstan.

BAB VI

PENUTUP
1.
2.
3.
4.
5.
6.
6.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis paparkan terhadap data

penelitian yang telah terkumpul kemudian diolah mengenai pengaruh

pertumbuhan aset dan Debt to Equity Ratio(DER) terhadap Return On Asset

(ROA) pada PT. Semen Tonasa periode 2006-2010, maka penulis dapat menarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. PT. Semen Tonasa telah memiliki profitabilitas yang baik dalam menutupi

hutang perusahaan. Hal ini diperlihatkan dengan hasil perhitungan analisis

deskriptif yang menunjukkan nilai rata-rata pertumbuhan aset dan struktur

modal yang terus meningkat.

2. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa pertumbuhan aset dan

struktur modal secara signifikan mempengaruhi profitabilitas pada PT.

Semen Tonasa dimana pertumbuhan aset berpengaruh positif (jika

pertumbuhan aset naik, maka ROA naik) dan DER berpengaruh positif

(jika DER naik, ROA ikut naik).

3. Variabel yang paling berpengaruh dominan terhadap struktur modal

adalah Growth of Asset.

4. Hasil estimasi dari model regresi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

variabel-variabel independen yang ada mampu menjelaskan jumlah Return

97
On Asset sebesar 76,3%, sedangkan sisanya 23,7% dijelaskan oleh faktor

lain di luar model penelitian ini.

6.2. Saran

Setelah melakukan penelitian, pembahasan, dan merumuskan kesimpulan

dari hasil penelitian, maka penulis memberikan beberapa saran yang berkaitan

dengan penelitian yang telah dilakukan untuk dijadikan masukan dan bahan

pertimbangan yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain

sebagai berikut:

1. Penulis menyarankan agar PT. Semen Tonasa lebih berani untuk

menginvestasikan modalnya sehingga mampu meningkatkan profitabilitas.

2. Penelitian ini akan lebih sempurna dengan memasukkan beberapa variabel

yang dianggap perlu atau mendukung penelitian ini, misalnya mengenai

business risk.

3. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu, penulis memberikan saran untuk penelitian selanjutnya

sebaiknya melakukan penelitian terhadap struktur modal kerja secara

fokus dan aplikatif dengan menambah jumlah objek penelitian maupun

memperpanjang data time series, misalnya 10 tahun serta diharapkan agar

dapat menambah referensi tentang materi ini.


DAFTAR PUSTAKA

Brigham, Eugene F dan Joel F Houston, 2001. Manajemen Keuangan. Edisi


Delapan, Jakarta.
Hampton, John J., 1990. Financial Decision Making: Concepts, Problems
and Chases, 4th edition, Prentice Hall, India.
Hartono, 2003, “Kebijakan Struktur Modal: Pengujian Trade Off Theory dan
Pecking Order Theory (Studi pada Perusahaan Manufaktur)”. Perspektif,
Vol 8, No.2, Desember 2003: 249-257.
Husnan, Suad, 1998. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan
(Keputusan Jangka Pendek). Buku pertama BPFE. Yogyakarta.
Husnan, Suad, 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan
(Keputusan Jangka Panjang). Buku 1. Edisi 4. BPFE. Yogyakarta.
Arthur J. Keown, David F Scot. J D, Basic Financial Management, 7th
edition. Pearson Education Asia Pte. Ltd 1996.
Gerald, Ashwinpaul dan Dov, The Analysis and Use of Financial
Statements, International Edition, John Wiley & Sons.Inc. tahun 2003.

Anda mungkin juga menyukai