Anda di halaman 1dari 76

MULAINYA HIDUP MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA

DALAM MASA PRANATAL DAN MASA BAYI

RM. JOSEPH NAHAK, PR. MA.

FAKULTAS FILASAFAT AGAMA


UNINERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
1994
KATA PENGANTAR

Hidup manusia itu mulai pada saat berpadunya sel kelamin pria (suami) dan sel
telur wanita (isteri). Inilah yang dikenal sebagai fase pembuahan. Fase ini disusul dengan
fase embrional dan fase fetal. Lingkungan hidup fetus ini adalah kandungan ibu, hal ini
berarti bahwa kebutuhan-kebutuhan janin seperti makanan dan zat pembakar, diperoleh
dari ibunya.
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia pada masa
pranatal dan masa bayi. Faktor-faktor itu terutama adalah faktor ibu dengan keadaan
biologik, fisioogik dan psikologiknya yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan janin
dalam kandungannya selain faktor gizi dan lingkungan. Pengaruh faktor-faktor ini bisa
bersifat positif tapi juga bisa negatif. Bersifat positif, bila pengaruh itu menghasilkan
suatu perkembangan yang sehat dan normal pada bayi dan bersifat negatif, bila pengaruh
itu membawakan suatu kerugian bagi janin, entah bersifat fisik maupun psikologik.
Banyak mahasiswa kurang memiliki suatu pengatahuan yang memadai tentang
faktor-faktor di atas termasuk dampaknya terhadap kehidupan bayi dalam kandungan ibu.
Bagitu pun banyak calon ibu atau ibu hamil dalam masyarakat kurang mengetahui
pengaruh faktor-faktor di atas terhadap kehidupan janin dalam kandungan mereka,
sehingga sering mereka melakukan tindakan-tindakan atau praktek-praktek yang kurang
mendukung perkembangan bayi dalam kandungannya. Misalnya ada sementara ibu hamil
yang memiliki kebiasaan merokok. Sementara calon ayah juga sering tidak menciptakan
suasana yang aman dalam keluarga, sehingga secara psikologik ibu juga bisa berpengaruh
termasuk bayi dalam kandungannya.
Melihat keadaan-keadaan seperti yang dilukiskan di atas, maka tujuan penulisan
makalah ini pada tempat yang pertama adalah membekali para mahasiswa dengan
pengetahuan-pengetahuan tentang kehidupan manusia dalam kandungan ibu serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Untuk para calon ibu dan lebih khusus lagi ibu hamil,
pengetahuan-pengetahuan ini merupakan suatu sumbangan kecil dalam menghadapi masa
hamilnya. Ada banyak al positif yang harus dilakukannya, demi perkembangan bayi yang
sehat dalam kandungannya.

II
Pada tempat yang kedua, bahasan dalam makalah ini juga kiranyadapat
menyadarkan para ibu mengenai peran mereka sebagai cocreator Allah. Para ibu dan
ayah adalah rekan-rekan sekerja Allah dalam menciptakan manusia baru. Ini merupakan
suatu tugas yang mulia dan luhur yang harus disyukuri dan dihayati sepenuh hati.
Akhirnya pengetahuan-pengetahuan tentang kehidupan psikologik bayi kiranya
dapat membantu para orang tua dalam berinteraksi denagn bayi-bayi mereka. Lewat
interaksi ini bayi dapat merasakan apa yang dilakukan oleh ibu atau ayahnya terhadap
dirinya, karena ia mengerti orang tuanya berdasarkan bahasa non-verbal mereka.
Makalah yang berjudul “Mulainya Hidup Manusia Dan Perkembangannya Dalam
Masa Pranatal Dan Masa Bayi” ini terdiri dari tiga bagian. Dalam bagian yang pertama
dibicarakan mengenai “Pengertian Prinsip-Prinsip psikologi Perkembangan,” bagian
kedua tentang “Mulainya Hidup Manusia dan Faktor-Faktor yan Mempengaruhinya” dan
akhirnya bagian ketiga tentang “Perkembangan Psikologik Bayi.”

III
DAFTAR ISI
Hal

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. I


KATA PENGANTAR ................................................................................................ II
DAFTAR ISI ............................................................................................................... IV

POKOK BAHASAN I : PENGERTIAN, TEORI-TEORI DAN HUKUM-HUKUM


PERKEMBANGAN
A. Pengertian Perkembangan dan Faktor-Faktor Penentu Perkembangan
1. Pertumbuhan dan Perkembangan ........................................................ 2
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan .......................... 3
B. Teori-Teori Perkembangan
1. Teori-Teori Perkembangan ................................................................. 6
2. Implementasi Teori-teori Terhadap Dunia Pendidikan ....................... 11
C. Hukum-Hukum Perkembangan dan Fase-Fase Hidup Manusia
1. Hukum-Hukum Perkembangan .......................................................... 12
2. Pentahapan Hidup Manusia ................................................................ 14

POKOK BAHASAN II : MULAINYA HIDUP MANUSIA DAN FAKTOR-FAKTOR


YANG MEMPENGARUHINYA
A. Mulainya Kehidupan Manusia
1. Fase-Fase Perkembangan Manusia Dalam Periode Pranatal .............. 20
2. Beberapa Aktivitas Bayi Dalam Kandungan ...................................... 22
B. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Periode Pranatal
1. Faktor-Faktor Pengaruh Dalam Perkembangan ................................. 22
2. Tanda-Tanda Kehamilan ..................................................................... 30

POKOK BAHASAN III : PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS BAYI


A. Gerakan Refleks Bayi dan Pertumbuhan Indra atau Fisik
1. Gerakan Refleks Dasar ....................................................................... 34
2. Perkembangan Fisik ............................................................................ 35
3. Sensasi dan Perkembangan Persepsual ............................................... 36
4. Perkembangan Motorik ....................................................................... 38
5. Asi Dan Pasi ........................................................................................ 40
B. Perkembangan Intelegensi
1. Perkembangan Belajar Pada Bayi ....................................................... 42
2. Teori Plaget Mengenai Perkembangan Intelegensi ............................. 43
3. Pengertian Intelegensi Menurut Plaget ............................................... 44
4. Tahap-Tahap Perkembangan Intelegensi ............................................ 45
C. Perkembangan Bahasa
1. Tangisan .............................................................................................. 51
2. Ocehan atau Meraban ......................................................................... 51
3. Pemberian Isyarat ................................................................................ 51
4. Ekspresi Emosional ............................................................................. 52
5. Representasi Mental ............................................................................ 52

IV
D. Perkembangan Emosi Bayi/Afektif
1. Rasa Takut .......................................................................................... 54
2. Menangis dan Marah ........................................................................... 54
3. Senyum Gembira dan Tertawa ............................................................ 55
E. Perkembangan Sosial dan Moral
1. Tingkah Laku Lekat Anak .................................................................. 57
2. Kepercayaan Versus Ketakpercayaan ................................................. 59
3. Interaksi Ibu Anak Selama Pemberian Makan .................................... 61
4. Kelahiran Psikologik ........................................................................... 61
5. Perkembangan Moral .......................................................................... 63

DAFTAR KEPUSTAKAAN

V
POKOK BAHASAN I
PENGERTIAN,TEORI-TEORI DAN HUKUM-HUKUM PERKEMBANGAN

Tujuan Pokok Bahasan:


Memahami: pengertian perkembangan dan pertumbuhan, faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan, teori-teori perkembangan serta hukum-hukum
perkembangan. Ada tiga sub-pokok bahasan :
A. Pengertian Perkembangan Dan Faktor-Faktor Pengaruh Dalam Perkembangan
Manusia
B. Teori-Teori Perkembangan
C. Hukum-Hukum Perkembangan Dan Fase-Fase Hidup Manusia

A. Pengertian Perkembangan Dan Serta Faktor-Faktor Penentu Perkembangan


Psikologi adalah “ilmu pengetahuan yang secara sistimatis mempelajari tingkah
laku dan proses-proses mental”. Perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang
lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali atau dibalik.Ia menunjuk
pada perubahan-perubahan yang relatif bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.
Jadi perkembangan selalu mengarah kepada sesuatu yang maju. Berdasarkan pengertian
di atas, para ahli Psikologi lalu memberikan berbagai defInisi mengenai Psikologi
Perkembangan. J. Monks dan kawan-kawannya mengartikan psikologi Perkembangan
sebagai “suatu ilmu yang lebih mempersoalkan faktor-faktor umum yang mempengaruhi
proses perkembangan yang terjadi dalam diri pribadi seseorang dengan menitikberatkan
pada relasi antara kepribadian dan perkembangan”.1 Psikologi.Perkembangan juga dapat
diartikan sebagai “cabang psikologi yang membicarakan unsur-perilaku anak yang
dipandang sebagai prasyarat terbentuKnya perilaku orang dewasa yang kompleks”
(Encyclopedia International). Psikologi Perkembangan adalah “suatu cabang psikologi
yang membahas tentang gejala-gejala jiwa seseorang baik yang menyangkut
pertumbuhan maupun kemunduran/penurunan perilaku seseorang sejak masa konsepsi

1
Prof. Dr. F.J. Monks, Prof. Dr. A.M. Knoers dan Prof. Dr. Siti Rahayu Haditono, Psikologi
Perkembangan (Jogyakarta: Gajah Mada University Press, 1984), hal. 4.

1
hingga dewasa” (Abu Ahmadi, hal. 4). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Psikologi Perkembangan adalah cabang Psikologi yang mempelajari ciri prilaku manusia
dan dinamikanya pada masa kelahiran hingga usia lanjut dan kematian.
Ditinjau dari proses perkembangannya, maka ada dua proses yanng menyertai
setiap perkembangan atau pertumbuhan yang nampaknya saling berlawanan dalam hidup
manusia. Kedua proses itu adalah atrofi dan evolusi. Evolusi adalah perkembangan secara
berangsur-angsur, perlahan-lahan, sedangkan atropi adalah kemunduran atau penurunan.
Kemampuan-kemampuan manusia baik fisik maupun psikis misalnya, setelah mencapai
puncak perkembangannya, akan mengalami penurunan. Pada tahun-tahun pertama
kehidupan, biasanya evolusi lebih dominan waktu tapi manusia mencapai usia lanjut atau
tua, maka atropia menjadi dominan, meski pertumbuhan tak berhenti sama sekali.
Rambut atau bulu badan misalnya, terus bertumbuh, meski manusia telah mencapai umur
tua. Begitu pun sel-sel tubuh terus menerus mengalami pergantian.
Ditinjau dari jenis perkembangan manusia, maka Psikologi Perkembangan
mengenal dua macam perkembangan yakni perkembangan filogenetik dan perkembangan
ontogenetik.2 Perkembangan filogenetik adalah perkembangan atau evolusi historis
manusia (species) sebagai suatu keseluruhan, jadi perkembangan dari masa ke masa.
Sedangkan perkembangan ontogenetik adalah perkembangan individu selama hidupnya.
Jadi perkembangan dari usia ke usia.

1. Pertumbuhan dan Perkembangan


Antara pertumbuhan dan perkembangan ada perbedaan tapi juga ada kesamaan
dan hubungan erat. Keduanya dapat dibedakan tapi tak dapat dipisahkan. Pertumbuhan
lebih meyangkut ukuran-ukuran tubuh serta fungsi-fungsi fisik secara murni sedangkan
perkembangan lebih menyangkut aspek psikis atau psikologik. Perkembangan dalam
prosesnya berhubungan dengan aktivitas belajar sedangkan pertumbuhan tidaklah
demikian. Tanpa belajar anak akan sulit menyatakan keberanian serta kegembiraannya
dll. Belajar di sini diartikan sebagai perkembangan berkat adanya latihan dan usaha
individu. Sebaliknya bila kebutuhan fisik anak terpenuhi secara memadai, pertumbuhan
fisik anak dengan sendirinya akan berlangsung. Hasil pertumbuhan pada saatnya akan
2
Michael D. Berzonsky, Adolescent Development, (New York : Macmillan Publishing Conpany, Inn.,
1981), hal.15

2
mencapai satu titik “kemasakan”/kematangan yang nerupakan potensi yang siap untuk
berfungsi pada taraf kemampuan yang lebih tinggi. Fungsi-fungsi filogenetik yakni
fungsi-fungsi yang berlaku pada manusia umumnya, seperti merangkak, duduk, berdiri,
dan berjalan berkembang, terutama berkat adanya kematangan. Dengan demikian suatu
pertumbuhan pada akhirnya akan “selesai” akan mencapai titik optimal. Namun
perkembangan akan berlangsung sepanjang hidup, “kekal” dan tak pernah akan selesai.
Tokh antara perkembangan dan pertumbuhan ada persamaan yakni baik
perkembangan maupun pertumbuhan merupakan suatu proses, ada suatu keterarahan dan
perubahan menuju suatu tujuan, menuju suatu taraf yang lebih tinggi dan tak bisa diulang.
Selain itu, perkembangan maupun pertumbuhan memiliki hubungan erat. Perkembangan
untuk sebagiannya ditentukan oleh pertumbuhan. Atau dengan kata lain, perkembangan
untuk sebagiannya merupakan hasil pertumbuhan dan kematangan. Misalnya tumbuhnya
pusat saraf pada daerah Broka memungkinkan anak untuk berbicara dan menelaah arti
kata-kata. Dengan demikian perkembangan dapat dirumuskan sebagai” suatu proses yang
kekal dan tetap yang menuju ke suatu arah organisasi, pada tingkat integrasi yang lebih
tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pemasakan dan belajar.Belajar di sini menyangkut isi
belajar/apa yang dipelajari dan bagaimana sesuatu itu dipelajari entah dengan pengertian
atau memorisasi.Organisasi dan struktur yang lebih tinggi berarti tingkah laku itu
mempunyai lebih banyak diferensiasi, artinya tingkah laku itu tidak hanya lebih luas tapi
juga mengandung kemungkinan-kemungkinan yang lebih banyak.Organisasi artinya di
antara tingkah laku itu ada saling hubungan yang bersifat khas.

2. Fakor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan


Ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia. Faktor-faktor itu
adalah faktor pembawaan (Nativisme), Faktor lingkungan (mileu), faktor kematangan dan
faktor belajar.3
Faktor pembawaan. Tokoh aliran ini adalah Schopenhaner. Ahli-ahli yang
mengikuti aliran naturalistik ini berpendapat bahwa perkembangan individu semata-mata
ditentukan oleh faktor-faktor yang di bawa sejak lahir. Pengaruh dari luar tak akan
mampu mengubah pembawaan anak. Karena yang berpengaruh adalah keadaan biologik
3
Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, Psikologi Perkembangan (Semarang; IKIP Semarang Press,
1990), hal. 10-18.

3
maka disebut biologisme. Dan karena pendidikan tak mampu merobah anak maka aliran
ini disebut pesimisme pedogogis.
Untuk mempertahankan pandangan mereka, penganut-penganut aliran ini
menunjukkan berbagai kesamaan dan kemiripan antara orang tua dan anak-anaknya.
Misalnya kalau ayah ahli musik maka kemungkinan besar anak juga aka ahli musik dll.
Faktor pembawaan yang berpengaruh terhadap perkembangan anak, bersumber pada
potensi biologik seperti otot-otot dan konstitusi tubuh, sedangkan potensi-potensi
psikologik yang berpengaruh adalah inteligensi bakat, emosi dll. Oleh karena itu menurut
aliran ini perhatian perlu diberikan kepada faktor-faktor biologik seperti air susu ibu yang
cukup, gizi yang memenuhi syarat, perhatian dan kasih sayang.
Dari segi pendidikan, pandangan Naturalistik ini tak dapat dipertahankan. Sebab
kalau aliran ini diterima maka usaha-usaha pendidikan selama ini seperti sekolah,
pendidikan dalam keluarga, dihentikan saja. Dengan demikian pandanga ini terlalu berat
sebelah, karena bertentangan dengan kenyataan, di mana pendidikan itu perlu dan harus
dilakuakn demi perkembangan anak.
Faktor Lingkungan. Faktor ini dikenal sebagai empirisme. Para ahli yang
berpandangan empiristik ini berpenadapat bahwa perkembangan semat-mata bergantung
pada lingkungan termasuk lingkungan pendidikan dan pengalaman sedangkan
pengalaman tak berpengaruh sama sekali. Tokoh utama aliran ini adalah Francis Bacon
dan John Locke. Mereka mengatakan bahwa anak dilahirkan dalam keadaan kosong,
bagaikan sehelai kertas putih yang belum ditulisi. John Locke mengistilahkannya dengan
“tabula rasa” yang berarti meja-lilin. Maksudnya meja berlapis lilin yang belum digoresi
sama sekali. Karena lingkungan berkuasa maka aliran ini juga disebut Sosiologisme dan
karena pengaruhnya positif maka disebut optimisme pedagogis.
Pendapat ini diterima juga oleh filsuf Immanuel Kant. Ia mengatakan bahwa
manusia hanya dapat menjadi manusia, hanya karena pendidikan, ia tak lain dari pad hasil
pendidikan. Namun paham empiristik ini tak dapat dipertahankan secara mutlak.
Kenyataan menunjukkan bahwa anak orang-orang kaya dan pandai sering kurang berhasil
dalam pendidikan, meskipun fasilitas pendidikan telah terpenuhi, sedangkan anak-anak
orang miskin seringkali lebih berhasil dalam pendidikan dari pada anak-anak orang kaya
walaupun fasilitas belajar kurang memadai dan sangat minim. Memang tak dapat

4
disangkal bahwa pengaruh lingkungan ini tidak kecil terhadap anak. Karena perilaku
anak yang berbeda-beda itu untuk sebagiannya atan seluruhnya dipengaruhi oleh
kejadian-kejadian dalam lingkungan seperti pengaruh kebudayaan, pengaruh golongan
sosial, pengaruh keluarga dan pengaruh kelompok-kelompok sebaya. Misalnya
kebudayaan yang menekankan kerja keras dan disiplin akan dapat berpengaruh terhadap
anak-anak. Dalam hal ini anak akan suka bekerja keras dan disiplin.
Pengaruh golongan sosial dapat terasa misalnya Amerika Serikat. Ada tiga
golongan di sana yakni upper, middle dan lower class. Dan tiap kelas masih dibagi lagi
atas dua kelas. Tiap golongan memiliki pandangan tertentu tentang orang, normadan
tujuan hidup. Antara golongan itu dengan sendirinya tak sepandangan dalam banyak hal.
Kesulitan ini antara lain muncul bila guru berasal dari suatu tertentu dan mengajarkan
pandangan dan sikap-sikapnya kepada anak didik yang berasal golongan kelas lain yang
memiliki norma dan pandangan yang berbeda. Pasti akan timbul yang tidak kecil.
Pengaruh Keluarga. Keluarga merupakan lingkungan primer pertama yang
memberikan pengaruh yang sangat penting bagi anak. Di sini anak belajar norma-norma,
serta sikap dan kebiasaan-kebiasaan. Bagi guru perilaku anak di sekolah merupakan satu
petunjuk tentang keadaan di rumah. Anak dari keluarga otokratis misalnya suka
menentang atau terlalu patuh karena takut dimarahi.
Kelompok Anak Sebaya. Anak-anak sekolah membentuk kelompok-kelompok
entah itu berdasarkan minat, hobi atau permainan. Hal ini antara lain merupakan suatu
reaksi terhadap orang dewasa yang kurang menghargai mereka. Dalam kelompok tersebut
mereka merasa aman dan diterima serta dihargai. Kelompok ini memiliki nomornya
tersendiri, yang harus ditaati oleh kelompok. Anak-anak muda belajar banyak dari
kelompok sebaya ini, misalnya belajar bertanggung jawab, belajar kerja sama dstnya.
Orang tua perlu mengerti dan menyadari kelompok ini. Mangabaikan kelompok ini
berikut peraturannya akan menimbulkan pertentangan William Stern coba
menggabungkan dua faktor di atas menjadi teori konvergensi. Ini berarti baik bakat,
pembawaan maupun faktor lingkungan dua-duanya berpengaruh terhadap perkembangan
anak.
Faktor kematangan. Perkembangan anak ditentukan juga oleh kematangan.Yang
dimaksudkan dengan kematangan adalah siapnya fungsi suatu kehidupan baik fisik

5
maupun psikis untuk berkembang dan melakuakn tugasnya. Dalam hal ini, potensi-
potensi anak baik rohani maupun jasmani yang dulunya merupakan suatu kemungkinan
sekarang mulai berfungsi. Misalnya anak yang berumur dua tahun belum mampu untuk
mengkomunikasikan gagasannya, karena belum mencapai kematangan. Hal ini akan
berbeda dengan anak 6-12 tahun. Yang terakhir ini sudah bisa mengkomunikasikan
idenya baik secara lisan maupun secara tertulis, karena ia sudah mencapai kematangan.
Ada berbagai aspek kematangan, ada kematangan fisik, kematangan intelektual,
kematangan sosial dan kematangan moral. Misalnya kematangan sosial tercapai bila
tercapai taraf kesanggupan untuk berkontak dan bergaul dengan orang lain. Kematangan
moral tercapai bila anak mampu membedakan yang baik dan jahat. Kematangan
emosional di mana anak mencapai kesanggupan untuk menguasai dan mengenal
perasaannya sendiri.
Faktor Belajar. Akhirnya ketiga faktor yang dibicarakan di atas tak dapat
berfungsi dengan baik, kalau faktor manusia sendiri diabaikan yakni faktor belajar dalam
arti yang luas dengan segala yang berkaitan dengan itu seperti faktor motif yang
menentukan arah perkembangan manusia, adaptasi dan asimilasi, akomodasi dan imitasi.
Dengan demikian manusia tak hanya pasif belaka tapi juga aktif dan dinamis dalam
menentukan perkembangan dirinya. Perkembangan itu menyangkut diferensiasi dan
integrasi dalam pola tingkah laku manusia. Misalnya gerakan bayi, mula-mula gerakan
itu meliputi seluruh tubuh, lama kelamaan gerakan itu menjadi lebih teratur dan
terorganisir. Misalnya kalau haus, anak Cuma memalingkan leher untuk mancari air.
Pada hal sebelumnya kalau ia haus, ia akan menggerakkan seluruh tubuhnya, kaki,
tangan, dan seluruh tubuh bergerak bersama-sama.

B. Teori-Teori Perkembangan
Dalam bagian-bagian yang terdahulu sudah dibicarakan tentang apa yang
dimaksudkan dengan perkembangan. Namun bagaimana perkembangan itu terjadi, tak
ada kesatuan pendapat di antara para ahli. Oleh karena itu timbul berbagai teori tentang
bagaimana perkembangan itu terjadi.

6
Ada tiga macam teori, teori yang bersifat deduktif, teori yang induktif dan teori
yang fungsional.4Dalam teori deduktif diberikan keterangan yang dimulai dari suatu
pandangan spekulatif ke arah data yang akan diterangkan. Pandangan yang ekstrim
dijumpai dalam pandangan positivistis dan behaviorists.Dalam teori fungsional, terdapat
interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoretis.Berdasarkan tiga pembagian ini,
maka teori menunjuk kepada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Teori juga
dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok hukum yang
diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di sini teori bergerak dari data ke
konsep yang teoretis.Akhirnya suatu teori dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan
yang menggeneralisir. Secara sangat umum teori adalah satu konseptualisasi yang umum
yang diperoleh secara sistimatis. Teori harus dapat diuji kebenarannya, kalau tidak itu
bukan teori.
1. Teori-Teori Perkembangan
Ada sejumlah teori yang diberikan di sini yakni teori-teori yang berdasarkan
aliran-aliran Psikologi, teori yang berorientasi biologis, teori lingkungan, teori yang
berdasarkan tugas-tugas perkembangan manusia dan teori Emansipasi. Teori yang
berdasarkan aliran aliran Psikologi dapat dibedakan atas teori Asosiasi, teori Gestalt, teori
Psikodinamika, teori Fenomenologis, teori Kognitif dan teori Behaviorisme.
Teori Asosiasi dipelopori oleh Fried Hebert. Menurut teori ini hakekat
perkembangan adalah proses asosiasi yakni proses menghubung-hubungkan unsur atau
bagian-bagian suatu obyek. Jadi seluruh obyek terbentuk dari bagian-bagian atau unsur-
unsur yang saling berasosiasi yakni ada keterikatan satu sama lain, sehinggga menjadi
suatu keseluruhan. Misalnya konsep anak mengenai lonceng mula-mula anak mendengar
bunyi lonceng itu, ia merabanya serta dapat membunyikannya. Lama-kelamaan kesan
yang diperoleh anak itu saling berhubungan dan terbentuklah konsep anak tentang
lonceng. Salah satu tokoh yang terkenal dari aliran ini adalah John Locke. Ia mengatakan
bahwa anak dilahirkan dalam keadaan bersih seperti selembar kertas putih, kemudian
baru terisi oleh pengalaman-pengalaman. Jadi menurut John Locke perkembangan jiwa
anak banyak sedikitnya sejalan dengan pengalaman yang diperoleh anak.
Teori Perkembangan menurut Aliran Gestalt.

4
J. Monks et, al., Op. Cit., hal.8-22.

7
Pelopor aliran ini adalah Wilhem Wundt. Berlawanan dengan aliran asosiasi,
penganut-penganut aliran Gestalt berpendapat bahwa perkembangan tidak lain dari proses
diferensiasi. Dalam proses ini yang primer adalah keseluruhan sedangkan bagian-
bagiannya mempunyai arti sejauh ada hubungan dengan keseluruhan. Keseluruhan ada
lebih dahulu baru kemudian muncul bagian-bagiannya. Melihat seorang teman dari
kejauhan misalnya, maka yang dilihat adalah teman itu secara keseluruhan baru
kemudian muncul hal-hal yang khusus. Begitupun pengalaman anak terhadap dunia luar,
mula-mula anak merasa satu dengan dunianya, kemudian sedikit demi sedikit ia mulai
membedakan diri dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Erat berkaitan dengan pandangan di atas adalah pandangan Neogestalt. Menurut
pandangan Neogestalt, perkembangan bukan saja satu proses diferensiasi tapi juga satu
stratifikasi. Struktur kepribadian manusia terdiri dari strata atau lapisan yang makin lama
makin bertambah sesuai dengan tingkat perkembangan kedewasaan manusia. Inti
kepribadian manusia itu berisikan ha-hal yang bersifat pribadi yang tak mudah unutk
dinyatakan kepada orang lain.
Teori Psikoanalisa. Menurut Freud, ada beberapa fase perkembangan manusia.
Fase oral, fase anal, fase falis, fase latensi dan fase pubertas. Dalam fase oral, kenikmatan
berpusat pada mulut. Anak sering kelihatan mengisap jarinya. Dalam fase anal,
kenikmatan berpusat pada dubur. Anak sering bermain dengan fesesnya. Dalam fase falis,
pusat kenikmatan terdapat dalam alat kelamin. Dengan menyentuh alat kelaminnya, anak
akan mengalami kenikmatan. Pada fase latensi, kurang lebih pada umur anak SD,
dorongan seksual anak, nampaknya terhenti. Pada masa puber, dorongan seksual anak
kembali muncul.
Sebelum munculnya tahap falis, anak laki-laki mencintai ibunya dan
mengidentifisir diri dengan ayah. Begitupun anak wanita mencintai ayahnya dan
mengidentifisir diri dengan ibunya. Dalam perkembangan selanjutnya, oleh dorongan dan
minat, anak laki-laki ingin memiliki ibu (secara mental) dan merasa iri terhadap ayahnya.
Inilah yang oleh Freud dinamakan kompleks Oedipus. Oedipus adalah raja mitologi
Yunani yang membunuh ayahnya dan mengawini ibunya. Kompleks Oedipus ini berlaku
baik untuk anak laki-laki maupun anak wanita. Jung lalu mengintrodusir istilah
“kompleks Elektra” untuk menyatakan kompleks yang terdapat pada anak perempuan.

8
Jung mengandaikan bahwa kompleks elektra berjalan bersamaan/simentris dengan
kompleks Oedipus pada anak laki-laki. Tapi Freud menolak simetri ini. Alasan utamanya
adalah karena pada masa ini hanya terdapat satu macam seksualitas saja pada anak laki-
laki dan pada anak wanita yakni seksualitas falis.
Sejalan dengan perkembangan di atas, anak laki-laki merasa tertarik kepada
ibunya tapi takut terhadap ayahnya, karena sangkanya ia akan dikastrasi oleh ayahnya.
Inilah ketakutan kastrasi. Anggapan ini muncul dari kenyataan bahwa adik
perempuannya, tak memiliki penis. Ketiadaan penis ini merupakan tanggung jawab
ayahnya. Dalam pemikirannya, apa yang dilakukan ayahnya terhadap adik
perempuannya, bisa juga dilakukan ayahnya terhadap dirinya. Rasa takut inilah yang
membuat anak laki-laki mengidentifisir diri dengan ayahnya, yakni dengan mengambil
alih sikap dan perilaku ayahnya. Hal yang sama berlaku bagi anak wanita. Dengan
demikian berkembanglah peran jenis kelamin laki-laki dan peran jenis kelamin wanita.
Teori Perkembangan Menurut Psikologi Kognitif.
Psikologi kognitif lebih menitikberatkan perhatiannya pada kognisi atau
pemahaman manusia/proses internal manusia. Disebut juga teori proses informasi karena
proses mental itu berkaitan dengan bagaimana manusia memproses informasi-informasi
yang masuk dalam pikiran dan ingatan manusia untuk selanjutnya diproduksi lagi.
Perkembangan lalu menurut aliran ini dipahami sebagai perkembangan kognisi. Salah
seorang tokoh aliran ini adalah J. Piaget yang membagi perkembangan kognisi manusia
atas empat periode yakni periode sensori motorik, periode Pra-operasional, periode
operasi kongkrit, dan periode formal.
Pandangan Psikologi Fenomenologis.
Menurut pandangan ini, ada beberapa kenyataan pada manusia yang
memungkinkan perkembangan manusia. Kemyataan-kenyataan itu disebut azas yakni
azas biologik, azas ketakberdayaan,azas rasa aman dan azas eksplorasi. Anak adalah
makhluk biologis dan oleh karena itu supaya perkembangannya dapat berlangsung, maka
keadaan biologisnya haruslah normal. Dalam hal ini anak yang cacat akan terhalang
perkembangannya atau tak mengalaminya sama sekali. Atau bisa juga mengalami
kelainan dalam perkembangannya. Anak dilahirkan dalam keadaan tak berdaya.
Ketakberdayaan ini bukan berarti suatu kekurangan, karena keadaan inilah yang

9
memungkinkan anak untuk berkembang. Ia makhluk terbuka yang perkembangannya tak
dibatasi oleh insting-instingnya. Anak juga membutuhkan kebutuhan psikologis seperti
kasih sayang, perhatian dan rasa aman. Pemberian kasih sayang tak boleh berlebih-
lebihan agar anak tak menggantungkan diri pada orang tua. Tapi sebaliknya pemberian
kasih sayang haruslah membantu anak untuk mandiri dalam aspek-aspek kehidupannya.
Asas eksplorasi juga penting dalam perkembangan anak. Eksplorasi ini dijalankan dengan
berbagai cara seperti menggunakan fungsi motoriknya: mulut, tangan, dll.
Kemudian setelah anak berkembang dewasa, eksplorasi dijalankan dengan
menggunakan inderanya dan akhirnya dengan fungsi-fungsi psikisnya. Dalam eksplorasi
ini anak belajar banyak hal antara lain sifat benda-benda (panas, dingin dll), sifat-
manusia, dan akhirnya sifatnya sendiri. Pembatasan terhadap eksplorasi anak, akan sangat
mempengaruhi proses belajarnya. Karena anak harus diberi kesempatan untuk
menjelajahi lingkungannya.
Pandangan Sosiologis. Pandangan fenomenologis di atas sebenarnya banyak
dipengaruhi oleh pandangan sosiologis. Menurut pandangan sosiologis, perkembangan
tak lain dari pada proses sosialisasi. Anak mula-mula prasosial, tapi lama kelamaan
disosialisasikan, ia mulai berkontak dan bergaul dengan orang lain. Menurut Baldwin,
perkembangan sebagai proses sosialisasi berlangsung dalam bentuk seleksi dan imitasi.
Kebiasaan adalah imitasi terhadap diri sendiri, sedangkan imitasi adalah peniruan orang
lain. Ada dua macam imitasi ini yakni imitasi tak disengaja/spontan dan imitasi
disengaja. Imitasi yang pertama misalnya seperti anak menirukan anak orang dewasa
sedang imitasi yang kedua misalnya anak menirukan suatu peranan sosial atau figur lain
seperti memainkan peranan ibu atau ayah. Suatu tingkah laku peniruan itu bertahan oleh
efeknya. Kalau tingkah laku itu diterima maka ia akan dipertahankan dan dikembangkan
sebaliknya kalau tingkah laku itu ditolak maka ia akan ditinggalkan.
Teori Rekapitulasi. Menurut pandangan ini perkembangan tiap individu menjalani
jalan yang sama seperti perkembangan umat manusia dalam sejarah dunia setidak-
tidaknya dalam garis besarnya. Atau dalam rumusan Haeckel, perkembangan suatu
makhluk merupakan ulangan dari seluruh jenisnya. Dengan kata lain ontogenese adalah
rekapitulasi dari filogenese. Perkembangan seluruh jiwa anak merupakan hasil ulangan
dari perkembangan seluruh jenis manusia.

10
Berdasarkan teori ini, anak mengalami lima fase perkembangan yakni fase
berburu (anak berlari-lari), fase mengembala (anak memelihar binatang), fase bertani
(anak gemar mengurus kebun, kira-kira 12 tahun), fase berdagang (tukar menukar
barang), dan fase industri (15 tahun ke atas). Sebagai kritik terhadap teori ini maka dapat
dikatakan bahwa anak masa sekarang kerap kelihatan main oto-oto-an, tapi hal ini dulu
tidak dikenal.
Teori Behaviorisme. Menurut teori ini perkembangan tidak lain dari pada
perkembangan tingkah laku yang dapat diobservasi.Teori yang berorientasi biologis
menyatakan bahwa perkembanngan adalah suatu evolusi.Teori ini menitikberatkan
bakat, apa yang dibawa sejak lahir, dengan demikian perkembangan dilihat sebagai
pertumbuhan dan pemasakan organisme.Perkembangan bersifat endogen artinya
dipengaruhi oleh faktor yang telah ditentukan secara biologis dan tidak dapat dirobah
lagi.Lingkungan cuma menyediakan kesempatan yang baik saja, mis. suhu, gizi dll.
Kelemahan teori ini ialah bahwa anak-anak yang kembar identik dalam
perkembangannya mengalami perbedaan kepribadian, karena pengaruh lingkungan yang
berbeda-beda. Lagi pula informasi bawaan akan digunakan anak secara berbeda-beda.
Teori Interaksionisme. Teori ini banyak dianut oleh Psikolog Barat. Interaksi
artinya pengaruh timbal balik. Teoretikus yang terkenal dalam pandangan ini adalah
Piaget. Menurut ahli ini, perkembangan merupakan genese-embrio.(berawal dari embrio).
Dalam perkembangan ini anak memasuki stadium tertentu dan lama kelamaan ia
memasuki tingkat yang lebih tinggi. Perkembangan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
faktor pertama adalah faktor kemasakan. Anak tak dapat menjalankan suatu kegiatan
sebelum ia mencapai tingkat kematangan tertentu.kedua, faktor pengalaman dan transmisi
sosial, artinya penanaman nilai-nilai lewat pendidikan dan bahasa. Ketiga, aktivitas
spontan individu sendiri, yang belajar menyesuaikan diri dengan tuntutan realita
(adaptasi). Ada dua bentuk penyesuaian diri ini yakni asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
artinya kecenderungan organisme untuk merobah lingkungan dan menyesuaikannya
dengan dirinya sedangkan akomodasi artinya organisme merobah dirinya untuk
disesuaikan dengan lingkungannya. Oleh penyesuaian ini, anak mencapai tingkat
perkembangan tertentu-skema tertentu. Dengan skema ini anak akan lebih jauh lagi

11
mencapai ekuilibrium yakni keseimbangan dirinya dengan tuntutan dari luar. Pandangan
ini pada umumnya diterima.
Teori yang Berdasarkan Tugas-Tugas Perkembangan Manusia.
Teori ini dipelopori oleh Havighurst di mana dinyatakan bawha selama hidupnya,
manusia dihadapkan dengan sejumlah tugas perkembangan yang harus diselesaikannya,
sesuai dengan tuntutan lingkungan budaya dan moral di mana ia berada.Ada tugas-tugas
yang harus diselesaikan pada saat orang masih berada dalam masa bayi dan seterusnya
sampai ia menanjak dewasa.Namun ada satu dua catatan yakni kebahagian cuma
merupakan salah satu bagian dari penyelesaian tugas-tugas perkembangan ini.Tidak
semua tugas perkembangan sama pentingnya. Orang yang tidak menemukan pekerjaan
yang memuaskan, dapat mencari kepuasan dan kebahagiaan di tempat lain. Catatan
kedua, tugas-tugas perkembangan itu berbeda-beda dari kebudayaan yang satu ke yang
lain, selain ada tugas-tugas yang belaku untuk umum.
Teori Emansipasi.
Secara harafiah emansipasi artinya melepaskan tangan dari kepala anak untuk
menandakan bahwa anak kini memasuki masa dewasa. Ini kebiasaan orang Romawi
kuno.Dalam pengertian selanjutnya emansipasi lalu diartikan sebagai keinginan anak
untuk mewujudkan dirinya sendiri bersama orang lain. Jadi emansipasi dapat dipandang
sebagai proses individuasi, proses pembentukan kesadaran diri sendiri.
Dari semua teori ini ada beberapa teori yang secara memuaskan memberikan
penjelasan terhadap perkembangan manuisa yakni teori interaksionisme, teori tugas-tugas
perkembangan manusia dan teori emansipasi.

2. Implementasi Beberapa Teori-Teori Terhadap Dunia Pendidikan.


Teori Asosiasi. Teori Asosiasi masih terasa hingga kini dalam dunia pendidikan.
Di sekolah anak dibina kemampuannya untuk mengasosiasikan unsur-unsur atau
komponen serta membentukide-ide. Inilah kemampuan anak untuk membuat sintese,
yang tak lain dari pada kemampuan untuk berkreasi, berinisiatif atau untuk menciptakan
suatu yang baru. Misalnya kemampuan ini dapat dikembangkan pada anak TKK atau
anak SD dengan cara menyusun bentuk-bentuk dan diberikan bagian-bagian gambar yang

12
dibutuhkan dan disuruh untuk mewarnai atau menyusunnya. Jadi di sini kemampuan anak
untuk berpikir induktif dikembangkan.
Pengaruh aliran Gestalt pun tak kecil. Di sekolah anak didik untuk
mengembangkan kemampuan berpikir analitis. Dalam hal ini kesempatan harus diberikan
kepada anak untuk mengembangkan kemampuan untuk memahami ssesuatu secara
mendalam (insight).
Aliran psikoanalisis menekankan faktor daya/tenaga pendorong yang timbul dari
diri manusia. Manusia bertindak karena adanya dorongan/energi psikis dari dalam
manusia. Energi psikis ini berasal dari energi biologik seperti makan-minum, istirahat dll.
Oleh karena itu supaya aktivitas di sekolah berjalan dengan baik, maka kebutuhan
biologik anak haruslah terpenuhi secara memadai.
Psikoanalisa juga mengakui peranan masa lalu terhadap tingkah laku anak
sekarang (Prinsip Kausalitet). Dalam memahami tingkah laku anak didik tak cukup
mengetahui gejalanya saja, tapi juga harus diketahui sebab dari gejala tersebut. Bisa
terjadi bahwa ada gejala yang sama, tapi sebabnya berbeda. Sama-sama bolos sekolah,
tapi alasan berlainan. Oleh karena itu sanksinya juga harus berbeda.
Implementasi teori Perkembangan menurut Psikologi Kognitif. Tujuan pendidikan
ialah mengembangkan fungsi pikir anak secara optimal. Fungsi utama berpikir ialah
memproses informasi yang masuk kemudian dapat direproduksikan kembali. Dengan
demikian fungsi pendidikan adalah memberikan informasi sebanyak-banyaknya pada
anak. Informasi ini baik menyangkut aspek kognitif, motorik, maupun aspek afektif.
Untuk itu otak anak harus diasah dengan macam-macam persoalan. Karenanya hafalan,
ingatan, dan problem solving adalah sangat penting. Dan aspek kognitif yang paling
penting adalah mengembangkan kemampuan anak untuk menganalisis, mensitesis dan
mengevaluasi. Dalam aspek motorik kemampuan yang penting adalah ketrampilan-
ketrampilan fisik. Sedang dalam aspek afektif yang harus dikembangkan adalah
kemampuan untuk memiliki sika-sikap dan nilai-nilai yang secara individual dan
sosiologis diterima masyarakat.
Sumbangan aliran Fenomenologis. Yang ditekankan dalam aliran ini ialah agar
setiap pelajaran harus memiliki arti bagai peserta didik. Bahan pendidikan yang baik
adalah yang sebanyak mungkin memiliki fungsi untuk mengembangkan proses sosialisasi

13
anak. Karenannya kerja dan belajar dalam kelompok adalah penting, selain harus juga
diusahakan kesempatan untuk belajar madiri.

C. Hukum-Hukum Perkembangan Fase-Fase Hidup Manusia


1. Hukum-Hukum Perkembangan. Perkembangan itu mengikuti hukum-hukum
tertentu. Beberapa hukum perkembangan itu dapat diberikansebagai berikut.5
Pertama, perkembangan itu mengikuti pola-pola tertentu. Ada arah perkembangan
yang meliputi seluruh tubuh, dari kepala sampai ke kaki (cephalocaudal law) dan arah
perkembangan yang menyebar artinya dari poros/pusat keluar atau melebar (proxima
distal law).
Kedua, hukum irama perkembangan. Perkembangan seseorang memiliki irama,
ritme atau pasang surutnya dari masa anak hingga kedewasaan. Ada aspek-aspek tertentu
yang mengalami kemajuan, tapi aspek lain mengalami penurunan/mereda. Contohnya,
seorang anak yang sementara belajar berjalan, kemampuan untuk belajar bicara mereda.
Bila sudah dapat berjalan, baru kemampuan bicaranya menungkat.
Ketiga, hukum tempo perkembangan. Tempo perkembangan berarti tingkat
perkembangan seorang anak dibandingkan dengan anak-anak sebayanya. Ada anak yang
memiliki tingkat perkembangan yang cepat dan ada yang lambat. Perbedaan tingkat
perkembangan itu baik di antara anak-anak sejenis maupun berlawanan jenis. Contohnya,
pada umumnya anak laki-laki lebih cepat belajar berjalan dibandingkan dengan anak
wanita. Pada anak wanita kemampuan berbicara lebih cepat berkembang baru kemudian
kemampuan berjalan.
Hukum masa peka. Masa peka adalah suatu masa yang paling tepat untuk
berkembangnya suatu fungsi kejiwaan atau fisik seseorang. Karena perkembangan aspek-
aspek kehidupan seorang anak tak berjalan serempak/bersamaan. Istilah ini dimasukkan
ke dalam lapangan pendidikan oleh Montesori. Ada bermacam-macam masa peka, ada
masa peka untuk merangkak, untuk berjalan atau untuk berbicara. Contoh, umur 3-5
tahun adalah kesempatan yang baik bagi anak untuk mempelajari bahasa ibu/bahasa
daerah. Ada kalanya fungsi psikis ini saling menghambat. Anak yang berumur satu tahun
yang mengalami masa peka berjalan, mengakibatkan berbicaranya terlambat. Menurut

5
Sumadi Suryobroto, Psikologi Perkembangan (Cet. III. Yogyakarta: Rake Sarahin,1983), hal. 102.

14
Montesori untuk tiap fungsi jiwa hanya satu kali seumur hidup. Oleh karena itu bila lalai
menggunakan masa peka ini, anak akan mengalami kerugian.
Kelima, hukum kematangan. Hasil proses belajar bergantung pada tingkat
kematangan yang dicapai. Kematangan dan belajar dapat dibedakan tapi tak dapat
dipisahkan. Kematangan bisa terjadi tanpa melalui proses belajar, tapi kegiatan belajar
tak akan terjadi tanpa dilalui oleh proses kematangan. Jadi semua perbuatan belajar
didasarkan pada kematangan organisme baik aspek biologiknya maupun aspek
psikologiknya.
Keenam, hukum masa menentang. Perkembangan ditandai dengan masa
“revolusi” yang bercirikan sikap membangkang dan memerontak terhadap autoritas orang
tua. Hal ini terjadi karena anak telah menemukan “akunya” dan ia mau menghayati
akunya dengan bersikap melawan dan keras kepala terhadap wibawa orang tua. Ada dua
masa menentang, yang pertama sekitar umur 3-4 tahun dan yang kedua pada sekitar 14-
17 tahun (masa puber).
Sikap menentang ini bukan dibuat dengan satu kemauan untuk melawan
kewibawaan orang tua tapi karena didorong oleh keinginan anak untuk mendapat
pengakuan atas dirinya dengan segala hal yang berkaitan dengan dirinya. Jadi boleh
dikatakan bahwa masa menentang ini adalah suatu yang dalam perkembangan anak.
Karena hal ini kemudian akan hilang dengan sendirinya. Karenanya masa ini di pandang
sebagai suatu peralihan menuju perkembangan lebih lanjut.
Ketujuh, hukum eksploratif. Perkembangan ini merupakan suatu penjelajahan dan
penemuan (Langeveld). Dengan penjelajahan ini anak mengenal sesuatu yang belum
dikenalnya. Ia mengenal sifat-sifat benda seperti panas, dingin dll, ia juga dapat mengenal
sifat dan kemampuan anak lain. Salah satu penemuan yang paling penting adalah
penemuan mengenai dirinya sebagai memiliki jenis kelamin itu. Penemuan lainnya yang
penting adalah penemuan bahasa. Dengan bahasa ia mulai masuk dalam masyarakat
bahasa dan mempelajari nilai-nilai dalam masyarakat bahasa tersebut lewat komunikasi
dengan orang lain.
Kedelapan, hukum diferensiasi-integrasi. Hukum diferensiasi adalah
kecenderungan merobah sistim global menjadi sistim bagian. Sistim respons anak mula-
mula bersifat massal-global, kemudian menjurus ke sifat diferensiasi sebagai akibat

15
proses kematangan dan belajar. Jadi respons anak makin lama makin bersifat khusus
sesuai dengan tingkat perkembangan. Contoh, kalau anak lapar, maka ia akan
menggulingkan seluruh tubuhnya, tapi kalau ia sudah besar ia dapat menunjukkan pada
perutnya . atau bila tangannya tertusuk, maka ia akan menangis sambil menggulingkan
badannya, tapi kalau ia sudah besar, ia menangis sambil memegang bagian tangan yang
tertusuk itu. Contoh lain: kesatuan dengan ibu menuju kesadaran akan diri sendiri.
Sedang hukum integrasi adalah menata seluruh pengalaman dalam satu kesatuan yang
makin kompleks.
Kesembilan, hukum generalisasi-pertikularisasi, hukum progresi degresi dan
hukum transendensi diri. Hukum generalisasi adalah kecenderungan individu untuk
memperluas pengalamannya dan mengambil buah yang bermanfaat untuk hidupnya.
Sedang hukum partikularisasi adalah kecenderungan untuk membatasi pengalaman dan
memusatkan perhatian pada aspek-aspek dalam diri. Jadi individu membangun batas dan
jarak terhadap lingkungannya, demi pembentukan dirinya. Dalam hukum generalisasi
bisa saja ada ketidakseimbangan misalnya terlalu meremehkan orang lain atau terlalu
terikat dengan orang lain.
Hukum progresi adalah kecenderungan untuk bertumbuh baik secara kuantitatip
maupun kualitatip. Sedang regresi adalah kecenderungan untu mundur ke perkembangan
tahap sebelumnya. Ini tak selalu patologis. Hukum transendensi diri kecenderungan untuk
bergerak menuju finalitas yang berada di luar diri yakni finalitas yang berciri egosentris,
finalitas yang berciri sosial filantropis dan finalitas teosentris.

2. Pentahapan Hidup Manusia.


Ada begitu banyak pembagian perkembangan hidup manusia berdasarkan fase-
fase. Misalnya Hurlock membagikan fase hidup manusia atas masa pranatal, masa
kelahiran bayi, masa anak (2-6 tahun anak besar, 6-12 tahun), masa remaja dan masa
kedewasaan yang terdiri dari tiga masa yakni masa awal kedewasaan, masa umur tengah
baya, dan masa usia lanjut. Tiap-tiap ahli membagi fase hidup manusia berdasarkan
kriteria pembagian yang berbeda. Dalam kuliah kita ini kita mengikuti pembagian
Hurlock ini.

16
Persoalannya ialah dasar apa yang dipakai untuk membagi pentahapan-
pentahapan itu? Ada tiga macam dasar pentahapan yakni pentahapan yang berdasarkan
perkembangan biologis, pentahapan yang bersifat didaktis, pentahapan yang berdasarkan
perkembangan psikologik.
Pentahapan yang berdasarkan perkembangan biologik. Dalam hal ini tahap
perkembangan manusia dibagi berdasarkan perkembangan biologik manusia. Misalnya
Aristoteles membagi perkembangan manusia atas masa anak kecil 0-7 tahun, masa anak
sekolah 7-14 tahun, dan masa remaja 14-21 tahun. Ada perubahan biologik pada tahap-
tahap ini antara fase pertama dan kedua misalnya ada pergantian gigi, sedangkan antara
fase kedua dan ketiga ada atau timbul gejala-gejala/tanda-tanda seks primer dan
sekunder.
Pembagian dari segi didaktis berarti pembagian berdasarkan macam-macam
bahan dan jenis metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Macamnya
bahan dan metode harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Misalnya Maria
Montesori membagi perkembangan manusia atas masa penerimaan kesan lewat alat dari,
masa abstrak di mana anak sudah bisa tahu akan kebutuhan orang lain, masa penemuan
diri dan masa pendidikan di Perguruan Tinggi.
Periodisasi berdasarkan perkembangan psikologis manusia. Di sini perkembangan
psikologi anaklah yang menjadi dasar pembagian. Perkembangan jiwa anak itu berjalan
sangat pelan. Kadang-kadang perkembangan itu mengalami kegoncangan, yang oleh
Krohl disebut periode trotz (masa membangkang) yang terjadi sekitar umur 3/4 tahun
sedangkan masa trotz kedua sekitar umur 12/13 tahun yakni pada masa puber.
Manakah pendapat kita? Tiap pentahapan mamiliki kelebihan dan kelemahannya.
Persoalannya, pendapat mana yang paling benar. Hal ini sulit dijawab. Karenanya sikap
kita ialah kita harus selektip yakni memakai periodisasi mana yang sesuai dengan minat
dan tujuan kita. Ada pandangan bahwa masa mana anak masih sangat muda, baik untuk
pandangan biologik. Namun kelemahannya ialah kalau pembagian menurut pandangan
ini diikuti maka masa-masa sesudahnya tidak berlaku lagi. Misalnya Kohnstam
memberikan pembagian berdasarkan pandangan biologik yakni umur 0-2 tahun adalah
masa vital, umur 2-7 tahun adalah masa estetik, umur 7-14 tahun adalah masa intelektual
dan umur 14-20 tahun masa sosial.

17
Periodisasi sebagai tehnik. Belum ada kesatuan pendapat di kalangan psikolog
mengenai pentahapan hidup manusia. Ada psikolog tak setuju dengan pentahapan ini
karena sifat khas individu dikorbankan. Dengan periodisasi semacam ini seakan-akan
telah disiapkan kotak-kotak lengkap dengan sejumlah daftar sifat dan anak dimasukkan
saja ke dalam kotak itu sesuai dengan fase yang tengah dijalani. Jadi ada tendensi
generalisasi, anak umur sekian tentu memiliki sifat demikian, tanpa memperhitungkan
keunikan anak. Secara teoritis konseptual, keberatan ini dapat diterima.
Namun ada psikolog yang menerima periodisasi ini. Karena dari segi tehnik
operasional, periodisasi ini tak dapat dihindarkan sebagai tehnik dan cara untuk
memahami perkembangan manusia secara lebih baik.6 Tokh pemberlakuan periodisasi
ini disertai catatan. Pertama, perpindahan dari fase ke fase tak berjalan tiba-tiba, tapi
secara sedikit demi sedikit. Sifat pada fase yang terdahulu, masih mempunyai peranan
sedang sifat pada fase yang kemudian yang telah dirintis pada fase-fase yang terdahulu.
Jadi perlu dihilangkan kesan seolah-oleh pada fase yang satu sifat-sifat tertentu
tinggal tetap, tak mengalami perkembangan. Karena fase yang terdahulu menjadi dasr
bagi perkembangan fase-fase berikutnya atau dengan kata lain fase-fase kemudian
merupakan perkembangan lebih lanjut dari fase-fase yang terdahulu sehingga
perkembangan itu bersifat kognitif. Kedua, tak ada dua individu yang menunjukkan
sifat-sifat dan menghayati hal-hal yang persis sama. Ketiga, perkembangan tiap fase
dalam pembahasan kita terkadang tak dibicarakan secara tersediri, tapi dibandingkan
dengan perkembangan dari fase-fase yanglain, agar supaya dapat dilihat suatu
keseluruhan perkembangan.
Dalam bahasan ini, kita mengikuti pembagian fase hidup manusia menurut
Hurlock yang membagi hidup manusia atas masa hidup pranatal, masa bayi, masa anak
Pra SD dan masa SD, masa remaja, masa awal kedewasaan, masa kedewasaan
madya/tengah baya dan masa tua.7

Metode Psikologi Perkembangan.

6
Sumadi, Op. Cit., hal. 23-24.
7
Elisabeth Hurlock, Developmental Psychology, Psikologi Perkembangan, Dra. Istiwidayanti dan Drs.
Soedjarwo, .cet IV, (Penerj.), Jakarta: Penerbit Erlangga, 1996), hal. 10.

18
Pada dasarnya ada dua metode penelitian keilmuan yakni metode observasi ilmiah
yakni penelitian dengan mengobservasi obyek penelitian sebagaimana adanya. Berarti
penelitian tak mengadakan perlakuan terhadap obyek penelitiannya. Dan metode yang
kedua adalah metode eksperimen yaitu mengadakan penelitian dengan cara mengadakan
ekperimentasi, peneliti mengadakan perlakuan tertentu sautu atau beberapa kelompok
penelitian, sedangkan kelompok yang lain tak dikenakan perlakuan. Dan kelompok ini
disebut kelompok kontrol atau kelompok pembanding. Dari ekperimentasi tersebut
nantinya diambil kesimpulan yang merupakan tesis baru, atau bahkan teori baru atau
hanya memperkuat teori yang sudah ada.
Dalam perkembangannya, dua macam metode melahirkan bermacam-macam
pendekatan yang sifatnya tidak murni observasi alamiah atau eksperimen. Hal ini
disebabkan oleh adanya berbagai pertimbangan seperti sifat obyek, keterbatasan biaya-
waktu dan tenaga dll. Dengan demikian dalam metode observasi natural misalnya dikenal
metode atau tehnik wawancara dan kuesioner yang tentu saja melibatkan faktor
subyektivitas obyek penelitian.
Begitupun dalam metode eksperimen digunakan tekhnik quasi-eksperimental
yang berarti setengah eksperimen, atau digunakan tehnik ex post facto yang artinya kita
meneliti obyek penelitian dengan anggapan bahwa seakan-akan yang kita perlakukan
kepada obyek tersebut telah berlaku secara wajar. Variasi-variasi kedua tehnik di atas
perlu dimengerti agar kita tak boleh mmendapat kesan seolah-olah hanya ada dua metode
penelitian saja. Bahasan secara mendetail mengenai kedua metode ini diluar jangkauan
kuliah ini.

Tugas
1 :Jelaskanlah dengan kata-kata sendiri dan secara tertulis pengertian empat macam
perkembangan yang dialami manusia selama hidupnya.
2 : Bandingkanlah dengan kata-kata sendiri dan secara tertulis pengertian perkembangan
dan pengertian pertumbuhan.
3 : Pilihlah salah satu dari empat faktor yang paling menentukan perkembangan manusia
selama hidupnya. Apa alasan pilihan?

19
4 : Teori mana yang paling berpengaruh pada pendidikan yang bersifat intelektualistis.
Apa alasannya?
5 : Bandingkanlah secara tertulis dan dengan kat-kata sendiri pandangan psikologi
Fenomenologis dan pandangan Sosiologis mengenai perkembangan manusia.
6 : Tulislah masing-masing satu contoh implementasi teori Asosiasi, teori Gestlat dan
teori Psikoanalisa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
7 : Tulislah dengan kata-kata sendiri perbedaan antara hukum irama perkembangan dan
hukum masa peka.
8 : Jelaskan dengan kata-kata sendiri dan secara tertulis satu alasan yang mendukung dan
yang menolak adanya pentahapan hidup manusia atas fase-fase.
.
Sumber bahan :
1. Psikologi Perkembangan (Terj.) oleh : Elisabeth B. Hurlock Penerbit Erlangga,
Jakarta 1996.
2. Psikologi Perkembangan oleh Prof. Dr. F. J. Monks dkk. Gajah Mada University
Press 1982.
3. Human Development oleh James. O. Lugo and Gerald L. Hershey, MacMillan
Publishing, Co, Inc, New York 1979.

20
POKOK BAHASAN II
MULAINYA HIDUP MANUSIA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA

Tujuan pokok bahasan ini : memahami mulainya hidup manusia serta faktor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia dalam masa pranatal.
Ada dua bagian yang dibicarakan yakni mulainya hidup manusia dan faktor-faktor yang
mempengaruhi masa pranatal.
Masa kehamilan adalah masa sebelum kelahiran, masa di mana bayi masih dalam
kandungan ibu Dalam bagian ini akan dibicarakan tentang mulainya kehidupan manusia,
fase-fase perkembangan bayi dalam kandungan ibu, aktivitas serta kemampuan-
kemampuan fetus, proses dan macam-macam kelahiran, faktor-faktor yang
mempengaruhi perode pranatal ini.

A. Mulainya Kehidupan Manusia


Dalam diri pria terdapat berjuta-juta sperma (sel mani) dan sel telur dalam diri
wanita, tapi sel-sel ini dari dirinya sendiri secara terpisah tak dapat menghasilkan
kehidupan. Kehidupan manusia mulai dengan perpaduan antara sperma (sel kelamin pria)
yang dihasilkan dalam testes dan sel telur wanita (ovum) yang dihasilkan dalam kedua
indung telur wanita. Inilah saat pembuahan dan sekaligus juga merupakan pandangan
kebanyakan tenaga medis. Alasan pertama, ialah kenyataan bahwa sel pertama hasil
pembuahan itu sungguh sudah hidup, mampu berkembang dengan kekuatan sendiri,
yakni dengan membelah diri secara terus menerus, sambil berjalan menuju rahim ibunya.
Kedua, sel yang hidup itu sudah dikatakan manusia karena memuat jumlah kromosom
yang biasa termuat dalam sel-sel manusia normal yakni 46 kromosom, yang terdiri dari
44 kromosom otosom pembawa watak dan dua kromosom penentu kelamin. Jumlah ini
merupakan hasil penjumlahan 23 kromosom yang termuat dalam sel telur ibu dan 23
kromosom yang termuat dalam sperma ayah, masing-masing terdiri dari 22 kromosom
otosom pembawa watak dan satu kromosom penentu jenis kelamin.8

8
Dr. Al. Purwa Hadiwardoyo. MSF, Moral dan Masalahnya (Cetakan Ke IV, Yogyakarta : Kanisisus,
1994), hal. 23-24.

21
Baik sel kelamin pria maupun sel telur wanita mengandung kromosom. Pada tiap
sel yang sudah matang terdapat 23 pasang kromosom. Pada wanita terdapat 23 pasangan
kromosom yang sama yakni kromosom x sedang pada sel kelamin pria terdapat 22
pasangan yang tak sama yakni kromosom x atau y. sperma x menghasilkan keturunan
perempuan sedang sperma y menghasilkan keturunan laki-laki. Jika kromosom sel
kelamin pria x berpadu dengan sel telur y, maka yang dihasilkan adalah bayi wanita. Jika
berpadu dengan x, maka hasilnya adalah laki-laki.
Kromosom mengandung Deoxybonucleid Acid (DNA) yakni substansi dasar
keturunan. DNA ini mengandung gen-gen yang terdapat dalam inti setiap sel. Gen adalah
bahan/zat yang mengandung sifat-sifat keturunan yang berasal dari kedua orang tua atau
warisan nenek moyang. Dalam hubungan ini genotip adalah keseluruhan sifat keturunan
seorang individu dan fenotip adalah tingkat realisasi sifat warisan itu oleh individu.
Realisasi ini merupakan interaksi antara kedua kode unik gen, pengaruh lingkungan
sebelum dan sesudah kelahiran, serta gambar diri individu tentang diri sendiri. Fenotip ini
dapat dikelompokkan dalam tiga macam yakni fenotip fisiologik yakni sistim-sistim
syaraf dan indera penerima, fenotip morfologi yakni ukuran pembangunan tubuh, serta
fenotip dalam hubungan dengan tingkah laku yang termasuk apa saja yangdibuat
individu.
1. Fase-Fase Perkembangan Manusia Dalam Periode Pranatal
Fase ini tidak lain dari pada umur sebelum kelahiran dan mens terakhir seorang
ibu. Ada tiga tahap perkembangan dalam masa pranatal ini yakni tahapa pembuahan
(tahap germinal) 10 hari sampai dua minggu, tahap embroinal dan tahap fetal. 9 Fase
germinal yakni tahap pembuahan. Dalam indung telur wanita setiap 28 hari dihasilkan
satu sel telur yang matang. Sel telur ini keluar dari indung telur (fellopian tube). Jika pada
saat ini terdapat sexual intercourse, maka salah satu sel kelamin pria dapat bertemu dan
berpadu dengan pembuahan (fase germinal).
Tahap embrional (2-7 minggu) sesudah inti sel telur dan inti sperma barsatu, maka
terbentuklah sel baru mulai membelah diri menjadi dua sel, empat sel, dstnya. Dengan ini
terjadilah proses diferensiasi di mana terbentuklah sel-sel dengan tugas dan fungsi yang
berbeda-beda, dalam pembangunan seluruh tubuh bayi baru.
9
James O Lugo and Gerald L. Heshey, Human Development (New York: Macmillan Publishing Company,
In, 1981), hal. 286-288.

22
Ada tiga lapisan sel-sel ini kalau dilihat secara kasar. Lapisan sel atas/permukaan
yakni lapisan yang kemudian berkembang menjadi bagian luar tubuh seperti kuku,
rambut, gigi, dll. Lapisan sel dasar, bagian bawah yang berkembang menjadi sisim-sistim
pencernaan, hati, pankreas dan kelenjar-kelenjar air liur. Dan lapisan tengah yang
membentuk lapisan-lapisan dalam kulit, urat-urat dan sisitim pernapasan. Lapisan-lapisan
sel lain berkembang menjadi placenta, tali pusat dan air ketuban.
Plecenta adalah suatu organ yang memiliki banyak fungsi dan berhubungan
dengan embrio lewat tali pusat. Melalui pembuluh dalam tali pusat inilah embrio
mendapat suplai oxigen dan makanan dari tubuh ibu. Plecenta ini juga berfungsi sebagai
penangkal infeksi serta penyakit-penyakit lain yang menyerang bayi. Begitu pun ia
berfungsi untuk memprodusir hormon yang mempengaruhi hipofisa dan indung telur
sehingga terjadi kehamilan. Dan akhirnya placenta mempengaruhi kontraksi uterus ibu
waktu kelahiran.
Air ketuban tidak lain dari pada suatu cairan yang memungkinkan perkembangan dan
gerakan bayi dalam kandungan ibu.
Menjelang akhir minggu pertama, kelompok sel-sel itu memperbanyak diri lagi
dan kemudian menempel pada rahim ibu. Inilah saat embrio (nidasi, implantasi, mudiqah,
zigote). Embrio ini pada akhir bulan-bulan pertama (tiga bulan), mulai membentuk
kepala, mata, telinga ginjal, sehingga ciri-ciri khas manusia mulai nampak. Selama
perkembangannya, embrio mendapat makanan, zat asam dan air dari ibunya lewat
placenta.
Fase yang ketiga adalah fase fetal yang berlangsung dari 7-8 minggu hingga
kelahiran. Menjelang akhir bulan kedua, embrio sudah memperlihatkan bentuk-bentuk
manusia. Mulai muncul sel-se tulang belakang, yang menunjukkan akhir fase embrional,
dan mulainya fase fetal, kurang lebih pada minggu yang ke delapan. Fetus ini pada
prinsipnya adalah bayi mini, lengkap dengan hati, paru-paru, otak, alat-alat indera dan
muka. Pada akhir bulan ke tiga bayi ini sudah mulai bergerak dan bernapas, berarti otak
dan saraf-sarafnya sudah mulai berfungsi. Dalam perkembangan selanjutnya, bayi ini
mendapat makanan, zat asam dan air dari ibunya yan dialirkan dari placenta lewat
pembuluh dalam tali pusat.
2. Beberapa aktivitas bayi dalam kandungan.

23
Pendengaran bayi. Sontag (1966) dalam penelitiannya, mengemukakan bahwa
seorang ibu berhenti menonton konsert simphoni, karena tepukan tangan penonton
menyebabkan bayi dalam kandunganya bergerak. Sontag dan Wallace (1936)
menemukan bahwa lonceng yang dibunyikan dekat perut ibu, mengakibatkan bayi dalam
kandungan bergerak; kemudian Bernard dan Sontag dalam suatu eksperimen menemukan
bahwa bayi memberikan reaksi yang berbeda-beda pada nada bunyi yang berbeda-beda.
Semakin keras bunyi, semakin kuat gerakan bayi dan semakin lemah bunyi semakin
lemah gerakan bayi dalam rahim ibu.
Indera pendengaran mulai berkembang pada minggu ke 8 dan pembentukanya
akan selesai apda minggu ke 24.Pada umur enam bulan, janin sudah memiliki segala
kemampuan untuk mendengar. Indera pendengaran ini dibantu oleh air ketuban yang
merupakan penghantar suara yang baik.Janin akan mendengar suara aliran darah dan
denyut jantung lewat plasenta, dan suara udara dalam usus.Pada minggu ke 25, janin
sudah dapat mendengar dan mengenali suara orang-orang terdekatnya seperti ibu dan
ayahnya.Karenya ibu dan ayahnya boleh berkomunikasi dengan bayinya dengan
bernyanyi atau berbicara dengannya. Orang tua yang sedang marah akan memberikan
reaksi marah juga pada janinnya, tapi sebaliknya bila orang tua memutarkan alunan
musik yang merdu, maka bayi dapat mengalami ketentraman.
Indera peraba berkembang sebelum minggu minggu ke 8. Ketika janin bergerak
dan telapak tangan atau kakinya tampak pada perut ibu. Sekitar janin berur 4-5 bulan,
ketika bibir bayi disentuh maka mulut bayi bereaksi dengan membuka dna menutup
mulutnya. Ibu dapat berkomunikasi dengan bayinya dengan menyentuhnya, sebagai tanda
kasih sayangnya, sehingga bayinya merasakan kelembutan dan kasih sayangnya dan
selanjutnya mengalami ketenangan.
Indera perasa akan terbentuk pada minggu ke 13-15. Janin dapat merasakan
substansi yang pahit dan manis. Jika cairan ketuban yang manis, maka ia akan
meminumnya. Tapi bila air ketuban itu dirasakan pahit, maka ia akan mengeluarkannya.
Indera penciuman terbentuk pada minggu 11-15. Kalau indera sudah terbentuk,
maka bayi dapat mencium bau air ketuban yang baunya mirip bau ibunya. Dan
karenanya, ketika bayi lahir, ia segera mengenal ibunya.

24
Indera penglihatan. Retina janin pada minggu ke 16, dapat mendeteksi adanya
pancarfan sinarr.Pada minggu ke 27, janin dapat membuka matanya dan melihat ke
sekelilingnya untuk pertama kalinya.Ia dapat menangkap cahaya yang masuk ke dalam
rahim ibunya baik sinar matahari atau sinar lampu.Pada waktu usia janin berumur 4
bulan, dia sudah peka terhadap Para peneliti menemukan bahwa ketika perut ibu disinari
dengan lampu senter, maka ditemukan dan dilihat sepasang mata janin terbuka. Wajah
janin menghadap ke arah cahaya.
Dari semuanya itu dapat disimpulkan bahwa janin sudah bereaksi terhadap
berbagai rangsangan baik dalam tubuh ibunya maupun dari luar. Oleh karena itu orang
tua harus menciptakan lingkungan yang kondusif, tutur kata ibu harus selalu dijaga.
Karena segala sesuatu yang didengar dan dirasakan janin, entah itu yang
menyenangkan/positif atau menyedihkan/negative, pasti sangat berpengaruh terhadap
janin. Ibu juga perlu menggunakan kesmpatan itu untuk mendidik bayinya sedini
mungkin, dengan memberikan stimulasi pada janinnya.
Stimulasi janin dilakukan ibu dengan mengajak janin berbicara, mengobrol,
meyanyikan lagu, membacakan doa, lagu-lagu keagamaan, memperdengarkan lagu-lagu
melalui radio kaset yang ditempelkan pada perut ibu. Ibu setiap hari dapat berinteraksi
dengan janinnya, misalnya sambil mandi, memasak, mencusi pakaian, membaca Koran
atau berkebun, dan menonon TV. Kualitas rangkaian hubungan antara sel-sel otak,
ditentukan oleh stimulasi yang dilakukan oleh lingkungan/ibu kepada bayi. Semakin
sering stimulasi, maka semakin kuat hubungan antara sel-sel otak. Dan semakin
kompleks dan kuat hubungan antara sel-sel otak, maka semakin tinggi dan bervariasi
kecerdasan bayi. Sel-sel otak janin selama kehamilan enam bulan pertama, membentuk
banyak sinapsis, yakni hubungan antar sel otak, dan berbagai rangkaian sirkuit yakni
fungsi otak yang kompleks. Sirkuit otak itu sangat tergantung pada stimulasi dan nutrisi
yang didapat bayi selama kehamilan, selain lingkungan.
Proses Kelahiran Bayi.
Ada beberapa macam kelahiran. Ada kelahiran spontan atau natural di mana
posisi bayi sesuai dengan alat-alat reproduksi ibu. Inilah kelahiran bayi secara alamiah di
mana kepala bayi lebih dulu keluar, kemudian leher disusul dengan badan dstnya. Ada
kelahiran sungsang/terbalik di mana kedudukan bayi lebih dulu baru kaki dan kepala.

25
Kelahiran melintang, dalam hal ini bayi terletak melintang pada uterus ibu. Jika posisi
bayi tak berubah sebelum proses kelahiran, maka alat khusus harus digunakan untuk
mempermudah kelahiran. Kemudian ada kelahiran sesarean yakni kelahiran dengan
pembedahan. Bila diketahui bahwa ada implikasi yang kurang baik, bila ada kelahiran
misalnya liang peranakan terlalu sempit sementara itu badan bayi terlalu besar, maka
operasi perlu dijalankan yakni dengan membelah dinding rahim ibu.
Akhirnya ada kelahiran prematur yakni kelahiran sebelum waktu di mana bayi
belum mencapai periode kandungan secara penuh, sehingga kurang umur dan kurang
matang.

B. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Periode Pranatal.


Faktor-Faktor ang memengaruhi perkembangan manusia.
Ada tiga factor yang memengaruhi perkembangan manusia yakni faktor-faktor
sebelum kelahiran, (prenatal), saat sekitar kelahiran (perinatal) dan faktor-faktor sesudah
kelahiran berupa masa kanak-kanak, masa .remaja dan masa kedewasaan ( postnatal).Ada
tiga faktor penting masa perinatal yakni tingkat hormon tetesteron, komplikasi saat
kelahiran dan sikap ibu.
Kondisi sosial, biologik, psikologik berikut kesehatan ibu sebelum kelahiran, bagaimana
pun akan sangat mempengaruhi perkembangan dan kesehatan bayi. Faktor-faktor tersebut
akan dilihat secara singkat di bawah ini.10
Pertama, faktor kesehatan ibu pada umumnya faktor nutrisi. Kebutuhan diet yang
minimal tiap hari menyangkut tiga zat pokok demi pembangunan tubuh yakni protein =
zat putih telur demi pertumbuhan tubuh dan pembangunan sel-sel tubuh dan pergantian
sel-sel yang aus, karbohidrat (zat-zat tepung dan gula), lemak dan oksigen dibutuhkan
untuk mengeluarkan panas dan energi dan akhirnya zat-zat kimia dan pelbagai vitamin.
Semuanya itu disalurkan ke fetus lewat tali pusat. Ibu yang secara teratur makan makanan
yang baik dan bergizi sebelum dan sementara masa kehamilan, akan mengalami
kehamilan yang normal dan kurang mengalami kesulitan waktu melahirkan dari pada ibu
yang kurang teratur dan kurang baik makanannya. Banyak penelitian menunjukkan
bahwa kurang gizi pada masa kehamilan menyebabkan kurangnya sel-sel otak pada

10
James O. Lugo, et. Al, Op. Cit, hal. 295-302. Monks, et al., Op. Cit., hal. 45-48.

26
waktu bayi dilahirkan (Brazel, 1974), atau menyebabkan bayi mati sesudah beberapa hari
kelahiran (Montagu, 1965). Kurang gizi juga dapat menyebabkan anemia (kurang darah,
dan toxemia (keracunan pada darah). Studi lain mengungkapkan bahwa kurangnya
protein dalam makanan ibu, dapat mengakibatkan kelahiran sebelum waktunya
(prematur) dan saraf akan mengalami cacat.
Sejak kehamilan 6 bulan sampai dua tahun, janin atau bayi membutuhkan banyak
protein, karbohidrat dan lemak, karena sampai berumur satu tahun, 60% energi makanan
bayi digunakan untuk pertumbuhan otak ( Kompas, 22 Juli, 2007).Selain itu bayi
membutuhkan vitamin B1, B6, asam folat, yodium, zat besi, seng, AA, DHA dan sama
amino seperti tyrosin dan tryptophan.
Kedua, umur ibu. Ibu yang mendekati saat menopause sering mengalami kesulitan
endokrin yang memperlambat pertumbuhan bayi. Hal ini dapat mengakibatkan hati bayi
kurang baik, lagi pula ibu yang sudah berumur tua cenderung untuk melahirkan bayi kecil
dan lebih mengalami kesulitan waktu melahirkan dibandingkan dengan ibu yang lebih
muda usianya. Juga ibu-ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya pada waktu mereka
berumur 35 tahun atau lebih kemungkinan akan menderita sakit waktu kelahiran.
Ketiga, pengaruh obat-obatan. Pada umumnya obat-obat seperti anti biotika yang
diminum ibu di masa pranatal tak membahayakan perkembangan embrio. Tapi ada obat
yang dikenal secara potensial berbahaya seperti dosis kimiawi yang terlalu tinggi, bila
mengakibatkan kebutaan pada fetus, terlebih pada umur-umur kritis (tiga bulan). Ada dua
cara pengaruh ini, yakni obat mempengaruhi fetus lewat placenta, karena dari placenta ini
hormon, oksigen dialirkan lewat darah ke fetus. Hal ini sama seperti obat-obat tersebut
mempengaruhi ibu. Cara yang kedua ialah obat mempengaruhi keadaan fisik ibu, dengan
demikian keadaan uterus (anak dalam kandungan) juga ikut terkena pengaruh.
Thalodomide yang sedianya suatu obat perangsang yang tak membahayakan,
memiliki efek sampingan, bila diminum ibu yang sementara mengandung (W. Lenz,
1966). Bayi yang cacat, yang tak memiliki lengan dan tangan disebabkan oleh
penggunaan obat ini (New Week, 11 Jan. 1982). Para ahli telah menemukan tiga
penyabab cacat waktu lahir yakni mikro organisme yang tidak lain virus rubella,
penyebab fisik seperi panas dan penyebab kimiawi seperti obat-obatan (News Week,
1982).

27
Banyak obat-obatan modern seperti insektisida, streptomisin, tetrasiklin yang
diminum ibu hamil dapat menyebabkan terhentinya pembentukan tulang fetus (Drage et
al. 1966). Suntikan pelali pada tulang belakang ibu hamil, dapat merendahkan tekanan
darah ibu sehingga suplai Oxygen ke fetus sangat diperkurang (Bowes, 1970). Banyak
obat anti kanker bisa berakibat buruk. Ibu yang minum anticoagulants pada bulan-bulan
pertama kehamilannya, dapat melahirkan anak yang cacat mental serta cacat mata dan
hati. Organ-organ fetus mana yang terserang, tergantung pada mana yang terbentuk pada
saat unsur kimiawi itu menyerang fetus.
Spina bifida (kelainan bawaan akibat kegagalan menutupnya rongga sumsum
tulang belakang, karena suatu cacat pada pertumbuhan tulang belakang pada masa janin)
selain disebabkan oleh kesalahan genetik, bisa diakibatkan oleh pemakaian obat-obatan
atau oleh kurangnya vitamin. Cuma belum diketahui bagaimana obat tersebut
menimbulkan cacat.
Sangat sedikit diketahui efek ayah yang mengomsumsi obat-obatan terhadap
janin. Kemungkinan pengaruh adalah produksi sperma yang rendah serta ketaksuburan.
Ibu sebagai perokok pasif, karena ayah merokok, kemungkinan akan melahirkan anak
yang kurang berat badan.
Keempat, penyakit menular pada masa kehamilan Penyakit apa saja yang diderita
ibu, dan yang disebabkan oleh virus, terlebih pada bulan-bulan pertama kehamilan, dapat
membahayakan fetus. Penyakit-penyakit ini antara lain cacar, penyakit gondok,
serampah, campak air, AIDS dll. Rubella (german meales) semacam demam merupakan
satu ancaman terhadap bayi-bayi. Akibat-akibat yang ditimbulkan antara lain, berupa
keguguran kandungan (miskram), bayi yang dilahirkan mati, kebutaan, tuli, cacat mental,
atau hati yang rusak. Sekarang vaksinasi Rubella yang baik telah dikembangkan.
Targetnya adalah anak-anak yangberumur 1-12 tahun. Vaksinasi rubella tak dapat
disuntikkan pada ibu yang hamil, karena efeknya untuk organ-organ tubuh ibu, belum
diketahui. Penyakit lain seperti sifilis spirochetis dapat menyebabkan keguguran
kandungan dan abortus. Akibat lain: merusakkan darah, sistim saraf pusat, cacat mental,
buta dan selanjutnya kematian bayi. Ibu-ibu yang diabetes dapat membahayakan bayinya
dalam arti bahwa bayi yang dilahirkan akan mati atau segera mati sesudah kelahiran.

28
Toxemia (kanker darah) dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hati, serta sistem
peredaran darah.
Kelima, merokok
Merokok banyak ada hubungannya dengan kelahiran bayi yang prematur. Di
dalam sebatang rokok yang diisap, kurang lebih terdapat tiga ribu macam bahan kimia
(Nainggolan, 2001, hal.27).Banyak dari bahan kimia ini, berbahaya bagi kesehatan.Di
antaranya adalah Acrolein, Karbon moxida, Nikotin, ammonia, phenal dan, methanol.
Karbon monoxida dan nikotin merupakan dua racun pada asap rokok yang
membayahakan fetus. Racun ini dapat mencapai placenta, suatu jaringan yang
menghubungkan fetus dan ibu.Selanjutnya racun ini menghalangi bayi untuk
mendapatkan oksigen dan makanan dari plasenta, dalam arti mengurangi oxygen yang
dialirkan ke otak dan ke jaringan tubuh lainnya. Dengan demikian ada cukup banyak
racun dalam rokok yang bisa mengabiskan nyawa seseorang. Kanker paru-paru 20 kali
lebih banyak terdapat pada orang-orang yang biasanya merokok. Wanita yang merokok
memiliki insiden yang lebih tinggi dalam sakit jantung dan stroke. Kelahiran bayi yang
prematur dan mati merupakan hal-hal yang umum pada ibu-ibu yang merokok. Juga berat
bayi biasanya rata-rata lebih rendah pada ibu-ibu yang biasanya merokok ini. Menurut
Erikson, Milson dan Alii, (1983) kebiasaan merokok pada ibu-ibu yang sedang hamil
mempengaruhi gerak pernapasan fetus. Karenanya ada alasan yang cukup kuat bagi
wanita untuk tidak merokok pada saat mereka berada dalam masa kehamilan.
Keenam, Pengaruh Alkohol.
Berdasarkan laporan News Week 11 Januari 1982, alkohol bisa saja
menghalangi/mencegah embrio untuk menerima makanan yang dibutuhkan dari placenta.
Anak-anak yang mengalami pengaruh alkohol pada periode fetus ini, akan menderita
cacat mental, memiliki muka yang rusak, penglihatan yang terganggu, dan tak memiliki
kesanggupan untuk belajar. Dalam beberapa studi antara lain, Rosett dkk, 1983,
diketemukakan bahwa abnormalitas bayi seperti muka dan kepala yang tak teratur/miring,
kecilnya tenggorok, cacat jantung, gigi yang rusak serta tak lengkapnya anggota tubuh
(kurang tangan atau kaki), diketemukan pada ibu-ibu yang punya kebiasaan minum
alkohol pada masa kehamilan mereka. Minuman seperti bir, anggur dan minuman keras

29
lainnya, nampaknya memiliki efek yang sama terhadap fetus. Pengaruh alkohol ini paling
banyak dan serius pada umur-umur kritis yakni sekitar trimester pertama.
Ketujuh, Pengaruh Radiasi.
Radiasi dapat menyebabkan anak dilahirkan dengan kepala dan otak kecil.
Bahkan panas nampaknya dapat membahayakan embrio. Ibu yang sementara menderita
demam tinggi antara hari 18 ke 30 pada masa hamil, kemingkinan besar akan
menghasilkan anak yang anencephalis yakni anak yang dengan otak sangat sederhana,
bahkan tanpa otak. Salah pembentukan pada masa fetus ini timbul karena panas
mematikan sel-sel (menghalangi) sel-sel itu untuk membelah diri (New Week, 11 Januari
1982).
Sumber utama radiasi adalah sinar Rontgen, reaksi-reaksi nuklir dan sinar-sinar
kosmik. Adanya panas yang terlalu tinggi dan banyak, menyebabkan terhalangnya
pembentukan embrio. Hal ini akan mengakibatkan cacat mental pada anak yang
dilahirkan serta kerusakan pada gen, (Montagu, 1962).
Pengaruh radiasi menyebabkan mutasi gen-gen dari mana sifat-sifat baru akan dihasilkan.
Karenanya mutasi ini dapat menguntungkan tapi kebanyakan merugikan, karena sinar
rontgen merusakkan kromosom-kromosom.
Abnormalitas akan dialami fetus pada bulan-bulan pertama (tiga bulan pertama),
seperti buta, adalah pembentukan kepala, tuli dll. Karena itu nasihat dokter perlu diminta
apakah seorang ibu hamil perlu diberi rontgen atau tidak.
Penelitian terhadap pengaruh bom atom di Hirosima dan Nagasaki
mengungkapkan bahwa banyak terjadi abnormalitas pada bayi-bayi yang belum
dilahirkan. Ibu-ibu hamil yang dikenai dosis radiasi yang tinggi ketika terjadi pemboman,
mengalami selain kematian bayinya waktu lahir, juga tak sehatnya kepribadian anak-
anaknya. Presentase kematian lebih besar pada ibu-ibu yang dikenai dosis radiasi yang
tinggi dibandingkan dengan mereka yang dikenai dosis yang rendah (Plummer, 1959).
Kedelapan, Pengaruh Keadaan Psikologik Ibu.
Keadaan emosi ibu juga dapat mempengaruhi perkembangan fetus emosi. Emosi
ibu terlebih yang sangat intens, dapat menyebabkan perubahan tubuh yang mendalam.
Perubahan ini diatur secara kompleks oleh sistem saraf pusat. Proses sebagai berikut:
Waktu timbul stres atau emosi, sistem saraf secara otomatis mengaktivisir kelenjar

30
endoktrin yakni kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan zat-zat langsung ke dalam darah,
dan zat ini disebut hormon. Hormon-hormon ini masuk dalam darah dan langsung
beredar ke seluruh tubuh. Salah satu hormon ini adalah adrenalin yang berfungsi
menghasilkan gejala-gejala yang biasanya terjadi jika orang beremosi (muka merah kalau
marah atau denyut jantung bertambah kalau takut dll).
Banyak kali hormon-hormon ini sampai ke fetus lewat plecenta. Placenta ini pada
gilirannya akan menghasilkan keadaan emosi tertentu, pada fetus. Menurut Turner (1956)
lamanya keadaan emosi fetus cenderung bertahan/lebih lama dari pada yang dialami ibu.
Misalnya dalam emosi-emosi yang negatif, waktu ancaman yang dialami ibu telah
berlalu, dan ia mulai rileks, tapi fetus terus menjawabi unsur-unsur kimiawi sebagai
akibat emosi ibu.
Penelitian longitudinal yang diadakan Fels pada tahun 1929 dan Sontag tahun
1958, membuktikan bahwa kenaikan aktivitas pada fetus sangat menyolok, sebagai akibat
ketegangan emosi ibu. Ketegangan emosi tersebut dapat disebabkan oleh ancaman
pembunuhan oleh suami, kecelakaan lalu lintas dll. Fetus-fetus yang terlalu aktif,
akankurang berat waktu kelahiran. Begitu pun penelitian Stott, 1957/1958.
mengungkapkan bahwa kegoncangan-kegoncangan psikologis ibu selama dua bulan
pertama yakni pada masa fetus, menyebabkan kelainan mongolisme (Down Syndrome)
yakni syndrom napsu terlambat: sedikit aktivitas sedikit spontanitas. Umumnya tingkah
laku mereka apatis (bdk no 9). Dalam hubungan ini studi Reinold dan Gitsch (1977)
mengungkapkan bahwa alat “diagnostik ultra sonoor” dapat diketahui gerakan spontan
fetus seperti banyaknya gerakan dapat dianalisa.
Menurut Montagu (1965), sebab-sebab psikologis dan stres dapat bersumber pada
perangdan krisis politik. Bayi yang tak lengkap bentuknya terdapat lebih banyak pada
jaman sementara perang dunia II di Jerman dari pada dalam keadaan bentuk bayi tak
lengkap yang dilahirkan.
Faktor-faktor psikologis umum yang menyebabkan stress pada ibu. Faktor-faktor
ini antara lain: rasa tak mampu untuk memainkan peranan sebagai ibu rumah tangga, tak
menginginkan anak lagi karena ada kesulitan ekonomis dan karena alasan kesehatan
(akan dibicarakan). Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa bayi yang dalam tahap
perkembangannya sebagai fetus lebih aktif, menguasai tingkah laku motorik tertentu,

31
lebih awal dari pada bayi yang kurang aktif, sebaliknya keaktifan yang berlebih-lebihan
akan menyebabkan kurang berat pada bayi, dan kerap bayi lebih lamban dalam
menguasai kemampuan-kemampuan motorik tertentu, sesudah lahir. Hal ini disebabkan
oleh kegelisahan yangberlebih-lebihan selama ia dalam kandungan ibu. Kegelisahan yang
sama ini akan menyebabkan bayi sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan. Misalnya ia
hiperaktif atau menggeliat, selalu menangis (Sontag, 1966, Walters, 1965).
Faktor-faktor psikologis lain: Sikap orang tua/penting terhadap bayi yang belum
dilahirkan. Sikap-sikap itu antara lain: sikap tak menginginkan anak, alasannya banyak
yakni kesulitan ekonomis, atau kemauan anak lain agar perhatian ibu terhadap mereka
jangan terbagi, atau menjaga agar profesi ibu di luar rumah ta terganggu, Sikap lain:
orang tua menginginkan anak kelamin tertentu misalnya anak wanita karena sudah ada
anak pria atau sebaliknya. Atau orang tua menginginkan anak ideal, anak yang memenuhi
harapan dan tuntutan mereka, baik secara fisik cantik, maupun secara mental emosional
seperti taat pintar dll. Semuanya ini kemudian bisa mengakibatkan anak terasa ditolak/tak
dibutuhkan dalam keluarga.
Kesembilan, Kelainan Kromosom
Setiap sel dalam tubuh kita mengandung kromosom, (dari kata chromos = warna
dan soma = badan). Secara harafiah kormosom berarti badan-badan yang mengisap
warna. Kromosom ini tersusun dari semacam tali kontas atau semacam biji yang sangat
halus. Biji-biji yang halus itu disebut gen yakni subtansi yang mengandung sifat-sifat
keturunan. Tiap kromosom berkembang menurut fungsinya masing-masing. Bila terjadi
suatu kesalahan pada perkembangan kromosom, bisa timbul kelainan. Kelainan ini
terjadi, kalau terdapat kesalahan dalam pembelahan sel. Ada kelainan kromosom yang
diwariskan, ada yang terjadi karena orang sakit atau karena orang ditimpa kecelakaan.
Pada umumnya ada dua kelompok dasar kelainan kormosom, yakni kelainan struktural
dan kelainan numerical (http://en.wikipedia.org/wiki/chromosome_abnormality). Dalam
kelainan numerical, individu kehilangan satu kromosom dari pasangannya yang disebut
monosomi, atau lebih dari dua kromosom dalam satu pasangan (variasi dalam jumlah
kromosom) yang disebut trisomi, tetrasomi, dstnya.
Dalam kelainan struktural, struktur komosom itulah yang berubah. Ada beberapa
bentuk yakni delesi, duplikasi/penggandaan dan inversi dan translokasi. Dalam delesi,

32
suatu bagian kromosom hilang. Dalam duplikasi, suatu bagian kromosom mengalami
pergandaan, sehingga terdapat materi genetik ekstra. Sedang inversi terjadi, bila suatu
bagian kromosom terbalik tapi terpasang lagi,sehingga materi genetik terbalik.
Translokasi terjadi ketika suatu bagian kromosom dipindahkan ke kromosom yang lain.
Kelainan Kromosom Seks
Kelainan kromosom seks pada wanita disebabkan oleh variasi dalam jumlah
koromosom X.Sedang kelainan kromosom seks pada pria disebabkan oleh jumlah
kromosom yang tidak teratur entah kromosom X, Y atau dua-duanya.
Down Syndrome atau Mongolismus. Dalam hal ini si penderita memiliki tiga
kromosom yang sama yakni pada kromosom ke 21 (XXX).Gejalanya terlipat kulit
matanya/sipit. Kepalanya kecil, hidungnya pesek, kelainan jantung, mata dan telinga serta
adanya penyimpangan mental. Sifat-sifat anak dengan Down Syndrome ini antara lain
dapat berbahagia dan dapat bergaul baik dengan orang lain. Namun angka kematian
sangat tinggi pada awal hidup mereka. Kemungkinan terjadinya: sel-sel telur wanita
semakin mengalami kemunduran dengan bertambahnya umur. Kelainan terjadi pada
perkembangan sel telur, sperma atau mudiqah.
Turner Syndrome. Syndrom ini hanya menimpa kaum wanita saja. Dalam hal ini
wanita memiliki hanya 45 kromosom yakni 22 pasangan kromosom yang sama (XX) dan
satu kromosom (X), kurang satu kromosom X. Genotipnya adalah XO. Dan karenanya
tampang wanita tak nampak (Barr. Body). Gejala-gejala yang muncul: adanya cacat
mental kadang-kadang pada kemampuan spesial dan orang secara seksual tak
berkembang. Karena indung telur hampir semuanya terhenti pertumbuhannya. Untuk itu
therapi Estrogen dapat diberikan kepada yang bersangkutan, sehingga ia bisa mencapai
kedewasaan seksual (Timiras, 1972).
Klinefelter Syndrome. Penderita kelainan ini adalah orang yang berjenis kelamin
pria tapi memiliki tampang wanita. (Wadam). Ini sangat sering terjadi pada anak-anak
dari ibu-ibu yang sudah lebih tua. Sebabnya ialah adanya satu kromosom ekstra X atau Y
(XXY atau XYY). Atau kelebihan tiga (trisomi) atau empat (Tetrasomi) kromosom X
( triple X sindrom ( 47 XXY) 48 (XXYY) . Tanda-tandanya adalah: kelainan mental,
testes yang kecil, berkembangnya tanda-tanda kelamin seks sekunder seperti
membesarnya buah dada, kurang hormon tetosteron, adanya homoseksualitas,

33
transvetisme dan transeksualisme. Tindakan penyembuhan: penyuntikan hormon seks
pria tetosteron dapat mengakibatkan munculnya tampang pria dan ciri-ciri jenis kelamin
pria, sehingga orang semakin asertip dan lebih tinggi dorongan seksualnya (Johnson et.
al. 1970).
Syndrom XYY. Syndrom ini terjadi karena seorang pria memiliki sebuah
kromosom Y ekstra. Kerap sindrom ini diketemukan pada pria-pria yang memiliki
perawakan yang tinggi. Ada anggapan bahwa kromosom Y ini menyebabkan agresi yang
berlebih-lebihan pada pria.
Abnormalitas Kromosom Seks
Wanita Simpton Pria Simpton
XX Normal XY Normal
XO Turner XXY Klinefelter
XXX Triple-X XYY XYY

Mutasi genetik pada sperma. Muatasi genetik pada sperma jarang sekali terjadi.
Banyak mutasi genetik disebabkan oleh tradisi, infeksi, obat-obatan dan zat kimiawi.
Mutasi genetik ini bisa terjadi, bila pria/ayah bertambah umur. Bertambahnya umur
pria/ayah bisa mengakibatkan anak dilahirkan cacat, tapi hal ini sangat jarang. Misalya
sindrom Marfan di mana anak memiliki tubuh yang sangat lonjong, kurus dan tinggi.
Selain itu terdapat juga sindrom Apert di mana anak yang lahir memiliki bentuk kepala
yang tak sempurna/miring kepalanya.
Kesepuluh, Persiapan Orang Tua (Faktor luar)
Salah satu faktor yang penting juga ialah rencana dan persiapan orang tua sendiri.
Suami isteri memiliki suatu hubungan afektif yang baik (saling pengertian, kepercayaan
dll). Persiapan yang paling penting ialah apakah keduanya benar-benar ingin memiliki
anak. Selain perispan psikologis ini, keduanya perlu mempertimbangkan kondisi-kondisi
fisik mereka dan keadaan sosioekonomisnya, dan konsekwensi-konsekwensi selanjutnya
(pendidikan anak dll). (Bandingkan dengan no. 8).

Kesebelas, Pengaruh Kepercayaan dan Praktek Setempat.

34
Pengaruh kepercayaan dan praktek setempat dapat memberikan dampak yang
positif maupun negatif bagi ibu yang hamil. Bila ia mengikuti kepercayaan dan kebiasaan
itu, ia akan merasa aman, sebaliknya bila ia lalai, ia akan ditimpa sters. Beberapa contoh
kepercayaan antara lain: Ada kepercayaan suku tertentu bahwa ibu hamil bila berjalan di
waktu malam harus membawa benda tajam (pisau, gunting dll) sebagai senjata untuk
menangkal gangguan roh jahat/jin. Terhadap bayi yang ada dalam kandungannya. Ibu
yang hamil tentu akan merasa aman, bila ia menaati kebiasaan/kepercayaan ini,
sebaliknya bila ia melalaikannnya, ia akan terekan.
Ada juga kepercayaan bahwa selama masa kehamilan, ayah/ibu tak boleh
menyiksa binatang-binatang lain, sebab ada bahaya bahwa anak yang akan dilahirkan itu
ditimpa cacat. (misalnya tak boleh menyiksa membunuh ular). Begitu pun selama masa
kehamilan ibu tak boleh mengikat sesuatu dengan menggunakan simpul mati, sebab
bahaya bahwa ia akan mengalami kesulitan waktu melahirkan. Ibu hamil tidak boleh
memakan buah pisang yang kembar, sebab bahaya bahwa anak yang akan dilahirkan itu
memiliki jari kembar, dll.
1. Tanda-Tanda Kehamilan
Ada beberapa kenyatan yang memperlihatkan bahwa seorang ibu/wanita telah
mengandung. Pertama, berhentinya haid (amenorrhea). Sesudah sel telur dibuahi, ovulasi
berhenti. Selanjutnya dinding rahim disiapkan untuk implantasi sel telur yang telah
dibuahi itu. Berarti sirklus mens terhenti. Tokh kehamilan cuma salah satu tanda saja dari
berhentinya haid. Karena amenorrhea bisa terjadi pada wanita yang tak memiliki sirklus
haid yang tetap/normal. Kedua, pada saat yang sama, suplai darah dalam payudara
ditingkatkan dan pembuluh air susu, kelenjar payudara dan putting susu mulai membesar.
Ketiga, ibu atau wanita yang hamil juga mulai mengalami sakit kepala ringan/pusing-
pusing dan muntah-muntah di waktu pagi. Hal ini merupakan sesuatu yang “normal” bagi
kebanyakan wanita. Biasanya sesudah ketiga kebiasaan muntah-muntah ini akan berhenti.
Kemungkinan gejala ini disebabkan oleh semakin banyaknya sirkulasi hormon-hormon
seks yang terjadi pada awal kehamilan bagaimana hubungan antara gejala muntah-
muntah ini dan hormon-hormon seks, belum dapat dijelaskan (masih penelitian lebih
lanjut).

35
Keempat, pembuangan urine lebih sering dari biasa. Hal ini disebabkan oleh kerja
buah pinggang yang semakin keras dan kemungkinan karena bertambahnya hormon-
hormon seks, sehingga kandung kemih terisi lebih cepat dari pada biasanya. Yang
terakhir, bertambah besar fetus dan rahim ibu. Seringkali hal ini sulit untuk dideteksi,
karena ada ibu yang memiliki dinding rahim yang terlalu tipis atau ibu yang terlalu
gemuk.
Sekitar minggu 18-20, gerakan-gerakan fetus yang pertama mulai dirasakan ibu.
Namun fetus juga memiliki saat tenang, dan tak sejalan dengan jam istirahat ibu. Ibu
yang hamil sering gelisah, bila bayinya tak bergerak selama sehari. Hal ini adalah sesuatu
yang normal, kecuali kalau bayi dalam keadaan tenang lenih dari sehari. Berarti
pemeriksaan dokter perlu dilakukan.
Perasaan-Perasaan Ibu Selama Kehamilan
Bagi sementara ibu, kehamilan untuk pertama kalinya merupakan suatu periode
yang penuh dengan kegelisahan dan kebimbangan. Emosi ibu yang berubah-ubah ini
kemungkinan disebabkan oleh pengaruh hormon progesteron dan estrogen. Jumlah kedua
hormon itu tak seimbang dalam tubuh ibu.
Kegelisahan itu juga nampaknya disebabkan oleh usaha wanita untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan hamilnya. Usaha ini banyak ditandai dengan
kegelisahan-kegelisahan. Biasanya pada akhir bulan ketiga, wanita sudah bisa
menyesuaikan diri dengan keadaan hamilnya. Begitu pun ibu/wanita juga kerap ditimpa
mimpi-mimpi buruk dan tenggelam dalam fantasi-fantasi. Sering juga ada ibu yang
menderita apa yang dinamakan ekslampsia artinya suatu keadaan di mana tekanan darah
ibu semakin meningkat serta adanya protein dalam urine dan adema (pembengkakan pada
sebagian tubuh ibu seperti kaki, karena penimbunan cairan daalm sel jaringan di luar
sistem pembuluh darah). Akibatnya ibu mengalami kekejangan hampir menyerupai
penyakit ayam.
Perasaan-perasaan seperti di atas tak dapat dihindari oleh seorang ibu hamil.
Namun perasaan-perasan itu dapat berdampak positif, dalam arti agar ibu lebih waspada
dan lebih menyiapkan diri dalam menyambut kelahiran bayinya.
Rangkuman.

36
Masa pranatal merupakan satu tahap yan penting dalam perkembangan hidup
manusia. Karena itu penjagaan dan pemeliharaan selama masa ini, harus diupayakan,
demi adanya suatu kelahiran anak yang sehat. Karena itu bebrapa hal berikut ini perlu
diperhatikan.
Pertama, ibu perlu memakan cukup banyak protein. Yang penting bukannya
kuantitas makanan tapi kualitasnya.
Kedua, menjadi hamil untuk pertama kali, bisa saja menimbulkan perasaan-
perasaan yang menggelisahkan. Adalah normal bagi seorang calon ibu untuk memiliki
perasaan itu. Yang buruk ialah merasa bersalah karena semua perasaan itu. Bila ibu terus
saja gelisah, bisa saja muncul perubahan fisiologik dan kimiawi dalam tubuh. Semua ini
bisa mempengaruhi bayi dalam kandungannya.
Ketiga, calon ibu harus sadar akan perasaannya yang ambivalen: segi-segi positif
dan negatif bila mempunyai anak, takut melahirkan bahkan takut akan keadaannya
sebahai wanita. Karena itu berbicara dengan suami atau orang lain(konselor) adalah
sesuatu yang sangat membantu dan meringakan beban psikologiknya.
Keempat calon ibu perlu istirahat banyak, menikmati keadaan hamilnya. Serta
mengusahakan hubungan emosional dan sosial yang sehat dengan orang lain. Dalam hal
ini peranan bimbingan pastoral sangat penting untuk membantu calon ibu dan ayah
menelusuri alasan-alasan kegelisahannya dan perasaan yang ambivalen.
Kelima, calon ayah perlu mendampingi isterinya dan memberikan dukungan
moril dan psikologik kepadanya, pada saat-saat ia mengalami kebingungan.

Tugas 10:
Jelaskan dengan kata-kata sendiri dua alasan yang mendasari pendapat
kebanyakan tenaga medis bahwa hidup manusia mulai pada saat berpadunya sperma dan
sel telur.
Tugas 11:
Tulislah dengan ungkapan sendiri perbedaan proses pengaruh obat-obatan dan pengaruh
merokok terhadap bayi dalam kandungan ibu.

Tugas 12:

37
Tulislah dengan kat-kata sendiri tiga perbedaan antara Sindrom klinefeter dan Turner
sindrom.
Tugas 13:
Bandingkanlah secara tertulis sindrom marfan dan mongolismus.

Tugas 14:
Bandingkanlah secara tertulis perbedaan proses pengaruh radiasi dan proses pengaruh
keadaan psikologik ibu terhadap embrio dalam kandungan ibu.

Tugas 15:
Tulislah satu bimbingan/pengarahan singkat untuk kelurga-keluarga muda (katolik)
dengan judul: Peranan Suami dan Isteri (Ibu Hamil) Sebagai Rekan pencipta Allah.
Panjang tulisan ini tidak lebih dari dua halaman folio.

38
POKOK BAHASAN III
PERKEMBANGAN PSIKOLOGIK BAYI

Tujuan pokok bahasan ini: mahasiswa memahami Gerakan Refleks Bayi dan
Pertumbuhan indranya/perkembangan motorik, tahap-tahap perkembangan inteligensi
serta jenis-jenis perasaan bayi. Ada tiga sub Pokok Bahasan:
A. Gerakan Refleks Bayi dan Pertumbuhan Indra/Fisik.
B. Perkembangan Inteligensi Dan Perkembangan Bahasa
C. Perkembangan Afektif dan Tingkah Laku Lekat Bayi.

A. Perkembangan Motorik:Gerakan Refleks Bayi


Gerakan Refleks Dasar
Pada awal fase bayi, perkembangan-perkembangan dasar untuk menjawabi
rangsangan dari luar dan dari dalam ialah gerakan refleks. Gerakan refleks adalah suatu
reaksi otomatis dan tak disadari serta dibawa sejak lahir terhadap rangsangan-rangsangan
tertentu. Semua gerakan refleks pada bayi dapat dilihat pada kegiatan gerakan fetusdalam
kandungan ibu (kecuali pernapasan aktual awal pada fetus) dan vokalisasi.
Gerakan refleks itu dibagi atas dua macam yakni refleks anak-anak menusu ialah
refleks-refleks sementara dan menghilang pada waktu-waktu tertentu dan refleks-refleks
permanen yakni refleks-refleks urat archiles, refleks urat lutut, refleks mencium/rooting
refleks, refleks hisap/ refleks moro, refleks genggam/refleks Darwin dan refleks
babinski.11
Pada refleks moro, anak mengembangkan tangannya kesamping lebar-lebar,
mengembangkan jarinya lalu mengembalikan tangannyadengan tarikan cepat seakan ia
ingin memeluk seseorang. Ini menghilang pada umur sekitar empat bulan. Refleks

11
Monks et. al, Op. Cit,hal. 75-76

39
mencium-cium, terjadi dengan membuat stimuli pada pipi/mulut bayi dan akibatnya anak
akan memutar-mutar kepala, seakan mencari sesuatu. Refleks hisap selain memiliki
fungsi eksploratip juga berfungsi untuk menghisapdan dengan itu bayi dapat ditenangkan.
Refleks genggam terjadi kalau tangan kita diletakkan diatas telapak tangan bayi dan
tangan kita akan digenggamnya. Refleks babinski : bila ada rangsangan pada telapak kaki
bayi, ibu jarinya bergerak ke atas dan jari-jari lainnya terbuka. Pada bulan keenam,
refleks ini menghilang. Semua gerakan ini memiliki beberapa fungsi yakni sebagai tanda
diagnostik bahwa ada perkembangan yang sehat pada sistem-sistem saraf bayi. Hal ini
perlu bagi bayi untuk mempertahankan hidupnya dan juga sebagai dasar utama bagi
perkembangan perilaku bayi yang semakin kompleks.
Perkembangan Fisik
Masa bayi merupakan salah satu periode dalam hidup manusia yang mengalami
perkembangan fisik yang pesat. Periode yang lain adalah masa remaja. Ada pelbagai
variasi dalam pertumbuhan fisik ini, baik menyangkut tinggi badan, berat badan maupun
bangun tubuh bayi. Hal ini sangat bergantung pada keadaan ekonomis orang tua, pada
kebiasaan makan, dan pada jenis makanan anak. Begitu pun jumlah tulang semakin
bertambah. Pengerasan tulang mulai pada awal tahun pertama, dan berlangsung terus
sampai masa pubertas. Jaringan gemuk bertambah untuk sebagian karena tingginya kadar
gemuk pada susu ibu. Semakin bayi bertambah besar, berat badan bayi lebih disebabkan
oleh berkembangnya tulang-tulang.
Pada umur sembilan bulan, rata-rata anak yang normal memiliki tiga buah gigi
sementara. Pada umur 1 tahun, 4-6 buah gigi, dan pada umur dua tahun 16 buah gigi.
Setelah gigi sementara tanggal, maka tumbuh gigi yang tetap. Rata-rata pada umur enam
tahun, anak sudah memiliki 1-2 gigi tetap. Pada umur 8 tahun, 10-12 gigi tetap dan umur
14-27 tahun 27-28 gigi dan mepat gig terakhir baru muncul sekitar anak berumur 17-25
tahun.
Pola Pembuangan
Kontrol terhadap sistim pembuangan air besar rata-rata mulai pada umur enam
bulan. Dan kontrol terhadap pembuangan air kemih mulai antara 15-16 bulan. Kebiasaan
untuk mengontrol sistim pembuangan air besar diperoleh pada akhir masa bayi, meskipun

40
tak selalu terkontrol karena sakit atau lemah. Begitu pun kebiasaan buang air kecil, pada
waktu malam akan tetap berlangsung bagi kebanyakan bayi sampai bebarapa tahun.
Pola makan. Sejak kelahiran hingga 4-5 bulan berikut, cara makan bayi adalah
dalambentuk menghisap dan menelan. Karenanya makanan haruslah dalam bentuk cair.

1. Sensasi Dan Perkembangan Persepsual/Indera


Sensasi atau penginderaan diartikan sebagai proses di mana suatu rangsangan
mengenal alat indera. Untuk menanggapi rangsangan itu bayi harus memiliki reseptor
yang terlatih baik dan sensitif terhadap setiap rangsangan. Persepsi atau pengamatan
adalah proses merobah/mengartikan rangsangan luar menjadi suatu informasi. Ada tiga
jalan lewat mana organisme menerima informasi. Ketiga jalan tersebut adalah
interoseptor, proximo exteroseptor, dan distal exteroceptor.12 Intereceptor adalah alat
indera dalam untuk mengetahui apa yang berlangsung dan terjadi dalam tubuh manusia
sendiri. Proximo exteroceptor adalahalat indera untuk mengetahui apa yang dekat dengan
tubuh dalam hal ini adalah indera pencium, indera perasa dan indera kulit. Distal
exteroceptor adalah alat indera untuk mengetahui apa yang jauh dari tubuh manusia yakni
indera penglihatan pendengaran.
Indera pencium adalah indera yang berfungsi untuk mendeteksi perbedaan bau
yang dicium hidung. Menyangkut penciuman bayi, bayi mengalami perkembangan
penciuman yang sangat lambat. Diperkirakan orang dewasa dapat mencium hampir 4000
bau.13 Sedangkan bayi hanya memalingkan kepala, bila ada sesuatu bau yang tidak enak.
Indera perasa berfungsi untuk mendeteksi perbedaan rasa entah itu menyangkut zat cair
atau zat padat. Baik indera penciuman dan indera perasa bekerja sama untuk menentukan
rasa tertentu (pahit manis dll). Pada bayi, indera perasa ini belum berkembang secara
baik, tokh ia sudah bisa menunjukkan gerak muka yang tidak betul, bila ia mengecap
sesuatu yang tidak enak. Kulit berfungsi untuk merasakan sensasi-sensasi seperti
sentuhan, rasa ngeri dan sakit, rasa hangat dan dingin. Selain itu kulit juga sangat sensitif
terhadap rangsangan arus listrik dan panas. Fetus misalnya sangat sensitif terhadap
tekanan rasa sakit dan sentuhan. Tokh reaksi bayi terhadap rangsangan pada hari-hari

12
James O. Lugo, et. al., Op. Cit., hal.
13
Ibid., hal. 329.

41
pertama kelahirannya, belum terlokalisir. Rasa lapar baru mencapai bentuk
diferensiasinya, sesudah bayi berumur satu tahun.
Bagaimana fungsi indera pendengaran dan penglihatan pada bayi? Pada saat
kelahiran, bayi cuma melihat terang dan gelap saja. Penglihatan warna sangat minim
karena sel-sel kerucut pada mata belum berkembang. Begitu pun dua mata belum dapat
difokuskan serentak. Tambahan lagi pada bulan-bulan pertama, anak kurang mencapai
stimulasi visual, karena ia kebanyakan berada dalam posisi tidur, sehingga perhatian
visualnya dapat mengecil. Menurut White (1968; 1969) pemberian stimuasi visual dalam
ranjang, sangat mempertinggi perhatian anak terhadap sekitarnya. Tapi bila stimulasi ini
terlalu banyak dan berulang-ulang, maka anak akan memperkurang perhatiannya. Ini
dinamakan habituasi. Kebiasaan orang Indonesia untuk membawa anak dalam selendang,
sambil mendukungnya dalam posisi duduk, akan sangat membantu anak untuk
memperluas variasi stimulasi anak, karena anak akan melihat ke banyak arah. Bila anak
telah membentuk satu representasi intem dengan sempurna, ia tidak lagi memberikan
perhatiannya pada stimulasi, maka perlu dibuat variasi stimulus yakni dengan menyajikan
stimulus yang mirip dengan yang pertama. Ini disebut hipotese diskrepansi.
Dalam perkembangan selanjutnya, sampai umur enam bulan, anak lebih suka
melihat muka manusia dari pada stimulus non-sosial. Menjelang bayi berumur delapan
minggu, penglihatannya bersifat monokuler artinya ia melihat dengan satu mata
sekaligus. Dalam hal ini ia memusatkan satu mata pada obyek, dan menutup mata yang
lain, atau ia membuat mata yang lain istirahat. Kemudian ia bisa tukar menukar: mata
yang satu dulu baru yang lain begitu seterusnya.
Menyangkut stimulasi auditif, bayi belum bisa mendengar pada hari pertama
kelahirannya, karena ada cairan dalam telinga. Sesudah hari kesepuluh kelahirannya, bayi
sudah bisa membedakan bunyi/suara manusia. Pada bulan kelima dan keenam, ia sudah
bisa mengalihkan kepalanya ke arah bunyi yang secara visual di luar jangkauannya.
Bahkan menurut Wertheimer (1960), sesudah sepuluh menit lahir, bayi sudah bisa
memalingkan kepala ke arah stimulus suara. Sedang menurut Wairaven (1973), bayi yang
diajak bicara oleh ibunya dengan menyebutkan nama benda-benda disekitarnya,
mengalami tingkat perkembangan bahasa yang lebih tinggi dari pada bayi yang tak

42
mengalami perlakuan semacam itu. Stimulasi verbal ini sangat penting dalam
perkembangan bahasa anak di tahun-tahun pertama karena bebarapa alasan.
Pertama, kualitas dan kuantitas vokalisasi anak bertambah dengan memberikan
mengukuhan verbal. Kedua, anak mulai meniru kata-kata yang didengarnya. Tapi apa
yang terjadi dengan stimulasi visual juga terjadi pada stimulasi auditif yakni bayi akan
mengurangi perhatiannya, bila rangsangan bunyi terlalu banyak. Dalam hubungan ini,
anak-anak yang berada dalam ruangan sempit disertai bunyi ribu gaduh, menyebabkan
anak tak dapat membedakan stimulasi auditif yang diperlukan. Hal ini akan sangat
mempengaruhi latihan membaca pada anak-anak SD di tahun-tahun pertama.
Orang tua perlu membina komunikasi verbal yang terus menerus dengan anak-
anak mereka, karena belajar mendengar lebih dulu dari pada belajar berbicara. Tambahan
lagi bayi-bayi lebih bereaksi terhadap kata-kata yang biasa ia dengar dari pada kata-kata
baru. Pengaruh cepatnya pemberian respon terhadap tingkah laku anak, akan sangat
mempengaruhi rasa harga dirinya. Karena anak merasa bahwa ia mengakibatkan sesuatu
dalam lingkungannya, ia merupakan sebab suatu akibat. Hal ini lebih jauh akan
menimbulkan pada anak suatu kontrol lokus internal artinya anak merasa bahwa ia
mengontrol situasi dari dalam.
Sebaliknya adalah lokus kontrol eksternal, anak merasa bahwa keadaan di luar
dirinyalah yang menentukan pengaruh. Responsivitas sekitar tidak hanya menimbulkan
pada anak lokus kotrol internal, tapi juga analisa kontingensi. Artinya anak mulai
menganalisa dan menghubungkan tingkah lakunya dengan akibat yang ditimbulkannya.
Dari analisa kontingensi akan muncul suatu motif kompetisi artinya anak merasa bahwa
ia berhasil mempengaruhi sekitarnya. Dengan ini ia akan semakin merasa terdorong
untuk mengulangi dan meningkatkan tingkah laku yang sama. Penelitian-penelitian
menunjukkan bahwa orang tua yang responsif terhadap anak-anak mereka,
mengakibatkan tingkah laku eksploratif lebih banyak dan analisa kontingensi yang lebih
cepat dari pada anak-anak yang orang tuanya tak responsif. Begitu pun orang tua yang
lebih banyak memberikan stimulasi kepada anak-anaknya, menunjukkan kecepatan
habituasi yang relatif lebih besar dari orang tua yang tak/kurang memberikan stimulasi
pada anak-anaknya.
2. Perkembangan Motorik

43
Latihan yang memadai akan menghasilkan kemampuan motorik anak seperti
berjalan berlari/sipping atau melompat-lompat. Persyaratan yang perlu diperhatikan
antara lain adalah adanya pakaian yang terlalu ketat serta adanya ruangan yang memadai
dan perlu diusahakan agar tak ada bantuan langsung dari orang tua. Ada dua macam
ketrampilan motorik pada bayi yang umum yakni ketrampilan kaki. Beberapa
kemampuan motorik ini adalah pertama, memegang dan menggenggam. Pada umur satu
bulan, bayi sudah dapat melihat benda-benda disekitarnya tapi belum bisa memegangnya.
Kemampuan untuk memegang ini baru dicapai pada umur lima bulan. Umur delapan
bulan, bayi sudah bisa memasukkan dot ke dalam mulutnya, dan dapat mengambilnya
kembali tanpa bantuan orang lain. Pada umur 13 bulan kebanyakan bayi sudah dapat
menggunakan senduk sendiri waktu makan. Dan pada akhir tahun pertama, kebanyakan
bayi sudah mampu melepaskan kaus kaki sendiri. Dan pada akhir masa bayi, banyak bayi
sudah mampu mengenakan dan melepaskan pakaiannya sendiri.
Ketrampilan kaki. Pada umur sekitar sembilan bulan, anak sudah bisa merangkak.
Pada mulanya gerakan ini bersifat monolateral artinya gerakan yang mulai dengan satu
tangan dan satu lutut dari dari sisi tubuh yang sama. Gerakan ini kemudian berubah
menjadi gerakan dua sisi (kiri dan kanan). Mulai saat ini anak berubah dari mahkluk
bilateral artinya anak bergerak dengan menggunakan dua sisi tubuh yakni tangan dan
lutut kaki serta tangan dan lutut kanan. Selanjutnya anak juga menjadi binokuler artinya
anak mampu menggunakan dua mata serta binaaural artinya kemampuan anak untuk
menggunakan kedua telinganya sekaligus. Dengan semua kemampuan ini anak sudah
bisa menentukan jarak obyek serta asal/sumber bunyi.
Berdiri, duduk dan berjalan. Kebanyakan bayi sudah bisa berdiri sebelum
berjalan. Biasanya bayi sudah bisa berjalan kurang lebih pada umur satu tahun, tapi
banyak variasinya antara umur 9-15 bulan. Ini suatu kemampuan yang sangat
menggembirakan anak dan orang tua tapi juga membawakan suatu tugas, karena orang
tua harus menjaga dan melindungi anak ini dari segala yang membahayakan. Pada umur
lima bulan bayi dapat duduk dengan bantuan, duduk untuk sementara tanpa bantuan pada
umur tujuh bulan sedang duduk tanpa bantuan pada umur 9-10 bulan
Keadaan gizi anak.

44
Keadaan gizi anak pada masa bayi sangat penting karena bagian terbesar tubuh
terutama sistim-sistim saraf mengalami pertumbuhan hebat. Tak adanya gizi yang
memadai dapat mengakibatkan cacat tubuh dan otak, anak tak bersemangat, kemampuan
belajar terhalang, lekas marah serta tak tahan terhadap kegiatan fisik dan mental yang
lama. Selain itu anak juga bisa ditimpa bermacam-macam penyakit.

Asi dan Pasi


Pada Asi ada beberapa zat yang tidak terdapat pada hewan mamalia lain (Kompas
12 Oktober 1995). Pertama pada Asi ada sejenis protein yang bernama Taurin yakni
unsur yang tak terdapat dalam air susu sapi atau binatang lain. Fungsi untuk
menumbuhkan sel otak. Selain itu pada Asi terdapat juga karbohidrat yang disebut
Laktosa yang berfungsi untuk menumbuhkan sel-sel otak. Ketiga, pada Asi ada lemat
ikatan panjang yang disebut Mielinisasi. Fungsinya melindungi pembuluh sel otak.
Dalam air susu sapi jumlahnya sangat kecil. Hebatnya Asi bukan hanya dalam
pasokannya menumbuhkan kecerdasan tapi juga berperanan dalam pemberian nutrisi,
daya tahan tubuh serta ikatan kasih sayang. Jadi ada fungsi biomedis dan fungsi
psikologik. Menyangkut alasan terakhir ini ada beberapa kenyataan.
Pertama, pemberian Asi memungkinkan adanya kontak badan antara ibu dan
anak. Sentuhan dan kontak ini sangat penting dalam kehidupan bayi, karena dengan itu
bayi akan mengembangkan suatu rasa percaya diri, suatu hal yang sangat ia butuhkan
dalam mengalami ancaman dan kecemasan. Kedua, dengan menyusui, akan ada kontak
mata antara ibu dan anak; ibu juga akan sering senyum dengan bayinya. Ini merupakan
suatu tanda perhatian dan penghargaan, ketiga, ibu yang menyusui bayinya akan
menggunakan lebih banyak waktu untuk mengusap bayinya dan membelai-belainya,
suatu yang memberikan ketenangan pada bayi. Keempat, dengan menyusui, komunikasi
kata antara ibu dan bayi ditingkatkan, kemesraan antara ibu dan bayi terbina.
Rendahnya nutrisi bisa berakibat pada rendahnya kecerdasan bayi. Bayi yang
kekurangan gizi berat pada umur 0-6 bulan, akan kehilangan sel otak sebanyak 10-20%.
Pada Asi ada kolostum, di mana terdapat protein yang tinggi. Selain itu juga terdapat
imunoglobulin yakni zat anti infeksi. Semuanya keluar selama tujuh hari sesudah
kelahiran/bersalin. Mengapa Asi begitu penting pada masa pertumbuhan bayi umur 0-6

45
bulan? Karena otak bayi mengalami pertumbuhan maksimum hingga mencapai 10
milyard sel pada usia enam bulan. Sesudah itu sel hanya mengalami pembesaran volume.
Pemberian Asi pada umur enam bulan pertama tanpa makanan tambahan disebut
pemberian Asi eksklusif. Sering ada anggapan bahwa ibu tak menyusui bayi karena takut
payudaranya rusak. Hal ini tak benar, karena dengan tak menyusui, payudara akan dapat
menjadi bengkak dan terkena radang. Sebaiknya kepada bayi jangan diberikan dot.
Karena bila bayi telah menyusui dot, ia akan malas menyusui susu ibu. Karena kontuksi
puting susu ibu berbeda dengan dot. Dot lebih mudah mengucurkan air susu dari pada
payudara. Sering ibu mengeluh bahwa tak ada air susu, tapi ini banyak kali karena
ketidaktahuan saja. Mulut bayi harus sampai menyentuh bagian gudang susu yakni
bagian yang berwarna coklat (lingkaran) yang disebut Areola mama. Bagaimana pun ada
ibu yang menyukai susu kaleng/dot. Alasannya ialah profesi ibu di luar rumah, kerap tak
memungkinkan pemberian Asi. Ibu harus berangkat pagi-pagi ke kota, dan baru kembali
pada malam harinya. Tambahan lagi karya ibu kadang-kadang menyebabkan ibu
kekurangan air susu. Sikap ibu juga salah satu faktor. Ibu yang tak menyukai adanya bayi
(merasa tak bahagia oleh kelahiran bayinya), akan lebih memilih Pasi dari pada Asi.
Karena dengan itu ia menghindari kontak tubuh dengan bayinya. Bagaimana pun yang
terpenting dari semuanya ini ialah perilaku ibu pengganti ibu dalam memberikan Asi atau
Pasi. Tindakan ibu harus dilandasi cinta yang mesra. Hal ini akan lebih membantu bayi
dalam perkembangannya, karena bayi dapat mengerti bagaimana kualitas perilaku ibu,
dari sikap lahir ibu seperti ekspresi muka, suara dll.
Sebagai rangkuman dapat dikatakan bahwa bayi memiliki potensi untuk
bertumbuh dan berkembang. Tugas orang tua ialah memberikan stimulasi-stimulasi yang
baik dan respons yang tepat kepada anak, ketika ia mencapai tahap untuk
mengembangkan kemampuannya itu. Karena bayi bukan pasif saja tapi ia juga pelaku
yang aktif dalam perkembangannya.

46
SUB POKOK BAHASAN B: PERKEMBANGAN INTELIGENSI DAN BAHASA

Dalam bagian ini akan dibicarakan mengenai proses belajar pada bayi. Perkembangan
inteligensi menurut Plaget dan perkembangan bahasa pada bayi.
1. Perkembangan Belajar Pada Bayi
Dari lahir sampai tiga bulan.
Proses belajar pada bayi sesudah kelahirannya, pertama-tama terbatas pada
respons-respons yang telah dimilikinya seperti gerakan refleks atau ketrampilan-
ketrampilan motorik lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, bayi belajar dengan
memandang suatu obyek atau dengan cuma mendengar bunyi, karena pada bulan-bulan
pertama kehidupannya, hidup bayi banyak berpusat pada indera. Penelitian-penelitian
menunjukkan bahwa bayi dapat sensitif terhadap rupa-rupa bunyi, dan dapat mendeteksi
tempat atau asal bunyi tersebut. Begitu pun berupa-rupa frekuensi menimbulkan efek
yang berbeda-beda pada bayi. Pada umumnya frekuensi yang rendah akan memberikan
ketenangan pada bayi, tapi frekuensi yang tinggi, akan mengakibatkan suatu kejutan.
Bayi juga dapat sensitif terhadap rupa-rupa bau. Ia akan memalingkan mukanya
bila ia dihadapkan pada bau yang tidak menyenangkan, amoniak misalnya. Bayi juga bisa
peka terhadap rupa-rupa rasa sakit. Jadi bayi sudah sejak awal kelahirannya dapat
mendengar, mencium dan melihat. Reaksi bayi terhadap rupa-rupa stimulasi itu akan
bergantung pada intensitas stimulasi. Bila stimulasi terlalu banyak dan berulang-ulang,
maka akan timbul habituasi. Salah satu indikasi fisiologik respons bayi terhadap stimulasi
adalah denyut jantung bayi. Bila denyut jantungnya tenang dan pelan maka ia
menunjukkan sikap perhatiannya tapi bila denyut jantungnya cepat, maka ia
menunjukkan sikap defensifnya. Oleh karena itu seleksi terhadap stimulus harus
diadakan, sebelum menggunakannya dalam membantu bayi dalam mengembangkan
proses belajarnya.
Dari Umur 4-6 Bulan.
Pada tahap ini bayi sudah bisa membedakan dirinya dari hidup yang kebanyakan
berpusat pada indera/refleks. Misalnya bayi sudah senyum dengan orang lain tanpa pilih

47
muka. Matanya terbuka lebar dan terpusat pada obyek. Ia juga dapat membuat kontak
baik dengan dirinya, orang lain maupun dengan obyek-obyek di sekitarnya. Bayi
misalnya dapat meniru orang dewasa dalam mengeluarkan lidahnya, membuka mulut dan
menggerakkan jari-jarinya. Hal ini adalah suatu kemampuan yang dibawa sejak lahir.
Kalau tidak dilatih, kemampuan ini akan hilang tapi akan kembali lagi.
Umur 7-12 Bulan Sampai Dua Tahun.
Pada umur sembilan bulan, kebanyakan bayi sudah mulai menyadari bahwa obyek
atau manusia dapat menghilang, tapi dapat kembali lagi. Ia juga menyadari bahwa ia
berbeda dengan obyek-obyek lain. Ia menyadari bahwa sebuah obyek masih ada, meski
tak terlihat oleh mata. Misalnya ia akan terus mencari boneka yang disembunyikan di
bawah bantal. Pada umur dua tahun, anak semakin dipengaruhi dari dalam. Ia juga sudah
merepresentasikan pengalaman-pengalaman itu dalam konsep-konsep. Konsep-konsep itu
digunakan untuk menghubungkan terjadinya atau berlangsungnya suatu peristiwa dengan
tindakan-tindakan berikutnya. Misalnya kalau ia menghadapi jalan yang diblokir, ia akan
mencari jalan lain. Tugas orang tua ialah menyiapkan lingkungan yang baik bagi anak
untuk belajar. Karena asosiasi kortikal yang dibutuhkan dalam tindakan belajar dan
mengingat, sangat baik terbentuk lewat satu pengalaman inderawi motorik, selama dua
tahun pertama. Karena perkembangan intelek berdasarkan pengalaman.

2. Teori Piaget Mengenai Perkembangan Inteligensi.14


Sebelum membicarakan perkembangan inteligensi, terlebih dahulu dilihat
beberapa pengertian dasar yang diberikan oleh Piaget, seperti adaptasi, asimilasi,
akomodasi, skema, struktur dll. Menurut Piaget, organisme memiliki kecenderungan
inheren, untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ini disebut tendesi adaptasi.
Adaptasi dapat dimengerti berkat dua proses yang saling mengisi yakni asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi adalah perpaduan yang harmonis. Dalam hal ini organisme dapat
bergaul dengan lingkungannya, karena ia mengasimilasi obyek-obyek baru itu ke dalam
dirinya (asimilasi) dan mengakomodasi struktur kognitifnya sedemikian, sehingga obyek
baru itu dapat ditanggapi dan dipahami secara memadai. Organisme menyerap apa yang

14
Jacques Veurger, Psikologi Perkembangan, Epitemologi Genetik Dan Strukturalisasi, Menurut J. Plaget
(Yogayakarta: Yayasan Studi Ilmu dan Teknologi, 1983), hal. 30-100. Teori tentang perkembangan
inteligensi dalam bagian ini, disarikan dari buku ini, khususnya Bab II tentang “Episternologi Genetik”

48
di luar dirinya, sesuai dengan organisasi internnya. Dengan demikian asimilasi berarti
proses di mana pengalaman-pengalaman baru yakni kontak dengan obyek dimasukkan
dan digabungkan dalam struktur psikologis yang telah ada (gambaran lingkungan yang
telah ada pada diri subyek). Asimilasi tidak menyebabkan perubahan skema tapi
perkembangan skema.Skema anak mengenai babi yang berwarna hitam, kemudian
berkembang menjadi skema babi yang berwarna merah dan putih, setelah anak meihat
bahwa ada babi yang berwarna merah dan putih. Skema anak tentang babi bertambah
lengkap.
Dari sini timbul skema artinya pola tingkah laku yang tersusun secara kognitif
yang kurang lebih bersifat stabil dan agak dinamis, dan tak kontradiktoris. Atau skema
adalah sekumpulan pengetahuan tentang sesuatu dan bagaimana menjalankannya.
Proses akomodasi. Skema tadi lama-kelamaan tak menjawabi tuntutan dan
pengalaman baru sehingga timbullah ketakseimbangan. Pengalaman baru tidak cocok
dengan skema yang telah ada. Anak mengadakan akomodasi artinya anak membentuk
skema aru yang cocok dengan rangsangan baru, atau memodifikasi yang lama sehingga
cocok dengan yang baru. Dengan demikian skema kema lama dirobah dan diperluas
untuk disesuaikan dengan fakta-fakta baru. Dalam hal ini struktur psikologis ditinjau lagi
dan dirobah sebagai jawaban terhadap tuntutan dan fakta baru. Contoh: skema sensori
motorik seperti memegang, mengisap pada tahun-tahun pertama dirobah karena anak
mengalami hal-hal baru. Misalnya apa yang dipegang tak dapat dimasukkan ke dalam
mulut. Skema anak bahwa semua benda padat tenggelam. Ketika anak melihat kapal laut
yang terapung, anak menyadari bahwa tidak semua benda padat tenggelam. Karenanya
anak merobah skema lamanya, bahwa ada benda pada yang tidak tenggelam.
Asimilasi dan akomodasi tak saja dua proses yang komplementer tapi juga saling
menyeimbangkan. Jadi asimilasi peyesuaian dalam bentuk perubahan lingkungan
disebabkan organisme sedangkan akomodasi penyesuaian dalam bentuk perubahan
organisme karena pengaruh lingkungan. Kedua fungsi ini bersifat invarian (tetap) pada
setiap perkembangan. Usaha untuk mencapai proses keseimbangan akan berjalan terus,
karena itu Plaget lebih menyukai istilah ekulibrasi artinya usaha terus menerus organisme
untuk mencapai keseimbangan.

49
Struktur adalah sistem dan unsur-unsur dan relasi-relasi yang saling berhubungan
dan merupakan satu kesluruhan yang terorganisir. Karena adanya relasi-relasi yang
timbal balik dalam sistem maka unsur-unsur saling ditransformasikan satu ke dalam yang
lain, menurut aturan-aturan fungsional, di mana peranan auto regulasi-pengendalian diri-
sangat besar.

3. Pengertian Inteligensi Menurut Piaget


Inteligensi menurut Plaget adalah yang mengorganisasikan, mengkoordinasikan
dan menstrukturalisasikan dari dalam (Veurger hal. 30). Inteligensi dalam hal ini tak
dapat didefinisikan lepas dari perkembangannya yang pada pokoknya adalah proses
adaptasi yang seimbang. Bentuk keseimbangan yang paling akhir ialah keseimbangan
yang merupakan satu struktur hirarkis. Di sini struktur yang ada saling berintegrasi tapi
saling mengleburkan diri. Inteligensi menurut Plaget sudah menampakkan diri sebelum
timbulnya bahasa. Inteligensi ini belum berurusan dengan hal-hal yang menentukan
pernyataan benar, dengan menggunakan konsep-konsep, gambaran-gambaran melainkan
hanya koordinasi perbuatan sensori motoris. Jadi ada inteligensi sensori motorik.
Bilamana inteligensi ini muncul untuk pertama kalinya, tak dijawab, karena menurut
Piaget, harus dilihat seluruh perkembangan hidup pengetahuan sejak lahir sampai tercapai
suatu keseimbangan yang dewasa yakni kemampuan mengatasi keterikatan yang hic et
nunc, kemampuan untuk membentuk konsep-konsep abstrak (keuniversalan, dan
kemampuan reversibilitas). Namun seluruh perkembangan tak mungkin dapat diikuti.
Karenanya cuma ditunjuk saja beberapa aspek penting.

4. Tahap-tahap Perkembangan Inteligensi


Piaget membagikan tahap-tahap perkembangan inteligensi atas empat tahap yakni
tahap atau tingkat Sensori Motorik, (0-2 tahun). Tahap praoperasional (2-7 tahun) dan
tahap Operasional Kongkrit 7-11 tahun dan Operasional Formal 12 tahun ke atas.
a. Tahap sensori Motorik
Menurut Piaget, perkembangan pengetahuan hanya dapat dimengerti dalam
keseluruhan perkembangan aktivitas/tindakan. Kita hanya mengenal sebuah benda
dengan memperlakukannya atau mengubahnya. Aktivitas di sini tak lain dari pada cara

50
berlaku seorang bayi yang baru lahir. Cara berlaku seorang bayi dicirikan oleh semacam
adualisme awalilah (Baldwin) artinya perilaku seorang bayi belum menampakkan batas
yang jelas antara dat-data yang diterima dari luar atau dari dalam organisme sendiri.
Subyek dan obyek belum terdiferensiasi sebagai dua instansi yang berbeda. Karena
yangada hanya tindakan. Yang ada hanya pengetahuan figuratif artinya subyek mengenal
obyek secara berlangsung, sejauh obyek itu dapat diobservasi. Mengenai obyek dengan
memberikan respons pada obyek seperti mengisap, meraba bukan dengan memberikan
nama pada obyek itu. Tingkah laku bayi melulu berdasarkan tingkah laku refleks murni
(meraba, mengisap dll).
Di atas sudah dikatakan bahwa subyek dan obyek belum terdiferensiasi sebagai
dua instansi yang berbeda. Namun ini tidak berarti belum ada diferensiasi sama sekali.
Karena di satu pihak, apa yang dihayati bayi semacam keseluruhan gambaran, suara-
suara, perasaan-perasaan yang bisa hadir sesaat dan bisa hilang lagi. Di lain pihak ada
jenis-jenis kelakuan yakni jenis-jenis refleks seperti refleks mengisap, refleks untuk
menangis, refleks meraba dll. Tujuan semua perilaku ini terpusat pada bayi sendiri-
badannya sendiri. Obyek-obyek itu direlasikan dengan badan, karena badan adalah pusat
kenyataan. Dengan kata lain cara perilaku seorang bayi adalah egosentris, tapi ini belum
disadari/disengaja, belum punya arti moral istilah Plaget sentrasi lawannya adalah
desentrasi. Maksudnya semua kegiatan itu berpusat pada badannya. Perkembangan itu
menyangkut refleks-refleks yang lama-kelamaan mencapai diferensiasi.
Perkembangan refleks-refleks Pertama
Gerakan-gerakan itu ada kaitannya dengan kebutuhannya sehingga kebutuhan
mengeratkan aktivitas. Dengan kata lain demi berfungsinya organisme, maka diperlukan
datum dari luar, berarti harus ada asimilasi di mana organisme mengintegrasikan unsur,
faktor-faktor dan pengalamannya ke dalam dirinya. Proses asimilasi itu memiliki tiga
macam bentuk yakni asimilasi fungsional, artinya reaksi yang sama terus menenrus demi
dirinya/fungsinya, asimilasi menggeneralisir misalnya refleks meraba tak dapat ditujukan
pada putting susu, tapi untuk benda-benda lain juga dan asimilasi mengenal kembali
artinya diantara perangsang-perangsang yang berbeda-beda itu bayi mengenal
perangsang-perangsang tetentu dan mulai membedakan perangsang-perangsang refleks

51
yang sama itu. Ketiga proses ini sebenarnya menentukan keseluruhan proses asimilasi
lewat pengulangan dan pengluasan aktivitas.
Reaksi melingkar: dinamakan reaksi melingkar (circular reaction) karena terdapat
hubungan timbal balik antara reaksi dan hasilnya yang secara aktif diadakan, dicari dan
diulangi. Ada tiga hal yang berlangsung di sini. Pertama, kegiatan bayi dalam
menggerakkan sebuah obyek dengan menggunakan skema yang ada sehingga
menimbulkan suatu hasil. Kedua, karena kegiatan itu menarik lalu si bayi mengulangi
lagi untuk mencapai hasil tapi dengan cara coba-coba dan Ketiga, perbuatan itu terus
menerus diulangi sampai ia menguasainya. Contoh: bayi menarik mainan/bonekanya
pada talinya sehingga bergerak. Karena gerakan mainan itu menarik maka ia mengulangi
lagi kegiatan (menarik) itu, sampai ia sendiri menguasainya. Tindakan bayi dalam hal ini
ada kaitan dengan tiga macam asimilasi: fungsional, menggenaralisir dan mengenal
kembali.
Tiga jenis reaksi Melingkar.
Ada tiga jenis reaksi melingkar yang polanya bertambah kompleks dan
memperlihatkan proses desentrasi. Tiga jenis reaksi melingkar ini jelas dalam enam
subtahap perkembangan di bawah ini.
Pertama, tahap perkembangan motorik pertama (1). Pada tahap ini muncul
refleks-refleks, juga masa untuk melatih mekanisme-mekanisme refleks seperti menangis
dll. Mekanisme-mekanisme ini dikonsolodasi/disesuaikan dengan lingkungan.
Tahap kedua adalah tahap munculnya reaksi melingkar pertama (1-4 bulan).
Pada tahap ini berkembang kebiasaan motorik pertama. Semua terpusat pada badan tapi
mulai ada proses desentrasi. Jadi masa ini merupakan masa terbentuknya kebiasaan-
kebiasaan pertama.
Tahap ketiga adalah tahap munculnya reaksi melingkar kedua (4-8 bulan). Dalam
hal ini bayi berusaha untuk mempertahankan gejala-gejala yang menarik seperti
menghisap dll.
Tahap keempat (8-12 bulan). Ciri-ciri tahap ini adalah anak menyingkirkan
obyek untuk mencapai suatu obyek lain, yang terletak di bawahnya, berarti obyek yang
mau dicari harus ada secara batiniah. Berarti juga kelakuan anak menjadi intensional.
Lebih lanjut berarti skema-skema harus dikoordinasikan. Dalam hal ini timbul perbedaan

52
hubungan antara sarana dan tujuan. Semua ini menunjukkan bahwa untuk pertama
kalinya bayi menampakkan sifat-sifat inteligensi. Dengan itu skema yang ada mulai
diterapkan pada situas-situasi baru.
Tahap kelima, (12-18 bulan) mulai proses melingkar tiga (tersier). Di sini anak
mencapai puncak perkembangan sensori motorik. Dalam hal ini anak aktif
mengeksplorasi sekitarnya, ia tak saja mengulangi tindakannya tapi juga menimbulkan
sesuatu yang baru.
Tahap keenam merupakan tahap perkembangan jenis kelakuan yang berarti. Di
sini sarana baru dikembangkan dan ditemukan secara mendadak dan efektif. Misalnya
tongkat dipakai anak untuk mendapatkan mainannya yang terletak jauh dari padanya.
Dengan ini anak mulai memandang dirinya sebagai salah satu obyek diantara obyek-
obyek lain. Ia mengorganisasikan ruang dan waktu. Dia mencapai skema obyektif, ia tak
lagi mencoba untuk mendapatkan hasilnya, karena ia sudah dapat membayangkannya.
Sudah mulai proses penghadiran obyek secara batiniah.
b. Perkembangan Intelegensi Pada Tahap Praoperasional
Tahap ini dibagi atas dua bagian yakni tahap pemikiran simbolis dan
prakonseptual( 2-4 tahun) serta tahap pemahaman dan pemikiran intuitip ( 4-7 tahun).
Tahap Prakonseptual
Tahap ini ditandai dengan pemikiran simbolis yakni cara anak menghadirkan
secara batiniah serta mengulangi pengalaman-pengalamannya sebagaimana diungkapkan
dalam peniruan tertunda, dalam permainan simbolis dan dalam hal menggambar.
Tujuannya ialah anak mengasimilasikan dunia baru yang sekarang dimasukinya. Anak
memakai sinbol pribadi berarti memiliki kemampuan untuk mewakili sesuatu yang intern
dengan bantuan yang lain yakni bahasa, permainan dan tiruan. Perbuatan meniru menurut
Piaget sangat penting bagi anak untuk belajar berbahasa jadi untuk memperkenalkan diri
dengan sistem-sistem simbol yang berlaku umum yang disebut bahasa. Pemikiran anak
pada tahap ini disebut transduksi yakni dari yang spesifik ke yang spesifik. Anak belum
dapat mengerti obyek yang sama dalam situasi yang berbeda. Anak memiliki pengertian
mengenai macam-macam obyek, belum berdasarkan sifat-sifat yang diabstraksikan.
Dalam hal ini anak memakai abstraksi yang sederhana yakni abstraksi empiris. Artinya
abstraksi yang bertitik tolak dari obyek-obyek. Interiorisasi belum dimilikinya artinya ia

53
belum mampu untuk menggambarkan dalam angan-angan, obyek-obyek yang kompleks
dengan mensintesekan bagian-bagian atau aspek-aspeknya menjadi suatu keseluruhan.
Dalam pikiran anak hanya dapat diolah satu persatu obyek menurut keterikatannya pada
pengamatan aktual/kongkrit. Karena belum ada abstraksi maka anak belum mengerti
kata-kata seperti semua, beberapa dll. Anak masih menganggap dari titik pusat, ia nelum
mampu untuk mengambil alih pandangan orang lain.
Tahap-tahap pemahaman dan pemikiran intuitip
Piaget mengadakan percobaan sebagai berikut : Ada dua gelas (A dan B) yang
sama besar dan bentuknya. Anak 4 - 5 tahun disuruh untuk mengisi kedua gelas itu
dengan manik-manik sampai penuh. Dan anak menerima bahwa manik-manik dalam
kedua gelas itu sama banyak. Selanjutnya manik-manik dalam gelas B, dipindahkan ke
gelas C (gelas ketiga) yang lebih tinggi dan sempit. Ketika ditanya kepada anak manik-
manik digelas mana yang lebih banyak, anak mengatakan bahwa manik-manik digelas C
lebih banyak. Alasan mengapa anak berpikir demikian karena ia belum mampu untuk
membuat generalisasi secara konsekwen. Ia belum mampu untuk mengerti arti jumlah.
Selain itu ia masih terikat pada pengamatan inderawi yang aktual yakni tingginya
gelas menandakan bahwa jumlah manik-manik lebih banyak. Dengan demikian tinggi
rendahnya, sempit lebarnya gelas-gelas tadi belum dapat dikoordinasikan secara saling
mengimbangi. Perhatian anak terpusat pada tinggi gelas itu, yang satunya lebih tinggi
karenanya memiliki isi yang lebih banyak. Sedangkan lebar kedua gelas itu belum
mampu dilihatnya. Inilah yang oleh Piaget disebut pemikiran intuitip. Berarti cara
berpikir anak terikat pada relasi-relasi kongkrit yang dialami secara inderawi. Banyak
penilaian anak diadakan pada pengalaman langsung bukan lewat proses logis rasional.
c. Tahap Perkembangan Operasional
Tahap ini terbagi atas dua bagian yakni tahap operasional kongkrit dan tahap
operasional formal. Dalam tahap Operasional Kongkrit (7-11 th), anak menggunakan
logika-logika elementer. Ia dapat membuat sesuatu dengan hal-hal yang dibayangkan.
Tapi tindakan mental ini masih terikat pada benda-benda kongkrit, oleh karena itu
dinamakan operasional kongkrit. Beberapa kemampuan lainnya adalah reverbilitas =
anak dapat kembali pada titik mula misalnya dalam kegiatan menghitung. Ia juga dapat
meniadakan atau memperbaiki tindakan mentalnya. Ia mampu menghitung hal-hal yang

54
mungkin dan mengantisipasi apa yang mungkin terjadi. Anak juga sudah mulai kurang
bersikap egosentrik, dan pengertian-pengertian desentrasinya mulai berkembang di mana
ia sudah mulai melihat lebih dari satu dikmensi sekaligus.
Tahap Formal Operasional
Ciri khas inteligensi pada tahap ini adalah hipotesis deduktif. Dalam berhadapan
dengan masalah-masalah, anak memikirkan kemungkinan penyelesaian yang bisa
dicapai. Ia membuat hipotese-hipotese. Anak berpikir dari segi realitas di mana ia
memperhatikan segala kemungkinan. Selain itu anak meninggalkan cara berpikir yang
berdasarkan hic et nunc. Pengertian anak bersifat kombinatoris artinya menggabungkan
pengertian yang satu dengan yang lain. Inilah ciri khas pemikiran pada tahap ini.
Pandangan Pia
get ini tidak luput dari kritikan. Kritikan-kritikan yang dilontarkan kepadanya antara lain,
pertama, metode interviewnya meragukan. Penginterview mungkin menuntun anak untuk
mengemukakan pandangan yang tak dimiliki anak. Piaget mendesain tugasnya
sedemikian hingga anak-anak mengalami kesulitan besar untuk memberikan jawaban-
jawaban yang benar. Anak-anak mampu berpikir logis sebelum ulang tahunnya yang
kelima, padahal menurut piaget kemampuan ini belum dimiliki anak.
Kedua, piaget terlalu pesimistik mengenai kemampuan anak-anak. Dan
ketakmampuan itu berkaitan dengan banyak hal seperti defisiensi ingatan atau anak-anak
tak menyadari bahwa logika harus dipakai dalam tugas-tugas tertentu.
Ketiga, piaget memberikan konsep-konsep yang agak kabur, seperti asimilasi,
akomodasi, ekuilibrasi, semua hal belum dibuktikan, sehingga konsep-konsepnya cukup
abstrak. Bagaimana pun pandangannya di dukung oleh peneliti-peneliti ilmiah.
Penyelidikan antar budaya misalnya telah menguji teorinya tentang taraf-taraf
perkembangan mental dan sebagian besar ahli psikologi telah mengakui kebenarannya.
Dengan demikian pengaruh piaget sangat besar dalam psikologi baik Psikologi
Perkembangan, Psikologi Kepribadian Dengan Psikologi Pendidikan maupun kurikulum
dan pendidikan moral.
Perkembangan Bahasa
Berbicara adalah alat komunikasi. Supaya orang dapat berkomunikasi ada dua hal
yang harus dikuasai yakni kemampuan untuk mengerti apa yangdikomunikasikan oleh

55
orang lain dankemampuan untuk mengkomunikasikan kepada orang lain apa yang
dimmengerti.15 Komunikasi itu bisa dalam bentuk tertulis, lisan, bentuk isyarat, dan
ungkapan artistik. Jadi tugas pertama ialah mengerti apa yang disampaikan oleh orang
lain. Bayi belum mampu mengerti bahasa lisan. Namun ia dapat mengetahui apa yang
disampaikan padanya lewat ekspresi muka, nada suara dan tanda isyarat. Pada umur 18
bulan misalnya anak dapat disuruh dengan pemberian isyarat. Pada umur 2 tahun, anak
sudah mampu mengikuti suruhan yang sederhana, misalnya mengambil gelas. Bagaimana
kemampuan anak ini, untuk sebagian bergantung pada kemampuan intelektual anak,
sebagian lagi pada stimulasi dan dorongan yang diberikan oleh orang tua.
Tugas kedua adalah belajar membaca. Karena berbicara ini adalah suatu
kemampuan yang membutuhkan waktu untuk berkembang, maka alam memberikan
kepada anak, bentuk-bentuk komunikasi pengganti. Inilah yang dikenal senagai bentuk-
bentuk awal berbicara. Ada empat macam bentuk awal berbicara ini yakni
menangis/tangisan, meraba, isyarat serta ekspresi emosional.16
1. Tangisan
Suara pertama yang kedengaran waktu anak dilahirkan adalah jerit tangis. Adanya
jerit tangis ini memungkinkan anak untuk bernapas, karena sejak saat ini anak harus
belajar untuk bernapas sendiri. Tangisan juga merupakan suatu ekspresi, dan suatu seruan
lewat mana anak bisa berkomunikasi dengan dunia luar. Tangisan juga bisa merupakan
suatu reaksi bayi terhadap sesuatu yang tak nyaman dan dengan itu ia ingin mendapat
perhatian dan bantuan dari orang lain. Karena itu ibu harus memberikan interpretasi yang
tepat terhadap tangisan bayi, karena hakekat tangisan itu tidak bergantung pada
macamnya kebutuhan bayi, tapi pada intensitas kebutuhannya. Tangisan itu haruslah
segera dijawab oleh ibu karena tangisan yang terlalu lama dapat membahayakan anak
baik secara fisik maupun secara psikologis terutama bayi-bayi yang menangis secara
intens. Alasan kedua ialah menanamkan keyakinan pada bayi bahwa hidup ini baik dan
bahwa seseorang akan membantunya, di saat-saat ia membutuhkannya.
2. Ocehan/Meraban

15
Bdk J. Monts et. al., Op. Cit, hal. 136-140
16
E. Hurlock, Developmental Psychology, (Fifth ed, New York: McGraw-Hill Book Company, 1982), hal.
88-89.

56
Selain tangisan timbul apa yang dinamakan ocehan/meraban. Ini merupakan suatu
repetisi bunyi pada mulut bayi, yang mulai terdengar pada bayi kira-kira pada bulan 7-9.
Ocehan-ocehan ini lalu berkembang menjadi kata, sehingga mulailah pada saat ini anak
mengucapkan kalimat satu kata (pralingual). Tokh kalimat satu kata ini diarahkan pada
obyek tertentu, tapi mengungkapkan satu isi psikologis yang bersifat intelektual dan
emosional yakni anak menyatakan kemauannya atau penolakannya tentang sesuatu.
Misalnya anak menyebut kursi. Ini bisa berbeda-berbeda artinya bergantung pada
konteksnya. Artinya bisa duduk di kursi, bahwa ada kursi dll. Lalu sekitar umur 16-20
bulan, anak sudah membentuk kalimat dua kata (lingual awal).
3. Pemberian Isyarat
Bentuk awal komunikasi yang ketiga adalah pemberian isyarat. Bayi juga kerap
menggunakan gerakan isyarat untuk menyatakan keinginannya. Misalnya dengan
merentangkan tangan lebar-lebar. Hal ini berarti ia mau digendong, dipapah. Atau dengan
mendorong piring yang berisi nasi, ia menyatakan ketaksukaannya pada nasi.
4. Ekspresi Emosional.
Ekspresi emosional merupakan salah satu bentuk awal komunikasi bayi. Tak ada
suatu yang lebih ekspresif dari pada tanda-tanda isyarat seperti gerak muka atau gerak
tubuh. Kalau bayi merasa senang ia akan menggerakkan kakinya, tersenyum atau tertawa.
Mengapa anak menggunakan ekspresi emosional? Karena anak belum mampu
mengontrol emosinya. Alasan lain ialah bayi lebih mudah mengerti apa yang
dikomunikaskan kepadanya oleh orang lain lewat ekspresi wajah/tubuh dari pada dengan
kata-kata.
Tugas-tugas dalam belajar berbicara. Belajar berbicara menyangkut tiga hal yakni
belajar untuk mengucapkan kata-kata, belajar membangun kosa kata, serta
menggabungkan kata menjadi kalimat untuk dikomunasikan kepada orang lain.
Anak belajar mengucapkan kata dengan cara mencoba-coba, terutama dengan
cara meniru pembicaraan ornag lain. Berarti orang tua harus berbicara yang benar,
mengeja kata secara benar. Biasanya huruf mati sulit bagi anak dibandingkan dengan
huruf hidup. Untuk membangun kosa kata, anak pertama-tama harus belajar nama obyek-
obyek disekitarnya. Kemudian ia baru mempelajari kata kerja seperti memberi, menerima

57
dll. Perbendaharaan kata anak bertambah sejalan dengan umur anak. Semakin luas
sosialisasinya, maka diharapkan semakin banyak kata-katanya.
Kalimat pertama bayi muncul ketika ia berumur 12-16 bulan, dan pada umumnya
terdiri dari kalimat satu kata disertai dengan tanda isyarat (Pralingual). Kalimat satu kata
ini mengandung isi psikologik yang berbeda-beda. Lalu sekitar umur 16-20 bulan anak
sudah bisa membentuk kalimat dua kata (lingual awal) dan seterusnya. Dengan adanya
pertambahan umur dan latihan, maka berkembanglah kalimat tiga kata (periode
diferensial). Anak-anak indonesia memiliki tingkat perkembangan bahasa yang sama
yakni fase pralingual, fase lingual dan fase diferensial (S. Marat 1973).
5. Representasi Mental
Sejalan dengan perkembangan bahasa, anak mulai mengenal lingkungannya. Ia
mulai menggunakan tanda-tanda untuk mengharapkan terjadinya suatu peristiwa.
Misalnya memakai jeket tanda perginya ayah. Begitu pun berkembanglah kemampuan
untuk mengetahui hukum sebab akibat. Sebuah tanda kerap diinterpretasikan sebagai
sebab. Sebab perginya ayah ialah memakai jeket, sebab tidur ialah mendapat ciuman dari
mama atau berdoa, bergantung pada kegiatan yang biasa dilakukan. Menjelang akhir
masa sensori motorik, anak mulai merepresentasi/menghadirkan obyek-obyek secara
mental. Karenanya anak dapat mengantisipasikan suatu tindakan dan akibatnya, sebelum
tindakan itu benar-benar dilakukan.
Kemampuan anak untuk mengadakan konseptualisasi ini terlihat juga dalam
tingkah laku meniru. Anak mampu menirukan obyek-obyek atau kegiatan orang yang
secara langsung tidak kelihatan/hadir. Tapi dengan tercapainya pengertian anak mengenai
permanensi, ia mulai meniru sesuatu/orang lain yang tak lagi kelihatan. Misalnya anak
kerap kelihatan meniru ibunya memakai sesuatu sambil berdiri di muka cermin. Karena
anak mampu meniru obyek yang secara fisik tidak hadir, maka ia harus menghadirkan
obyek tersebut secara mental.
Pemberian nama kepada sebuah obyek menunjukkan kemampuan anak untuk
menghadirkan obyek secara mental. Dalam hubungan ini, ia mengenai obyek sesuai
dengan tindakan yang ia jalankan sendiri. Ia mendefenisikan sebuah obyek seturut
fungsinya. Benda/obyek ialah untuk membuat sesuatu. Bola adalah untuk bermain, kuda
adalah untuk naik dstnya. Dengan demikian dunia anak dua tahun tidak lagi berada hanya

58
karena secara langsung diinderai. Karena obyek-obyek memiliki identitasnya dan
fenomenanya yang tak lagi bergantung hanya pada kegiatan bayi. Adanya perkembangan
hubungan sebab akibat serta pengakuan akan adanya identitas obyek itu, menunjukkan
bahwa anak sudah memasuki dunia pikiran dan perasaan yang sudah mulai
diungkapkannya lewat bahasa. Peranan orang tua dalam hal ini ialah membantu anak
untuk mempelajari bahasa terutama lewat latihan-latihan dan stimulasi verbal dan
stimulasi suditif.

Sub Pokok Bahasan C: Perkembangan Emosi Bayi/ dan Tungkah Laku Lekat
Afeksi dapat diartikan sebagai suatu relasi dengan orang lain yang ditandai
dengan kehangatan atau keakraban. Dalam membicarakan hidup afeksi anak, perlu
diingat bahwa jenis dan tingkat emosi anak, untuk sebagian bergantung pada intepretasi
orang tua/dewasa. Karena memang sulit untuk menyimpulkan keadaan emosi anak yang
spesifik, berdasarkan perilaku non-verbalnya. Tokh ada beberapa pola perilaku penting
yang menandakan keadaan efeksi/emosi bayi, meskipun harus diakui bahwa sejak
kelahiran bayi memiliki dua macam keadaan emosi yang umum yakni emosi yang
menyenangkan dan tak menyenangkan. Dalam perkembangan selanjutnya keadaan emosi
umum ini mencapai tingkat diferensiasinya. Berikut akan dilihat beberapa emosi bayi.17
1. Reaksi Takut.
Rasa takut pada bayi kira-kira muncul/terjadi pada bulan ketujuh-kesembilan.
Bayi akan bereaksi secara negatif terhadap orang-orang yang asing baginya. Ia akan
menangis, menarik diri atau merasa tak aman. Penelitian-penelitian memperlihatkan
bahwa ada perbedaan individu dalam obyek ketakutan dan dalam waktu/bila mana
munculnya ketakutan. Menurut JB Watson sejak lahir anak memiliki tiga macam emosi
yakni takut, cinta dan marah. Selain orang asing, bayi juga takut terhadap tempat tinggi,
suara yang keras, topeng atau obyek-obyek lain. Rasa takut pada masa-masa
pekembangan selanjutnya, ada hubungan dengan ketakutan orang tua.
Apa dasar ketakutan? Menurut Wolf, ada suatu temperamen bawaan pada anak,
dan ini berinteraksi dengan limgkungan. Selain itu arti suatu pengalaman bagi bayi,
bergantung pada tingkat pengertiannya. Anak misalnya sudah tak takut lagi pada orang

17
Ibid., hal. 91. James O Lugo, et. Al, Op. Cit., hal. 367-370.

59
yang tak asing lagi baginya, kalau ia sudah mengenalnya. Mengapa ada hal-hal atau
obyek-obyek yang menakutkan dan ada yang tidak? Menurut D. O. Hebb (1966), anak
mengembangkan harapan tertentu terhadap dunianya, dan pelanggaran terhadap harapan
itu dapat mengakibatkan ketakutan.
2. Menangis dan Marah.
Rasa marah umumnya disebabkan oleh kekecewaan anak, karena orang tua tak
membiarkan anak bertindak sesuai keinginannya. Rasa marah ini sering kali diungkapkan
dalam tangisan. P. H. Wolf (1969) membedakan tiga macam tangisan, paling sering
menangis karena lapar, lalu menangs karena marah dan menangis karena rasa sakit.
Tangisan yang berlangsung lama dibarengi dengan saat di mana seakan napas ditelan.
Tangisan karena marah biasanya meledak dan kuat serta banyak udara di
keluarkan dari mulut. Ibu biasanya sangat sensitif terhadap tangisan bayi karena lapar.
Bayi juga sudah bisa mengungkapkan rasa marahnya, sebabnya banyak entah karena
kemauannya ditolak, atau kebutuhan-kebutuhan tertentu tak segera dipenuhi. Ungkapan
rasa marah ini juga bermacam-macam, ia bisa menendang-nendang kakinya, atau apa saja
yang ada disekitarnya, atau ia bisa membanting diri.
3. Senyum, Gembira dan Tertawa.
Senyum adalah suatu kenyataan universal pada manusia. Senyum ini merupakan
suatu respons terhadap stimulus yang menggembirakan. Senyum pada bayi menjadi
perhatian banyak penelitian. Ada beberapa alasan, pertama, senyum merupakan salah satu
respons awal bayi yang menunjukkan kepada orang tua bahwa bayinya dalam keadaan
sehat dan menggembirakan. Kedua, senyum merupakan tanda bagi ibu bahwa bayinya
mampu mengenalinya, dan bahwa bayi dapat membedakan ibunya dari orang lain.
Ketiga, senyuman menggambarkan perkembangan interaksi antara pelbagai indera.
Misalnya perkembangan indera penglihatan erat dihubungkan dengan kemampuan intelek
untuk membedakan benda mati dari makhluk hidup/manusia.
Menurut Gerwitz (1965), ada beberapa tahap senyum, meskipun studi-studi belum
memberikan hasil yang defenitif. Tahap pertama adalah senyum refleks (kurang lebih dua
minggu). Ini merupakan bentuk senyum yang paling awal. Senyum ini disebabkan oleh
rangsangan intern atau reaksi terhadap stimulus luar seperti cubitan pada pipi. Senyum ini
umumnya tidak penuh, dalam arti tidak meliputi seluruh muka. Tahap yang kedua,

60
senyum sosial (1-8 minggu). Dinamakan senyum sosial karena ia ditimbulkan oleh rupa-
rupa stimulasi yang kebanyakan bersifat sosial mis. muka atau suara manusia. Anak lama
kelamaan bisa membedakan muka manusia dan bukan. Hal ini disebabkan oleh karena
manusia hadir secara/berada secara teratur, dan sebagai makhluk sosial ia memberikan
respons terhadap senyuman bayi mis. dengan sentuhan, kata-kata atau senyum balasan.
Tahap ketiga, senyum sosial yang bersifat selektif. Ketika anak sudah semakin
berkembang, ia mulai mampu membedakan muka atau suara orang, sehingga
senyumannya semakin selektif. Ia sekarang memberikan senyumannya kepada orang ia
kenal saja. Sedangkan muka yang asing baginya akan menyebabkan ia melarikan diri atau
menangis.
Rasa gembira dinyatakan lewat senyuman, tertawa, serta lewat gerakan-gerakan
lengan dan kaki. Sedangkan sesuatu yang baru menimbulkan rasa ingin tahu anak. Rasa
ingin tahu ini dinyatakan dalam bentuk membuka mulut, memegang obyek tertentu itu,
menggenggamnya atau mengisapnya.
Rasa Kasih Sayang/Cinta.
Bayi memperlihatkan cintanya pada orang yang memperhatikan kebutuhan
fisiknya, lalu pada binatang piaraannya, atau boneka. Ekspresinya biasanya berupa
mencium atau memeluk apa yang dicintainya itu.
Tiga Kategori Karakter Bayi.
Perbedaan individual dalam temparemen bayi, sudah bisa dilihat pada minggu
pertama sesuatu kelahiran. Penelitian-penelitian mengungkapkan bahwa karakter dapat
diperkuat, diperlemah atau dimodifisir, oleh lingkungan, tapi bentuk-bentuk dasarnya
cenderung untuk bertahan. Ketiga kategori tersebut adalah: anak yang aktif/cekatan.
Orang tua dalam hal ini cuma menggunakan sedikit usaha, perhatian dan waktu untuk
membina anak semacam ini. Hal ini membawakan akibat yang positif seperti cinta
memikat, atau perasaan harga diri anak terhina. Tapi ada kemungkinan banyak kebutuhan
bayi tak terpenuhi. Mis. ia terlalu memberikan perhatian pada anak yang lain sambil
mengabaikan anak semacam ini. Segingga bisa menimbulkan perasaan pada anak, bahwa
ia ditolak oleh ibunya. Yang kedua anak yang lamban: Anak-anak semacam ini
membutuhkan banyak perhatian agar ia bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Di sini ibu yang tak sabar akan menarik diri dari anak semacam ini, sedangka ibu yang

61
overprotektif akan merupakan satu halangan bagi perkembangan bayi, karena anak tak
diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya untuk hidup.
Yang ketiga adalah anak yang sulit/riskan. Anak-anak yang masuk tipe ini adalah
anak-anak yang reaksinya kasar, marah-marah bila frustrasi. Mereka sangat lamban
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Biasanya suasana hatinya tak tenteram.
Bagaimana pun juga orang tua harus berusaha menciptakan lingkungan yang baik demi
perkembangan anak semacam ini.

Perkembangan Sosial Dan Moral

Pengalaman-pengalaman sosial anak memainkan peranan yang penting dalam


menentukan hubungan-hubungan sosial serta tingkah lakunya terhadap orang lain.
Karena itu peletakan dasar perilaku dan sikap sosial dalam keluarga sangat penting.
Karena sikap yang ditanamkan pada anak cenderung untuk bertahan. Dalam bagian ini
akan dibicarakan tentang tingkah laku lekat anak serta aspek-aspek yang berkaitan
dengan itu.
1. Tingkah Laku Lekat Anak.
Tingkah laku lekat adalah keinginan seorang anak untuk mencari kedekatan
dengan orang lain, dan mencari kepuasan dalam hubungan dengan orang lain itu.
Karenanya tugas utama anak pada bulan-bulan pertama kelahirannya ialah membentuk
suatu tingkah laku lekat dengan seorang dan ini biasanya ibunya atau pengganti ibu (H.
Thome, 1944). Menurut W. W. Hartup (1973), kontak dengan orang lain dicari dan
dipertahankan tapi dengan orang yang tertentu saja. Namun bila orang tertentu itu entah
ibu biologiknya atau pengganti ibu tidak ada, maka anak akan membentuk tingkah laku
lekat dengan teman-teman sebayanya (kalau memang ada). Indikasi adanya tingkah laku
lekat ini dapat dilihat pada anak yakni ia menangis bila obyek lekatnya seperti ibunya
pergi/hilang lalu ia senyum dan gembira bila obyek lekat itu kembali. Apakah tingkah
laku lekat ini sesuatu yang dipelajari atau suatu bawaan sejak lahir? Jawabannya ialah
tingkah laku lekat ini adalah suatu kebutuhan alamiah. Anak sejak kelahirannya memiliki
periode sensitif di mana ia membina pertalian dengan ibunya. Namun tak dapat disangkal
bahwa aspek belajar juga memegang peranan yang penting, karena anak belajar untuk

62
meletakkan diri dengan orang tertentu. Dengan demikian ada beberapa faktor yang
menentukan terjadinya tingkah laku lekat ini.18
Pertama, faktor ketergantungan anak secara fisik pada orang tertentu. Hal ini
disebabkan terpenuhinya kebutuhan anak oleh orang tertentu itu yang biasanya ibu atau
pengganti ibu, sehingga anak ingin melekatkan diri kepadanya. Kedua, adanya sifat-sifat
tertentu yang dimiliki ibu atau pengganti ibu. Mis. roman muka ibu/yang lain memiliki
daya tarik tersendiri bagi anak sehingga ia didekati anak.
Pernah diadakan penelitian sebagai berikut: kepada anak diberikan dua macam
gambar manusia yang berbeda-beda. Gambar yang satu memiliki muka yang teratur,
sedangkan yang lain muka yang tak teratur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak
memilih gambar muka manusia yang teratur. Ini berrti anak tahu membedakan muka
manusia mana yang menarik dan mana yang tidak. Kualitas ibu juga ikut menentukan
perkembangan tingkah laku lekat. Kulalitas ini dinyatakan dalam bentuk responsivitas,
konsistensi dan konsistensi. Resiprositas sejak awal yakni bagaiman ibu memberikan
respons kepada perilaku bayinya dan bagaimana perilaku ibu itu mempengaruhi ibu
sendiri dan bayinya semuanya itu merupakan faktor yang penting. M. Richard dkk dalam
observasinya naturalistiknya yakni observasi dalam konteks alamiah = mengobservasi
interaksi ibu anak, sejak bayi berumur dua minggu, mengungkapakan bahwa pandangan
mata ibu dan senyumnya sangat menstimulir bayi. Tujuan interaksi ini ialah memperoleh
kesenangan dan menikmati kebersamaan.
Begitu pun sikap ibu terhadap tangisan bayi, merupakan faktor yang menentukan.
Bayi lebih sering menangis, bila ibu tak meyertainya. Dan juga ketepatan ibu dalam
memberikan respons ikut menentukan menangis tidaknya bayi. Dan ketepatan respons ini
sangat bergantung pada sensitivitas ibu terhadap kebutuhan bayinya. Dengan demikian
faktor kualitas ibu seperti responsivitas, sensitivitas dan konsistensi ikut mempengaruhi
perkembangan tingkah laku lekat bayi. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Schaffer
(1971). Ada dua kelompok anak yang diteliti. Kelompok yang satu diasuh di rumah di
mana ada banyak interaksi antara anak-anak dan orang dewasa. Sedangkan kelompok
yang lain diasuh di rumah-rumah yang kurang terdapat interaksi. Hasilnya
memperlihatkan bahwa anak dari kelompok terakhir ini, sesudah satu bulan, belum dapat

18
Monks, et. Al., Op. Cit., hal. 64-70.

63
membentuk tingkah laku lekat. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa tingkah laku lekat
sangat dipengaruhi oleh stimulasi/perhatian sosial, terutama interaksi antara anak dan
ibunya. Ibu selalu mendapat tempat pertama, baru kemudian orang lain.
Faktor yang lain menurut Hartup (1973) adalah faktor brlajar pada anak dan sifat
khas manusia untuk berkontak dengan manusia lain. Anak sejak lahir memiliki struktur
spesifik yang terarah kepada lawan jenisnya sendiri. Dalam tiga bulan yang pertama
misalnya, anak tertarik pada manusia umumnya, tapi oleh karena pengalaman dan
belajarnya, lama kelamaan ia tertarik kepada orang tertentu saja.
Kelekatan yang dibicarakan di atas adalah kelekatan yang bersifat satu arah yakni
dari pihak bayi kepada ibunya. Sebenarnya kelekatan itu bersifat dua arah yakni dari bayi
terarah kepada ibu dan sebaliknya. Karena ibu juga memiliki kebutuhan biologik untuk
berada dekat dengan bayinya, dan memberikan respons kepada senyuman dan kebutuhan
bayinya.
Sudah dikatakan di atas bahwa perkembangan tingkah laku lekat sangat
bergantung pada interaksi sosial. Ini berarti bahwa anak-anak yang dimasukkan dalam
Panti Asuhan atau Yayasan-Yayasan Sosial tak mendapat kesempatan untuk dapat
berkontak dengan orang lain. Kurang adanya interaksi sosial ini akan mengakibatkan
munculnya sikap apatis, dan agresif, ketakutan yang berlebih-lebihan terhadap orang
yang asing/benda asing, serta kemunduran dalam aspek kognitif dan motorik. Semuanya
disebabkan oleh kurangnya kasih sayang yang dibutuhkan untuk dapat berkembang
sebagai manusia normal dan sehat. Kurangnya kasih sayang ini menurut Bowlby (1951)
dan R. A. Spitz (1945-1964) merupakan sebab satu-satunya bagi penyimpangan perilaku.
Namun pandangan mereka sulit diterima karena sering kali penyimpangan muncul
sebelum hubungan emosional atau bisa timbul walaupun sudah ada hubungan emosional
yang memuaskan.
2. Kepercayaan Versus Ketakpercayaan.
Erikson (1967) berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya, menjalani
delapan tahap yang sangat berkaitan dengan kehidupan sosial, psikologis dan
biologiknya. Salah satu tahapdalam awal hidup manusia adalah kepercayaan anak
terhadapa ibunya, bila terdapat perkembangan yang sehat. Sebaliknya bisa terjadi
kegagalan, maka akan muncul ketakpercayaan.

64
Bayi untuk pertama kalinya memperlihatkan kepercayaan sosialnya, ketika ia
mengalami bahwa ia diberi makan oleh ibu, tidurnya lelap, pembuangannya terus baik
dll. Kebanyakan rasa percaya diri ini erat hubungannya dengan proses-proses biologis
bayi dan sikap ibu terhadapnya seperti bagaimana ia digendong, bagaimana ibu berbicara
kepadanya, memberikan makanan kepadanya, semuannya ini ikut menentukan awal
kepercayaan bayi terhadap orang-orang lain. Kemajuan pertama yang dicapai bayi ialah
kerelaannya untuk membiarkan ibunya meninggalkan dia buat sementara waktu, tanpa
rasa gelisah, karena ibu telah menjadi suatu kepastian baginya. Konsistensi serta
pengalaman-pengalaman yang sama ikut membentuk jati dirinya yang paling elementer.
Satu tahap lain perkembangan rasa kepercayaan akan diri ini mulai, ketika bayi
belajar untuk menggenggam obyek-obyek yang dilihatnya. Begitu dalam
perkembangannya, ia berinteraksi dengan lingkungannya dan lama kelamaan ia belajar
mempercayai sistem-sistem dalam hubungannya dengan lingkungannya. Pengalaman
bahwa ia dapat menguasai obyek-obyek yang ditemuinya, semakin memberi kepercayaan
kepadanya.
Pengaruh Perpisahan/Ketiadaan ibu.
Terpisahnya ibu dari anak dapat merugikan anak. Bila ada pengganti ibu pada saat
ini, maka kerugian dapat diperkurang. Bila dilepaskan begitu saja tanpa mengusahakan
seorang pengganti ibu, maka kerugian bayi tak dapat dipulihkan/diperbaiki. Oleh karena
itu terpisahnya ibu dari anak dalam waktu yang lama pada tahun-tahun pertama, patut
dicegah.
Sebab-sebab terpisahnya ibu dari anak itu macam-macam. Antara lain adanya
perang, banyak anak ditinggalkan ibunya karena mati waktu perang, atau urbanisasi di
mana ibu bekerja di kota dan pada akhir minggu baru kembali ke rumah, anak-anak yatim
yang terabaikan., semua ini dalam tingkat tertentu merupakan satu perpisahan dengan
ibu. Menurut Jarraw (1961) akibat perpisahan ini bagi anak tergantung pada rupa-rupa
faktor.
Faktor pertama adalah umur anak pada saat mulainya perpisahan. Perpisahan yang
terjadi sesudah berkembang satu hubungan intim dan stabil, antara ibu dan anak, akan
berakibat serius bagi bayi yakni anak akan terhalang kemampuannya untuk menjalin

65
hubungan sosial dengan orang lain di kemudian hari. Akibat ini akan kurang serius, bila
perpisahan itu sebelum suatu hubungan akrab antara ibu dan anak.
Kedua, kualitas hubungan orang tua dan anak. Bila anak mempunyai suatu
hubungan yang erat dengan ibunya pada saat perpisahan, maka pengaruhnya akan serius.
Tokh dalam kebudayaan di mana ada banyak ibu yang dapat mengambil alih peranan ibu
biologiknya, akibat atau kerugian ini dapat dicegah.
Ketiga, lamanya pengalaman akan perpisahan itu. Lamanya perpisahan dengan
ibu akan ikut mempengaruhi/sosialisasi anak.
Faktor-faktor lain: faktor kebudayaan dalam arti tiap kebudayaan akan
memberikan respons yang berbeda-beda pada tiap macam perpisahan.
Kehilangan ibu serta separasi bisa saja membuat orang menarik kesimpulan
bahwa anak-anak yang terdapat dalam panti-panti asuhan adalah anak-anak yang paling
malang, kalau dibandingkan dengan anak-anak yang diasuh dalam keluarga-keluarga
yang baik. Namun akhir-akhir ini disadari bahwa suasana dalam keluarga kerap lebih
merusakkan anak dari pada suasana dalam panti-panti asuhan itu. Karena sering terjadi
bahwa ibu tak mampu membina hubungan yang erat dengan bayinya, karena sikap dingin
dan indiferennya, meski ia secara fisik sangat dekat dengan bayinya. Kerap ibu-ibu
semacam ini telah diasuh dalam suasana rumah tangga yang serupa, yakni dengan sangat
sedikit perhatian dan cinta.
3. Interaksi ibu-anak selama pemberian makan.
Hubungan manusiawi yang pertama dan paling penting adalah hidup bayi
bersama ibunya. Bagaimana keduanya berinteraksi kiranya mempengaruhi anak dalam
hubungan sosialnya di kemudian hari. Menurut Ainsworth dan Bell (1969), ada dua pola
dasar pemberian makan oleh ibu kepada anaknya yakni pemberian makan karena diatur
(ibu dominan) dan pemberian makan karena kebutuhan bayi. Manurut kedua ahli di atas,
pada umumnya bayi yang diberi makan karena kebutuhannya, (pola kedua), karena reaksi
ibu terhadap signal-signal yang dilihat, menangis lebih kurang dibandingkan dengan
bayi-bayi yang diberi makan karena aturan, di mana ibu kurang sensitif terhadap signal-
signal yang diberikan bayi. Selain itu pemberian makan dari segi kebutuhan bayi, akan
menghasilkan hubungan harmonis antara ibu dan anak, dan lebih lagi akan belajar
berkomunikasi serta bersikap toleran terhadap frustrasi.

66
4. Kelahiran Psikolgis
Kelahiran psikologis adalah proses di mana anak mulai menjadi diri sendiri. Ia
mulai memisahkan dirinya dari ibunya tidak saja secara batin/psikologis, tapi juga secara
fisik. Tokh kelahiran ini memakan waktu. Proses kelahiran psikologis ini terdiri dari dua
tahap yakni separasi/perpisahan dan individuasi. Separasi diartikan sebagai pemutusan
secara bertahap hubungan anak baik dengan ibunya, orang lain maupun dengan dunia
manusia pada umumnya. Sedangkan individuasi adalah proses untuk menjadi pribadi
disting dan berdiri sendiri. Menurut Mahler (1975) dan Mc Dewit, ada enam tahap yang
harus dijalani anak dalam proses separasi dan individuasi ini.19
Tahap pertama, autisme (dua bulan). Pada tahap ini perhatian anak pada
umumnya ditujukan kepada sensasi-sensasinya sendiri. Ia tak menyadari adanya
rangsangan luar. Bila mengalami gangguan, yang dibuatnya ialah menggerakkan seluruh
tubuhnya dan menangis. Lama kelamaan kesadarannya mulai berkembang. Kegiatan
mulut misalnya mengisap sesuatu memberikan suatu kepuasan kepadanya.
Tahap kedua, simbiose (dua-lima bulan). Pada tahap ini perhatian anak untuk
stimuli luar dan dalam mengalami perkembangan, meskipun ia belum mampu untuk
membedakan dirinya dari ibunya. Bayi percaya, merasa dan bertindak seolah-olah ia dan
ibunya satu eksisitensi, satu hati yang terbagi.
Ketiga, diferensiasi (5-10 bulan). Pada tahap ini perhatian utama adalah dunia
luar. Anak mulai menyadari antara “aku dan bukan aku”. Ada ibunya, orang lain dan
benda-benda lain disekitarnya. Di sini diferensiasi mulai mencapai bentuk. Dengan ini
mulailah tahap separasi bukan dalam arti fisik, tapi lebih merupakan konstruksi suatu
gambaran batin yang stabil tentangibu. Anak juga pada tahap ini mulai mengambil jarak
dengan ibunya, sehingga ia bisa berkembang menuju diri sendiri, tapi serentak itu ia juga
masih melekatkan dirinya pada ibunya. Ia merasa sedih kalau ditinggalkan ibunya
sendirian terlebih diantara orang-orang yang asing baginya.
Keempat, eksplorasi (10-15 bulan). Sejalan dengan perkembangan motoriknya,
anak semakin menjelajahi dunia sekitarnya dengan bermain. Ia mendapat pengalaman-
pengalaman baru, ia mulai berkontak dengan dunia bukan ibu, meski ia tak dapat

19
James O. Lugo, et. Al., Op. Cit., hal. 395-396.

67
dipisahkan sama sekali dari ibunya. Karena ibu merupakan pusat rasa amannya, di mana
ia mendapat informasi dan ikatan emosional yang kuat.
Kelima, saling membutuhkan (15-24 bulan). Dengan tercapainya kemampuannya
untuk berjalan, berbicara dan mengungkapkan dirinya serta relasi-relasinya dalam
konsep-konsep, maka tercapailah kelahiran psikologis. Ibu dalam hal ini harus bersedia
untuk membantu anak dengan cinta dan perhatiannya, tapi serentak itu tetap
mmempertahankan suatu jarak. Anak pada tahap ini tetap membutuhkan suatu dorongan
halus untuk maju dan berkembang.
Keenam, individuasi dan konstansi mental. Anak mencapai suatu kemampuan lagi
ialah konstansi obyek dan konstansi diri dalam bentuk gambaran-gambaran mental yang
stabil. Gambaran yang paling penting yakni gambaran tentang ibunya. Dalam gambaran
ini anak mengalami suatu konstansi emosional. Karena gambaran ini memberikan
kepadanya perasaan aman dan cinta, ketika ibu absen secara fisik.
5. Perkembangan Moral.
Bayi belum memiliki suara hati, belum memiliki nilai-nilai moral, ia adalah
mahluk non-moral dalam arti tingkah lakunya tidak/belum diatur oleh prinsip-prinsip
moral. Hal ini disebabkan oleh belum berkembangnya inteleknya, sehingga ia belum bisa
menilai benar salahnya suatu tindakan. Baik tidaknya suatu tindakan, dinilai dari
menyenangkan tidaknya tindakan tersebut atas dirinya. Bukannya dari kerugian yang
diakibatkan tindakan tersebut terhadap orang lain. Karena itu ia tak memiliki perasaan
bersalah, misalnya kalau sementara berjalan, ia mengambil barang milik orang lain.
Peranan disiplin.
Displin bagi anak bertujuan untuk mengajarkan anak apa yang benar dan apa yang
salah. Bila anak berbuat benar/baik, ia perlu diberi hadiah/imbalan, berupa pujian
misalnya. Ini tak berarti tak memberi siksaan bila ia berbuat salah. Siksaan boleh saja
diberikan, tapi harus disesuaikan dengan perkembangananak. Misalnya memukul
tanganya sedikit. Ini menyatakan kepada bayi bahwa tindakannya salah, dan karenanya
tak boleh diulang. Karena anak dapat mengerti perlakuan ibu, entah itu pujian atau
celaan, dari bahasa non-verbal ibu seperti ekspresi wajah, intonasi suara, dll.
Belajar perilaku jenis kelamin. Sejak kelahiran, perlakuan orang tua terhadap
anak, mendorong anak untuk mempelajari tingkah laku jenis kelamin. Misalnya

68
pemberian jenis pakaian, warna pakaian, jenis permainan dll. Semua ini menanamkan
kesadaran pada anak tentang perilaku mana yang dituntut oleh masyarakat terhadap
kedua jenis kelamin, mana yang diharapkan dari seorang laki-laki dan mana dari seorang
wanita. Peletakkan dasar-dasar tingkah laku ini, berlangsung sejak masa bayi.

Ranngkuman dan Kesimpulan

Bayi merupakan produk berbagai faktor. Ketika ia berada dalam kandungan


ibunya, ia sendiri berinteraksi dengan keadaan biologis ibunya, di mana ayahnya pun ikut
memberikan sumbangan secara langsung. Sesudah ia dilahirkan, interaksi ini berjalan
terus, antara faktor hereditas, faktor lingkungan, dan faktor subyek/bayi sendiri, sebagai
peserta yang aktif dalam perkembangannya. Lama-kelamaan ketika ia sudah mulai
berkembang faktor hereditas dan lingkungan kurang memainkan peranannya, karena bayi
sebagai subyek akan memainkan peranan yang lebih besar. Karena lewat pengalamannya,
lewat penilaiannya atas pengalamannya itu ia akan lebih membentuk dan menentukan
dirinya sendiri.
Tahun-tahun pertama dalam kahidupan bayi, merupakan dasar-dasar pertama
perkembangan sosialnya. Karena pengalaman-pengalaman yang diperolehnya dalam
hidup bersama ibunya plus perlakuan ibu terhadapnya, memungkinkan dia untuk
mengembangkan suatu rasa kepercayaan akan diri, otonomi, keterbukaan dan rasa aman.
Semua ini kemudian akan menjadi dasar bagi relasi sosial anak baik dengan orang
tuanya, dengan anggota keluarganya maupun dengan teman-teman sebayanya.
Tipe ibu akan sangat menentukan perkembangan bayi. Ibu yang sanggup
merawat, membina serta mengerti dan menghormati keunikan bayinya, cenderung untuk
menghasilkan anak yang lebih mencintai dirinya dan orang lain. Ibu yang benar-benar
memperhatikan kesejahteraan orang lain, yang dapat melihat dunia ini secara relistis,
akan menanamkan bibit-bibit awal altruisme pada anaknya, yang kemudian akan
berkembang dalam hidup anak selanjutnya.

69
DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Ahmadi, A. Psikologi Perkembangan, Cet I, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.


2. Berzonsky, M. D. Adolescent Development, New York: Macmillan Publishing
Company, Inc; 198.
3. Erikson, E. H. Identitas Dan Sirklus Hidup Manusia, Bunga Rampai, terj. Drs. Agus
Gremers, Jakarta: Gramedia, 1989.
4. Hadiwardoyo, A. P. Moral Dan Masalahnya, Yogyakarta: Kanisius, 1994.
5. Hurlock, E. Development Psychology, A. Life Span Approach, Fifth ed., New York:
McGraw-Hill Book Company, 1982.
6. ------------- Child Development, Fifth ed., Tokyo: McGraw-Hill Kogakusta, Ltd;
1972.
7. Kohlberg, L. Tahap-tahap Perkembangan Moral, Cet. I, Terj. Drs. Agus Gremers,
Yogyakarta: Kanisius, 1995.
8. Lugo, J and Gerald L. H. Human Development, second ed; New York: Macmillan
Publishing Company, Inc; 1979.
9. Monks, F. J, A. M. P Koners dan Siti Rahayu Haditono. Psikologi Perkembangan,
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1982.
10. Suryobroto, S. Psikologi Perkembangan, Cet III, Yogyakarta: Raka Sarasin, 1988.
11. Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, Psikologi Perkembangan, semarang:
IKIP Semarang Press, 1990.

70
12. Veurger, J. Psikologi Perkembangan, Epistemologi Genetik Dan Strukturalisme,
Menurut Jean Piaget, Yogyakarta: Yayasan Studi Ilmu Dan Teknologi,
1983.

71

Anda mungkin juga menyukai