Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyeselsaikan makalah ini yang berjudul “Permasalahan dalam
Pancasila Sebagai Sistem Etika” dengan baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah memberikan
tugas ini kepada kami, dengan ini kami bisa mengetahui dan mengerti bagaimana
permasalahan yang terjadi dalam Pancasila sebagai Sistem Etika. Tak lupa kepada semua
pihak yang bersangkutan, kami ucapkan terima kasih karena telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pihak pembaca kami perlukan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca unutuk menambah pengetahuan.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………2

BAB 1…………………………………………………………...………………………3

PENDAHULUAN…………………………………………..………………………….3

1.1 LATAR BELAKANG…………….……………………..…………………………3

1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………….……………………..3


1.3 TUJUAN……………………………………………….……………………………4

BAB 2……………………………………………………………………………..…….5

PEMBAHASAN………………………………………………………………….…….5

2.1 PENERAPAN PANCASILA SEAGAI SISTEM ETIKA DALAM KEHIDUPAN


SEHARI
HARI.................................................................................................................5
2.2 KASUS PELANGGARAN YANG TERJADI MENURUT PANCASIL... 7
2.3 SOLUSI YANG DAPAT MENYELESAIKAN MASALAH PELANGGARAN
ETIKA DI MASYARAKAT…………………………………………..……16

BAB 3…………………………………………………………………………….18

PENUTUP…………………………….………………………………………….18

3.1 KESIMPULAN……..………………………………………………………..18

3.2 SARAN………………………………………………..……………………..18

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pancasila adalah ideologi yang dianut oleh negara kesatuan republik Indonesia. Dan
salah satu fungsinya adalah sebagai sistem etika dimana etika itu sendiri merupakan
gabungan dari tiga unsur, yaitu nilai, norma, dan moral. Ketiga unsur tersebut saling
berhubungan satu sama lain.

Pada hakikatnya, pancasila bukan merupakan suatu pedoman yang langsung bersifat
normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan
sumber norma.

Namun, pada kenyataannya sekarang sudah berubah. Tingkah laku masyarakat


Indonesia dalam prakteknya sekarang tidak lagi mewujudkan bagaimana bentuk pancasila 
dan tidak lagi memperlihatkan nilai etika yang baik itu sendiri. Akhir – akhir ini nilai
pancasila sudah memudar, maksudnya hanya sedikit bangsa Indonesia yang menggunakan
nilai pacasila bagi kehidupannya. Jangankan untuk menggunakan nilai pancasila, masih
banyak bangsa Indonesia lupa atau tertukar dengan sila – sila pancasila. Hal ini dikarenakan
kurangnya kita menyebutkan sila – sila pancasia. Dulu sewaktu kita duduk di bangku
sekolah, setiap senin kita pasti selalu menjalankan upacara bendera, kita serentak hormat
kepada bendera merah putih, menyanyikan lagu Indonesia raya dan lagu wajib, bahkan kita
serentak menyebutkan pancasila. Tapi sekarang? Hanya sebagian kecil yang masih
menganggap Pancasila itu merupakan pedoman dan sesuatu yang sangat penting bagi pribadi
bangsa Indonesia itu sendiri.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana penerapan pancasila sebagai sistem etika dalam kehidupan sehari-
hari?
2. Kasus pelanggararan apa saja yang terjadi menurut isi Pancasila?

3. Solusi apakah yang dapat menyelesaikan masalah pelanggaran Etika?


3
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui penerapan pancasila sebagai sistem etika dalam kehidupan sehari-
hari
2. Mengetahui peran Pancasila sebagai sumber etika di Indonesia
3. Untuk memberi gambaran secara tertulis tentang Pancasila sebagai Sistem Etika

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PENERAPAN PANCASILA SEAGAI SISTEM ETIKA DALAM KEHIDUPAN


SEHARI HARI

Secara etimologis (asal kata), etika berasal dari bahasa Yunani,ethos, yang artinya
watak kesusilaan atau adat. Istilah ini identik dengan moral yang berasal dari bahasa Latin,
mos yang jamaknya mores, yang juga berarti adat atau cara hidup. Meskipun kata etika dan
moral memiliki kesamaan arti, dalam pemakaian sehari-hari dua kata ini digunakan secara
berbeda. Moral atau moralitas untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika
digunakan untuk mengkaji sistem nilai yang ada.
Dalam kajian etika dikenal tiga teori/aliran besar, yaitu deontologi, teleologi dan
keutamaan. Setiap aliran memiliki sudut pandang sendiri-sendiri dalam menilai apakah suatu
perbuatan dikatakan baik atau buruk.

1. Etika Deontologi
Etika deontologi memandang bahwa tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan
apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Etika deontologi tidak
mempersoalkan akibat dari tindakan tersebut, baik atau buruk. Kebaikan adalah ketika
seseorang melaksanakan apa yang sudah menjadi kewajibannya.
Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari seperti kasus PT. PLN memonopoli
kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi
mereka sendiri tidak mampu secara merata dan adil memenuhi kebutuhan listrik masyarakat.
Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya daerah-daerah yang kebutuhan listriknya belum
terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman listrik secara sepihak sebagaimana contoh
diatas. Kejadian ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat, dan investor
menjadi enggan untuk berinvestasi. Dalam kasus ini, PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)
sesungguhnya mempunyai tujuan yang baik, yaitu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
listrik nasional. Akan tetapi tidak diikuti dengan perbuatan atau tindakan yang baik, karena

5
PT. PLN belum mampu memenuhi kebutuhan listrik secara adil dan merata. Jadi menurut
teori etika deontologi tidak etis dalam kegiatan usahanya.

4. Etika Teleologi
Pandangan etika teleologi berkebalikan dengan etika deontologi, yaitu bahwa baik
buruk suatu tindakan dilihat berdasarkan tujuan atau akibat dari perbuatan itu. Etika teleologi
membantu kesulitan etika deontologi ketika menjawab apabila dihadapkan pada situasi konkrit
ketika dihadapkan pada dua atau lebih kewajiban yang bertentangan satu dengan yang lain.
Jawaban yang diberikan oleh etika teleologi bersifat situasional yaitu memilih mana yang
membawa akibat baik meskipun harus melanggar kewajiban, nilai norma yang lain.
Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari seperti Febri merupakan seorang yang
berasal dari golongan sangat mampu. Febri mempunyai teman bernama Asep. Asep seorang
anak pertama dan berasal dari keluarga tidak mampu, pekerjaan orang tuanya hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan perut. Belum lagi saudara Asep banyak berjumlah 8 saudara.
Walaupun begitu Asep mempunyai cita-cita tinggi yaitu ingin melanjutkan kuliah di
perguruan tinggi ternama di luar negeri. Tetapi sayang, cita-citanya mesti terhalang oleh
tingginya biaya yang mesti dikeluarkan. Febri tau hal ini dan ingin memberikan bantuan pada
Asep. Tetapi Febri sadar keinginan tersebut terhalang oleh orang tuanya yang tidak bersedia
meminjamkan karena keluarganya walaupun sangat mampu tapi sangat pelit. Alhasil, Febri
berbohong pada orang tuanya dengan alasan yang Febri buat. Akhirnya Febri diberikan uang.
Lalu ia memberi uang tersebut kepada Asep. Asep sangat berterimakasih karena berkat
bantuan yang diberikan cita-cita Asep dapat tercapai. Berbohong merupakan perbuatan yang
buruk. Tetapi, akibatnya adalah kebaikan, kenapa dikatakan sebagai kebaikan karena
berbohong untuk membantu orang yang tidak mampu.

5. Etika Keutamaan

Etika ini tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan, tidak juga mendasarkan pada
penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum moral universal, tetapi pada pengembangan
karakter moral pada diri setiap orang. Orang tidak hanya melakukan tindakan yang baik,
melainkan menjadi orang yang baik. Karakter moral ini dibangun dengan cara meneladani
perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh para tokoh besar.

6
Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari seperti Kebijaksanaan : seorang pemimpin
yang memiliki sifat bijaksana dalam segala urusan. Keadilan : mampu bersifat adil dalam
menentukan pilihan. Suka bekerja keras  : mau terus berjuang dalam bekerja, sehingga pada
akhirnya dapat menikmati hasil jerih payahnya yang baik. Hidup yang baik : tidak pernah
melakukan hal-hal yang dapat merugikan sekitarnya, dapat menikmati hidup dengan tenang,
nyaman dan damai.

2.2 KASUS PELANGGARAN YANG TERJADI MENURUT PANCASILA

Sila :

1. KeTuhanan Yang Maha Esa


a. Positif
Contoh Kasus : “Umat Kristen di Nusa Tenggara Timur akan Sumbangkan Hewan
Kurban saat Idul Adha”
KUPANG (NTT) – Bukti beberapa wilayah di negara ini masih memiliki rasa
kebersamaan tanpa memandang agama masih dapat kita dapati ketika adanya
perayaan besar tertentu yang dilakukan bukan oleh satu agama saja melainkan
dibantu oleh agama lainnya tanpa pamrih. Seperti yang terjadi di Provinsi Nusa
Tenggara Timur, umat Kristiani di wilayah itu berjanji akan menyumbangkan
hewan kurban untuk perayaan Idul Adha tahun ini, yang jatuh pada 6 November
tahun ini. Dilansir dari Cathnews Indonesia, Ketua Majelis Ulama Indonesia NTT
dengan sukacita menyambut partisipasi umat Kristiani dalam perayaan keagamaan
mereka yang besar ini. “Bantuan hewan kurban itu sangat bermanfaat bagi kaum
duafa,” kata Abdulkadir Makarim. Makarim mengatakan, toleransi yang dibangun
di NTT, bukan hanya dengan kata-kata atau ucapan, tetapi diwujdkan dengan
tindakan nyata. Umat beragama lain di daerah ini ikut menyiapkan hewan kurban
atau memberikan zakat pada Hari Raya Idul Fitri. “Semoga semangat toleransi,
kebersamaan dan kerja sama antarumat beragama di Nusa Tenggara Timur, tetap
dijaga dengan baik demi menciptakan suasana tertib,aman dan damai,”
tambahnya. Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Pemerintah NTT, Dengi Dando
Aloysius, saat ditemui, Jumat (04/11/2011), mengatakan, hewan kurban yang
disiapkan sebanyak 14 ekor sapi yang nantinya akan diserahkan kepada Panitia
Hari Raya Idul Adha di Kota Kupang. Gubernur NTT Fransiskus Lebu Raya akan

7
menyumbangkan tujuh ekor sapi untuk enam kabupaten. Dando menjelaskan
bantuan hewan kurban tersebut adalah bentuk partisipasi Gubernur NTT bagi
umat Islam yang merayakan Hari Raya Idul Adha, yang telah menjadi kebiasaan
umat Kristen di sana setiap tahun.
Dari berita diatas sikap ini sudah sesuai dengan sila pertama pancasila yaitu
KeTuhanan Yang Maha Esa. Mayoritas bangsa Indonesia adalah beragama islam,
memiliki sikap toleransi yang tinggi. Sikap tersebut merupakan salah satu bentuk
kerukunan umat beragama tanpa membeda – bedakan satu dengan yang lain.
b. Negatif
Contoh Kasus : “Efek Serangan Sinagoge Jerusalem”
Dua warga Palestina, Rassan dan Uday Abu al Jamal, dengan pistol dan pisau
pada Selasa lalu menyerang sinagoge, tempat ibadah umat Yahudi di Har Nof
Jerusalem (SM, 19/11/14). Empat rabi (ulama) Yahudi asal Amerika dan Inggris
serta satu polisi tewas, sementara 7 lainnya cedera serius. Banyak pihak
mengecam kejadian itu meski ada sejumlah pihak yang merayakannya.
Mengapa hal itu terjadi dan apa dampaknya bagi konflik Palestina-Israel ? Konflik
Palestina-Israel adalah konflik tertua sejak Perang Dunia II. Akumulasi berbagai
faktor seperti tekanan sosial, ekonomi, politis, dan psikologis membuat
rasionalitas dalam berkonflik sering kabur terkalahkan permusuhan, dendam, dan
keinginan menegasikan.
Di sisi lain, pembenaran terhadap tindakan sendiri kerap dijumpai. Serangan
terhadap warga sipil dan tempat ibadah bisa dibaca dalam konteks konflik
Palestina yang kompleks dan rumit itu. Namun apa pun dalihnya, penyerangan itu
merupakan tindakan sangat berbahaya dalam konteks upaya mencari solusi damai
konflik Palestina-Israel.
Pertama : kejadian itu sensitif karena bisa dimaknai sebagai serangan terhadap
agama/ simbol agama. Ilmuwan politik dan hubungan internasional sebenarnya
telah sepakat bahwa konflik Palestina-Israel sejatinya konflik politik dengan sebab
pokok berupa perebutan wilayah oleh bangsa Yahudi dan Arab Palestina.
Tanpa faktor sentimen agama pun, konflik terlama sejak Perang Dunia II ini sudah
sangat kompleks. Masuknya faktor agama membuat konflik kian keras dan sukar
terurai. Harus disadari bahwa umat Islam, Kristen, dan Yahudi memiliki
keyakinan dan klaim ideologis masing-masing atas Palestina

8
Dari berita diatas kasus tersebut sangat melanggar sila pertama yang berbunyi
KeTuhanan Yang Maha Esa. Kejadian tersebut menjadikan antara agama satu
dengan yang lain menjadi pecah belah. Seperti inilah yang menjadikan berbagai
konflik antar uamat beragama, sikap intoleransi inilah yang tidak baik untuk
dicontoh.

Sila :

2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradap


a. Positif
Contoh Kasus :
Masyarakat di Kec. Serawai adalah kelompok orang Dayak yang hidup dalam
persahabatan dengan alam, budaya, sesama, dan Tuhan. Mereka hidup di
pinggiran sungai di pedalaman Kalimantan Barat. Suku mayoritas di sana adalah
suku Uud Danum. Rasa kekeluargaan di antara mereka tumbuh secara alamiah
karena ikatan kesukuan dan alam mereka. Mereka semakin merasa senasib dan
sepenanggungan karena sedikit demi sedikit komunitas ini mulai tersingkir oleh
modernisasi dari kota. Karena itu, pendekatan yang paling cocok untuk
pengamalan sila kedua Pancasila di tempat ini adalah pendekatan budaya. Nilai-
nilai Pancasila akan lebih tepat dan efektif jika masuk melalui budaya mereka,
karena pada dasarnya Pancasila pun berasal dari budaya. Di sinilah letak adaptasi
nilai-nilai Pancasila terhadap locus kontekstual masyarakat di Serawai.
Dari berita diatas kasus tersebut mecerminkan sila kedua, sebab dalam
kesehariannya mereka hidup saling berdampingan dan juga saling membantu
tanpa memandang suku, keturunan maupun agamanya. Hal inilah yang patut
untuk ditiru oleh masyarakat kita.
b. Negatif
Contoh Kasus : “Pembuanngan Pasien di Lampung”
Sekretaris Badan Kesehatan Partai Gerindra (Kesira) Batara Sirait menilai kasus
pembuangan pasien di Lampung merupakan kejahatan kemanusiaan. Aksi keji itu
telah bertentangan dengan Pancasila.

9
“Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan oleh negara. Kasus
pembuangan pasien yang terjadi di Lampung merupakan kejahatan kemanusiaan.
Partai Gerindra sangat menyayangkan terjadinya hal seperti itu karena
bertentangan dengan Pancasila sila kedua yaitu Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab,” kata Batara dalam keterangan tertulisnya.
Dari berita di atas melanggar sila kedua karna tidak adanya keadilan bagi orang
yang tidak mampu dan tidak adanya perlindungan oleh Negara. Seseorang yang
ingin sembuh dan bisa hidup seprti biasa tapi ketika berobat dan dirawat dirumah
sakit tersebut saat tidak bisa membayar pasien dibuang begitu saja. Sudah jelas
bahwa sila kedua ini mengajarkan bahwa kita harus saling tolong menolong.

Sila :

3. Persatuan Indonesia
a. Positif
Contoh Kasus : “Perbup Tentang Penggunaan Pakaian Dinas PNS“
Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, harus patuh
terhadap ketentuan peraturan Bupati Bojonegoro, hal ini terlihat dari edaran bagi
seluruh Pengawai Negeri Sipil (PNS) untuk mentaati peraturan tentang
penggunaan seragam kerja. Badan Organisasi dan Tata Laksana Sekretariat
Kabupaten Bojonegoro, melayangkan surat edaran  Peraturan Bupati Bojonegoro
Nomor : 44 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Bojonegoro
Nomor 34 Tahun 2010 Tentang Pakaian Dinas Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Kepala Dinas Komunikasi dan
Informatika, Kusnandaka Tjatur menjelaskan bahwa pada prinsipnya semua
Pegawai Negeri Sipil diwajibkan mentaati aturan yang sudah tertuang dalam
Perbup Nomor 44 Tahun 2014, dimana telah tertulis bagi Pegawai Negeri Sipil
wajib menggunakan pakaian pada hari senin – selasa PDH Warna Khaki dan pada
hari Rabu, Kamis dan Jum’at menggunakan pakaian PDH Batik dengan ketentuan
sesuai pasal 33 yaitu, hari Rabu menggunakan Batik Daerah/Nasional dan hari
Kamis – Jum’at menggunakan Batik Jonegoroan. “ Bagi SKPD yang masuk 6 hari
kerja pada hari sabtu pakaian dinasnya ditentukan oleh masing-masing SKPD
dengan memberikan laporan kepada Bupati,” Tegasnya

10
Dari berita diatas bahwa memakai baju batik pada hari kamis dan jumat itu berarti
bangsa Indonesia harus bisa melestarikan dan mencintai produk buatan negeri
sendiri. Dan bangga saat mengenakan baju batik tersebut.
b. Negatif
Contoh Kasus : “Perang Suku di Mimika Masih Berkobar”
Perang di antara suku Amungmue yang mendiami Kampung Banti berhadapan
dengan gabungan antara suku Dani dan Damal yang mendiami Kampung
Kimberli, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, yang dimulai sejak
Senin (15/10) hingga Kamis dini hari masih terus berkobar.Sementara itu, jumlah
korban yang meninggal dunia mencapai delapan orang, dan ada puluhan anggota
suku yang terluka akibat terkena panah dan senjata tajam lainnya, serta kerusakan
rumah dan harta benda lainnya.DariDistrik Tembagapura, Kamis dini hari,
wartawan ANTARA News melaporkan, perang antar-suku tersebut belum juga
berakhir. Suku-suku yang bertikai itu masih saling menyerang menggunakan alat
tempur tradisional, seperti panah, parang, dan bebatuan.Menurut Kepala Distrik
Tembagapura, Yosias Lossu, jika pada Rabu (17/10) ada korban yang meninggal
dunia sebanyak empat orang dengan rincian tiga orang dari suku Dani dan seorang
dari suku Amungme, maka pada Kamis dini hari jumlah korban bertambah
menjadi delapan orang, terdiri atas lima orang dari suku Dani dan Damal,
sedangkan tiga orang dari suku Amungme.”Kami telah berkoordinasi dengan
aparat keamanan dari Polsek Tembagapura dan Polres Mimika untuk
menghentikan perang suku ini. Begitu pula telah berkoordinasi dengan aparat
Brimob Polda Papua yang bertugas mengamankan wilayah tambang PT Freeport.
Walaupun begitu perang suku masih juga berkobar, karena setiap kubu belum
ingin berdamai,” katanya.
Menurut dia, pada Rabu (17/10) Kapolres Mimika, AKBP Godhelp Mansnembra,
dan Ketua DPRD Mimika, Yosef Kilangin, sudah datang ke Distrik Tembagapura
untuk mendamaikan suku-suku yang bertikai itu, namun mereka tidak berhasil
datang ke lokasi perang suku karena pada saat itu perang masih berkobar.
Dari berita diatas sangat melanggar sila yang ke tiga telah hilangnya rasa
persatuan dan kesatuan antar suku. Dari berita ini mengungkapkan bahwa
semboyan Bhineka Tunggal Ika yang memiliki arti berbeda beda tetapi tetap satu
jua sudah mulai dilupakan oleh masyarakat Indonesia. Hal seperti inilah yang

11
membuat peperangan antar suku terjadi yang disebabkan oleh masalah yang
sepele yang bisa diselesaikan dengan musyawarah.

Sila :

4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaan Dalam Permusyawaratan


Perwakilan
a. Positif
Contoh Kasus : “KPU : malaysia sangat antusias
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Husni Kamil Malik melihat masyarakat
Indonesia sangat antusias mengikuti proses Pemilihan umum presiden dan wakil
presiden periode 2014-2019, mulai dari proses kampanye hingga rekapitulasi
suara.
“Kami perlu menyampaikan bahwa antusiasme masyarakat dalam berpartisipasi.
Mulai proses kampanye, pengmungutan suara, perhitungan suara dan terakhir saat
ini rekapitulasi perhitungan suara, secara berjenjang dan cukup masif,” kata Husni
saat acara pertemuan Presiden dengan pimpinan lembaga negara di gedung
Mahkamah Konstitusi.
Selain berpartisipasi dalam acara KPU, kata Husni, masyarakat juga ikut
memantau pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan KPU, seperti halnya proses
rekapitulasi suara capres dan cawapres.
“Bahkan proses publikasi atas hasil perhitungan suara yang dilakukan oleh KPU,
juga dipantau,” cetusnya.
Diketahui dalam acara pertemuan presiden dan pimpinan lembaga negara untuk
membicarakan penyelesaian sengketa Pemilu presiden dan wakil presiden secara
adil dan bermartabat.
Dari berita diatas menunjukkan antusias parawarga yang ingin memberikan
suaranya dari proses kampanye sampai perhitungan suara.dan menyarankan untuk
memberikan suara agar tidak golput.
b. Negatif
Contoh Kasus : “Demo Ricuh, Sejumlah Mahasiswa Ditangkap”
Demo penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di pertigaan
Universitas Veteran Bangun Nusantara, Jalan Jenderal Sudirman, Kabupaten
Sukoharjo, semalam, ricuh. Akibatnya, sejumlah mahasiswa ditangkap oleh pihak
Polres Sukoharjo.

12
Awalnya demo gabungan 80 mahasiswa dari BEM Univet, Staimus, IMM dan
BEM UMS, LMND dan HMI Sukoharjo, berlangsung tenang. Namun mahasiswa
mencoba membakar ban di protokol dan sempat menyala besar. Tidak lama,
terjadi kericuhan karena adanya pelemparan telur, batu dan bambu ke arah polisi.
Hanya saja pihak mahasiswa mengklaim tidak melakukannya. ”Demo penolakan
kenaikan harga BBM, kami tidak menggunakan perangkat seperti telur dan batu,”
terang Korlap, Anggun Hatta.
Saat terjadi kericuhan, mahasiswa berhamburan masuk ke dalam kampus Univet
Bangun Nusantara yang tidak jauh dari Jalan Jenderal Sudirman. Namun sejumlah
mahasiswa ditangkap dan dimintai keterangan di Polres Sukoharjo. Beda Versi
Pihak mahasiswa menyatakan dari mereka ada enam orang yang ditangkap. Versi
kepolisian ada empat orang. ”Teman kami terluka bagian mata, sehingga lebam.
Ada yang telinga berdarah. Empat orang diinterogasi di Polres, kemudian yang
lainnya keberadaannya tidak jelas,” ungkap Anggun keras. Ketegangan sempat
terjadi saat Kapolres Sukoharjo AKBP Andy Rifai mendatangi para pendemo.
Bahkan sebelumnya, spanduk besar berukuran 3×2 meter berisi ”Mengutuk
Kekerasan terhadap Mahasiswa” yang membentang di depan kampus, diturunkan
paksa. Kapolres Andy menegaskan, hanya empat mahasiswa yang ditangkap.
Mereka terindikasi melempar telur busuk, batu dan bambu ke  arah polisi yang
tengah menjaga aksi demo.
Andy menjelaskan, ada 100 personel yang ditugaskan untuk mengamankan demo
gabungan mahasiswa tersebut. Karena sebenarnya, menurut dia, demo yang
digelar setelah pukul 18.00, tidak diperbolehkan. Sesuai UU No 9/1998 tentang
Menyampaikan pendapat, maksimal digelar pukul 18.00. Bahkan Andy
mengklaim, tidak ada izin pada pihak kepolisian. (H80-90)
Dari berita diatas sangat melanggar sila keempat yang mengakibatkan kesalah
pahaman antara pihak kepolisian dan mahasiswa karna tidak adanya musyawarah
antara kedua belah pihak yang satu menganggap tidak adanya pelemparan telur
dan yang satu menganggap adanya pelemparan, dan tidak adanya izin pada pihak
kepolisian untuk diadakan demo.Tidakadanya sikap yang saling menghargai satu
sama lain dan saling menyalahkan.

Sila :

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

13
a. Positif
Contoh Kasus : “pembagian beras riskin”
Pembagian raskin secara serentak kepada warga miskin, akan menurunkan harga
beras di lapangan. Kepala Badan Ketahanan Pangan Jateng Whitono menyatakan,
saat ini harga beras di lapangan sudah mengalami penurunan.
“Bulog mempercepat realisasi raskin, harapannya percepatan pembagian beras
raskin secara serentak secara nasional menurunkan harga. Selain panen raya di
beberapa daerah, juga berperan dalam menurunkan harga,” kata Whitono
beberapa hari lalu di Semarang. Panen raya di beberapa daerah, diakuinya, tidak
bersamaan seperti di Jabar. Panen raya belum terjadi di semua daerah karena ada
keterlambatan. Berdasar pantauannya di lapangan, ada pedagang dari Jabar
memang ada yang membeli gabah di Jateng. “Pembelian dari luar tidak merubah
ketersediaan, masyarakat masih cukup, Bulog juga cukup. Kondisi pangan di
Jateng aman, stok di bulog juga cukup, tidak perlu khawatir,” paparnya.
Sebelumnya Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyatakan, operasi pasar beras
sudah mulai dilakukan. Tetapi ia lebih suka percepatan pembagian raskin karena
kegiatan itu benar-benar menyentuh masyarakat bawah.
“Pembagian beras raskin is the real operasi pasar. Harapannya terus turun,” tutur
politisi PDI Perjuangan tersebut.
Dari berita diatas menunjukkan bahwa pemerintah sudah adil dengan memberikan
bantuan kepada orang yang kurang mampu.
b. Negatif
Contoh Kasus : “Janda miskin tak dapat psks”
Salah satu warga miskin, Sutarni (60) asal Kampung Kuwung Sari RT 003 RW
20, Kelurahan Sragen Kulon, ternyata tidak mendapat dana program simpanan
keluarga sejahtera (PSKS). Ironisnya, janda beranak satu itu tinggal satu kampung
dengan Bupati Agus Fachtur Rahman. Rumahnya pun hanya berjarak sekitar 100
meter dari kediaman Bupati.
Di temui di rumahnya, Selasa (14/4), dia mengaku sejak tahun lalu tak mendapat
bantuan uang kompensasi dari pemerintah yang sebelumnya berlabel Bantuan
Langsung Tunai (BLT). Dirinya selama ini hanya memperoleh batuan beras untuk
rakyat miskin (raskin). Dari pantauan, rumah nenek itu tidak layak huni. Di rumah
selebar empat meter dan panjang enam meter itu, dirinya tinggal bersama anak
tunggalnya, Sri Lestari (18) yang bekerja sebagai karyawan toko.

14
‘’Tahun lalu dan sekarang tidak dapat (bantuan PSKS-red). Padahal saya ya ingin
dapat untuk keperluan sehari-hari membeli seperti membeli sembako,’’
ungkapnya. Dia mengaku selama ini tidak bekerja, lantaran kondisi tubuh yang
tidak memungkinkan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, dirinya hanya
mengandalkan pemasukan anak serta bantuan dari tetangga. Diakuinya, dia kali
pertama mendiami Bumi Sukowati setelah pindah dari Matesih Karanganyar sejak
18 tahun silam, saat Bupati HR Bawono membuka lowongan petugas penyapu
jalan.
Berharap Bantuan :
Setelah itu berbagai pekerjaan serabutan ia lakukan, seperti mengamen dan
membantu warga sekitar. ‘’Saya hanya bisa berahrap agar pemerintah memberi
bantuan. Mereka yang mampu malah dapat.
Saya sungkan terus menerima bantuan dari tetangga,’’ paparnya. Nasib sama juga
dialami tetangga Sutarni, Harmin (60). Pria yang selama ini bekerja sebagai
tukang angkut sampah tersebut mengaku selama ini tidak terdaftar sebagai
penerima bantuan PSKS.
Dia mengaku pernah didata oleh pihak kelurahan untuk bantuan dana kompensasi,
namun belum ada tindak lanjut. Menurutnya, penghasilannya Rp 200 ribu sebulan
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.
‘’Kami berharap pemerintah bersikap adil. Karena uang itu banyak membantu
warga seperti saya,’’ujar dia.
Lurah Sragen Kulon Rinaldhy Arief Wicaksono mengaku, data penerima PSKS
masih menggunakan data 2011 silam, dan belum dilakukan pendataan terbaru
warga miskin. Sebab, pendataan itu adalah kewenangan Badan Pusat Statistik
(BPS).
‘’Kami hanya berwenang memberikan informasi ke warga terkait jadwal dan
tempat pengambilan PSKS,’’ tandasnya.
Dari berita diatas menunjukan bahwa pemerintah masih belum adil dalam
memberikan bantuan kepada rakyat miskin  yang ada di Indonesia . Seperti dalam
berita ini yang memberitakan tentang seorang  janda miskin  di Sragen yang tidak
mendapat dana program simpanan keluarga sejahtera.

15
2.3 SOLUSI YANG DAPAT MENYELESAIKAN MASALAH PELANGGARAN
ETIKA DI MASYARAKAT

Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Perilaku Menyimpang Pada Remaja pelanggaran


moral,dengan sendirinya orang yangkurang iman tadi tidak akan mudah pula meniru
melakukan pelanggaran-pelanggaran yang sama. Tetapi jika setiap orang teguh
keyakinannya kepada Tuhanserta menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak
perlu lagi adanya pengaewasan yangketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga
dirinya sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan.

Sebaliknya dengan semakin jauhnya masyarakat dariagama, semakin sudah memelihara


moral. Masyarakat dengan hukum dan peraturanya.
Namun biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri send
iri. Karen pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika orang luar tidak tahu,
atau tidak ada orang yangdisangka akan mengetahuinya, maka dengan senang hati orang
itu akan berani melanggar  peraturan-peraturan dan hukum
hukum sosial itu. Dan apabila dalam masyarakat itu banyak ornag yang melakukuan
pelanggaran moral, dengan sendirinya orang yangkurang iman taditidak ... Banyak faktor
yang menyebabkan timbulnya prilaku menyimpang dikalangan pararemaja. Di antaranya
adalah sebagai berikutPertama, longgarnya pegangan terhadapagama .Sudah menjadi
tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapaidengan ilmu
pengetahuan, sehingga keyakinan beragam mulai terdesak, kepercayaan kepadaTuhan
tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan
lagi.Dengan longgarnya pegangan seseorang peda ajaran agama, maka hilanglah kekuatan
pengontrolyang ada didalam dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan
pengatur moralyang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturanya.
Namun biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam
diri sendiri. Karen pengawasanmasyarakat itu datang dari luar, jika orang luar tidak tahu,
atau tidak ada orang yang disangkaakan mengetahuinya, maka dengan senang hati orang
itu akan berani melanggar peraturan- peraturan dan hukum-

16
hukum sosial itu. Dan apabila dalam masyarakat itu banyak ornag yangmelakukuan
pelanggaran moral, dengan sendirinya orang yangkurang iman tadi tidak akanmudah pula
meniru melakukan pelanggaran-pelanggaran yang sama.Tetapi jika setiap orangteguh
keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguh-sungguh,
tidak  perlu lagi adanya pengaewasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga 
dirinyasendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan.
Sebaliknya dengansemakin jauhnya masyarakat dari agama, semakin sudah memelihara
moral orang 

17
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang
bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral. Etika membahas
bagaimana manusia bersikap terhadap segala sesuatu yang ada.

Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah system etika yang baik
di Negara ini. Disetiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika
disetiap tingkah laku kita. Kita menyadari bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila merupakan satu kesatuan antara untaian sila dengan sila yang lainnya. Setiap
sila mengandung makna dan nilai tersendiri. Dengan menjiwai butir-butir pancasila
masyarakat dapat bersikap sesuai etika baik yang berlaku dalam masyarakat, bangsa
dan Negara.

3.2 Saran
1. Pancasila harus senantiasa diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia sehingga ciri kekeluargaan dan gotong royong senantiasa
dapat terwujud dalam kehidupan di Indonesia
2. Implementasi pancasila harus senantiasa tertuang dalam setiap kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara termasuk dalam penyelenggaraan hak
berpolitik seperti pemilu dan kehidupan sehari-hari sehingga terwujud perilaku
atau etika yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia

18

Anda mungkin juga menyukai