UPAYA MENGEMBANGKANNYA Kelompok 8 : • GIKI KRISNAWANTI 161810101035 • TITANIA EKA AYU L. 161810101040 • FARAH FADHILA N. P. 161810101053 • NOR AMALIYAH 161810101059 • DANI ARIF WIBOWO 1619 • SURYA ASHARI 161910201099 PENGERTIAN TAKWA Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Takwa itu terletak di sini”, sambil beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjuk ke dada/hati beliau tiga kali [HSR Muslim (no. 2564)]. Di sinilah letak sulitnya merealisasikan takwa yang hakiki, kecuali bagi orang-orang yang dimudahkan oleh Allah swt, karena kalau anggota badan mudah kita kuasai dan tampakkan amal baik padanya, maka tidak demikian keadaan hati, sebab hati manusia tidak ada seorang pun yang mampu menguasainya kecuali Allah swt. Imam an-Nawawi ketika menjelaskan makna hadits di atas, beliau berkata, “Artinya: Sesungguhnya amalan perbuatan yang tampak (pada anggota badan) tidaklah (mesti) menunjukkan adanya takwa (yang hakiki pada diri seseorang). Akan tetapi, takwa (yang sebenarnya) terwujud pada apa yang terdapat dalam hati (manusia), berupa pengagungan, ketakutan dan (selalu) merasakan pengawasan Allah SWT.” Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya seorang hamba hanyalah mampu melalui tahapan-tahapan perjalanan menuju (ridha) Allah dengan hati dan keinginannya yang kuat, bukan (hanya sekedar) dengan (perbuatan) anggota badannya. Dan takwa yang hakiki adalah takwa (dalam) hati dan bukan takwa (pada) anggota badan (saja).” Jadi, takwa (taqwa) itu sendiri berasal dari kata waqa, yaqi, wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara, melindungi. Sesuai pengertian etimologis tersebut, maka takwa dapat diartikan bahwa sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengalaman ajaran agama islam secara utuh dan konsisten. CIRI-CIRI ORANG BERTAKWA a. Memelihara fitrah iman yang meliputi iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab dan para nabi. b. Mencintai sesasama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan dalam mengorbankan harta. Mengeluarkan harta yang dikasihinya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang terputus di jalanan, orang-orang yang meminta-minta dana, orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya. c. Memelihara ibadah formal yang meliputi mendirikan salat atau menunaikan zakat. d. Memelihara kehormatan diri dengan menepati janji yang telah dibuat. e. Memelihara semangat perjuangan. Sabar di saat kepayahan, kesusahan di waktu perang atau di kehidupan sehari-hari.
Melihat ciri-ciri takwa di atas, maka takwa meliputi
keseluruhan aspek kemanusiaan, baik keyakinan, ucapan, maupun perbuatan yang mencerminkan konsistensi seseorang terhadap nilai-nilai ajaran agama islam. Oleh karena itu, takwa merupakan nilai tertinggi yang hendak dicapai oleh setiap muslimin Implementasi Takwa dalam Kehidupan Sehari-hari dan Upaya Pengembangannya 1. Hubungan dengan Allah swt. Seseorang yang bertakwa (muttaqi) adalah orang yang menghambakan dirinya kepada Allah dan selalu menjaga hubungan dengan-Nya. Memelihara hubungan dengan Allah terus menerus akan menjadi kendali dirinya sehingga dapat menghindar dari kejahatan dan kemungkaran dan membuatnya konsisten terhadap aturan-aturan Allah. Oleh karena itu, inti ketakwaan adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Memelihara hubungan dengan Allah dimulai dengan melaksanakan tugas perhambaan dengan melaksanakan ibadah secara sungguh-sungguh (khusyuk) dan ikhlas seperti mendirikan salat dengan khusyuk dan penuh penghayatan sehingga salat dapat memberikan bekas dan warna yang dalam kehidupan. Zakat mendatangkan sikap peduli terhadap sesama dan menjauhkan diri dari ketamakan dan kerakusan. Dan haji mendatangkan sikap persamaan, menjaukan dari takabur dan mendekatkan diri kepada Allah. Hubungan seseorang dengan Allah dilakukan dengan selalu mengingat (zikir) kepada Allah, sehingga Allah dirasakan begitu dekat. Apabila ini telah terjadi, wujud Allah akan dirasakan hadir setiap saat sehingga tidak ada kesempatan untuk tidak melaksanakan perintah atau melanggar peraturan Allah. Selain ibadah formal, segala amal perbuatan baik yang dikerjakan dengan berlandaskan iman dinilai sebagai ibadah. Dengan demikian instrument ketakwaan yang paling utama adalah iman yang diwujudkan melalui kecenderungan untuk menghambakan diri kepada Allah semata dan menyelaraskan kiprah hidup secara konsisten kepada islam. Yakni dengan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya. 2. Hubungan dengan sesama manusia Orang yang bertakwa akan dapat dilihat dari peranannya di tengah-tengah masyarakat. Sikap takwa tercermin dalam bentuk ketersediaan untuk menolong orang lain, melindungi yang lemah dan keberpihakan pada kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu, orang yang takwa akan menjadi motor penggerak gotong royong dan kerja sama dalam segala hal kebaikan. Orang-orang yang bertakwa terhadap saudaranya sesama manusia itu tidak mengenal situasi dan kondisi. Kesediaan untuk membantu saudaranya akan selalu diwujudkan baik dalam keadaan senang maupun susah. Bertakwa bukanlah pemenuhan ibadah formal kepada Allah semata, tetapi juga pengabdian terhadap sesama umat manusia. 3. Hubungan dengan diri sendiri Dalam hubungan dengan diri sendiri, ketakwaan ditandai dengan ciri-ciri antara lain: Sabar Sikap diri menerima apa saja yang datang kepada dirinya, baik perintah, larangan, maupun musibah yang menimpanya. Dalam melaksanakan perintah tehadap upaya untuk mengendalikan diri agar perintah itu dapat dilaksanakan dengan baik. Demikian pula sabar terhadap larangan Allah harus ada upaya pengendalian diri agar larangan tersebut dapat dihindari. Tawakal Menyerahkan keputusan segala sesuatu, ikhtiar, dan usaha kepada Allah. Tawakal bukanlah menyerah, melainkan usaha semaksimal mungkin tetapi hasilnya diserahkan seluruhnya kepada Allah yang menentukan. Syukur Sikap berterima-kasih atas apa saja yang diberikan Allah atau sesama manusia. Bersyukur dilakukan dengan dua hal, baik dengan ucapan atau perbuatan. Dengan ucapan adalah mengucapkan hamdalah sedangkan bersyukur dengan perbuatan adalah menggunakan nikmat yang diberikan sesuai dengan keharusannya. Berani Sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai konsekuensi dari komitmen dirinya terhadap kebenaran, jadi berani berkaitan dengan pengendalian dari sifat-sifat buruk yang datang dari dorongan hawa nafsunya. 4. Hubungan dengan lingkungan hidup Manusia yang bertakwa adalah manusia yang memegang tugas kekhalifahannya di tengah alam, sebagai subjek yang bertanggung jawab mengelola dan memelihara alam lingkungannya. Sebagai pengelola ia kan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan hidupnya di dunia tanpa merusak dan membinasakannya. Manusia juga bertindak sebagai penjaga dan pemelihara alam. Orang yang bertakwa adalah orang yang mampu menyikapi lingkungan dengan sebaik-baiknya Wassalamuallaikum Wr. Wb