Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH DAN HUBUNGAN MANUSIA DENGAN MANUSIA D I S U S U N OLEH: KELOMPOK IV KELAS A1 NAMA NIM RIZKI

MAULIZAR 130120022 RAHMADI 130120010 ALFAJRI 130120008

JURUSANTEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MALIKUSSALEH 2013

DAFTAR ISI

A. Hubungan manusia dengan Allah SWT B. Hubungan manusia dengan manusia KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

A.

Hubungan manusia dengan Allah SWT Seorang yang bertaqwa (muttagi) adalah orang yang menghambakan

dirinya kepada Allah dan selalu menjaga hubungan dengan-Nya setiap saat. Memelihara hubungan dengan Allah terus menerus akan menjadi kendali dirinya sehingga dapat menghindar dari kejahatan dan kemungkinan dan membuatnya konsisten terhadap aturan-aturan Allah. Karena itu makna hubungan dengan Allah berarti melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Hubungan manusia dengan Allah SWT bermaksud supaya manusia menjadikan hidup, mati, shalat dan segala ibadah semata-mata untuk-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Anam ayat 162 yang berbunyi:

Artinya: katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, kehidupanku dan kematiannku bagi Allah, Tuhan sekalian alam. (Al-Anam:162)

Memelihara hubungan dengan Allah dimulai dengan melaksanakan tugas 2

penghambaan dengan melaksanakan ibadah secara sungguh-sungguh (khusyuk) dan ikhlas seperti mendirikan shalat dengan khusyuk dan penuh penghayatan sehingga shalat memberikan bekas dan memberi warna dalam kehidupannya. Melaksanakan puasa dengan ikhlas melahirkan kesabaran dan pengendalian diri. Zakat mendatangkan sikap peduli dan menjauhkan diri dari ketamakan dan kerakusan. Dan haji mendatangkan sikap persamaan, menjauhkan diri dari takabur dan mendekatkan diri kepada Allah. Memelihara hubungan dengan Allah dilakukan juga dengan menjauhi perbuatan yang dilarang Allah, yaitu perbuatan dosa dan kemungkaran. Melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah pada dasarnya adalah bentuk-bentuk perilaku yang lahir dari pengendalian diri atau mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam dirinya. Hubungan seseorang dengan Allah dilakukan secara terus menerus dengan selalu mengingat (zikir) kepada Allah, sehingga Allah dirasakan begitu erat. Apabila ini telah terjadi wujud Allah akan dirasakan hadir setiap saat sehingga tidak ada kesempatan untuk tidak melaksanakan perintah atau melanggar larangan-Nya. Islam menyeru manusia agar menghambakan dirinya kepada Allah SWT. Menyandarkan diri kepada-Nya. Meminta bantuan dan pertolongan dari-Nya dan mencari ridha serta cinta-Nya. Sebab Allah adalah sumber segala kebenaran, kemuliaan, kesucian, ketenangan, keharmonisan, keselamatan. Segala aktivitas hidup manusia yang ditujukan kepada Allah akan memperoleh kebahagiaan dan 3

keselamatan.

Selain ibadah formal, segala amal perbuatan baik yang dikerjakan dengan berlandaskan iman dinilai sebagai ibadah. Dengan demikian setiap manusia

yang menghambakan dirinya kepada Allah SWT dan berbuat sebanyakbanyaknya kebaikan didalam segala aspek hidupnya. Dengan demikian instrumen ketakwaan yang paling utama adalah iman yang diwujudkan melalui kecenderungan untuk menghambakan diri kepada Allah semata dan menyelaraskan kiprah hidup secara konsisten kepada islam dengan berpegang teguh dan berpedoman secara utuh dan menyeluruh kepada Al-quran dan sunnah Nabi-Nya.

B.

Hubungan Manusia dengan Manusia Hubungan Allah menjadi dasar bagi hubungan sesama manusia. Orang yang

bertakwa akan dapat dilihat dari peranannya ditengah-tengah masyarakat. Sikap takwa tercermin dalam bentuk kesediaan untuk menolong orang lain. Melindungi yang lemah dan keberpihakan pada kebenaran dan keadilan. Karena itu, orang yang takwa akan menjadi motor penggerak gotong royong dan kerja sama dalam segala bentuk kebaikan. Allah menjabarkan ciri-ciri orang bertakwa dengan ciri-ciri perilaku yang berimbang antara pengabdian formal kepada Allah dengan hubungan sesama manusia.

Artinya: Bukanlah kebajikan itu (dalam urusan) kamu memalingkan muka kamu ke pihak timur dan barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan malaikat-malaikat, kitab-kitab dan Nabi-nabi, dan mendermakan harta yang sedang Ia cintai itu kepada keluarga dekat dan anak-anak yatim dan orang miskin dan orang-orang yang terputus di perjalanan dan orang-orang yang meminta, didalam (urusan) menebus hamba-hamba dan mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat, dan menyempurnakan janji apabila berjanji dan sabar diwaktu kepayahan dan kesusahan dan di waktu perang. Mereka itulah orangorang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqarah, 2:177) Pada ayat diatas Allah SWT menerangkan bahwa diantara ciri orang yang bertakwa itu ialah orang-orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat dan kitab-kitab Allah. Aspek-aspek tersebut merupakan dasar keyakinan yang dimiliki orang takwa dan dasar hubungan dengan Allah dalam bentuk ubudiah selanjutnya Allah menggambarkan hubungan kemanusiaan, yaitu mengeluarkan harta dan orang-orang yang menepati janji. Dalam ayat itu Allah menggambarkan dengan jelas dan indah, bukan saja karena aspek tenggang rasa, tetapi juga mengeluarkan harta di posisikan diantara aspek keimanan dan shalat. Setelah aspek shalat diuraikan mengenai aspek tenggang rasa dalam bentuk mengeluarkan zakat dan menepati janji. Dalam zakat terkandung 6

perhatian, kepedulian dan tenggang rasa. Betapa indahnya Al-quran melukiskan karakteristik orang-orang yang bertakwa. Demikian pula pada surat Ali Imran, 3:134, Allah SWT menunjukkan bahwa kepedulian orang-orang yang bertakwa terhadap saudaranya sesama manusia itu tidak mengenal situasi dan kondisi, kesediaan untuk membantu saudaranya akan selalu diwujudkan baik dalam keadaan senang ataupun susah bahkan dalam keadaan marah dan teraniaya sekalipun.

Artinya: yaitu orang-orang yang menderma diwaktu senang dan susah, dan menahan marah dan memaafkan manusia. Dan Allah mereka yang berbuat kebajikan. (Ali Imran, 3:134).

Firman-firman Allah diatas mengajarkan bahwa substansi ibadah kepada Allah SWT, bukanlah pemenuhan ibadah formal kepada Allah SWT semata, tetapi juga pengabdian terhadap sesama manusia yang diwujudkan dalam bentuk tolong menolong, memaafkan orang lain, menepati janji, 7

kepedulian dan menegakkan keadilan.

KESIMPULAN

Makna hubungan manusia dengan Allah bermaksud supaya manusia menjadikan hidup, mati, shalat dan segala ibadah semata-mata untuk Allah SWT, yakni dengan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Persaudaraan (ukhuwah) antar sesama berarti saling menghormati dan saling menghargai serta saling membantu antar sesama. Kesemua itu merupakan bagian dari hubungan manusia denngan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Azra, Prof. Dr. Azyumardi, dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum Cetakan ketiga. Jakarta.

Ibrahim, M.A, Dr. Muslim. 1990. Pendidikan Agama Islam untuk Mahasiswa. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai