Anda di halaman 1dari 5

Volume 5 Nomor 1, Juni 2020

P-ISSN:2477-7935
E-ISSN: 2548-6225

ANALISIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DI SMAN 10


KOTA JAMBI

Lodiana Siahaan1, Maison2, Dwi Agus Kurniawan3, Deswalman4


Universitas Jambi, Indonesia
Corresponding author email: lodianasiahaan09@gmail.com

Info Artikel Abstrak:


Diterima:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode
Disetujui:
pembelajaran advance organizer dalam pembelajaran fisika di SMAN
Dipublikasikan: 10 Kota Jambi. Subjek penelitian ini adalah salah satu guru fisika di
SMAN 10 Kota Jambi. Sedangkan objek penelitiannya adalah
penerapan model pembelajaran advance organizer pada mata pelajaran
fsiika. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah adalah
metode wawancara. Data wawancara tersebut dianalisis dengan teknik
analisis studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru telah
menerapkan model pembelajaran advance organizer namun masih
belum memenuhi kriteria keterlaksanaan langkah pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti lain untuk menyempurnakan
keterlaksanaan model pembelajaran advance organizer ini di dalam
kelas.
Kata kunci: fisika, model pembelajaran advance organizer
Abstract :
his study aims to describe the application of advance organizer learning
methods in physics learning at SMAN 10 Jambi City. The subject of
this research is a physics teacher at SMAN 10 Jambi City. While the
object of the research is the application of the advance organizer
learning model in physics subjects. The data collection method used
is the interview method. The interview data were analyzed using case
study analysis techniques. The results showed that the teacher had
implemented the advance organizer learning model but still did not
meet the criteria for implementing the learning steps. Based on the
results of this study, other researchers to improve the implementation
of this advance organizer learning model in the classroom.
Keywords: physics, learning model advance organizer
Copyright © 2020 Edufisika: Jurnal Pendidikan Fisika

Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu ilmu yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas suatu
kehidupan seseorang. Menurut Waroka (2020) pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang diperlukan
oleh setiap individu untuk menjadikan individu tersebut berguna bagi banyak orang. Pendidikan
merupakan suatu proses yang diperlukan untuk mewariskan nilai-nilai keagamaan, kebudayaan,
pemikiran dan keahlian kepada generasi berikutnya, sehingga mereka dapat menyambut masa depan
yang cerah (Nurkholis, 2013). Sujana (2019) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan proses yang
bersifat kontinu dan tidak pernah berakhir sehingga dapat menghasilkan kualitas yang
Edufisika: Jurnal Pendidikan Fisika
Volume 5 Nomor 1, Juni 2020

berkesinambungan, berakar pada nilai-nilai budaya bangsa dan pancasila serta ditujukan pada
perwujudan sosok individu di masa depan Pendidikan tentu tidak terlepas dari dari proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran tentu melibatkan guru dan peserta didik di dalamnya. Selama kegiatan
proses pembelajaran guru perlu menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan.
Gunarto (2013) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model
pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan
kelas. Salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran adalah model pembelajaran (Salam,
2017). Ada berbagai macam model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli. Salah satu model
pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran advance organizer.
Model pembelajaran advance organizer digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam memperoleh informasi baru melalui ringkasan konsep dasar tentang apa yang dipelajari dan
kaitannya dengan materi yang telah ada dalam struktur kognitif siswa tersebut (Parenta, 2020). Apabila
siswa mampu mengaitkan konsep yang telah dipelajari sebelumnya dengan konsep materi baru maka
akan tercipta yang dinamakan belajar bermakna. Apabila belajarnya bermakna maka maka diharapkan
kesulitan siswa dalam mempelajari sesuatu menjadi berkurang (Pardede, 2021). Melalui penerapan
model pembelajaran advance organizer maka struktur kognitif siswa dapat diperkuat dan kemampuan
mengingat informasi baru dapat ditingkatkan (Hatika, 2016).
Adapun tahap-tahap model pembelajaran advance organizer menurut Aunurrahman (2009) di
antaranya sebagai berikut :
Tahap Tingkah laku guru
1. menjelaskan panduan 1. Menjelaskan tujuan pembelajaran
pembelajaran/penyajian 2. Mempresentasikan panduan pembelajaran advance organizer
advance organizer 3. Menumbuhkan kesadaran pengetahuan dan pengalaman siswa yang
relevan
2. menjelaskan materi dan 1. Menjelaskan materi pembelajaran
tugas-tugas pembelajaran 2. Membangkitkan perhatian siswa
3. Mengatur secara eksplisit tugas-tugas
4. Menyusun susunan logis materi pembelajaran
3. penguatan organisasi 1. Menggunakan prinsip-prinsip secara terintegrasi
kognitif 2. Meningkatkan keaktifan aktivitas pembelajaran
3. Mengembangkan pendekatan kritis guna memperjelas materi
pembelajaran
Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis ingin melakukan “Analisis Penerapan Model
Pembelajaran Advance Organizer di SMAN 10 Kota Jambi”.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah pendekatan
studi kasus. Pendekatan studi kasus adalah penelitian yang meneliti fenomena kontemporersecara utuh
dan menyeluruh pada kondisi yang sebenarnya dengan menggunakan berbagai bentuk data kualitatif
(Wahyuningsih, 2013).
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 22 November 2021 di SMAN 10 Kota Jambi. Adapun alasan
peneliti memilih tempat penelitian tersebut dikarenakan peneliti berasal dari sekolah tersebut dan cukup
mengetahui model pembelajaran yang biasanya guru gunakan.
Target/Subjek Penelitian

Tiga-kata pertama judul .... (Nama Penulis) hal:1-15


2
Edufisika: Jurnal Pendidikan Fisika
Volume 5 Nomor 1, Juni 2020

Subjek penelitian ini adalah salah satu guru fisika di SMA Negeri 10 Kota Jambi. Dimana
informasi mengenai objek penelitian yaitu penerapan model pembelajaran advance organizer adalah
melalui guru fisika.
Prosedur
Peneliti pertama melakukan studi literatur. Studi literatur yang dimaksud adalah penelti
membaca referensi-referensi seperti dari buku dan jurnal. Selanjutnya peneliti mengidentifikasi
permasalahan yang terjadi di sekitar. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan salah satu guru
fisika di SMAN 10 Kota Jambi. Setelah didapatkan data wawancara tersebut peneliti menganalisis dan
membandingkan antara yang telah diterapkan oleh guru dengan sintaks model pembelajaran advance
organizer.
Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dimana
pertanyaan wawancara disusun berdasarkan sintaks model pembelajaran advance organizer.
Teknik Analisis Data
Data yang telah didapatkan melalui wawancara dengan guru fisika akan ditranskripsikan
kemudian dianalisis. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data studi kasus.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Tahap 1 : Menjelaskan panduan pembelajaran/Penyajian advance organizer
Berdasarkan hasil wawancara dijelaskan oleh bahwa tujuan pembelajaran sangat penting karena tujuan
pembelajaran merupakan hal-hal yang ingin dicapai atau diraih oleh siswa dengan mengikuti proses
pembelajaran. Atau dengan kata lain, tujuan pembelajaran itu menjadi batas akhir dari semua tahapan
proses pembelajaran yang diikuti oleh siswa. Sebagai contoh jika kamu ingin pergi ke rumah, maka
kamu harus menetapkan tujuannya terlebih dahulu, kemana kamu akan pergi. Misalkan tujuan kamu
akan pergi ke pasar, maka jika kamu telah sampai di pasar, berarti tujuan kamu telah tercapai. Dampak
negatif yang muncul jika peserta didik tidak memahami tujuan pembelajaran adalah siswa tidak
mengetahui kapan harus berhenti untuk mempelajari suatu materi dan melanjutkan ke materi selanjutnya
siswa tidak memahami.
Tujuan pembelajaran yang telah benar-benar telah dicapai oleh siswa diukur dengan melakukan evaluasi
pembelajaran untuk setiap pokok bahasan. Dengan demikian, nilai yang diraih oleh siswa itu
menunjukkan seberapa besar siswa telah mencapai atau meraih tujuan dari pembelajaran. Sebagai
contoh, jika siswa memperoleh nilai 60 misalnya, maka dapat dikatakan bahwa siswa telah mencapai
60% dari tujuan pembelajaran seharusnya diraih oleh siswa. Ketercapaian dari tujuan pembelajaran
dapat dilihat dari hasil belajar yang diraih oleh siswa, apakah siswa telah mencapai nilai sesuai dengan
standar ketuntasan minimal yang diharapkan atau belum. Semisal untuk mata pelajaran fisika,
ditetapkan KKM sebesar 72. Jadi siswa yang telah mencapai nilai di atas KKM telah dianggap tuntas
dalam belajar untuk pokok bahasan tertentu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru fisika diketahui bahwa guru tidak selalu menjelaskan tujuan
pembelajaran terlebih dahulu sebelum masuk dalam pembahan materi ajar. Ada beberapa alasan yang
menyebabkan saya tidak melakukan hal trsebut, pertama masalah waktu, materi yang banyak dengan
alokasi waktu yang sempit, membuat saya harus melakukan hal-hal sesuai dengan skala prioritas, dan
menyingkirkan beberapa hal yang dianggap kurang penting. Prioritas paling penting adalah menjelaskan
materi pelajaran sedangkan prioritas-prioritas kedua adalah tujuan, indikator pembelajan, dan lain
sebagianya. Alasan kedua, pokok bahasan tertentu yang memiliki kaitan atau kemiripan dengan pokok
bahasan sbelumnya, sehingga umumnya meiliki tujuan pembelajran yang sama atau hampir sama.
Cara guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus diraih atau dicapai oleh siswa adalah dengan
membaccakan dan sedikit diberikan penjelasan. Selain itu kadang-kadang peta konsep dijelaskan oleh
guru karena peta konsep sudah tertulis jelas di dalam halaman pertama di setiap pokok bahasan. Guru

Tiga-kata pertama judul .... (Nama Penulis) hal:1-15


3
Edufisika: Jurnal Pendidikan Fisika
Volume 5 Nomor 1, Juni 2020

rasa siswa dapat membaanya sedangkan peta konsep diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk
dijelaskan. Sementara kita diburu waktu untuk menyelesaikan seluruh materi pelajaran fisika dan belum
lagi dipotong untuk mengadakan evaluasi pembelajaran.
Keterkaitan antara materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari oleh siswa kadang-kadang
disampaikan oleh guru tetapi tidak secara mendetail atau hanya sekilas saja. Selain dengan mengaitkan
materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari untuk mengingatkan siswa tenttang materi
sebelumnya ada cara lain yang dijelaskan oleh guru yaitu seperti dengan tanya jawab sebelum
melakukan proses pembelajaran. Tetapi proses tersebut seringkali tidak maksimal karena respon siswa
sangat kurang. Cenderung hanya beberapa siswa yang aktif merespon.
Tahap II Menjelaskan materi dan tugas pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara materi pelajaran dijelaskan oleh guru mulai dari hal-hal yang paling
mendasar, seperti penjelasan setiap konsep (definisi) dari materi yang dipelajari dan dijelaskan beberapa
hal yang berkaitan dengan makna dari simbol-simbol fisika dan tentang rumus-rumus fisika. Kemudian
digunakan juga latihan soal untuk menjelaskan materi fisika. Namun sebelum itu diberikan contoh soal
terlebih dahulu sebelum guru memberi latihan soal tersebut.
Dalam membahas soal-soal selalu dilibatkan siswa dimana ketika diberikan laihan soal oleh guru
kemudian soal tersebut dijawab siswa. Beberapa siswa diminta oleh guru untuk maju ke depan dan
menuliskan jawaban dan cara pengerjaan soal latihan tersebut di papan tulis. Namun dalam pengerjaan
latihan soal tersebut hanya beberapa siswa yang berantusias mengerjakannya. Siswa yang memiliki
kemampuan tinggi yang bersedia untuk maju ke depan dan mengerjakan di papan tulis. Umumnya siswa
tidak berani untuk maju ke depan mengerjakan soal-soal latihan. Dijelaskan oleh guru bahwa penyebab
siswa tidak berani ke depan karena siswa merasa kemampuannya terbatas, selain berprilaku pasif dalam
proses pembelajaran siswa dengan kemampuan rendah umumnya berperilaku pasif dalam proses
pembelajaran. Selain itu siswa-siswa ini seringkali kurang memperhatikan penjelasan yang
dikemukakan oleh guru. Adapun cara guru untuk membangkitkan perhatian siswa seperti dengan
memberikan pertanyaan secara mendadak, memainkan intonasi suara,dan menjelaskan dengan gambar.
Jenis dan macam tugas yang diberikan harus saya sesuaikan dengan materi yang dipelajari. Untuk materi
yang lebih menekankan pada konsep guru lebih cenderung memberikan tugas berupa laporan
pengamatan siswa sedangkan tugas yang berkitan dengan penguatan rumus-rumus fisika guru lakukan
dengan memberikan soal-soal fisika. Materi pelajaran tersebut telah disusun oleh guru sesuai dengan
silabus yang diberikan oleh dinas pendidikan. Materi-materi tersebut dimulai dari konsep-konsep dasar
fisika seperti satuan, pengukuran, dan lain-lain. kemudian materi berlanjut pada materi fisika terapan
seperti konsep kecepatan, percepatan, gravitai, dan lain sebagainya.
Tahap III Penguatan organisasi kognitif
Pada tahap ini dijelaskan oleh guru setiap materi pelajaran fisika diintegrasikan dengan cara memberikan
contoh-contoh dari kejadian-kejadian atau fenomena fisika yang terjadi di alam. Hal ini penting
dilakukan karena dengan diberikan gambaran bahwa fisika sesungguhnya adalah analisis dari kejadian-
kejadian yang terjadi di sekitar manusia akan menyebabkan pengetahuan dan pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran menjadi lebih kuat dan tidak mudah lupa dari ingatan siswa. Cara yang
dilakukan oleh guru dalam meningkatkan keaktifan siswa alah dengan bkerja dalam kelompok, diskusi
kelas, diskusi tanya jwab, kuis kelas dan senainya.
Dalam mengembangkan sikap kritis siswa hal yang dilakukan oleh guru adalah dengan memberikan
soal-soal yang berbasis pada masalah yang digali dari perisiwa-peristiwa yang umum terjadi di sekitar
siswa. Cara yang kedua adalah dengan diberikan masalah-masalah yang berkaitan dengan fisika untuk
kemudian dicari jawaban atau penyelesaian masalah tersebut melalui proses diskusi antar siswa.
Penguatan mental dan psikologis diberikan agar siswa tidak menjadi siswa yang takut dan tidak malu
untuk menunjukkan kemampuannya di depan kelas atau di depan orang lain.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa guru telah menerapkan model pembelajaran
advance organizer. Namun ada beberapa bagian yang belum dilaksanakan oleh guru pada pembelajaran

Tiga-kata pertama judul .... (Nama Penulis) hal:1-15


4
Edufisika: Jurnal Pendidikan Fisika
Volume 5 Nomor 1, Juni 2020

Simpulan
Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa guru telah menerapkan model pembelajaran
advance organizer. Namun masih terdapat langkah-langkah yang belum guru lakukan dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer.

References
Gunarto. (2013). Model Dan Metode Pembelajaran Di Sekolah. Semarang: UNISSULA.
Hatika, R. (2016). Peningkatan Hasil Belajar Fisika Dengan Menerapkan Model Pembelajaran
Advance Organizer Berbantu Animasi Koumputer. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,
113-117.
Nurkholis. (2013). Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi. Jurnal Kependidikan,
1(1):24-44.
Pardede, A. (2021). Meminimalkan Kesulitan Belajar Matematika Dengan Pendekatan
Konstruktivis. Jurnal Global Edukasi, 4(6): 327-334.
Parenta. (2020). Model Pembelajaran Advance Organizer Collaboration. Gowa: Penerbit
Aksara Timur.
Sujana, I. (2019). Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Indonesia. Jurnal Pendidikan Dasar, 29-39.
Wahyuni, S. (2013). Metode Penelitian Studi Kasus: Konsep, Teori Pendekatan Psikologi
Komunikasi, Dan Contoh Penelitiannya. Madura: UTM Press.
waroka , f., ansori, i., & rahman, a. (2020). pengembangan lembar kerja peserta didik
berdasarkan keragaman capung di persawahan kualo bukit aceh kota bengkulu. jurnal
pendidikan dan pembelajaran biologi, 4(2): 218-226.

Tiga-kata pertama judul .... (Nama Penulis) hal:1-15


5

Anda mungkin juga menyukai