Anda di halaman 1dari 5

PROSES LEGISLASI

Tugas Individu Praja

.diajukan guna memenuhi Tugas

Dalam mata kuliah proses legislasi

pada.Institut.Pemerintahan.Dalam.Negeri

Dosen Pengampu : Dr.Dani R. Pinasang, SH, MH.

oleh.

MUHAMMAD AFIF NASUTION

30.0118

Program.Studi : Kependudukan.dan.Catatan Sipil

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

2022
TUGAS

1. Apa yang dimaksud dengan proses legislasi?


Proses Legislasi adalah proses pembentukan peraturan negara yang dari tingkat pusat maupun
tingkat daerah dan segala pembentukan peraturan yang merupakan hasil atau produk
pembentukan peraturan baik tingkat pusat ataupun daerah. Sedangkan Proses Legislasi Nasional
merupakan  instrumen perencanaan pembentukan undang-undang yang berada pada tahapan
paling awal, yakni pada tahapan perencanaan, setelahnya baru masuk tahap penyusunan,
pembahasan, pengesahaan/penetapan, dan pengundangan.

2. Jelaskan tentang Prolegnas (badan dan tupoksi)?


Khusus tentang Prolegnas, UUPPP menyebutkan bahwa Prolegnas adalah instrumen perencanaan
program pembentukan UU yang disusun secara berencana, terpadu, dan sistematis. Salah satu
ketentuannya disebutkan bahwa perencanaan penyusunan UU dilakukan dalam suatu Prolegnas.
Penyusunan Prolegnas dapat dilakukan dilingkungan pemerintah, DPR dan kolaborasi antara
DPR dan Pemerintah yang dikoordinasikan oleh DPR melalui alat kelengkapan DPR yang khusus
menangani bidang legislasi. Namun, ketentuan mengenai tata cara penyusunan dan pengelolaan
Prolegnas kolaborasi pemerintah dan DPR diatur dengan Perpres (pasal 16 ayat (4) UUPPP).
Badan Legislasi dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap.
DPR menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Legislasi pada permulaan masa keanggotaan
DPR dan permulaan tahun sidang.
Jumlah anggota Badan Legislasi ditetapkan dalam rapat paripurna menurut perimbangan dan
pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPR dan pada
permulaan tahun sidang.
Pimpinan Badan Legislasi merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial,
yang terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih
dari dan oleh anggota Badan Legislasi berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan
proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah
anggota tiap-tiap fraksi.
Badan Legislasi bertugas:
 menyusun rancangan program legislasi nasional yang memuat daftar urutan dan prioritas
rancangan undang-undang beserta alasannya untuk satu masa keanggotaan dan untuk setiap tahun
anggaran di lingkungan DPR dengan mempertimbangkan masukan dari DPD;
 mengoordinasi penyusunan program legislasi nasional antara DPR dan Pemerintah;
 menyiapkan rancangan undang-undang usul DPR berdasarkan program prioritas yang telah
ditetapkan;
 melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi rancangan undang-undang
yang diajukan anggota, komisi, gabungan komisi, atau DPD sebelum rancangan undang-undang
tersebut disampaikan kepada pimpinan DPR; hbhhbhb
 memberikan pertimbangan terhadap rancangan undang-undang yang diajukan oleh anggota,
komisi, gabungan komisi, atau DPD di luar prioritas rancangan undang-undang tahun berjalan
atau di luar rancangan undang-undang yang terdaftar dalam program legislasi nasional;
 melakukan pembahasan, pengubahan, dan/atau penyempurnaan rancangan undang-undang yang
secara khusus ditugaskan oleh Badan Musyawarah;
 mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap pembahasan materi muatan
rancangan undang-undang melalui koordinasi dengan komisi dan/atau panitia khusus;
 memberikan masukan kepada pimpinan DPR atas rancangan undang-undang usul DPD yang
ditugaskan oleh Badan Musyawarah; dan
 membuat laporan kinerja dan inventarisasi masalah di bidang perundang-undangan pada akhir
masa keanggotaan DPR untuk dapat digunakan oleh Badan Legislasi pada masa keanggotaan
berikutnya.
Prolegnas memuat program pembentukan undang-undang yang terdiri dari :
1. Judul RUU
2. Materi yang diatur
3. Keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya.
Materi yang diatur dan keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya merupakan
keterangan mengenai konsepsi rancanagan undang-undang yang terdiri dari:
a. Latar belakang dari tujuan penyusunan
b. Sasaran yang ingin diwujudkan
c. Jangkauan dan arah pengaturan
Kewenangan untuk menyusun prolegnas dilaksanakan  oleh DPR dan pemerintah. Prolegnas
ditetapkan menjadi dua yakni untuk jangka menengah dan tahunan berdasarkan skala prioritas
pembentukan RUU. Prolegnas jangka menengah ditetapkan untuk 5 tahun dan prolegnas tahunan
ditetapkan untuk jangka satu tahun. Penyusuan dan penetapan prolegnas jangka menengah
dilakukan pada awal masa keanggotaan DPR sebagai prolegnas untuk jangka waktu 5 tahun
penyusunan dan penetapan prolegnas prioritas tahunan sebagai pelaksanaan prolegnas jangka
menengah dilakukan setiap tahun sebelum penetapan RUU APBN. Hasil penyusunan prolegnans
antara DPR dan pemerintah disepakati menjadi prolegnas dan ditetapkan dalam rapat paripurna
DPR dan ditetapkan dengan keputusan DPR. Daftar kumulatif terbuka merupakan daftar
rancangan undang-undang tertentu yang dapat diajukan berdasarkan kebutuhan. Dalam prolegnas
dimuat daftar kumulatif terbuka yang terdiri dari :
1. Pengesahan perjanjian internasional tertentu.
2. Akibat putusan mahkamah konstitusi
3. Anggaran pendapatan dan belanja negara
4. Pembentukan, pemekaran,dan penggabungan daerah prov dan/atau/kab/kota.
5. Penetapan/pencabutan perppu.

Dalam keadaan tertentu, DPR atau presiden dapat mengajukan RUU diluar Prolegnas dalam hal
untuk mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam dan keadaan tertentu
lainnya yang memastikan adanya urgensi nasional.
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenang Badan Legislasi DPR RI, Badan
Legislasi DPR RI didukung oleh:
1. Sekretariat Badan Legislasi DPR RI, yang terdiri dari :
a. 1 (satu) orang Kepala Bagian
b. 1 (satu) orang Kepala Sub Bagian Rapat
c. 1 (satu) orang Kepala Sub Bagian Tata Usaha
d. 6 (enam) orang Staf Pelaksana
2. Tenaga Ahli Badan Legislasi DPR RI yang berjumlah 15 (Lima Belas) orang
3. Badan Keahlian DPR, yang terdiri dari :
a. Peneliti;
b. Legal Drafter.

3. Bagaimana proses legislasi di DPR RI , DPR Prov , DPRD Kab/Kota


Sebelum perubahan UUD 1945, kekuasaan badan eksekutif dalam proses legislasi nasional
memegang peranan yang strategis, dan peranan DPR RI selaku badan legislatif lebih bersifat
pasif yaitu menungu pengajuan RUU dan memberikan persetujuannya untuk disahkan menjadi
UndangUndang. Setelah perubahan UUD 1945 sesuai dengan ketentuan Pasal 20 ayat (3), maka
DPR memiliki kekuasaan membentuk Undang-undang sekalipun demikian pemerintah tetap
dapat mengajukan RUU sebagai usul inisiatif (Pasal 5). Semangat perubahan UUD 1945 dalam
pembentukan Undang-Undang yang melimpahkan tugas dan tanggung jawab penuh kepada DPR,
dapat dikatakan, sebagai perubahan baru dan mendasar dalam politik perundangundangan
(legislation policy) di Indonesia saat ini. Perubaan politik perundang-undangan tersebut harus
ditindaklanjuti dengan mendalami keempat faktor ( yaitu kultur, geografis, etnis dan agama ) .
Pada konteks tersebut maka fungsi legislasi sesungguhnya juga meberikan ruang bagi daerah
terlibat didalamnya melalui Dewan Perwakilan Daerah.
Badan Legislasi dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap.
DPR menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Legislasi pada permulaan masa keanggotaan
DPR, permulaan tahun sidang dan setiap masa sidang. Jumlah anggota Badan Legislasi paling
banyak 2 (dua) kali jumlah anggota komisi, yang mencerminkan Fraksi dan komisi. Untuk
Periode 2019-2024 Badan Legislasi memiliki anggota yang mewakili dari 9 (sembilan) fraksi. 
Adapun tahapan penyusunan proglenas :
a. Tahapan penyusunan proglenas di lingkungan DPR
b. Tahapan penyusunan proglenas di lingkungan pemerintah
c. Tahapan penyusunan proglenas di DPD
d. Tahapan penyusunan bersama
e. Tahapan penyusunan proglenas
f. Pembaruan proglenas
Berdasarkan UU No. 12 tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 15 tahun 2019
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (UU P3), terdapat 5 tahapan proses
legislasi. Yakni, tahap perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan dan pengundangan. 
Untuk Pelaksanan fungsi legislasi di provinsi maupun kabupaten/kota tidak hanya pembentukan
peraturan daerah yang pro rakyat tetapi termasuk juga fungsi pengawasan yang dilakukan DPRD
terhadap operasionalisasi suatu peraturan daerah, apakah pemerintah kabupaten/kota telah
melaksanakan fungsinya sebagaimana diharapkan atau tidak. Fungsi pengawasn ini menjadi
unsur terpenting di dalam mengembangkan hubungan kerja yang harmonis antara pemerintah
kabupaten/kota dengan DPRD. Program Legislasi daerah yang disusun oleh panitia legislasi oleh
asistensi mencerminkan adanya rancangan peraturan daerah yang merupakan inisiatif dari
pemerintahan Daerah (Eksekutif) dan Inisiatif dari DPRD (Legislatif).
Adapun prosedur pembentukan Ranperdan untuk kemudian menjadi Perda di DPRD yaitu ; 
1. Tahap Perencanaan Perencanaan merupakan Program Legislasi Daerah (Prolegda) sebagai
landasan operasional pembangunan hukum di daerah melalui pembentukan peraturan perundang-
undangan, seharusnya akan dapat memproyeksikan kebutuhan hukum atau peraturan daerah, baik
secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menetapkan visi dan misi, arah kebijakan, serta
indikator secara rational. Sehingga Program Legislasi Daerah mengandung kegiatan dalam kurun
waktu lima tahun atau satu tahun anggaran yang memiliki nilai strategis yang akan direalisasikan
sebagai bagian dari pembangunan daerah secara keseluruhan. Perencanaan yang dilakukan untuk
mengatur tata cara penyusunan dan pengelolaan Prolegda serta tata cara mempersiapkan ranperda
yang berasal dari kepala daerah atau dari inisiatif DPRD, berjalan sesuai aturan yang ada. Dimana
pelaksanaan Program Legislasi Daerah dapat disusun secara terkoordinasi, terarah, dan terpadu
yang disusun bersama oleh DPRD dan Pemerintah Daerah (Kepala Daerah) serta mengikat
kepada semua kepala daerahkepala daerah maupun dari masyarakat di masing-masing daerah
otonom dalam hal tata cara mempersiapkan ranperda dilingkungannya. Anggota DPRD secara
aktif terlibat dalam penyusunan peraturan daerah, tidak hanya menyetujui draf yang dipersiapkan
oleh pemerintah, dan memainkan peran penting dalam proses penganggaran daerah. Disamping
itu juga, Anggota DPRD menyiapkan Naskah Akademik dari Rancangan Perda yang diajukan.
Dimana naskah akademik ini berisi hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian
lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dalam
suatu rancangan Ranperda. Tugas ini memang menurut amatan penulis cukup sulit, karena
diperlukan adanya kapabilitas dan kapasitas dari anggota DPRD itu sendiri.
2. Tahap Penyusunan Penyusunan Peraturan Daerah 
Dalam hal ini pengajuan RANPERDA, dapat berasal dari DPRD atau Kepala Daerah (Bupati)
dan dilakukan dengan menyampaikan Draft Ranperda kepada Badan Pembuatan Peraturan
Daerah DPRD Kab/Kota
3. Tahapan Pembahasan
Pada prosesnya, DPRD dan pemerintah daerah membuka pintunya untuk masukan dari
kelompok-kelompok masyarakat sipil. Dalam beberapa kasus, hal ini telah dilembagakan melalui
kebijakan lokal untuk melibatkan organisasi masyarakat sipil dalam proses penyusunan peraturan
daerah. Sedangkan Ranperda yang merupakan hasil usulan Kepala Daerah dilakukan oleh Instansi
Teknis dalam hal ini adalah Bagian Hukum dan Perundangundangan Pemerintah Daerah
Kab/Kota
4. Tahapan Penetapan
Pembentukan peraturan perundang-undangan pada dasarnya harus sesuai dengan beberapa aspek,
antara lain aspek sosiologis, aspek filosofis dan aspek yuridis. Disamping itu, Perda disusun
dengan tidak bertentangan dengan peraturan diatasnya. Untuk itu, sebelum penetapan Ranperda
menjadi Perda, perlu diperhatikan dan dikomparasikan dengan peraturanperaturan diatasnya.

Anda mungkin juga menyukai