Anda di halaman 1dari 15

PERBANDINGAN KEBIJAKAN KEPENDUDUKAN

Ujian akhir semester

.diajukan guna memenuhi ujian akhir semester

Dalam mata kuliah perbandingan kebijakan kependudukan

pada.Institut.Pemerintahan.Dalam.Negeri

Dosen Pengampu : Dra. HESTIWATI BASIR, M.si

oleh.

MUHAMMAD AFIF NASUTION

30.0118

Program.Studi : Kependudukan.dan.Catatan Sipil

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

2021
UJIAN AKHIR SEMESTER

4. Jelaskan Perbandingan Kebijakan Kependudukan di Indonesia dan


China serta Indonesia dan India
a. Indonesia dengan India
India dan Indonesia merupakan dua negara yang memiliki masalah yang sejenis
dalam kependudukan. Adanya ledakan jumlah penduduk membuat pemerintah di kedua
negara mengambil tindakan dengan mengeluarkan kebijakan berkaitan dengan
pengontrolan kelahiran atau birth control dengan program keluarga berencana.
Perbandingan kebijakan kependudukan antara India dan Indonesia menggunakan model
proses implementasi kebijakan milik van Meter dan van Horn dengan membandingkan
empat variabel dari enam variabel yang membentuk ikatan antara kebijakan dengan
kinerja yaitu ukuran-ukuran dasar dan tujuan kebijakan, komunikasi antar organisasi dan
kegiatan pelaksanaan, kondisi ekonomi, politik dan social serta kecenderungan pelaksana.
Variabel pertama adalah ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan. Ukuran-
ukuran dasar dan tujuan kebijakan antara kebijakan National Population Policy India
dengan Keluarga Berencana Indonesia sama satu sama lain yaitu untuk mengurangi
tingkat pertumbuhan penduduk dengan mengontrol tingkat kelahiran muncul karena
ketakutan pemerintah pada akibat yang akan ditimbulkan oleh jumlah penduduk yang
masiv. Pemerintah Indiadan Indonesia sama-sama takut ketika jumlah penduduk semakin
banyak, reformasi atau pembangunan ekonomi yang sedang coba digalakkan akan gagal.
Hal ini juga berkaitan dengan ketakutan pemerintah kedua negara akan kemiskinan. Baik
Indiamaupun Indonesia sama-sama menganggap jumlah penduduk yang banyak akan
memicu terjadinya persaingan kerja, dan ketika kuota yang dibutuhkan telah tercapai
padahal masih banyak orang yang belum mendapatkan pekerjaan, maka sangat
dimungkinkan banyak warga akan hidup dalam kemiskinan karena tidak mendapatkan
pekerjaan atau karena pekerjaan yang hasilnya tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Variabel kedua adalah komunikasi antar organisasi dan kegiatan pelaksanaan. Di India
sendiri, kebijakan National Population Policy telah disosialisasikan oleh pemerintah India
secara luas beserta tujuan kebijakan. Hal ini terlihat dengan banyaknya cara yang
digunakan oleh para pelaksanaan kebijakan terutam instansi terkait dimana mereka
melakukan sterilisasi untuk mencapai tujuan dari kebijakan tersebut. Sayangnya, sistem
sentralisasi kebijakan di India menyebabkan tidak selarasnya pemahaman tujuan
kebijakan. Sedangkan di Indonesia sendiri pemerintah memang mensosialisasikan
kebijakan KB secara bertahap yaitu pada awal penerapan kebijakan dikonsentrasikan di
Jawa dan Bali baru setelah itu di sosialisasikan di luar kedua pulau tersebut. Tujuan-
tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah disampaikan melalui BKBN dan dilaksanakan
dengan setengah memaksa para pasangan usia subur.
Variabel ketiga adalah kondisi ekonomi, sosial, dan politik. Di India, kondisi ekonomi
saat itu berada dalam tahap perkembangan ekonomi di bawah rancangan reformasi
ekonomi setelah kemerdekaan India tahun 1947. Hal tersebut menyebabkan kebijakan ini
menjadi prioritas utama pemerintah karena ketakutan pemerintah terhadap jumlah
penduduk yang masiv akan menyebabkan reformasi ekonomi yang sedang digalakkan
oleh pemerintah gagal dilaksanakan. Kondisi sosial yang ada di India saat itu tidak
memungkinkan untuk diterapkannya kebijakan ini. Hal ini dikarenakan budaya di India
yang memfavoritkan anak laki-laki dibanding anak perempuan sehingga ketika suatu
keluaga belum mendapatkan anak perempuan mereka akan berusaha mendapatkan anak
laki-laki. Hal tersebut juga didukung oleh kondisi politik yang menerapkan sentralisasi
dalam setiap kebijakan pemerintah sehingga tujuan kebijakan tidak dipahami secara
selaras antara pusat dengan lokal. Hal tersebut juga berlaku di Indonesia yang sedang
berada dalam reformasi ekonomi di bawah kepemimpinan Soeharto.
Variabel terakhir adalah kecenderungan pelaksana terkait respon terhadap kebijakan dan
intensitas respon tersebut. Respon awal terhadap kebijakan National Population Policy
yang menganjurkan adanya family planning sangat positif. Meskipun demikian,
kebijakan yang melaksanakan sterilisasi tersebut baru dipahami setelah tiga hingga empat
tahun sosialisasi secara tatap muka. Hal tersebut juga terjadi di Indonesia. Respon
terhadap kebijakan KB cenderung positif meski dilaksanakan secara bertahap dan saat ini
terhalang krisis ekonomi yang menimpa Indonesia.

Variabel India Indonesia


Ukuran-ukuran dasar dan
tujuan kebijakan antara
Pemerintah India dan
kebijakan National Population
Indonesia sama-sama takut
Policy India dengan Keluarga
ketika jumlah penduduk
Berencana Indonesia sama
semakin banyak, reformasi
satu sama lain yaitu untuk
atau pembangunan ekonomi
ukuran-ukuran dasar dan mengurangi tingkat
yang sedang coba
tujuan-tujuan kebijakan pertumbuhan penduduk
digalakkan akan gagal.Hal
dengan mengontrol tingkat
ini juga berkaitan dengan
kelahiran muncul karena
ketakutan pemerintah kedua
ketakutan pemerintah pada
negara akan kemiskinan.
akibat yang akan ditimbulkan
oleh jumlah penduduk yang
masiv.
komunikasi antar kebijakan National Population pemerintah memang
organisasi dan kegiatan Policy telah disosialisasikan mensosialisasikan
pelaksanaan oleh pemerintah India secara kebijakan KB secara
luas beserta tujuan kebijakan. bertahap yaitu pada awal
Hal ini terlihat dengan penerapan kebijakan
banyaknya cara yang dikonsentrasikan di Jawa
digunakan oleh para dan Bali baru setelah itu di
pelaksanaan kebijakan sosialisasikan di luar kedua
terutam instansi terkait pulau tersebut. Tujuan-
dimana mereka melakukan tujuan yang ingin dicapai
sterilisasi untuk mencapai oleh pemerintah
tujuan dari kebijakan tersebut. disampaikan melalui
Sayangnya, sistem sentralisasi BKBN dan dilaksanakan
kebijakan di India dengan setengah memaksa
menyebabkan tidak selarasnya para pasangan usia subur.
pemahaman tujuan kebijakan
kondisi ekonomi saat itu
berada dalam tahap
perkembangan ekonomi di
bawah rancangan reformasi
ekonomi setelah kemerdekaan
India tahun 1947. Hal tersebut
menyebabkan kebijakan ini Hal tersebut juga berlaku
menjadi prioritas utama di Indonesia yang sedang
kondisi ekonomi, sosial, dan pemerintah karena ketakutan berada dalam reformasi
politik. pemerintah terhadap jumlah ekonomi di bawah
penduduk yang masiv akan kepemimpinan Soeharto.
menyebabkan reformasi
ekonomi yang sedang
digalakkan oleh pemerintah
gagal dilaksanakan. Kondisi
sosial yang ada di India saat
itu tidak memungkinkan untuk
diterapkannya kebijakan ini.
Respon awal terhadap
Hal tersebut juga
kebijakan National Population
terjadi di Indonesia.
Policy yang menganjurkan
Respon terhadap kebijakan
kecenderungan pelaksana adanya family planning sangat
KB cenderung positif
terkait respon terhadap positif. Meskipun demikian,
meski dilaksanakan secara
kebijakan dan intensitas kebijakan yang melaksanakan
bertahap dan saat ini
respon tersebut sterilisasi tersebut baru
terhalang krisis ekonomi
dipahami setelah tiga hingga
yang menimpa Indonesia.
empat tahun sosialisasi secara
tatap muka.

b. Indonesia dengan China


Kebijakan yang menanggapi perubahan penduduk antara lain didirikannya sekolah-
sekolah baru, baik untuk menunjang kelebihan jumlah anak sekolah atau untuk merubah jenjang
dan jenis sekolah seperti yang dibutuhkan di masyarakat. Kebijakan penduduk berkaitan erat
dengan dinamika kependudukan yaitu perubahan-perubahan terhadap tingkat fertilitas, mortalitas,
dan migrasi. Kebijakan penduduk menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diberi pengertian
sebagai berikut :
1. “langkah-langkah dan program-program yang membantu tercapainya tujuan-tujuan ekonomi,
social, demografis dan tujuan-tujuan umum yang lainnya dengan jalan mempengaruhi
variable-veriabel demografi yang utama, yaitu besar dan pertumbuhan penduduk serta
perubahan dan cirri-ciri demografinya”
2. Kebijakan penduduk dapat mempengaruhi fertilitas baik untuk menaikan maupun
menurunkan angka kelahiran. Pada waktu ini kebijakan mengenai fertilitas hanya di
hubungkan dengan penurunan fertilitas melalui Keluarga Berencana. Bahkan banyak orang
beranggapan bahwa kebijakan penduduk identik dengan Keluarga Berencana.
3. Kebijakan kependudukan merupakan suatu gejala yang relatif masih mudah. Berbagai
kebijakan bidang ekonomi maupun social merupakan alternative dalam peningkatan tingkat
kesejahteraan penduduk. Kebijakan tersebut meliputi bidang antara lain : Penyediaan
lapangan kerja, kesemptan pendidikan, meningkatakan kesehatan serta usaha-usaha
menambah kesejahteraan penduduk lainnya. Berbagai hal tersebut mempengaruhi penduduk
baik mengenai jumlah, komposisi dan distribusi atau persebaran pertumbuhan serta cici-ciri
penduduk lainnya

Kebijaksanaan kependudukan utama di Indonesia adalah kebijaksanaan Keluarga Berencana


(KB) Kebijaksanaan ini sudah luas di ketahui oleh semua petugas KB maupun masyarakat luas.
KB dapat di laksanakan di daerah-daerah pedesaan secara efektif. Ini berbeda dengan pola
penyebaran KB yang biasanya mulai dari kota ke pedesaan, sehingga prosesnya lambat di Cina
Kebijakan yang dibuat yaitu “One Child Policy” Kebijakan ini telah dihapuskan pada 2015. One
Child Policy di China adalah salah satu kebijakan kontrol populasi paling dikenal yang pernah
diberlakukan di dunia. Sejak 1979, setiap keluarga di China hanya diizinkan untuk memiliki satu
orang anak saja, atau mereka akan dikenai denda besar dengan berbagai pencabutan fasilitas dan
pelayanan yang diberikan negara kepada mereka. Begitu beratnya denda dan hukuman yang
diberikan, beberapa pasangan memilih melakukan aborsi terhadap janin mereka, dan diduga ada
anak-anak yang disembunyikan oleh orangtuanya karena hal ini. Kebijakan ini mulai
dilonggarkan pada 2013, sebelum dihapuskan pada tahun 2015 setelah China menyadari ada
ketimpangan demografi usia penduduk mereka. Sekarang, keluarga di China dapat memiliki
maksimal dua orang anak. Pertumbuhan populasi China pada 2020 mencatatkan angka
paling lambat sejak puluhan tahun, yaitu total 1,41 miliar menurut hasil sensus pada Selasa
(11/5/2021). Angka kelahiran terus menurun sejak 2017, terlepas dari pelonggaran kebijakan satu
anak yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Hal itu sebagian disebabkan penurunan angka
pernikahan dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu ada faktor mahalnya biaya membesarkan
anak di kota-kota besar, lalu wanita yang secara alami menunda atau menghindari persalinan
untuk mengejar karier.

Variabel China Indonesia


Terkait Keluarga Kebijakan penduduk dapat Kebijaksanaan
Berancana mempengaruhi fertilitas baik kependudukan utama di
untuk menaikan maupun Indonesia adalah
menurunkan angka kelahiran. kebijaksanaan Keluarga
Pada waktu ini kebijakan Berencana (KB)
mengenai fertilitas hanya di Kebijaksanaan ini sudah
hubungkan dengan penurunan luas di ketahui oleh semua
fertilitas melalui Keluarga petugas KB maupun
Berencana. Bahkan banyak masyarakat luas. KB dapat
orang beranggapan bahwa di laksanakan di daerah-
kebijakan penduduk identik daerah pedesaan secara
dengan Keluarga Berencana. efektif.
Kebijakan kependudukan
. One Child Policy di China merupakan suatu gejala
adalah salah satu kebijakan yang relatif masih mudah.
kontrol populasi paling dikenal Berbagai kebijakan bidang
yang pernah diberlakukan di ekonomi maupun social
dunia. Sejak 1979, setiap merupakan alternative
keluarga di China hanya dalam peningkatan tingkat
diizinkan untuk memiliki satu kesejahteraan penduduk.
orang anak saja, atau mereka Kebijakan tersebut meliputi
akan dikenai denda besar bidang antara lain :
Terkait Kebijakan masing- dengan berbagai pencabutan Penyediaan lapangan kerja,
masing fasilitas dan pelayanan yang kesemptan pendidikan,
diberikan negara kepada meningkatakan kesehatan
mereka. Begitu beratnya denda serta usaha-usaha
dan hukuman yang diberikan, menambah kesejahteraan
beberapa pasangan memilih penduduk lainnya. Berbagai
melakukan aborsi terhadap hal tersebut mempengaruhi
janin mereka, dan diduga ada penduduk baik mengenai
anak-anak yang jumlah, komposisi dan
disembunyikan oleh distribusi atau persebaran
orangtuanya karena hal ini. pertumbuhan serta cici-ciri
penduduk lainnya

5. Jelaskan Perbandingan Kebijakan Kependudukan di Indonesia dan


Jepang , Indonesia dan Korea Selatan , Indonesia dan Singapore
a. Perbandingan Kebijakan Kependudukan Indonesia dengan Jepang
Jepang adalah salah satu negara di kawasan Asia Timur yang memiliki
keunggulan dalam berbagai bidang seperti budaya, teknologi, dan ekonomi.
Jepang merupakan salah satu Negara yang terletak di wilayah Asia timur.
memiliki populasi lebih dari 127,220,000 jiwa pada tahun 2014 dan Memiliki luas
wilayah 377.962 yang merupakan negara kepulauan. Wilayah Jepang terpisah
menjadi pulau-pulau kecil yang membentuk suatu kesatuan negara maritim.
Dalam bidang teknologi tidak perlu diragukan lagi bahwasannya Jepang sudah
memiliki banyak industri yang mendunia, sebut saja Toyota dalam industri
otomotif. Dari segi ekonomi Jepang merupakan salah satu negara yang mampu
untuk berkembang dengan sangat cepat. Jepang dikategorikan sebagai Negara
maju dengan perekonomian yang terus meningkat tajam dari tahun ketahun. Hal
tersebut disebabkan oleh budaya masyarakat Jepang yang memiliki kebiasaan
sebagai pekerja keras dan sangat mementingkan jenjang karir. Masyarakat Jepang
terkenal sangatlah produktif . Budaya kerja keras yang tumbuh di masyarakat
Jepang merubah paradigma serta menurunkan minat para generasi muda Jepang
untuk menikah dan memiliki keluarga di masa depannya.
Saat ini permasalahan yang dihadapi oleh Jepang adalah menurunnya jumlah
kelahiran di Jepang. Hal ini bukan baru terjadi melainkan sudah terjadi semenjak
tahun 1975. Menurunnya jumlah kelahiran ini dilihat melalui lebih rendahnya
angka kelahiran daripada angka kematian. Fenomena ini yang kemudian disebut
dengan shoushika. fenomena shoushika yang membuat Jepang menjadi krisis
demografi. Jepang mengalami penurunan jumlah populasi dikarenakan
menurunnya angka kelahiran. Selain itu, jumlah orang lanjut usia (lansia) atau
orang tua yang berusia 65 tahun terus meningkat. Kecenderungan ini akan terus
berlanjut di masa depan hingga diperkirakan pada tahun 2015, perbandingan
antara lansia dan usia muda adalah satu berbanding empat.
Pemerintah jepang memikirkan bagaimana caranya meningkatkan jumlah
penduduk. Salah
satu penyebabnya adalah karena banyak pasangan enggan mempunyai anak.
Dalam beberapa
tahun terakhir, pemerintah jepang telah meluncurkan sejumlah insentif untuk
mendorong
pasangan muda menikah dan memiliki anak, di antaranya dengan:
 Dukungan Dana Pernikahan
 Dukungan Dana Kesehatan
 Santunan Dana Melahirkan
 Dana Tunjangan Anak
 Pemberian Cuti Melahirkan dan Cuti Mengurus Anak 
 Penambahan Fasilitas Penitipan Anak
 Pemanfaatan Teknologi Artificial Intelligence sebagai Agen Perjodohan

b. Perbandingan Kebijakan Kependudukan Indonesia dengan Korea Selatan


Sejak tahun 1960, Korea Selatan mulai mengalami kurangnya populasi penduduk
atau krisis demografi. Isu ini telah menjadi perhatian utama dalam pengambilan
kebijakan oleh pemerintah Korea Selatan hingga era pemerintahan Moon Jae In
karena belum ditemukan penyelesaian yang efektif untuk menangani krisis
tersebut. Krisis demografi yang terjadi di Korea Selatan disebabkan oleh
kurangnya penduduk usia produktif di Korea Selatan. Hal tersebut dapat terjadi
karena biaya hidup yang tinggi, jam kerja yang panjang ditambah lagi dengan
gaya hidup yang kompetitif membuat mereka enggan untuk memiliki keturunan
(Quick, 2019). Krisis demografi di Korea Selatan disebabkan karena Korea
Selatan tengah mengalami periode Total Fertility Rates (TFR) ultrarendah (atau
'terendah-rendah') di bawah 1,3. Dalam empat dekade, Korea Selatan telah
mengalami transisi yang cepat dari negara dengan tingkat kesuburan tinggi
menjadi negara dengan tingkat kesuburan terendah secara global.
Sejak tahun 2006 pemerintah telah menghabiskan dana sekitar 152.9 triliun won
($135.65 miliar) untuk subisidi keluarga dan anak sejak lahir hingga masuk ke
jenjang universitas (Ramstad, 2019). Kemudian, pada masa pemerintahan Park
Geun Hye pada tahun 2016, Park Geun Hye meluncurkan website yang
memberikan data statistik wanita usia subur, data pernikahan dan kelahiran dari
tiap kota dan wilayah. Strategi tersebut dilaksanakan Park Geun Hye dengan
harapan meningkatkan persaingan dalam hal reproduksi antar wilayah. Strategi
tersebut tidak berujung baik dengan ditutupnya website tersebut karena keluhan
wanita di Korea Selatan yang menganggap Park Geun Hye hanya melihat wanita
sebagai “pabrik pembuat bayi” (Roh J. , 2019). Strategi dan dana yang diberikan
oleh presiden sebelumnya tidak memberi efek perbedaan terhadap krisis
demografi di Korea Selatan.
c. Perbandingan Kebijakan Kependudukan Indonesia dengan Singapore
Sejarah menunjukkan bahwa Singapura akan menikmati ledakan bayi pada Tahun
Naga ini, atau periode paling menguntungkan bagi kelahiran dalam shio Cina.
Namun setelah 25 tahun negara mensponsori kampanye perjodohan dan
peningkatan kesuburan, upaya pemerintah untuk menghentikan penurunan
tingkat kelahiran tetap tidak berhasil. Hal ini berpotensi memberikan
konsekuensi-konsekuensi besar bagi negara Asia kaya tersebut. Seruan untuk
memiliki anak sekarang semakin mendesak dan konstan terhadap para warga
negara yang tingkat kesuburannya paling akhir di antara 222 negara, menurut
buku fakta dunia yang diterbitkan lembaga intelegensi pusat ( CIA ) di Amerika
Serikat.
Dihadapkan pada statistik suram seperti itu, pemerintah mulai mengevaluasi
kebijakan kependudukan dan imigrasi dan berencana mengeluarkan tindakan-
tindakan baru untuk mendorong kelahiran pada saat meluncurkan hasil konsultasi
awal tahun depan. Rekayasa sosial dan ekonomi bukan barang baru di Singapura,
di mana pemerintah bertangan besi membantu mengubah pulau kecil tanpa
sumberdaya alam menjadi salah satu negara terkaya di dunia dalam tempo kurang
dari satu generasi. Namun penurunan angka kelahiran yang terus berlangsung
memperlihatkan batas pengaruh pemerintah di negara yang disebut “nanny state”
(negara pengasuh).

6. Jelaskan Perbandingan Kebijakan Kependudukan di Indonesia dan


Jerman , Indonesia dan Rusia.
a. Perbandingan Kebijakan Indonesia dan Jerman
Sensus penduduk di Jerman tahun 2011 juga mengungkapkan bahwa penduduk
Jerman 1,5 juta lebih sedikit dari yang selama ini diperkirakan yaitu sebesar 80,2
juta jiwa dan mencapai 83,2 juta jiwa pada tahun 2019. Ini terjadi karena
penduduk Jerman tersebut bukan merupakan warga asli keturunan Jerman
melainkan imigran dengan paspor. Sensus penduduk di Jerman tahun 2011 juga
mengungkapkan bahwa penduduk Jerman 1,5 juta lebih sedikit dari yang selama
ini diperkirakan yaitu sebesar 80,2 juta jiwa dan mencapai 83,2 juta jiwa pada
tahun 2019. Ini terjadi karena penduduk Jerman tersebut bukan merupakan warga
asli keturunan Jerman melainkan imigran dengan paspor.
Menurunnya jumlah populasi di Jerman bukan lagi menjadi rahasia umum di
tengah keengganan warga negara Jerman untuk menikah dan memiliki anak.
Penurunan populasi juga diakibatkan kenaikan jumlah kematian di Jerman karena
penduduk usia lanjut yang terus bertambah. Hingga pada 2016 negara Jerman
menjadi negara dengan populasi tertua kedua di dunia setelah Jepang akibat
Jumlah penduduk Jerman yang berusia 60 tahun ke atas mencapai sepertiga dari
seluruh populasi yang ada.
Untuk mengatasi problem kependudukan yang terjadi, Pemerintah Jerman telah
berupaya memperkenalkan berbagai kebijakan yang ramah keluarga untuk
meningkatkan angka kelahiran bayi disana. Namun, angka kelahiran tetap di
bawah 2,0 yang dibutuhkan agar populasi penduduk tidak terus berkurang. Hal ini
karena peningkatan jumlah anak yang terjadi kurang signifikan yaitu hanya 0,01
persen tiap tahunnya.
Perubahan yang belum signifikan terhadap angka kelahiran di Jerman ini
mendorong kebijakan Pemerintah Jerman untuk mendukung seruan agar warga
menikah dan memiliki anak lebih banyak. Bagi pasangan yang menikah
Pemerintah Jerman memberikan banyak keuntunngan diantaranya pajak yang
lebih sedikit, kompensasi usaha, pensiunan, harta warisan, Bafog atau pinjaman
Pendidikan, ansuransi, dan usaha lain yang sangat menakjubkan. Tidak hanya itu
pasangan yang telah menikah akan merasakan enaknya pelayanan saat memiliki
anak.
Bentuk upaya pemerintah Jerman untuk pasangan yang telah menikah dan akan
memiliki anak adalah dengan memberikan pelayanan Kesehatan secara gratis
kepada perempuan dari awal kehamilan sampai dengan melahirkan, memberikan
orang tua bayi cuti selama 14 minggu dengan 100 persen gaji dan 14 minggu lagi
dengan 65 persen gaji, membangun tempat-tempat penitipan anak, membiayai
pendidikan anak sampai universitas, dan memberi Kindergeld atau uang bagi
setiap anak di dalam keluarga. Kindergeld memiliki nilai sebesar 200-300 euro
(Rp 3.2 juta sampai Rp 4.8 juta) per bulan per anak yang akan diberikan sampai
anak berumur 25 tahun atau sampai mereka berkerja.

Kebijakan Hasil dari Kebijakan


1. Memberikan pelayanan 1. Mendorong banyak pasangan
Kesehatan secara gratis kepada untuk menikah dan memiliki
perempuan dari awal kehamilan anak. Hasil yang diperoleh pun
sampai dengan melahirkan. cukup memuaskan dimana pada
2. Memberikan orang tua bayi cuti tahun 2018 terjadi pertumbuhan
selama 14 minggu dengan 100 penduduk Jerman yang
persen gaji dan 14 minggu lagi mencapai 0,3 persen.
dengan 65 persen gaji 2. Tren kependudukan teratasi
3. Membangun tempat-tempat
penitipan anak
4. Menciptakan lebih banyak
tempat untuk penampungan
anak. Serta
5. Memberi Kindergeld atau uang
bagi setiap anak di dalam
keluarga. Kindergeld memiliki
nilai sebesar 200-300 euro (Rp
3.2 juta sampai Rp 4.8 juta) per
bulan per anak yang akan
diberikan sampai anak berumur
25 tahun atau sampai mereka
berkerja.
6. Penduduk Jerman 1,5 juta lebih
sedikit dari yang diperkirakan
7. penduduk Jerman pada saat itu
bukan merupakan warga asli
keturunan Jerman melainkan
imigran dengan paspor.
8. Angka kelahiran rendah
9. Penduduk berusia 60 tahun ke
atas mencapai sepertiga dari
seluruh populasi yang ada

b. Perbandingan Kebijakan Indonesia dan Rusia


Rusia merupakan salah satu negara yang paling maju di dunia yang dulunya
dikenal dengan Uni Soviet. Dengan luas wilayah mencapai 17.125.200km^2,
Rusia adalah negara terluas di dunia. Wilayahnya mencakup seperdelapan luas
daratan di bumi. Namun ketika melihat peta kepadatan penduduk dunia, jumlah
populasi Rusia hanya mencapai sebesar 146.7 orang pada 2019. Angka populasi
ini turun dibadingkan sebelumnya yaitu 146.8 Orang untuk tahun 2018. Dari
mulai tahun 1949 sampai 2019, dengan 71 observasi data ini mencapai angka
tertinggi sebesar 148.6 Orang pada 1992 dan terendah sebesar 101.4 orang.
Pada masa Presiden Rusia Vladimir Putin inilah Rusia sangat tegas mengeluarkan
Kebijakan yang terkait dengan populasi pertumbuhan penduduk Rusia, Presiden
mengumumkan sejumlah kebijakan untuk mendorong tingkat kelahiran bayi di
Rusia. Menurutnya, tingginya tingkat kelahiran bayi sangat penting bagi masa
depan negara itu meski harus menelan biaya minimal 6,5 miliar dolar (Rp 89
triliun) untuk tahun ini. Maka dari itu presiden menerapakan kebijakan ini agar
terjadi peningkatan angka pertumbuhan baru di Rusia ini.
Adanya kebijakan ini mengakibatkan Tren kelahiran di negara itu meningkat, itu
bukan berarti bahwa populasi akan mulai tumbuh tetapi supaya keluarga
“Bereproduksi” sendiri sepasang orang tua harus memiliki setidaknya dua orang
anak. Seperti di negara Maju di Eropa dan AS rata-rata harus memiliki setidaknya
dua orang anak sehingga dengan ini Rusia dapat meningkatkan pertumbuhan
penduduk mereka.
Pemerintah juga telah bersumpah akan memberikan satu kali pembayaran atau
intensif bagi orang tua yang melahirkan anak berkisar 7.600 dolar. Dengan
demikian populasi Rusia diharapkan dapat tumbuh tidak seperti tahun-tahun
sebelumnya yang sangat parah, hal ini karena memang nasib dan masa depan
Rusia tegantung pada seberapa banyak orang asli Rusia.

Kebijakan Penyebab Kebijakan Hasil Kebijakan


1. Dana untuk Tingkat kelahiran yang Tren kelahiran di negara
keluarga rendah. Rusia menjadi Rusia meningkat
berpendapatan salah satu negara pertama
rendah dengan yang tingkat kelahirannya
anak kecil, berada di bawah tingkat
2. Tunjangan untuk penggantian generasi
para ibu pertama
3. Dana lebih besar
untuk keluarga
dengan lebih
banyak anak
4. Menciptakan
lebih banyak
tempat untuk
penampungan
anak. Serta
5. Memberikan
ekonomi yang
lebih baik bagi
seseorang
keluarga yang
sudah mempunyai
anak lebih dari
satu orang.
6. Pemerintah akan
memberikan satu
kali pembayaran
atau intensif bagi
orang tua yang
melahirkan anak
berkisar 7.600
dola

7. Jelaskan Perbandingan Kebijakan Kependudukan di Indonesia dan


Amerika, Indonesia dan Australia
a. Perbandingan Kebijakan Kependudukan Indonesia dan Amerika
 Bidang Pendidikan
Manajemen pendidikan di amerika serikat dikelola berdasarkan aspirasi dan
kebutuhan masyarakat negara bagian dan pemerintah daerah setempat. Di tingkat
nasional (federal/pusat) dibentuk satu departemen, yaitu departemen pendidikan
federal. Di tingkat negara bagian dibentuk sebuah badan yang diberi nama board of
education. Badan ini bertugas dan berfungsi membuat kebijakan-kebijakan serta
menentukan anggaran pendidikan untuk masing-masing wilayah (negara bagian).
Administrasi dan menejemen (birokrasi) pendidikan di indonesia tidak berbeda
dengan administrasi dan manajemen sektor-sektor lain yang berbentuk departemen.
Di tingkat pusat urusan pendididkan dikoordinasi oleh kementerian pendidikan
nasional yang dipimpin oleh seorang menteri. Ditingkat regional (propinsi),
koordinasi urusanurusan pendidikan ditangani oleh sebuah badan yang diberi nama
dinas pendidikan propinsi, yang dipimpin oleh seorang kepala. Kepala dinas
pendidikan propinsi ditunjuk oleh gubernur dengan persetujuan dprd propinsi.
Sedangkan di tingkat daerah kabupaten/kota, koordinasi urusan pendidikan ditangani
oleh sebuah lembaga yang diberi nama dinas pendidikan kabupaten/kota.
 Bidang Politik
Dalam sejarah politik di Amerika Serikat, sistem pemilihan Simple-Plurality (SP) dari
distrik yang tunggal terlihat lebih menonjol tetapi tidak ditetapkan dalam Undang-
Undang Dasar. Dalam hal ini, terdapat tahapan sistem pemilihan presiden di Amerika
Serikat yaitu: Nominasi, Konvensi Nasional dan Pemilihan Nasional. Di dalam
legislatif terdapat dua badan yang sederajat yaitu Senat merupakan wakil dari negara
bagian yang dipilih oleh negara bagian dengan masa jabatan selama 6 tahun, dan
House of Representative (DPR) yang dipilih oleh rakyat secara langsung dengan
masa jabatan 2 tahun. Kedua badan legislatif ini berkumpul dalam kongres dalam
proses politik pemerintahan untuk menghasilkan keputusan dengan perhitungan
mayoritas adalah 50% + 1 (2/3 dari kongres). Kebijakan Indonesia terkait partisipasi
politik seperti pemilu tertuang dalam Peraturan KPU nomor 10 tahun 2015 diatur
tentang pendataan pemilih hingga proses pemungutan suara yang mengakomodir para
penyandang disabilitas. Akantetapi dalam ranah realisasi, Penyandang disabilitas
masih terkecualikan dalam proses pemilu. Banyak dari mereka yang tidak dapat
memberikan suara ke TPU karena tidak teraksesnya fasilitas pemilu untuk para
penyandang disabilitas (Patty, 2016).
 Bidang Ekonomi
Doktrin America First yang sudah diucapkan oleh Trump mengandung makna bahwa
Trump ingin mencegah adanya intervensi dari dunia internasional terhadap urusan
dalam negerinya. Trump mempunyai tujuan untuk mengembalikan kejayaan ekonomi
Amerika serikat dengan membawa pulang para pekerja dan industri kembali berpusat
di Amerika Serikat. Salah satu cara yang dapa ditempuh dengan melakukan
pemotongan pajak untuk semua orang, serta mengurangi jumlah pajak penghasilan
federal yang harus dibayarkan, sehingga hal ini dimaksudkan supaya para pengusaha
berkenan untuk membuka produksinya di negaranya sendiri yaitu di Amerika Serikat
(Luthfi F. K., 2018). Pemerintahan Trump telah mencapai kesepakatan kerjasama
dengan European Commission untuk bekerja sama dalam penghapusan tarif,
meningkatkan ekspor energi, mengurangi hambatan non tarif serta mengatasi
perdagangan yang tidak adil. Presiden Trump juga telah berhasil mengamankan
amandemen kunci dari perjanjian perdagangan dengan Korea Selatan untuk
memperkuat basis manufaktur AS. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998
Tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat. Dengan kuota
minimal penempatan tenaga kerja disabilitas sebesar 1 % dan ditujukan bagi seluruh
perusahaan di Indonesia , tetapi dalam proses implementasinya peraturan ini masih
belum secara efektif dilakukan. Pelatihan juga diberikan kepada penyandang
disabilitas tapi masih menggunakan paradigma tradisional ( pelatihan jahit, menyulam
dsb) (Latuconsina, 2014).

b. Perbandingan Kebijakan Kependudukan Indonesia dan Australia


 Bidang Sosial
Di Indonesia, terkait aksesibilitas dan kesetaraan pemerintah telah mengeluarkan
kebijakan terkait aksesibilitas sosial seperti UU No 4/1997 tentang penyandang
disabilitas dan PP 43/1998 tentang upaya meningkatkan kesejahteraan sosial
penyandang disabilitas. Implementasinya proses penerapan kebijakan ini masih
mengalami kendala dan hambatan. Dalam hal transportasi umum seperti bis (low
entry) telah mengalami penyesuaian sesuai dengan kebutuhan penyandang disabilitas
dan menyediakan sebanyak 300 unit bis khusus pada april 2017 (Sari, 2017).
Akantetapi masih terkendala terkait pengadaanya yang belum merata di seluruh
Indonesia. Untuk sarana transportasi lain seperti kereta api, kapal, taxi maupun motor,
belum dapat di akses secara komprehensif oleh penyandang disabilitas. Kemudian,
jalan khusus penyandang disabilitas masih terbatas dan penyediaan kotak bahasa
isyarat dalam televisi tapi hanya dilakukan pada beberapa program tv. Australia
memiliki tiga peraturan spesifik terkait aksesibilitas seperti Disability Standarts for
Accessible Public Transport 2002, Acces Building Standart 2010 dan Building
Construction Authority (BCA Code). Dan semua transportasi publik telah disesuaikan
dengan kebutuhan para penyandang disabilitas seperti bis (smartbus), taksi (taxi
subsidy scheme) dan kapal ferry. Kebijakan ini telah di implementasikan keseluruh
negara bagian di Australia. Selanjutnya, terdapat penunjuk jalan berhuruf braile
disetiap tiang lampu merah dan terdapat panduan suara disetiap tempat penyebrangan.
Penyediaan AUSLAN (Australian Language) dalam program tv dan penyediaan
“closed captioning” live/typing dalam setiap program tv. Australia juga memiliki
National Deaf TV Project khusus untuk tuna rungu.
 Bidang Ekonomi
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 Tentang Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat. Dengan kuota minimal penempatan tenaga
kerja disabilitas sebesar 1 % dan ditujukan bagi seluruh perusahaan di Indonesia ,
tetapi dalam proses implementasinya peraturan ini masih belum secara efektif
dilakukan. Pelatihan juga diberikan kepada penyandang disabilitas tapi masih
menggunakan paradigma tradisional ( pelatihan jahit, menyulam dsb) (Latuconsina,
2014). Sedangkan Australia memiliki landasan kebijakan seperti Fair Work Disability
Act 2009, menganggap dan menjadikan penyandang disabilitas sebagai subjek yang
berhak mendapat pekerjaan seperti orang pada umumnya melalui Employed Acces
Program Penyandang disabilitas diberikan training pendidikan dan pelatihan skill
khusus selama 1 tahun, kemudian pemerintah memberikan subsidi khusus kepada
perusahaan yang memperkerjakan disabilitas. dan ditanggung jawabi oleh tiga badan
pemerintahan Australia yaitu Departement of Health Family , Department of
Education Employment Training and Youth Affairs dan Departement of Social
Services.
 Bidang Politik
Kebijakan Indonesia terkait partisipasi politik seperti pemilu tertuang dalam
Peraturan KPU nomor 10 tahun 2015 diatur tentang pendataan pemilih hingga proses
pemungutan suara yang mengakomodir para penyandang disabilitas. Akantetapi
dalam ranah realisasi, Penyandang disabilitas masih terkecualikan dalam proses
pemilu. Banyak dari mereka yang tidak dapat memberikan suara ke TPU karena tidak
teraksesnya fasilitas pemilu untuk para penyandang disabilitas (Patty, 2016).
Australia memiliki kebijakan terkait hak- hak politik penyandang disabilitas (PWD)
dalam “National Disability Strategy” , memberikan mereka hak yang sama dengan
non-disability (PWOD) untuk dapat mengakses hak mereka. Australian Electoral
Commission (AEC) menyediakan berbagai layanan untuk memungkinkan orangorang
penyandang disabilitas mendaftarkan suara mereka dalam Pemilu Federal 2013
(AEC, 2013) seperti : Layanan pemungutan suara telepon untuk tuna netra atau
memiliki penglihatan rendah danYour Official Guide to the Federal Election tersedia
dalam berbagai format yang mudah diakses
 Bidang Kesehatan
Kebijakan Indonesia terkait kesehatan nasional dalam UU Nomor 40 tahun 2004,
dimana disebutkan bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju
terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur. Dalam
realisasinya, Indonesia mengeluarkan program jaminan kesehatan sosial (jamkesos)
dan menjadikan penyandang disabilitas sebagai salah satu objek penerima manfaat
dalam kebijakan tersebut. Pemerintah kemudian mengeluarkan program keluarga
sejahtera dengan orientasi pemberian Conditional Cash Transfers (CCT) berupa kartu
kesejahteraan sosial untuk penyandang disabilitas dalam kategori berat (Khafifah,
2016). Sementara itu, Australia secara spesifik mengeluarkan kebijakan terkait
pemenuhan hak penyandang disabilitas “National Disability Insurance Scheme 2013”
, dimana semua penyandang disabilitas dari segala kategori akan mendapatkan
asuransi/tunjangan dalam segala aspek kehidupan termasuk kesehatan fisik maupun
mental oleh Pemerintah Australia.

Anda mungkin juga menyukai