JURNAL NERS
Research & Learning in Nursing Science
http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners
HUBUNGAN MOTIVASI DIRI DAN DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN
DENGAN KEPATUHAN DIET PENDERITA DM TIPE 2 DI WILAYAH
KERJA UPTD PUSKESMAS BANGKINANG KOTA TAHUN 2019
Erma Kasumayanti1, Bonita Rahayu 2
Program Studi Sarjana KeperawatanUniversitas Pahlawan Tuanku Tambusai
erma.nabihan@gmail.com
Abstrak
Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu keadaan darurat kesehatan global terbesar di abad ke-21. Diabetes
mellitus merupakan penyakit keturunan atau genetik yang sulit disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan
program diet 3 J yaitu jumlah, jenis dan jadwal. Kepatuhan pasien terhadap program diet merupakan salah
satu kendala pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Kepatuhan disebabkan oleh banyak faktor salah satunya
motivasi diri dan dukungan tenaga kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah
hubungan motivasi diri dan dukungan tenaga kesehatan dengan kepatuhan diet penderita DM tipe 2 di
Wilayah Kerja Pusksmas Bangkinang Kota. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan
cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja
Puskesmas Bangkinang Kota yang berjumlah 86 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive
sampling. Pengolahan data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara motivasi diri (pvalue = 0,000) dan dukungan tenaga kesehatan (p value =
0,020) dengan kepatuhan diet penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh penderita DM tipe 2 diharapkan dapat mematuhi pola
makan yang benar menurut diet 3j, yaitu jenis, jumlah dan jadwal yang dianjurkan oleh petugas kesehatan,
penderita diharapkan menjalankan perilaku hidup sehat.
Kata Kunci: DM tipe 2, Kepatuhan Diet, Motivasi Diri,Dukungan Tenaga Kesehatan.
Abstract
Diabetes mellitus (DM) is one of the biggest global health emergencies in the 21st century. Diabetes mellitus
is a genetic or hereditary disease that is difficult to cure but can be controlled with a 3 J diet program that is
the number, type and schedule. Patient adherence to the diet program is one of the obstacles in patients with
type 2 diabetes mellitus. Compliance is caused by many factors, one of which is self-motivation and support of
health workers. The purpose of this study was to determine whether there is a relationship between self-
motivation and support of health workers with diet compliance with DM type 2 sufferers in the Work Area of
the Community Health Center of Bangkinang City. This research is a quantitative study with cross sectional
design. The sample in this study were some patients with type 2 diabetes mellitus in the work area of the City
Health Center Bangkinang, amounting to 86 people with a purposive sampling technique. Data processing
using chi-square test. The results showed that there was a significant relationship between self-motivation (p
value = 0,000) and support of health workers (p value = 0.020) with diet compliance of DM type 2 sufferers
in the Bangkinang City Health Center Work Area. The results of this study are expected to be used by people
with type 2 diabetes are expected to be able to comply with the correct diet according to diet 3j, namely the
type, amount and schedule recommended by health workers, patients are expected to carry out healthy living
behaviors.
Corresponding author :
Address : Jl. Tuanku Tambusai No. 23 Bangkinang
Email : erma.nabihan@gmail.com
Phone : 08117670308
pencegahan. Pencegahan komplikasi dan penelitian yang dilakukan oleh Yulia (2015)
keparahan yang terjadi dari penyakit DM dapat menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi
dilakukan dengan 4 pilar utama dalam kepatuhan diet antara lain pendidikan,
penatalaksanaan DM yaitu obat (terapi pengetahuan, persepsi, motivasi diri, lama
farmakologi), latihan jasmani yang teratur, menderita DM, dukungan keluarga, dan peran
perencanaan makanan (diet), dan edukasi (Perkeni, petugas kesehatan.
2015). Motivasi adalah dorongan dari dalam yang
Diet merupakan salah satu terapi utama di gambarkan sebagai harapan, keinginan, dan
penderita DM tipe 2 (Susilo, 2011). Terapi diet ini sebagainya yang bersifat menggiatkan atau
diusahakan dapat memenuhikebutuhan hidup menggerakkan individu untuk bertindak atau
penderita DM tipe 2, sehingga pelaksanaannya bertingkahlaku guna memenuhi kebutuhan
mengikuti pedoman 3J yaitu jenis makanan, (Toruan, dkk 2019). Tidak mudah mengatur pola
jumlah kalori yang dibutuhkan dan jadwal makan makan bagi penderita DM, karena pasti akan
yang harus diikuti (Perkeni, 2015). Terapi diet ini timbul kejenuhan bagi penderita DM karena menu
bertujuan untuk mempertahankan kadar glukosa yang dikonsumsi serba dibatasi sehingga
dalam darah mendekatinormal, sehingga diperlukan adanya motivasi bagi penderita untuk
mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi dapat mengontrol glukosa darah dengan cara
serius yang dapat mengancam jiwa seperti mengatur pola makan. Motivasi sangat penting
penyakit kardiovaskuler, neuropati, nefropati, dan peranannya karena dengan motivasi mampu
penyakit mata yang dapat menyebabkan retinopati membuat seseorang melakukan sesuatu untuk
dan kebutaan (IDF, 2015). mencapai tujuan yang diinginkan. Sikap perilaku
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya dalam kesehatan individu juga dipengaruhi oleh
komplikasi adalah patuh menjalankan diet (Risti motivasi dari individu untuk berperilaku yang
dan Isnaeni, 2017). Masalah yang terjadi adalah sehat dan menjaga kesehatan. Tanpa motivasi
sebagian besar penderita DM tidak patuh dalam pengaturan diet penderita DM akan
mengikuti diet yang dianjurkan. Menurut laporan mengalami ketidakpatuhan dalam mengatur pola
WHO (2013), kepatuhan rata–rata pasien pada makan sehari-hari (Nurhidayat, 2017). Selain
terapi jangka panjang terhadap penyakit kronis di motivasi diri faktor lain yang mempengaruhi
negara maju hanya sebesar 50% sedangkan di kepatuhan diet pada penderita DM adalah
negara berkembang jumlah tersebut bahkan lebih dukungan tenaga kesehatan.
rendah (Hartanto, 2016). Dukungan tenaga kesehatan dapat
Hasil penelitian dari Diabetes Control and mempengaruhi perilaku kepatuhan penderita DM.
Complication (DCCT) menunjukkan tingkat Tenaga kesehatan seperti perawat berperan sebagai
kepatuhan terhadap pengelolaan diabetes mellitus edukator dengan cara memberikan informasi yang
(DM) didapati 75% tidak mengikuti diet yang tepat pada penderita diabetes mellitus (DM)
dianjurkan. Pengendalian diabetes melitus (DM) tentang penyakit DM, memberikan pendidikan
yang baik dapat mengurangi komplikasi kronik kesehatan terkait pencegahan agar tidak terjadi
DM antara 20-30% (DCCT, 2008 dalam Hartanto, komplikasi yang berlanjut, pengobatan ke
2016). Hasil dari Rikesda tahun 2013 panderita dan memberikan pendidikan kesehatan
menunjukkan masih banyak penderita DM di tentang bagaimana pengelolaan diabetes mellitus
Indonesia tidak patuh dalam menjalankan diet yang benar sehingga dapat memotivasi penderita
yang dianjurkan bisa terlihat dari 53,1% masih DM (Ilmah dan Rochmah, 2015).
mengkonsumsi makan/minuman manis lebih dari Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan
1x/hari,26,2% masih mengkonsumsi bisa berupa instruksi tentang bagaimana diet yang
makanan/minuman asin lebih dari 1x/hari, benar pada penderita DM, pemahaman penderita
dan40,7% masih mengonsumsi makanan/minuman tentang instruksi diet akan mempengaruhi tingkat
berlemak lebih dari 1x/hari. Ketidakpatuhan ini kepatuhan penderita DM begitu juga sebaliknya,
selalu menjadi hambatan untuk tercapainya usaha jika penderita tidak paham akan instruksi tenaga
pengendalian DM (Infodatin, 2014). kesehatan maka penderita akan tidak mematuhi
Suatu pengobatan, sangat dipengaruhi oleh anjuran diet tersebut. Pada pengelolaan DM tenaga
kepatuhan penderita DM untuk menjaga kesehatan berperan sebagai komunikator dan
kesehatannya. Dengan kepatuhan yang baik, penderita sebagai penerima pesan. Komunikasi
pengobatan secara primer maupun sekunder dapat tenaga kesehatan berupa komunikasi yang efektif
terlaksana secara optimal dan kualitas kesehatan cara penyampaian pesan kepada penderita DM
bisa tetap dirasakan. Banyak faktor yang supaya paham, kemudahan pesan yang diterima
mempengaruhi kepatuhan diet. Hasil penelitian oleh penderita dan instruksi dengan bahasa yang
Nurhidayat (2017) menunjukkan faktor yang sederhana sehingga penderita DM hafal (Ilmah dan
mempengaruhi kepatuhan diet pada penderita DM Rochmah, 2015).
adalah pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, Berdasarkan studi pendahuluan yang
dan dukungan tenaga kesehatan. Sedangakan hasil dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara
pada 10 orang pasien DM yang rawat jalan di dengan Variabel Dependent (kepatuhan diet DM)
Puskesmas Bangkinang Kota, bulan April 2019. diteliti dalam waktu bersamaan.
Dari 10 orang yang berobat ke poli Puskesmas
adalah penderita DM tipe 2 terdapat 4 pasien
(40%) patuh menjalankan diet DM, pasien Lokasi dan Waktu Penelitian
mengatakan selalu menjaga pola makan dan Lokasi penelitian dilakukan di Wilayah
mematuhi diet yang dianjurkan oleh dokter, Pasien Kerja Puskesmas Bangkinang Kota, Kecamatan
memiliki motivasi tinggi terhadap kesembuhan Bangkinang Kota, Kabupaten Kampar pada
penyakit yang dideritanya, sehingga pasien tanggal 9 Juli s/d 15 Juli 2019.
menjalankan diet yang dianjurkan. Pasien juga
mengatakan bahwa tenaga kesehatan memberikan Populasi Penelitian
penyuluhan mengenai perencaan makan atau diet, Populasi adalah keseluruhan objek yang
sehingga menambah pengetahuan pasien tentang akan diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam
penyakitnya. Dan dari 10 orang pasien terdapat 6 penelitian ini adalah semua penderita DM tipe 2 di
pasien (60%) tidak patuh manjalankan diet yang Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota yaitu
di anjurkan, Pasien memiliki motivasi diri kurang sebanyak 617 orang.
dalam menjalankan diet, pasien mengatakan
walaupun sudah mengerti tentang diet yang harus Sampel
dijalaninya, tetapi masih tetap memakan makanan Sampel bagian dari jumlah dan karakteristik
selain diet yang diberikan, alasannya karena pasien yang memiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,
merasa bosan dan jenuh. Pasien lebih percaya 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah
hanya dengan mengonsumsi obat-obatan dapat penderita DM tipe 2 yang di Wilayah Kerja
mengontrol kadar gula darah dan tidak perlu Puskesmas Bangkinang Kota. Jumlah sampel
adanya pengaturan dalam makan. Pasien dalam penelitian ini adalah sebanyak 86 orang.
mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan Teknik pengambilan sampel dalam
melalui penyuluhan kesehatan mengenai diet DM, penelitian ini menggunakan teknik purposive
namun pasien menyatakan bahwa hal tersebut sampling. Pusposive sampling yaitu pengambilam
tidak membuat mereka benar-benar memahami sampel secara purposive didasarkan pada suatu
manfaat dari penatalaksanaan DM salah satunya pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
diet, sehingga membuat penderita tidak mematuhi sendiri, ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah
anjuran dan rekomendasi dari tenaga kesehatan diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012).
khususnya perawat.
Berdasarkan wawancara dengan seorang Alat Pengumpulan Data
tenaga kesehatan di Puskesmas Bangkinang Kota, Dalam penelitian ini untuk membantu
mengatakan bahwa program pengelolaan DM di pengumpulan data, instrumen yang digunakan ada
Puskesmas Bangkinang Kota meliputi pengelolaan 4 kuesioner. Kuesioner untuk melihat karakteristik
farmakologis yaitu pemberian obat hipoglikemik responden.Kuesioner motivasi diri menjalani diet
oral dan insulin.Pengelolaan nonfarmakologis DM terdiridari 8 item pertanyaan menggunakan
meliputi penyuluhan kesehatan tentang skala guttman. Uji validitas dan reabilitas
pengelolaan DM mengenai perencanaan makan kuesioner motivasi diri ini telah dilakukan dalam
atau diet. Penyuluhan langsung di berikan oleh penelitian Lestari (2012). Hasil Alpha Cronbach :
dokter dan perawat pada saat pasien berkunjung 0,733.Kuesioner dukungan tenaga kesehatan berisi
ke Puskesmas. 5 item pernyataan menggunakan skala guttman.Uji
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik validitas dan reabilitas kuesioner telah dilakukan
meneliti “Hubungan motivasi diri dan dalam penelitian Nurhidayat (2017). Hasil Alpha
dukungan tenaga kesehatan dengan kepatuhan Cronbach : 0,797.
diet penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Kuesioner kepatuhan diet DM terdiri dari 20 item
UPTD Puskesmas Bangkinang Kota”. pernyataan menggunakan skala likert.Kuesioner
terdiri dari pernyataan tentang jenis makanan (8
METODE PENELITIAN item), jumlah kalori (7 item), dan jadwal makan (5
Desain Penelitian item). Uji validitas dan reabilitas kuesioner
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik kepatuhan diet DM ini telah dilakukan dalam
kuantitatif dengan pendekatan deskriptif penelitian Rasmadi (2018). Hasil Alpha Cronbach
corelational. Dengan rancangan cross sectional :0,966.
merupakan rancangan penelitian dengan
melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat Analisa Data
bersamaan (sekali waktu) antara faktor resiko atau Analisis data dalam penelitian dilakukan
paparan dengan penyakit (Hidayat, 2011). dengan menggunakan program komputer dimana
Dimanadalampenelitianinivariable independent akan dilakukan 2 macam analisis data, yaitu
(motivasi diri dan dukungan tenaga kesehatan) analisis univariat dan analisis bivariat.
Total 86 100%
Sumber: Penyebaran kuesioner
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari tabel 2 di atas didapat bahwa
AnalisaUnivariat kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 di
Analisa data dilakukan secara univariat yaitu Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota,
dengan menilai persentase data yang dikumpulkan sebagian besar tidak patuh menjalani diet
dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi jenis dengan jumlah 47 orang (54,7%).
kelamin, usia, pendidikan terakhir, lama menderita
penyakit DM, kepatuhan diet, motivasi diri dan 3. Motivasi Diri
dukungan tenaga kesehatansebagaiberikut: Distribusifrekuensimotivasidiridapatdilihatpad
a tabel berikut:
1. Karakteristik Responden
Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Motivasi Diri Penderita
Tabel 1: Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakterisitik DMTipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas
Penderita DM Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota Tahun 2019
Bangkinang Kota Tahun 2019 No Motivasi Diri Frekuensi Persentase (%)
No Karakteristik Frekuensi Presentase 1. Motivasi diri 42 48,8%
(%)
1. tinggi
Jenis kelamin 33 38,4% 2. Motivasi diri 44 51,2%
a. Laki-laki rendah
b. Perempuan 53 61,1%
Total 86 100% Total 86 100%
Sumber: Penyebaran kuesioner
2. Usia Dari tabel 3 di atas didapat bahwa
a. 36-45 tahun 15 17,4%
b. 46-55 tahun 46 53,5% motivasi diripenderita DM tipe 2 di Wilayah
c. 56-65 tahun 25 29,1% Kerja Puskesmas Bangkinang Kota, sebagian
Total 86 100% besar memiliki motivasi diri rendah dengan
3. Pendidikan
a. SD 12 14,0% jumlah 44 orang (51,2%).
b. SMP 23 26,7%
c. SMA 34 39,5%
d.Perguruan tinggi 17 19,8%
4. Dukungan Tenaga Kesehatan
Total 86 100% Distribusifrekuensidukungantenagakesehatand
4. Pekerjaan apatdilihatpada tabel berikut:
a. IRT 40 46,5%
b. Wiraswasta 30 34,9% Tabel 4: Distribusi Frekuensi Dukungan Tenaga
c. PNS 15 17,4% Kesehatan pada Penderita DM Tipe 2 di
d.Pensiunan PNS 1 1,2%
Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota
Total 86 100%
5. Lama menderita DM Tahun 2019
a. >5 Th 36 41,9% No Dukungan Tenaga Frekuensi Persentase
b. ≤5 Th 50 58,1% Kesehatan (%)
Total 86 100% 1. Dukungan tenaga 56 65,1%
kesehatan baik
Sumber: Penyebaran kuesioner 2. Dukungan tenaga 30 34,9%
Dari tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa dari kesehatan kurang
86 penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Total 86 100%
Puskesmas Bangkinang Kota, sebagian besar Sumber: Penyebaran kuesioner
berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 56 Dari tabel 4 di atas didapat bahwa
orang (61,1%), sebagian besar berada pada rentang dukungan tenaga kesehatan pada penderita
usia 46-55 tahun dengan jumlah 46 orang (53,5%), DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas
sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SMA Bangkinang Kota, sebagian besarmendapat
dengan jumlah 34orang (39,5%), sebagian besar dukungan tenaga kesehatan baik dengan
pekerjaan IRT dengan jumlah 40 orang (46,5%), jumlah 56 orang (65,1%).
dan sebagian besar menderita penyakit DM tipe 2
≤5 tahun dengan jumlah 50 orang (58,1%). Analisa Bivariat
tinggi ingin sembuh dari penyakitnya yang tipe 2. Hal ini terjadi akibat penuaan yang dapat
bisadikendaliakandenganpengaturanmakan. menyebabkan menurunnya sensitifitas insulin dan
Kepercayaan atau keyakinan, sikap dan penurunan fungsi tubuh terhadap aktivitas
kepribadian juga sangat berpengaruh kepada metabolisme glukosa didalam darah. Tarwoto
kepatuhan penderita dalam pelaksanaan diet (2016 dan Toruan, dkk 2018) menyatakan bahwa
karena faktor tersebut adalah faktor internal dalam DM tipe 2 banyak terjadi pada usia dewasa lebih
diri seseorang. Orang yang memiliki kepribadian dari 45 tahun karena berkembang lambat dan
yang pesimis akan mudah menyerah dalam terkadang tidak terdeteksi, namun bila kadar gula
menghadapi pengobatan serta pengaturan makan darah tinggi baru dapat dirasakan tanda dan gejala
karena merasa bahwa pengobatan tersebut sangat seperti kelemahan, poliuri, polidipsi, dan
sulit dilakukan. Karena itu, untuk orang yang gangguan penglihatan, sehingga banyak orang
memiliki kepribadian yang pesimis serta sikap mengetahui bahwa mereka terkena DM tipe 2
yang negatif sangat membutuhkan dukungan dari setelah usia lanjut.
luar seperti dukungan sosial dan dukungan Hasil penelitian juga menyatakan bahwa sebagian
keluarga (Niven, 2002 dalam Toruan, dkk 2018). responden dengan usia rentang usia 56-60 tahun
Menurut asumsi peneliti kepatuhan cenderung tidak mengetahui tanda gejala DM.
penderita DM tipe 2 dalam penelitian ini juga Didapatkan bahwa responden sering lupa
dipengaruhi oleh karakterisitik responden. Salah mengenai penatalaksanaan DM. Hal ini
satunya dipengaruhi oleh jenis kelamin. Hasil dikarenakan faktor usia tersebut rentan untuk
penelitian didapatkan bahwa persentase jenis mengalami penurunan fungsi kognitif dalam
kelamin responden terbanyak adalah jenis kelamin mengingat apa saja anjuran yang telah diberikan
perempuan yaitu sebanyak 53 responden (61,1%), oleh petugas kesehatan terhadap program diet
sedangkan responden jenis kelamin laki-laki sehingga perlu adanya dukungan dari keluarga
sebanyak 33 responden (38,4%). Beberapa hasil untuk membantu mengingatkan pasien. Hal ini
penelitian menunjukkan bahwa angka kejadian sejalan dengan penelitian Hestiana (2017) terdapat
DM pada perempuan lebih banyak dibandingkan hubungan usia dengan kepatuhan pengelolaan diet,
laki-laki. nilai p value (0,01).
Jenis kelamin merupakan kualitas yang Ketidakpatuhan dapat mendatangkan
menentukan individu itu laki-laki dan perempuan konsekuensi beberapa konsekuensi yang harus
yang menyatakan perbedaan secara anatomis ditanggung individu. Beberapa konsekuensi yang
fisiologis pada manusia menyebabkan perbedaan harus ditanggung individu mungkin tidak
struktur tingkah laku dan struktur aktivitas antara dirasakan secara langsung, namun dampak serius
pria dan wanita. Prilaku kesehatan antara pria dan akibat sikap tidak patuh mampu memberikan efek
wanita pada umumnya wanita lebih dikemudian hari. Rendahnya tingkat kepatuhan
memperhatikan dan peduli pada kesehatan mereka pasien dan keyakinan tentang penyakit, motivasi
dan lebih sering menjalani pengobatan untuk mengolahnya, kepercayaan tentang
dibandingkan pria. kemampuan untuk terlibat dalam perilaku
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor manajemen penyakit dan harapan mengenai hasil
yang mempengaruhi prilaku kesehatan, termasuk pengobatan serta konsekuensinya dari
dalam pola makan. Wanita lebih sering ketidakpatuhan berinteraksi untuk mempengaruhi
menggunakan fasilitas kesehatan dari pada laki- kepatuhan dengan cara yang belum sepenuhnya
laki dan wanita sering berpartisipasi dalam dipahami (Pujiastuti, 2016).
pemeriksaan kesehatan (Kusumawati, 2014). Hal
ini sejalan dengan penelitian Hestiana (2017) 2. Hubungan Motivasi Diri Dengan
terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan Kepatuhan Diet PenderitaDM Tipe 2 di
kepatuhan dalam pengelolaan diet, nilai p value Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang
(0,01). Kota Tahun 2019
Selain itu usia juga mempengaruhi tingkat Dari hasil penelitian ini, diketahui terdapat
kepatuhan responden. Berdasarkan hasil penelitian hubungan yang signifikan antara motivasi diri
ini didapatkan bahwa usia terbanyak adalah pada dengan kepatuhan diet penderita DM tipe 2 di
kelompok rentang usia lansia awal(46-55 tahun) Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota tahun
yaitu sebanyak 46 responden (53,5%), selanjutnya 2019. Hasil analisa statistik diperoleh nilai
pada kelompok rentang usia (56-65 tahun) yaitu signifikan p value = 0,000 (p value ≤ α 0.05).
sebanyak 25 responden (29,1%), dan paling Berdasarkan hasil tabulasi silang (crosstabs)
sedikit pada rentang usia (36-45 tahun) yaitu menunjukkan bahwa dari 42 responden dengan
sebanyak 15 responden (17,4%). Hasil penelitian motivasi diri tinggi terdapat 10 responden (23,8%)
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh yang tidak patuh menjalankan diet. Sedangkan dari
Kurniawaty dan Yanita (2016) yang menunjukkan 44 responden dengan motivasi diri rendah terdapat
bahwa responden yang memiliki umur >50 tahun 7 responden (15,9%) yang patuh menjalankan diet.
cenderung berisiko untuk terkena penyakit DM
Menurutasumsi peneliti penderita DM tipe 2 penderita tidak patuh menjalankan diet disebabkan
dengan motivasi diri tinggi tidak patuh kurangnya keyakinan dalam diri penderita dengan
menjalankan diet, responden memiliki keinginan pengaturan makan dirumah dan kebiasaan makan
tinggi untuk sembuh dari penyakitnya dan ingin dikeluarga yang tidak sesuai dengan diet yang
hidup sehat, namun merasa sulit menjalankan diet. dianjurkan.
Responden menggangap bahwa diet tidak efektif Penderita DM tipe 2 dengan dukungan
untuk menurunkan kadar gula darah, sehingga tenaga kesehatan kurang yang patuh menjalankan
sering mengabaikan pola konsumsi makanan. Hal diet, berdasarkan hasil penyebaran kuesioner
ini didukung dengan hasil penyebaran kuesioner didapatkan bahwa kurangnya perhatian yang
penelitian, di dapat hasil bahwa responden diberikan oleh petugas kesehatan. Responden
menjawab pertanyaan tentang kesulitan memiliki kesadaran dari diri ingin mengetahui
menjalankan diet terdapat sebanyak 60 responden tentang penyakit dan mencari informasi sendiri.
(60%). Keinginan yang tinggi penderita untuk hidup sehat
Dorongan dan motivasi memegang peranan sehingga menjalani diet bagi diabetis Seseorang
penting karena motivasi berisikan perilaku, dengan keyakinan yang baik akan keberhasilan
perubahan pola makan bagi penderita DM terapi yang dijalani, maka akan meningkatkan
didasarkan pada keinginanan pasien untuk sembuh kepatuhan pasien dalam menjalani terapi yang
dan mengurangi risiko komplikasi akibat dilakukukan.
menderita DM sehingga mereka termotivsi untuk Menurut Niven (2002, dalam Nurhidayat,
mengikuti progaram diet yang dianjurkan (Bertalin 2017) menyatakan bahwa dukungan tenaga
dan Purnama, 2017). kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan
Menurut asumsi penelitian penderita DM kepatuhan, seperti teknik komunikasi yang baik.
tipe 2 yang memiliki motivasi diri rendah patuh Komunikasi sangat penting dalam melakukan
menjalankan diet dikarenakan kurangnya dorongan pelayanan kepada pasien, kesediaan dalam
dari dalam diri penderita serta kurangnya dorongan memberikan penjelasan, menawarkan alternatif
keluarga lainnya untuk menjalankan diet. yang dapat membantu pasien dalam memenuhi
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian kebutuhannya dan petugas yang tanggap terhadap
Toruan, dkk (2018), terdapat hubungan signifikan kebutuhan pasien (Wahyuningsih, 2009 dalam
antara motivasi diri dengan kepatuhan diet p value Ilmah dan Rochma, 2015).
=0,010. Penderita DM tipe 2 yakin apabila Hal ini sejalan dengan penelitian Nurhidayat
mematuhi diet yang dianjurkan dengan mengatur (2017) terdapat hubungan signifikan antara
menu makanan sehari-hari tubuh mereka akan dukungan tenaga kesehatan dengan kepatuhan
merasa lebih baik dan merasa kadar gula darah menjalankan diet nilai p value (0,024). Hal ini
sudah terkontrol. dikarenakan interaksi antara petugas kesehatan
dan pasien akan menimbulkan pemahaman
3. Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan terhadap kepentingan pengobatan apabila dalam
Dengan Kepatuhan DietPenderita DM Tipe konsultasi yang dilakukan. Petugas ksehatan
2 Di Wilayah Kerja Puskesmas memberikan perhatian yang penuh kepada pasien
Bangkinang Kota Tahun 2019 sehingga akan memberikan perasaan aman dan
Dari hasil penelitian ini, diketahui terdapat kenyamanan batin.
hubungan yang signifikan antara dukungan tenaga
kesehatan dengan kepatuhan diet penderita PENUTUP
diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja Kesimpulan
Puskesmas Bangkinang Kota tahun 2019. Hasil Berdasarkan pada hasil penelitian dan
analisa statistik diperoleh nilai signifikan p value pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
= 0,020 (p value ≤ α 0.05), 1. Tingkat kepatuhan penderita DM tipe 2 di
Berdasarkan hasil tabulasi silang Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota
(crosstabs) menunjukkan bahwa dari 56 sebagian besar tidak patuh diet terdapat 47
responden dengan dukungan tenaga kesehatan responden.
baik terdapat 25 responden (44,6%) yang tidak 2. Motivasi diri penderita DM tipe 2 di Wilayah
patuh menjalankan diet. Sedangkan dari 30 Kerja Puskesmas Bangkinang Kota sebagian
responden dengan dukungan tenaga kesehatan besar dengan motivasi diri rendah terdapat 44
kurang terdapat 8 responden (26,7%) yang patuh responden.
menjalankan diet. 3. Dukungan tenaga kesehatan terhadap
Menurut asumsi peneliti penderita DM tipe 2
dengan dukungan tenaga kesehatan baik tetapi
4. penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja 5. Terdapat hubungan motivasi diri dengan
Puskesmas Bangkinang Kota sebagian besar kepatuhan diet penderita DM tipe 2 di
dengan dukungan tenaga kesehatan baik Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota
terdapat 56 responden. dengan nilai signifikan p value = 0,000 dan