Anda di halaman 1dari 12

Satuan Acara Penyuluhan Gastritis

Disusun dalam rangka memenuhi tugas keperawatan Gerontik

Di susun oleh:

ARAFIK, S.Kep
14420211067

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA 2022
A. Latar Belakang
Gastritis merupakan peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronis,
difus dan lokal. Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superfisial
akut dan gastritis atropik kronis (Amin Hardi, 2015). Gastritis adalah penyakit
yang disebabkan oleh meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan
inflamasi atau peradangan yang mengenai mukosa lambung (Khanza, et al.,
2017).
Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial. Gastroenteristis akut
yang ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus muntah-muntah yang
berakibat kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit (Kriswantoro, Munawaroh, & Ririn, 2020).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan keluarga mampu
memahami dan mengerti tentang gastritis.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang gastritis,
diharapkan lansia dapat:
a. Menjelaskan pengertian
b. Menyebutkan penyebab
c. Menyebutkan tanda dan gejala
d. Menyebutkan upaya pencegahan
e. Menjelaskan kenapa hipertensi harus di cegah
C. Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Rabu, 25 Mei 2022

Jam : 10.00-selesai

Tempat : RT 08 RW 03 Kelurahan Bungkutoko, Kecamatan Nambo

Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (10


menit) Pelaksanaan (20 menit) Evaluasi (15 menit)

Penutup (5 menit)
Materi Penyuluhan : Terlampir
Metode Penyuluhan : Ceramah dan Tanya
jawab Media : Leaflet

D. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan
No Waktu Sasaran Media
Kegiatan Penyuluhan
1 Pembuka 10 1. Mengucapkan 1. Menjawab Kata-kata
menit salam salam atau
2. Memperkenalkan 2. Mendengarka kalimat
diri n dan
3. Menyampaikan menyimak
tentang tujuan 3. Bertanya

pokok materi mengenai


4. Meyampakaikan perkenalan
pokok dan tujuan
pembahasan jika ada yang
5. Kontrak waktu kurang jelas
2 Pelaksanaan 25 1. Menjelaskan 1. Mendengarka n 2. Leaflet
menit pengertian dan menyimak
gastritis
2. Menjelaskan
penyebab
gastritis
3. Menjelaskan
tanda dan gejala
gastritis
4. Menjelaskan
faktor resiko
gastritis
5. Menjelaskan
upaya
pencegahan
gastritis
3 Evaluasi 15 1. Menyimpulkan 1. Bertanya kata-kata
menit inti penyuluhan. mengenai / kalimat
2. Menyampaikan hal- hal yang
secara singkat belum jelas
materi dan
penyuluhan. dimengerti
3. Memberi
kesempatan
kepada lansia
untuk bertanya.
kesempatan
kepada peserta
untuk menjawab
pertanyaan yang
dilontarkan
5 penutup 5 1. Menyimpulkan 1. Mengucap kata-kata
menit materi salam / kalimat
penyuluhan yang
telah
disampaikan.
2. Menyampaikan
terimakasih atas
perhatian dan
waktu yang telah
di berikan kepada
peserta
3. Mengucapkan
salam

E. Evaluasi
Evaluasi Diharapkan keluarga mampu :
1. Menjelaskan pengertian Hipertensi
2. Menyebutkan penyebab Hipertensi
3. Menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi
4. Menyebutkan cara pencegahan /Pengobatan Hipertensi
5. Menjelaskan Kenapa hipertensi harus di cegah
MATERI PENYULUHAN
A. Definisi
Gastritis merupakan peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronis, difus
dan lokal. Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superfisial akut dan gastritis
atropik kronis (Amin Hardi, 2015). Gastritis adalah penyakit yang disebabkan oleh
meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan inflamasi atau peradangan yang
mengenai mukosa lambung (Khanza, et al., 2017).
Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan erosi pada bagian superficial. Gastroenteristis akut yang ditandai dengan
diare dan pada beberapa kasus muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan elektrolit
yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Kriswantoro,
Munawaroh, & Ririn, 2020).

B. Klasifikasi
Menurut jenisnya gastritis dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan peradangan mukosa lambung yang menyebabkan
perdarahan lambung akibat terpapar pada zat iritan dan merupakan suatu penyakit
yang mudah ditemukan, biasanya bersifat jinak dan dapat disembuhkan (Suratum,
2010)
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
bersifat menahun, yang disebabkan oleh ulkus atau bakteri helicobacter pylori.
Gastritis kronis cenderung terjadi pada usia muda yang menyebabkan penipisan dan
degenerasi dinding lambung

C. Etiologi
1. Pemakaian obat anti inflamasi
Pemakaian obat anti inflamasi nonsteroid seperti aspirin, asam mefenamat,
aspilet dalam jumlah besar. Obat anti inflamasi non steroid dapat memicu kenaikan
produksi asam lambung, karenaterjadinya difusi balik ion hidrogen ke epitel lambung.
Selain itu jenis obat ini juga mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel mukosa
karena bersifat iritatif dan sifatnya yang asam dapat menambah derjat keasaman pada
lambung (Sukarmin, 2013).
2. Konsumsi alkohol
6
Asam nikotinat pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus yang
berkontribusi pada penyempitan pembuluh darah sehingga suplai darah ke lambung
mengalami penurunan.Penurunan ini dapat berdampak pada produksi mukosa yang
salah satu fungsinya untuk melindungi lambung dari iritasi.Selain itu CO yang
dihasilkan oleh rokok lebih mudah diikat Hb dari pada oksigen sehingga
memungkinkan penurunan perfusi jaringan pada lambung.Kejadian gastritis pada
perokok juga dapat dipicu oleh pengaruh asam nikotinat yang menurunkan
rangsangan pada pusat makan, perokok menjadi tahan lapar sehingga asam lambung
dapat langsung mencerna mukosa lambung bukan makanan karena tidak ada makanan
yang masuk (Rahayuningsih, 2010).
3. Infeksi sistemik
Pada infeksi sistemik toksik yang dihasilkan oleh mikroba akan merangsang
peningkatan laju metabolik yang berdampak pada peningkatan aktivitas lambung
dalam mencerna makanan. Peningkatan HCl lambung dalam kondisi seperti ini dapat
meicu timbulnya perlukaan pada lambung.
4. Infeksi mikroorganisme
Koloni bakteri yang menghasilkan toksik dapat merangsangpelepasan gastrin dan
peningkatan sekresi asam lambung seperti bakteri Helycobacter pylori. (Mutaqqin dan
Sari, 2013)
5. Stress fisik
Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat dan refluks ususlambungTanda
Dan Gejala Penyakit Gastritis
6. Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman dengan
kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen penyebab iritasi mukosa
lambung. (Mutaqqin dan Sari, 2013)
7. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu dari usus kecil ke mukosa
lambung sehingga menimbulkan respon peradangan mukosa. (Mutaqqin dan Sari,
2013).

D. Manifestasi Klinis
1. Gastritis akut :
a. Nyeri epigastrum, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa
lambung.
b. Mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul.
7
Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung yang mengakibatkan
mual hingga muntah.
c. Perut kembung dan anoreksi (Amin Hardi 2015)
2. Gastrittis kronik : Pada pasien gastritis kronis umunya bersifat asimtomatik. Hanya
sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nause dan pada pemeriksaan fisik
tidak ditemukan kelainan.

E. Patofisiologi
Patofisiologi dari Gastroenteritis adalah meningkatnya motalitas dan cepatnya
pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan
dan elektrolit yang berlebihan, cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari
rongga ekstra seluler kedala tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit
dan dapat terjadi asidosis metabolik.
GE yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan toksinbakteri
terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa intestinal mengalami
iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan
merusak sel mukosa intestinal sehingga mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan
kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbs cairan dan elektrolit. Peradangan akan
menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-
bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan motalitas intestinal
dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal sehingga akan terjadi dehidrasi dan
hilangnya nutrisi dan elektrolit (Ardiansyah, 2015).
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya GE meliputi hal – hal berikut yaitu:
1. Gangguan Osmotik.
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh mukosa usus
akan menyebabkan peningkatan tekanan osmotic dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul GE.
2. Gangguan sekresi akibat respon inflamasi mukosa (misalnya toksin)
Pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam
rongga usus sebagai reaksi dari enterotoxic dari infeksi dalam usus dan selanjutnya
timbul GE karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motalitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul GE. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun

8
akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya bisa timbul GEjuga.
Dari ketiga mekanisme diatas GE dapat menyebabkan :
a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)
b. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran berlebihan)
c. Hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah (Kriswantoro, Munawaroh, & Ririn,
2020).

F. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Gastroenteritis adalah :
1. Hipokalemia (dengan gejala matiorisme hipotonic otot lemah bradikardi
perubahan elektrokardiogram).
2. Cardiac dysrhythimia akibat hipokalemia dan hipokalsemi
3. Hiponatermi
4. Syok Hipovolemik
5. Asidosis Dehidrasi (Ramanda, Felisitas, & Widi, 2019).

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan pununjang gastroenteritis adalah :
1. Riwayat alergi pada obat – obatan atau makanan
2. Pemeriksaan intubasi duodenum.
3. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.

4. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.

5. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis, PH dan kadar gula juga ada
intoleransi gula, biakkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji retensi
terhadap berbagai antibiotik.
6. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit terutama
Na, K, Ca, P Serum pada GE yang disertai kejang
7. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal
8. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kualitatif terutama pada GE kronik

9
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis pada pasien diaremeliputi: pemberian cairan, dan
pemberian obat-obatan. Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatikan
derajat dehidrasinya dan keadaan umum (Abdullah, Almuhardi, & Antoni, 2020).
1. Pemberian cairan Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di
berikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan
glukosa untuk diare akut.
2. Cairan Parenteral sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan
sesuai dengan kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya
cairan setampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikan
tergantung berat / ringan dehidrasi, yang di perhitungkan dengan kehilangan
cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
a. DehAZidrasi Ringan 1 jam pertama 25 –50 ml / kg BB / hari,
kemudian 125 ml / kg BB /oral.
b. Dehidrasi sedang1 jam pertama 50 –100 ml / kg BB / oral kemudian
125 ml / kg BB /hari.
c. Dehidrasi berat1jampertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB
/ menit(inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB
oralit peroral.
3. Obat-obatan. Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang
melalui tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dsb).
a. Obat anti sekresi Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum
30 mg.Klorrpomozin, dosis 0,5 –1 mg / kg BB / hari.
b. Obat spasmolitik, umumnya obat spasmolitik seperti
papaverinekstrak beladora, opium loperamia tidak di gunakan untuk
mengatasi diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin,
pectin,charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare
sehingga tidak diberikan lagi.
c. Antibiotic umumnya tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 –50 mg /kg
BB / hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakitseperti
OMA, faringitis, bronchitis / bronkopeneumonia (Ardiansyah, 2015).

10
Pencegahan yang bisa dilakukan :
a. Hindari minum alkohol karena dapat mengiritasi lambung sehingga terjadi
inflamasi dan perdarahan
b. Hindari merokok karena dapat menganggu lapisan dinding lambung
sehinggalambung lebih mudah mengalami gastritis dan ulkus. Dan rokok
dapat meningkatkan asam lambung dan memperlambat penyembuhan tukak
c. Atasi stress sebaik mungkin
d. Makan makanan yang kaya akan buah dan sayur, namun hindari sayur dan
buah yang bersifat asam ( misal jeruk, lemon, grapfruit, nanas dan tomat)
e. Jangan berbaraing setela makan untuk menghindari refluks (aliran balik)
asam lambung
f. Berolahraga secara teratur untuk membantu mempercepat aliran makanan
melalui usus
g. Bila perut mudah mengalami kembung (banyak gas) untuk sementara waktu
kurang konsumsi makanan tinggi serat
h. Makan porsi sedikit tapi sering (tidak banyak), berupa makanan lunak dan rendah
lemak, makan secara perlahan dan rileks. (Amin Hardi 2015)

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Almuhardi, I., & Antoni. (2020). Aktivitas Antibakteri Actinomycrtes Desa
Cempaka Kapuas Hulu Kalimantan Barat Terhadap Enteropatogenik
Gastroenteritis. 13 (1).
Ardiansyah. (2015). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: Diva Press.
Kriswantoro, A., Munawaroh, S., & Ririn. (2020). Studi Literatur Asuhan Keperawatan
Gastroenteritis Pada Anak Dengan Masalah Hipovolemia. Health Sciences
Journal , 5 (1), 30-34.
PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Dewan Pengrus PPNI.
Jakarta.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Dewan Pengurus PPNI.
Jakarta.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Dewan Pengurus PPNI.
Jakarta
Ramanda, E., Felisitas, & Widi. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien
Gastroenteritis Dengan Masalah Defisit Volume Cairan Di RS Pantai Waluya
Malang.

12

Anda mungkin juga menyukai