Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUBUNGAN INDUSTRIAL

Disusun Oleh :

Rima Anggraini 061930200024


Dio Novaldo 061930200439
Ilham Fajri nurohman 061930200442
Joevanka Herdova 061930200444
Muhammad Alfiano rivaldy 061930200446
Muhammad khatami Azhar 061930200449

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK SRIWIJAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangu untuk kesempurnaan makalah ini.

Palembang, November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Hal.

Kata Pengantar ........................................................................................................................i

Daftar Isi .................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1


1.2 Batasan Masalah ..........................................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hubungan Industrial ...................................................3


2.1.1 Pengertian Hubungan Industrial ......................................................................3
2.1.2 Pengertian Perselisihan Hubungan Industrial .................................................3
2.1.3 Dasar Hukum Hubungan Industrial..................................................................
3
2.2 Cara Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial .................................................4
2.3 Contoh Perselisihan Hubungan Industrial ..................................................................6

BAB III PENUTUP

Daftar Pustaka ........................................................................................................................9

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Upaya menciptakan hubungan industrial yang selaras, serasi dan harmonis, maka
perlu dikembangkan keseimbangan antara kepentingan pekerja buruh, pengusaha, dan
pemimpin, karena ketiga komponen tersebut mempunyai masing-masing kepentingan,
yaitu: untuk pekerja/buruh perusahaan merupakan tempat untuk bekerja sekaligus sebagai
sumber penghasilan dan penghidupan diri beserta keluarganya. Untuk pengusaha,
perusahaan adalah wadah untuk mengeksploitasi modal guna mendapat keuntungan yang
sebesar-besarnya. Untuk pemerintah perusahaan merupakan bagian dari kekuatan
ekonomi yang menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Timbulnya perbedaan pendapat atau pandangan maupun pengertian antar pihak
pekerja dan pengusaha terhadap hubungan kerja, syarat-syarat kerja dan kondisi kerja,
akan menimbulkan Perselisihan Hubungan Industrial, bahkan sampai akhirnya terjadi
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Bahwa masalah ketenagakerjaan tidak semata-mata
bersifat perdata, tetapi juga mempunyai sifat pidana, bahkan ada segi politik praktisnya.
Hal ini dapat kita lihat dari peraturan-peraturan ketenagakerjaan, dimana dibuat ancaman
hukuman bagi yang melanggar peraturan tersebut, dimana masalah ketenagakerjaan
sangat sensitif baik nasional bahkan internasional.
Terjadinya perselisihan diantara manusia merupakan masalah yang lumrah karena
telah menjadi kodrat manusia itu sendiri. Oleh karena itu, yang penting dilakukan adalah
cara mencegah atau memperkecil perselisihan tersebut atau mendamaikan kembali
mereka yang berselisih. Perselisihan perburuhan juga terjadi sebagai akibat wanprestasi
yang dilakukan pihak buruh atau oleh pihak pengusaha. Keinginan dari salah satu pihak
(umumnya pekerja) tidak selalu dapat dipenuhi oleh pihak lainnya (pengusaha), demikian
pula keinginan pengusaha selalu dilanggar atau tidak selalu dipenuhi oleh pihak buruh
atau pekerja.
Perselisihan hubungan industrial merupakan salah satu faktor penghambat bagi
terciptanya suatu hubungan yang harmonis dalam dunia ketenagakerjaan. Hubungan
industrial sendiri terbentuk antara pekerja dan pengusaha dalam memproduksi barang dan

1
jasa. Terdapat beberapa permasalahan yang sering muncul terkait permasalahan
perselisihan hubungan industrial yaitu bagaimana menciptakan hubungan industrial yang
harmonis. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan
perselisihan hubungan industrial di luar pengadilan yaitu dengan cara bipartite,mediasi,
industrial yang harmonis. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang pengertian
hubungan industrial , cara penyelesaian hubungan industrial. Dengan adanya hubungan
industrial dalam suatu perusahaan, maka akan dapat meningkatkan produktivitas dan
kerja sama antara karyawan dan pengusaha sehingga perusahaan dapat berjalan terus.
Selain itu latar belakang penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas kelompok.

2. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka penulis
merumuskan masalah, yakni adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dan Dasar Hukum Hubungan Industrial ?
2. Bagaimana cara penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial ?
3. Sebutkan apa saja contoh Perselisihan Hubungan Industrial ?

3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi berkenaan
dengan hubungan industrial. Sehingga diharapkan pembaca dapat memahami teori
tentang hubungan indrustrial dengan jelas, yaitu dalam bentuk memberikan informasi
kepada pembaca mengenai hubungan indrustrial pembaca dapat menganalisis kasus
sebuah perusahaan dari teori hubungan industrial.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hubungan Industrial


2.1.1 Pengertian Hubungan Industrial

Menurut UU No. 13/2003 tentang ketenagakerjaan pasal 1 angka 16, Hubungan Industria
l  adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang
dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan
pada nilai nilai Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan industrial adalah hubungan antara semua pihak
yang terkait atau berkepentingan atas proses produksi atau pelayanan jasa di suatu perusahaan. H
ubungan industrial tersebut harus dicipatkan sedemikian rupa agar aman, harmonis, serasi dan sej
alan, agar perusahaan dapat terus meningkatkan produktivitasnya untuk meningkatkan kesejahter
aan semua pihak yang terkait atau berkepentingan terhadap perusahaan tersebut

2.1.2 Pengertian perselisihan hubungan industrial

Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertent


angan antara Pengusaha atau gabungan Pengusaha dengan Pekerja/Buruh atau Serikat Pekerja/Se
rikat Buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan,perselisihan pem
utusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat Buruh dalam satu perusahaa
n (pasal 1 angka 1 UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Hubungan Industrial)

Pasal 2 UU PPHI mengatur empat jenisperselisihan hubungan industrial, yaitu :

1. Perselisihan hak
2. Perselisihan kepentingan
3. Perselisihan pemutusan hubungan kerja (PHK)
4. Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan

2.1.3 Dasar hukum Hubungan Industrial

3
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan In
dustrial adalah :

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 28
D ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan– ketentuan Pokok Kekuasaan


Kehakiman (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara No
mor 2951) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 (Le
mbaran Negara Tahun 1999 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3879);

3. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Ta


hun 1985 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3316);

4. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum (Lembaran Negara Tahu
n 1986 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3327);

5. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran


Negara Tahun 2000 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3989);

6. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Tah


un 2003 Nomor 39; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4279)

2.2 Cara Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

Penyelesaian perselisihan hubungan industrial antara pengusaha dan pekerja sangat


diperlukan demi terciptanya hubungan industrial yang harmonis dan kondusif antara kedua belah
pihak.

Dalam sebuah perusahaan, baik itu pengusaha maupun pekerja pada dasarnya memiliki
kepentingan atas kelangsungan usaha dan keberhasilan perusahaan.Meskipun keduanya memiliki
kepentingan terhadap keberhasilan perusahaan, tidak dapat dipungkiri konflik/perselisihan masih
sering terjadi antara pengusaha dan pekerja.

Bila sampai terjadi perselisihan antara pekerja dan pengusaha, perundingan bipartit bisa
menjadi solusi utama agar mencapai hubungan industrial yang harmonis. Hubungan industrial

4
yang kondusif antara pengusaha dan pekerja/buruh menjadi kunci utama untuk menghindari
terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja, meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh serta
memperluas kesempatan kerja baru untuk menanggulangi pengangguran di Indonesia.

Perselisihan hubungan industrial diharapkan dapat diselesaikan melalui perundingan


bipartit, Dalam hal perundingan bipartit gagal, maka penyelesaian dilakukan melalui mekanisme
mediasi atau konsiliasi. Bila mediasi dan konsiliasi gagal, maka perselisihan hubungan industrial
dapat dimintakan untuk diselesaikan di Pengadilan Hubungan Industrial.

1. Penyelesaian perselisihan melalui Perundingan Bipartit.


Berdasarkan pasal 3 ayat 1 UU No. 2 Tahun 2004, perundingan bipartit adalah
perundingan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dan pekerja atau serikat
pekerja / serikat buruh atau antara serikat pekerja / serikat buruh dan serikat pekerja /
serikat buruh yang lain dalam satu perusahaan yang berselisih. Perundingan Bipartit
adalah perundingan secara musyawarah untuk mencapai mufakat.
Penyelesaian melalui perundingan bipartit harus diselesaikan paling lama 30 hari kerja
sejak perundingan dilaksanakan. Apabila perundingan bipartit mencapai kesepakatan
maka para pihak wajib membuat Perjanjian Bersama dan didaftarkan di kepaniteraan
Pengadilan Hubungan Industrial.

2. Penyelesaian perselisihan melalui Konsoliasi.


Penyelesaian konsiliasi dilakukan melalui seorang atau beberapa orang atau badan yang
disebut sebagai konsiliator yang wilayah kerjanya meliputi tempat pekerja/buruh bekerja,
dimana konsiliator tersebut akan menengahi pihak yang berselisih untuk menyelesaikan
perselisihannya secara damai.
Jenis Perselisihan yang dapat diselesaikan melalui konsiliasi antara lain : untuk
perselisihan kepentingan, perselisihan PHK atau perselisihan antar serikat pekerja /
serikat buruh dalam satu perusahaan.

3. Penyelesaian perselisihan melalui Mediasi.

5
Mediasi hubungan industrial adalah penyelesaian perselisihan hak, perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi
oleh seorang atau lebih mediator yang netral (Pasal 1 angka 1 UU No. 2 Tahun 2004)
Proses mediasi dibantu oleh seorang mediator hubungan industrial, yang merupakan
pegawai instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan yang
memenuhi syarat – syarat sebagai mediator yang ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

4. Penyelesaian perselisihan melalui Pengadilan Hubungan Industrial (PHI).


Menurut pasal 56 UU No. 2 Tahun 2004, Pengadilan Hubungan Industrial mempunyai
kompetensi absolut untuk memeriksa dan memutus :
 Ditingkat pertama mengenai perselisihan hak.
 Ditingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan kepentingan.
 Ditingkat pertama mengenai perselisihan pemutusan hubungan kerja.
 Ditingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan antar serikat pekerja/serikat
buruh dalam satu perusahaan.

2.3 Contoh Perselisihan Hubungan Industrial


 Kasus Adam Air
Pada tahun 2008 maskapai penerbangan Adam Air dinyatakan bangkrut oleh
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Kebangkrutan Adam Air menyisakan berbagai masalah
salah satunya mengenai nasib karyawan selanjutnya. Selain itu karyawan Adam Air juga
belum terbayarkan gaji selama dua bulan oleh karena runtuhnya Maskapai Penerbangan
ini sehingga menjadi sengketa yang tidak bisa dihindari. Depnakertrans jadi mediator
antara pihak manajemen AdamAir dengan serikat pekerja atas nasib pekerja terkait
berhenti operasinya maskapai penerbangan murah itu. Pertemuan tripartit akan
berlangsung dalam waktu dekat. Manajemen PT Adam Sky Connection (AdamAir) dan
Forum Serikat Independen Karyawan AdamAir (Forsikad) menyepakati 3 poin penting.
Salah satunya mengenai pembayaran gaji. Kesepakatan bersama itu ditandatangani oleh
wakil manajemen yakni Adam Aditya Suherman selaku Dirut AdamAir dan Denny
Sulistiyono selaku Direktur HRD dengan Forsikad yang diwakili Ketuanya yakni Capt.

6
Sugoro dan Djoko Prasetyo selaku sekretaris. Kesepakatan bersama itu difasilitasi oleh
Direktur Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) Depnakertrans Gandi
Sugandi setelah pertemuan yang dilaksanakan di kantor pemerintahan tersebut pada
Kamis (24/4/2008). Beberapa hasil pertemuan penting itu adalah:
1. Melakukan perundingan bipartit terhitung tanggal 24 April sampai dengan 24 Mei
2008, untuk mencari penyelesaian antara pekerja yang diwakili oleh serikat pekerja
dengan perusahaan yang diwakili Direksi,
2. Selama dalam perundingan para pihak tidak melakukan sesuatu paksaan dan
melakukan upaya lain di luar perundingan,
3. Direksi akan mengupayakan pembayaran gaji bulan April 2008 dan selama proses
perundingan bipartit.

BAB III

7
KESIMPULAN

Hubungan Industrial adalah aspek yang tidak dapat diciptakan dalam waktu singkat,
melainkan merupakan akumulasi hubungan baik yang terjalin seiring waktu antara pengusahan
dan pekerja. Hubungan yang terbangun dengan baik pun dapat runtuh dalam waktu singkat
dikarenakan satu kesalahan saja, di mana sebenarnya satu kesalahan ini merupakan puncak
akumulasi berbagai kejadian masa lampau yang tidak pernah diselesaikan secara tuntas oleh
pengusaha.

DAFTAR PUSTAKA

8
https://ejournal.unpatti.ac.id/ppr_iteminfo_lnk.php?id=243

https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/kebebasan-berserikat/hubungan-industrial

https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-2-2004-penyelesaian-perselisihan-hubungan-industrial?
amp

https://www.google.com/amp/s/www.dslalawfirm.com/perselisihan-hubungan-industrial/

Anda mungkin juga menyukai