Pengampu:
Oleh:
JURUSAN BIOLOGI
Cempluk remang adalah lampu yang terbuat dari bambu yang sangat diminati oleh
pecinta pernak pernik rumah karena nuansa etniknya. Lampu hias ini memiliki keunikan
tersendiri yaitu bentuk yang minimalis sehingga mudah untuk dipindah dan design yang
menarik. Karena keunikannya, lampu ini dapat meningkatkan harga jual yang sangat tinggi.
Selain keunikan yang didapatkan, lampu ini juga dapat menenangkan pikiran karena cahaya
yang tidak terlalu silau. Cempluk remang dapat dipadukan dengan lilin aroma terapi serta
musik yang membuat semua beban hilang. Tujuan dari pembuatan produk ini yaitu untuk
meningkatkan nilai jual bambu yang selama ini hanya digunakan sebagai perabotan rumah
dan limbah potongannya terbuang sia-sia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bambu merupakan tanaman yang sangat fleksibel dan mudah menyesuaikan diri
terhadap cuaca dan kondisi tanah. Bambu dapat tumbuh di daerha yang sangat kering dan di
daerah yang sangat lembab sampai 3800 meter dari permukaan laut (Kusmiati, 2004).
Pengembangbiakan bambu yang sudah umum dilakukan pada tanaman bambu adalah dengan
cara pembiakan vegetatif. Ada beberapa cara pembiakan bambu secara vegetatif yaitu dengan
menggunkan anakan (Indrajaya, 2008). Bambu termasuk suku Germineae, mempunyai
pertumbuhan primer tanpa diikuti pertumbuhan sekunder. Batangnya berbuku-buku dan
beruas-ruas. Pada ruasnya tidak terdapat elemen-elemen sel radial, seperti jari-jari. Kulit
bagian luar batang tersusun oleh selapis sel epidermis dan kulit bagian dalam berupa lapisan
sel-selsklerenkim. Oleh karena itu gerak lateral dan jalannya penetrasi cairan dari arah
melintang terbatas (Nugroho, 2007). Epidermis batang Greminaeae terdiri dari sel-sel yang
tersusun rapat. Dinding sel bagian luar tebal dan dilapisi oleh kutikula. Epidermis batang
Germinaeae mempunyai sel gabus yang mengandung suberin dan sel silika. Kutikula terdiri
dari kutin dan lilin, sehingga dinding sel epidermis bagian luar tidak mudah ditembus air.
Adanya lapisan kutikula ini menyebabkan epidesrmis berfungsi sebagai jaringan pelindung
terhadap penguapan (Sutomo, 2010).
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Bambusa
Spesies : Bambusa sp
2.3 Kerajinan
Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan atau kegiatan yang berkaitan
dengan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan (ketrampilan tangan). Kerajinan
yang dibuat biasanya terbuat dari berbagai bahan. Dari kerajinan menghasilkan hiasan atau
benda seni maupun barang pakai (Fuad, 2000).
Kerajinan tangan adalah pembuatan barang atau produk yang dilakukan secara
manual dengan menggunakan tangan yang memiliki keindahan dan daya jual. Kerajinan
tangan bisa saja dihargai dengan cukup mahal tergantung dari kualitas dan kerumitan
kerajinan yang dihasilkan. Dengan kreatifitas yang dimiliki untuk menciptakan kerajinan
maka tanpa disadari anda dapat menciptakan usaha baru. Usaha kerajinan ini dapat menjadi
usaha yang menjanjikan apabila ulet dalam menjalaninya (Kotler, 206).
Lampu hias merupakan suatu hiasan yang digunakan untuk memperindah suatu ruangan.
Agar ruangan tersebut terlihat lebih indah dan bernyawa (Fandy, 2008). Lampu hias yang
dibuat dari bambu merupakan suatu usaha yang berpotensi bagus. Jika pengrajin memiliki
kreatifitas yang tinggi hasil produk dapat dijual dengan harga tinggi. Karena ide-ide yang
muncul, saat ini kerajinan bambu sudah menembus pasar internasional (Nugroho, 2007).
BAB III
METODE
3.1 Alat
1. Gergaji 1 buah
2. Stick es krim 4 bungkus
3. Bola lampu 2 buah
4. Kertas roti berwarna 4 lembar
5. Paku ½ kg
6. Palu 1 buah
7. Bambu 1 buah
8. Kabel 2 meter
3.2 BAHAN
Fix cost
ALAT HARGA
Gergaji 50.000
Stick es krim 51.000
Bola lampu 150.000
Kertas roti berwarna 10.000
Paku dan palu 10.000
Bambu 50.000
Kabel 100.000
TOTAL 421.000
Variable cost
ALAT HARGA
Lem G 30.000
= 421.000/47000= 9 unit
= 421.000/1-30.000/500.000
= 421.000/0,94
= Rp.447.872
4.2 Pembahasan
Hasil perhitungan analisis BEP diatas menunjukkan bahwa produk dijual 10 buah
dalam satu kali jual. Berdasarkan perhitungan penjualan 9 unit sudah mampu menyentuh
angka BEP sebesar Rp.447.872. Yang artinya modal akan kembali jika 9 unit lampu terjual.
Menurut Sutomo (2010), BEP (Break Event Point) adalah titik dimana pendapatan dari usaha
sama dengan modal yang dikeluarkan, tidak terjadi kerugian atau keuntungan. BEP menjadi
ukuran sangat penting dalam bisnis.
Cempluk remang adalah lampu yang terbuat dari bambu yang sangat diminati oleh
pecinta pernak pernik rumah karena nuansa etniknya. Lampu hias ini memiliki keunikan
tersendiri yaitu bentuk yang minimalis sehingga mudah untuk dipindah dan design yang
menarik. Karena keunikannya, lampu ini dapat meningkatkan harga jual yang sangat tinggi.
Selain keunikan yang didapatkan, lampu ini juga dapat menenangkan pikiran karena cahaya
yang tidak terlalu silau. Cahaya lampu dapat disesuaikan dengan keinginan. Lampu ini dapat
diletakkan di meja kamar atau meja tamu.
Proses pembuatannya diawali memilih bambu yang tidak terlalu tua, karena jika
terlalu tua akan mudah pecah dan seratnya tipis. Setelah itu bambu dipotong menggunakan
gergaji. Kemudian dipotong dua ukuran tinggi 24 cm dan lebar 12 cm yang akan digunakan
sebagai kerangka. Setelah kerangka jadi, ditutup kerangka dengan kertas roti menggunkan
lem. Penggunaan kertas roti boleh tidak dilakukan sesuai dengan ide yang akan di
apresiasikan. Setelah itu dipasang lampu pada bagian dalam atas atau bawah kerangka.
Lampu cempluk remang dapat dibandrol dengan harga Rp.50.000.
Tujuan kedepannya dari produk ini yaitu dapat bekerja sama dengan pecinta furniture
dan membangun tempat spa syariah untuk para wanita dengan nuansa desa. Lampu ini akan
dipadu padankan dengan lilin aroma terapi dan juga sajian menu desa seperti empon-empon
hangat yang mampu membuat pelanggan merasa nyaman dan rileks. Tujuan kedepannya
selain membangun tempat spa juga dapat meningkatkan daya saing pasar internasional
dengan cara selalu sharing bersama pecinta seni agar dapat memunculkan ide-ide baru
kedepannya. Kelemahan dari produk ini yaitu, bahan mudah didapat dan mudah untuk ditiru,
design yang menarik mampu memunculkan daya saing harga, para pembeli yang kurang
minat dengan kerajinan bambu. Kelebihannya yaitu harga yang murah dapat meningkatkan
daya beli masyarakat, kuat dan tidak mudah rusak.
Daftar Pustaka
Kusmiati, Artini. 2004. Dimensi Estetika Pada Karya arsitektur dan Desain. Jakarta:
Djambatan.
Nugroho, dkk. 2007. Kewirausahaan, Membangun Usaha sejak Usia Muda. Jakarta: PT
Salemba Empat.
Widjaya. 2001. Identik Jenis-jenis Bambu di Jawa. Pusat penelitian dan Pengembangan
Biologi, LIPI. Balai Penelitian Botani, Herbarium Bogoriense. Bogor.