Anda di halaman 1dari 3

1.

Menurut struktur majemuk budaya Indonesia, ada tiga pengelompokan budaya yang
masing-masing memiliki coraknya sendiri, menurut Jacobus Ranjabar dalam Abidin
(2014). :
a. Kebudayaan suku bangsa, artinya sama dengan budaya lokal atau budaya daerah,
sedangkan kebudayaan umum lokal bergantung pada aspek ruang, biasanya pada
ruang perkotaan ketika berbagai budaya lokal atau daerah yang dibawa oleh setiap
pendatang. Akan tetapi, ada budaya dominan yang berkembang, yaitu budaya
lokal yang ada di kota atau tempat tersebut.
b. Yang dimaksud budaya lokal adalah semua ide, aktivitas dan hasil aktivitas
manusia dalam suatu kelompok masyarakat di lokasi tertentu. Budaya lokal
tersebut secara aktual masih tumbuh dan berkembang dalam masyarakat serta
disepakati dan dijadikan pedoman bersama. Dengan demikian sumber budaya
lokal bukan hanya berupa nilai, aktivitas dan hasil aktivitas tradisional atau
warisan nenek moyang masyarakat setempat, namun juga semua komponen atau
unsur budaya yang berlaku dalam masyarakat serta menjadi ciri khas dan atau
hanya berkembang dalam masyarakat tertentu.
c. Sedangkan kebudayaan nasional adalah akumulasi dari budaya daerah. ini
merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan
makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan.Wujudnya berupa negara kesatuan,
ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional.Kebudayaan Indonesia
dari zaman ke zaman selalu mengalami perubahan, perubahan ini terjadi karena
faktor masyarakat yang memang menginginkan perubahan dan perubahan
kebudayaan terjadi sangat pesat yaitu karena masuknya unsur-unsur globalisasi ke
dalam kebudayaan Indonesia. Unsur globalisasi masuk tak terkendali merasuki
kebudayaan nasional yang merupakan jelmaan dari kebudayaan lokal yang ada
disetiap daerah dari Sabang sampai Merauke
2. Menurut saya masih sangat relevan karena pada satu sisi globalisasi menawarkan
kemudahan – kemudahan bagi masyarakat dalam menjalankan hidupnya dan dapat
mengakses seluruh informasi dari penjuru dunia. Namun pada sisi lain globalisasi telah
membawa masyarakat lupa akan jati dirinya. Nilai – nilai barat telah mendegradasi nilai –
nilai lokal masyakarat indonesia dan semakin mendominasi dalam kehidupan sehari –
hari. Nilai – nilai lokal perlu memperkuat daya tahannya dalam menghadapi gempuran
globalisasi nilai – nilai barat. Perlu adanya inisiatif cemerlang dari seluruh elemen
masyarakat yang sadar akan berbahaya globalisasi terhadap nilai –nilai lokal untuk
membendung pendregadasian oleh nilai – nilai barat. Masyarakat kini dihadapkan dengan
adanya krisis identitas karena lenyapnya nilai – nilai lokal yang tidak lagi digunakan
dalam menjalankan kehidupan dimasyarakat. Memang globalisasi harus disikapi dengan
bijaksana karena didalam prosesnya globalisasi juga membawa dampak serta pengaruh
yang baik dalam kemajuan peradaban manusia. Namun, para pegiat pelestari nilai – nilai
kearifan lokal tidak boleh lengah dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh
globalisasi.
3. Dalam proses pendidikan, ironisnya adalah terbatasnya bahan ajar atau seperangkat
rencana pembelajaran yang mengangkat budaya lokal. Kebanyakan materi pembelajaran
yang digunakan bernuansa karakter namun kurang menyisipkan kebudayaan di materi
pembelajaran. Sehingga anak-anak kurang mengenal tentang budaya dan minimnya
wawasan kebangsaan Indonesia. Berbagai permasalahan tentang rendahnya moralitas
bangsa dapat diselesaikan melalui pendidikan karakter dengan cara menanamkan nilai-
nilai karakter budaya yang mencangkup budi pekerti, sopan santun, dan agama untuk
membentuk kepribadian anak yang berkarakter unggul. Pendidikan karakter penting
dilaksanakan di berbagai jenjang pendidikan yaitu dari jenjang pendidikan paling rendah
hingga pendidikan tinggi. Pelaksanaan pendidikan sejak dini merupakan masa yang
paling tepat dalam memberikan rangsangan dan pengembangan agar anak dapat
berkembang secara optimal. Alasan pendidikan harus bersatu padu dengan budaya lokal
adalah agar terjadi proses internalisasi di dalam diri peserta didik. Terjadinya proses
internalisasi (mendarah daging) dalam diri peserta didik terhadap budaya local.
4. Peran negara dalam pembangunan kebudayaan nasional adalah membentuk masyarakat
adab Indonesia yang bangga pada kebudayaannya sendiri, apresiatif terhadap kebudayaan
lain yang berbeda, dan adaptip serta memiliki daya saing terhadap serbuan budaya asing
melalui globalisasi. Kolaborasi yang baik antara ketiga stakeholder tadi
(pemerintah/negara, pemilik modal, dan masyarakat sipil) juga berlaku dalam
pengelolaan dan pembangunan kebudayaan pada bangsa baru seperti Indonesia. Bahkan
di Indonesia, keikutsertaan negara bahkan tanggung jawab negara dalam membangun
kebudayaan nasional yang besar adalah amanat dan tuntutan rakyat sendiri bahkan telah
menjadi kesepakatan di antara para tokoh pendiri bangsa Indonesia. Dalam masyarakat
yang hidup pada lingkungan tertentu akan memiliki suatu budaya yang biasanya akan
dipertahankan sebagai suatu kebanggaan. Budaya yang mereka miliki tersebut justru akan
menjadi semangat (etos) bagi usaha mereka untuk berperilaku dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
5. Produk kebudayaan dibagi menjadi dua jenis yaitu kebudayaan fisik atau benda dan
kebudayaan non fisik atau non benda. Kebudayaan fisik merujuk pada benda-benda,
sehingga dikenal juga sebagai budaya benda. Budaya benda dapat berupa patung, lukisan,
rumah, bangunan, mobil, dan jembatan. Sementara, kebudayaan non fisik merujuk pada
pemikiran atau tingkah laku, dan disebut juga sebagai budaya non benda. Budaya non
benda yang berupa pemikiran antara lain aliran filsafat, ilmu pengetahuan, ideologi, etika,
dan estetika.

Anda mungkin juga menyukai