Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PAI


“DAULAH ABBASIYYAH”
DOSEN PENGAMPU : AHMAD JANUARDI, S. Pd., M. Pd

OLEH :

KUZIATUL AINI

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KAMPUS IV IAI QAMARUL HUDA BAGU
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Daulah Abbasiyyah” dengan lancar.

Dalam penulisan makalah ini penulis tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada Bapak Ahmad Januardi, S. Pd, M. Pd selaku dosen Pengampu

mata kuliah Pengembangan Perangkat Pembelajaran PAI, dan semua pihak yang

telah membantu dalam penyelesian penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para

pembaca pada umumnya.

Batu Samban, 20 Februari 2022

Penulis

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR............................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah....................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan......................................................................... 2

BAB II KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN................................ 3

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah ........................................ 3

B. Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Pemerintahan Dinasti

Abbasiyah.................................................................................... 9

C. Faktor-faktor Pendukung Kemajuan Dinasti Abbasiyah............. 13

D. Penyebab Kehancuran Dinasti Abbasiyah................................... 14

BAB III PENUTUP................................................................................ 20

A. Kesimpulan.................................................................................. 20

B. Kritik dan Saran........................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah merupakan suatu hal yang telah terjadi di masa lalu yang dijadikan

sebagai batu pijakan dalam sebuah peradaban. Peradaban dalam Islam, dapat

ditelusuri dari sejarah kehidupan Rasulullah, para sahabat dan sejarah

kekhalifahan Islam sampai kehidupan umat Islam sekarang. Islam yang di

wahyukan kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬telah membawa bangsa Arab yang semula

terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain,

menjadi bangsa yang maju.

Maju mundurnya peradaban Islam tergantung dari sejauh mana dinamika

umat Islam itu sendiri. Maka dari itu kita akan membahas sebuah peradaban besar

yang sangat berpengaruh luas, yaitu masa kekhalifahan Abbasiyah yang berpusat

di Baghdad.

Dalam peradaban umat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti

sejarah peradaban umat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan masa

pemerintahan umat Islam yang memperoleh masa kejayaan yang gemilang. Pada

masa ini banyak kesuksesan yang diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu dibidang

Ekonomi, Politik, dan Ilmu pengetahuan. Hal inilah yang perlu untuk kita ketahui

sebagai acuan semangat bagi generasi ummat Islam bahwa peradaban ummat

Islam itu pernah memperoleh masa keemasan yang melampaui  kesuksesan

negara-negara Eropa.

1
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana sej arah berdirinya Dinasti Abbasiyah?

2. Bagaimana kemajuan peradaban Islam pada masa pemerintahan Dinasti

Abbasiyah?

3. Apa saja faktor-faktor pendukung kemajuan masa pemerintahan Dinasti

Abbasiyah?

4. Bagaimana disentegrasi politik pada masa pemerintahan Dinasti

Abbasiyah?

5. Apa saja penyebab kehancuran masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah?

C. Tujuan Penulisan

Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan

makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah.

2. Mengetahui kemajuan peradaban Islam pada masa pemerintahan Dinasti

Abbasiyah.

3. Mengetahui faktor-faktor pendukung kemajuan masa pemerintahan

Dinasti Abbasiyah.

4. Mengetahui disentegrasi politik pada masa pemerintahan Dinasti

Abbasiyah.

5. Mengetahui penyebab kehancuran masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah.

2
BAB II

KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti

Bani Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena pendiri dan penguasa

Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬. Dinasti

Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M, oleh Abul Abbas Ash-Shafah.1

Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang

merupakan pusat kegiatan, antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan

tersendiri dalam memainkan perannya untuk menegakkan kekuasaan keluarga

besar paman Rasulullah ‫ﷺ‬, Abbas bin Abdul Muthalib. Dari nama Al-Abbas

paman Rasulullah inilah nama ini disandarkan pada tiga tempa pusat kegiatan

yaitu, Humaimah, Kufah, dan Khurasan.

Dengan organisasi yang bertingkat dan mekanisme pembagian tugas di

atas gerakan Abbasiyah memutuskan bahwa Khurasan dijadikan sebagai pusat

kegiatan gerakan Abbasiyah. Alasan pemilihan Khurasan selain karena letak

geografisnya yang jauh dari ibukota Dinasti Umayyah, Damaskus, juga beberaoa

faktor sosial yang menguntungkan yaitu masyarakat Khurasan yang

berkebangsaaan Arab mendukung gerakan ini. Sedangkan masyarakat Khurasan

non-Arab mempunyai kekecewaan-kekecewaan politik terhadap Bani Umayyah

karena kebijakan dalam hal pajak yang dianggap memberatkan rakyat.2

1
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: AMZAH, 2010), h. 138
2
Armany Lubis dkk, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Jakarta,
2005), h. 107

3
Di kota Humaimah bermukim keluarga Abbasiyah, salah seorang

pimpinannya bernama Al-Imam Muhammad bin Ali yang merupakan peletak

dasar-dasar bagi berdirinya Dinasti Abbasiyah.3 Dia mengemukakan bahwa

pemindahan kekuasaan dari satu keluarga ke keluarga yang lain harus didahului

oleh persiapan jiwa. Bahwa perubahan yang mendadak akan menyebabkan

kegoncangan dalam masyarakat dan belum tentu berhasil, sehingga harus diatur

strategi yang hati-hati dengan cara menyebarkan para propagandis untuk

mendukung keluarga Nabi ‫ﷺ‬. Ide dan pemikiran untuk mendirikan kekuasaan

Abbasiyah diatur di Humaimah, dan disebarkan di Kufah sedang tempat

pergolakan dilakukan di Khurrasan yang jauh dari pengamatan pemerintahan

pusat Umayyah di Damaskus. Para penerang dakwah Abbasiyah berjumlah 150

orang di bawah para pemimpinnya yang berjumlah 12 orang, dan puncak

pemimpinnya adalah Muhammad bin Ali. Mereka mendakwahkan kebaikan

keluarga Bani Hasyim untuk mengambil hati dan dukungan dari kelompok Syi’ah.

Langkah itu berhasil menggaet pendukung kaum Syi’ah.

Muhammad bin Ali meninggal pada tahun 125 H/742 M. Sebelum

meninggal, ia menunjuk putranya, Ibrahim sebagai penggantinya. Di masa

Ibrahim bin Muhammad ini gerakan Abbasiyah mulai menjadi gerakan terbuka

dan pemberontakan terhadap Dinasti Umayyah pun mulai diproklamirkan. Untuk

tujuan itu Ibrahim mengutus 7Abu Muslim al-Khurrasani pergi ke Khurrasan

menemui Sulaiman bin Katsir al-Khuza’i dan berjuang bersamanya di daerah itu. 4

Akan tetapi, gerakan Ibrahim diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir yaitu

3
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, h. 139
4
Armany Lubis dkk, Sejarah Peradaban Islam, h. 108

4
Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan Dinasti

Umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum akhirnya di eksekusi. Ia

mewasiatkan kepada adiknya yaitu Abul Abbas untuk pindah ke Kufah. Dan

pemimpin propaganda dibebankan kepada Abu Salamah.

Penguasa Umayyah di Kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah ditaklukkan

oleh Abbasiyah dan diusir ke Wasit. Abu Salamah selanjutnya berkemah di Kufah

yang telah ditaklukkan. Abdullah bin Ali, salah seorang paman Abul abbas

diperintahkan untuk mengejar khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin

Muhammad bersama pasukannya yang melarikan diri. Khalifah ini terus menerus

melarikan diri hingga ke Fustat di Mesir dan akhirnya terbunuh di Busir wilayah

Al-Fayyum, tahun 132 H/750 M dengan demikian maka tumbanglah kekuasaan

dinasti Umayyah dan berdirilah Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh khalifah

pertamanya, yaitu Abul Abbas Ash-Shafah dengan pusat kekuasaan awalnya di

Kufah.5

Ditinjau dari proses pembentukannya, Dinasti Abbasiyah didirikan atas

dasar-dasar sebagai berikut:

1. Dasar kesatuan untuk menghadapi perpecahan yang timbuh dari dinasti

sebelumnya.

2. Dasar universal (bersifat universal), tidak terlandaskan atas kesukuan.

3. Dasar politik dan administrasi menyeluruh, tidak diangkat atas dasar

keningratan.

4. Dasar kesamaan hubungan dalam hukum bagi setiap masyarakat Islam.

5
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, h. 140

5
5. Pemerintahan bersifat Muslim moderat, ras Arab hanyalah dipandang

sebagai salah satu bagian saja di antara ras-ras lain.

6. Hak memerintarah sebagai ahli waris nabi masih tetap di tangan mereka.6

Adapun periode-periode pada pemerintahan Dinasti Abbasiyah dibagi

menjadi tiga periode sebagai berikut:

a. Periode Pertama (132- 232 H)

Pada periode ini kekuasaan berada di tangan para khalifah di seluruh

kerjaan Islam kecuali di Andalusia. Para khalifah di zaman tersebut

merupakan pahlawan-pahlawan yang memimpin angkaran tentara dan

mengarungi peperangan. Kebanyakan mereka adalah ulama-ulama yang

mengeluarkan fatwa dan berijtihad, cinta akan ilmu pem keluargngetahuan,

merapatkan hubungan dengan kaum keluarga dan menyampaikan pidato yang

berapi-api.

b. Periode Kedua (232-590 H)

Periode ini kekuasaan politik berpindah dari tangan khalifah kepada

golongan berikut:

1. Kaum Turki (232-234 H) kecuali semasa timbul kesadaran puncak di

tangan al-Muwaffaq semasa saudaranya al-Mu’tamid menjadi khalifah

(256-279 H), kemudian di tangan al-Mu’tahdid bin al-Muwaffaq di masa

khalifah al-Mu’tamid dan di masa al-Mu’tadhif sendiri menjadi khalifah

(279-289 H).

6
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar
Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 44

6
2. Golongan Bani Buwaih (334-447 H).

3. Golongan Bani Saljuq (447-590 H).

c. Periode Ketiga (590-656 H)

Apabila sultan-sultan Bani Saljuq memnjadi lemaha, kerjaan mereka mulai

mengalami keruntuhan dan pecah-belah, dan segala urusan pemerintahan diurus

oleh sekelompok para pemerintah yang banyak, diantaranya dikenali dengan gelar

Syah dan Atabk. Setiap pemerintah itu menguasai perbatasan kerajaan Bani

Saljuq. Khalifah telah mengambil kesempatan ini untuk mengumumkan

kedaulatannya di Baghada dan kawasan sekitarnya. Khalifah dan putra-putranya

terus menikmati kedaulatan dan kemerdekaan yang penuh di kawasan kecil

tersebut, sehingga kaum Tartar yang dipimpin oleh Hulaku datang menyerang dan

menakluk dunia Islam serta memusnahkan kota Baghdad, membunuh khalifaj dan

menematkan pemerintahan Abbasiyah pada tahun 656 H.7

Berikut adalah daftar nama-nama khalifah pemerintahan Abbasiyah :

1. Abu Abbas as-Saffah    132-137H/750-754M

2. Abu Ja’far al-Mansur    137-159H/754-775M

3. Abu Abdullah Muhammad al-Mahdi bin al-Manshur 159-169H/775-785M

4. Abu Musa al-Hadi    169-170H/785-786M

5. Abu Ja’far Harun al-Rasyid    170-194H/786-809M

6. Abu Musa Muhammad al-Amin    194-198H/809-813M

7. Abu Ja’far Abdullah al-Ma’mun    198-218H/813-833M

7
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudaayan Islam 3, (Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru,
2008) h. 19

7
8. Abu Ishak Muhammad al-Mu’tashim    218-227H/883-842M

9. Abu Ja’far al-Watsiq    227-232H/842-847M

10. Abul Fadhl Ja’far al-Mutawakkil    232-247H/847-861M

11. Abu Ja’far Muhammad al-Muntasir    247-248H/861-862M

12. Abul-Abbas Ahmad al-Musta’in    248-252H/862-866M

13. Abu Abdullah Muhammad al-Mu’taz    252-256H/866-869M

14.  Abu Ishak Muhammad al-Muhtadi    256-257H/869-870M

15. Abul-Abbas Ahmad al-Mu’tamid    257-279H/870-892M

16. Abul-Abbas Ahmad al-Mu’tadid    279-290H/892-902M

17. Abu Muhammad Ali al-Muktafi    290-296H/902-908M

18. Abu-Fadhl Ja’far al-Muqtadir    296-320H/908-932M

19. Abu Mansur Muhammad al-Qohir    320-323H/932-934M

20. Abul-Abbas Ahmad ar-Radi    323-329H/934-940M

21. Abu Ishak Ibrahim al-Muttaqi    329-333H/940-944M

22. Abul-Qasum Abdulah al-Mustakfi    333-335H/944-946M

23. Abul-Qasim al-Mufadhdhal al-Muthi’    335-364H/946-974M

24. Abul-Fadhl Abdul Karim al-Tha’i    364-381H/974-991M

25. Abul-Abbas Ahmad al-Qadir    381-423H/991-1031M

26. Abu Ja’far Abdullah al-Qa’ima 423-468H/1031-1075M

27. Abul-Qasim Abdullah al-Muqtadi    468-487H/1075-1094M

28. Abul-Abbas Ahmad al-Mustazhir    487-512H/1094-1118M

29. Abu Mansur al-Fadhl al-Mustarshid    512-530/1118-1135

30. Abu Ja’far al-Mansur ar-Rasyid    530-531H/1135-1136M

8
31. Abu Abdullah Muhammad al-Muqtafi    531-555H/1136-1160M

32. Abul-Muzhaffar al-Mustanjid    555-566H/1160-1170M

33. Abu Muhammad al-Hasan al-Mustadhi’    566-576H/1170-1180M

34. Abul-Abbas Ahmad an-Nasir    576-622H/1180-1225M

35. Abu Nashr Muhammad az-Zahir    622-623H/1225-1226M

36. Abu Ja’far al-Mansur al-Mustansir    623-640H/1226-1242M

37. Abu Ahmad Abdullah al-Muta’shim    640-656H/1242-1258M

B. Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Pemerintahan Dinasti Abbasiyah

Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa

keemasan. Secara politis khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan

pusat kekuasaan politik sekaligus agama. Disisi lain kemakmuran masyarakat

mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi

perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.

Peradaban dan kebudayaan islam tumbuh dan berkembang bahkan

mencapai kejayaannya pada masa Abbasiyah. Hal tersebut dikarenakan Dinasti

Bani Abbasiyah pada periode ini lebih menekankan pembinaan peradaban dan

kebudayaan Islam daripada perluasan wilayayh. Di sini letak perbedaan pokok

antara Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah.

Puncak kejayaan Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Harun Ar-

Rasyid (786-809 M) dan Anaknya Al-Makmum (813-833 M). Ketika Ar-Rasyid

memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan

9
terjamin walaupun ada juga pemberontakan, dan luas wilayahnya mulai dari

Afrika Utara hingga ke India.8

a. Lembaga dan Kegiatan Ilmu Pengetahuan

Kontribusi ilmu terlihat pada upaya Harun Al-Rasyid dan puteranya

Al-Makmun ketika mendirikan sebuah akademi pertama dilengkapi pusat

peneropong bintang, perpustakaan terbesar dan dilengkapi pula dengan

lembaga untuk penerjemahan.

Sebelum Dinasti Abbasiyah, pusat kegiatan Dunia Islam selalu

bermuara pada masjid. Masjid dijadikan centre of education. Pada Dinasti

Abbasiyah inilah mulai adanya pengembangan keilmuan dan teknologi

diarahkan ke dalam ma’had. Lembaga ini kita kenal ada dua tingkatan yaitu

sebagai berikut.

b. Maktab/kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah tempat anak-

anak mengenal dasar-dasar bacaan, menghitung, dan menulis serta anak

remaja belajar dasar-dasar ilmu agama.

c. Tingkat pedalaman, para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi ke

luar daerah atau ke masjid-masjid bahkan ke rumah-rumah gurunya.9

Pada perkembangan selanjutnya mulailah dibuka madrasah-madrasah

yang dipelopori Nizhamul Muluk yang memerintah pada tahun 456-486 H.

lembaga inilah yang kemudian berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah.

Madrasah ini dapat ditemukan di Bagdad, Balkan, Naishabur, Hara, Ishafan,

8
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, h. 144
9
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar
Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, h. 50

10
Basrah, Mausil dan kota-kota lainnya. Madrasah yang didirikan ini mulai dari

tingkat rendah, menengah, serta meliputi segala bidang ilmu pengetahuan.

d. Corak Gerakan Keilmuan

Gerakan keilmuan pada Dinasti Abbasiyah lebih bersifat spesifik.

Kajian keilmuan yang kemanfaatannya bersifat keduniaan bertumpu pada ilmu

kedokteran. Disamping kajian yang bersifat pada Al-Quran dan Al-Hadis;

sedang astronomi, mantik dan sastra baru dikembangkan dengan

penerjemahan dari Yunani.10

e. Kemajuan dalam Bidang Agama

Pada masa Dinasti Abbasiyah, ilmu dan metode tafsir mulai

berkembang, terutama dua metode penafsiran, yaitu tafsir bi al-ma’tsur dan

tafsir bi al-ra’yi. Dalam bidang hadis, pada zamannya hanya bersifat

penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan hafalan para sahabat. Pada

zaman ini juga mulai diklafikasikan secara sistematis dan kronologis.

Pengklafikasian itu secara ketat dikualifikasikan sehingga kita kenal dengan

klasifikasi hadis shahih, dhaif dan maudhu. Bahkan dikemukakan pula kritik

sanad dan matan, sehingga terlihat jarah dan takdil rawi yang meriwayatkan

hadis tersebut. 11
Diantara para ahli tafsir pada masa dinasti Abbasiyah adalah

Ibnu Jarir Ath-Thabari, Ibnu Athiyah Al-Andalusi, dan Ibnu Muslim

Muhammad bin Bahar Isfahani

10
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar
Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, h. 51
11
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar
Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, h. 51

11
Dalam bidang fiqhi, pada masa ini lahir fuqaha legendaris yang kita

kenal, seperti imam Hanifah (700-767 M), Imam Malik (735-795 M), Imam

Syafei (767-820 M) dan Imam Ahmad Ibnu Hambal (780-855 M). Sedangkan

dalam bidang hadis, pada masa ini lahir ahli hadis seperti Imam Bukhari (194-

256 H), karyanya Shahih Al-Bukhari. Imam Muslim (w. 261 H), karyanya

Shahih Muslim. Ibnu Majah, karyanya Sunan Ibnu Majah. Abu Dawud,

karyanya sunan Abu Dawud. Imam An-Nasai, karyanya sunan An-Nasai dan

Imam Baihaqi.12

Ilmu lughah tumbuh berkembang dengan pesat pula karena bahasa

Arab yang semakin dewasa memerlukan suatu ilmu bahasa yang menyeluruh.

Ilmu bahasa yang dimaksud adalah nahwu, sharaf, ma’ni, bayan, badi, arudh

dan insya.

f. Kemajuan Ilmu Pengetahuan, Sains dan Teknologi

Kemajuan ilmu teknologi (sains) sesungguhnya telah direkayasa oleh

ilmuan Muslim. Kemajuan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Astronomi, ilmu ini melalui karya India Shindind diterjemahkan oleh

Muhammad ibnu Ibrahim Al-Farazi (777 M). Ia adalah astronom Muslim

pertama yang membuatastrolabe, yaitu alat untuk mengukur ketinggian

bintang. Di samping itu, masih ada ilmuan-ilmuan Islam lainnya, seperti

Ali ibnu Isa Al-Asturlabi, Al-Farghani, Al-Battani, Umar Al-Khayyam

dan Al-Tusi.13

12
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, h. 148
13
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar
Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, h. 52

12
2. Kedokteran, ilmu kedokteran pada masa daulah Abbasiyah berkembang

pesat. Rumah-rumah sakit besar dan sekolah kedokteran banyak didirikan.

Pada masa ini dokter yang pertama yang terkenal adalah Ali ibnu Rabban

Al-Tabari. Pada tahun 850 ia mengarang buku Firdaus al-Hikmah. Tokoh

lainnya adalah Al-Razi, Al-Tuqrai, dan Ibnu Sina.14

C. Faktor-faktor Pendukung Kemajuan Dinasti Abbasiyah

Lembaga pendidikan pada masa Dinasti Abbasiyah mengalami

perkembangan dan kemajuan pesat. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan

bahasa Arab, baik sebagai bahasa adminitrasi yang sudah berlaku sejak masah

Bumi Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu,

kemajuan tersebut paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal yaitu sebagai berikut.

1. Terjadinya asimilasi antara bahasa Arab dengan bangsa-bangsa yang lebih

dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada

masa Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam.

Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu

memberi saham tertentu dalam perkembangan dalam Islam. Pengaruh

Persia, sebagaimana sudah disebutkan sangat kuat di bidang pemerintahan.

Disamping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu,

filsafat, dan sastra.

2. Gerakan penerjemahan berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada

masa khalifah Al-Manshur hingga Harun Ar-Rasyid. Pada fase ini banyak di

14
opcit

13
terjemahkan adalah karya karya dalam bidang astronomi dan mantiq. Fase

kedua berlangsung masa Khalifah Al-Makmum hingga tahun 300 H. buku

buku yang di terjemahkan dalam bidang filsafat, dan kedokteran pada fase

ketiga berlangsung setelah tahun 300 H terutama setelah adanya pembuatan

kertas. Selanjutnya bidang bidang ilmu yang diterjemahkan semakin

meluas.15

Dengan gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan dalam

bidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Akan

tetapi, secara garis besar ada dua faktor penyebab tumbuh dan kejayaan Bani

Abbasiyah yaitu sebagai berikut:16

1. Faktor internal: faktor yang berasal dari dalam ajaran Islam yang mampu

memberikan motivasi bagi para pemeluk untuk mengembangkan

peradabannya.

2. Faktor eksternal, ada 4 pengaruh, yaitu: semangat Islam, perkembangan

organisasi Negara, perkembangan ilmu pengetahuan, dan perluasan daerah

Islam.

D. Penyebab Kehancuran Dinasti Abbasiyah

Penyebab kehancuran Dinasti Abbasiyah terbagi dua yaitu faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internalnya yaitu banyak peristiwa penaklukan

terdahulu hanya tinggal nama. Kemungkinan terjadinya desentralisasi dan

pembagian kekuasaan di daerah-daerah selalu mengiringi setiap penaklukan yang

15
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, h. 146
16
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam (Semarang: PT. Thoha Putra, 2003), h. 56

14
dilakukan tergesan-gesa dan tidak usai. Metode administrasi yang diterapkannya

pun tidak kondusif bagi penciptaan stabilitas negara.17 Seiring lintasan zaman,

darah penakluk telah bercampur dengan darah taklukan, diserta hilangnya kualitas

dan posisi dominan yang mereka miliki. Perlahan-lahan imperium mereka

dikuasai ole bangsa yang dulu mereka taklukan. Standar kehidupan mewah yang

menonjolkan minuman keras dan nyanyian, merupakan faktor lain yang

melemahkan vitalitas keluarga dan tentu saja menghasilkan keturunan-keturunan

yang lemah yang terus memegang tahta. Posisi mereka semakin lemah karena

muculnya berbagai pertikaian yang tak berkesudahan, dan persaingan untuk

menjadi pewaris tahta yang tidak pernah bisa dipastikan. Selain itu, faktor

ekonomi tidak bisa diabaikan. Pembebanan pajak dan pengaturan wilayah-

wilayah provinsi demi keuntungan kelas penguasa telah menghancurkan bidang

pertanian dan industri. Kehancuran ekonomi nasional tentu saja berakibat

langsung pada turunnya tingkat intelektualitas masyarakat dan mengekang

tumbuhnya pemikiran kreatif.

Sedangkan faktor eksternalnya yaitu adanya serbuan kaum Barbar (dalam

kasus ini, Mongol atau Tartar). Pada 1253, Hulagu, cucu Jengis Khan bergerak

dari Mongol memimpin pasukan berkekuatan besar untuk membasmi kelompok

pembuh dan menyerang kekhalifaan Abbasiyah.18

Di dalam referensi lain menyebutkan bahwa adapun beberapa faktor yang

menjadi penyebab kehancuran Dinasti Abbasiyah adalah; Pertama, masuknya

dominasi kekuatan luar ke dalam pusat pemerintahan Baghdad, sehingga

17
Philip K. Hitti, History of The Arabs (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006), h. 617
18
Philip K. Hitti, History of The Arabs, h. 619

15
menjadikan khalifah sebagai boneka. Dalam arti, secara de jure, khalifah yang

berkuasa atas seluruh Dinasti Abbas, tetapi de facto, pemerintahan dikuasai oleh

kekuatan lain. Seperti diketahui bahwa sejak awal khalifah Bani Abbas

memasukkan unsur-unsur luar non-Arab, baik personil maupun kebudayaannya,

seperti unsur Persia maupun unsur Turki. Lambat maun unsur-unsur tersebut ikut

mewarnai jalannya pemerintahan hingga pada perkembangan selanjutnya, militer

dan penjaga dikuasai oleh orang-orang Turki.19

Kedua, pada periode kedua (950-1050 M), banyak wilayah-wilayah yang

dipimpin oleh gubernur melepaskan diri dari pusat Baghdad, kemudian mereka

mendirikan dinasti-dinasti kecil secara mandiri.

Ketiga, kesulitan ekonomi. Sumber penghasilan Bani Abbas antara lain

adalah pajak dari wilayah dan pertanian. Sehubungan dengan ini, banyaknya

wilayah yang melepaskan diri sangat mempengaruhi jumlah wilayah pembayar

pajak. Maka untuk meningkatkan pembayaran, pemerintah memaksimalkan peran

militer untuk menekan dan mengambil pembayaran pajak, tetapi cara ini

membutuhkan pula biaya yang besar. Pendapatan Bani Abbas menurun karena

para petugas pajak memonopoli pajak, disamping pertanian terganggu karena

irigasi tertimbun oleh lumpur dan sungai Nahwaram mengalami kerusakan besar

akibat perang, dan tidak segera diperbaiki salurannya.20

Keempat, ketidak jelasan sistem pergantian khalifah. Dinasti ini tidak

mempunyai ketentuan mengenahi mekanisme penggantian khalifah. Hal ini

membuat orang-orang Turki pengawal khaifah leluasa untuk mengangkat siapa

19
Moh. Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam (Malang: UMM Pres, 2003), h. 71
20
Moh. Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam, h. 72

16
saja yang dia kehendaki di antara keluarga dinasti sebagai khalifah. Dan kelima,

munculnya gerakan-gerakan pemberontakan. Pada masa Al-Muhtadi timbul

pemberontakan kaum Zanj di bawah pimpinan Ali bin Muhammad. Di Irak

terdapat gerakan Syi’ah, Qaramithah yang dipimpin oleh Hamdan Qarmat yang

memulai operasinya pada 874 M.21

Menurut W. Montgomery Watt, bahwa beberapa faktor yang

menyebabkan kemunduran pada masa daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai

berikut:

1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara komunikasi pusat

dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya

di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.

2. Dengan profesionalisme angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah

kepada mereka sangat tinggi.

3. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara

bayaran sangat besar. Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak

sanggup memaksa pengiriman pajak ke Bagdad.

Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim, M.A, diantara hal yang

menyebabkan kemunduran daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut.

1. Persaingan antara bangsa

Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu

dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan

nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya

sama-sama tertindas. Setelah Dinasti Abbasiyah berdiri, Bani Abbasiyah


21
Moh. Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam, h. 73

17
tetap mempertahankan persekutuan itu. Pada masa ini persaingan

antarabangsa menjadi pemicu untuk saling berkuasa. Kecenderungan

masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak

awal Abbasiyah berdiri.

2. Kemerosotan ekonomi

Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di bidang ekonomi

bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama,

pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan pemerintahan yang kaya. Dana

yang masuk lebih besar daripada yang keluar, sehingga baitul mal ngan

penuh dengan harta. Setelah khilafah menghalami periode kemunduran,

pendapatan negara menurun, dan dengan demikian terjadi kemerosotan

dalam bidang ekonomi.

3. Konflik keagamaan

Fanatisme keagamaan terkait erat dengan persoalan kebangsaan.

Pada periode Abbasiyah, konflik keagamaan yang muncul menjadi isu

sentra sehingga mengakibatkan terjadi perpecahan. Berbagai aliran

kegamaan seperti Mu’tazilah, Syiah, Ahlu Sunnah, dan kelompok-kelompok

lainnnya menjadikan pemerintahan Abbasiyah mengalami kesulitan untuk

mempersatukan berbagai faham keagamaan yang ada.

4. Perang salib

Perang salib merupakan sebab dari eksternal umat islam. Perang

salib yang berlangsung beberapa gelombang banyak menelan korban.

18
Konsentrasi da perhatian pemerintahan Abbasiyah terpecah belah untuk

menghadapi tentara Salib sehingga memunculkan kelemahan-kelemahan.

5. Serangan Bangsa Mongol (1258 M)

Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam menyebabkan

kekuatan Islam menjadi lemah, apalagi serangan Hulaga Khan dengan

pasukan Mongol yang biadab menyebabkan kekuatan Abbasiyah menjadi

lemah dan akhirnya menyerang kepada kekuatan Mongol.22

Akhir dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah ialah ketika Baghdad dihacurkan

oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulaga Khan 656 H/1258 M. Hulaga

Khan adalah seorang saudara Kubilay Khan yang berkuasa di Cina hingga ke Asia

Tenggara, dan saudara Mongol Khan yang menugaskan untuk mengembalikan

wilayah-wilayah sebelah barat dari Cina ke pangkuannya. Baghdad

dibumihanguskan dan diratakan dengan tanah. Khalifah Bani Abbasiyah yang

terakhir dengan keluraganya, Al-Mu’tashim Billah dibunuh, buku-buku yang

terkumpul di Baitul Hikmah dibakar dan dibuang ke sungai Tigris sehingga

berubahlah warna air sungai tersebut yang jernih bersih menjadi hitam kelam

karena lunturan tinta yang ada pada buku-buku itu.

Dengan demikian, lenyaplah Dinasti Abbasiyah yang telah memainka

perang penting dalam percaturan kebudayaan dan peradaban Islam dengan

gemilang.

22
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, h. 155-156

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan materi yang dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut.

1. Daulah Bani Abbasiyah diambil dari nama Al-Abbas bin Abdul Mutholib,

paman Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Pendirinya ialah Abdullah As-Saffah bin Ali bin

Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih dikenal dengan sebutan Abul Abbas As-

Saffah. Daulah Bani Abbasiyah berdiri antara tahun 132 – 656 H / 750 – 1258

M.

2. Adapun kemajuan peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah dapat dilihat

dari beberapa hal yaitu munculnya lembaga dan kegiatan ilmu pengetahuan,

corak gerakan keilmuan, kemajuan dalam bidang agama, kemajuan dalam

bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknologi, serta perkembangan politik,

ekonomi dan administrasi.

3. Faktor pendukung kemajuan peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah

adalah terjadinya asimilasi antara bahasa Arab dengan bangsa-bangsa yang

lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Serta

adanya gerakan penerjemahan berlangsung dalam tiga fase: Pada masa khalifah

Al-Manshur hingga Harun Ar-Rasyid, masa Khalifah Al-Makmum hingga

tahun 300 H, pada fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H

20
4. Pada pemerintahan Bani Abbasiyah terjadi disentegrasi politik muncul dalam

bentuk pemisahan diri dari pemerintah pusat dan memproklamirkan diri

sebagai khalifah sendiri.

5. Adapun yang menjadi faktor penyebab kehancuran Dinasti Abbasiyah dapat

dilihat dari beberapa pendapat para ahli. Salah satunya adalah menurut Badri

Yatim yaitu persaingan antar bangsa, kemerosotan ekonomi, serangan bangsa

mongol, konflik keagamaan dan perang salib.

B. Saran

1. Dalam menulis makalah diharapkan memperhatikan sistematika penulisan

sehingga makalah tersebut dapat diterima oleh dosen pengampu.

2. Dalam menulisdiharapkan penulis dapat mengkaji berbagai fenomena dan

permasalahan yang terjadi dalam masyarakat saat ini sehingga makalah

dapat menarik dan bermanfaat bagi para pembaca.

3. Penulis mengharapkan para pembaca dapat meningkatkan kekreatifan dan

keaktifannya serta kekeritisannya dalam membuat makalah.

21
DAFTAR PUSTAKA

Hitti, Philip K. 2006. History of The Arabs. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Lubis, Armany, dkk.2005. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Pusat Studi Wanita
UIN Jakarta.
Muhaimin. 2005. Kawasan Dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Prenada Media.
Munir, Samsul. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: AMZAH.
Murodi. 2003. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: PT. Thoha Putra.
Nurhakim, Moh. 2003. Sejarah dan Peradaban Islam. Malang: UMM Pres.
Sou’yb, Joesoef. Sejarah Daulat Abbasiah I. Jakarta: Bulan Bintang.
Syalabi, A. 2008. Sejarah dan Kebudaayan Islam 3. Jakarta: PT. Pustaka Al
Husna Baru.
Thohir, Ajid. 2004. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak
Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

22

Anda mungkin juga menyukai