Dosen Pengampu :
NIP.196204281995032001
Disusun Oleh:
Nama: ERVINA
Nim : P07539021 125
Kelas: 1D
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha ESA yang telah memberikan rahmat dan karunianya-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul FAKTOR YANG
MENYEBABKAN APOTEK TIDAK MEMBAYAR GAJI FARMASIS SESUAI STANDARD ini
tepat pada waktunya.Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untntuk memenuhi tugas
dari ibu Dra.Masniah, M.Kes, Apt.Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang “FAKTOR YANG MENYEBABKAN APOTEK TIDAK MEMBAYAR GAJI FARMASIS
SESUAI STANDARD” khususnya bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi sehingga kedepannya lebih baik.
Saya menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah.................................................................................................................5
BAB II .....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................................6
2.1 Pengertian Apotek..............................................................................................................6
2.2 Tujuan Apotek....................................................................................................................7
2.3 Tenaga Kefarmasian...........................................................................................................7
2.4 Faktor penyebab apotek tidak membayar gaji tenaga kefarmasian sesuai standart ..........9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk
Semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih baik.
Tersedianya pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat menjadi hal yang harus
mendapat perhatian dari pemerintah sebagai salah satu upaya dalam pembangunan di bidang
kesehatan. Pelayanan kesehatan kepada masyarakat bertujuan membentuk masyarakat yang sehat.
Diperlukan upaya-upaya kesehatan yang menyeluruh dan terpadu untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan tersebut (Siregar dan Amalia, 2004).
Apotek merupakan tempat pengabdian dan praktek profesi apoteker dalam melakukan
pekerjaan kefarmasian untuk membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal
bagi masyarakat. Untuk menunjang fungsi tersebut apotek dituntut menyelenggarakan pelayanan
farmasi yang berkualitas (Hartini dan Sulasmono, 2006). Standar pelayanan farmasi ini
dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional, melindungi
profesi dari tuntutan masyarakat yang tidak wajar, sebagai pedoman apoteker, dan untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi di apotek (Purwanti dkk, 2004).
Perkembangan apotek ini sangat ditentukan oleh pengelolaan sumber daya dan pelayanan di
apotek tersebut. Oleh sebab itu, standar pelayanan farmasi sangat diperlukan dalam menjalankan
suatu apotek. Jika suatu apotek tidak menggunakan standar pelayanan farmasi dalam menjalankan
apotek maka tidak akan tercapai derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Karena
pelayanan farmasi adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam
pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien/masyarakat (Hartini dan
Sulasmono, 2006).
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek disusun bertujuan sebagai pedoman praktek
apoteker dalam menjalankan profesi, untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak
profesional, dan melindungi profesi dalam menjalankan praktik kefarmasian. Perkembangan apotek
ini sangat ditentukan oleh pengelolaan sumber daya dan pelayanan di apotek tersebut. Oleh sebab itu,
standar pelayanan farmasi sangat diperlukan dalam menjalankan suatu apotek. Jika suatu apotek tidak
menggunakan standar pelayanan farmasi dalam menjalankan apotek maka tidak akan tercapai derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Karena pelayanan farmasi adalah bentuk pelayanan dan
tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien/masyarakat.
4
1.3. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui definisi Apotek
2. Mengetahui tujuan Apotek
3. Mengetahui apa saja Tenaga Kefarmasian
4. Mengetahui faktor penyebab Apotek membayar gaji tenaga kefarmasian tidak
sesuai dengan standart
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan kemudahan dalam
pemberian pelayanan kepada pasien serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia.
3. Bangunan bersifat permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat merupakan bagian dan
atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan
bangunan yang sejenis.
Bangunan Apotek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 paling sedikit memiliki sarana ruang yang
berfungsi :
1. Penerimaan Resep;
6
2. Pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas);
4. Konseling;
6. Arsip.
1. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan
Apoteker.
2. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara lain
obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetika
4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat
atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional. (Bogadenta, 2012).
Sarjana Farmasi
Ahli Madya Farmasi
Analis Farmasi.
o Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi & Alkes melalui PBF,
PAK, instalasi Sediaan Farmasi dan alat kesehatan milik Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, & pemerintah daerah kabupaten/kota; dan/atau
7
o Fasilitas Pelayanan Kefarmasian melalui praktik di Apotek, IFRS, puskesmas,
klinik, TO, atau praktek bersama.
Pekerjaan Kefarmasian
apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan
sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian di Indonesia (Depkes, 2004).
Menurut Standar Kompetensi Farmasi Indonesia, tercantum kewajiban apoteker dalam asuhan
kefarmasian yaitu
1. Memberikan pelayanan obat kepada pasien atas permintaan dokter, dokter gigi, atau dokter
hewan baik verbal atau non verbal.
2. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang ingin melakukan pengobatan sendiri.
3. Memberikan pelayanan atas informasi obat.
4. Memberikan konsultasi obat.
5. Melakukan monitoring efek samping obat.
6. Melakukan evaluasi penggunaan obat (ISFI, 2004).
8
2.4. FAKTOR PENYEBAB APOTEK TIDAK MEMBAYAR GAJI TENAGA
KEFARMASIAN SESUAI STANDART
Upah/gaji adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari Pengusaha kepada buruh untuk sesuatu
pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang
ditetapkan menurut sutau persetujuan, atau peraturan perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar
suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri
maupun keluarganya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan
kewenangan provinsi sebagai daerah otonom, maka dari itulah diberlakukan yang namanya upah
minimum provinsi atau upah minimum kabupaten/kota.
1. Kemampuan Apotek
Skala bisnis dan kondisi finansial apotek memengaruhi kemampuan dalam membayar gaji
karyawan. Seperti pada masa pandemi,tidak sanggup membayar upah, apalagi menaikkan
upah.
2. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja
Hal ini dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja yang tersedia. Semakin banyak tenaga kerja dan
melebihi permintaan, nilai upah akan menurun. Sedangkan jika jumlah tenaga kerja terlalu
sedikit, di bawah permintaah, secara otomatis upah akan dinaikkan.
3. Regulasi pemerintah
Setiap tahun, pemerintah mengumumkan kenaikan upah minimum sebagai jaring pengaman
bagi pekerja agar upah dapat memberikan penghidupan yang layak. Upah minimum adalah
besaran upah terendah untuk karyawan di posisi terbawah dengan masa kerja kurang dari satu
tahun.
4. Jam kerja di tenaga kefarmasian tidak sesuai dengan jadwal yang sudah ada di apotek
Adanya pekerjaan lain seorang Apoteker misalnya: sebagai ASN sehingga kurang berperan
dalam Apotek sehingga penghasilan dari Apotek tidak maksimal yang menyebabkan gaji
farmasis tidak sesuai standard.
5. Masa kerja
Sebagian besar perusahaan mempertimbangkan masa kerja karyawan sebagai dasar untuk
memberikan penyesuaian atau kenaikan gaji. Karyawan dengan masa kerja yang lebih banyak
berpeluang mendapat kenaikan gaji dibanding karyawan yang baru bekerja setahun.
6. Kesepakatan Pemberi Kerja dengan Penerima Kerja
Pemberian upah baru dapat dilakukan ketika telah disetujui baik dari pihak penerima, yaitu
pekerja, dan juga pihak yang memberi, yaitu Apotek. Dimana upah biasanya telah disepakati
di awal.
Faktor yang menyebabkan tidak mampunya Apotek membayar gaji Farmasis sesuai standard
adalah disebabkan oleh adanya faktor penghambat yang menyebabkan kemampuan Apotek membayar
gaji yang tidak kompetitif walaupun tersedia standar gaji PD IAI.Salah satu faktor tersebut adalah
rendahnya pelayanan yang dilakukan farmasi.
9
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Apotek merupakan tempat pengabdian dan praktek profesi apoteker dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian untuk membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan
kewenangan provinsi sebagai daerah otonom, maka dari itulah diberlakukan yang namanya upah
minimum provinsi atau upah minimum kabupaten/kota.
Kemampuan Apotek
Skala bisnis dan kondisi finansial apotek memengaruhi kemampuan dalam membayar gaji
karyawan.
Regulasi pemerintah
Upah minimum adalah besaran upah terendah untuk karyawan di posisi terbawah dengan masa
kerja kurang dari satu tahun.
Masa kerja
Sebagian besar perusahaan mempertimbangkan masa kerja karyawan sebagai dasar untuk
memberikan penyesuaian atau kenaikan gajI.
B.SARAN
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, segala kritik saran dari pembaca akan penyusun terima
untuk perbaikan penyusunan yang lebik baik lagi.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2009/51tahun2009pp.htm#:~:text=Tenaga%20Kefarmasian
%20adalah%20tenaga%20yang,Apoteker%20dan%20Tenaga%20Teknis%20Kefarmasian.
http://eprints.ums.ac.id/27306/2/BAB_I.pdf
http://eprints.ums.ac.id/12679/2/BAB_1.pdf
https://betterwork.org/wp-content/uploads/2017/09/4-B-PP1981-08-Perlindungan-Upah-LG.pdf
11