Anda di halaman 1dari 5

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulilah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II yang berjudul “Asuhan Keperawatan Fraktur” dengan baik.

Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai
pihak, kami telah berusaha untuk memberikan yang terbaik, walaupun didalam
pembuatannya kami mengalami kesulitan, karna keterbatasan kemampuan dan
ilmu yang kita miliki. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih terkhusus kepada Bapak Ns.
Lukman,.S.Kep,.MM,.M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
sekalian yang telah memberi dorongan dan dukungan kepada kami.

Kami menyadari bahwa penulisan studi literatur ini masih banyak kekurangan,
oleh karna itu kami membutuhkan saran dan kritik yang membangun saat kami
butuhkan agar dapat memperbaikinya di masa yang akan datang. Semoga apa
yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman yang
berkepentingan.
Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.

Palembang, Maret 2021

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fraktur adalah retak atau patah yang utuh. Kebanyakan disebabkan oleh trauma di
mana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung
dan tidak langsung (Sjamsuhidayat, 2005). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas
tulang dan atau tulang rawan yang disebabkan oleh rudapaksa (trauma atau tenaga
fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak
dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih
baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion with Internal
Fixation) (Doenges,2000).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorbsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot eksterm. Meskipun tulang
patah, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan
lunak dan pendarahan ke otot serta sendi. Organ tubuh dapat mengalami cedera
akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang (Suzanne
C.Smeltzer,2002). Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat
lainnya yang terdiri atas hamper 50% air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari
bahan mineral terauma calcium kurang lebih 67% dan bahan seluler 33%.

Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat 5,6 juta
orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat kecelakan lalu
lintas. Fraktur merupakan suatu kondisi di mana terjadi diintegritas tulang.
Penyebab terbanyak fraktur adalah kecelakan, baik itu kecelakan kerja, kecelakan
lalu lintas dan sebagainya. Tetapi fraktur juga bisa terjadi akibat factor lain seperti
proses degenerative dan patologi (Depkes RI, 2005). Menurut Depkes RI 2011,
dari sekian banyak kasus fraktur di Indonsia, fraktur pada ekstremitas bawah
akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling tinggi diantara fraktur lainnya
yaitu sekitar 46,2 %. Dari 45.987 orang dengan kasus fraktur ekstremitas bawah
akibat kecelakaan, 19.629 orang mengalami fraktur pada tulang femur, 14.027
orang mengalami fraktur cruris, 3.775 orang mengalami fraktur tibia, 970 orang
mengalami fraktur pada tulang-tulang kecil di kaki dan 336 orang mengalami
fraktur fibula. Walaupun peran fibula dalam pergerakan ekstremitas bawah sangat
sedikit, tetapi terjadinya fraktur pada fibula tetap saja dapat menimbulkan adanya
gangguan aktifitas fungsional tungkai dan kaki.

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 juga menyebutkan bahwa kejadian
kecelakaan lalu lintas di daerah Jawa Tengah sebanyak 6,2% mengalami fraktur.
Menurut Desiartama & Aryana (2017), di Indonesia kasus fraktur femur
merupakan yang paling sering yaitu sebesar 39% diikuti fraktur humerus (15%),
fraktur tibia dan fibula (11%), di mana penyebab terbesar fraktur femur adalah
kecelakaan lalu lintas yang biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil, motor
atau kendaraan rekreasi (62,6%) dan jatuh (37,3%) dan mayoritas adalah pria
(63,8%). Puncak distribusi usia pada fraktur femur adalah pada usia dewasa (15-
34 tahun) dan orang tua (di atas 70 tahun).

Menurut data dari bagian rekam medik di RSUP Dr. M. Djamil Padang, fraktur
maksilofasial berjumlah 213 kasus dimana pada tahun 2014 sebanyak 114 kasus,
tahun 2015 sebanyak 78 kasus, dan tahun 2016 sebanyak 21 kasus. Pada
penelitian sebelumnya di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, terdapat sebanyak
354 orang pasien yang mengalami fraktur maksilofasial dari tahun 2009-2011.
Selama ini penelitian tentang karakteristik fraktur maksilofasial di RSUP Dr. M.
Djamil Padang belum pernah dilakukan, karena itu penulis merasa perlu untuk
meneliti karakteristik fraktur maksilofasial tahun 2014 hingga tahun 2016.

Polisi Resor Kota Bukittinggi, Sumatera Barat mencatat sebanyak sembilan kasus
kecelakaan selama Operasi Ketupat 2014 dari kasus tersebut, tiga orang
meninggal dunia satu luka berat dan 13 orang lainnya luka ringan. Korban
kecelakaan tersebut berkisaran berumur 16 sampai 30 tahun.

Ada lebih dari 150 klarifikasi fraktur menurut para ahli fraktur dibagi menjadi
dua, fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur dibagi menjadi 3 grade
(Smeltzer,2002). Berdasarkan klasifikasi ditinjau menurut sudut patah, terdiri atas
3 macam fraktur yaitu fraktur trasfersal adalah fraktur yang patahnya tegak lurus,
fraktur oblik adalah fraktur yang membentuk sudut terhadap tulang dan fraktur
spiral adalah fraktur yang meluas mengelilingi tulang (Price, 1995).

1.2 Tujuan Penulisan

1. Mampu memahami tentang konsep dasar asuhan keperawatan dengan Fraktur.

2. Mampu melakukan pengkajian fraktur dalam memberikan asuhan keperawatan


pasien

3. Mampu mengidentifikasi diagnose keperawatan yang muncul pada pasien


dengan fraktur

4. Mampu megintervensi dalam asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada


pasien dengan fraktur
Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorbsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot eksterm. Meskipun tulang
patah, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan
lunak dan pendarahan ke otot serta sendi. Organ tubuh dapat mengalami cedera
akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang (Suzanne
C.Smeltzer,2002).

Pada diagnosa asuhan keperawatan pada klien Fraktur dapat dirumuskan 4


diagnosa pada tinjauan kasus yaitu :

1. Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik di tandai dengan pasien tampak meringgis,
gelisah.

2. Resiko Infeksi b.d kerusakan integritas kulit.

3. Gangguan Mobilitas Fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang di tandai


dengan pasien nyeri saat bergerak.

4. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d kelembabpan di tantai dengan klien


tanpak nyeri, perdarahan, kemerahan

3.2 Saran

Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan memberikan pengetahuan dan


memperkaya pengalaman bagi penulis dalam memberikan dan menyusun asuhan
keperawatan pada pasien fraktur sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan program studi D3 Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai