Oleh:
AHMAD AZAZI ABDUL ROHMAN
46116110051
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
2021
PENGESAHAN TUGAS AKHIR
Tanggal :
Pembimbing
Mengesahkan
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada peneliti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Resiliensi Terhadap Stres Kerja Pada Anggota Direktorat Reserse
Kriminal Khusus Polda Metro Jaya”. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Mercu
Buana.
Penulis sebagai manusia biasa menyadari dalam penelitian ini tidak lepas dari
kesalahan dan kekurangan akibat keterbatasn pengetahuan serta pengalaman.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan yang
sangat berarti dari berbagai pihak, khususnya Bapak., Psikolog, selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah memberikan saran, waktu, bimbingan, semangat,
pengetahuan dan nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat yang telah diberikan
kepada penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis haturkan
Alhamdulillah atas anugerah Allah SWT dan ingin berterima kasih pada semua pihak
yang tekah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada :
1. Kedua orangtua tercinta yang telah memberikan dukungan, semangat serta
do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
2. Bapak, M.Psi., Psikolog selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang
telah banyak memberikan arahan, saran, serta waktunya kepada penulis
dengan segala kesabarannya.
3. selalu Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan
arahan, saran, serta waktunya kepada penulis.
4. Ibu Dr. Setiawati Intan Savitri, M.Si selaku Dekan Studi Fakultas
Psikologi Universitas Mercu Buana.
5. Ibu Irma Himmatul Aliyyah, M.Psi., Psikolog selaku Kaprodi Fakultas
Psikologi Universitas Mercu Buana.
6. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Fakultas Psikologi Universitas Mercu
Buana.
7. Seluruh Rekan kerja di Polres Metro Tangerang Kota selaku subjek
penelitian ini.
8. Seluruh teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 31 Universitas Mercu
Buana.
Akhir kata dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulisi mohon maaf
apabila ada kesalahan dan kelemahan dalam skripsi ini.
Jakarta,
Halaman
DAFTAR TABEL........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
2.2 Resiliensi.......................................................................................................13
2.4 Fenomena Hubungan Resiliensi terhadap Stres Kerja pada Anggota Reserse
Kriminal Khusus............................................................................................24
i
3.2 Populasi dan Sampel.....................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................38
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
tertinggi untuk menjaga ketertiban dan kedamaian negara dengan cara menegakkan
hukum dan mengurangi kegiatan tindak kriminal yang tidak terhitung jumlahnya
(Lambert et al.,2017). Menjadi seorang polisi merupakan pekerjaan yang sulit dan
berbahaya, mereka dinilai memiliki standar yang lebih tinggi dibandingkan dengan
warga biasa karena harus menjadi pemecah masalah ketika terjadi konflik di
dipenuhi dengan pemicu stres yang tinggi dan peristiwa traumatis karena sering
orang lain seperti kekerasan, situasi pelecehan dan melihat mayat (Chopko et al.,
2018). Dalam sebuah studi survei nasional terhadap petugas polisi di Kepolisian
Nasional Finlandia, ditemukan lebih dari 40% responden survei melaporkan bahwa
mereka menghadapi insiden kritis di lebih dari 20% waktu kerja mereka. Polisi yang
terkena insiden traumatis juga ditemukan memiliki tingkat depresi dan kecemasan
Direktorat Reserse Kriminal Khusus yang disingkat dengan Dit Reskrimsus ini
didalamnya terdapat lima Subdit diantaranya Subdit Indag yang menangani terkait
menangani terkait Kasus Kriminal yang berhubungan dengan Pencucian uang dan
1
2
terkait Kasus Kriminal yang berhubungan dengan Kejatan Dunia Maya dan Subdit
Tipidkor yang menangani terkait Kasus Kriminal yang berhubungan dengan Tindak
Pidana Korupsi dengan tugas pokok Polisi Reserse Kriminal Khusus antara lain yaitu
yang Khusus atau terkait ekonomi, membuat rangkuman serta menyiapkan surat-surat
Pada pelaksanaan tugasnya sebagai Polisi Reserse kriminal Khusus tidak hanya
berhubungan dengan pelaku tindak kriminal yang luar biasa atau Khusus namun
tugas-tugas lain yang dapat diberikan kapan saja pada saat dibutuhkan. Peneliti telah
beban pekerjaan yang dialami dan perasaan anggota ketika menerima beban kerja
tersebut. Hasilnya ketiga anggota tersebut mengatakan bahwa pada waktu tertentu
dan tidak dapat diprediksi anggota Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro
Jaya menerima perintah yang diluar dari tugas pokoknya seperti Melaksanakan Giat
Cipta Kondisi dan pemantauan Gerai Vaksin Merdeka pada saat Pandemi Covid 19
dan Pengamanan Massa mengingat Polda Metro Jaya mempunyai tugas yang berbeda
dengan Polda lain dimana pada wilayah hukum Polda Metro Jaya sering adanya
kegiatan Demonstrasi, sementara tugas pokok Reserse Kriminal Khusu Polda Metro
berbagai macam pemicu stres kerja yang dialami oleh anggota Direktorat Reserse
3
Kriminal Khusus Polda Metro Jaya. Menurut Robbins dan Judge (2008) terdapat tiga
faktor yang menjadi sumber potensial stres yaitu: faktor lingkungan, faktor
merespon suatu tekanan atau beban kerja yang diberikan, termasuk bagaimana cara
mereka dalam menghadapi sumber stres tersebut. Salah satu upaya untuk menghadapi
sumber stres salah satunya dengan memiliki sikap resiliensi yang tinggi.
individu dalam menangani stres atau tekanan serta cara individu dalam mengatasi
kecemasan dan depresi. Resiliensi memiliki hubungan yang erat terhadap stres,
keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Resiliensi hanya
dapat menimbulkan stres, dan manajemen stres yang mengarah pada adaptasi yang
positif yaitu resiliensi (Misasi, 2019). Sedangkan menurut Reivich dan Shatte (2002)
terdapat tujuh kemampuan yang digunakan untuk melihat apakah individu tersebut
memiliki efikasi diri, dan memiliki kemampuan meraih apa yang diinginkan. Menurut
London dan Mone (dalam Apriawal, 2012) orang-orang dengan kemampuan untuk
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar yang terus mengalami perubahan,
4
bahkan ketika lingkungan yang ditempati sangat rusuh dan mengganggu dapat
umum seseorang dalam melibatkan kemampuan penyesuaian diri yang tinggi dan
luwes saat dihadapkan dengan tekanan, baik tekanan internal maupun eksternal.
digali. Seorang individu yang memiliki resiliensi yang baik akan memahami bahwa
kesalahan bukan akhir segalanya. Individu mengambil sisi positif dari resiliensi,
dimana kesalahan merupakan pengetahuan untuk meraih sesuatu yang lebih tinggi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mahari dan Panjaitan (2019) resiliensi
dan stres orang tua yang memiliki anak penyandang Autism memiliki hubungan yang
signifikan dan berkorelasi dengan tingkat hubungan yang kuat dan negatif. Penelitian
lain yang dilakukan oleh Pratasiwi (2017) berpendapat bahwa stress keja mempunyai
hubungan yang negatif signifikan terhadap resiliensi, dimana jika tingkat stres kerja
rendah maka tingkat resiliensi diri tinggi. Penelitian tersebut juga di perkuat dengan
penelitian yang dilakukan oleh penelitian Triyana et al.,(2014) dimana ada hubungan
negatif resiliensi dengan stres dalam Menyusun skripsi pada mahasiswa Program
Studi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, dibuktikan dengan tingkat stres
pada mahasiswa termasuk pada kategori tinggi sedangkan tingkat resiliensi termasuk
sudah disampaikan di atas mengenai kaitan resiliensi terhadap stres kerja dinyatakan
bahwa terdapat hubungan dengan arah negatif namun belum ada penelitian tentang
Pengaruh resiliensi terhadap stres kerja pada anggota Direktorat Reserse Kriminal
Khusus Polda Metro Jaya sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang pengaruh resiliensi terhadap stres kerja anggota Direktorat Reserse Kriminal
Apakah ada pengaruh resiliensi terhadap stres kerja pada anggota Direktorat
tentang pengaruh resiliensi terhadap stres kerja, serta dapat digunakan dalam
resiliensi terhadap stres kerja pada anggota Direktorat Reserse Kriminal Khusus
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stres Kerja
Stres adalah adanya gangguan pada pikiran dan tubuh akibat tuntutan
kehidupan ataupun pekerjaan (Jenita, 2017). Stres kerja adalah sikap tegang yang
pikir, kondisi dan emosi seseorang. Stres kerja dapat terjadi karena tuntutan kerja
dan tekanan kerja yang berlebih (Hasibuan, 2014). Stres kerja juga dapat
kurang baik dapat menyebabkan stres pada seseorang meningkat bila dibiarkan
eksternal yang baik sehingga tingkat stres pada individu dapat menurun (Luthans,
2010). Stres kerja merupakan suatu kondisi dimana seseorang merasa tertekan
berbagai gangguan seperti emosi yang tidak stabil, mudah gugup, dan mudah
Jenis-jenis stress menurut Selye dalam Rice (2012) dikategorikan menjadi dua atas
7
8
a. Stres ringan
dalam hidupnya dimana durasi stres ringan hanya beberapa menit atau
beberapa jam.
b. Stres sedang
lebih lama. Stres sedang dapat ditandai dengan sakit perut, otot tegang,
ringan.
c. Stres berat
9
Durasi stres berat lebih lama yaitu satu minggu sampai beberapa bulan,
stres berat dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti konflik rumah
sederhana.
beberapa diantaranya :
untuk dapat memberikan kinerja yang baik butuh waktu yang cukup dan
beban kerja yang berat cenderung merasa tertekan dan kelelahan dalam
bekerja, yang pada akhirnya menyebabkan stres kerja dan sulit fokus
dalam bekerja.
bekerja dibawah tekanan secara tidak langsung akan merasa cemas dan
dan tidak menerima masukan serta saran akan mendorong terjadinya stres
diri.
dengan rekan kerja kurang baik, mudah gelisah, dan gangguan tidur.
kerja. Adapun faktor-faktor yang membentuk stres kerja adalah pekerjaan itu
karyawan.
perlasatan yang memadai, jika hal tersebut memiliki hambatan maka akan
d. Konflik Pribadi
tidak nyaman.
perusahaan.
f. Masalah Pribadi
fokus dan pikirannya terbagi-bagi. Ketika hal tersebut terjadi maka akan
kerja.
Menurut Jenita, (2017) stres ringan dapat memberikan pengaruh yang positif
Sedangkan stres pada level yang lebih tinggi dapat mengakibat seseorang
2014):
a. Fisilogis
b. Psikologis
2) Keletihan emosi
c. Perilaku
3) Stres berat mendorong seseorang untu bolos bekerja atau tidak aktif
2.2 Resiliensi
kapasitas individu menangani stress atau tekanan, depresi atau reaksi stress, dan
buruk dari kondisi yang tidak menyenangkan, atau mengubah kondisi kehidupan.
Penderitaan sudah menjadi hal yang wajar untuk diatasi. Menurut Fernanda Rojas
resiliensi sebagai proses beradaptasi dengan baik terhadap trauma, tragedi atau
peristiwa stres lainnya. Selain itu, dikatakan bahwa resiliensi bukanlah sifat
yang tinggi. Individu fokus pada diri mereka sendiri dan memecahkan masalah
mengatasi masa sulit atau tekanan dalam hidupnya, serta sikap positif dalam
akan cenderung memiliki rasa minder dan ragu dalam mecapai tujuan sejingga
dibutuhkan standard yang tinggi dan keuletan dalam diri individu. Indikator
dalam aspek ini adalah mampu menjadi individu yang kompeten, ulet dan
stress
melakukan coping pada stress dengan cepat, dan dapat fokus mencapai tujuan
walaupun dalam tekanan. Indikator dalam aspek ini adalah percaya terhadap
naluri, toleran pada hal-hal yang buruk, dan mampu mengatasi stres.
Aspek ini berhubungan dengan penerimaan kesulitan secara positif jika berada
Aspek ini adalah kemampuan mengontrol diri dan dapat mencapai tujuan serta
mengontrol diri.
e. Spiritual influence
mencapai tujuan. Indikator pada aspek ini adalah kepercayaan kepada Tuhan
dan takdir.
dan Davidson (2003) dimensi resiliensi terbagi menjadi dua aspek, antara lain:
a. Hardiness
secara tidak terduga baik itu stres, sakit atau penderitaan, tekanan maupun
adanya perasaan yang tidak menyenangkan dalam diri individu. Olivia (2014)
b. Persistence
mencapai sesuatu, tidak menyerah, dan yakin atas kemampuan yang dimiliki
diri sendiri. Bekerja keras dalam mencapai tujuan yang diimpikan walaupun
sulit.
sebagai (I have), yaitu lebih dari satu anggota keluarga yang dipercaya serta
membutuhkan dukungan serta cinta dari orang lain yang dipercaya dapat
b. Faktor Inner Strength (I am), adalah sesuatu yang dimiliki seorang individu
kepercayaan diri atas kemampuan dirinya sendiri, sikap optimis, dan disukai
depan, empati. Faktor I am ini adalah kekuatan dari diri individu itu sendiri.
temperamen diri sendiri dan orang lain. Oleh sebab itu, seorang yang
beresiliensi wajib mempunyai tiga faktor tersebut, yaitu I am, I have dan I
can, tetapi jika seseorang hanya memiliki salah satu faktor saja tidak
individu, maka dapat disimpulkan bahwa faktor eksternal (I Have), faktor inner
positif, faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, dan suku, harapan,
keluarga, hubungan yang harmonis dengan orang tua, dan dukungan sosial
baik, mempunyai orang lain pada yang sangat mendukung, mempunyai satu
atau lebih kelebihan, percaya diri dan percaya pada kemampuannya saat
sebagai berikut:
20
a. Insight adalah kemampuan individu untuk mengenal diri sendiri dan orang
yang akan dihadapi. Dalam hal ini individu yang resilien selalu
bisa hidup dengan baik dan produktif. Individu yang resilien mengkoreksi
resiliensi seperti yang telah dijelaskan serta diuraikan diatas dari beberapa
a. Succumbing (mengalah)
ini berpotensi mengalami depresi dan dalam kondisi yang ekstrim dapay
b. Survival (bertahan)
Pada tahapan ini ketika seorang individu tidak bisa mendapatkan atau
c. Recovery (pemulihan)
22
dalam fungsi psikologis, emosi yang normal, serta dapat menyesuaikan diri
Pada kondisi ini seorang individu tidak hanya kembali pada tingkat
baru individu segingga menjadi lebih baik. Hal ini termanifetasi dalam
positif.
c. Boucingback
kerja.
Agata McCormac, The Effect of Resilience and Job Pada penelitian ini ditemukan bahwa
lebih baik.
Bushara Bano, Job Stres among Police Hasil penelitian ini menyebutkan
dibidangnya.
Waters and Police stres: history, Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
Ussery, (2007) contributing factors, symptoms, citra seorang polisi adalah berorientasi
Wanda Irawan Hubungan Antara Job demands Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tergolong rendah.
Panjaitan, (2019) Dengan Tingkat Stres Orang Tua resiliensi dan tingkat stres orang tua
Fitria, (2016) Dengan Stres Pada Mahasiswa negatif antara setiap dimensi resiliensi
kurang resilien.
Purwanto dan Resiliensi Dan Beban Kerja Terdapat pengaruh resiliensi dan beban
Sahrah, (2020) Terhadap Stress Kerja Pada kerja terhadap stress kerja pada Polisi
keluarga.
Seseorang memiliki tingkat resiliensi yang akan menentukan apakah individu tersebut
akan berhasil atau tidak melewati tekanan, di tandai dengan beberapa ciri diantaranya
hubungan yang erat terhadap stres, keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak
tekanan, sementara kondisi tersebut dapat menimbulkan stres, dan manajemen stres
yang mengarah pada adaptasi yang positif yaitu resiliensi (Misasi, 2019).
26
tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara resiliensi dan turnover yang
dimediasi oleh stres kerja. Didukung oleh penelitian (McCormac et al., 2018) yang
menemukan bahwa individu resiliensi yang tinggi akan menyebabkan tingkat stres
kerja yang lebih rendah dan memiliki ISA yang lebih baik. Menurut Bushara Bano
(2011) penyebab utama stres pada polisi adalah tekanan politik, kurangnya waktu
untuk keluarga, citra publik yang negatif dan gaji yang rendah. Secara empiris tingkat
stres pada lingkungan polisis memiliki hubungan dengan usia, tingkat pendidikan,
Police Watch (IPW) Neta S Pane menilai kasus polisi bunuh diri berpotensi tinggi di
tahun 2018, meski angka polisi bunuh diri pada 2017 turun lebih dari 50 persen
dibandingkan 2016. Menurutnya, ada dua fenomena yang patut dicermati. Pertama,
sebagian besar polisi yang bunuh diri melakukan aksinya dengan cara menembak
kepalanya sendiri dan hanya satu yang gantung diri. Pada tahun 2018 terjadi kasus
bunuh diri yang dilakukan oleh polisi dengan cara menembak kepalanya sendiri,
diduga penyebabnya aalah beratnya beban dan tekanan yang dihadapi, terdapat dua
kasus di antaranya dilakukan anggota Brimob karena persoalan yang sangat sepele
yakni karena stres dijadikan saksi dan Ipda Sasmidias di Palu diduga karena terlalu
lama bertugas di daerah konflik karena pada tahun 2018 beban kerja anggota Polri
cukup berat, terutama dalam menjaga keamanan Pilkada Serentak di berbagai daerah.
Hal ini kerap menjadi tekanan tersendiri bagi anggota Polri dalam menjalankan tugas
27
profesionalnya dan ini pula yang kerap menjadi penyebab utama kasus polisi bunuh
Polda Metro Jaya sangat rentan terhadap stres karena memiliki resiko dan beban kerja
yang berat. Stres kerja merupakan suatu kondisi ketegangan yang menciptakan
adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis yang memengaruhi emosi, proses berpikir
dan kondisi individu di lingkungan kerja, dimana pada penelitian yang dilakukan oleh
Hafna dan Aprilia (2018) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan
signifikan antara locus of control internal dan stres kerja pada anggota Kepolisian
Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Daerah, sesuai
dengan pasal 10 huruf d dalam Peraturan Kapolri Nomor 22 Tahun 2010 dimana
unsur pelaksana tugas pokok yang berada di Daerah di pimpin oleh Kapolda, dengan
Khusus yang dipimpin oleh Direktur dengan pangkat Komisaris Besar Polisi
Jaya dengan pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Waka Polda Metro Jaya.
28
negatif terhadap stres kerja, dimana semakin tinggi tingkat resiliensi seseorang maka
Hardiness Fisiologis
Persistence Psikologis
Perilaku
kembali melanjutkan kehidupan yang sudah porak poranda sebagai akibat dari
bangkit kembali dari tantangan yang dapat timbul dalam hidup (Connor dan
kemampuan untuk menghadapi atau bangkit dari tekanan (Keim, 2008). Menurut
Connor dan Davidson (2003) terdapat lima dimensi resiliensi yaitu Personal
competence; high standar and tenacity, Trust in one’s instincts; tolerance negative
dikembangkan oleh Campbell-Sills dan Stein (2007) dirangkum menjadi dua dimensi
kerja. Sebagian besar penelitian tersebut menyatakan bahwa resiliensi yang tinggi
akan menurunkan tingkat stres kerja. Setiyana (2013) mendefinisikan stres kerja
dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan mempengaruhi kondisi
karyawan. Stress dapat dipengaruhi oleh faktor internal mapun eksternal. Menurut
Robbins dan Judge (2017) dimensi stres terbagi menjadi tiga yaitu fisiologis,
Adapun hipotesa dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan
negatif antara resiliensi terhadap stres kerja pada Anggota Direktorat Reserse
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif degan
jenis penelitian cause and effect. Penelitian cause and effect merupakan sebab akibat,
bila X maka Y. Penelitian ini dilakukan oleh penguji untuk menilai pengaruh
resiliensi (X) terhadap Stres bekerja yang dialami anggota Reserse Kriminal Khusus
3.2.1 Populasi
atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu sesuai dengan yang
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anggota Reserse Kriminal Khusus di
Polda Metro Jaya. Populasi pada penelitian ini adalah anggota Direktorat Reserse
Kriminal Khusus Polda Metro Jaya. Jumlah total anggota Satuan tersebut adalah
400 orang.
3.2.2 Sampel
ditetapkan untuk effect size sebesar 0.3, alpha (α) sebesar 0.05 dan statistical
power sebesar 0.95. Dengan kriteria ini didapati nilai total sample size sebesar
31
32
111. Dengan demikian, minimum sampel yang harus didapatkan yaitu 111 anggota
sampel dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu
tempat sesuai dengan konteks penelitian. Subjek yang akan diberikan kuesioner
memiliki variasi antara satu orang dengan orang lain atau satu obyek dengan obyek
lain (Sugiyono, 2014). Variabel merupakan atribut dalam bidang keilmuan yang
3.3.1 Variabel X
3.3.2 Variabel Y
Adapun variabel variabel terikat yang digunakan adalah Stres bekerja yang
dialami anggota Reserse Kriminal Khusus (Dit Reskrimsus) Polda Metro Jaya.
angket yang diberikan secara online kepada responden. Menurut Sugiyono (2014),
kuesioner merupakan teknik pengambilan data yang dilakukan dengan cara memberi
cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang
luas. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner tertutup
kuesioner yang penelitinya telah menyediakan pilihan jawaban (Sangadji dan Sopiah,
2010).
Dalam penelitian ini akan disajikan pernyataan dengan lima poin skala likert.
Skor yang diberikan yaitu dalam skala 1 sampai 5 dengan rincian sebagai berikut :
digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada
dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan
menghasilkan data kuantitatif. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
Dimensi stres kerja pada Anggota Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda
Metro Jaya yang meliputi gejala fisiologis, gejala psikologis dan gejala perilaku
menggunakan alat ukur Depression Anxiety Stress Scales (DAAS 30) yang di
adaptasi dari Robbins dan Judge (2017) terdiri dari 30 item. Untuk pernyataan
Favourable mempunyai nilai 4 – 1. Nilai 4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), nilai 3
untuk jawaban Sesuai (S), nilai 2 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan nilai 1 untuk
nilai 1 – 4. Nilai 1 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), nilai 2 untuk jawaban Sesuai
(S), nilai 3 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan nilai 4 untuk jawaban Sangat Tidak
Sesuai (STS).
Tabel 3. 2 Blue Print Kuesioner Stres Kerja (Robbins dan Judge, 2017)
Dimensi Jumlah item Jumlah
Fav/Unfav
Fisiologis 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 10
Psikologis 11,12,13,14,15,16,17,18,19,20 10
Perilaku 21,22,23,24,25,26,27,28,29,30 10
Total 30 30
proses pengumpulan data. Hal yang harus dilakukan saat melakukan pengujian
validitas adalah instrument isi, cara dan sasaran harus relevan (Nursalam, 2015).
Uji validitas merupakan nilai relevansi atau ketepatan hasil alat ukur sebagai
penilaian terhadap fungsi alat ukur tersebut. Tingginya validitas sebuah alat ukur
akan dinilai apabila nilai yang dihasilkan sesuai dengan tujuan peneliti.
Sebaliknya, jika alat ukur tersebut memiliki validitas rendah, maka relevansi
menganalisis data statistik. Angka korelasi yang diperoleh dengan melihat tanda
bintang (*) pada hasil skor total atau membandingkan dengan angka bebas korelasi
nilai r yang menunjukkan valid. Kriteria peniliaian uji validitas yaitu apabila nilai r
hitung > r tabel, maka kuesioner tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya, apabila
nilai r hitung < r tabel, maka kuesioner tersebut dianggap tidak valid (Azwar,
2010).
dikatakan realibilitas rendah tidak dapat menghasilkan nilai ukur yang dapat
dipercaya. Perbedaan nilai yang muncul bukanlah diakibatkan oleh perbedaan nilai
sebenarnya, namun lebih kepada akibat kesalahan pengukuran dari alat tersebut.
Nilai yang tidak reliable itu akan tergambar dalam inkonsistensi hasil yang
Nilai alpha > 0,60 artinya reliabilitas tinggi, kemudian disimpulkan seluruh item
reliable.
Smirnov adalah sebuah metode untuk menguji normalitas sebaran data. Prinsip
2015). Analisa dari hasil uji normalitas menggunakan aplikasi SPSS pengujian
kemudian diambil berdasarkan nilai probabilitas, jika nilai probabilitas (sig) > 0.05
dalam penelitian. Pada penelitian ini, uji tersebut akan menggunakan aplikasi
SPSS 24.0. Adapun kesimpulan uji berbentuk pernyataan suatu studi empiris
memiliki hubungan yang berbentuk linear, kuadrat, atau kubik. Hubungan yang
baik antar variabel akan menunjukan bentuk linier, hal ini digambarkan dengan
nilai probabilitas yang > 0,05. Sehingga variabel X1 dan varibel X2 dapat
37
Metode analisis data dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode regresi
linear sederrhana. Menurut Sugiyono (2013), uji regresi linear sederhana adalah
pengujian terhadap data yang mana terdiri dari dua variabel, yaitu variabel
independen dan satu variabe dependen, dimana variabel tersebut bersifat kausal
sederhana untuk membuktikan dugaan jika ada pengaruh kuat variable bebas
(resilensi) dengan variable terikat (stres). Uji regresi sederhana digunakan untuk
terhadap 1 (satu) variabel dependen (stres kerja). Pada penelitian kali ini peneliti
menguji seberapa besar pengaruh resiliensi terhadap stres kerja. Bentuk persamaan
Tabel 4.1
Laki-Laki 88 73.3
Perempuan 32 26.7
Pada tabel dilaporkan bahwa mayoritas responden adalah berjenis kelamin laki-
sebagian besar anggota Anggota Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro
38
39
kategori usia 20-25 tahun, 26-30 tahun, 31-35 tahun, 36-40 tahun, dan 40-50 tahun,
Pada tabel dilaporkan bahwa mayoritas responden adalah usia 26-30 tahun,
dengan persentase 44.2% sedangkan persentase terkecil adalah 4.2 dengan kategori
kategori Brigadir, Pama dan Pamen, dapat dilihat pada Tabel 4.3
40
Brigadir 95 79.2
Pama 13 10.8
Pamen 12 10.0
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini mayoritas adalah
Anggota Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya dengan pangkat
Brigadir dengan persentase 79.2%, sedangkan pangkat lain seperti Pama dan Pamen
memiliki persentase yang lebih sedikir yaitu berturut-turut 10.8% dan 10%.
1 0.610 VALID
2 0.590 VALID
3 0.672 VALID
4 0.699 VALID
5 0.658 VALID
6 0.614 VALID
7 0.632 VALID
8 0.654 VALID
9 0.746 VALID
41
10 0.672 VALID
11 0.682 VALID
12 0.773 VALID
13 0.795 VALID
14 0.651 VALID
15 0.792 VALID
16 0.776 VALID
17 0.817 VALID
18 0.544 VALID
19 0.624 VALID
20 0.700 VALID
21 0.757 VALID
22 0.685 VALID
23 0.677 VALID
24 0.811 VALID
25 0.702 VALID
26 0.736 VALID
27 0.797 VALID
28 0.758 VALID
29 0.786 VALID
30 0.785 VALID
Dari 30 item yang tersedia untuk mengukur variabel stres kerja, semua item
dinyatakan valid. Sehingga seluruh item tersebut diikutsertakan di dalam analisis data
1 0.781 VALID
2 0.735 VALID
3 0.654 VALID
4 0.616 VALID
5 0.561 VALID
6 0.810 VALID
7 0.796 VALID
8 0.614 VALID
9 0.734 VALID
10 0.785 VALID
11 0.708 VALID
12 0.738 VALID
13 0.734 VALID
14 0.756 VALID
15 0.745 VALID
16 0.821 VALID
17 0.860 VALID
18 0.825 VALID
19 0.830 VALID
20 0.818 VALID
Dari 20 item yang tersedia untuk mengukur variabel resiliensi, semua item
dinyatakan valid. Sehingga seluruh item tersebut diikutsertakan di dalam analisis data
Reliability Statistics
.965 30
reliabel dengan nilai Chronbach’s Alpha > 0,50 (Azwar, 2013) dengan seluruh
disimpulkan bahwa kuesioner yang digunakan untuk mengukur stress kerja item
di dalamnya reliable.
Reliability Statistics
Cronbach N of Items
's Alpha
.852 20
reliabel dengan nilai Chronbach’s Alpha > 0,50 (Azwar, 2013) dengan seluruh
a. Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Total Stres Kerja .132 120 .000
Total Resiliensi .145 120 .000
karena jumlah data lebih dari 50 responden. Berdasarkan tabel di atas, dapat
dilihan bahwa nilai Sig. keduanya berada <0.05, sehingga peneliti menyimpulkan
b. Uji Hipotesis
alternatif dari uji korelasi pearson karena data dalam penelitian ini data tidak
berdistribusi normal. Dari hasil uji didapatkan nilai korelasi bersifat negatif yaitu -
maka stress kerja akan berkurang dan sebaliknya. Nilai P yang didapat adalah
0.000 (<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel memiliki korelasi
yang signifikan.
Correlations
Berdasarkan hasil pada tabel di atas, uji matriks korelasi antara resiliensi dan
stress kerja ditemukan bahwa nilai koefisien korelasi tertinggi ada pada hubungan
dari psikologis baik dengan hardiness maupun persistence. Seluruh nilai korelasi
negatif pula dengan stress kerja seseorang dan berhubungan terbalik. Seluruh
Diantara dimensi yang diteliti, nilai koefisien korelasi antara hardiness dan
psikologis dengan nilai -0.430 dan dengan signifikansi yang kuat. Hal ini
menunjukan bahwa diantara masing-masing dimensi, dua dimensi ini lah yang
46
saling berhubungan. Selain hubungan antara dua dimensi tadi, hardiness juga
dengan ke tiga dimensi dari stress kerja. Sementara persistence, juga berhubungan
dengan stress kerja melalui fisiologis, psikologis dan perilaku, masing dengan
nilai koefisien -0.208, -0.293 dan -0.235 dengan signifikansi yang kuat.
4.3 Pembahasan
Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Adapun responden yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 120 orang, dengan kategori laki-laki (73.3%), dengan usia
terbanyak yaitu berkisar antara 26-30 tahun (44.2%), dan pangkat yang mayoritas
resiliensi terhadap stres kerja pada Anggota Direktorat Reserse Kriminal Khusus
Polda Metro Jaya. Pada pengujian uji hipotesis terlihat hasil uji regresi resiliensi
terhadap stress kerja yang menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi -0.331,
sehingga pengaruh resiliensi terhadap stress kerja bersifat negatif yang artinya
seseorang yang memiliki resiliensi maka stress kerja akan berkurang dan sebaliknya
ketika seseorang tidak memiliki resiliensi maka stres kerja akan meningkat. Pada
pengujian regresi linear dilaporkan nilai 0.00 (P< 0.05) yang artinya pengaruh antara
resiliensi dan stress kerja terdapat hubungan yang signifikan dan Ha diterima.
Pada hasil uji korelasi tiap dimensi antar variabel dalam penelitian
menunjukkan bahwa korelasi tertinggi adalah antara Hardiness dan psikologis dengan
47
nilai -0.430 dan dengan signifikansi yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
penelitian ini rata-rata subjek tergolong dalam hardiness yaitu dapat mengatasi
perubahan yang terjadi secara tidak terduga baik itu stres, sakit atau penderitaan,
tekanan maupun adanya perasaan yang tidak menyenangkan dalam diri individu, serta
yang baik dengan orang-orang disekelilingnya. Dan secara langsung dimensi stress
yaitu psikologis akan menurun dimana individu yang merasa tidak puas terhadap
pekerjaannya, cepat marah, mudah lupa, kurang bersemangat dalam bekerja, tidak
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanto dan Sarah (2020)
yang melaporkan bahwa terdapat hubungan negatif antara resiliensi dan stress kerja.
Berdasarkan temuan dari subjek penelitian selalu merasa siap dalam menghadapi
tantangan sebagai peluang untuk belajar, selalu memiliki ide dalam menyelesaikan
masalah dalam pekerjaan, memiliki empati dan simpati terhadap teman sejawat,
tentu sering mengadapi situasi- siatuasi yang sulit maupun menekan, sedangkan
sebuah tekanan tersebut dalam memunculkan stress pekerjaan, sehingga anggota yang
dapat menghadapi/beradaptasi dengan baik terhadap situasi sulit tersebut maka dapat
48
meminalisir terjadinya stress. Anggota yang tidak dapat menerima kesulitan yang
Resiliensi sangat diperlukan individu agar dapat merespon masalah ataupun tekanan
yang dihadapinya dengan positif dan dapat bertahan dalam kesuliitan, dan mampu
5.1 Kesimpulan
terdapat pengaruh yang negatif dan singnifikan antara resiliensi dan stress kerja
pada anggota Reserse Kriminal Khusus (Dit Reskrimsus) Polda Metro Jaya
yang artinya semakin seseorang memiliki resiliensi maka stress kerja akan
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran yang penulis berikan guna
teknologi saat ini seperti internet dan buku maupun artikel ilmiah.
38
39
pengaruh resiliensi dan tingkat stress yang dihadapi dalam anggota Reserse
Adegbile, Abiodun dan Sarpong, David dan Meissner, Dirk. (2016). Strategic
Foresight for Innovation Management: A Review and Research Agenda.
International Journal of Innovation and Technology Management. 14.
10.1142/S0219877017500195.
Andersen, J. P., Papazoglou, K., Koskelainen, M., Nyman, M., Gustafsberg, H., dan
Arnetz, B. B. (2015). Applying Resilience Promotion Training Among Special
Forces Police Officers. SAGE Open, 5(2), 1–8.
https://doi.org/10.1177/2158244015590446
Apriawal, Jabbal. 2012. Resiliensi Pada Karyawan yang Mengalami Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK). Emphaty 1. (1.).
Azwar, Saifuddin. 2010. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bano Bushara.(2011). Job Stress among Police Personnel. 2011 International
Conference on Economics and Finance Research IPEDR vol.4 (2011) © (2011)
IACSIT Press, Singapore
Campbell-Sills L, Stein MB. (2007).Psychometric analysis and refinement of the
Connor-davidson Resilience Scale (CD-RISC): Validation of a 10-item
measure of resilience. J Trauma Stress. Dec;20(6):1019-28. doi:
10.1002/jts.20271. PMID: 18157881.
Chopko, Brian dan Palmieri, Patrick dan Adams, Richard. (2017). Relationships
Among Traumatic Experiences, PTSD, and Posttraumatic Growth for Police
Officers: A Path Analysis. Psychological Trauma: Theory, Research, Practice,
and Policy. 10. 10.1037/tra0000261.
Connor, K. M., dan Davidson, J. R. (2003). Development of a new resilience scale:
The Connor‐Davidson resilience scale (CD‐RISC). Depression and anxiety,
18(2), 76-82. http://doi.org/ 10.1002/da.10113
Coulson, R. (2006). Resilience and Self-Talk in University Student. Thesis Uiversity
of Calgary
Desmita. 2017. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
38
39
Dodik. S. S Andy Arciana dan Astuti Kamsih. 2012. Hubungan Antara Kepribadian
Hardiness Dengan Stres Kerja Pada Anggota Polri Bagian Operasional Di
Polresta Yogyakarta. Insight Volume 10, Nomor 1, Februari 2012
Donsu, Jenita DT. (2017). Psikologi Keperawatan.Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Fatmasari, A. D. (2015). Hubungan resiliensi dengan stres kerja anggota Polisi Polres
Sumenep. Universitas Maulana Ibrahim Malang.
Felisiani, T. (2015). Polisi bunuh diri karena stres, 80 persen Reserse dan Anggota
Lalu Lintas. Tribun News
Fernanda Rojas, L. (2015). Factors affecting academic resilience in middle school
students : A case study. Gist Education And Learningresearch Journal. ISSN
1692-5777.
Ghandi Parastoo , Elahe Hejazi , Nahid Ghandi. (2017). A Study on the Relationship
between Resilience and Turnover Intention: With an Emphasis on the
Mediating Roles of Job Satisfaction and Job Stress. Bulletin de la Société
Royale des Sciences de Liège, Vol. 86, special issue, 2017, p. 189 - 200
Grotberg, E. H. (Ed.). (2003). Resilience for today: Gaining strength from
adversity. Praeger Publishers/Greenwood Publishing Group.
Hafna Layyina dan Aprilia Eka Dian . 2018. Locus Of Control Internal Dan Stres
Kerja Pada Polisi Reserse Kriminal Polda Aceh. Jurnal Psikologi. Vol 14, No 2
http://dx.doi.org/10.24014/jp.v14i2.5861.
Handoko, T. Hani. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Liberty:
Yogyakarta
Hasibuan, SP. Melayu. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Herrman, H. (2011). What is Resilience? The Canadian Journal of Psychiatry, 258 -
265.
http://www.kejahatan.go.id tahun 2019 diakses tanggal 1 Agustus 2021
https://reskrimsus.metro.polri.go.id (diakses 1 Agustus 2021).
Iacoviello, B. M., dan Charney, D. S. (2014). Psychosocial facets of resilience:
implications for preventing posttrauma psychopathology, treating trauma
survivors, and enhancing community resilience. European journal of
40
psychotraumatology, 5, 10.3402/ejpt.v5.23970.
https://doi.org/10.3402/ejpt.v5.23970
Isaacson, R. L. (2002). Unsolved Mysteries: The Hippocampus. Behavioral and
Cognitive Neuroscience Reviews, 1(2), 87–
107.doi:10.1177/1534582302001002001
Keye, D. M., dan Pidgeon, M. A. (2013). An investigation of the relationship
between resilience, mindfulness, and academic self-effficacy. Journal of Social
Sciences, 1 (6), 1-4.
Lambert, E. G., Qureshi, H., Frank, J., Klahm, C., dan Smith, B. (2017). Job Stress,
Job Involvement, Job Satisfaction, andOrganizational Commitment and Their
Associations with Job Burnout Among Indian Police Officers: a Research Note.
Journal of Police and Criminal Psychology, 33(3), 85–99.
https://doi.org/10.1007/s11896-017-9236-y
th
Luthans, Fred. 2010. Organizational Behavior, “An Evidence-Based Approach”. 12
edition. McGraw Hill. New York
Maharani, A.P. and Panjaitan, R.U. 2019. Resiliensi Dan Hubungannya Dengan
Tingkat Stres Orang Tua Yang Memiliki Anak Penyandang Autism Spectrum
Disorder. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa. 2, 1 (May 2019), 47–54.
DOI:https://doi.org/10.32584/jikj.v2i1.295.
Mangkunegara, A.A (2013) Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Kesebelas,
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
McCormac, Agata dan Calic, Dragana dan Parsons, Kathryn dan Butavicius, Marcus
dan Pattinson, Malcolm dan Lillie, Meredith. (2018). The Effect of Resilience
and Job Stress on Information Security Awareness. Information and Computer
Security. 26. 00-00. 10.1108/ICS-03-2018-0032.
Mir’atannisa, Rusmana & Budiman. (2019). Kemampuan Adaptasi Positif Melalui
Resiliensi. Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research, 3
(2): pp. 70-76
Misasi Vallahutullah. 2019. Faktor – faktor yang mempengaruhi resiliensi . Prosiding
Seminar Nasional Magister Psikologi Universitas Ahmad Dahlan 08 Agustus,
2019, Hal. 433-441
41
Murphey, D., Barry, M., dan Vaughn, B. (2013). Positive mental health: Resilience.
Child Trends: Positive Mental Health Resilience, January(January), 1-6.
Nursalam. (2015). Metodologi ilmu keperawatan, edisi 4, Jakarta: Salemba Medika.
Triyana Marlyn, Tuti Hardjajani, Nugraha Arif Karyanta. 2014. Hubungan antara
Resiliensi dan Stres dalam Menyusun Skripsi pada Mahasiswa Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
perpustakaan.uns.ac.id
Wanda Irawan Anwarsyah. (2012). Hubungan Antara Job demands Dengan
Workplace Well-being Pada Pekerja Shift. Jurnal Psikologi Pitutur. Volume 1
No.1, Juni 2012
Waters, J.A. and Ussery, W. (2007), "Police stress: history, contributing factors,
symptoms, and interventions", Policing: An International Journal, Vol. 30 No.
2, pp. 169-188. https://doi.org/10.1108/13639510710753199
Werther JR, William B and Davis, Keith, 1996. Human Resources and Personel
th
Management, 5 edition. Mc Graw-Hill.USA
Wolin, Steven J., Sybil Wolin. 1953. The Resilient Self : How Suvivors of Troubled
Families Rise Above Adversity. New York : Villard.
Wulandari, F., dan Rizana, D. (2020). Pengaruh Job Insecurity dan Stres Kerja
Terhadap Turnover Intention dengan Ketidakpuasan Kerja sebagai Variabel
Intervening. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi
(JIMMBA), 2(3), 323-330. https://doi.org/10.32639/jimmba.v2i3.481
www.republika.co.id (diakses 1 Agustus 2021)
44