“ASKEB PERITONITIS”
Dosen Pembimbing : RD. Rahayu, S.Psi, M.PSi
Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Popy Mulia Asmara P27224018085
2. Retno Puspito Sari P27224018086
3. Risa Fawuri Nur H P27224018087
4. Septiani Rida Wardani P27224018088
5. Shalma Putri A P27224018089
6. Sherly Permatasari S P27224018090
7. Try Nurul Silvyana P27224018092
8. Veni Firdaus P27224018093
9. Yasinta Nur Jihan P27224018094
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
2.1 Definisi................................................................................................ 3
2.2 Etiologi................................................................................................ 4
2.3 Manifestasi Klinis................................................................................ 6
2.4 Patofisiologi......................................................................................... 7
2.5 Pathway............................................................................................... 8
2.6 Komplikasi........................................................................................... 9
2.7 Pemeriksaan Diagnostik...................................................................... 9
2.8 Penatalaksanaan................................................................................... 10
2.9 Asuhan Kebidanan pada Peritonitis..................................................... 13
BAB IV PENUTUP........................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 21
3.2 Saran.................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi peritonitis
2. Untuk mengetahui etiologi peritonitis
3. Untuk mengetahuimanifestasi klinis pada peritonitis
4. Untuk mengetahui patofisiologi peritonitis
5. Untuk mengetahui komplikasi pada peritonitis
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada peritonitis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada peritonitis
8. Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada peritonitis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Peritonitis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan
pada peritoneum. Peritoneum adalah lapisan tipis dari jaringan yang melapisi
organ-organ perut dan terletak di dalam dinding perut. Peradangan ini disebabkan
oleh infeksi bakteri atau jamur pada membrane ini. Ada dua tipe peritonitis yaitu
primer dan sekunder. Peritonitis primer disebabkan oleh penyebaran infeksi dari
pembuluh darah dan pembuluh limfe ke peritoneum. Penyebab peritonitis primer
yang paling umum adalah penyakit hati. Peritonitis sekunder adalah tipe
peritonitis yang lebih umum. Hal ini terjadi ketika infeksi yang berasal dari
saluran pencernaan atau saluran empedu menyebar ke dalam peritoneum.
Peritonitis juga dapat bersifat akut atau kronis. Peritonitis akut adalah peradangan
yang tiba-tiba pada peritoneum sedangkan peritonitis kronis adalah peradangan
yang berlangsung sejak lama pada peritoneum. Peritonitis adalah keadaan darurat
yang mengancam jiwa karena memerlukan perawatan medis secepatnya. Infeksi
menghentikan pergerakan usus yang normal (peristaltik). Tubuh segera
mengalami dehidrasi, dan zat-zat kimia penting yang disebut elektrolit dapat
menjadi sangat terganggu. Seseorang yang menderita peritonitis dan tidak dirawat
dapat meninggal dalam beberapa hari.
Peritonitis adalah inflamasi rongga peritoneal dapat berupa primer atau
sekunder, akut atau kronis dan diakibatkan oleh kontaminasi kapasitas peritoneal
oleh bakteri atau kimia. Primer tidak berhubungan dengan gangguan usus dasar
(contoh: sirosis dengan asites, system urinarius); sekunder inflamasi dari saluran
GI, ovarium/uterus, cedera traumatic atau kontaminasi bedah (Doenges, 1999).
Peritonitis adalah inflamasi peritonium yang bias terjadi akibat infeksi bacterial
atau reaksi kimiawi (Brooker, 2001). Peritonitis adalah infeksiseius atau
peradangan dari sebagian atau seluruh peritonium, penutup dari saluran usus
(Griffith, 1994)
4
2.2 Etiologi
Peritonitis dapat disebabkan oleh kelainan didalam abdomen berupa
inflamasi dan penyulitnya misalnya perforasi appendisitis, perforasi tukak
lambung, perforasitifus abdominalis. Ileus obstruktif dan perdarahan oleh karena
perforasi organ berongga karena trauma abdomen.
1. Bakterial, misalnya Bacteroides, E.Coli, Streptococus,Pneumococus, proteus,
kelompok Enterobacter-Klebsiella, Mycobacterium Tuberculosa.
Misalnya peradangan dinding peritonium yang terjadi bila benda asing
termasuk bakteri atau isi gastrointestinal.
2. Kimiawi, yaitu pada getah lambung,dan pankreas, empedu,darah, urin, benda
asing (talk, tepung).
Misalnya, robek atau perforasi dari organ mana saja diperut, seperti
apendiksitis, tukak peptik, atau divetikulum yang terinveksi atau kandung
kemih. Juga luka pada dinding perut, seperti karena pisau atau luka karena
tembak, atau dapat pula karena penyakit radang panggul atau robeknya
kehamilan ektopi
Infeksi peritoneal dapat diklasifikasikan sebagai bentuk:
1. Peritonitis primer (Spontaneus)
Disebabkan oleh invasi hematogen dari organ peritoneal yang langsung dari
rongga peritoneum. Penyebab paling sering dari peritonitis primer
adalah spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar kronis.
Kira-kira 10-30% pasien dengan sirosis hepatis dengan ascites akan
berkembang menjadi peritonitis bakterial.
2. Peritonitis sekunder
Penyebab peritonitis sekunder paling sering adalah perforasi appendicitis,
perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering
kolon sigmoid) akibat divertikulitis, volvulus, kanker serta strangulasi usus
halus (Brian,2011).
5
Diverticulitis
Malignancy
Ulcerative colitis and Crohn disease
and appendix
Appendicitis
Colonic volvulus
Trauma (mostly penetrating)
Iatrogenic
Pelvic inflammatory disease (eg, salpingo-oophoritis, tubo
Uterus,
ovarian abscess, ovarian cyst)
salpinx, and
Malignancy (rare)
ovaries
Trauma (uncommon)
terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk
menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum.
Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri
akibat pelvic inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi
positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes
berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan
penurunan kesadaran (misalnya trauma cranial,ensefalopati toksik, syok sepsis,
atau penggunaan analgesic), penderita dengan paraplegia dan penderita geriatric.
2.4 Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari organ abdomen ke dalam
rongga abdomen sebagai akibat dari inflamasi, infeksi, iskemia, trauma atau
perforasi tumor. Terjadinya proliferasi bacterial, terjadinya edema jaringan dan
dalam waktu singkat terjadi eksudasi cairan. Cairan dalam rongga peritoneal
menjadi keruh dengan peningkatan jumlah protein, sel darah putih, debris seluler
dan darah. Respons segera dari saluran usus adalah hipermotilitas, diikuti oleh
ileus paralitik disertai akumulasi udara dan cairan dalam usus.
8
2.5 Pathway
Masuk saluran
Keluarnya enzim Porte de entre
cerna Masuk kae ginjal
pancreas, asam benda asing,
lambung, empedu bakteri
Peradangan
Perdangan ginjal
saluran cerna
Masuk ke rongga
peritoneum
PERITONITIS
Diare
Refluk makan ke
atas
Kekurangan
volume cairan dan
Mual, muntah,
anoreksia
Intake inadekuat
2.6 Komplikasi
Menurut Chushieri komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut
sekunder, dimana komplikasi tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan
lanjut, yaitu :
a. Komplikasi dini
1) Septikemia dan syok septic
2) Syok hipovolemik
3) Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan kegagalan
multi system
4) Abses residual intraperitoneal
5) Portal Pyemia (misal abses hepar)
b. Komplikasi lanjut
1) Adhesi
2) Obstruksi intestinal rekuren
2.8 Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Management peritonitis tergantung dari diagnosis penyebabnya. Hampir
semua penyebab peritonitis memerlukan tindakan pembedahan (laparotomy
eksplorasi).
Pertimbangan dilakukan pembedahan antara lain:
a. Pada pemeriksaan fisik didapatkan defansmuskuler yang meluas, nyeri tekan
terutama jika meluas, distensi perut, massa yang nyeri, tanda perdarahan (syok,
anemia progresif), tanda sepsis (panastinggi, leukositosis), dan tanda iskemia
(intoksikasi, memburuknya pasien saat ditangani).
b. Pada pemeriksaan radiology didapatkan pneumo peritoneum, distensiusus,
extravasasi bahan kontras, tumor, danoklusi vena atau arteri mesenterika.
c. Pemeriksaan endoskopi didapatkan perforasi saluran cerna dan perdarahan
saluran cerna yang tidak teratasi.
d. Pemeriksaan laboratorium.
Pembedahan dilakukan bertujuan untuk :
a. Mengeliminasi sumber infeksi.
b. Mengurangi kontaminasi bakteri pada cavum peritoneal
c. Pencegahan infeksi intra abdomen berkelanjutan.
Apabila pasien memerlukan tindakan pembedahan maka kita harus
mempersiapkan pasien untuk tindakan bedah a.l :
11
c. Pengobatan
Biasanya yang pertama dilakukan adalah pembedahan eksplorasi darurat,
terutama bila terdapat apendisitis, ulkus peptikum yang mengalami perforasi
atau divertikulitis. Pada peradangan pankreas (pankreatitisakut) atau penyakit
radang panggul pada wanita, pembedahan darurat biasanya tidak dilakukan.
Diberikan antibiotik yang tepat, bila perlu beberapa macam antibiotic
diberikan bersamaan.
13
TINJAUAN KASUS
Pengkajian:
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Umur : 23 th Umur : 28 th
2. Alasan Datang
Ibu menyatakan ingin memeriksakan keadaannya. Ibu mengeluh nyeri
perut bagian bawah.
3. Keluhan tambahan
Ibu menyatakan sering merasa mual, dan demam tinggi.
4. Riwayat perjalanan penyakit
5. Riwayat menstruasi
6. Riwayat kesehatan
a. Status perkawinan
Frekuensi menikah : 1x
Usia saat menikah : 22 tahun
Lama menikah : 1 tahun
Status perkawinan : syah
b. Respon ibu dan keluarga
Ibu menyatakan suami dan keluarganya mendukung dengan keadaannya.
c. Dukungan keluarga
Secara emosional
Ibu menyatakan suami bersedia menemani untuk memeriksakan
keadaannya.
Pengambilan keputusan
Keputusan pertama : suami
Keputusan kedua : istri
a. Pola nutrisi
Sebelum abortus
17
Makan
b. Pola eliminasi
Sebelum abortus
BAB
Frekuensi : 1x / hari Warna : kuning
Konsistensi : lembek Keluhan :-
· BAK
Frekuensi : 5x / hari Keluhan :-
Warna : kuning jernih
Setelah abortus
· BAB
Frekuensi : 1x / hari Keluhan : nyeri saat
Konsistensi : keras BAB
Warna : kuning
· BAK
Frekuensi : 4x /hari Keluhan :-
Warna : kuning jernih
18
c. Pola aktivitas
Sebelum abortus: ibu menyatakan melakukan pekerjaan rumah tangga
sendiri.
Setelah abortus: ibu menyatakan aktivitas ibu terganggu sehingga
pekerjaan rumah tangga di bantu oleh anggota keluarga lain.
d. Pola istirahat
Sebelum abortus
Tidur malam : ± 8 jam Keluhan :-
Tidur siang : ± 2 jam
Setelah abortus
Tidur malam : ± 5 jam Keluhan : kurang tidur
Tidur siang : ± 1 jam
e. Pola personal hygiene
Sebelum abortus
Mandi : 2x sehari
Gosok gigi : 2x sehari
Keramas : 3x seminggu
Ganti celana dalam : 2x sehari
Setelah abortus
Mandi : 2x sehari
Gosok gigi : 2x sehari
Keramas : 2x seminggu
Ganti celana dalam : 2x sehari
f. Pola seksual
Sebelum abortus: ibu menyatakan melakukan hubungan seksual 3x
seminggu
Setelah 6 minggu post abortus: ibu menyatakan melakukan hubungan
seksual 1x seminggu
19
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
KU : Lemah
Kesadaran : CM
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 38,7°C
Nadi : 88 x/mnt
Rr : 20 x/mnt
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : bersih, tidak ada ketombe
Muka : pucat (+), tidak oedem
Mata : konjungtiva pucat (+), sklera tidak kuning
Hidung : bersih, tidak ada secret
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar typoid dan parotis
Ketiak : bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Payudara : simetris, tidak ada masa
Abdomen : di uterus tidak teraba benjolan, nyeri tekan perut
bagian bawah
Genetalia : tidak oedem, tidak varises, ppv lokhea alba, tidak
bau busuk.
Ekstremitas : tidak oedem, tidak varises
3. Pemeriksaan penunjang
HB : 9 gr%
C. ASSESMENT
P0A1 Ny.S 23 tahun post AB 6 minggu dengan suspek peritonitis
o Dx.potensial : Syok neurogenik,peritonitis, anemia
20
D. PLANNING
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada
selaput organ perut (peritonieum). Peritoneum adalah selaput tipis dan
jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam.
Lokasi peritonitis bisa terlokalisir atau difuse, riwayat akut atau kronik dan
patogenesis disebabkan oleh infeksi atau aseptik.
Ada dua tipe peritonitis yaitu primer dan sekunder. Peritonitis
primer disebabkan oleh penyebaran infeksi dari pembuluh darah dan
pembuluh limfe ke peritoneum. Penyebab peritonitis primer yang paling
umum adalah penyakit hati. Peritonitis sekunder adalaht ipe peritonitis
yang lebih umum.
Peritonitis juga dapat bersifat akut atau kronis. Peritonitis akut
adalah peradangan yang tiba-tiba pada peritoneum sedangkan peritonitis
kronis adalah peradangan yang berlangsung sejak lama pada peritoneum.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan perawat dapat menangani dan
dapat mengatasi apabila pasien dengan peritonitis. Perawat diharapakan dapat
melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik kepada klien dengan peritonitis.
22
DAFTAR PUSTAKA
Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Alih bahasa oleh Hartono, dkk.
Jakarta: EGC.
Dongoes, M.E., Mary F.M., dan Alice C. G. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/peritonitis-_-
951000103799. diakses tanggal 27 Maret 2015 pukul 10.30 WIB
Heather, Herdman. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarata : EGC
Wilkinson, J.M, 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. EGC: Jakarta.