Anda di halaman 1dari 3

Jalur Sutera di Bumi Banyumas Raya, Surganya Para Raider

Solopos.com, BANYUMAS --- Kawasan Banyumas Raya, Jawa Tengah rupanya memiliki sebuah
hidden gem atau permata tersembunyi berupa jalur touring yang sangat indah. Jalur ini dikenal
dengan sebutan “Jalur Sutera” oleh para komunitas raider dan menghubungkan jalur Kebumen-
Banjarnegara-Purbalingga melewati Waduk Sempor.

Berdasarkan pantauan Solopos.com di sebuah kanal Youtube, Kamis (3/3/2022), sekelompok


pencinta raider menelusuri “Jalur Sutera” yang begitu indah. Mulai dari pemadangan Waduk
Sempor yang asri hingga jalan mulus berliku dengan pemandangan pepohonan yang masih asri dan
hijau membuat penulis seakan berada dalam perjalanan yang sama dengan para komunitas raider
tersebut.

Mereka juga menyempatkan diri untuk berhenti saat melewati jembatan Kali Pengilon. Kali Pengilon
ini terlihat masih sangat bersih dan jernih dengan warna air berwarna biru kehijau-hijauan serasa
mengundang para raider untuk ciblon namun mereka tetap melanjutkan perjalanan menelusuri jalan
yang berliku di “Jalur Sutera” sambil tidak henti-hentinya mengaggumi keindahan alam sekitar.

Baca Juga:

Mereka juga melewati jalur di mana bagian sisi kanan dari mereka berdiri sebuah tebing yang
membentang tinggi dengan ditumbuhi tumbuh-tumbuhan berwarna hijau yang menambah
keindahan “Jalur Sutera” ini.

Selain itu juga,di sisi kiri mereka terdapat jurang dengan pemandangan pepohonan yang indah. Di
sisi jurang tersebut sudah diberi pembatas sehingga keamanan melalui jalur ini sudah sangat
terjamin. Selain itu, terdapat juga daerah persawahan khas daerah pedesaaan dengan format
terasering

Saat mereka tiba di Klampok, Kabupaten Banjarnegara, mereka juga melewati Jembatan Kali Serayu,
sungai yang membentang di kawasan Banyumas Raya. Berdasarkan ulasan dari para komunitas
raider di kanal Youtubenya, jalan yang dilalui sangat mulus dan pemandangan pepohonan pinus
serta pemandangan alam lainnya hingga suasana pedesaan yang dilalui menambah keindahan
sehingga selama perjalanan seperti berwisata mata. Mereka berharap supaya kondisi “Jalur Sutera”
tersebut bisa tetap lestari dan terjaga.

Baca Juga:
Waduk Sempor, Sumber Irigasi Pertanian Banyumas Raya

Solopos.com, KEBUMEN--- Waduk Sempor adalah salah satu objek wisata di Desa Sempor,
Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Keberadaan waduk ini memberikan udara
sejuk dan juga pemandangan asri khas pegunungan yang tidak lazim untuk daerah Kebumen di mana
secara geografis, Kebumen berdekatan langsung dengan pantai selatan yang umumnya bersuhu
tinggi.

Dihimpun dari Wikipedia, Kamis (3/3/2022), selain sebagai objek wisata, Waduk Sempor ini juga
merupakan bagian dari sarana irigasi teknis untuk mengairi ribuan sawah di wilayah Kebumen bagian
barat. Sejarah awal keberadaan waduk ini dimulai saat Indonesia masih dikuasai oleh Pemerintahan
Hindia Belanda pada 1916.

Saat itu Belanda mengidentifikasi bahwa di daerah Desa Sempor tersebut terdapat lokasi ideal untuk
pembangunan sebuah waduk untuk fungsi irigasi daerah-daerah sekitarnya. Pada masa setelah
kemerdekaan, pemerintah Indonesia melalui para ahli-ahlinya kembali melanjutkan penelitian
mengenai lokasi ideal untuk pembangunan waduk tersebut pada 1950.

Baca Juga:

Dari penelitian tersebut dihasilkan suatu desain atau rancangan suatu waduk di Sempor. Kemudian
pemerintah melakukan pembebasan tanah warga yang bermukim di Sempor dan sebagian warga
akhirnya berpindah ke Karang Joho yang jaraknya tidak jauh dari Sempor, yaitu sekitar 3 km. Pada
1958, pembangunan fisik waduk serba guna Sempor dimulai dan selesai pada 1978.

Sementara itu, dilansir dari berbagai sumber, Waduk Sempor merupakan bendungan yang ada di
daerah Sungai Cincingguling atau disebut juga dengan Sungai Sempor yang mengalir dari timur laut
ke selatan di Kaki Gunung Serayu Selatan dan bermuara di Samudra Hindia. Waduk ini berada di
ketinggian sekitar 30 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan mengairi sawah yang ada di
Kabupaten Kebumen, Banyumas dan Cilacap.

Sejauh mata memandang, terlihat hamparan perairan yang cukup luas dan ditambah perbukitan
yang masih asri oleh hutan cemara. Rimbunnya pepohonan itu terefleksikan di air waduh yang
berwarna hijau. Selain daya tarik alamnya yang begitu besar, objek wisata ini juga dilengkapi dengan
berbagai sarana pendukung, antara lain wisma-wisma penginapan yang bisa disewa secara
perorangan atau kelompok.

Baca Juga:

Selain itu terdapat fasilitas wisata di mana pengunjung bisa menelusuri waduk dengan perahu
motor. Wahana ini dibandrol dengan biaya Rp10.000 per orang dan bisa menampung kapasitas
hingga 10 orang. Perahu akan membawa pengunjung menelusuri waduk selama 30 menit dan
pengunjung bisa menikmati pemandangan waduk sambil berswafoto.

Waduk ini juga dapat digunakan sebagai tempat untuk menikmati matahari terbit ( sunrise). Selain
itu, pengunjung juga bisa bersepada di area sekitar waduk. Bagi yang hobi memancing, pengunjung
juga bisa memancing dan mendapat kesempatan utnuk menangkap ikan hidup jenis nila merah dan
hitam. Untuk masuk area ini, pengunjung dikenakan biaya Rp4500 per orang dan sudah bisa
menikmati pemandangan waduk sepuasnya.
Situs Candi Pengilon, Sebuah Batu Tengah Kolam yang Bertuah

Solopos.com, PEMALANG --- Situs Candi Pengilon terletak di Desa Kramat, Kecamatan Pemalang,
Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah dan merupakan situs peninggalan bersejarah yang berupa batu
di tengah kolam. Dilansir dari laman Instagram @candi_pengilon, Kamis (3/3/2022), lokasi situs ini
berada di tengah hutan jati dengan beberapa pepophonan rindang.

Sementata itu dilansir dari sebuah laman akademis, menurut Mbah Wariyom seorang juru kunci dari
situs candi Pengilon, kisah di balik situs ini tidak lepas dari kisah seorang putri yang hidup di daerah
Kidul Gunung. Ia tinggal bersama suaminya dan kemudian suatu hari terjadi pertengkaran hebat di
antara si putri dengan suaminya.

Karena suaminya lepas kendali, dia [suami] tidak sengaja menarik rambut sang putri tersebut hingga
leher dan menyebabkan rambut sang putri rontok satu per satu. Sang putri kemudian melarikan diri
dari suaminya menuju Desa Bongok dengan berjalan membungkuk ke sebuah sungai yang bernama
Kali Rambut.

Setibanya di sungai, rambutnya yang rontok menjadi kemudian hanyut ke sungai dari Desa Depok
dan berakhir di Desa Kramat. Rambut-rambut tersebutlah yang membawa sang putri berada di Desa
Kramat. Saat berada di desa tersebut, dia menemukan sebuah cekungan berisi air yang
digunakannya untuk bercermin melihat kepalanya yang sudah botak. Sejak saat itu, nama tempat itu
dinamakan sebagai Pengilon atau tempat bercermin.

Di situs Candi Pengilon terdapat sebuah sumur tua yang dipercaya airnya tidak akan mengering
meskipun tejradi musim kemarau panjang, Banyak orang-orang dari luar Desa Kramat yang justru
mengambil airnya karena dapat dipercaya bisa menjadi obat. Mereka yang datang biasanya diilhami
dari mimpi untuk berkunjung ke situs tersebut.

Oleh sebab itu, terkadang mereka yang dianggap ‘terpilih’ tersebut melakukan sesuatu untuk situs
ini sebagai tanda terima kasih. Seperti misalnya, salah satu pengunjung dari daerah Pekalongan yang
memperbaiki genting Candi Pengilon dan ada yang memasang menyan serta kembang tujuh rupa di
sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai