Anda di halaman 1dari 28

Resume Buku

Judul : Sosiologi Pendidikan


Pengarang : Mahmud
Penerbit : CV. Pustaka Setia
Kota Terbit : Bandung
Tahun Terbit : 2012

Disusun Oleh:
Ericha Zahrah Jannati
Erni Nurlitha Yulianti
Faatihah Putri Rachmawati
Farid Muhammad
Fitriya Wahyu Ningsih
Erni Ambarwati
Evi Rosvita Ningrum
Fajar Tri Atmojo
Febrim Nur Ramadhona
Fajar Nugroho Hariyanto
Fitri Nur Cahyani
Farah Faida Fikriah
Fatin Halimah
Fitria Salma Nurrohmah
Evie Nur Azizah
BAB I
HAKIKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN

A. Pengertian Sosiologi Pendidikan


Kata sosiologi pertama kali dipakai oleh Auguste Comte, seorang filsuf
prancis, th.1843. sosiologi lahir sebagai bagian dari tradisi intelektual yang
bertumpu pada kerangka pemikiran Eropa Barat dan Amerika. Para pioneer/
peletak dasarnya tidak terdidik sebagai ahli sosiologi, melainkan sebagai ahli
hokum, ahli ekonomi, dan filsuf(Robinson,1986:3).
B. Istilah yang berkembang
Ada dua istilah yang menyangkut sosiologi pendidikan, yaitu
educational sociology yang di gagas oleh Lester Frank Ward dan sociology of
education yang digagas oleh Robert Angell.
Educational sociology adalah usaha memecahkan masalah social
seperti, kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dll melalui pendidikan.
Adapun sociology of education adalah usaha untuk memecahkan
masalah pendidikan melalui sosiologi.
C. Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan
Brcokover, dalam Pavalco(1976), menyebutkan 4 ruang
lingkup(garapan) sosiologi pendidikan:
1. Hubungan pendidikan dengan system social/ struktur social.
a. Hubungan pendidikan dengan system social atau struktur social
b. Hubungan antara system pendidikan dengan proses control social dan
system kekuasaan.
c. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan.
d. Fungsi system pendidikan dalam proses perubahan social dan kultural
atau usaha mempertahankan status quo.
e. Fungsi system pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial,
kultural dsb.
2. Hubungan antar manusia dilembaga pendidikan
Lingkup ini lebih condong menganalisis struktur social didalam
sekolah yang memiliki karakter berbeda dengan relasi
a. Hakikat kebudayaan sekolah jauh ada perbedaannya dengan
kebudayaan diluar sekolah.
b. Pola interaksi dan struktur masyarakat sekolah, yang antara lain
meliputi berbagai hubungan kekuasaan, stratifikasi social, dan pola
kepemimpinan informal sebagai terdapat dalam clique serta kelompok-
kelompok murid lainnya.
3. Pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak
dilembaga pendidikan
a. Peranan social guru-guru/tenaga pendidik
b. Hakikat kepribadian guru/ tenaga pendidik
c. Pengaruh kepribadian guru/ tenaga kependidikan terhadap kelakuan
anak/ peserta didik
d. Fungsi sekolah/ lembaga pendidikan dalam sosialisasi murid/ peserta
didik
4. Lembaga pendidikan dalam masyarakat.
Hal yang di analisis adalah
a. Pengaruh masyarakat atas organisasi lembaga pendidikan
b. Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam system-sistem social
dalam masyarakat luar sekolah
c. Hubungan antara sekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan
pendidikan
D. Tujuan Sosiologi Pendidikan
Menurut lester frank ward, tujuan sosiologi pendidikan adalah
mengatasi masalah social, seperti kemiskinan, keterbelakangan dan
kebodohan dengan pendidikan.
Adapun tujuan sosiologi pendidikan dalam pengertian luas adalah
menganalisis peristiwa interaksi peserta pendidikan.
Ary. H. Gunawan menyebutkan bahwa tujuan sosiologi pendidikan
adalah:
1. Menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah
maupun masyarakat.
2. Menganalisis perkembangan dan kemajuan social.
3. Menganalisi status pendidikan di dalam masyarakat.
4. Menganalisis partisipasi orang-orang terdidik dalam kegiatan social.
5. Menentukan tujuan pendidikan.
6. Memberikan latihan-latihan yang efektif dalam bidang sosiologi kapada
guru atau orang yang terlibat dalam pendidikan.
E. Kegunaan Sosiologi Pedidikan
Menurut lester frank ward, kegunaan sosiologi pendidikan adalah
merumuskan cara-cara mengatasi keterbelakangan, kebodohan, dan
kemiskinan masyarakat malalui pendidikan.
Menurut Robert angell, kegunaan sosiologi pendidikan adalah
membantu menganalisis dan meneliti masalah yang ada pada lembaga
pendidikan.
Secara ringkas kegunaan sosiologi pendidikan adalah memberikan
gambaran bebagai problem social yang terjadi pada lingkungan pendidikan.
F. Tokoh-tokoh Sosiologi Pendidikan
1. EMILE DURKHEIM
Merupakan ahli yang terpenting dalam sosiologi pendidikan. Ia lahir
di Ipina pada tahun 1858 disuatu perkampungan orang yahudi da bagian
timur prancis. Dia berpendapat sosiologi pendidikan yang digagas oleh
Durkheim kaya dengan pengembangan ynag konsepsional
2. KARL MARK
Lahir di trier jerman, di daerah Rhine pada tahun 1818. Ayahnya,
Heinrich pekerja sebagi pengacara dan ibinya berasal dari kelurga yahudi.
Pandangan Karl Mark yang terkenal dialektis materialism. Dia
berpendapat bahwa masyarakat terus-menerus berinteraksi dengan dunia
materi.
3. MAX WEBER
Menurut weber ketertiban social dalam sebuah organisasi didasarkan
oleh adannya otoritas. Otoritas dibagi menjadi tiga,yaitu sebagai berikut:
a. Otoritas tradisional
Ciri otoritas tradisional adalah kepercayaan terhadap kekudusan
tradisi zaman dulu
b. Otoritas karismatik
Otoritas ini didasarkan pada mutu luar biasa yang dimiliki sebagai
pemimpin pribadi
c. Otoritas legal rasional
Otoritas ini didasarkan atas peraturan yang tegas

BAB II
PARADIGMA ILMIAH SOSOLOGI PENDIDIKAN

A. Peran Ilmu Dalam Kajian Sosial


Karakteristik ilmu yang paling distinktif adalah pendekatannya yang
bersifat empiris. Tujuan akhir ilmu adalah menjelaskan identifikasi pada
sebab-sebab dasar gejala yang diteliti. Teori lebih sempit daripada strategi
teoretis. Strategi teoretis umumnya diterapkan pada rangkaian gejala, yang
terdiri atas berbagai teori yang berkaitan. Terdapat sejumlah strategi teoretis
yang berbeda dalam sosiologi kontemporer. SEmua strategi teoretis ini
mempunyai pendukung dan dasar masing-masing.
1. Strategi Idealis
Perdebatan tak henti-henti terjadi di kalangan para sosilog. Mereka
mempermasalahkan keunggulan pendekatan idealis, yang dipertentangkan
dengan pendekatan materialis dalam menelaah kehidupan social manusia.
Pendekatan-pendekatan idealis, berusaha menjelaskan ciri dasar kehidupan
social dengan merujuk pada daya kreatif pikiran manusia.
2. Strategi Materialis
Strategis idealis yang dikhotbahkan para pendukung parson dan
kawan-kawannya,ditolak mentah-mentah oleh penganut strategi materialis.
Bagian terpenting dari kehidupan manusia menurut para materialis, adalah
adaptasi terhadap lingkungan fisik, tingkat teknologi, dan system
organisasi ekonomi.
3. Strategi Fungsionalisme
Strategi teoretis yang dikenal dengan fungsionalisme muncul
menjadi bagian dari analisi sosiologis pada tahun 1940-an. Pemikiran
pokok fungsionalisme adalah sebagai berikut:
a. Masyarakat merupakan system yang kompleks yang terdiri atas
bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling bergantung.
b. Setiap bagian dari masyarakat eksis karena bagian tersebut memiliki
fungsi penting dalam memelihara eksistensi dan stabilitas masyarakat
secara keseluruhan.
c. Semua masyarakat mempunyai mekanisme untuk mengintegrasikan
dirinya menjadi satu dengan yang lain.
d. Masyarakat cenderung mengarah pada suatu keadaan ekuilibrium atau
homeostatis.
4. Strategi Teoretis Evolusioner
Strategi yang berusaha menjelaskan rangkaian perubahan social yang
terjadi dalam jangka waktu yang panjang.
5. Strategi Ekletisisme
Masing-masing pendekatan memberikan pemahaman terhadap
realitas yang valid secara parsial.
B. Model-model Analisis Pendidikan
1. Model Struktural Fungsional, adalah model analisis yang memusatkan
perhatian pada integrasi social, stabilitas social, dan consensus nilai.
2. Analisis Model Konflik, adalah pertentangan kepentingan, dominasi,
pemaksaan, dan perubahan. Para penganutnya memandang bahwa setiap
masyarakat selalu ada kelompok kecil yang mendominasi kelompok
mayoritas.
3. Analisis model terbaru
Para tokohnya menerangkan pendidikan bukan pada tahap makruh
yang abstrak, seperti hubungan pendidikan dengan lapisan social, melainkan
pada peristiwa-peristiwa yang actual yang terjadi pada kehidupan di
sekolah. Pusat perhatian mereka adalah kurikulum, isi pendidikan, dan
pelaksanaannya dalam kegiatan pmbelajaran.

BAB III
ANALISIS SOSIOLOGI TENTANG SISTEM PENDIDIKAN

A. Sifat dan Tipe-tipe Sistem Pendidikan


Ada tiga tipe system pendidikan utama yang dijumpai dalam masyarakat
dunia yaitu;
1. Sistem pendidikan ketrampilan praktis
2. Sistem pendididikan kelompok status
3. Sistem pendidikan birokratis
B. Kemunculan Sistem Pendidikan Modern
Sistem pendidikan dalam masyarakat industry modern adalah kombinasi
pendidikan status dan birokrasi.
C. Analisisis Sosiologi Sistem Pendidikan Amerika
AS mempunyai system pendidikan mobilitas kontes. Ada empat teori
utama tentang system pendidikan yang telah dikembangkan oleh para sosiolog.
D. Ledakan Pendidikan Dunia
Sejak kira-kira tahun 1950, suatu ekspansi system pendidikan yang
dramatis terjadi di seluruh dunia, termasuk di beberapa Negara termiskin.
BAB IV
ILMU PENGETAHUAN DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI

A. Sejarah Ilmu Pengetahuan Dunia


Ilmu pengetahuan berlangsung dan maju melalui kerja sama, teori dan
observasi yang terus menerus. Teori-teori yang diajukan memerlukn pengujian
yang sistematis dengan fakta-fakta yang dikumpulkan melalui observasi.
1. Ilmu pengetahuan Yunani
Ilmu ini lahir bersamaan dengan munculnya pemikiran pemikir
lonian pada abad ke-6 SM. Banyak orang-orang lonian sanagt materialistic
dalam pandangan ilmiahnya yang berusaha menjelskan gejala alam dengan
mengacu pada proses alamiah dan tanpa berpaling pada campur tanagn
Tuhan. Saat peradaban Yunani runtuh, muncullah peradaban Romawi. Ilmu
pengetahuan mengalami kemerosotan yang besar.
2. Ilmu pengetahuan dunia Islam
Ketika masyarakat Romawi memberi jalan feodalisme, ilmu
pengetahuan tidak menjadi ciri kehidupan social yang penting di beberapa
wilayah yang dikuasainya. Pada awal-awal perintis peradabannya umat
Islam banyak menerjemahkan dan menyalin buku-buku Yunani.
3. Revolusi Ilmu pengetahuan di Eropa Barat
Kemunculan kapitalisme modern membawa terobosan baru yang
besar dalam kegiatan ilmu pengetahuan. Revolusi ilmu pengetahuan dimulai
setelah serangan tajam Copernicuss terhadap pandangan Aristoteles.

B. Penjelasan Sosiologi Tentang Kemunculan Ilmu Pengetahuan


1. Tesis Merton: Etika Protestan
Dalam bukunya yang terkenal science, technology, society in
Seventeenth Century England, Merton berusaha menguraikan aspek revolusi
ilmu pengetahuan yang terjadi di Inggris paada abad ke-17.
2. Tesis Wuthnow: Desentralisasi politik
Dia mengemukakan secara khusus pada fakta bahwa Eropa selama
abad ke-16 dan 17 secara politik mengalami desentralisasi

C. Pengaruh Sosial Bagi Ilmu Pengetahuan


Secara tradisional sarjana-sarjana Barat memandang ideide ilmu
pengetahuan terbebas dari pengaruh social. Pandangan ini disebut dengan
pandangan internalis ilmiah. Pandangan internalis telah mendapat tantantangan
dalam tahun-tahun terakhir ini dari pandangan eksternalis ilmiah.

BAB V
GURU DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI

A. Pengertian dan Pemaknaan Tentang Guru


Menurut kamus besar bahasa Indonesia, guru adalah manusia yang
tugasnya mengajar, sedangkan menurut vembriantro dalam buku kamus
pendidikan, guru adalah pendidik professional di sekolah dengan tugas utama
mengajar.
Dalam bahasa inggris guru dikenal dengan istilah teacher yang memiliki
arti seseorang yang pekerjaaanya mengajar orang lain. Dalam bahasa arab guru
dikanal dengan istilah mu’allimu yaitu orang-orang yang menjadikan orang
lain berilmu atau orang yang menyampaikan suatu informasi kepada orang
lain. Secara keprofesian formal guru adalah sebuah jabatan akademik yang
memiliki tugas sebagai pendidik. Pendidik merupakan tenaga professional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasilbelajar, melakukan pembibingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengamatan kepada masyarakat.
Secara istilah pendidik adalah orang-orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan
seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, koknitif maupun
psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam.
Secara konstitusisonal pasai 1 UU no. 20 tahun 2003 tentang system
pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widya
wiswara, tutor, intruktur,fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalaqm menyelenggarakan pendidikan.

B. Peranan dan Kedudukan Guru


Hubungan peranan dan kedudukan. Kedudukan berarti, tempat seseorang
dalam pola tertentu. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara umum
dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti
lingkungan pergaulannya, prestasinya dan hak serta kewajiban.
Peranan guru:
a. Peranan dalam proses belajar mengajar
b. Peranan dalam pengatministrasian
c. Peranan secara pribadi
d. Peranan secara psikologi
Menurut Gagne setiap guru berfungsi sebagai:
a. Guru sebagi desikner of intruktion
b. Guru sebagai manager of intruktion
c. Guru sebagai evaluator of student learning
d. Guru sebagai kedudukan terhormat
e. Guru sebagai prtofesi
f. Guru sebagai status social.
BAB VI
KAJIAN SOSIOLOGI TENTANG SEKOLAH

A. Pengertian Sekolah
Sekolah memiliki dua pengertian. Pertama, lingkungan fisik dengan
berbagai perlengkapan yang merupakan tempaat menyelenggaraan proses
pendidikan untuk usia dan kriteria tertentu. Kedua, proses kegiatan belajar
mengajar. Sekolah sebagai organisasi memiliki perbedaan dengan organisasi
lainnya. Sebagai contoh dengan dengan organisasi pabrik atau klub sepak bola.

B. Sekolah Sebagai Sistem Interaksi


Talcott Parsons menyebut sekolah sebagai system yang didalamnya
terdiri atas berbagai sub-sistem. Kehadiran sekolah, baik secara ataupun
system, memiliki dampak (umpan balik) terhadap lingkungan. Begitu juga,
kehadiran masyarakat disekitar sekolah memiliki damapak sekolah. Akibat
aturan-aturan interaksi, timbulah iklim atau budaya sekolah. Iklim atau budaya
sekolah merupakan ciri khas suatu sekolah yang membedakan suasana umum
antara sekolah satu dengan yang lainnya.
C. Kelas Dan Sistem Sosial
1. Pengertian Kelas
Ada dua pengertian kelas. Pertama, ruangan tempat berjalannya
pendidikan. Kedua, sejumlah pelajar yang sama-sama mendukung suatu
tingkatan tertentu dalam sebuaah lembaga pendidikan.
2. Homogenitas sebagai karakter kelas
Kelas dalam pengertian tingkatan memiliki karakter homogenitas.
Pada umumnya, warga setiap kelas memiliki ciri-ciri homogenitas,
diantaranya dari segi usia perseta
3. Pengaturan Ruangan kelas
Pengaturan ruangan belajar menjadi perhatian para sosiolog
pendidikan, tempat duduk para siswa ditelaah oleh mereka. Pencahayaan
tempat duduk pun diteliti oleh mereka. Pencahayaan selalu diposisikan dari
arah kiri
4. Interaksi dan suasana dalam kelas
Di dalam kelas terjadi interaksi antara guru dan siswa dan antar
sesame siswa. Interaksi ini bersifat intensif dan terprogram. Interaksi
tersebut menimbulkan efek terhadap proses pendidikan.

BAB VII
KAJIAN ILMU SOSIAL DAN SOSIOHISTORIS INSTITUSI-INSTITUSI
PENDIDIKAN ISLAM

A. Corak kajian ilmu sosial


Ilmu sosial Islam adalah pembahasan yang kritis dan afirnatif terhadap
sistem agama Islam, atau aplikasi ilmu-ilmu sosial dalam mengkaji gejala-
gejala sosial yang dipengaruhi oleh islam. dapat dicontohkan seperti, cara
islam membangkitkan semangat keilmuan selama masa kekhalifahan
“Abbasiyyah” pada abad ke-9, yang membawa konsep-konsep ilmu sosial
dan metodologi untuk bertumpu pada data historis.

B. Institusi-institusi Pendidikan Islam


1. Khanqah
Khanqah merupakan pusat pendidikan berasrama bagi kaum sufi.
Lembaga ini muncul di Iran bersamaan dengan formalisasi kegiatan sufi,
pada abad ke-10 dan ke-11 Masehi. Istilah ini berasal dari Persia dan
mungkin diturunkan dari kata Khanqah yang artinya tempat hunian (John
L. Esposito, jilid 3). Sebagai peneliti menduga bahwa sebelum menjadi
lembaga pendidikan islam bagi para sufi, khanqah pernah digunakan oleh
para pemeluk agama budha dan mani di Iran.
Fungsi khanqah
Khanqah mengembangkan fungsi-fungsi ritual, bertindak sebagai pusat
kegiatan, seperti mendengarkan syair atau musik dan menyelenggarakan
upacara dzikir dan sama’ yang dilakukan oleh tarekat sufi tertentu. Fungsi
hunian kanqah itu lebih menunjukkan fungsi yang dijalankan oleh suatu
ruang. Ada beberapa nama lain yang mempunyai ari serupa dengan
khanqah, seperti zawiyah yang artinya bersama-sama, berkumpul,
mengontrak, dan menyembunyikan diri. Ribath yang artinya suatu benteng
atau kubu terdepan pembelaan pemimpin. Keberadaan khanqah ini
tersebar di beberapa kawasan seperi Mesir, Turki, Afrika, Asia Selatan.
2. Madrasah
Madrasah adalah institusi pendidikan tempat belajar mengajar ilmu-
ilmu keislaman.madrasah merupakan tempat pendidikan bagi studi
lanjutan. Istilah madrasah digunakan untuk menyebut sekolah dasar ilmu
Al-Qur’an, yang diajarkan dalam sekolah madrasah seperti fiqh, filsafat,
sastra, dan ilmu-ilmu keislaman lainnya.
Sebelum terbentuknya madrasah, institusi pendidikan yang pertama
kali dikenal dalam sejarah islam adalah masjid. Masjid memiliki fungsi
ganda yakni sebagai tempat ibadah shalat dan kegiatan belajar mengajar
ilmu-ilmu keislaman. Pada tahap berikutnya, sistem pondok masjid
berkembang menjadi penginapan para santri. Pada tahap akhir madrasah
berbentuk institusi yang berdiri sendiri. Madrasah-madrasah itu didirikan
untuk mengajarkan ilmu fiqh.
3. Masjid
a. Sejarah Perkembangan Masjid
Kata masjid berasal dari bahasa arab, masjid, yang berarti
tempat sujud. Tidak ditemukan secara resmi, sejak kapan kata masjid
digunakan untuk menyebut sebuah tempat peribadatan khusus dengan
bentuk arsitektur tertentu. Secara fungsi, istilah masjid sudah muncul
sejak pertama kali islam ada.
Didalam Al-quran ditentukan bahwa masjid mekah merupakan
rumah suci Allah, di peruntukan bagi kegiatan ritual, dan merupakan
“tempat petemuan bagi orang-orang” (Q.S. Al Baqoroh [2]: 125). Juga
merupakan rumah yang pertama di bangun untuk penduduk (Q.S. Al-
Maidah [3]: 90). Pendirian rumah masjid Rassulullah di Madinah (622
M) merupakan salah satu kejadian yang berkaitan dengan penciptaan
otonomi masyarakat islam. Tempat itu di manfaatkan untuk
menyelesaikan masalah keduniaan dan sekaligus peribadatan.
Masjid Mekah menandai tempat asal bumi diciptakan dan
merupakan bayangan singgasana surga diatas permukaan bumi, kaum
muslimin diwajibkan menghadap ke kiblat ini ketika melaksanakan
shalat dan pergi haji ke sana apabila mereka mampu. Masjid Madinah
menjadi kuburan Nabi. Hadis Nabi mengajarkan agar orang-orang
beriman menganggapnya sebagai salah satu dari kebun-kebun surga
dan dengan mengunjungi tempat ini, umat islam akan mendapat
syafaat rasul pada hari pembalasan. Masjid Al- Aqsa di Jerusalem
dikenal sebagai tempat yang dilalui oleh Rasulullah dalam perjalanan
isra mi’raj menuju ke surga. Kelebihan yang ada pada ketiga masjid
tersebut tidak memiliki masjid-masjid lain meskipun masjid lain
mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai tempat ibadah dan sampai
batas-batas tertentu.
Pada masa lalu, masjid terbagi dalam dua bentuk, pertama,
masjid kota dibawah kontrol penguasa, yang digunakan untuk sholat
jum’atdan pertemuan-pertemuan akbar. Kedua, masjid kecil yang
didirikan dan dikelola oleh masyarakat biasa, secara khusus terjadi
pada periode islam awal. Masjid pada periode awal islam di Madinah
merupakan tempat tinggal Nabi Muhammad SAW. Sekaligus tempat
peribadatan dan tempat pengaturan pemerintahan. Masjid juga
merupakan tempat untuk khotbah jum’at, memberi pelajaran moral,
dan membaca Al-quran. Para sufi kadang-kadang menggunakan masjid
untuk melakukan ritual zikir. Masjid juga merupakan tempat untuk
itikaf dan membaca diri, khususnya pada bulan ramadhan. Masjid
mnjadi pusat pengumpulan dan pembagian zakat. Masjid menjadi
tempat menshalatkan jenazah dan terkadang tempat akad pernikahan.
Masjid juga pernah menjadi kantor perbendaharaan khalifah. Orang-
orang miskin dan tidak memiliki rumah menjadikan masjid sebagai
tempat berlindung. Banyak haji yang mengunjungi tempat lokal pada
saat mereka akan pergi dan pulang haji serta umrah.
Fungsi lain dari masjid adalah tempat pendidikan, kelompok-
kelompok halaqah keagamaan yang dihadiri oleh para ulama dan
murid-muridnya berkumpul di halaman dan serambi masjid untuk
mempelajari al-quran, hadis, fiqh bahasa arab dan mendengarkan
ceramah, selain itu, dalam sejarahnya masjid merupakan tempat proses
peradilan, para hakim mengumumkan keputusan pengadilanya disana,
dan para tokoh agama yang disegani biasanya memiliki jadwal tetap
untuk memberikan nasihat-nasihat keagamaan. Pada saat baik, masjid-
masjid mempekerjakan banyak tenaga ahli dan semi ahli, seperti imam
shalat, qari’, muazin, dan petugas kebersihan masjid. Kini ciri khas dan
fungsi masjid yang pernah ada dalam sejarah islam masih dapat
ditemui di berbagai negara muslim, dari wilayah timur tengah hingga
Afrika, Asia bahkan Amerika.
b. Arsitektur Masjid
Ada dua kata dalam bahasa arab yang sering digunakan untuk
menulis masjid, yaitu masjid dan jami’. Diambil dari kata sujud,
masjid berarti bangunan untuk shalat, sedangkan istilah jami’
menekankan tempat untuk berkumpul. Masjid besar ataupun kecil,
pasti digunakan untuk shalat harian, tetapi pada jum’at siang,jamaah
berkumpul di masjid jami’, bukan hanya untuk menunaikan shalat
melainkan untuk mendengarkan khotbah yang disampaikan oleh
seorang khatib melalui mimbar. Mimbar merupakan gambaran penting
dari masjid jami’ sejak 750 M. Mimbar berada disebelah mihrab,
kadang-kadang terukir bagus, dan diarahkan ke dinding kiblat untuk
menandai arah kiblat. Sebelum ada inovasi tersebut, arah shalat
ditandai dengan tembok yang berdiri tegak di atas tanah terbuka tanpa
dinding, atau ditandai dengan sepotong batu, sebagaimana rumah
Rasulullah di madinah.
Masjid jami’ lainya yang ada pada awal islam, yakni sebagai
berikut : pertama, masjid Amr ibn Al Ash di fustat. Masjid itu
diperluas dan di pugar pada 827. Deretan tiang besar yang berciri
klasik di ambil dari reruntuhan roma untuk menggantikan bangunan
asli yang terbuat dari kayu. Kedua , masjid Al Aqsa di bangun oleh
khalifah bani umayah. Al walid, antara 709 dan 715. Masjid ini pernah
rusak parah pada saat terjadi gempa bumi pada 747 dan dibangun
kembali sepenuhnya dan diperluas oleh khalifah al mahdi (775-785),
dengan koridor-koridor yang tegak lurus terhadap dinding kiblat.
Ketiga, masjid jami’ Al Walid, yang dibangun di damaskus
(705-715) masjid ini memiliki ruang besar yang berpusat dan tinggi
serta diapit oleh sayap-sayap berbentuk segitiga. Keempat , masjid
besar Qhairawan didirikan pada 670, tetapi telah dilakukan modifikasi
pada 724 dan 836. Tempat sholatnya yang begitu luas di pisah-pisah
menjadi 16 serambi yang memanjang menghadap ke kiblat. Kelima,
masjid Ibn Thulun di fustat tetap dalam keaadaan utuh. Dibangun oleh
gubernur abasiyah dari mesir yaitu ahmad ibnu thulun, selama 870-an.
Masjid ibn thulun dikelilingi oleh ziyadah pada tiga sisinya yang
fungsinya sebagai penahan antara kota dan masjid.
Bentuk masjid baru lainya muncul di masjid ‘Abasiyah di
Balkh, Afganistan dan ruang haram berbentuk persegi dibagi menjadi
sembilan persegi yang lebih kecil.kesembilan persegi itu masing-
masing ditutup oleh kubah. Suprastruktur kubah itu mencerminkan
tradisi bangunan sekuler dia asia tengah. Masjid tertua di india adalah
quwat al islam di delhi yang di bangun oleh qutbuddin aibak pada
1193. Masjid ini terdiri atas sebuah bangunan suci yang di bangun
pada substruktur dari sebuah candi hindu dan qutbh mina, sebuah
menara megah yang diberi nama sesuai nama pendirinya. Tangga-
tangga pada menara qutb minar berbentuk melingkar,tinggi, dan
meruncingyang ditandai dengan empat balkon; sahn quawat al islam
yang lega menggambarkan aksen rancangan sumbu-silang.
c. Fungsi Masjid secara Politik
Masjid selalu menjadi pusat aktifitas politik semenjak hari-hari
islam yang paling awal. nabi muhammad SAW mendirikan masjid
pertama di madinah disamping rumahnya,dan berfungsi sebagai arena
diskusi dan perdebatan. Diantara langkah awal yang ditempuh oleh
para penguasa muslim yang paling taat adalah mendirikan masjid
pusat. Kemudian, generasi selanjutnya mengenang penguasanya
melalui masjid yang dibangunya.
Para pengamat mendiskusikan revivalisme kristen di negara-
negara,seperti amerika serikat,sering membandingkan gereja dengan
masjid. Gereja, betapapun sentralnya dalam peribadatan kristen, tidak
memiliki pengaruh politikdan sosial di kalangan orang-orang kristen
sebagaimana masjid bagi orang-orang islam. Lebih dari itu, masjid
menghadirkan banyak fungsi politik yang tidak dimiliki gereja. Di
mesir diperkirakan terdapat sekitar 40 ribu masjid swadaya yang sering
menjadi pusat aktifitas sekelompok militan anti pemerintah. Oleh
karena itu, pemerintah berusaha menggabungkan masjid-masjid
tersebut.
Beberapa akhir ini masjid semakin memiliki relevansi politik
karena sejumlah alasan. Pertama pemerintahan muslim tampak
kehilanngan kredibilitas dimata publik. Sedikit sekali kaum muslimin
yang mau mempercyai pernyataan-pernyataan pejabat yang menjadi
propaganda pemerintah. Kedua, posisi masjid ditekankan oleh
munculnya penguasa muslim yang bersamangat seperti raja faishol di
arab saudi, mereka melakukan ibadah sholat khususnya pada hari
jum’at. Ketiga, globalisasi yang mendorong pengelola masjid untuk
mengembangkan pandangan global, sebuah muslim yang terpadu
terhadap tantangan zaman. Keempat, misi penting yang melekat pada
masjid di bandingkan forum lain adalah menumbuhkan rasa peduli
kepada para imam untuk menanggapi tantangan kepemimpinan,
mereka meyakini bahwa mereka tidak hanya berada diatas basis moral
yang tinggi tetapi juga memakai jubah kekuasaan politik yang sah.
d. Masjid ditengah–tengah masyarakat
Keragaman fungsi yang menghubungkan masjid dengan
masyarakat berasal dari citra ganda mengenai tempat ibadah islam.
Masjid ini merupakan tempat melakukan kegiatan ritual bersama dan
juga berbagai kegiatan praktis lainya. Pertama, memandang masjid
sebagai tempat suci yang tertutup. Kedua, menggambarkanya sebagai
tempat yang sempurna untuk melakukan urusan kemasyarakatan dan
tempat bagi pemerintahan yang adil. Fungsi-fungsi masjid mungkin
berbeda antara satu dan lain, bergantung pada latar belakangnya. Akan
tetapi, pentingnya masjid sebagai pusat aktifitas ritual tetaplah yang
utama, gambaranya yang tegak terletak pada ekspresi simboliknya.
e. Masjid sebagai Institusi Pendidikan
Disamping tempat untuk berdakwah, beribadah, serta untuk
berkumpul, masjid juga berfungsi sebagai tempat pengajaran agama
dan penerapanya dalam kehidupan. Alqur’an menganggap agama
sebagai sesuatu yang dapat diakui oleh dikomunikasikan dengan
bantuan akal.
Pada tingkat pradasar, masjid-masjid juga merupakan tempat
mencari ilmu agama, berdiskusi, berdebat, di samping merupakan
tempat untuk menyelenggarakan ibadah komunal dan pertemuan
belajar mandiri serta melakukan i’tikaf. Dengan ungkapan lain, masjid
merupakan tempat orang mencari kebenerana agama, norma, aturan,
dan juga sebagai petunjuk agama dalam lingkup yang lebih luas, yang
semuanya bermuara pada Al-qur’an.
4. Pesantren
a. Pengertian Pesantren
Pesantren memiliki keragaman nama, sebutan pesantren hampir
khusus di jawa,sedangkan di sumatra di sebut surau, sementara itu, di
semenanjung malaysia di sebut dengan pondok dan di filipina disebut
dengan pandita. Pesantren berasal dari abad -16, ketika pusat-pusat
pengajaran yang dikenal sebagai “tempat pengajaran bagi mereka yang
beriman dalam islam (santri) “ didirikan. Pada masa yang lebih awal,
sekolah-sekolah pesantren, surau, pondok , dan pandita merupakan
fenomena pedesaan yang berinteraksi dengan masyarakat setempat.
Pesantren merupakan lembaga pribadi milik ulama disebut kiai di
jawa, guru disemenanjung melayu,pandita di filipina selatan dan alim
dibanyak tempat lain-umumnya dikelola dengan bantuan keluarga
mereka.
Sebagai hasil dari pergulatan kebudayaan yang relatif antara tradisi
kajian, sistem pendidikan, dan pola interaksi kiai- santri masyarakat
yang dibangunya, pesantren akhirnya memiliki pola yang spesifik.
Itulah sebabnya, pesantren substruktur tersendiri dalam pelataran
kultural dan masyarakat dan bangsa indonesia. Selaras dengan tuntutan
modernitas dan keharusan merespon kenyataan negara-bangsa,
pesantren pun tetap menjaga, sekaligus melakukan perubahan diri
dengan tetap dalam koridor pelestarian nilai-nilai agama. Pesantren
merupakan lembaga pendidikan yang sangat berakar dari masyarakat.
Kiai pendiri sebuah pesantren akan hidup berinteraksi dengan
masyarakat sekitar dan masyarakat pun merasa memilikinya.
Sejarah membuktikan bahwa pesantren telah berperan sebagai agen
ortodoksi islam yang paling penting. Ini berarti bahwa pesantren lebih
banyak memerhatikan cara menjaga kesinambungan pemurnian islam,
ajaran islam, dan tarikan akulturatif berbagai unsur sistem kepercayaan
lokal atau asing. Di samping menjadi makelar kebudayaan, pesantren
juga berfungsi sebagai filter unsur-unsur luar yang tampak lebih
dominan, agar keutuhan islam tetap terjaga. Pesantren yang akrab
dengan dengan khazanah klasik inilah yang membedakan dengan
pesantran lain yang lebih cenderumg pada adopsi terhadap keilmuan
barat. Melalui ini pula pesantren melahirkan sikap tasamuh(lapang
dada), tawazun (simbang), dan i’tidal (adil). Ada tiga hal yang belum
dikuatkan dalam pesantren, pertama, tammadun, yaitu memajukan
pesantren. Manajemen dan administrasinya masih bersifat kekeluargaan
dan semuanya ditangani oleh kiainya. Kedua, tsaqafah, yaitu
memberikan pencerahan kepada umat islam agar kreatif-produktif,
tanpa melupakan orisinalitas ajaran islam. Salah satu contoh
keberhasilan dari tahap ini bisa dilihat di pesantren sidogiri di pasuruan.
Ketiga , hadharah, yaitu membangun budaya. Dalam hal ini, budaya
kita dapat diwarnai oleh jiwa dan tradisi islam.
5. Surau
a. Pengertian Surau
Surau merupakan kata yang luas penggunaannya di Asia
Tenggara. Secara bahasa kata “surau” berarti “tempat” atau “tempat
penyembahan”. Menurut pengertian asalnya, surau adalah bangunan
kecil yang dibangun untuk penyembahan arwah nenek moyang.
Dengan datangnya islam, surau juga mengalami perubahan nama dan
bentuk, kecuali ornamen. Surau islam kemudian ditemukan di dekat
kawasan pemukiman kaum muslim. Akan tetapi, sisa-sisa kesaklaran
surau dalam beberapa hal tetap kelihatan. Di daerah Minangkabau,
misalnya, banyak surau memiliki beberapa puncak atau gonjong, yang
selain merefleksikan kepercayaan mistis tertentu, juga dipandang
sebagai simbol adat.
Di Malaysia, terdapat surau besar dan surau kecil. Suarau besar
memiliki fungsi sama seperti masjid di Indonesia, dan sering
mempunyai fungsionaris keagamaan lebih lengkap, temasuk khatib,
imam, bilal, amil, dan sebagainya. Sedangkan surau kecil biasanya
digunakan sebagai tempat memberikan pelajaran dasar agama, seperti
membaca Al-Qur’an, pengetahuan rukun iman, rukun islam, dan cara-
cara melaksanakan ibadah-ibadah pokok. Di Indonesia, surau seperti
juga masjid pda umumnya, dikelola masyarakat, baik dari segi dana
pembangunan dan pengembangannya.
b. Fungsi Surau
Dilihat dari fungsinya sebagai lembaga pendidikan, pejabat
Belanda membagi surau atas tiga kelompok, yaitu :
1. Surau kecil yang mempunyai murid sekitar 20 orang
2. Surau menengah dengan 80 murid
3. Surau besar yang memiliki sekitar 100 sampai ribuan murid
Dalam pendidikan surau, tidak ada tingkatan atau kelas.
Kadang-kadang ada semacam pembagian, tetapi didasarkan pada
tingkat kompetensi atau penguasaan ilmu tertentu, bukan pada jumlah
tahun yang dihabiskan belajar di Surau. Metode utama yang dipakai
dalam proses belajar mengajar adalah ceramah, pembacaan dan
penghafalan, yang lazimnya berpusat pada halaqah.
c. Hubungan Surau dengan Pesantren
Istilah “pesantren” sebagai lembaga pendidikan Islam yang
khas. Jika “surau” disebut suatu lembaga pendidikan islam semacam
pesantren. Meskipun demikian, perbedaan-perbedaan antara “surau”
dan “pesantren” terutama terletak pada hubungannya dengan
kedudukan “syekh” dengan kyai dalam pesantren pulau Jawa. Surau
dimaksudkan berfungsi sebagai tempat bertemu, bermusyawarah, dan
temoat tidur bagi anak laki-laki yang telah akil balig dan orangtua
telah uzur. Fungsi ini berkaitan dengan ketentuan adat bahwa anak
laki-laki tidak mempunyai kamar di rumah gadang. Fungsinya itu
kemudian diperluas menjadi tempat pengajaran dan pengembangan
ajaran-ajaran islam, seperti menjadi tempat shalat (mushala), tempat
membaca Al-Qur’an, dan lain-lain.
Surau besar yang benar-benar mirip pesantren muncul di
Batuhampar-Payukumbuh, didirikan oleh Syekh Abdurrahman Hatta,
salah seorang proklamator RI, setelah 48 tahun menuntut ilmu kepada
berbagai ulama besar terkemuka di Sumatera, akhirnya pada usia 63
tahun kembali ke kampungnya Batuhampar.
Penuntut ilmu di surau disebut orang siak. Metode utama yang
digunakan dalam proses belajar mengajar di surau adalah ceramah dan
resitasi. Pelajaaran yang diberikan pada tingkat dasar yaitu, membaca
Al-Qur’an dengan berbagai Qiroaatnya, ibadah, dasar-dasar ilmu
tauhid, dan lain-lain. Pelajaran pada umumnya disampaikan oleh
Syekh, tetapi karena jumlah orang siak cukup banyak, Syekh
mengangkat beberapa guru tuo (guru senior) untuk membantunya.
Orang siak juga dibebaskan dari tugas-tugas yang mungkin dapat
mengganggunya dalam menuntut ilmu, seperti soal konsumsi,
kebersihan, penyediaan air, dan sebagainya. Tugas-tugas tersebut telah
ditangani oleh beberapa petugas harian yang ditunjuk Syekh. Dengan
demikian, orang siak betul-betul dapat memusatkan poerhatian pada
pelajarannya, tidak diganggu tugas-tugas lain.
6. Zawiyah
a. Pengertian Zawiyah
Zawiyah adalah instutusi pendidikan di kawasan Timur
Tengah yang mengajarkan kearifan spiritual Islam. Kata zawiyah
mengandung arti pojok bangunan. Dalam perkembangannya, kata
ini menjadi istilah teknis yang menunjuk tempat-tempat para sufi
di Bashrah. Istilah zawiyah merujuk pada bangunan yang didirikan
untuk syekh terekat sufi tertentu, yang berfungsi sebagai tempat
tinggalnya dan tempat pertemuan murid-muridnya. Zawiyah
dipimpin oleh seorang syekh yang telah memiliki kemampuan
spiritual istimewa. Pemimpin zawiyah selalu memilikiwakil-wakil
atau asisten dari kalangan siswa senior yang mengajar para siswa
yang masih junior.
b. Fungsi Zawiyah
Ada tiga fungsi Zawiyah. Pertama sebagai tempat
pendidikan bagi para sufi. Kedua merupakn tempat berlindung dan
mencari makannya orang-orang miskin yang tunawisma dan
tunakarya. Ketiga sebagai tempat ibadah.
Di dunia muslim, zawiyah memiliki bentuk yang sangat
berlainan. Sebagai contoh, zawiyah dapat didefinisikan sebagai
makm orang suci. Bentuk bangunannya dapat berupa tembok
setinggi beberapa sentimeter hingga berupa monumen yang megah.
Contoh yang megah ialah makam orang suci di Aljazair, Sidi Bu
Madyan, di desa Tleman, dan makam Nizhamuddin Auliya di
India. Di beberapa tempat, seperti di Pakistan, Zawiyah digunakan
sebagaimana layaknya masjid, yaitu untuk tempat menunaikan
shalat 5 waktu. Sealian itu, zawiyah pun merupakan pondok tempat
bertemunya para pengikut tarekat untuk melakukan ritual zikir.
Untuk di daerah-daerah pedesaan di Timur Tengah, zawiyah
mengendalikan peran yang signifikan, baik dalam bidang
pendidikan, spiritual, dan sosial. Bahakn, untuk pendidikan anak
dibawah umur sekolah dasar, zawiyah masih memegang peran
yang kuat dalam melaksanakan fungsi-fungsi pendidikan di
masyarakat.

7. Universitas
a. Sejarah dan Misi Universitas Islam
Di dunia Islam klasik, institusi pendidikan yang utama
adalah madrasah, yang didirikan oleh individu melalui wakaf. Sang
pendiri diperkenankan menunjuk ahli waris dan penerusnya.
Antara tahun 1100 dan 1200 sudah terjadi aliran masuk
pengetahuan baru ke Eropa Barat, sebagian besar melalui para
ilmuan Arab dari Spanyol. Pada abad ke-13 orientasi sekuler dan
ketergantungan terhadap sains dan bukan pada kebenaran wahyu
ini telah menjadi dasar bagi prinsip pendidikan pada institusi-
institusi pendidikan di Eropa. Pada dasarnya, dalam pendidikan
islam tidak ada pemisahan antara pengetahuan sekuler dan wahyu.
Oleh karena itu, para ilmuan islam menganggap bahwa
pengetahuan adalah kepercayaan dasar (amanah) yang diberikan
kepada manusia. Oleh karena itu pula, menjadi kewajiban bagi
ilmuan islam untuk menyelidiki, mempelajari, memahami, dan
mengajarkan seluruh jenis pengetahuan.
Sementara itu, di dunia Barat berkembang suatu celah
antara pendekatan teologis dan pendekatan sekuler. Universitas-
universitas barat, yang didirikan dengan tujuan membebaskan
pencarian pengetahuan dari kontrol gereja, menekankan suatu
pendekatan ilmiah sekuler terhadap alm luar dan alam manusia.
Setelah hadirnya pengetahuan sekuler di Eropa, para ahli agama
berupaya secara sistematis untuk menunjukkan keterbatasan
pengetahuan sekuler, seiring dengan mempertunjukkan perihal
perlunya pengetahuan moral dan spiritual. Sistem pendidikan
sekuler yang didasarkan pada pendekatan ini memasuki dunia
muslim secara sungguh-sungguh pada abad ke-19.
Pemerintah-pemerintah kolonial membangun universitas
untuk menciptakan elite baru yang dapat menguasai, membimbing,
dan modernisai masyarakat. Inggris mendirikan universitas
pertama di Kalkuta pada 1850, tetapi hanya sedikit muslim yang
diizinkan masuk. Melihat kemajuan lulusan-lulusan universitas
Hindu di India, Sir Sayyid Ahmad Khan mendirikan kolese
Muslim Aligarh pada 1875. Sir Sayyid Ahmad terpengaruh oleh
Jamaluddin Al-Afghani, yang merupakan suatu pendekatan ilmiah,
rasional, dan empiris Barat dalam penafsiran Al-Qur’an. Meskipun
pengaruh Khan ditentang oleh para ulama tradisional, elite baru
yang muncul kurang mengetahui Islam, tetapi mendapatkan
pengetahuan sekuler lebih banyak.
Dari Maroko hingga Iran, universitas merupakan institusi
pendidikan yang menggabungkan antara pengetahuan islam dan
pengetahuan sekuler. Selain itu, kehadiran universitas-universitas
di kawasan tersebut bertujuan memodernisasi sistem pengetahuan
tradisioanal dan agama.
b. Kronik Universitas di Dunia Islam
Universitas pertama yang resmi sebagai universitas adalah
Universitas “Utsamaniyah” yang didirikan oleh Sultan Abdulhamid
pada 1900 dan dibuka kembali pada 1908 setelah revolusi Turki
Muda. Universitas ini berganti nama menjadi Universitas Istanbul
pada 1923 setelah diubah oleh Mustafa Kemal. Sealain mengubah
nama Universitas Ustamaniyyah, Kemal membuka Universitas
Ankara pada tahun 1933.
Di Iran, Reza Syah berusaha mengikuti kebijakan
sekularisasi Kemal. Sekolah-sekolah tinggi yang telah mapan
disatukan ke dalam Universitas Tehran, dan universutas-universitas
dirancang untuk memaksakan prosen sekularisasi. Pengajaran
agama dihapus di sekolah-sekolah pada 1941. Reza Syah turun
tahta pada tahun 1941 karena tekanan dari Inggris dan Prancis.
Setelah itu, pada tahun 1979 kaum ulam meraih pendidikan di Iran.
Setelah Syah ditumbangakan oleh gerakan revolusioner yang
dipimpin Ayatullah Ruhullah Khomeini. Sejak revolusi, proses
islamisasi kurikulum dan buku-buku teks berlangsung, serta
universitas-universitas dibagi-bagi menjadi institusi-institusi
keagamaan dan sekuler.
Di Asia Selatan dan Tenggara, pola Iran berulang. Di
Malaysia dan Indonesia, sebuah sistem pendidikan islam pesantren
hidup berdampingan dengan universitas-universitas sekuler. Di
Indonesia, terdapat lembaga-lembaga Islam swasta yang telah
berkembang menjadi universitas-universitas islam. Langkah untuk
mendirikan universitas-universitas Islam di Malaysia dan Pakistan
dimulai secara sungguh-sungguh setelah Konferensi Dunia tentang
Ekonomi Islam di Jeddah pada tahun 1976 dan Konferensi Dunia
Pertama tentang Pendidikan Muslim di Mekkah pada tahun 1977.
Pada konferensi yang terakhir, teori S.A. Asyraf tentang perumusan
konsep-konsep islami untuk seluruh cabang pengetahuan guna
menggantiakan teori-teori sekuler, diterima dengan suara bulat.
Teori pendidikan Islam karya Asyraf dan revisi terhadap kurikulum
universitas, khususnya dalam bidang pendidikan keguruan, telah
menjadi sumber bagi revisi pendidikan keguruan dan metodologi
pengajaran di Universitas Islam Internasional Kuala Lumpur.
Brunei Darussalam mengumumkan islamisasi pengetahuan secara
bertahap sebagai kebijakan pendidikannya. Di Pakistan, Universitas
Islam sedang ujicoba islamisasi seluruh bidang dan sistem hukum.
Universitas-universitas Islam lain di Bangladesh dan Nigeria juga
sedang berada pada tahap eksperimental.
Di Arab Saudi, madrasah-madrasah tradisional telah
digantikan hampir seluruhnya oleh sekolah-sekolah modern dengan
kurukulum dan teks-teks yang telah diislamisasi, terutama dalam
bidang sastra dan sejarah, dan dengan pengajaran islam secara
intensif di tingkat dasar dan menengah. Di tingkat universitas,
empat pelajaran dalam budaya islam diajarkan selama 4 tahun
untuk memperkuat pendekatan islami terhadap kehidupan dan
pengetahuan. Selain itu, masih ada Universitas Islam Madinah,
yang pada dasarnya merupakan sebuah sekolah teologi dengan
metodologi pengajaran yang modern, tetapi subyeknya sama seperti
yang ada didalam madrasah-madrasah lama.
Yordania dan negara-negara teluk memiliki universitas-
universitas modern, tetapi mereka juga telah memperkenalakan
pelajaran-pelajaran kebudayaan-kebudayaan islam. Hal tersebut
juga berlaku untuk universitas-universitas di Maroko, Aljazair,
Tunisia, dan Libia.
c. Beberapa Universitas Islam Bertaraf Internasional
1) Universitas Islam Internasional Islamabad
Setelah kebijakan islamisasi di Pakistan, berdiri sebuah
lembaga sentral untuk koordinasi kebijakan ini dan untuk
pendidikan tinggi, yaitu Universitas Islam Islamabad. Universitas
ini segera menjadi pusat penyebaran pemikiran Islam bagi kaum
muslim di Pakistan, Asia Tengah, dan Asia Tenggara, serta daerah-
daerah minoritas muslim. Sebagai kumpulan sejarah institut yang
berbeda dari yang sudah ada, Universitas Islam Internasioanal
menawarkan kuliah hukum islam, syariat, ekonomi, islam, dakwah,
ushuluddin, dan bahasa arab. Institut-institut tersebut adalah
sebagai berikut.
 Fakultas Ushul Al-Din, sebagai institusi studi Islam umum.
 Fakultas Syariah, kuliah syariat pada tingkat nasional bagi
pejabat yudisial dan penuntut umum, serta bagi khatib jum’at,
imam shalat, dan guru sekolah agama.
 Institut Riset Islam, ada sejak 1960 dan berfungsi ke dalam
Universitas Islam pada tahun 1980. Institusi ini adalah seksi
penelitian dan menafsirkan ajaran islam dalam konteks
kemajuan intelektual serta ilmiah dunia modern.
 Institut Studi-studi Sosial, yang segera menjadi Institut Ekonomi
Islam Internasional. Pda tahap awalnya, ia mengembangkan
sebuah kerangka bagi para lulusan doktoral, antara lain dengan
bantuan USAID (Badan Amerika Serikat untuk Pembangunan
Internasional). Ia juga mengadakan program pelatiahan bagi
pejabat senior.
 Institusi Linguistik dan Bahasa (Departemen Bahasa Arab dan
Inggris). Bahasa arab diajarkan untuk menghindari kekacauan
dan perpecahan di dunia muslim yang timbul akibat salah
menafsirkan bahasa Al-Qur’an, bahasa Inggris dianggap penting
untuk komunikasi lintas bangsa.
 Institusi Dakwah dan Qira’at, kini Akademi Dakwah
menyelenggarakan pelatihan kepemimpinan islam bagi muslim
dari Pakistan dan negara-negara lain (seperti imam, pemimpin
komunitas, mahasiswa, dan tentara). Ia juga mengadakan kuliah
korespondensi, mempersiapkan studi-studi daerah dan literatur
bagi anak-anak, serta membentuk seksi-seksi penerjemah dan
media.
2) Universitas Islam Internasional Kualalumpur (UIIK)
Universitas Islam Internasional Kualalumpur berdiri pada
1983. Gagasan mendirikan Universitas Islam Internasional (UII)
prtama-tama dibahas pada 12 Januari 1982 oleh Perdana Menteri
Malaysia, yang saat itu dijabat oleh Mahathir Mohamad. Tujuan
pendirian Universitas Islam Internasional Kualalumpur adalah
sebagai berikut.
 Menegakkan kembali keunggulan Islam di segala bidang
pengetahuan.
 Menghidupkan kembali tradisi Islam dalam menuntut ilmu dan
kebenaran, seperti dicerminkan karya-karya perintis pakar-pakar
dan pemikir-pemikir Islam awal.
 Memadukan ilmu keagamaan dengan ilmu umum dan islamisasi
pengetahuan manusia.
Universitas Kualalumpur memperkenalkan sistem unik
matakuliah pokok ganda, yaitu setiap mahasiswa yang mengambil
spesialisasi dalam ilmu-ilmu kemanusiaan dan sosioal harus
mengambil kelas tambahan dalam disiplin ilmu kewahyuan yang
berkaitan dengan kelas pokok. Setelah mendapat tingkat pertama
dalam disiplin pokok, mahasiswa berpeluang mendapatkan gelar
sarjana muda lainnya dalam disiplin tambahan jika memperpanjang
studi dua semester lagi sampai tahun kelima.

Anda mungkin juga menyukai