1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Abulyatama
Abstract: Fibrous food is part of edible plants or carbohydrates analog that are
resistant to digestion and absorption in the human large intestine. Lack of
consumption of fibrous foods can cause functional constipation. Functional
constipation a condition where a person has difficulty defecating or rarely
defecating, which is reflected in 3 aspects, namely reduced frequency of defecation
than usual, feces that are harder than ever, and palpable stool (scibala) with or
without accompanied by encopresis.The purpose of this study was to determine the
relationship between fiber consumption and the incidence of functional constipation
in junior high school students Al Manar Padangsidimpuan. This research uses
descriptive analytic method with cross sectional study. The sampling method is
total sampling, where the entire population is sampled because of the relatively
small number of 71 people. Analysis statistic results from the Chi Squaretest is p =
0,00, so there is a relationship between fiber consumption with the occurrence of
functional constipation. Conclusion is, this research shows that there is meaningful
statistic correlation between fiber consumption with functional constipation in junior
high school students Al Manar Padangsidimpuan.
Abstrak: Makanan berserat adalah bagian dari tanaman yang dapat dimakan atau
karbohidrat analog yang resisten terhadap pencernaan dan penyerapan di usus
besar manusia. Kurangnya konsumsi makanan berserat dapat menyebabkan
konstipasi fungsional. Konstipasi fungsional adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami kesulitan buang air besar atau jarang buang air besar yang
tercermin dari 3 aspek, yaitu berkurangnya frekuensi defekasi dari biasanya, feses
yang keras dari sebelumnya, dan teraba masa tinja (skibala) dengan atau tanpa
disertai enkopresis. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara
konsumsi serat dengan kejadian konstipasi fungsional pada siswa-siswi SMP Al
Manar Padangsidimpuan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik
yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Cara pengambilan sampel yaitu
dengan total sampling, dimana seluruh populasi dijadikan sampel karena jumlahnya
yang relatif sedikit yaitu 71 orang.Hasil uji analisis statistik Chi Square didapatkan
p = 0,00,sehingga terdapat hubungan antara konsumsi serat dengan kejadian
konstipasi fungsional.Kesimpulan didapatkan hubungan yang signifikan antara
konsumsi serat dengan konstipasi fungsional pada siswa-siswi SMP Al Manar
Padangsidimpuan.
PENDAHULUAN
Serat makanan adalah senyawa berbentuk karbohidrat kompleks yang
banyak terdapat pada dinding sel tanaman pangan. Serat makanan tidak dapat
dicerna dan tidak dapat diserap oleh saluran pencernaan manusia, namun memiliki
fungsi yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit dan
sebagai komponen penting dalam terapi gizi.1
Menurut American Dietetic Association, rata-rata konsumsi serat penduduk
Amerika Serikat adalah 11gram/hari. 2 Berdasarkan Depkes tahun 2008,rata-rata
konsumsi serat penduduk Indonesia secara umum yaitu 10,5 gram/hari. Nilai ini
hanya mencapai setengah dari kebutuhan serat yang dianjurkan berdasarkan
Angka Kecukupan Gizi (AKG), yaitu 25-35 gram/hari.3
Konstipasi fungsional merupakan salah satu gangguan pada sistem saluran
cerna yang paling sering dijumpai. Seseorang dikatakan mengalami konstipasi
fungsional apabila frekuensi defekasi kurang dari 2 kali per minggu disertai
konsistensi feses yang keras, kesulitan mengeluarkan feses serta mengalami
sensasi rasa tidak puas pada saat defekasi. Konstipasi fungsional merupakan tipe
yang paling banyak ditemui, sekitar 90-97% dari seluruh kasus konstipasi. 4
Konstipasi merupakan masalah di seluruh dunia dengan prevalensi
bervariasi dari 0,7% sampai 29,6%. Angka kejadian konstipasi fungsional mencapai
12-19% dari seluruh populasi di Amerika Serikat dan cenderung meningkat dari
tahun ke tahun.5
Penelitian di Indonesia pernah dilakukan pada anak sekolah taman kanak-
kanak di wilayah Senen Jakarta, prevalensi konstipasi didapatkan sebesar 4,4%.
Prevalensi konstipasi pada anak usia 4-6 tahun di Denpasar adalah sebesar 15,1%.6
Tingginya angka kejadian konstipasi fungsional pada anak sekolah
disebabkan karena pada usia ini anak lebih rentan mengalami masalah kesehatan
akibat adanya pergeseran pola makan yang lebih cenderung mengkonsumsi
makanan tinggi energi dan rendah serat.7 Walaupun konstipasi fungsional menjadi
masalah kesehatan yang umum pada anak akan tetapi penelitian terkait konstipasi
fungsional pada anak masih sangat sedikit dilakukan.8
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya konstipasi
fungsional, namun faktor yang berkontribusi terhadap kejadian konstipasi
fungsional pada anak usia sekolah dikelompokkan menjadi tiga tipe meliputi
kebiasaan diet, faktor lingkungan dan aspek psikososial. 9 Dan kebiasaan diet
menjadi faktor terpenting penyebab konstipasi fungsional pada anak sekolah.8,9
Penelitian yang dilakukan oleh Eva di Denpasar Bali, pada anak taman
kanak-kanak didapatkan bahwa konsentrasi asupan serat yang tidak cukup
menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kejadian konstipasi pada anak.6
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan konsumsi serat
dengan kejadian konstipasi fungsional pada siswa-siswi SMP Al Manar
Padangsidimpuan” karena saat ini konsumsi serat masih sangat terbatas dan serat
sangat berperan penting terhadap gangguan pencernaan seperti konstipasi.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain
penelitian cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara konsumsi serat dengan kejadian konstipasi fungsional pada siswa-siswi SMP
Al Manar Padangsidimpuan.
Penelitian dilaksanakan di SMP Al Manar Padangsidimpuan pada bulan Juli
2020.Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Al Manar Padangsidimpuan
yang berjumlah 71 orang. Seluruh populasi menjadi sampel karena jumlahnya yang
relatif sedikit.
Variabel dependen pada penelitian ini adalah konstipasi fungsional dan
variabel independen adalah konsumsi serat.
Instrumen pengumpulan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
data primer. Data primer adalah pengambilan data yang dilakukan secara
langsung oleh peneliti terhadap sasaran atau objek penelitian. Data diperoleh dari
kuesioner dan wawancara langsung dengan responden.
Analisis data dalam penelitian dilakukan dengan analisisunivariat untuk
memperoleh deskripsi frekuensi pada setiap variabel, data yang diperoleh disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.Analisis bivariat digunakan untuk mencari
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Dalam analisis ini
digunakan uji statistik Chi-Square dengan program SPSS versi 21,0.
HASIL
1. Hasil Penelitian
Analisis univariat untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari variabel
yang diteliti, baik variabel dependen (konstipasi) maupun independen (konsumsi
serat) yang akan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi seperti dibawah
ini:
Tabel 1. Distribusi Konstipasi pada Siswa-Siswi SMP Al Manar
Padangsiddimpuan Tahun 2020
Frekuensi Persentase
Konstipasi 35 49,3
Tidak Kosntipasi 36 50,7
Total 71 100
Tinggi 13 18,3
Cukup 16 22,5
Kurang 7 9,9
Rendah 35 49,3
Total 71 100
2. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang
bermakna secara statistik antara konsumsi serat dengan pola defekasi. Analisis
yang digunakan untuk tabel kontingensi lebih dari 2 x 2 rumus yang digunakan
adalah Pearson Chi-Square. Hasil analisis hubungan konsusmsi serat dengan
kejadian konstipasi pada responden dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Hubungan antara Konsumsi Serat dengan Kejadian Konstipasi
Fungsional pada Siswa-Siswi SMP Al Manar Padangsidimpuan Tahun 2020
Konstipasi P
Fungsional
Konsumsi Serat Total value
Ya Tidak
Tinggi 0 13 13
Cukup 0 16 16
0.00
Kurang 0 7 7
Rendah 35 0 35
Total 35 36 71
PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
konsumsi serat dengan kejadian konstipasi. Mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat adalah salah satu dari banyak faktor yang dapat mempengaruhi
pola defekasi yang baik. Serat yang diperoleh dari sayuran tidak boleh dimasak
terlampau matang karena dapat menyebabkan kerusakan struktur sehingga
fungsinya tidak optimal.
Serat tidak larut air yang lewat melalui saluran pencernaan dapat membuat
feses lebih lunak dan banyak.11 Peningkatan konsumsi makanan berserat
menurunkan waktu transit feses melalui kolon, meningkatkan frekuensi defekasi,
pola defekasi menjadi teratur, dan mengurasi kerasnya feses. Secara tipikal, serat
menurunkan pH kolon yang dapat meningkatkan populasi mikroflora usus dan
mengubah distribusi spesies mikroflora usus. Feses yang lebih lunak mengurangi
rasa tidak nyaman pada kolon dan anus saat proses eliminasi serta mengurangi
tegangan otot yang digunakan saat defekasi.10
Serat terutama pada produk gandum utuh membantu dalam pengobatan
dan pencegahan konstipasi, hemoroid, dan divertikulosis. Makanan tinggi serat
memberikan hasil yang lebih baik untuk mencegah inflamasi kembali setelah
inflamasi sebelumnya telah reda.11
American Dietetic Assotiation (ADA) merekomendasikan bahwa nilai
kecukupan serat bagi orang dewasa adalah 20-35 gram/hari. 23 Rata-rata konsumsi
serat di Indonesia masih belum mencapai jumlah konsumsi serat yang ideal
perharinya. Konsumsi rata-rata serat di Indonesia sebesar 10,5 gram/hari. 3 Dalam
peneitian ini, asupan serat harian dibawah tingkat yang disarankan. Asupan serat
yang memadai mempercepat transit makanan di usus dan melunakkan feses,
sedangkan asupan serat yang tidak memadai dapat menyebabkan konstipasi.32
Kebiasaan makan yang tidak teratur dan asupan serat yang tidak memadai
adalah faktor risiko untuk konstipasi pada orang dewasa muda. Diet tinggi serat
berdasarkan buah, sayuran, biji-bijian dan kacang-kacangan direkomendasikan
untuk mencegah konstipasi.34
Kriteria ROME dapat memberikan hasil yang lebih akurat saat menentukan
angka konstipasi. Tingkat konstipasi bervariasi menurut jenis kelamin: 44,8% pada
pria dan 54,4% pada wanita (p<0,05). Demikian pula frekuensi konstipasi lebih
tinggi pada wanita.33
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari
(2011), Oktaviana (2013), Budi Novendi (2015), dan Hertanti, dimana konsumsi
makanan dengan serat rendah berpengaruh terhadap pola defekasi yaitu terjadinya
konstipasi.24,25,26,27
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kusumawati dan Widyaastuti, Ambarita et al (2014), dan Fitriani (2011), dimana
mengkosumsi makanan berserat tidak berhubugan dengan defekasi, mungkin
dikarenakan cara pengolahan makanan berserat yang tidak benar. 28,29,30Perbedaan
hasil penelitian juga dapat terjadi karena adanya faktor lain yang mempengaruhi
pola defekasi, diantaranya aktivitas fisik dan posisi saat buang air besar. Aktivitas
fisik memperkuat tonus otot dan memfasilitasi sirkulasi darah yang baik. Penurunan
aktivitas fisik dapat menurunkan tonusitas otot abdominal dan otot pelvis serta
menurunkan sirkulasi darah pada sistem perncernaan yang menyebabkan
peristaltik usus akan menurun, sehingga memperlambat pasase feses.31
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara konsumsi serat dengan kejadian konstipasi
fungsional pada siswa-siswi SMP Al Manar Padangsidimpuan.Prevalensi konstipasi
fungsional pada siswa-siswi SMP Al Manar adalah 49,3%. Prevalensi
mengkonsumsi serat rendah pada siswa-siswi SMP Al Manar adalah 49,3%.
SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan ke institusi
kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan gizi, khususnya mengenai diet yang
baik. Peniliti menyarankan ke masyarakat untuk membiasakan konsumsi makanan
berserat tinggi dan pada peniliti lain agar menggali faktor-faktor lain yang bisa
menyebabkan kejadian konstipasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Santoso A. Serat Pangan (Dietary Fiber) dan Manfaatnya Bagi Kesehatan.
Fakultas Teknologi Pertanian IPB. 2011.
2. Kranz, S., Brauchla, M., Slavin, J. L., & Miller, K. B. What Do We Know
about Dietary Fiber Intake in Children and Health? The Effects ofFiber
Intake on Constipation, Obesity, and Diabetes in Children.ASN. Adv. Nutr,
2012; (4): 47-53.