Anda di halaman 1dari 6

ESAI

Laporan Tugas Mandiri

Mata Kuliah Menulis Karya Ilmiah


Membuat esai menggunakan kutipan langsung dan tidak langsung

AKWILA GIAN TULANGI (19402057)


aquilatulangi3@gmail.com
“Bengkel Rumah Tangga”
Sebagai Properti Atributif dalam Aksi Preventif Kasus Perceraian di
Indonesia
Akwila Gian Tulangi
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disharmonisasi dalam keluarga menjadi imbas melonjaknya kasus perceraian di


Indonesia. Berdasarkan data yang dihimpun dari laman merdeka.com (Kemenag, Merdeka.com.
2020), Kementrian Agama Republik Indonesia (Kemenag) menyebutkan pada tahun 2015
terdapat 394.246 kasus perceraian di Indonesia, kemudian pada tahun 2016 bertambah menjadi
401.717 kasus, selanjutnya pada tahun 2017 mengalami peningkatan yaitu 415.510 kasus dan
pada tahun 2018 terus mengalami peningkatan menjadi 444.358 kasus. Pada tahun 2020, per
Agustus jumlahnya sudah mencapai 306. 688 kasus. Terjadinya kasus perceraian ini didominasi
oleh percekcokan yang berkepanjangan antara suami-istri yang menemui jalan buntu dalam
mencari solusi penyelesaian masalah. Faktor lainnya adalah karena masalah ekonomi dan
perselingkuhan. Akibatnya dapat merenggut kebahagiaan keluarga tak terkecuali anak-anak
sebagai korbannya. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat yang nyaman bagi anak-anak di
mana ia merasa aman dan disayangi, memperoleh pendidikan pertamanya secara langsung dari
kedua orang tua kini berbalik menjadi kenangan buruk bagi kelanjutan hidupnya sebagai dampak
dari perceraian yang sering disebut Broken Home. Djohan Kusnaidi dalam bukunya,
Pernikahan Yang Menuju Keharmonisan Optimal menuliskan pentingnya keluarga.
Selain menyebabkan munculnya manusia-manusia baru dalam dunia di keluarga,
demikian juga kehidupan kasih, keindahan dan kekuatan yang dahsyat untuk memotivasi
dan menopang karir dan pelayanan seseorang amatlah ditentukan oleh keluarga.
Sebaliknya dari keluarga yang tidak berfungsi akan menghasilkan ketidak optimalan
hingga sampai pada kehancuran di dalam karir maupun di dalam pelayanan. Masa
depan keluarga, karir dan pelayanan setiap anak-anak dalam sebuah keluarga sangat
ditentukan oleh kebijakan pemimpin keluarga di dalam menyikapi arti pentingnya
keluarga. 1
Peran keluarga begitu krusial dalam segenap kehidupan manusia, baik antara suami istri
maupun orang tua dan anak. Oleh karena itu, perlu adanya upaya pencegahan untuk menekan
angka perceraian di Indonesia, dengan cara memperkuat iman dan kepercayaan kepada Tuhan.
Hal ini perlu dilakukan mengingat masa depan bangsa juga bergantung pada anak-anak yang
merupakan generasi penerus yang harus mendapat perlindungan dan pendidikan moral dan

1
Djohan Kusnadi, pernikahan Yang Menuju Keharmonisan Optimal (Jakarta: Panca Jaya,
2005), 110
spiritual dari keluarga. Begitu juga keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang turut
andil dalam menunjang tercapainya persatuan dan perdamaian negara lebih khususnya Indonesia.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam rangka mencegah semakin
bertambahnya kasus perceraian di Indonesia dengan melakukan mediasi terhadap suami-istri
yang hendak mengajukan gugatan cerai, menghadirkan lembaga-lembaga yang dapat membantu
penyelesaian masalah keluarga seperti Badan Penasihat Pembinaan Pelestarian Pernikahan
(BP4), serta program kursus pranikah sebagai pembekalan bagi pasangan yang hendak menikah
sebagai syarat untuk maju ke tahap pernikahan. Dari upaya yang dilakukan tersebut masih
terdapat kekurangan-kekurangannya, seperti mediasi yang dilakukan saat pasangan suami istri
sudah bertekad untuk bercerai memiliki tingkat keberhasilan yang relatif kecil. Begitu pula
lembaga-lembaga yang dibentuk masih belum banyak diketahui khalayak ramai dan pembekalan
yang hendak dilakukan semata-mata untuk memperlancar proses pernikahan tanpa benar-benar
ingin untuk mencari tahu hal-hal penting yang perlu diketahui oleh calon pengantin. Usaha yang
dilakukan pemerintah tak sampai di situ. Proses perceraian pun dipersulit untuk menekan
maraknya kasus perceraian di Indonesia. Namun tetap saja kasus perceraian di Indonesia terus
terjadi bahkan semakin bertambah tiap tahunnya.
Langkah preventif mengatasi kasus perceraian di Indonesia dapat dilakukan dengan
menanamkan nilai religius sesuai kepercayaan yang dianut oleh masing-masing orang untuk
membentuk norma dan nilai-nilai spiritual kepada anak-anak hingga orang muda sebagai
komitmen mutlak. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang bertuhan, seperti dalam sila yang
pertama pancasila berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa. Bangsa Indonesia mengakui adanya
keberadaan Tuhan sebagai hal yang dinomorsatukan. Begitu juga dalam bidang pendidikan,
kurikulum 2013 (K-13) terdiri dari 4 kompetensi inti, dan yang menempati KI-1 adalah sikap
spiritual, diikuti sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Tetapi meskipun diutamakan
dalam kehidupan bangsa Indonesia, hal tersebut justru dianggap klise dan hanya berupa rutinitas
semata tanpa menjalin hubungan vertikal yang erat antara manusia dengan Tuhannya. Hingga
datanglah masalah dalam rumah tangga, mereka yang kurang memiliki atribut-atribut solusi
dalam menyelesaikan masalah akan berakhir pada perceraian. Berbeda halnya ketika pada diri
seseorang sudah tertanam nilai-nilai spiritual yang mumpuni sejak kecil atau remaja, ketika
sudah menikah ia mempunyai properti dalam dirinya untuk mengeluarkan atribut-atribut solusi
sebagai respon terhadap masalah yang muncul dalam keluarga, seperti mengasihi, mengampuni,
dan pengendalian diri sehingga kesejahteraan dan keutuhan keluarga akan tetap terjaga.
Mendekatkan diri kepada Tuhan dan hidup takut akan Tuhan, menjadi kunci keberhasilan
dalam rumah tangga agar terhindar dari Perceraian. Hal pertama yang dapat dilakukan adalah
membentuk keimanan lewat beribadah dalam sebuah wadah bersama masyarakat, bersama
keluarga, dan juga doa pribadi. Hal ini seyogyanya tidak dijadikan sebagai rutinitas belaka tetapi
sebagai kebutuhan sehingga nilai-nilai yang baik dapat tertanam dalam hati, karena ajaran dari
Tuhan mengubahkan pola pikir dan tingkah laku dari yang tidak baik menjadi baik dan tentunya
tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku tetapi melengkapinya. Hal kedua yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan konseling-konseling rohani agar dapat memperoleh
petunjuk dan dorongan untuk kuat dan semangat menghadapi masalah dan pergumulan, karena
selama hidup masalah tidak akan pernah habis tapi masalah menjadi suatu proses untuk
membentuk diri menjadi pribadi yang tangguh. Konseling keluarga rohani dapat dilakukan
sebagai berikut: ”Harus bergantung kepada Allah”, ada Allah pribadi yang berpikir,
merasakan, memilih, dan bukan kepada yang lain.2 Yang ketiga adalah belajar menghargai
dan menghormati pasangan dan anggota keluarga sebagai hadiah yang dipercayakan Tuhan. Pola
berpikir positif seperti ini perlu dilatih sejak dini atau sejak seseorang menerima kebenaran dan
akan terus berlanjut hingga akhir hayat. Semakin giat dan tekun melatihnya, semakin cepat
perkembangannya ke arah mencapai kesempurnaan, walaupun tidak ada yang sempurna di dunia,
tetapi perlu kita terus belajar dan terus berlatih karena pendidikan sepanjang hayat pun masih
terus berlanjut selama masih bernafas.
Komunikasi adalah langkah yang keempat. Komunikasi menjadi hal yang penting dalam
mencegah perceraian. Salah satu tujuan komunikasi antarpribadi adalah untuk mengungkapkan
perhatian kepada orang lain. Dalam hal ini seseorang berkomunikasi dengan cara menyapa,
tersenyum, melambaikan tangan, membungkukkan badan, menanyakan kabar kesehatan partner
komunikasinya, dan sebagainya (Suranto, 2011: 19-21). Dengan membangun komunikasi yang
baik antara suami istri maka akan terjalin hubungan yang saling mengerti dan lebih memahami
secara terbuka keinginan maupun hal apa yang tidak diinginkan pasangan. Tidak mengungkit
masalah tetapi memperkatakan hal-hal yang indah dan menyenangkan adalah hal yang
diinginkan Tuhan sebagai bagian dari kasih karunia Tuhan bagi keluarga.
Memiliki kepercayaan yang teguh dalam iman kepada Tuhan mampu memberi dampak
yang besar bagi kehidupan keluarga menghadapi tantangan zaman sekarang terutama dalam
mengatasi masalah perceraian di Indonesia. Keluarga menjadi lebih terarah, terbimbing dan
memiliki tujuan kekal untuk memimpin orang dalam kebenaran. Tidak ada hal lain yang lebih
berharga dalam kehidupan kita selain dari pada mendengarkan dan melakukan kehendak Tuhan.
Menjaga dan memelihara nilai kesetiaan dalam hidup berumah tangga adalah merupakan maksud
dan rencana Tuhan bagi umat manusia untuk dapat meraih kebahagiaan yang utuh dan sejati. Hal
ini berarti bahwa kebahagiaan yang utuh dan sejati itu hanya akan kita dapatkan atau menjadi
nyata dalam kehidupan kita ketika kita taat dan setia melakukan kehendak Tuhan. Kesadaran
bahwa perceraian itu adalah suatu kecacatan rohani dan sesuatu hal yang dibenci oleh Tuhan
akan dapat mencegah perceraian itu terjadi. Jadi, pengajaran dan bimbingan rohani dari hamba-
hamba Tuhan yang dipercayakan Tuhan untuk menyampaikan kebenaran-Nya adalah sangat
penting dan berarti bagi kelangsungan suatu hubungan perkawinan.
Hubungan suatu perkawinan merupakan suatu hal yang sakral dan kudus di hadapan
Tuhan. Dan untuk menjaga dan memelihara keutuhan hidup berumah tangga perlu adanya
tindakan-tindakan preventif sedini mungkin yaitu dengan mendekatkan diri kepada Tuhan,
belajar mengenal jalan-jalan Tuhan serta menjaga kekudusan hidup untuk mencegah terjadinya
suatu perceraian. Pasangan suami istri perlu saling menghargai dengan menjalin komunikasi
yang baik untuk mencegah konflik dan saling mengasihi seperti kasih Tuhan yang telah
dinyatakan kepada masing-masing pribadi dalam keluarga. Masyarakat Indonesia harus memiliki
gaya hidup yang mencerminkan karakter Tuhan dengan taat dan setia melakukan kehendak

2
E. P. Gintings, Konseling Pastoral (Bandung: Jurnal Info Media, 2009), 19
Tuhan. Hal ini dapat diwujudkan dengan memberikan pengajaran agama dan bimbingan rohani
lewat hamba-hamba Tuhan dan guru-guru agama yang ada di Indonesia. Ketika hal ini
dilaksanakan maka angka perceraian pasti akan mengalami penurunan.
DAFTAR PUSTAKA
Merdeka.com. (2020, 12 September). Kemenag Sebut Angka Perceraian Mencapai 306.688 Per
Agustus 2020. Diakses pada 5 Mei 2021, dari
https://www.merdeka.com/peristiwa/kemenag-sebut-angka-perceraian-mencapai-306688-
per-agustus-2020.html#:~:text=Kemenag%20Sebut%20Angka%20Perceraian
%20Mencapai%20306.688%20Per%20Agustus%202020,-Sidang%20cerai
%20di&text=Merdeka.com%20%2D%20Dirjen%20Bimas%20Islam,tahun
%202019%20mencapai%20480.618%20kasus.&text=Sementara%20itu%2C%20pada
%202020%2C%20per,jumlahnya%20sudah%20mencapai%20306.688%20kasus.
Proceeding.unisba.ac.id. (2017). Upaya Pemerintah dalam Pencegahan Perceraian melalui
Lembaga BP4 dan Mediasi Pengadilan Agama. Diakses pada 5 Mei 2021, dari
http://proceeding.unisba.ac.id/index.php/sosial/article/view/973/0
Etheses.uin-malang.ac.id. (2017). Asas mempersulit terjadinya perceraian dalam penjelasan
umum UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Perspektif Teori Efektifitas Hukum:
Studi Pengadilan Agama Kota Malang. Diakses pada 5 Mei 2021, dari http://etheses.uin-
malang.ac.id/11309/#:~:text=Asas%20mempersulit%20terjadinya%20perceraian
%20adalah,juga%20harus%20ada%20usaha%20perdamain
sdg2030indonesia.org. (2017) Sustainable Development Goals. Diakses pada 5 Mei 2021, dari
https://www.sdg2030indonesia.org/
PRATIWI, Y. D. P. STRATEGI MENJAGA HUBUNGAN ROMANTIS PASANGAN
PERNIKAHAN USIA PERAK.
Yudhono, A. S. J. (2019). Pelayanan Konseling Kristen Kepada Pasangan Suami Isteri Dalam
Menyelesaikan Konflik Keluarga. Missio Ecclesiae, 8(2), 116-136.

Anda mungkin juga menyukai