Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TUGAS KELOMPOK

PENERAPAN PENDEKATAN OBJEKTIF (STRUKTURAL) DALAM KRITIK


TERHADAP LIRIK LAGU LASKAR PELANGI KARYA GIRING NIDJI
MATA KULIAH MENULIS KRITIK DAN ESAI
Dosen Pengampu : Dr. Uus M K AL Katuuk, M.s

DISUSUN OLEH:
 AKWILA G. TULANGI (19402057)
 IYENYUH S. NALUNG (19402033)
 NOVIA R. MUHAIMIN (19402017)
 PRISKILA PONGILATAN (19402084)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2021
A. Pendahuluan

Lagu Laskar Pelangi  merupakan salah satu original soundtrack film berjudul sama “Laskar
Pelangi” yang diangkat dari sebuah novel best seller karya Andrea Hirata. Lagu ini
diciptakan oleh Giring Nidji. Dalam lirik lagu Laskar Pelangi terdapat unsur-unsur
pembangunnya dari dalam, diantaranya tema, citraan, majas, rima, dan gaya bahasa. Secara
kontekstual lirik lagu merupakan sebuah wacana yang terdiri dari aspek gramatikal dan
leksikal. Dalam analisis ini juga disertakan kajian tentang kalimat imperatif pada lirik lagu
Laskar Pelangi.

B. Pendekatan dan Kajian Teori

Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis lirik lagu Laskar Pelangi ini adalah
pendekatan objektif (struktural). Pendekatan objektif adalah pendekatan yang
memandang/memfokuskan perhatiannya pada karya sastra itu sendiri. Karya sastra dianggap
sebagai struktur yang otonom dan bebas dari hubungan dengan realitas, pengarang, dan
pembaca. Rene Wellek dan Austin Warren menyebutnya pendekatan intrinsik. kelompok
kami mengkaji lirik lagu Laskar Pelangi dengan analisis berbasis tekstual. Analisis tekstual
adalah analisis wacana yang bertumpu secara internal pada teks yang dikaji (Sumarlam, ed.,
2008:87). Analisis wacana tekstual mempunyai dua lingkup penganalisisan, yakni analisis
aspek gramatikal dan leksikal. Aspek gramatikal wacana menitikberatkan pada segi bentuk
dan struktur lahir sebuah wacana. Aspek gramatikal wacana meliputi pengacuan (reference),
penyulihan (subtitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjungtion). 

Pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan
lingual lain yang mendahului atau mengikutinya (Sumarlam, ed., 2008:23). George Yule
(2006:27) mengungkapkan referensi sebagai suatu tindakan di mana seorang penutur, atau
penulis, menggunakan bentuk linguistik untuk memungkinkan seorang pendengar atau
pembaca mengenali sesuatu. Dalam aspek gramatikal terdapat tiga jenis pengacuan, yakni
pengacuan persona, demonstratif, dan komparatif.

Penyulihan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual
tertentu dengan satuan lingual lain dalam suatu wacana dengan tujuan memperoleh unsur
pembeda. Substitusi atau penyulihan dibagi menjadi empat macam, yakni (1) substitusi
nominal, (2) substitusi verbal, (3) substitusi frasal, dan (4) substitusi klausal (Sumarlam, ed.,
2008:28).

Pelesapan atau elipsis adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat
yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembca atau pendengar, srhingga
struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yangberlaku (Gorys Keraf, 2004:132).
Perangkaian atau konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan
cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana (Sumarlam, ed.,
2008:32).
Aspek leksikal wacana menitikberatkan pada segi makna atau struktur batin sebuah wacana.
Dalam hal ini, aspek leksikal wacana bertumpu pada hubungan secara semantis. Aspek
leksikal wacana meliputi repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding
kata), hiponimi (hubungan atas bawah), antonimi (lawan kata), dan ekuivalensi
(kesepadanan).

Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap
penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Gorys Keraf, 2004:127).
Selanjutnya Gorys Keraf (2004:127-128) membagi repetisi menjadi delapan macam, yakni
epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalepsis, dan anadiplosis.

Sinonimi adalah suatu istilah yang dapat dibatasi sebagai (1) telaah mengenai bermacam-
macam kata yang memiliki makna yang sama, atau (2) keadaan di mana dua kata atau lebih
memiliki makna yang sama (Gorys Keraf, 2004:34). Berdasarkan wujud satuan lingualnya,
sinonimi dapat dibedakan menjadi lima macam, yakni (1) sinonimi antara morfem (bebas)
dan morfem (terikat), (2) kata dengan kata, (3) kata dengan frasa atau sebaliknya, (4) frasa
dengan frasa, dan (5) klausa/kalimat dengan klausa/kalimat (Sumarlam, ed., 2008:39).

Antonimi atau lawan kata adalah relasi antar makna yang wujud logisnya sangat berbeda atau
bertentangan (Gorys Keraf, 2004:39). Antonimi juga disebut oposisi makna. Berdasarkan
sifatnya, oposisi makna dibedakan menjadi lima macam, yakni (1) oposisi mutlak, (2) oposisi
kutub, (3) oposisi hubungan, (4) oposisi hirarkial, dan (5) oposisi majemuk. 

Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata yang
cenderung digunakan secara berdampingan (Sumarlam, ed., 2008:44). Hiponimi adalah
semacam relasi antar kata yang berwujud atas-bawah (Gorys Keraf, 2004:38). Ekuivalensi
adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain
dalam sebuah paradigma (Sumarlam, ed., 2008:46).

C. Deskripsi Lirik Lagu

Berikut disajikan data berupa lirik lagu Laskar Pelangi secara utuh untuk memudahkan
penulis dalam menganalisis juga dapat mempermudah perujukan, Penyajian lirik lagu ini
adalah penyajian utuh seperti dalam lagu yang sebenarnya. Jadi, penyajian ini tidak ada
penghilangan lirik karena pengulangan.
{1} mimpi adalah kunci
{2} untuk kita menaklukkan dunia
{3} berlarilah tanpa lelah
{4} sampai engkau meraihnya
{5} Laskar Pelangi takkan terikat waktu
{6} bebaskan mimpimu di angkasa
{7} warnai bintang di jiwa
{8} menarilah dan terus tertawa
{9} walau dunia tak seindah surga
{10} bersyukurlah pada Yang Kuasa
{11} cinta kita di dunia
{12} selamanya
{13} cinta kepada hidup
{14} memberikan senyuman abadi
{15} walau hidup kadang tak adil
{16} tapi cinta lengkapi kita
{17} Laskar Pelangi takkan terikat waktu
{18} jangan berhenti mewarnai
{19} jutaan mimpi di bumi
{20} menarilah dan terus tertawa
{21} walau dunia tak seindah surga
{22} bersyukurlah pada Yang Kuasa
{23} cinta kita di dunia
{24} menarilah dan terus tertawa
{25} walau dunia tak seindah surga
{26} bersyukurlah pada Yang Kuasa
{27} cinta kita di dunia
{28} selamanya
{29} selamanya
{30} Laskar Pelangi takkan terikat waktu

D. Analisis Struktural Lirik Lagu Laskar Pelangi

Secara struktural pemilihan kata/diksi pada lagu ini cukup tepat dan sesuai. Ditambah dengan
penggunaan sarana-sarana kepuitisan seperti citraan dan majas.

Dalam lagu ini pengarang menggunakan citraan gerak ”berlarilah tanpa lelah”, ”menarilah
dan terus tertawa” membuat maknanya lebih ekspresif dan melalui citraan tersebut pengarang
ingin agar pendengar merasakan semangat/spirit lagu ini. Lalu beberapa majas perbandingan
juga digunakan pengarang, seperti: majas metafora dalam kalimat mimpi adalah kunci untuk
menaklukan dunia. Kata mimpi disini diibaratkan sebuah benda yang bisa dijadikan kunci
untuk membuka sesuatu, dan ”sesuatu” di sini dapat diartikan harapan. Selain itu juga
terdapat majas personifikasi dalam kalimat ”laskar pelangi tak kan terikat waktu”, ”warnai
bintang di jiwa”. Kemudian majas hiperbola ditunjukkan melalui kata menaklukan
dunia (hanya dengan sebuah mimpip), juga dalam frasa bebaskan mimpimu di angkasa. Lalu
kalimat walau dunia tak seindah surga merupakan majas perbandingan simile, dimana
pengarang membandingkan keadaan dunia dengan keadaan surga yang tidak ada yang pernah
mengetahuinya.
Sarana retorika berupa penggunaan rima juga terdapat dalam lagu ini, sehingga memperkuat
dan mempertegas kelirisan lagu karena iramanya mengalun oleh pengulangan bunyi yang
teratur, rima tersebut terdapat dalam bait:

Menarilah dan terus tertawa

Walau dunia tak seindah surga

Bersyukurlah pada yang Kuasa

Cinta kita di dunia

Selamanya….

Gaya bahasa pengarang lebih bersifat mengajak, menasehati, dan mengintruksi. Misal
penggunaan –lah dalam kata ”menarilah” dan ”bersyukurlah” yang juga berarti
mengingatkan kita. Sedangkan bahasa yang digunakan cukup sederhana dengan penggunaan
kata-kata konkret yang tidak terlalu sulit dipahami maknanya sehingga cukup memudahkan
pendengar menangkap pesan dari lagu ini. Beberapa kata konkret dalam lagu ini anatara lain:

– Kunci            – Engkau          – Waktu           – Bintang         – Bumi

– Dunia            – Pelangi          – Angkasa        – Surga

Dengan demikian dapat diungkapkan tema dari lagu Laskar Pelangi ini adalah perjuangan
hidup dan semangat untuk meraih mimpi dan cita-cita. Melalui tema dan lirik yang mudah
dimaknai amanat positif pun dapat tersampaikan dengan mudah.

E. Analisis Tekstual Lirik Lagu Laskar Pelangi

Lirik lagu Laskar Pelangi adalah salah satu bentuk teks, sehingga lirik lagu tersebut dapat
dikaji atau dianalisis secara tekstual. Seperti telah disampaikan sebelumnya, bahwa analisis
tekstual adalah analisis suatu wacana secara internal. Artinya, dalam analisis ini, hal yang
akan menjadi objek analisis adalah lirik lagu Laskar Pelangi.
Analisis lirik lagu Laskar Pelangi ini meliputi analisis aspek gramatikal dan aspek leksikal.

1. Analisis Aspek Gramatikal


Aspek gramatikal wacana dalam analisis lagu Laskar Pelangi ini hanya meliputi
pengacuan (reference), penyulihan (subtitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian
(conjungtion).

a. Pengacuan (reference)
Dalam aspek gramatikal terdapat tiga jenis pengacuan, yakni pengacuan persona,
demonstratif, dan komparatif. Dalam analisis lirik lagu Laskar Pelangi ini, hanya
terdapat satu jenis pengacuan, yakni pengacuan persona.
Pada lirik lagu Laskar Pelangi terdapat tiga jenis pengacuan persona, yakni
pronomina pertama jamak, pronomina kedua tunggal, dan nomina. Pengacuan
persona pronomina pertama jamak dapat diperhatikan pada kutipan lirik lagu berikut.
(1) untuk kita menaklukkan dunia {2}
(2) cinta kita di dunia {11,23,dan 27}
(3) tapi cinta lengkapi kita {16}
Penggunaan kata kita pada kutipan (1), (2), dan (3) adalah pronomina persona
pertama jamak bentuk bebas. Kata kita pada lirik lagu tersebut juga merupakan
pengacuan eksofora karena yang diacu berada di luar teks, yaitu mengacu pada
penulis syair lagu dan pendengar lagu.
Pronomina kedua tunggal pada lirik lagu Laskar Pelangi ini ditunjukkan dengan
penggunaan engkau dan bentuk terikat lekat –mu dan dapat ditunjukkan pada kutipan
lirik berikut.
(4) sampai engkau meraihnya {4}
(5) bebaskan mimpimu di angkasa {6}
Engkau (4) merupakan pronomina persona kedua tunggal bentuk bebas. Pengacuan
tersebut termasuk ke dalam jenis pengacuan eksofora karena yang diacu berada di
luar teks, yaitu mengacu pada pendengar lagu. Pengacuan yang berbentuk –mu (5)
menunjukkan pronomina persona kedua tunggal bentuk terikat. Pengacuan –mu
termasuk ke dalam jenis pengacuan eksofora karena yang diacu berada di luar teks,
yaitu pendengar lagu.
Pengacuan nomina terlihat pada penggunaan bentuk terikat lekat kanan –nya seperti
tampak pada kutipan (6).
(6) sampai engkau meraihnya {4}
Penggunaan kata ganti –nya (6) pada kutipan (6) mengacu pada kata mimpi yang
terdapat di lirik lagu paling atas. Pengacuan tersebut termauk ke dalam jenis
pengacuan endofora karena yang diacu berada di dalam teks, yaitu kata mimpi.

b. Penyulihan (subtitution)
Dalam lirik lagu Laskar Pelangi terdapat penyulihan. Penyulihan ini terjadi pada kata
dunia yang kemudian diganti dengan kata bumi.
(7) cinta kita di dunia {11}
(8) jutaan mimpi di bumi {19}

c. Pelesapan (ellipsis)
Pelesapan atau penghilangan satuan lingual tertentu sering digunakan para pencipta
lagu untuk tujuan estetika. Lagu Laskar Pelangi juga memuat lirik-lirik yang
mengalami pelesapan. Pelesapan dalam lagu tersebut dapat ditemukan pada kutipan-
kutipan berikut.
(9) mimpi adalah Ø kunci {1}
- mimpi adalah sebuah kunci
(10) Ø berlarilah tanpa Ø lelah {3}
- oleh karena itu, berlarilah tanpa rasa lelah
(11) Laskar Pelangi tØakØkan Ø terikat waktu {5,17, dan 30}
- Laskar Pelangi tidak akan pernah terikat waktu
(12) Ø bebaskan Ø mimpimu di angkasa {6}
- oleh karena itu, bebaskan semua mimpimu di angkasa
(13) Ø warnai bintang di jiwa {7}
- dan warnai bintang di jiwa
(14) Ø bersyukurlah pada Ø Yang Ø Kuasa {10,22, dan 26}
- serta bersyukurlah pada Tuhan Yang Maha Kuasa
(15) Ø cinta Ø kita di dunia Ø {11,23, dan 27}
- yang telah menganugerahi cinta pada kita di dunia ini
(16) Ø selamanya {12,28, dan 29}
- untuk selamanya
(17) cinta Ø kepada hidup {13}
- cinta kita kepada hidup
(18) Ø memberikan senyuman abadi {14}
- akan memberikan senyuman abadi
(19) walau Ø hidup kadang tØak adil {15}
- walaupun hidup kadang tidak adil
(20) tapi Ø cinta Ø Ølengkapi Ø kita {16}
- tapi kekuatan cinta mampu melengkapi kehidupan kita
(21) jangan Ø berhenti mewarnai {18}
- jangan pernah berhenti mewarnai

d. Perangkaian (Conjungtion)
Bentuk perangkaian terdapat dalam lirik lagu Laskar Pelangi. Terdapat tiga bentuk
perangkaian atau konjungsi, yaitu konjungsi untuk yang menunjukkan perangkaian
tujuan, konjungsi walau yang menunjukkan perangkaian konsesif, dan konjungsi tapi
yang menggambarkan perangkaian pertentangan. Tiga bentuk konjungsi tersebut
dapat dilihat pada kutipan berikut.
(22) untuk kita menaklukkan dunia {2}
(23) walau dunia tak seindah surga {9, 21, dan 25}
(24) walau hidup kadang tak adil {15}
(25) tapi cinta lengkapi kita {16}

2. Analisis Aspek Leksikal

Aspek leksikal wacana menitikberatkan pada segi makna atau struktur batin sebuah
wacana. Aspek leksikal wacana dalam lirik lagu Laskar Pelangi meliputi repetisi
(pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas
bawah), dan antonimi (lawan kata).
a. Repetisi (Pengulangan)
Wacana berupa lagu sering ditemukan bentuk repetisi di dalamnya, terutama repetisi
bait atau refren. Pada lagu Laskar Pelangi ditemukan repetisi bait yakni pada larik {8-
11} yang diulang pada lagi pada larik {20-23}dan {24-27}. Bait tersebut dapat dilihat
sebagai berikut.
(26) menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersyukurlah pada Yang Kuasa
cinta kita di dunia
Pengulangan larik pun ditemukan pada lirik lagu tersebut dan dapat dicontohkan
sebagai berikut.
(27) Laskar Pelangi takkan terikat waktu {5}
Larik di atas yang berada dikutipan nomor {5} dan diulang lagi pada kutipan {17}
dan {30}.
(28) selamanya {12}
Larik di atas berada dikutipan nomor {12} dan diulang lagi pada kutipan {28} dan
{29}.
Pengulangan kata pada lirik lagu tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
(29) mimpi adalah kunci {1}
(30) bebaskan mimpimu di angkasa {6}
(31) jutaan mimpi di bumi {19}
Data tersebut memperlihatkan bahwa kata mimpi diulang-ulang pada beberapa lirik
dalam lagu Laskar Pelangi.
(32) untuk kita menaklukkan dunia {2}
(33) walau dunia tak seindah surga {9, 21,dan 25}
(34) cinta kita di dunia {11, 23, dan 27}
Data tersebut memperlihatkan bahwa kata dunia diulang-ulang pada beberapa lirik
dalam lagu Laskar Pelangi.
(35) cinta kita di dunia {11, 23, dan 27}
(36) cinta kepada hidup {13}
(37) tapi cinta lengkapi kita {16}
Data tersebut memperlihatkan bahwa kata cinta diulang-ulang pada beberapa lirik
dalam lagu Laskar Pelangi.
(38) untuk kita menaklukkan dunia {2}
(39) cinta kita di dunia {11, 23, dan 27}
(40) tapi cinta lengkapi kita {16}
Data tersebut memperlihatkan bahwa kata kita diulang-ulang pada beberapa lirik
dalam lagu Laskar Pelangi.
(41) cinta kepada hidup {13}
(42) walau hidup kadang tak adil {15}
Data tersebut memperlihatkan bahwa kata hidup diulang-ulang pada beberapa lirik
dalam lagu Laskar Pelangi.

b. Sinonimi (padan kata)


Sinonimi merupakan salah satu aspek leksikal yang mendukung kepduan wacana.
Sinonimi berfungsi sebagai penjalin hubungan makna yang sepadan antara satuan
lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana.
Lagu Laskar Pelangi memuat dua sinonimi, yakni sinonimi morfem dan sinonimi
kata.
(43) sampai engkau meraihnya {4}
(44) bebaskan mimpimu di angkasa {6}
Pada contoh di atas, morfem (bebas) engkau bersinonim dengan morfem (terikat) –
mu.
(45) Selamanya {12, 28, dan 29}
(46) memberikan senyuman abadi {14}
Pada contoh di atas, kata selamanya bersinonim dengan kata abadi.

c. Kolokasi (sanding kata)


Kolokasi dalam sebuah wacana berguna untuk mendukung kepaduan wacana. Dalam
lagu Laskar Pelangi juga terdapat contoh kolokasi.
(47) bebaskan mimpimu di angkasa {6}
(48) warnai bintang di jiwa {7}
Pada contoh di atas, tampak pemakaian kata angkasa dan bintang. Kedua kata
tersebut saling berkolokasi dan mendukung kepaduan lirik lagu.

d. Hiponimi (hubungan atas bawah)


Di dalam lirik lagu Laskar Pelangi juga dapat ditemukan unsur leksikal hiponimi.
Contoh penggunaan hiponimi dalam lirik lagu ini dapat diperhatikan pada kutipan
berikut.
(49) bebaskan mimpimu di angkasa {6}
(50) walau dunia tak seindah surga {9,21,dan 25}
(51) cinta kita di dunia {11,23, dan 27}
(52) jutaan mimpi di bumi {19}
Pada contoh tersebut, kata dunia menjadi hipernim, sedangkan kata angkasa dan bumi
menjadi hiponim karena angkasa dan bumi adalah bagian dari dunia.

e. Antonimi (lawan kata)


Di dalam lirik lagu Laskar Pelangi juga dapat ditemukan unsur antonimi. Contoh
penggunaan antonimi dalam lirik lagu ini dapat diperhatikan pada kutipan berikut.
(53) menarilah dan terus tertawa {8, 20, dan 24}
(54) jangan berhenti mewarnai {18}
Pada contoh tersebut, kata terus berantonim dengan kata berhenti . Antonimi dalam
kutipan lirik lagu tersebut dapat diklasifikasikan sebagai bentuk oposisi mutlak.

F. Kalimat Imperatif pada Lirik Lagu Laskar Pelangi


Kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta agar
mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana yang diinginkan penutur. Wujud kalimat
imperatif dalam sebuah wacana sangat beragam, mulai yang terasa halus sampai kasar.
Kalimat imperatif dapat pula berkisar pada suruhan untuk melakukan sesuatu sampai dengan
larangan untuk melakukan sesuatu.
Lirik Lagu Laskar Pelangi adalah sebuah wujud wacana yang sarat amanat. Kalimat
imperatif dapat dihubungankan dengan sifat persuasif. Oleh sebab itu, di dalam lirik lagu ini
sering ditemukan wujud kalimat imperatif. Contoh penggunaan kalimat imperatif dalam lirik
lagu ini dapat diperhatikan pada kutipan berikut.
(55) berlarilah tanpa lelah {3}
(56) bebaskan mimpimu di angkasa {6}
(57) warnai bintang di jiwa {7}
(58) menarilah dan terus tertawa {8}
(59) bersyukurlah pada Yang Kuasa {10}
(60) jangan berhenti mewarnai {18}

Pada beberapa kutipan tersebut, kutipan nomor (55) sampai dengan nomor (59)
mengindikasikan suatu kalimat suruhan positif. Kalimat suruhan positif tersebut ditandai
dengan penggunaan kata berimbuhan yakni berlarilah, bebaskan, warnai, menarilah, dan
bersyukurlah. Pada kutipan nomor (60), kata jangan berhenti mengindikasikan suatu kalimat
suruhan negatif. Jadi, semua kutipan di atas dapat diklasifikasikan sebagai kalimat imperatif
suruhan.

Penggunaan kalimat imperatif dalam lirik lagu Laskar Pelangi bukanlah tanpa fungsi.
Kalimat imperatif dalam lirik lagu ini berfungsi untuk menekankan makna dan pesan lagu.
Lagu Laskar Pelangi banyak memuat nasihat-nasihat positif yang diwujudkan dengan bentuk
kalimat imperatif. Kalimat imperatif bersifat persuasif sehingga pesan yang berbentuk
kalimat imperatif akan mudah diterima oleh pendengar. Kalimat imperatif dalam lagu ini
juga diwujudkan dengan penggunaan kalimat-kalimat yang halus. Dengan demikian, pesan-
pesan yang terdapat dalam lagu berkesan tidak menghakimi.

G. Kesimpulan
Laskar Pelangi merupakan lagu dari Giring Nidji yang diangkat dari sebuah novel karya
Andrea Hirata yang kemudian juga dijadikan sebuah film dengan nama yang sama yaitu
“Laskar Pelangi”. Dengan menggunakan pendekatan objektif(struktural) maka kelompok
kami mendapati bahwa lirik lagu Laskar pelangi memiliki unsur-unsur pembangun dari
dalam diantaranya diksi, majas, citraan, gaya bahasa dan tema. Tema yang terkandung dalam
lagu laskar pelangi adalah perjuangan hidup dan semangat untuk meraih mimpi dan cita-cita.
Analisis kontekstual dalam lirik lagu ini meliputi aspek gramatikal dan leksikal. Dalam lirik
lagu juga terdapat kalimat imperatif. Kalimat imperatif dalam lirik lagu Laskar Pelangi
diwujudkan dengan penggunaan kalimat-kalimat yang halus yang bermakna dan memberi
nasihat-nasihat positif seperti berlarilah tanpa lelah, menarilah dan terus tertawa, dan
bersyukurlah pada Yang Kuasa.
Daftar Pustaka

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132049472/pendidikan/materi-kuliah-pengantar-ilmu-sastra-
ii-pendekatan-dalam-pengkajian-sastra.pdf

https://dynee.wordpress.com/2009/06/29/analisis-lagu-laskar-pelangi-nidji/

https://www.dapurimajinasi.com/2010/02/analisis-wacana-tekstual-dan-kalimat.html

Anda mungkin juga menyukai