Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN TUGAS KELOMPOK

PENERAPAN PENDEKATAN OBJEKTIF (STRUKTURAL)


DALAM KRITIK TERHADAP LIRIK LAGU LASKAR KELAS A SEMESTER IV
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN
PELANGI KARYA GIRING NIDJI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2021
Anggota Kelompok:
 Akwila Gian Tulangi (19402057)
 Iyenyuh Srivin Nalung (19402033)
 Novia Rahmawati Muhaimin
(19402017)
MATA KULIAH MENULIS KRITIK DAN ESAI
 Priskila Pongilatan (19402084) Dosen Pengampu : Dr. Uus M K AL Katuuk, M.s
AKWILA GIAN TULANGI
19402057
A. Pendahuluan

Lagu Laskar Pelangi  merupakan salah satu original soundtrack film


berjudul sama “Laskar Pelangi” yang diangkat dari sebuah novel best
seller karya Andrea Hirata. Lagu ini diciptakan oleh Giring Nidji.
Dalam lirik lagu Laskar Pelangi terdapat unsur-unsur pembangunnya
dari dalam, diantaranya tema, citraan, majas, rima, dan gaya bahasa.
Secara kontekstual lirik lagu merupakan sebuah wacana yang terdiri
dari aspek gramatikal dan leksikal. Dalam analisis ini juga disertakan
kajian tentang kalimat imperatif pada lirik lagu Laskar Pelangi.
B. Pendekatan dan Kajian Teori
Pendekatan yang kami gunakan untuk menganalisis lirik lagu Laskar Pelangi ini adalah pendekatan objektif (struktural).
Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memandang/memfokuskan perhatiannya pada karya sastra itu sendiri. Karya
sastra dianggap sebagai struktur yang otonom dan bebas dari hubungan dengan realitas, pengarang, dan pembaca. Rene Wellek
dan Austin Warren menyebutnya pendekatan intrinsik. kelompok kami mengkaji lirik lagu Laskar Pelangi dengan analisis
berbasis tekstual. Analisis tekstual adalah analisis wacana yang bertumpu secara internal pada teks yang dikaji (Sumarlam, ed.,
2008:87). Analisis wacana tekstual mempunyai dua lingkup penganalisisan, yakni analisis aspek gramatikal dan leksikal.
Aspek gramatikal wacana menitikberatkan pada segi bentuk dan struktur lahir sebuah wacana. Aspek gramatikal wacana
meliputi pengacuan (reference), penyulihan (subtitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjungtion). 
Pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual lain yang mendahului atau
mengikutinya (Sumarlam, ed., 2008:23). George Yule (2006:27) mengungkapkan referensi sebagai suatu tindakan di mana
seorang penutur, atau penulis, menggunakan bentuk linguistik untuk memungkinkan seorang pendengar atau pembaca
mengenali sesuatu. Dalam aspek gramatikal terdapat tiga jenis pengacuan, yakni pengacuan persona, demonstratif, dan
komparatif.
Penyulihan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan
lingual lain dalam suatu wacana dengan tujuan memperoleh unsur pembeda. Substitusi atau penyulihan dibagi menjadi empat
macam, yakni (1) substitusi nominal, (2) substitusi verbal, (3) substitusi frasal, dan (4) substitusi klausal (Sumarlam, ed.,
2008:28).
 
Pelesapan atau elipsis adalah suatu gaya yang berwujud
menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi
atau ditafsirkan sendiri oleh pembca atau pendengar, srhingga
struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yangberlaku
(Gorys Keraf, 2004:132).
Perangkaian atau konjungsi adalah salah satu jenis kohesi
gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang
satu dengan unsur yang lain dalam wacana (Sumarlam, ed., 2008:32).
Aspek leksikal wacana menitikberatkan pada segi makna atau
struktur batin sebuah wacana. Dalam hal ini, aspek leksikal wacana
bertumpu pada hubungan secara semantis. Aspek leksikal wacana
meliputi repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi
(sanding kata), hiponimi (hubungan atas bawah), antonimi (lawan
kata), dan ekuivalensi (kesepadanan).
Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian
kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah
konteks yang sesuai (Gorys Keraf, 2004:127). Selanjutnya Gorys
Keraf (2004:127-128) membagi repetisi menjadi delapan macam,
yakni epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis,
epanalepsis, dan anadiplosis.
r e l a s i antar
n k a ta adalah b e rb e da
w a a t
n im i a tau la g i s n y a sa n g
:39).
Anto u j u d l o f , 2 0 0 4
a kn a yang w n (Gorys Kera a kna.
m a ng a s i si m
tent opo
atau ber i juga disebut osisi makna
p
Antonim an sifatnya, o am, yakni (1)
rk c
Berdasa enjadi lima ma b, (3) oposisi
e d a k a nm p o si s i kutu n (5)
di b k , ( 2 ) o i a l , d a
p o s i si mutla p o sis i hirark
o n, (4) o u k. 
b u n g a m a j e m
hu oposisi

Sinonimi adalah suatu istilah yang dapat dibatasi sebagai (1)


telaah mengenai bermacam-macam kata yang memiliki
makna yang sama, atau (2) keadaan di mana dua kata atau
lebih memiliki makna yang sama (Gorys Keraf, 2004:34).
Berdasarkan wujud satuan lingualnya, sinonimi dapat
dibedakan menjadi lima macam, yakni (1) sinonimi antara
morfem (bebas) dan morfem (terikat), (2) kata dengan kata,
(3) kata dengan frasa atau sebaliknya, (4) frasa dengan frasa,
dan (5) klausa/kalimat dengan klausa/kalimat (Sumarlam,
ed., 2008:39).
Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam
menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara
berdampingan (Sumarlam, ed., 2008:44). Hiponimi adalah
semacam relasi antar kata yang berwujud atas-bawah (Gorys
Keraf, 2004:38). Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara
satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam
sebuah paradigma (Sumarlam, ed., 2008:46).
IYENYUH SRIVIN NALUNG
19402033
NOVIA R. MUHAIMIN
19402017
PRISKILA PONGILATAN
19402084

Anda mungkin juga menyukai