Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN TUGAS MANDIRI

MATA KULIAH KRITIK SASTRA


“MENGKRITIK PUISI SENJA DI PELABUHAN KECIL KARYA CHAIRIL ANWAR
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MIMETIK DAN EKSPRESIF”
Dosen Pengampu : Drs. Joni J. Loho, M.Pd

DISUSUN OLEH:
NAMA : AKWILA GIAN TULANGI
NIM : 19402057
KELAS : A
SEMESTER : IV

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERISTAS NEGERI MANADO
2021
PUISI
SENJA DI PELABUHAN KECIL

Karya: Chairil Anwar

Ini kali tidak ada yang mencari cinta

diantara gudang, rumah tua, pada cerita

tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut

menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang

menyinggung muram, desir hari lari berenang

menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak

dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan

menyisir semenanjung, masih pengap harap

sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan

dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

1946

(Chairil Anwar)
A. Pendekatan Mimetik

“Senja di Pelabuhan kecil” menggambarkan tentang cinta yang tak bisa dimiliki.
puisi ini menggambarkan perasaan seorang penyair yang gagal dan merasa sedih dalam
percintaan yang ia alami, kemudian ia utarakan dalam bentuk puisi ini. Berdasarkan
kehidupan nyata, manusia yang mengalami soal percintaan mungkin pernah mengalami
kegagalan. Ketika manusia mengalami kegagalan tersebut, manusia akan kehilangan
motivasi dan semangat untuk menjalani kehidupan yang ia jalani dikarenakan tidak ada
yang mendampingi. Berdasakan segi mimetik, isi puisi karya Chairil Anwar ini diangkat
dari suatu kenyataan baik yang dialami pengarang dan juga menggambarkan kisah yang
dialami manusia pada umumnya.

B. Pendekatan Ekspresif
Biografi Pengarang
Chairil Anwar (lahir di Medan, 26 Juli 1922 – meninggal di Jakarta, 28 April 1949 pada
umur 26 tahun), dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku),
adalah penyair terkemuka Indonesia. Dia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk
70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, dia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai
pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia.
Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia (sekarang Jakarta)
dengan ibunya pada tahun 1940, di mana dia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah
mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Puisinya
menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan
eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi.

Kritik dengan pendekatan ekspresif:


Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” karya Chairil Anwar menunjukkan bagaimana
perjalanan cinta dari pengarang. Pengarang meluapkan isi hatinya karena tidak dapat
memiliki seseorang yang dicintainya. Pada bait pertama, pengarang menyampaikan
bahwa saat itu dia tidak punya harapan akan cintanya (kali ini tidak ada yang mencari
cinta) dan berada di titik dimana ia tak bisa melanjutkan cinta dan hanya dapat berhenti di
situ(menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut) Gudang, rumah tua pada cerita,
tiang serta temali, kapal, perahu tiada berlaut, adalah gambaran hati pengarang yang
merasa usang (bagaikan gudang dan rumah yang sudah tua) dan tak berguna karena
hanya dapat berdiam tanpa bertindak/bergerak memperjuangkan cinta (tiang serta temali,
kapal, perahu tiada berlaut).
Pada bait kedua perasaan pengarang semakin terguncang ketika orang yang
dicintainya dimiliki orang lain (gerimis mempercepat kelam, ada juga kelepak elang
menyinggung muram) sehingga pengarang tidak dapat melaksanakan kehendaknya yang
telah direncanakan dari semula (desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan)
baik untuk menyatakan ataupun memperjuangkan cintanya. Semangat pengarang kendur
dan Ia putus asa (tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak).
Bait ketiga pengarang benar-benar merana dan kesepian (tiada lagi. Aku sendiri)
dengan secercah harap kepada cinta yang mustahil untuk Ia miliki (berjalan menyisir
semenanjung, masing pengap harap). Pengarang begitu frustasi karena saat ia baru saja
menemukan cintanya, disaat itu juga ia segera mendapat penolakan (sekali tiba di ujung
dan sekalian selamat jalan). Pikiran pengarang kacau dan dengan perasaan sedih yang
amat mendalam.
SUMBER :
https://prabangkaranews.com/2020/06/11/senja-di-pelabuhan-kecil-karya-chairil-anwar/
http://kartikasarahdifa.blogspot.com/2017/04/senja-dipelabuhan-kecil-ini-kali-tidak.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Chairil_Anwar#:~:text=Chairil%20Anwar%20(lahir%20di
%20Medan,96%20karya%2C%20termasuk%2070%20puisi.

Anda mungkin juga menyukai